Anda di halaman 1dari 14

h a n g e Vi h a n g e Vi

XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

KROMATOGRAFI
KERTAS

Oleh
Ni Putu Sri Ayuni, S.Si., M.Sc
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

KROMATOGRAFI KERTAS

1. Pendahuluan
Kromatografi kertas merupakan contoh kromatografi partisi dalam bentuk planar yang
sudah sangat konvensional. Teknik ini umumnya digunakan untuk menjelaskan teknik
kromatografi secara mudah, karena sistem kromatografinya sangat sederhana. Hanya butuh
sepotong kertas, tinta warna dan pelarut dalam suatu bejana saja seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Kromatografi Kertas


Teknik kromatografi ini prinsip kerjanya sama seperti kromatografi kolom partisi hanya
saja konfigurasi bukan kolom (column configuration) tetapi datar/planar. Sekilas bila diamati,
kertas seolah-olah berfungsi sebagai fasa diam, padahal sesungguhnya tidak demikian. Kertas
hanya sebagai penyokong saja. Dalam teknik kromatografi yang melibatkan instrumentasi yang
rumit, penyokong fasa diam bukanlah hal yang main-main. Bahan penyokong dapat
mempengaruhi pemisahan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa, bahan apapun yang
terlibat dalam sistem kromatografi harus diperhatikan jenis dan sifat kimiawinya. Pada
prinsipnya kromatografi kertas mendasar proses pemisahan senyawa-senyawa menurut
interaksi partisi atau distribusi senyawa pada fasa diam.
Karakter kromatografi kertas:
Fasa diam : cair yang didukung pada padatan inert (misal: selulosa)
Fasa gerak : cair (misal: air, alkohol, dan lain-lain)

Kromatografi Kertas 2
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

2. Prinsip Kerja Kromatografi Kertas


Senyawa yang terlarut dalam fasa gerak akan melewati fasa diam cair (pelarut lain) yang
terletak pada suatu padatan pendukung. Peristiwa ini mirip dengan ekstraksi cair-cair tetapi
dalam konfigurasi datar bukan kolom atau tabung sehingga terjadi tendesi distribusi senyawa
pada fasa gerak terhadap fasa diam. Gerakan atau aliran senyawa terjadi karena efek kapilaritas
padatan pendukungnya. Sepanjang padatan pendukung interaksi pun terjadi.
Kecepatan bergerak suatu komponen dalam campuran senyawa tergantung pada
kelarutannya dalam fasa diam. Senyawa-senyawa yang lebih “larut” akan bergerak lebih lambat
daripada senyawa yang “kurang larut”.

3. Mekanisme Pemisahan
Dalam kromatografi fasa gerak bergerak membawa komponen-komponen melewati fasa
diam. Komponen-komponen selanjutnya berinteraksi dengan fasa diam, sementara fasa gerak
terus berjalan melalui fasa diam. Dalam hal ini terjadi perbedaan interaksi dari komponen
dengan fasa gerak dan fasa diam. Kemampuan fasa gerak membawa komponen individu pada
jarak tertentu terhadap fasa diam, tergantung pada afinitas komponen terhadap kedua fasa
tersebut. Bila interaksi komponen lebih besar terhadap fasa gerak, maka komponen akan
berjalan lebih jauh dari komponen lain yang afinitasnya lebih lemah.
Mekanisme pemisahan yang terjadi dalam kromatografi kertas:
 Peristiwa kapilaritas- pergerakan cairan di antara ruang dalam material berpori oleh
adanya gaya adhesi, kohesi, dan tegangan permukaan. Dalam kromatografi kertas, cairan
dapat naik ke atas karena gaya kapilaritas lebih besar daripada gaya gravitasi yang
menahannya.
 Solubilitas- suatu derajat/ukuran dimana suatu zat (solut) dapat terlarut dalam pelarut
(solven). Solut dapat terlarut dalam solven karena kesamaan sifat (like dissolve like). Hal
ini memungkinkan solut akan dapat terpisah menggunakan kombinasi solven.
Pemisahan dalam kromatografi kertas terjadi oleh:
i. Perbedaan kelarutan solute dalam solven
ii. Perbedaan afinitas solute terhadap fasa diam dan fasa gerak

Kromatografi Kertas 3
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

4. Metode Pengembangan(development)
(a) Pengembangan penurunan (ascending development)
Alat pokok berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina, atau logam tahan karat yang
diatasnya ditutup untuk mencegah penguapan dari pelarut. Untuk menyangga agar kertas tak lepas
perlu diberi penahan dari batang gelas. Untuk beberapa sentimeter pelarut mengalir oleh gaya
kapiler dan mengalir oleh gravitasi setelah pelarut melintasi batang gelas.
(b) Pengembangan penaikkan (descending development)
Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikan sama seperti untuk kromatografi
penurunan, tetapi pelarut diletakkan di bagian bawah dari bejana dan kertas dicelupkan diatasnya.
Pada metode penaikkan menunjukkan lembaran kertas tergantung di atas batang gelas yang dijepit
dengan gabus atau politena pada ujungnya. Kertas dibentuk silinder dengan noda-noda cuplikan
diteteskan melingkar dekat ujung bawah kertas. Ujung-ujung pertemuan kertas diklip atau
dikaitkan bersama-sama, dan silinder didirikan dengan ujung bawah tercelup ke dalam pelarut.
Bentuk bejana dari gelas yang berbentuk silinder (bila dikehendaki dapat digunakan gelas ukur
yang mempunyai kapasitas 1-2 liter), gabus dengan lubang untuk batang gelas sebagai penutup.
Batang gelas sebagai penggantung kertas dapat berjumlah satu atau lebih hingga dengan demikian
pekerjaan dapat dilakukan bersama-sama.
(c) Pengembangan mendatar.
Dalam cara ini kertas dibentuk bulat ditengahnya diberi lubang sebagi tempat untuk
meletakkan sumbu yang terbuat baik dari gulungan kertas atau dari benang yang melalui ini pelarut
dapat naik yang kemudian membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa
senyawa yang dipisahkan.

Gambar 2. Metode Pengembang

Kromatografi Kertas 4
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

5. Kertas
Kertas yang biasanya dipakai terdiri dari selulosa yang sangat murni. Struktur selulosa
polimer mengandung beberapa ribu glukosa anhidrat tersusun melalui atom O, teoritis ada 3 gugus
hidroksil pada tiap unit glukosa, tapi banyak yang sudah sebagian teroksidasi waktu pembuatan
menjadi aldehid, keton, atau gugus karboksil fungsionil. Selain itu kertas mengandung juga runutan
dari banyak pengotor juga zat-zat anorganik, garam-garam misalnya, yang tertinggal waktu
pemrosesan.
Selulosa mudah menarik air dan pelarut polar dan mengikatnya melalui formasi ikatan H
pelarut-pelarut ini menembus jaringan dan menyebabkan pengembangan kertas dan menambah
dimensinya. Dalam air, selulosa menjadi polar sekali dan menjadi elektronegatif. Efek ini berkurang
dalam pelarut dengan konstanta dielektrik rendah atau karena penambahan konsentrsi garam.
Kertas-kertas mempunyai sifat-sifat penukaran ion dan juga adsorpsi, juga merupakan
pereduksi lunak, dan dapat bereaksi dengan pengoksidasi. Sifat-sifat diatas berlainan pada tiap
macam kertas. Pencucian dengan asam dan pengeringan membantu mendapat sifat reproduksi, tapi
perbedaan-perbedaan harga Rf dapat diperkirakan. Bentuk-bentuk modifikasi dari kertas dapat
diperoleh melalui cara melapisi aluminium, silika gel, resin penukar ion. Mekanisme pemisahan
akan berbeda, tetapi tekniknya sama.

6. Pemilihan Fasa Gerak


Fasa yang lebih polar biasanya air, diadsorpsi kertas dan diikat stationer sedang fasa yang
kurang polar mengalir mengalir kertas. Dalam beberapa hal lebih baik menghilangkan air dari
kertas dengan mengeringkannya dan dipakai alkohol, glikol, formamida atau yang lain sebagai fasa
diam. Kalau yang dipakai air sebagai fasa diam tidak perlu pelarut mobil yang “immiscible” (tidak
bercampur), karena air diikat dengan kuat oleh kertas.
Fasa cair boleh didapat (buffer) bila perlu. Fasa gerak bisa merupakan campuran pelarut,
misalnya: alkohol, asam-asam, keton-keton, ester-ester, amina-amina, fenol-fenol, hidrokarboan
dipilih sehingga bisa memberi pemisahan sempurna komponen-komponen dalam sampel. Selain
dari pemisahan optimum, ada faktor-faktor lain yang harus diperhitungkan dalam memilih sistem
pelarut. Kalau sistem pelarut mengandung lebih banyak komponen, lebih sukar untuk memperoleh
keadaan jenuh dari bejana. Penguapan sebagain yang merubah komposisi pelarut mempengaruhi
harga Rf sama halnya perubahan suhu lebih kritis pada sistem campuran. Sistem pelarut tidak boleh

Kromatografi Kertas 5
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

mengganggu deteksi (harus diuapkan dulu). Hal penting yang sering lupa diperhitungkan adalah
bahwa kotoran-kotoran nonvolatil dalam pelarut pengembang bisa tertukar dengan runutan dalam
sampel atau bisa mengganggu metode deteksi. Sistem pelarut yang ideal adalah kedua fasa tidak
tercampur dalam komponen-komponen dalam sampel mempunyai kelarutan yang tinggi dalam
pelarut tapi berbeda sekali. Hal ini memberikan pemisahan maksimum dengan pelebaran minimum
pada waktu yang pendek.

7. Metode Deteksi
Setelah campuran dipisahkan, komponen harus dipisahkan, komponen harus diidentifikasi
dengan membandingkan kecepatan imigrasi atau Rf-nya dengan standar, dengan menggunakan
paling sedikit tiga sistem pelarut. Reaksi warna spesifik juga digunakan untuk identifikasi ini. Harga
Rf dalam sistem ini membentuk suatu spektrum kromatografi yang karakteristik untuk suatu zat.
Nilai Rf dihitung sesuai dengan Persamaan 1.
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 = … … . . (1)
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
Bila tidak mungkin mendapatkan pembanding, dapat dipelajari korelasi antara Rm = (1/Rf –
1) dan struktur kimia zat itu. Metode deteksi yang sering dipakai adalah: warna komponen, reaksi
dengan pereaksi yang menghasilkan warna, absorpsi UV, absorpsi inframerah, fluorosensi,
radioaktifitas, bioautografi, dan ekstraksi.
Untuk tes reagen dipakai penyemprotan, pencelupan, kontak dengan uap. Contoh: pereaksi
ninhidrin disemprotkan kepada kertas bereaksi dengan amina-amina dan asam amino membentuk
warna biru. Beberapa pereaksi pendeteksi universal, misal: rhodamin B, perak nitrat, iodium, kinin
bisulfat, asam fosfomolibdat, indikator asam-basa. Bioautografi dilakukan dengan mengkontakkan
kertas dengan media culture untuk beberapa waktu diikuti oleh pemeriksaan kecepatan tumbuh
bakteri pada kertas efek sampel bisa positif atau negatif.

8. Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif melibatkan estimasi luas noda, elusi, metode optik, metode radiometrik.
Luas dari noda yang bulat sebanding dengan logaritma dari berat zat. Dengan cara ini dapat
dievaluasi secara semi kuantitatif dengan akurasi yang wajar. Pada kasus khusus, ada hubungan
linier antara luas dan berat zat. Pada sistem kromatografi kertas adsorpsi antara logaritma luas

Kromatografi Kertas 6
h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

noda dan logaritma berat zat ada hubungan linear yang nyata. Pada kromatografi lapis tipis
hubungan linear adalah antara akar luas noda dan logaritma berat.
Elusi, kalau pengukuran dengan cara planimeter tidak dapat memberikan hasil yang akurat
(misal, bentuk noda tidak teratur), noda dapat dielusi dan jumlah zat ditentukan secara kuantitatif
dengan metode kimia atau fisika yang cocok.
Metode optik, potongan kertas dapat diukur terhadap transmisi ataupun refleksi sinar dalam
keadaan kering atau sesudah diisi (impregnasi) dengan cairan organik yang cocok seperti parafin,
xylene atau ester salisilat. Ada empat prosedur berbeda yang dapat dipakai: transmisi pada kertas
kering atau tembus cahaya dan refleksi dari kertas saring atau tembus cahaya.
Metode radiometrik. Scanning dari kromatogram akan lebih dilakukan secara ootomatis.
Penggunaan radioaktive markers untuk estimasi kuantitatif bagi komponen-komponen tertentu
dalam campuran telah tersebar luas, misalnya untuk pemisahan asam-asam amino. Alat otomatis
untuk radiokromatografi kuantitatif telah digambarkan oleh Pocchiari dan Rossi.

9. Keuntungan-keuntungan kromatografi kertas


Kromatografi kertas biasanya dipakai untuk analisa yang sukar, memakan waktu atau mahal
bila dipakai metode lain, walaupun kadang-kadang prosedur memakan waktu beberapa jam tapi
pengoperasian memang kecil. Teknik ini lebih cocok untuk sampel dalam mikrogram dan untuk
campuran zat-zat yang mempunyai sifat-sifat kimia yang hampir sama. Jumlah sampel yang terbatas
(kecil) merupakan suatu kekurangan dari teknik ini bila deteksi memerlukan teknik bantuan.
Perbedaan macam-macam kertas merupakan masalah juga walaupun keadaannya sekarang
sudah lebih baik. Kekurangan lain adalah bahwa hasilnya adalah empiris dan tak dikatakan
kuantitatif.

10. Penggunaan
Kromatografi kertas dipakai analisa zat anorganik, organik dan biokimia, juga untuk
menentukan logam-logam dalam sampel bijih. Kompleks logam-logam isomeris dapat dipisahkan,
juga logam-logam dengan sifat kimia yang sama. Hampir semua campuran zat-zat organik dapat
dipisahkan dan metoda dapat dipakai untuk mengecek kemurnian atau sebagai metode percobaan
menentukan kondisi-kondisi optimum untuk pemisahan kromatografi kolom skala besar. Metode
ini berguna sekali dalam biokimia dengan masalah-masalah analitiknya untuk sampel yang sedikit.

Kromatografi Kertas 7
X ie w Change V XC
h a n g e Vi
e
Contoh
F-
PD
jurnal dengan metode Kromatografi Kertas F- w

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
IDENTIFIKASI ZAT WARNA SINTETIS PADA AGAR.AGAR TIDAK BERMERK YANG
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
DIJUAL DI PASAR DORO PEKALONGAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI
c u -tr a c k c u -tr a c k

KERTAS
Identification of Colour Synthetic in non Lebel Agar that was Sale on Pekalongan Doro Market by
Thin Layer Chromatography Methode
(Endang Triwahyuni M", Erna Susilowatib)
a. Staf Pengajar FIKKES
b. Alumni D3 Analis Kesehatan

ABSTRACT

The increasing numbers of small industries and home industries which processes food
products are often tollowed by cases of chemical substances misuse. The process involves
synthetic coloring substantive in order to get the expected product, for both for the producer and
the consumer.
Jelly is a thick substantive made of seaweed. To make it, we only need to heat the jelly Jlour in
boiling water, After it gets cold it will turn into gel and csn be formed the way we like it To add
more Jlavors we can add natural or synthetic additional substances for coloring and sweetener on
the process.
This research is dedicated to identify the types of synthetic coloring substantive added to jellies
and to compare the result with Permenkes RI No. 722 / PER / 1988.
This is a descriptive research, using chromatograph paper method to check the qualitative test on
the synthetic coloring substantive used. Population of the research is the jellies sold at Pasar
Doro Pekalongan, with 4 (four) out of 5 (ive) colors taken as the sample purposively from each
packages sold there.
The data is taken from laboratory test, and conveyed in descriptive way. Result on laboratory
test on jellies sold at Pasar Doro Pekalongan is that they uses Eritrosin, Green S, Sunset Yellow,
Tartrazin, and Carmoisin as the synthetic coloring substantives as stated in Permenkes RI No.
722 / MENKES / PER/ IX/ 1988.

Keywords : synthetic coloring substantive, jelly, paper chromatograph.


kimia, baik yang terbentuk secara alami
PENDAHULUAN
ataupun secara sintetis. Makanan agabagar
Setiap manusia memerlukan bahan
merupakan salah satu jenis makanan yang
makanan untuk menunjang kelangsungan
banyak disukai terutama anak-anak.
hidupnya. Dengan menggunakan bahan
Kemungkinan karena kekenyalannya yang
makanan manusia membangun sel-sel
mudah untuk ditelan atau rasanyayang manis
tubuhnya dan menjaganya agar tetap sehat
serta warnanya yang menarik sehingga dapat
dan berfungsi sebagaimana mestinya. Bahan
menambah selera. Bahan dasar dari agar-agar
pangan pada umumnya terdiri atas zat-zat
ini adalah rumput laut, dan cara

Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang 26


h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
yaitu air dimasak No.722lPerllXl988
bu

bu
pengolahannya sampai tentang Bahan
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.c .c
.d o
c u -tr a c k rcendidih kemudian dimasukkan agar-agar Tambahan Makanan? .d o
c u -tr a c k

bersamaan dengan gula, diaduk terus-menerus Tujuan penelitian adalah untuk


supaya tidak menggumpal, setelah matang mengetahui jenis zat pewama sintetis yang
didinginkan baru kemudian dicetak sesuai ditambahkan pada makanan agar-agar yang
selera (F. G.Winarn o, 2004). beredar di pasar Doro dan membandingkan
Penentuan mutu bahan makanan pada hasil penelitian dengan Permenkes RI
urnunmya sangat bergantung pada beberapa N o.7 22 lMenkes/Per/DU 198 8.

faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur Manfaat dari penelitian ini diharapkan
dan nilai gizinya. Faktor wama tampil lebih dapat bermanfaat dan bisa menambah
d.ahulu dan kadang-kadang sangat pengetahuan bagi peneliti dan juga dapat
rnenentukan mutu dari makanan. Selain menginformasikan kepada masyarakat
sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, mengenai jenis pewarna sintetis yang
warna juga dapat digunakan sebagai indikator ditambahkan pada makanan agar-agar, apakah
kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya layak dikonsumsi dan tidak mengganggu
cara pencampuran atau cara pengolahan kesehatan dan bagi produsen diharapkan
dapat ditandai dengan adanya warna yang menggunakan bahan pewarna sintetis yang
seragam dan merata. (F.G.Winarno 2004). diizinkan oleh Permenkes RI
Penggunaan zat warna sintetis No. 722lMenkes/Per/DV 1 98 8.

demikian banyak dilakukan oleh industri


pangan, terutama industri rumah tangga. Hal METODE
ini perlu mendapat perhatian karena Jenis penelitian yang dilakukan adalah

pemakaian yang tidak terkendali dapat penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan
mernbahayakan konsumen. Di Indonesia di laboratorium kimia Jurusan Analis
sudah ada peraturan Menteri Kesehatan RI Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan

No.TZ2lMenKeslPer/IXi 988 tentang Bahan Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Tambahan Makanan. Semarang, Jl. Wonodri Sendang Raya No. 2A

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan
dirumuskan suatu permasalahan, apakah jenis mulai bulan Januari 2005 sampai bulan Maret
zat pewarnayarLg ditambahkan pada makanan 2005.

agar-agar yang beredar di Pasar Doro Populasi penelitian adalah makanan


Pekalongan dan apakah zat warna yang agar-agff yang dijual di Pasar Doro
digunakan sesuai dengan Permenkes RI Pekalongan. Sampel diambil 4 warna dari 5

warna secara purposif dari tiap kemasan

Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang 27


h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
di Benang wool diambil dan
bu

bu
makauan agar-agar yang beredar Pasar lunturan
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w
nori: Pekalongan. w
w

w
o

o
.d o .c . .c
c u -tr a c k dipekatkan. Hasil pekatan ditotolkan pada
do
c u -tr a c k

Alat yang digunakan adalah : gelas kertas kromatografi dan ditotolkan juga baku
piala 100 ml, pengaduk kaca, bejana elusi, pewarna yang sesuai dengan warna sampel.
benang wool bebas lemak, kertas Dieluasikan dengan jarak rambat eluasi 12

kromatografi (Whatmann, No. l), tusuk gigi, cm, penotolan contoh 2 an dari tepi bawah
cawan porselen. Bahan yang dipakai adalah : kertas kromatografi.
sampel rnakanan aga:agar, asam acetat 6 Yo,
(Eluen I)
larutan ammonium 12,5 Yo, trinatrium citrat,
etil rnetil keton, amoniak pekat, aceton,
Etil metil keton 70 ml

aquadest. Aceton 30 ml

Prosedur pemeriksaan secara kualitatif Aquadest 30 ml


dengan metode kromatografi kertas adalah
(Eluen II)
sebagai berikut :

Persiapan sampel Trinatrium citrat 2 gram

Sejumlah 3 buah agalagff dimasukkan dalam Aquadest 95 ml


becker glass dan diasamkan dengan
NH: 5ml
CH3COOH 6 o/o dengan pH 4.
Diencerkan 5 ml Amoniak pekat dengan
Fembuatan Bulu domba aquadest hingga 100 ml dan ditambahkan 2 gr
Bulu domba di cuci dengan rinso kemudian Trinatrium Citrat.
direndam selama 24 jam, di kering anginkan
Pembacaan hasil
sampai benar-benar kering dan dijenuhkan
Hasil dinyatakan positif bila :
dengan eter.

Identifrkasi zat warna sintetik 1. Warna bercak ariara sampel dan baku
Sampel yang sudah disiapkan kemudian sama

dipanaskan sampai zat warnanya dapat 2" Harga Rf antara sampel dengan baku
terserap pada bulu domba. sama atau saling mendekati dengan selisih

Benang wool diambil, dirnasukkan cawan harga < 0,2

porselen kemudian dicuci berulang-ulang


dengan air hingga bersih. Ditambahkan A. Definisi Operasional
ammonium hidroksida l2,5yo dipanaskan l. Makanan agar-agar adalah makanan yang

hingga zatwamapada benang wool luntur. dibuat dari tepung agar-agar yang berasal
dari tumbuhan laut (algae). Untuk

Jurnal titbang Universitas Muhammadiyah Semarang 28


h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
menambah selera hidangan dalam telah banyak diproduksi dengan beraneka
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c k.
c
c u -tr a c k pembuatannya dapat ditambahkan zat .
ragam warna dan rasa yang enak,d o csalah
u -tr a c

pewarna dan pemanis, yang biasanya satunya adalah makanan a5ar-agar yang
berupa zattarnbahan alami atau sintetis. dijual di Pasar Doro Pekalongan.
2. Zat wama sintetis adalah bahan tambahan Makanan agaragar yan9 diambil untuk
rnakanan yang digunakan untuk memberi penelitian diambil langsung dari pedagang
warna pada makanan atau minuman yang yang ada di pasar Doro Pekalongan.
terdiri dat'. zat warna alami dan zat warna Sampel diambil empat macam warna
sintesis. Diuji secara kualitatif dengan diantaranya merah, hijau, kuning dan
metode kromatografi kertas orange dari lima jumlah warna. Hasil dari
J. Kromatografi kertas adalah Metode produksi ini dikemas dalam plastik yang
pemisahan dengan kerja dua fase yaitu dijual per bijinya dengan harga Rp. 100,00
fase diam dan fase gerak yang hasil kerja (seratus rupiah).

ini berupa rambatan warna


kedua fase Setelah dilakukan uji kualitatif zat
yang dapat terlihat pada kertas warna dengan Metode Kromatografi kertas
kromatografi dan bercak yang ada untuk didapat hasil seperti yang tertera pada tabel
membandingkan antara totolan dari berikut
sampel dan totolan dari baku.

B. TIASIL DAN PEMBAHASAN


Makanan a5ar-agff merupakan salah
satu produk makanan yang banyak
dikonsumsi masyarakat terutama anak-
anak. Dalam perkembangannya, makanan
Tabel 1. Identifikasi zat warna Merah pada makanan agar-agar dengan Eluen I dan Eluen II

Warna Sy'arna u lelisih harga


(ode Visual 3ercak luen I luen II luen I luen
Sampel A vferah Vlerah ungu ),87 ),1 I

Baku Carmoisin vlerah Merah ungu ),93 ),08 ),06 1,03

Baku Eritrosin vlerah Merah ),79 ),20 J,08 ),09

Setelah dielusikan dengan Eluen I dengan kode A mengandung zat warna

dan II didapatkan hasil bahwa sampel sintetis tunggal yaitu Carmiosin dan karena

Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang 29


h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
warna bercak sampel sama dengan antara sempel dan baku Eluen I
to

to
0,06
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o . c .d o .c
ack c u -tr a c k
c u -tr
warna bercak baku dan selisih harga Rf sedangkan Eluen II 0,03

Tabel 2. Identifikasi zat warna hijau pada makanan agar-agar dengan Eluen I
dan Eluen II
Warna Warna Rf Selisih Harga Rf
Kode
Visual Bercak Eluen I Eluen II Eluen I Eluen II
Hijau 0,98 0,77
Sampel B Hijau
Kuning 0,83 0,62
Baku Green S Hijau Hijau 0,99 0,79 0,01 0,02
Baku Tartrazin Kuning Kuning 0,81 0,64 0,02 0,02

Setelah dielusikan dengan Eluen I bercak baku dan selisih harga Rf antara
dan II didapatkan hasil bahwa sampel sampel dan baku Eluen I untuk warna
dengan kode B mengandung zat warna Hijau 0,01dan kuning 0,02 sedangkan
campuran yaitu Hijau dan Kuning sesuai Eluen II warna Hijau 0,02 dan warna
dengan Baku Green S dan Tartrazin karena kuning 0,02.
warna bercak sampel sama dengan warna

Tabel 3. Identifikasi zat warna Orange pada makanan agar-agar dengan


Eluen I dan Eluen II
Warna Warna Rf Selisih Harga Rf
Kode
Visual Bercak Eluen I Eluen II Eluen I Eluen II
Sampel C Orange Orange 0,90 0,31

Baku Sunset
Orange Orange 0,88 0,34 0,02 0,03
Yellow

Setelah dielusikan dengan Eluen I dan II baku dan selisih harga Rf antara sampel
didapatkan hasil bahwa sampel dengan dan baku Eluen I 0,02 sedangkan Eluen II
kode C mengandung zat warna sintetis 0,03.
tunggal yaitu Sunset Yellow, karena warna
bercak sampel sama dengan warna bercak

Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang 30


h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
Tabel 4. Identifikasi zat warna Kuning pada makanan agar-agar dengan
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.c .c
.d o
c u -tr a c k Eluen I dan Eluen II .d o
c u -tr a c k

Wama Warna Rf Selisih Harga Rf


Kode
Visual Bercak Eluen I Eluen II Eluen I Eluen II
Sampel D Kuning Kuning 0,83 0,55

Baku
Kuning Kuning 0,81 0,54 0,42 0,02
Tartrazin
Setelah dielusikan dengan Eluen I dan t. Sampel A mengandung zat warna
iI didapatkan hasil bahwa sampel dengan sintesis merah yaitu Carmoisin, dan
i<ocle D mengandung zat wama sintesis Sampel B mengandung zat warna
tunggal yaitu Tatrazin, karena warna bercak sintetis hijau dan kuning yaitu Green S

sarnpel sama dengan wama bercak baku dan dan Tartrazin, Sampel C mengandung
selisih harga Rf antara sampel dan baku Eluen zat warna sintetis Orange yaitu Sunset

10,02 sedangkan Eluen iI0,02. Yellow, dan Sampel D mengandung zat


Uji zat war-na secara kualitatif dengan warna sintetis kuning yaitu T artrazin.
metode Kromatografi kertas dengan 2. Zat warna yang terkandung dalam
menggunakan baku warna Carmoisin, sampel A, B, C, D sesuai dengan
Eritrosin, Green S, Tartrazin, Sunset Yellow. PerMenKes RI No. 7221 Menkes/ Per/
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui 1988 tentang Bahan tambahan Makanan.

bahwa zat wama sintetis yang ditambah pada


makanan agar-agar Sampel A Catmoisin,
DAFTAR PUSTAKA
Sampel B Green S dan Tartrazin Sampel C Buckle, 1(.A, dkk. 1985. Ilmu Pangan.
Jakarta Universitas Indonesia.
:

Sunset Yellow, sampel D Tartrazin. Pewama


tersebut merupakan zat wama sintetis yang Hardjono Sastrohamidjoyo. 1 991.
Krom ato gr afi. Yo gyakarta.
diijinkan penggunaannya oleh PerMenKes RI
Indriani Heti, dkk. 1991. Budidaya,
No. TZZlMenKes/Per/l988 tentang Bahan Pengolahan dan Pemasqran Rumput Laut.

Tambahan Makanan.
Jakarta: P enebar Swadaya.

Permenkes RI No. 7221 MENKES/ PER/ I)V


C. KESIMPULAN l98B Tentang Bahan Tarnbahan
Berdasarkan hasil analisa kualitatif zat
Makanan
warna dengan metode krornatografi kertas
pada makanan agar-agar dapat disimpulkan
Roy J. Gritter, dkk. 1991. Pengantar
Kromatografi. Bandung:ITB.Sudjadi. 1988.
sebagai berikut :

Metode Pemisahan Yogyakarta:Kanisius.

Jumal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang 31


h a n g e Vi h a n g e Vi
XC e XC e
F- w F- w
PD

PD
er

er
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
Laboratorium Winarno,F.G. 1989. KimiaPangandanGizi.
bu

bu
Suyitno, dkk. i989. Petunjuk
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
Rekayasa Pangan. Yogyakarta:UGM.
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
Jakarta:Gramedia.
Tahir Syahrial. 1995. Bahan Tambahan Winarno, F.G. 1993. Kimia Pangan-Gizi,
Makanan. Jakarta:Direktorat Jendral Tel*tologi dan Konsumen.
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Winarno, F.G, dkk. 1983. Kerusakan Bahan Winarno, F.G. 2004. Bahan Tambahan untuk
Pangan dan cara Pencegahannyq. Makanan dan Kontaminan.
Jakarta:Ghalia Indonesia. Jakarta:Pustaka sinar Harapan.

Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang 32

Anda mungkin juga menyukai