Gulshan Esther
1
GULSHAN ESTHER
Rumah yang mereka sewa itu kecil, terdiri atas sebuah kamar
tidur dan serambi. Pada satu sisi serambi ini ada dapur dan di sisi
lainnya kamar kecil. Saya mengira-ngira dimana saya akan tidur,
nyatanya bersama anak-anaknya, yang sulung 8 tahun, di serambi.
Tempat ini ditutup dengan gordin sehingga berubah menjadi sebuah
kamar dengan hawa yang lebih sejuk. John dan Bimla tidur di hala-
man dan hal ini biasa di lakukannya kalau rumahnya kecil dengan
keluarga besar. Tidak ada rumput atau bunga-bungaan - tidak ada
tempat untuk menanam sesuatu apapun. Dasar halamannya tanah
liat yang keras bercampur jerami, dibersihkan dengan baik sehingga
merupakan bagian tambahan dari rumah itu. Tapi ada tanaman
di dalam pot- pot untuk menyemarakkan tempat itu. Akomodasi
yang sederhana dibanding dengan kesenangan yang saya tinggalkan
tapi rasanya hatiku senang sekali memiliki perasaan bebas untuk
mengambil Alkitabku dan membacanya secara terbuka serta men-
gadakan persekutuan doa dan mempelajari Alkitab bersama John
dan Bimla. Untuk dapat sampai ke tahap ini saya malah sudah
menantang maut. Walaupun begitu, di malam pertama, sambil tidur
di atas ‘charpai’ di bawah selimut pada udara terbuka, saya tidak
dapat tidur karena belum terbiasa dengan keadaan sekelilingku sebab
2
K E R U D U N G YA N G T E R K O YA K
3
GULSHAN ESTHER
4
K E R U D U N G YA N G T E R K O YA K
”Mata pelajaran apa saja yang dapat anda ajarkan dan kwalifikasi
apa yang anda miliki?”
”Apakah ibu mungkin tahu kalau ada anak gadis yang memer-
lukan guru pribadi di rumah karena sesuatu alasan, barangkali sakit,
atau orangtuanya tidak mengijinkan anaknya ke sekolah?”
”Maaf, saya tidak tahu. Tapi jika saya tahu maka anda akan
kuberitahu bila nama dan alamat anda ditinggalkan pada sekretaris.”
5
GULSHAN ESTHER
6
K E R U D U N G YA N G T E R K O YA K
Besok pagi saya tiba untuk bekerja pada jam yang ditentukan dan
menghadapi rekan- rekan sekerjaku. Saya satu-satunya wanita di-
7
GULSHAN ESTHER
antara 7 pria, tapi jika saya sudah takut lebih dahulu maka ketakutan
itu tidak beralasan - mereka semua sangat menghormatiku dengan
sebutan ‘Ba-ji’ (saudara perempuan). Dalam waktu 4 hari saya
berusaha mempelajari segala sesuatu sedapat-dapatnya termasuk 10
pertanyaan yang disodorkan. Saya bertekad untuk sukses.
8
K E R U D U N G YA N G T E R K O YA K
9
GULSHAN ESTHER
Ya, saya pun merasa bahagia juga. Untuk pertama kalinya dalam
hidupku saya berhasil memperoleh gajiku sendiri dengan meman-
faatkan pendidikan yang kuterima. Tanpa terasa, ingatan kemarahan
dari wajah kakak-kakak lelakiku mulai menghilang ke latar belakang.
10
K E R U D U N G YA N G T E R K O YA K
11
GULSHAN ESTHER
bahwa tidaklah demikian, hanya ada satu Tuhan dengan tiga manifes-
tasinya - Bapa, Yesus Kristus anak Tuhan dan bukan hanya seorang
nabi saja serta Rohulkudus yang diturunkan pada hari Pentakosta
untuk memenuhi orang-orang percaya dengan kehidupan Kristus,
mengajar dan menyucikan mereka. Tapi sejak kanak-kanak, mereka
telah diajar dan ditanamkan untuk berpikir bahwa agama Kristen
telah merendahkan kemurnian yang percaya bahwa Allah itu Tuhan
Yang Maha Esa, jadi sekarang bagaimana saya dapat merubah jalan
pikiran mereka ini?
12
K E R U D U N G YA N G T E R K O YA K
meminta upahnya 150 rupee per bulan dengan makan malam tiap
hari. Saya tidak akan datang pada hari Minggu. Pengaturan baru ini
membawa akibat. Saya harus berpisah dengan kawan-kawanku yang
baik hati di Medina Colony, sebab hari akan malam sebelum saya
tiba di rumah dan bagi seorang wanita tidak aman berjalan sendirian
di waktu malam hari. Ada banyak pencopet dan dan penculik di
kota ini - kini saya menjadi cukup mengerti dengan sisi kehidupan
jahat ini sejak pengalamanku di penjara tempoh hari. Jadi saya tiggal
bersama Bapak dan Nyonya Neelam. Alamatnya : Jalan Warris, dekat
gereja tak jauh dari Old Anarkali. Saya mengenal Bapak Neelam
waktu bekerja di ”Sunrise” ketika beliau menjadi guru musik di sana.
13
GULSHAN ESTHER
14
K E R U D U N G YA N G T E R K O YA K
anda.”
”Dia jauh lebih berarti bagiku daripada sekedar hal yang demikian
itu”, jawabku dan saya berjabatan tangan dengan mereka. Kemudian
saya pergi dan menuruni tangga dengan perasaan dingin, kepalaku
pusing disebabkan oleh guncangan pengusiran ini, tepat pada waktu
saya baru mulai merasa aman dari serangan- serangan yang khusus
seperti ini. Setibanya di luar saya bersandar ke dinding untuk mene-
nangkan diriku. Tentunya ada satu alasan mengapa saya mejalani
semua pengalaman yang menggoncangkan ini. Di dalam hatiku
saya berseru kepada Bapaku di Surga dan Dia langsung memberikan
jawaban dengan kata- kata yang menghiburkan. ”Makin bertambah
harimu berlalu maka kekuatanmu pun makin bertumbuh. Bukankah
Aku telah memberi perintah kepadamu?” Saya tidak menyadari
bahwa di hadapanku telah terbentang Tanah Perjanjianku yang Is-
timewa dan bahwa saya sedang dipersiapkan untuk masuk ke dalam-
nya.
15