Anda di halaman 1dari 4

H H

F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

Rencana Program

Pengadaan Perpustakaan Anak-Anak


Di Kedang dan Leragere
Kabupaten Lembata
Nusa Tenggara Timur
The Institute for Ecosoc Rights, Jakarta
Jl Tebet Timur Dalam VIC / 17
Jakarta Selatan, telp 021 8304153

Latar belakang

Kemiskinan amat sering membatasi kemajuan perkembangan bakat,


kreativitas dan karakter anak-anak di wilayah terpencil. Kedang dan Leragere merupakan
salah satu daerah kecamatan terpencil di kabupaten Lembata. Di sana tersebar ribuan
anak-anak yang menyimpan mimpi dan ingin menggapai kemajuan. Sayang, kondisi
alam yang sulit, kemiskinan yang membalut masyarakat, ditambah kebijakan pemerintah
yang korup dan kurang menganggap penting pendidikan, mematahkan mimpi dan cita-
cita mereka. Bahkan di keluarga-keluarga yang sangat miskin dipekerjakan menjadi
buruh bangunan untuk menyokong perekonomian keluarga. Rumitnya persoalan di
daerah terpencil tersebut mengakibatkan hilangnya lingkungan yang mendukung tumbuh-
kembangnya anak untuk menjadi pribadi-pribadi yang utuh, bebas dan bermartabat..

Leragere berada di daerah ketinggian perbukitan di kabupaten Lembata.


Jaraknya 50 km dari ibukota kabupaten. Sedangkan Kedang berada di wilayah pesisir
yang membentang di kaki-kaki perbukitan yang berjarak 75 km dari ibukota kabupaten.
Lembata sendiri adalah kabupaten baru dan hasil dari pemekaran kabupaten Flores
Timur. Di dua wilayah tersebut anak-anak (dan masyarakat) hidup tanpa listrik di siang
hari. Bahkan di Leragere tak ada listrik sama sekali baik siang maupun malam. Mereka
belajar dengan lampu minyak sebagai penerangan. Radio dan televisi sulit didapat di
Leragere. Media cetak tidak masuk sampai ke wilayah tersebut. Perkembangan informasi
dan pengetahuan tidak menjangkau masyarakat di sini. Anak-anak makin jauh dari dua
hal penting yang mereka perlukan untuk berkembang.

Ketiadaan sarana transportasi yang bisa menjangkau daerah tersebut


menghambat mobilitas masyarakat setempat. Barang-barang kebutuhan sehari-hari sangat
mahal. Harganya berlipat-lipat dibanding harga normal di Jakarta misalnya. Beban biaya
hidup yang tinggi sering menyebabkan pendidikan dan kebutuhan anak dalam keluarga
dikesampingkan. Sekalipun anak-anak tetap disekolahkan, mereka kesulitan
menyediakan fasilitas buku bacaan dan maupun alat tulis.

Selain biaya hidup tinggi, sarana infrastruktur sulit diperoleh warga. Jarak
sekolah dengan rumah amat jauh. Di kedua daerah tersebut anak-anak harus berjalan
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

berkilo-kilo meter di medan yang berat untuk pergi ke sekolah. Kondisi jalan sangat
buruk dan tidak ada angkutan desa. Sekolah-sekolah kekurangan buku pelajaran. Hiburan
dan sarana alternatif pendidikan untuk mereka tidak ada. Jarang ada Sekolah Dasar yang
memiliki perpustakaan. Ketiadaan perpustakaan di sekolah makin menghambat proses
belajar dan perkembangan anak secara intekektual, emosional maupun sosial.
Pengetahuan anak menjadi terbatas dan mengakibatkan terbatasnya pula jangkauan cita-
cita dan harapan yang bisa mereka rumuskan.

Kondisi alam di kedua daerah tersebut tergolong kering. Kesulitan masyarakat


dalam memperoleh air bersih dirasakan pula dampaknya oleh anak-anak. Tidak jarang
anak-anak terpaksa turut mencari air di mata air pada musim kering. Pekerjaan mencari
air di tempat yang jauh dan berbukit-bukit termasuk pekerjaan berat bagi perempuan
dewasa disana. Apalagi jika anak-anak yang harus mengerjakannya. Anak-anak dari
keluarga yang sangat miskin mengalami situasi yang lebih parah lagi. Mereka kadang
terpaksa bekerja menjadi buruh bangunan demi menyokong perekonomian keluarga.
Anak-anak ini menjadi kehilangan kesempatan belajar di bangku sekolah dan menikmati
kegembiraan serta kebebasan di masa anak-anak. Mereka terenggut dari dunianya. Anak-
anak yang demikian harus diberikan ruang belajar dan berkembang tanpa harus
meninggalkan tugas kepada keluarga.

Meskipun anggaran belanja pemerintah Lembata untuk pendidikan 2007


tampak sangat besar sampai 26 persen atau Rp66.7 milyar, tapi seperlimanya saja yang
digunakan untuk program wajib belajar sembilan tahun. Konsentrasinya justru untuk
rehabilitasi bangunan sekolah. Sedangkan untuk program pendidikan usia dini jumlahnya
sangat kecil yaitu 0,1 persen dari anggaran untuk pendidikan tersebut. Tak sulit
memastikan tingkat korupsi di Lembata masih sangat tinggi, sekalipun media massa
setempat setiap hari memberitakan korupsi oleh pejabat pemerintah. Situasi demikian
makin membuat hak-hak anak Lembata untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu
makin diabaikan.

Sudah menjadi hak anak-anak yang hidup di wilayah miskin dan rentan untuk
memperoleh bantuan dan perlindungan khusus. Anak harus sepenuhnya dipersiapkan
untuk menghayati kehidupan pribadi dan dibesarkan dalam lingkungan dengan semangat
cita-cita tinggi.

Maka penting untuk mengupayakan terbangunnya suatu lingkungan yang


mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwa serta potensi anak secara sehat dan
membebaskan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak tersebut makin tumbuh menjadi
pribadi yang bebas, utuh, menguasai pengetahuan dan berbudi luhur. Maka perintisan
unit-unit kegiatan yang menyediakan sarana yang mampu memicu perkembangan bakat,
emosi dan karakter anak merupakan kebutuhan mendesak di kedua daerah tersebut. Unit-
unit tersebut harus berada di luar struktur sekolah formal agar anak-anak yang putus
sekolah maupun yang tidak sekolah bisa menjangkaunya.

Perpustakaan anak merupakan alternatif penting untuk memenuhi kebutuhan


tersebut. Selain menyediakan sumber-sumber pengetahuan untuk mendorong keluasan
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

berfikir anak, perpustakaan ini dapat menjadi tempat berinteraksi, belajar dan bermain
yang sehat bagi anak-anak desa. Perpustakaan harus berada tidak jauh dari tempat tinggal
anak-anak dan disediakan dengan cuma-cuma.

Tujuan
1. Menyediakan lingkungan yang sehat dan mampu memancing perkembangan bakat,
emosi dan karakter anak-anak usia sekolah.
2. Menyediakan sumber-sumber pengetahuan dan sarana lain yang mendorong keluasan
dan kekayaan berfikir bagi anak-anak berupa bahan bacaan, film, alat permainan, dll.
3. Menyediakan tempat berinteraksi, belajar dan bermain bagi anak-anak usia sekolah
dasar.
4. Menyediakan ruang belajar bagi anak-anak putus sekolah di dekat rumah mereka.

Pendekatan
1. Agar anak-anak di kedua daerah bisa mengakses perpustakaan dengan bebas dan
mudah maka perpustakaan harus berlokasi di tempat umum. Untuk Leragere akan
berlokasi di Paroki Santa Wilhelmus, Ledoblolong, karena seluruh warga beragama
katholik. Sedangkan untuk Kedang yang warganya beragama Katholik dan Muslim,
maka perpustakaan akan berlokasi di rumah kepala dusun.
2. Perpustakaan di Leragere akan diurus oleh Ibu Kristin yang merupakan salah satu
aktifis gereja Santa Wilhelmus, Ledoblolong. Sedangkan perpustakaan di Kedang
akan diurus oleh organisasi muda-mudi setempat.
3. Sumber-sumber bacaan, film, alat permainan serta fasilitas lain yang disediakan di
perpustakaan harus dipastikan akan membawa dampak positif dan tidak berpotensi
mencerabut anak-anak dari akar budaya mereka. Maka diperlukan seleksi yang
sungguh-sungguh untuk menentukan kelayakannya.
4. Di tahap awal dimana jumlah bahan bacaan masih terbatas, akan dilakukan sirkulasi
bahan bacaan secara bergiliran ke kedua wilayah tersebut. Hal ini dimasudkan agar
semua anak baik di Kedang maupun Leragere berkesempatan sama dalam menikmati
semua tema sumber bacaan, film, alat permainan serta fasilitas lain.
5. Untuk membiayai seluruh rencana pengadaan perpustakaan tersebut, kami
menghimpun sumbangan dari berbagai pihak. Sumbangan bisa berupa buku (bekas
maupun baru), peralatan perpustakaan, film, alat permainan anak, dll maupun berupa
uang. Sumbangan berupa barang dapat dikirim langsung kepada kami dengan alamat
sebagai berikut :

The Intitute for Ecosoc Rights, Jakarta


Jl Tebet Timur Dalam VIC/17
Jakarta Selatan
Telp/Fax 021.8304153
Blog : http://ecosocrights.blogspot.com
Email : ecosoc@cbn.net.id
Kontak Person : Yanti (081585313380), Albert (02132663549), Indah (08176501193)

Atau dikirim langsung ke Lembata dengan alamat sebagai berikut :


Paroki St. Arnoldus Janssen
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k

Waikomo, Lewoleba, Lembata


Nusa Tenggara Timur
Kontak Person : Pater Vande Raring, SVD (HP 085230269694)

Untuk sumbangan berupa uang dapat dikirim melalui rekening dibawah ini:
Perkump. Institute for Ecosoc Rights
No rekening 0701140206
Bank Permata Cabang Menteng, Jakarta Pusat.
(Mohon penulisan nama dan nomor rekening persis seperti diatas)

Dampak yang diharapkan


Dari kegiatan tersebut diharapkan akan membawa dampak positif terhadap anak-anak di
sekitar lokasi perpustakaan berupa :

1. Anak-anak terangsang untuk selalu mencari tahu pengetahuan-pengetahuan baru dan


terbantu menghayati dan mengembangkan pribadinya.
2. Ada proses pengayaan pengetahuan bagi setiap anak di lingkungan perpustakaan.
3. Terwadainya keinginan dan keratifitas anak-anak untuk belajar, bermain dan
berinteraksi bersama.
4. Anak-anak tersemangati untuk terus belajar dan mewujudkan cita-citanya.

Output yang dihasilkan


1. Adanya tempat belajar, bermain, dan berinteraksi bersama bagi anak yang
mendukung pengembangan kreatifitas dan pengetahuan anak.
2. Adanya sumber-sumber pengetahuan berupa buku bacaan, film, alat permainan bagi
anak-anak.
3. Tersedianya tersedianya tempat dan fasilitas belajar bagi anak-anak putus sekolah di
sekitar tempat tinggal mereka.

Anggaran
Terlampir

Penutup
Keadilan dan kesejahteraan bagi semua anak bukan hadiah yang akan datang dengan
sendirinya. Memerlukan proses panjang dan kerja banyak orang untuk mencapainya.
Upaya untuk penegakan harkat seluruh umat manusia tidak akan tercapai saat tidak ada
orang yang berani memulainya.

Jakarta
16 Oktober 2008
Intitute for Ecosoc Rights Jakarta

Sri Palupi
Ketua

Anda mungkin juga menyukai