XC e XC e
F- w F- w
PD
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
KROMATOGRAFI
KERTAS
Oleh
Ni Putu Sri Ayuni, S.Si., M.Sc
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
KROMATOGRAFI KERTAS
1. Pendahuluan
Kromatografi kertas merupakan contoh kromatografi partisi dalam bentuk planar yang
sudah sangat konvensional. Teknik ini umumnya digunakan untuk menjelaskan teknik
kromatografi secara mudah, karena sistem kromatografinya sangat sederhana. Hanya butuh
sepotong kertas, tinta warna dan pelarut dalam suatu bejana saja seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.
Kromatografi Kertas 2
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
3. Mekanisme Pemisahan
Dalam kromatografi fasa gerak bergerak membawa komponen-komponen melewati fasa
diam. Komponen-komponen selanjutnya berinteraksi dengan fasa diam, sementara fasa gerak
terus berjalan melalui fasa diam. Dalam hal ini terjadi perbedaan interaksi dari komponen
dengan fasa gerak dan fasa diam. Kemampuan fasa gerak membawa komponen individu pada
jarak tertentu terhadap fasa diam, tergantung pada afinitas komponen terhadap kedua fasa
tersebut. Bila interaksi komponen lebih besar terhadap fasa gerak, maka komponen akan
berjalan lebih jauh dari komponen lain yang afinitasnya lebih lemah.
Mekanisme pemisahan yang terjadi dalam kromatografi kertas:
Peristiwa kapilaritas- pergerakan cairan di antara ruang dalam material berpori oleh
adanya gaya adhesi, kohesi, dan tegangan permukaan. Dalam kromatografi kertas, cairan
dapat naik ke atas karena gaya kapilaritas lebih besar daripada gaya gravitasi yang
menahannya.
Solubilitas- suatu derajat/ukuran dimana suatu zat (solut) dapat terlarut dalam pelarut
(solven). Solut dapat terlarut dalam solven karena kesamaan sifat (like dissolve like). Hal
ini memungkinkan solut akan dapat terpisah menggunakan kombinasi solven.
Pemisahan dalam kromatografi kertas terjadi oleh:
i. Perbedaan kelarutan solute dalam solven
ii. Perbedaan afinitas solute terhadap fasa diam dan fasa gerak
Kromatografi Kertas 3
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
4. Metode Pengembangan(development)
(a) Pengembangan penurunan (ascending development)
Alat pokok berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina, atau logam tahan karat yang
diatasnya ditutup untuk mencegah penguapan dari pelarut. Untuk menyangga agar kertas tak lepas
perlu diberi penahan dari batang gelas. Untuk beberapa sentimeter pelarut mengalir oleh gaya
kapiler dan mengalir oleh gravitasi setelah pelarut melintasi batang gelas.
(b) Pengembangan penaikkan (descending development)
Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikan sama seperti untuk kromatografi
penurunan, tetapi pelarut diletakkan di bagian bawah dari bejana dan kertas dicelupkan diatasnya.
Pada metode penaikkan menunjukkan lembaran kertas tergantung di atas batang gelas yang dijepit
dengan gabus atau politena pada ujungnya. Kertas dibentuk silinder dengan noda-noda cuplikan
diteteskan melingkar dekat ujung bawah kertas. Ujung-ujung pertemuan kertas diklip atau
dikaitkan bersama-sama, dan silinder didirikan dengan ujung bawah tercelup ke dalam pelarut.
Bentuk bejana dari gelas yang berbentuk silinder (bila dikehendaki dapat digunakan gelas ukur
yang mempunyai kapasitas 1-2 liter), gabus dengan lubang untuk batang gelas sebagai penutup.
Batang gelas sebagai penggantung kertas dapat berjumlah satu atau lebih hingga dengan demikian
pekerjaan dapat dilakukan bersama-sama.
(c) Pengembangan mendatar.
Dalam cara ini kertas dibentuk bulat ditengahnya diberi lubang sebagi tempat untuk
meletakkan sumbu yang terbuat baik dari gulungan kertas atau dari benang yang melalui ini pelarut
dapat naik yang kemudian membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa
senyawa yang dipisahkan.
Kromatografi Kertas 4
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
5. Kertas
Kertas yang biasanya dipakai terdiri dari selulosa yang sangat murni. Struktur selulosa
polimer mengandung beberapa ribu glukosa anhidrat tersusun melalui atom O, teoritis ada 3 gugus
hidroksil pada tiap unit glukosa, tapi banyak yang sudah sebagian teroksidasi waktu pembuatan
menjadi aldehid, keton, atau gugus karboksil fungsionil. Selain itu kertas mengandung juga runutan
dari banyak pengotor juga zat-zat anorganik, garam-garam misalnya, yang tertinggal waktu
pemrosesan.
Selulosa mudah menarik air dan pelarut polar dan mengikatnya melalui formasi ikatan H
pelarut-pelarut ini menembus jaringan dan menyebabkan pengembangan kertas dan menambah
dimensinya. Dalam air, selulosa menjadi polar sekali dan menjadi elektronegatif. Efek ini berkurang
dalam pelarut dengan konstanta dielektrik rendah atau karena penambahan konsentrsi garam.
Kertas-kertas mempunyai sifat-sifat penukaran ion dan juga adsorpsi, juga merupakan
pereduksi lunak, dan dapat bereaksi dengan pengoksidasi. Sifat-sifat diatas berlainan pada tiap
macam kertas. Pencucian dengan asam dan pengeringan membantu mendapat sifat reproduksi, tapi
perbedaan-perbedaan harga Rf dapat diperkirakan. Bentuk-bentuk modifikasi dari kertas dapat
diperoleh melalui cara melapisi aluminium, silika gel, resin penukar ion. Mekanisme pemisahan
akan berbeda, tetapi tekniknya sama.
Kromatografi Kertas 5
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
mengganggu deteksi (harus diuapkan dulu). Hal penting yang sering lupa diperhitungkan adalah
bahwa kotoran-kotoran nonvolatil dalam pelarut pengembang bisa tertukar dengan runutan dalam
sampel atau bisa mengganggu metode deteksi. Sistem pelarut yang ideal adalah kedua fasa tidak
tercampur dalam komponen-komponen dalam sampel mempunyai kelarutan yang tinggi dalam
pelarut tapi berbeda sekali. Hal ini memberikan pemisahan maksimum dengan pelebaran minimum
pada waktu yang pendek.
7. Metode Deteksi
Setelah campuran dipisahkan, komponen harus dipisahkan, komponen harus diidentifikasi
dengan membandingkan kecepatan imigrasi atau Rf-nya dengan standar, dengan menggunakan
paling sedikit tiga sistem pelarut. Reaksi warna spesifik juga digunakan untuk identifikasi ini. Harga
Rf dalam sistem ini membentuk suatu spektrum kromatografi yang karakteristik untuk suatu zat.
Nilai Rf dihitung sesuai dengan Persamaan 1.
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 = … … . . (1)
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
Bila tidak mungkin mendapatkan pembanding, dapat dipelajari korelasi antara Rm = (1/Rf –
1) dan struktur kimia zat itu. Metode deteksi yang sering dipakai adalah: warna komponen, reaksi
dengan pereaksi yang menghasilkan warna, absorpsi UV, absorpsi inframerah, fluorosensi,
radioaktifitas, bioautografi, dan ekstraksi.
Untuk tes reagen dipakai penyemprotan, pencelupan, kontak dengan uap. Contoh: pereaksi
ninhidrin disemprotkan kepada kertas bereaksi dengan amina-amina dan asam amino membentuk
warna biru. Beberapa pereaksi pendeteksi universal, misal: rhodamin B, perak nitrat, iodium, kinin
bisulfat, asam fosfomolibdat, indikator asam-basa. Bioautografi dilakukan dengan mengkontakkan
kertas dengan media culture untuk beberapa waktu diikuti oleh pemeriksaan kecepatan tumbuh
bakteri pada kertas efek sampel bisa positif atau negatif.
8. Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif melibatkan estimasi luas noda, elusi, metode optik, metode radiometrik.
Luas dari noda yang bulat sebanding dengan logaritma dari berat zat. Dengan cara ini dapat
dievaluasi secara semi kuantitatif dengan akurasi yang wajar. Pada kasus khusus, ada hubungan
linier antara luas dan berat zat. Pada sistem kromatografi kertas adsorpsi antara logaritma luas
Kromatografi Kertas 6
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
noda dan logaritma berat zat ada hubungan linear yang nyata. Pada kromatografi lapis tipis
hubungan linear adalah antara akar luas noda dan logaritma berat.
Elusi, kalau pengukuran dengan cara planimeter tidak dapat memberikan hasil yang akurat
(misal, bentuk noda tidak teratur), noda dapat dielusi dan jumlah zat ditentukan secara kuantitatif
dengan metode kimia atau fisika yang cocok.
Metode optik, potongan kertas dapat diukur terhadap transmisi ataupun refleksi sinar dalam
keadaan kering atau sesudah diisi (impregnasi) dengan cairan organik yang cocok seperti parafin,
xylene atau ester salisilat. Ada empat prosedur berbeda yang dapat dipakai: transmisi pada kertas
kering atau tembus cahaya dan refleksi dari kertas saring atau tembus cahaya.
Metode radiometrik. Scanning dari kromatogram akan lebih dilakukan secara ootomatis.
Penggunaan radioaktive markers untuk estimasi kuantitatif bagi komponen-komponen tertentu
dalam campuran telah tersebar luas, misalnya untuk pemisahan asam-asam amino. Alat otomatis
untuk radiokromatografi kuantitatif telah digambarkan oleh Pocchiari dan Rossi.
10. Penggunaan
Kromatografi kertas dipakai analisa zat anorganik, organik dan biokimia, juga untuk
menentukan logam-logam dalam sampel bijih. Kompleks logam-logam isomeris dapat dipisahkan,
juga logam-logam dengan sifat kimia yang sama. Hampir semua campuran zat-zat organik dapat
dipisahkan dan metoda dapat dipakai untuk mengecek kemurnian atau sebagai metode percobaan
menentukan kondisi-kondisi optimum untuk pemisahan kromatografi kolom skala besar. Metode
ini berguna sekali dalam biokimia dengan masalah-masalah analitiknya untuk sampel yang sedikit.
Kromatografi Kertas 7
X ie w Change V XC
h a n g e Vi
e
Contoh
F-
PD
jurnal dengan metode Kromatografi Kertas F- w
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
IDENTIFIKASI ZAT WARNA SINTETIS PADA AGAR.AGAR TIDAK BERMERK YANG
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
DIJUAL DI PASAR DORO PEKALONGAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI
c u -tr a c k c u -tr a c k
KERTAS
Identification of Colour Synthetic in non Lebel Agar that was Sale on Pekalongan Doro Market by
Thin Layer Chromatography Methode
(Endang Triwahyuni M", Erna Susilowatib)
a. Staf Pengajar FIKKES
b. Alumni D3 Analis Kesehatan
ABSTRACT
The increasing numbers of small industries and home industries which processes food
products are often tollowed by cases of chemical substances misuse. The process involves
synthetic coloring substantive in order to get the expected product, for both for the producer and
the consumer.
Jelly is a thick substantive made of seaweed. To make it, we only need to heat the jelly Jlour in
boiling water, After it gets cold it will turn into gel and csn be formed the way we like it To add
more Jlavors we can add natural or synthetic additional substances for coloring and sweetener on
the process.
This research is dedicated to identify the types of synthetic coloring substantive added to jellies
and to compare the result with Permenkes RI No. 722 / PER / 1988.
This is a descriptive research, using chromatograph paper method to check the qualitative test on
the synthetic coloring substantive used. Population of the research is the jellies sold at Pasar
Doro Pekalongan, with 4 (four) out of 5 (ive) colors taken as the sample purposively from each
packages sold there.
The data is taken from laboratory test, and conveyed in descriptive way. Result on laboratory
test on jellies sold at Pasar Doro Pekalongan is that they uses Eritrosin, Green S, Sunset Yellow,
Tartrazin, and Carmoisin as the synthetic coloring substantives as stated in Permenkes RI No.
722 / MENKES / PER/ IX/ 1988.
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
yaitu air dimasak No.722lPerllXl988
bu
bu
pengolahannya sampai tentang Bahan
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.c .c
.d o
c u -tr a c k rcendidih kemudian dimasukkan agar-agar Tambahan Makanan? .d o
c u -tr a c k
faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur Manfaat dari penelitian ini diharapkan
dan nilai gizinya. Faktor wama tampil lebih dapat bermanfaat dan bisa menambah
d.ahulu dan kadang-kadang sangat pengetahuan bagi peneliti dan juga dapat
rnenentukan mutu dari makanan. Selain menginformasikan kepada masyarakat
sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, mengenai jenis pewarna sintetis yang
warna juga dapat digunakan sebagai indikator ditambahkan pada makanan agar-agar, apakah
kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya layak dikonsumsi dan tidak mengganggu
cara pencampuran atau cara pengolahan kesehatan dan bagi produsen diharapkan
dapat ditandai dengan adanya warna yang menggunakan bahan pewarna sintetis yang
seragam dan merata. (F.G.Winarno 2004). diizinkan oleh Permenkes RI
Penggunaan zat warna sintetis No. 722lMenkes/Per/DV 1 98 8.
pemakaian yang tidak terkendali dapat penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan
mernbahayakan konsumen. Di Indonesia di laboratorium kimia Jurusan Analis
sudah ada peraturan Menteri Kesehatan RI Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan
dirumuskan suatu permasalahan, apakah jenis mulai bulan Januari 2005 sampai bulan Maret
zat pewarnayarLg ditambahkan pada makanan 2005.
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
di Benang wool diambil dan
bu
bu
makauan agar-agar yang beredar Pasar lunturan
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w
nori: Pekalongan. w
w
w
o
o
.d o .c . .c
c u -tr a c k dipekatkan. Hasil pekatan ditotolkan pada
do
c u -tr a c k
Alat yang digunakan adalah : gelas kertas kromatografi dan ditotolkan juga baku
piala 100 ml, pengaduk kaca, bejana elusi, pewarna yang sesuai dengan warna sampel.
benang wool bebas lemak, kertas Dieluasikan dengan jarak rambat eluasi 12
kromatografi (Whatmann, No. l), tusuk gigi, cm, penotolan contoh 2 an dari tepi bawah
cawan porselen. Bahan yang dipakai adalah : kertas kromatografi.
sampel rnakanan aga:agar, asam acetat 6 Yo,
(Eluen I)
larutan ammonium 12,5 Yo, trinatrium citrat,
etil rnetil keton, amoniak pekat, aceton,
Etil metil keton 70 ml
aquadest. Aceton 30 ml
Identifrkasi zat warna sintetik 1. Warna bercak ariara sampel dan baku
Sampel yang sudah disiapkan kemudian sama
dipanaskan sampai zat warnanya dapat 2" Harga Rf antara sampel dengan baku
terserap pada bulu domba. sama atau saling mendekati dengan selisih
hingga zatwamapada benang wool luntur. dibuat dari tepung agar-agar yang berasal
dari tumbuhan laut (algae). Untuk
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
menambah selera hidangan dalam telah banyak diproduksi dengan beraneka
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c k.
c
c u -tr a c k pembuatannya dapat ditambahkan zat .
ragam warna dan rasa yang enak,d o csalah
u -tr a c
pewarna dan pemanis, yang biasanya satunya adalah makanan a5ar-agar yang
berupa zattarnbahan alami atau sintetis. dijual di Pasar Doro Pekalongan.
2. Zat wama sintetis adalah bahan tambahan Makanan agaragar yan9 diambil untuk
rnakanan yang digunakan untuk memberi penelitian diambil langsung dari pedagang
warna pada makanan atau minuman yang yang ada di pasar Doro Pekalongan.
terdiri dat'. zat warna alami dan zat warna Sampel diambil empat macam warna
sintesis. Diuji secara kualitatif dengan diantaranya merah, hijau, kuning dan
metode kromatografi kertas orange dari lima jumlah warna. Hasil dari
J. Kromatografi kertas adalah Metode produksi ini dikemas dalam plastik yang
pemisahan dengan kerja dua fase yaitu dijual per bijinya dengan harga Rp. 100,00
fase diam dan fase gerak yang hasil kerja (seratus rupiah).
dan II didapatkan hasil bahwa sampel sintetis tunggal yaitu Carmiosin dan karena
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
warna bercak sampel sama dengan antara sempel dan baku Eluen I
to
to
0,06
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o . c .d o .c
ack c u -tr a c k
c u -tr
warna bercak baku dan selisih harga Rf sedangkan Eluen II 0,03
Tabel 2. Identifikasi zat warna hijau pada makanan agar-agar dengan Eluen I
dan Eluen II
Warna Warna Rf Selisih Harga Rf
Kode
Visual Bercak Eluen I Eluen II Eluen I Eluen II
Hijau 0,98 0,77
Sampel B Hijau
Kuning 0,83 0,62
Baku Green S Hijau Hijau 0,99 0,79 0,01 0,02
Baku Tartrazin Kuning Kuning 0,81 0,64 0,02 0,02
Setelah dielusikan dengan Eluen I bercak baku dan selisih harga Rf antara
dan II didapatkan hasil bahwa sampel sampel dan baku Eluen I untuk warna
dengan kode B mengandung zat warna Hijau 0,01dan kuning 0,02 sedangkan
campuran yaitu Hijau dan Kuning sesuai Eluen II warna Hijau 0,02 dan warna
dengan Baku Green S dan Tartrazin karena kuning 0,02.
warna bercak sampel sama dengan warna
Baku Sunset
Orange Orange 0,88 0,34 0,02 0,03
Yellow
Setelah dielusikan dengan Eluen I dan II baku dan selisih harga Rf antara sampel
didapatkan hasil bahwa sampel dengan dan baku Eluen I 0,02 sedangkan Eluen II
kode C mengandung zat warna sintetis 0,03.
tunggal yaitu Sunset Yellow, karena warna
bercak sampel sama dengan warna bercak
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
Tabel 4. Identifikasi zat warna Kuning pada makanan agar-agar dengan
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.c .c
.d o
c u -tr a c k Eluen I dan Eluen II .d o
c u -tr a c k
Baku
Kuning Kuning 0,81 0,54 0,42 0,02
Tartrazin
Setelah dielusikan dengan Eluen I dan t. Sampel A mengandung zat warna
iI didapatkan hasil bahwa sampel dengan sintesis merah yaitu Carmoisin, dan
i<ocle D mengandung zat wama sintesis Sampel B mengandung zat warna
tunggal yaitu Tatrazin, karena warna bercak sintetis hijau dan kuning yaitu Green S
sarnpel sama dengan wama bercak baku dan dan Tartrazin, Sampel C mengandung
selisih harga Rf antara sampel dan baku Eluen zat warna sintetis Orange yaitu Sunset
Tambahan Makanan.
Jakarta: P enebar Swadaya.
PD
er
er
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
Laboratorium Winarno,F.G. 1989. KimiaPangandanGizi.
bu
bu
Suyitno, dkk. i989. Petunjuk
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
Rekayasa Pangan. Yogyakarta:UGM.
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
Jakarta:Gramedia.
Tahir Syahrial. 1995. Bahan Tambahan Winarno, F.G. 1993. Kimia Pangan-Gizi,
Makanan. Jakarta:Direktorat Jendral Tel*tologi dan Konsumen.
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Winarno, F.G, dkk. 1983. Kerusakan Bahan Winarno, F.G. 2004. Bahan Tambahan untuk
Pangan dan cara Pencegahannyq. Makanan dan Kontaminan.
Jakarta:Ghalia Indonesia. Jakarta:Pustaka sinar Harapan.