Anda di halaman 1dari 2

FENOMENA BAJAK-MEMBAJAK FILM

Menonton film merupakan salah satu hiburan yang sedang menjamur di masyarakat. Peminatnya ada dari segala usia, entah itu balita, anak-anak, remaja, dewasa, bahkan manula. Namun untuk dapat menikmatinya butuh untuk merogoh kocek lebih dalam, terutama bagi film-film yang laris dan banyak diminati atau istilah kerennya box office, seperti film Harry Potter, Twilight, dll. Hal ini membuat semua kalangan masyarakat tidak bisa menikmatinya secara umum, hanya bagi kaum yang rela melepas lembaran uangnya dan kaum berduit yang mampu menikmatinya secara eksklusif di bioskop. Namun kondisi sepert ini justru menjadi peluang bagi mereka yang optimis memanfaatkan peluang. Jadilah film-film tersebut dibajak dan diperbanyak kemudian dijual dengan harga yang terjangkau. Kata bajak sebenarnya berasal dari kata kerja yang berarti mengolah sawah menggunakan cangkul atau alat olah tanah lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, bajak juga berarti mengambil alih sesuatu dengan paksa tanpa seizin pemilik benda. Namun dalam kosa kata pembajakan film, berarti perbuatan yang dilakukan dengan sengaja menggadakan atau memperbanyak serta menyebarluaskan isi/tayangan/file film tersebut baik dalam bentuk seperti Blue Ray, DVD, VCD atau bentuk digital lainnya tanpa seizin perusahaan pembuat film atau pemegang hak atas disebarluaskannya film tersebut. Definisi film bajakan sendiri adalah film yang kita nikmati tanpa memberikan keuntungan komersial kepada si pembuat film. Mengunduh film dari internet secara gratis tanpa ada lisensi resmi atau film bajakan konvesional DVD dan format lainnya yang biasa dijual di lapak-lapak pinggir jalan atau di dalam mal. Fenomena bajak-membajak film ini sudah berlangsung puluhan tahun lamanya. Dulu, teknologi pembajakan film tidak secanggih sekarang. Kamera video dibawa masuk ke dalam gedung bioskop untuk merekam film yang seringkali terganggu oleh bayangan penonton yang lewat atau berdiri. Penonton yang menonton film di bioskop saja bisa sakit hati apalagi penonton di rumah yang meliaht rekaman video tersebut dengan gambar yang buram. Sekarang zamannya sudah berbeda, cara-cara pembajakan seperti itu sudah ditinggalkan. Sekarang film-film bajakan hadir dengan kualitas yang sama dengan film aslinya. Film-film box office terbaru bisa hadir hanya dalam hitungan hari setelah film aslinya tayang di bioskop atau yang belum tayang di bioskop juga sudah ada. Melihat keadaan di kota Jogja dengan maraknya tempat persewaan film, film-film bajakan tersebut menjadi pilihan yang menarik daripada menonton di bioskop. Kemajuan teknologi semakin menyuburkan praktek pembajakan film. Para produsen film pun dibuat geram. Segala macam upaya dilakukan untuk mencegah dan menekan berlangsungnya pembajakan film, dari upaya hukum hingga memperketat sistem penjualan film. Salah satunya, dalam CD/DVD asli yang dijual di pasaran disegel agar tidak bisa dicopy dan diperbanyak. Namun inovasi para pembajak tak kenal patah arang, software peretas CD/DVD asli pun tercipta.

Film bajakan menjadi pilihan karena tanpa perlu merogoh kocek terlalu dalam, kita dapat menikmati film yang sama seperti film aslinya. Terkadang penikmat film juga terpaksa menyewa atau membeli fim bajakan karena film yang ditunggu-tunggu kehadirannya tidak kunjung diedarkan di Indonesia dengan alasan cerita yang kontroversial, kekerasan yang berlebihan atau adanya unsur pornografi. Pun, bila nantinya diedarkan pun tidak lepas dari pemotongan yang menghilangkan adegan film atau pengaburan pada gambarnya. Dengan beberapa alasan di atas, rasanya teramat sukar untuk melepaskan diri dari film-film bajakan. Namun terlepas dari kemudahan dan kemurahan film bajakan, memperbanyak, membeli dan menonton film bajakan jelas-jelas melanggar hukum. Terserah bagi para penikmat film untuk memilih, bajakan atau asli.

Nama : M. Muhaimin Marta NIM : 05942

Anda mungkin juga menyukai