Anda di halaman 1dari 7

ANAMNESIS

 Identitas Pasien :
1. Nama penderita. Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seseorang penderita dari
yang lainnya, di samping untuk mengetahui asal suku dan rasnya. Hal terakhir ini
penting, karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya,
orang eropan (ras kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang asia (ras
mongoloid) cembung.
2. Alamat. Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat.
3. Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat
diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar
tuntutannya terhadap faktor estetik.
4. Jenis Kelamin. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik
dibanding pria.
5. Usia. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot,
mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang mahkota klinis. Usia juga
menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.
6. Pencabutan Terakhir Gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu
diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri
mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara pencabutan terakhir
dengan saat dimulainya pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil perawatan.
7. Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan buruk dsb.
Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan tanpa suatu pengamatan yang
intensif.
 Pemeriksaan Status Umum (riwayat kesehatan):
Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang
berada dalam perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang
diminum. Hal ini perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat
mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, umpamnya diabetes mellitus,
penyakit kardiovaskular, tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol, dsb.
1. Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan
mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada
dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal.
Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan
hal yang khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi
bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus,
mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan
kembali jaringan mulut. Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan
protesa dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari
tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak
yang bisa mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah
dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat
memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila dibutuhkan,
rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat. Tekankan
kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan
kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari
itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut
2. Penyakit Kardiovaskular
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian anastetikum
yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini dapat
mempengaruhi tekanan darah 

Gunadi, Haryanto, dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.
Jakarta : Hipokrates. 

PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Tanda Vital


Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pengukuran suhu badan, denyut nadi, tekanan
darah, dan pernapasan.
 Tekanan Darah
Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus jantung, yaitu
memuncak pada waktu sistolik dan sedikit menurun pada waktu diastolik.
Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktifitas fisik,
keadaan emosi, rasa sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, tembakau, dll.
 Denyut Nadi
Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung
dalam 1 menit. Lokasi pemeriksaan nadi dapat dilakukan pada : a.radialis, a.karotis,
a.brakialis, a.femoralis,a.poplitea, a.tibialis posteriior, a.dorsalis pedis. Pada
prinsipnya, pulsasi arteri dapat diraba jika arteri tersebut memiliki dasar yang keras.
Dalam praktek sehari-hari, pemeriksaan pulsasi a.radialis paling sering dilakukan.
 Pernafasan
Penilaian pada pemeriksaan pernafasan dapat meliputi :
1. Tipe pernafasan
a. Pernafasan abdomino-torakal
b. Pernafasan torako-abdominal
2. Frekuensi
a. Normal : (12-20 kali permenit, tetapi ada pula yang menyatakan 8-16 kali/menit.
b. Polipnea (Takipna) : pernafasan yang cepat.
c. Oligopnea (Bradipnea) : pernafasan yang lebih lambat.
3. Kedalaman Pernafasan
a. Pernafasan normal
b. Pernafasan dangkal
c. Pernafasan dalam
4. Bau pernafasan
 Suhu Badan
Jenis suhu:
- Sub febril / Sub febris
- Febril / Febris / Pireksia
- Hiperpireksia (> 41,6 ˚C), comtoh : heat stroke, malignant hyperthermia.
- Hipotermia (< 35 ˚C), contoh hipotiroidism, paparan terhadap dingin.

2. Pemeriksaan Intraoral
2.1 Pemeriksaan rongga mulut
Pemeriksaan rongga mulut meliputi oral hygiene, bau mulut, pemeriksaan rongga
mulut, dan pemeriksaan getah bening.
 Oral hygiene
Oral hygiene atau kebersihan rongga mulut dinilai dari tingkat akumulasi debris
makanan , plak, material alba, dan stain permukaan gigi. Pemeriksaan jumlah
kualitatif plak dapat membantu diagnosis.
 Bau mulut
Halitosis atau fetor ex ore atau fetor oris, adalah bau atau aroma menyengat yang
berasal dari rongga mulut. Adanya halitosis dapat membantu dalam menegakkan
diagnosa. Halitosis berhubungan dengan penyakitpenyakit tertentu, dan dapat
berasal dari faktor lokal maupun ekstraoral. Sumber lokal penyebab halitosis
dapat berasal dari impaksi makanan diantara gigi, coated tongue, acute
necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG), dehidrasi, karies, gigi palsu, nafas
perokok, dan penyembuhan pasca operasi atau pencabutan gigi. Karakteristik bau
busuk dari ANUG sangat mudah diidentifikasi.
Ekstraoral atau sumber bau mulut yang jauh berasal dari penyakit atau struktur
yang berdekatan berhubungan dengan rhinitis, sinusitis, atau tonsillitis; penyakit
pada paru-paru dan bronkus; dan bau yang dikeluarkan melalui paru-paru dari
substansi aromatik dalam aliran darah seperti metabolit dari infus makanan atau
produk eksretori dari metabolisme sel.
 Pemeriksaan rongga mulut
Pemeriksaan rongga mulut meliputi bibir, dasar mulut, lidah, palatum, dan daerah
oropharyngeal, serta kualitas dan kuantitas saliva. Walaupun hasil pemeriksaan
tidak berhubungan dengan penyakit peridontal, seorang dokter gigi harus
mendeteksi perubahan patologis yang terjadi.
 Pemeriksaan kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening dapat membesar dan/atau mengeras sebagai respon episode
infeksi, metastase malignant, atau perubahan residual fibrotik. Kelenjar yang
inflamasi menjadi membesar, terpalpasi, empuk, dan tidak bergerak. Acute
herpetic gingivostomatitis, ANUG, dan abses periodontal akut menghasilkan
pembesaran kelenjar getah bening.
2.2 Pemeriksaan gigi
Aspek-aspek pada gigi yang diperiksa adalah kariesnya, perkembangan kecacatan,
anomali bentuk gigi, wasting, hipersensitifitas, dan hubungan kontak proksimal.
 Wasting disease of the teeth
Wasting diartikan sebagai pengurangan substansi gigi secara berangsur-angsur
yang terkarakteristik oleh pembentukan permukaan yang halus, dan mengkilat.
Bentuk dari wasting adalah erosi, abrasi, dan atrisi. Erosi adalah depresi
berbentuk baji pada daerah servik permukaan fasial gigi. Abrasi adalah hilangnya
substansi gigi yang disebabkan oleh penggunaan mekanis mastikasi. Atrisi adalah
terkikisnya permukaan oklusal akibat kontak fungsional dengan gigi antagonis.
 Dental Stains
Dental stains adalah deposit yang terpigmentasi pada gigi. Dental stain harus
diperiksa dengan teliti untuk menentukan penyebabnya.
 Hipersensitifitas
Akar gigi yang terbuka akibat resesi gingiva menjadi sensitif terhadap perubahan
suhu atau stimulasi taktil. Pasien sering menunjuk langsung lokasi yang sensitif.
Hipersensitifitas dapat diketahui melalui eksplorasi dengan probe atau udara
dingin.
 Hubungan kontak proksimal
Terbukanya kontak yang tipis menyebabkan impaksi makanan. Hal ini dapat
dicek melalui obeservasi klinis dan dengan dental floss.
 Kegoyahan gigi
Kegoyahan gigi terjadi dalam dua tahapan:
i. Inisial atau tahap intrasoket, yakni pergerakan gigi yang masih dalam batas
ligamen periodontal. Hal ini berbungan dengan distorsi viskoelastisitas
ligamen periodontal dan redistribusi cairan peridontal, isi interbundle, dan
fiber. Pergerakan inisial ini terjadi dengan tekanan sekitar 100 pon dan
pergerakan yang terjadi sebesar 0.05 sampai 0.1 mm (50 hingga 100 mikro)
ii. Tahapan kedua, terjadi secara bertahap dan memerlukan deformasi elastik
tulang alveolar sebagai respon terhadap meningkatnya tekanan horizontal.
Ketika mahkota diberi tekanan sebesar 500 pon maka pemindahan yang terjadi
sebesar 100-200 mikro untuk incisivus, 50-90 mikro untuk caninus, 8-10
mikro untuk premolar dan 40-80 mikro untuk molar. Kegoyahan gigi dapat
diperiksa secara klinis dengan cara: gigi dipegang dengan kuat diantara dua
instrumen atau dengan satu instrumen dan satu jari, dan diberikan sebuah
usaha untuk menggerakkannya ke segala arah. Pada gambar dibawah ini,
peningkatan kegoyangan gigi ditentukan dengan memberikan gaya 500 g pada
permukaan labiolingual dengan menggunakan dua instrumen dental.
Kegoyangan gigi yang patologis terutama disebabkan oleh (1) infamasi
gingiva dan jaringan periodontal, (2) kebiasaan parafungsi oklusal, (3) oklusi
prematur, (4) kehilangan tulang pendukung, (5) gaya torsi yang menyebabkan
trauma pada gigi yang dijadikan pegangan cengkraman gigi, (6) terapi
periodontal, terapi endodontik, dan trauma dapat menyebabkan kegoyahan gigi
sementara.
 Trauma dari oklusi
Trauma dari oklusi mengacu pada luka jaringan yang diakibatkan tekanan
oklusal. Tanda pada jaringan periodontal yang dicurigai sebagai akibat adanya
trauma dari oklusi antara lain: kegoyangan gigi yang berlebihan; pada gambar
radiografi terlihat jarak periodontal yang melebar; kerusakan tulang vertikal atau
angular; poket infraboni; dan migrasi patologis, terutama pada gigi anterior.
Tanda lainnya yang dicurigai adanya hubungan oklusal yang abnormal adalah
migrasi gigi anterior yang patologis.
 Migrasi gigi yang patologis
Kontak prematur pada gigi posterior yang membelokkan mandibula ke arah
anterior ikut berperan serta terhadap rusaknya periodonsium gigi maksila bagian
anterior dan terhadap migrasi patologis. Migrasi patologis gigi anterior pada
orang muda mungkin sebagai tanda adanya localized juvenile periodontitis.
 Sensitifitas terhadap perkusi
Sensitifitas terhadap perkusi merupakan ciri adanya inflamasi akut pada ligamen
periodontal. Perkusi yang keras pada gigi dengan sudut yang berbeda terhadap
aksis gigi membantu menentukan lokasi yang terlibat inflamasi.
 Kedaan gigi pada saat rahang tertutup
Pemeriksaan keadaan gigi pada saat rahang tertutup tidak memberikan informansi
seperti saat pemeriksaan rahang ketika berfungsi, namun pemeriksaan ini dapat
menunjukkan kondisi peridontal. Gigi yang tersusun secara ireguler, gigi yang
ekstrusi, kontak proksimal yang tidak tepat, dan daerah impaksi makanan
merupakan faktor yang mendukung akumulasi bakteri plak. Misalnya pada kasus
hubungan open bite, dimana terdapat celah yang abnormal antara maksila dan
mandibula. Kurangnya pembersihan mekanis oleh jalan lintas makanan, dapat
menyebabkan akumulasi debris, pembentukan kalkulus, dan ekstrusi gigi.

Anda mungkin juga menyukai