Anda di halaman 1dari 14

A1ILN1 LNCCUN1Lk

ulsosoo oleb


nama SlLl Amlnah
nlM 0907101010003
kelas 804
8lok vlll (SlsLem kardlovaskuler)


IAkUL1AS kLDCk1LkAN UNIVLkSI1AS SIAn
kUALA
DAkUSSALAM 8ANDA ACLn
2010

PENDAHULUAN
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan darah sistolik melebihi 140mmHg dan diastole
melebihi 90mmHg.

2. EtioIogi Hipertensi
Sejumlah 85%-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut
sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil
hipertensj yang dapat ditetapkan penyebabnya(hipertensi skunder). Adapun
penyebab dari hipertensi skunder antara lain :
O Penyakit ginjal, seperti pemyakit parenkim ginjal, kelainan renovaskuler, tumor
rennin, retensi Na-primer
O Penyakit endokrin, seperti akromegali, ipotiroid, hiperkalsemia, hipertiroid,
timor ekstra adrenal kromatin,karsinoid, dsb.
O Koarktasio aorta
O Hipertensi pada kehamilan
O Kelainan neurologi, seperti peninggian tekanan intra cranial, apneu tidur,
kuadriplegia, portiria akut,keracunan timah, disatonomia familial, sindrom
Guillain-Barre
O Stress akut, seperti hipoventilasi psikogenik, hipoglikemia, luka bakar,
pancreatitis, alcohol, krisis sel Sickle, pasca resusitasi, pasca operasi
O Volume ekstra vasikuler yang meningkat
O Etanol, obat-obat dan zat-zat lain
. PatofisioIogi Hipertensi
Hipertensi berarti adanya peningkatan tekanan darah di arteri, meningkatnya
tekanan darah ini bisa terjadi melalui beberapa cara, antara lain:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
nilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena arteriosklerosis.
dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. volume darah dalam
tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Atau bisa juga dikatakan bahwa pada stdium permulaan hipertensi, hipertrofi
yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolic
ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi efektif pompa
ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi
menjadi tidak teratur, dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner, menjadi
eksentrik, maka terlihatlah penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan
fraksi ejeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik, peningkatan
konsums oksigen otot jantung, serta penurunan efek mekanik otot jantung).
Ada 2 teori yang dianggap dapat menerangkan timbulnya hipertensi
ensefalopati yaitu :
1. Teori "Over Autoregulation
Dengan kenaikan TD menyebabkan spasme yang berat pada arteriole
mengurangi aliran darah ke otak (CDF) dan iskemi. Meningginya permeabilitas
kapiler akan menyebabkan pecahnya dinding kapiler, udema di otak, petekhie,
pendarahan dan mikro infark.
2. Teori "Breakthrough of Cerebral Autoregulation bila TD mencapai threshold
tertentu dapat mengakibtakan transudasi, mikoinfark dan oedema otak, petekhie,
hemorhages, fibrinoid dari arteriole.






Overautoregulation Odema otak
Spasme Arteriole
CBF Petekhias
TD naik mendadak Hipertensi Ensefalopati Hemorhage
CBF
Break Through Mikro infark
Autoregulation NekrosisVaskuler


Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami
perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg 160 mmHg, sedangkan
pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 120 mmHg. Pada
keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125
mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak
akan mempercepat timbulnya oedema otak.

4. Iasifikasi Hipertensi
lasifikasi hipertensi menurut JNC 7 2003 adalah sebagai berikut:
Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik
(mmHg)
Tekanan darah
diastolic (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 <160 <100
lasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH 2003 adalah sebagai berikut:
Tekanan darah (mmHg)
Factor resiko lain dan
sejarah penyakit
Grade 1(SBP
140-159, DBP
90-99)
Grade 2 (SBP
160-179, DBP
100-109)
Grade 3 (SBP
<180, DBP
<110)
Tidak ada factor
resiko
Resiko rendah Resiko
menengah
Resiko tinggi
1-2 faktor resiko Resiko Resiko Resiko tinggi
menengah menengah
3 atau lebih factor
resiko, atau TOD, atau
ACC
Resiko tinggi Resiko tinngi Resiko tinggi
(SBP;Systolic Blood Presure, DBP;Diastolic Blood Pressure. TOD;Target Organ-
Damage. ACC;Asociated Clinical condition)
risis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan,
sebagai berikut :
1. Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik > 120 mmHg,
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakit/kondisi akut (tabel ). Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian. TD harus diturunkan sampai batas tertentu
dalam satu sampai beberapa jam. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive
care unit atau (CU).
2. Hipertensi urgensi (mendesak), TD diastolik > 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan dalam
24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral. (tabel ).
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain :
1. Hipertensi refrakter : respons pengobatan tidak memuaskan dan TD > 200/110
mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien.
2. Hipetensi akselerasi : TD meningkat (Diastolik) > 120 mmHg disertai dengan
kelainan funduskopi KW . Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase maligna.
3. Hipertensi maligna : penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik > 120
130 mmHg dan kelainan funduskopi KW V disertai papiledema, peniggian tekanan
intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun kematian
bila penderita tidak mendapat pengobatan. Hipertensi maligna, biasanya pada
penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang terjadi
pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal.
4. Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi
reversible bila TD diturunkan.

Tabel I : Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik > 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut.
Pendarahan intra pranial, ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid.
Hipertensi ensefalopati.
Aorta diseksi akut.
Oedema paru akut.
Eklampsi.
Feokhromositoma.
Funduskopi KW atau V.
nsufisiensi ginjal akut.
nfark miokard akut, angina unstable.
Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain :
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi.
- Cedera kepala.
- Luka bakar.
- nteraksi obat.

Tabel II : Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik > 120 mmHg, tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel
.
KW atau pada funduskopi.
Hipertensi post operasi.
Hipertensi tak terkontrol / tanpa diobati pada perioperatif.

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan
TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada
penderita hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.
. Management dan Edukasi Pasien Hipertensi
Ada dua cara dalam memanagement penyakit hipertensi yaitu dengan
farmakologi dan non farmakologi yaitu dengan modifikasi pola hidup sehari-hari dan
kembali ke produk alami (back to nature). Bila hipertensinya tergolong ringan, masih
dapat dikontrol melalui modifikasi pola hidup sehari-hari.
Modifikasi pola hidup merupakan langkah pencegahan yang baik agar penderita
hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Adapun modifikasi gaya hidup yang
dilakukan adalah :
O Penurunan berat badan
O Pembatasan asupan alcohol
O Aktivitas fisik yang teratur
O Penurunan asupan natrium
O Mempertahankan asupan ion kalium, kalsium, dan magnesium yang memadai
O Penghentian merokok
Apabila pengubahan gaya hidup tidak cukup memadai untuk mendapatkan
tekanan darah yang diharapkan, maka harus dimulai terapi obat. Adapun terapi
farmakologinya dapat ditinjau dengan tiga faktor fisiologis yaitu menurunkan cairan
intravaskuler dan Na darah dengan diuretic, menurunkan aktivitas susunan saraf
simpatis dan respon kardivaskular terhadap rangsangan adrenergic dengan obat dari
golongan antisimpatis, dan menurunkan tahanan perifer dengan vasodilator. Pada
pengobatan dengan diuretic dengan dosis rendah, seperti chlorthalidone 12,5-25 mg
atau hydrochlorothiazide (HCT). Bila tekanan diastolic pada posisi tiduran atau duduk
tidak bisa turun dibawah 90mmHg sesudah beberapa minggu dengan pengobatan
HCT atau CTD 25-50 mg per hari, sebaiknya ditambah suatu penghambat ACE,
penghambat reseptor beta dan alfa, calcium channel blocker. Obat-obat antagonis
kalsium seperti nifedipin,dilitiazem, dan verapamil, mungkin juga efektif sebagai obat
hipertensi. Makin banyak juga bukti-bukti yang menunjukkan bahwa panghambat ACE
seperti captopril dan enalparil,adalah obat-obat baris pertama yang efektif dalam
pangobatan hipertensi.






. ompIikasi Hipertensi
Adapun bentuk-bentuk komplikasi dari hipertensi antara lain:
O Otak : menyebabkan stroke
O Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan
O Jantung : menyebabkan penyakit jantung koroner(termasuk infark jantung),
gagal jantung, juga hipertrofi ventrikel kiri
O Ginjal : menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal



























LEMBAR HASIL PEMERISAAN PASIEN HIPERTENSI

I. IDENTITAS
Nama : Nursiah
Umur : 45thn
Alamat : Neuheun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : bu Rumah Tangga
Status : Kawin
Berat Badan : 55Kg
Tinggi Badan : 153cm

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Pusing

RP Sekarang : Pasien mengeluh menderita darah tinggi. Darah tinggi yang
diderita pasien menyebabkan pasien sering pusing di seluruh bagian kepala saat
beraktifitas dan hilang setelah tidur. Selain itu pasien juga mengeluh kaku di leher,
penglihatan kabur, sakit gigi, sakit di sendi paha, asam urat, dan reumatik. Dulu pasien
berobat ke RSUDZA dan di diagnosa DM kemudian berobat jalan. Setelah sembuh,
pasien mengeluh pusing-pusing. Kemudian pasien berobat ke poli dan di diagnosa
stroke 1 tahun lalu. Lalu pasien mengeluh sering pusing tiba-tiba, pasien memutuskan
berobat ke puskesmas Baitussalam sampai sekarang. Pada tanggal 9 Novemver 2010
TD 170/80mmHg. Pada tanggal 11 November 2010 TD 160/100mmHg. Dari tanggal 9
November 2010 sampai sekarang pasien masih mengkonsumsi obat-obatan yang
terdiri dari captropil, pcr, Bi, dan proxicom. Selain mengkonsumsi obat dengan teratur,
pasien juga sudah mengurangi mengkonsumsi garam, mengurangi minum kopi dan
tidak memakan makanan yang banyak mengandung lemak.

RP Dahulu : 4 bulan yang lalu pasie TD pasien 120mmHg. Selain itu
pasien juga pernah menderita stroke 1 tahun lalu, DM dan darah tinggi setelah
tsunami. Dulu pasien berobat ke RSUDZA dan di diagnosa DM kemudian berobat
jalan. Setelah sembuh, pasien mengeluh pusing-pusing. Kemudian pasien berobat ke
poli dan di diagnosa stroke 1 tahun lalu. Lalu pasien mengeluh sering pusing tiba-tiba,
pasien memutuskan berobat ke puskesmas Baitussalam sampai sekarang

RP Keluarga : Selain pasien tidak ada anggota keluarga pasien lainnya yang
terkena hipertensi, DM juga stroke. Hanya ayahnya sakit mata dan anak termudanya
demam.

Anamnesis Sistem: pusing, kaku di leher, nyeri di sendi paha, Tidak ada sesak nafas,
tidak ada batuk, tidak ada nyeri dada, tidak ada mual dan muntah, tidak ada
perdarahan (gusi berdarah), tidak ada kejang, tidak ada udema, dan tidak ada
clubbing finger.

Riwayat kebiasaan : Dulu pasien suka minum kopi, tapi sekarang sudah dikurangi.
Makannya teratur, dan mengkonsumsi garam sudah dikurangi.

III. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Vital sign
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 75x/menit, regular,lemah, tidak kuat angkat
Suhu : 36,5 C
RR : normal

b. Khusus ( jantung dan paru)
Jantung
nspeksi :
-ekspresi wajah : pasien tidak menunjukkan adanya rasa sakit, tidak ada sianosis
sentral, tidak pucat dan tidak berkeringat dingin, tidak ada sesak nafas.
-anggota gerak : tidak ditemukan clubbing finger dan tidak ditemukan sianosis perifer.
-leher : pasien terburu-buru, tidak sempat memeriksa leher dan pasien
menggunakan jilbab.
-dada : pasien terburu-buru, tidak sempat memeriksa dada.
Palpasi :
-Nadi : 75x/menit, reguler, lemah, tidak kuat angkat
-iktus cordis : pasien terburu-buru, tidak sempat memeriksa iktus cordis
-peningkatan vena jugularis : pasien terburu-buru, tidak sempat memeriksa
peningkatan vena jugularis
Perkusi : pasien terburu-buru, tidak sempat melakukan perkusi.
Auskultasi : pasien terburu-buru, tidak sempat melakukan auskultasi.

Paru
nspeksi :
-Wajah : Pasien tidak menunjukkan rasa sakit, tidak menggunakan otot
bantu pernafasan saat bernafas, nafas tidak berbunyi dan tidak ada sianosis sentral.
-Sikap tubuh : pasien terlihat nyaman saat duduk, berdiri maupun berjalan.
-Leher : pasien terburu-buru, tidak sempat memeriksa leher karena pasien
menggunakan jilbab.
-Konfigurasi dada : pasien terburu-buru, tidak sempat memeriksa dada.
-Anggota gerak : clubbing finger tidak dijumpai,tidak ada sianosis perifer.
Palpasi :
-Nyeri tekan : pasien terburu-buru, tidak sempat melakukan pemeriksaan nyeri tekan.
-Fremitus taktil : pasien terburu-buru, tidak sempat melakukan pemeriksaan
fremitus taktil.
-Pergerakan dada : pasien terburu-buru, tidak sempat melihat pergerakan dada.
-Perkusi : pasien terburu-buru, tidak sempat melakukan perkusi.
-Auskultasi : pasien terburu-buru, tidak sempat melakukan auskultasi.


IV. MASALAH
-pusing
-Kebas dan nyeri di kedua kaki
-Tekanan darah tinggi, terkontrol
-Asam lambung
-Sakit dada saat beraktivitas berat





LAPORAN HASIL PEMERISAAN PASIEN HIPERTENSI
a. Riwayat penyakit pasien yang dikunjungi
RP Sekarang : Pasien mengeluh menderita darah tinggi. Darah tinggi
yang diderita pasien menyebabkan pasien sering pusing di seluruh bagian kepala
saat beraktifitas dan hilang setelah tidur. Selain itu pasien juga mengeluh kaku di
leher, penglihatan kabur, sakit gigi, sakit di sendi paha, asam urat, dan reumatik.
Dulu pasien berobat ke RSUDZA dan di diagnosa DM kemudian berobat jalan.
Setelah sembuh, pasien mengeluh pusing-pusing. Kemudian pasien berobat ke poli
dan di diagnosa stroke 1 tahun lalu. Lalu pasien mengeluh sering pusing tiba-tiba,
pasien memutuskan berobat ke puskesmas Baitussalam sampai sekarang. Pada
tanggal 9 Novemver 2010 TD 170/80mmHg. Pada tanggal 11 November 2010 TD
160/100mmHg. Dari tanggal 9 November 2010 sampai sekarang pasien masih
mengkonsumsi obat-obatan yang terdiri dari captropil, pcr, Bi, dan proxicom. Selain
mengkonsumsi obat dengan teratur, pasien juga sudah mengurangi mengkonsumsi
garam, mengurangi minum kopi dan tidak memakan makanan yang banyak
mengandung kolesterol.

RP Dahulu : 4 bulan yang lalu pasie TD pasien 120mmHg. Selain
itu pasien juga pernah menderita stroke 1 tahun lalu, DM dan darah tinggi setelah
tsunami. Dulu pasien berobat ke RSUDZA dan di diagnosa DM kemudian berobat
jalan. Setelah sembuh, pasien mengeluh pusing-pusing. Kemudian pasien berobat
ke poli dan di diagnosa stroke 1 tahun lalu. Lalu pasien mengeluh sering pusing
tiba-tiba, pasien memutuskan berobat ke puskesmas Baitussalam sampai sekarang

RP Keluarga : Selain pasien tidak ada anggota keluarga pasien lainnya
yang terkena hipertensi, DM juga stroke. Hanya ayahnya sakit mata dan anak
termudanya demam.

Anamnesis Sistem: pusing, kaku di leher, nyeri di sendi paha, Tidak ada sesak
nafas, tidak ada batuk, tidak ada nyeri dada, tidak ada mual dan muntah, tidak ada
perdarahan (gusi berdarah), tidak ada kejang, tidak ada udema, dan tidak ada
clubbing finger.

Riwayat kebiasaan : Dulu pasien suka minum kopi, tapi sekarang sudah
dikurangi. Makan teratur, dan mengkonsumsi garam sudah dikurangi.
b. Faktor resiko yang ada pada pasien sehingga ia menderita hipertensi
Dahulu pasien suka mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
dan lemak. Hal ini merupakan factor resiko terkena hipertensi. Karena penelitian
menunjukan bahwa kenaikan asupan garam berperan penting dalam meningkatkan
tekanan arteri daripada kenaikan asupan air. Penyebabnya adalah karena air
secara normal dieksresikan oleh ginjal hampir secepat asupannya, tetapi garam
tidak dieksresikan sebegitu mudah. Karena penumpukannya dalam tubuh, garam
secara tidak langsung meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang nantinya
dapat menyebabkan hipertensi. Kegemukan yang dialami pasien akibat
mengkonsumsi makanan berlemak dapat meningkatkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen. Lemak tubuh yang berlebihan berperan dalam terbentuknya
resistensi insulin.
c. Riwayat pengobatan dan respon pengobatan
Dulu pasien berobat ke RSUDZA dan di diagnosa DM kemudian berobat jalan.
Setelah sembuh, pasien mengeluh pusing-pusing. Kemudian pasien berobat ke poli
dan di diagnosa stroke 1 tahun lalu. Lalu pasien mengeluh sering pusing tiba-tiba,
pasien memutuskan berobat ke puskesmas Baitussalam sampai sekarang. Pada
tanggal 9 Novemver 2010 TD 170/80mmHg. Pada tanggal 11 November 2010 TD
160/100mmHg. Dari tanggal 9 November 2010 sampai sekarang pasien masih
mengkonsumsi obat-obatan yang terdiri dari captropil, pcr, Bi, dan proxicom. Selain
mengkonsumsi obat dan makan dengan teratur, pasien juga sudah mengurangi
mengkonsumsi garam, mengurangi minum kopi dan tidak memakan makanan yang
banyak mengandung kolesterol. Hasil dari pengobatan tersebut, tekanan darah
pasien mulai menurun menjadi 160 mmHg.
d. Masalah-masalah lain yang ada pada pasien
Ditinjau dari segi ekonomi, pasien berpenghasilan rendah sehingga pasien
jarang kedokter. ni juga berpengaruh terhadap pola hidup terutama makanan yang
dikonsumsi sehari-hari,bisa jadi tidak sesuai dengan gizi yang diharapkan. Tetapi
pasien makan teratur.
Karena pasien memiliki keluarga dan cucu yang cukup banyak, pasien
mengeluh sering pusing karena memikirkan keluarganya. ni dapat membuat
tekanan darah meningkat.
e. eterkaitan hasil observasi dengan masalah pasien
Dari hasil observasi yang dilakukan, faktor utama yang menyebabkan pasien
hipertensi adalah pasien yang sering mengkonsumsi makanan yang mengandung
garam dan lemak. Oleh karena itu, dengan melakukan perubahan gaya hidup dan
terapi obat diharapkan tekanan darah pasien akan menjadi normal.

EVALUASI
a. Hal-hal positif dan menyenangkan yang didapat selam kunjungan.
Saya sangat senang dalam kunjungan pasien kali ini karena saya bisa
mendapatkan pasien hipertensi sehingga bisa mempraktekkan langsung
pemeriksaan fisik jantung walaupun hanya anamnesisnya dan vital sign nya, terkait
dengan blok kardiovaskular yang sedang saya jalani. Pasien dan dokter bersikap
ramah terhadap kedatangan kami di puskesmas. Pasien juga terbuka dalam
menyampaikan informasi yang penting tentang penyakitnya sehingga memudahkan
kami dalam melakukan anamnesis.
b. Hal-hal negative selama kunjungan
Sedikitnya pasien saat kami melakukan kunjungan di puskemas baitussalam
pada hari kamis karena hujan, membuat kami agak kesulitan untuk mencari pasien
hipertensi. Namun dengan adanya kemauan dan kerja keras dari setiap anggota
kelompok, kelompok kami dengan sabar menunggu kedatangan pasien. Dan
akhirnya kami mendapatkan 1 orang pasien hipertensi untuk kami periksa. Dalam
melakukan pemeriksaan terkadang kita tidak bisa melakukan persis sama seperti
yang ada pada buku panduan. ni dikarenakan kondisi di lapangan tidak
memungkinkan. Seperti pasien yang terburu-buru karena ada urusan lain, membuat
kami tidak dapat melakukan sebagian pemeriksaan.

REFERENSI
Bickley, Lynn S. 2008. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat esehatan Bates, edisi ke 5.
Jakarta: EGC
Kertohoesodo, Soehardo. 1987. Pengantar ardioIogi. Jakarta: U Press
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. apita SeIekta edokteran, edisi ke 3. Jakarta: FKU
Sudyo, Aru W. 2009. Buku Ajar IImu Penyakit DaIam, edisi ke 5. Jakarta: nterna
Publishing

Anda mungkin juga menyukai