PD PD
LABORATORIUM
!
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
MIKROBIOLOGI
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIZAR
LABORATORIUM TERPADU 1
Gd. LABORATORIUM TERPADU 1 lt. 1
Jl. Unizar No.20 Turida, Cakranegara
Mataram
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
KULTUR BAKTERI
DASAR TEORI
Berbagai jenis media pertumbuhan bakteri lazim digunakan untuk tujuan isolasi, transportasi,
persemaian dan diferensiasi. Untuk menunjang pertumbuha n yang optimal, bakteri membutuhkan nutrisi
yang amat beragam. Sebagian bakteri dapat tumbuh dalam medium yang hanya mengandung zat anorganik,
sedangkan bakteri tertentu memerlukan tambahan asam amino, vitamin dan zat organik lain untuk
pertumbuhannya. Media pembiakan bakteri umumnya terdiri dari ekstrak daging, ekstrak ragi, pepton dan
agar.
Berdasarkan konsistensinya, media pembiakan bakteri dapat dibagi menjadi media cair, media padat
dan semi solid. Kaldu nutrisi (pepton dan ekstrak daging) dan agar nutrisi (pepton, ekstrak daging dan
agar)merupakan contoh medium cair dan padat yang sering digunakan. Berbagai komponen dapat
ditambahkan ke dalam medium untuk menghasilkan medium dengan sifat tertentu. Sebagai contoh,
penambahan zat warna dapat digunakan untuk indikator aktivitas metabolisme bakteri.
Untuk menumbuhkan bakteri yang membutuhkan nutrisi tinggi (fastidious microorganisme), medium
dapat diperkaya dengan menambahkan darah, serum, vitamin dan komponen-komponen lain. Medium
tersebut termasuk dalam medium di perkaya, contoh medium tersebut adalah agar darah. Isolasi bakteri
menggunakan medium selektif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara selektif. Medium yang
termasuk dalam medium selektif adalah agar Salmonella Shigella (SS).
Meddium lain yang menggunakan untuk membedakan beberapa jenis bakteri disebut medium
diferensial, medium yang banyak dikembangkan pada anak saat ini memiliki sifat selektif dan diferensial.
Contoh medium tersebut adalah agar Eosin Methylene Blue (EBM). Bila pengambilan spesimen di luar
laboratorium, maka untuk mencegah kematian bakteri, spesimen dapat ditanam pada medium transpor
sebelum dipindahkan pada media pertumbuhan yang diperlukan. Contoh medium transpor yang sering
digunakan di laboratorium antara lain Carry-Blair, Amies dan Stuart.
No Media Kegunaan
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
Agar Coklat
3 Medium selektif untuk membiakkan Neisseria sp
Thayer Martin
Agar Eosin
Medium selektif dan deferiansal untuk membiakkan bakteri
5 Methylene Blu
enteric
(EBM)
Agar Thiosulphate
Medium selektif dan diferensial untuk membiakkan Vibrio
7 Citrate Bile
cholerae dan Vibro sp. Lainnya
Sucrose (TCBS)
Triple Sugar Iron Melihat kemampuan bakteri dalam meragi gula-gula dan
10
Agar membentuk H S
Lowenstein
11 Mebiakkan Mycobacterium sp
Jensein
Media Cair
No Media Kegunaan
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
Perbenihan
4 Membiakkan bakteri anaeerob
Tarozzi
Perbenihan Perbenihan transpor dan permsemaian untuk bakteri aerob dan
5
Thioglikolat anaerob
Perbenihan
6 Membiakkan bakteri enteric terutama untuk Salmonella sp
Empedu
7 Gula Air Pepton Mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasi gula.
Gula yang digunakan :
a. Glukosa (tutup tabung berupa kapas berwarna kuning)
b. Laktosa (tutup tabung berupa kapas berwarna ungu)
c. Manitol (tutup tabung berupa kapas berwarna hijau)
d. Maltosa (tutup tabung berupa kapas berwarna merah)
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
TUJUAN
Bunsen
Korek api
Cotton swab
Media agar
Inkubator
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
LANGKAH KERJA
• Nyalakan Bunsen
Hasil
Amati minimal 24 jam setelah inkubasi untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan koloni bakteri. Jika ada
gambar dan foto.
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
Gambar pertumbuhan berbagai spesies bakteri pada media agar darah (Blood Agar Plate/BAP)
Gambar pertumbuhan koloni pada media NA Gambar pertumbuhan koloni M. Tuberculosis pada media LJ
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
UJI SENSITIVITAS/RESISTENSI
ANTIBIOTIK
DASAR TEORI
Uji kepekaannya bakteri terhadap antibiotik dilakukan pada isolat yang mungkin merupakan penyebab
infeksi. Bila suatu isolat telah diketahui sifat kepekaannya terhadap antibiotik tertentu, maka uji kepekaan
tidak perlu dilakukan. Sebagai contoh uji kepekaan Streptococcus beta-hemolitikus terhadap penisilin tidak
perlu dilakukan secara rutin karena sampai saat ini penisilin masih merupakan obat pilihan untuk isolate
tersebut. Beberapa tahun yang lalu, oxasilin merupakan obat pilihan untuk Staphylococcus aureus, tetapi
pada saat ini harus dilakukan uji kepekaan karena telah ditemukan isolate yang resisten terhadap bakteri
tersebut.
Metode uji kepekaan antibotik dan pemilihan jenis antibiotik yang diuji maupun cara interpretasinya
diatur dalam standar yang disusun oleh berbagai Negara. Pada umumnya leboratorium mikrobiologi di
Indonesia menggunakan standar CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute) yang disusun di
Amerika Serikat dan selalu direvisi setiap tahunnya.
Uji dapat dilakukan dengan metode difusi cakram atau dilusi tabung. Metode dilusi dapat memberikan
hasil Konsentrasi Hambat Minimal (KHM=Minimum Inhibitory Concentration/MIC), sedangkan metode
difusi cakram akan memberikan hasil sensitif, intermediate atau resisten berdasarkan diameter zona hambat.
Metode difusi cakram lebih banyak digunakan secara rutin karena biaya operasional yang jauh lebih murah.
Hasil dari kedua metode tesebut dapat membantu klinisi untuk menentukan pengobatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji kepekaan, antara lain ketebalan media, kekeruhan
suspensi bakteri yang digunakan, konsentrasi antibiotic yang digunakan, suhu dan lama inkubasi. Hasil
dibaca dengan mengukur diameter zona inhibisi yang terjadi setelah masa inkubasi (dalam mm). Hasil
pengukuran dicocokan dengan tabael CLSI untuk menentukan isolat sensitive, intermediate atau resisten
terhadap antibiotic yang diujikan.
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
TUJUAN
LANGKAH KERJA
1.Buat suspensi bakteri dalam kaldu BHI. Suspensi disesuaikan kekeruhannya dengan standar
kekeruhan Mac Farlan 0,5
2. Pada lempeng agar MH usapkan suspensi kuman tadi dengan swab kapas steril
secara merata.
3. Dengan pinset yang telah disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotika yang
tersedia dan letakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman.
4. Inkubasi lempeng agar tersebut dalam inkubator selama 18-24 jam.
5. Setelah 24 jam, ukur zona hambat yang terbentuk (dalam mm)
HASIL
Interpretasi hasil
a. Diameter zona hambat diukur dengan menggunakan caliper atau penggaris pada zona yang jernih.
b. Pembacaan dan interpretasi kepekaan mengikuti petunjuk tabel yang dibuat oleh CLSI
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
A ……… mm
(S / I / R*)
B ……… mm
(S / I / R*)
C ……… mm
(S / I / R*)
D ……… mm
(S / I / R*)
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2013. Medical microbiology. 25th ed. Appleton and Lange. California.
Staf pengajar Departemen Mikrobiologi FKUI. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, PT
Medical Multimedia Indonesia. Jakarta.
CLSI M100-S21. 2011. Performance standard for antimicrobial susceptibility testing: Twenty-first
information supplement. USA.
Hindler JF. Munro S. 2004. Antimicrobial susceptibility testing. Dalam: Isenberg HD. Clinical
microbiology procedure handbook. Edisi ke-2. ASM Press. Washington DC.
Discipline of Microbiology and Immunology. 2010. Laboratory Manual: Antimicrobial Agent. Discipline
of Microbiology and Immunology University of Western Australia, Perth.