Anda di halaman 1dari 10

AC Split

AC Split was (Listrik 60Hz atau 50Hz)

Widia P, I Nyoman Pribadi Dear Rekans Mumpung lagi bahas frequency.... Mohon pencerahannya, mungkin ada yang bisa memberikan justifikasi baik secara teoritis ataupun praktis untuk kasus sbb: Air conditioning system (model split/multi split) 50 Hz, jika dipasang pada lingkungan 60 Hz.... - bagaimana pengaruhnya, bisa atau tidak beroperasi? (mengingat AC terdiri dari berbagai macam electric dan electronic device seperti motor, kompresor, dll) - pengaruh terhadap lifetime? - dll Mohon share dari rekans semua, terimakasih. Sadikin, Indera Komponen AC yang elektrik mungkin cuma control dan motornya saja pak. Kalau motor listrik ga masalah mau dikasih frekuensi 50 atau 60. nanti output speednya aja yang beda. bogie/end carriage yang saya bikin dulu gear motornya malah kita operasikan secara kontinu di frekuensi 25 Hz pakai frequency inverter. tidak ada masalah sampai saat ini. Yang belum saya pahami adalah power curve-nya. teorinya: power = torque x angular speed. angular speed ini fungsi dari frekuensi motor. yang ingin saya tanyakan, kalau speed berkurang pada frekuensi 50 Hz, yang berubah power-nya yang turun atau torque-nya yang naik? kalau torque berubah tentu akan berpengaruh ke daya tahan komponen mekanik seperti gearbox, kompresor, dll. mungkin rekan2 elektrikal bisa memberi pencerahan. thanks before. Anshori Budiono Untuk HVAC, saya rekomendasikan dipasang pada sistem pelistrikan sesuai frequensi peruntukkannya.

Widia P, I Nyoman Pribadi Pak Anshori, Mohon diberikan argumentasi dari rekomendasi yg bapak berikan dibawah? sebagai info, ada beberapa rekans yg menggunakan AC Split 50hz (Cap : 9000 -12000 btu/hr) pada electricity 60hz dengan jangka waktu > 3th (bahkan ada yg > 10th) tanpa ada masalah (selain maintenance rutin, seperti pembersihan, freon, dll). Mohon pencerahannya.... Anshori Budiono Kok seperti beli AC di Simpang Padang terus mau dipasang di komplek Dempo nih...-:) Setahu saya sih AC split untuk peruntukan rumah itu biasanya untuk 50/60 Hz. Coba lihat di name plate nya. andi n Mungkin hal2 berikut perlu mendapat pertimbangan 1. Diketahui bahwa flowrate refrigeran yang mengalir pada evaporator akan menentukan cooling load capacity dari sebuah system air conditioning. Untuk system AC yang tidak didesain untuk mengakomodasi variable flowrate (constant volumetric flow) atau dengan kata lain originally engineered for fixed load capacity biasanya expansion valve adalah dari tipe yang fixed dan tidak ada variable speed drive untuk memanipulasi RPM motor kompressor. Saat AC sampeyan pasang pada frequency yang lebih tinggi dari desain awal (lets say from 50 Hz to 60 Hz) motor kompressor tentunya akan beroperasi pada speed yang lebih tinggi, konsekuensinya volumetric flow refrigeran meningkat, bergantung pole motornya, maka akan terjadi kenaikan speed sekitaran 600 RPM untuk motor 2 pole dan 300 RPM untuk 4 pole (....ada rumusnya tuh ---->>>Srpm = (120 x F)/P). Jika kompressornya adalah positive displacement maka tinggal dilihat speed to volumetric flowrate relation chartnya ---> it has to be linear with certain gradient!!!. Nah disinilah problem bisa terjadi, Jika expansion valvenya adalah tipe yang fixed (yang saya tahu

biasanya pakai orifice tube) maka sizing awal orifice tube ini seharusnya dikalkulasi berdasarkan cooling load (equal to flowrate refrigeran) yang ingin dicapai pada temperature/ pressure evaporasi tertentu (desain). Temperature evaporasi sendiri desainnya tidak sembarangan,seingat saya dulu pas jaman kuliah concern nya adalah serendah mungkin namun harus diatas "freezing point of water" which is 0 degC (betul nggak?) kenapa water concernnya? karena udara mengandung uap air jawabannya ,,,,,,Nah! saat flowrate nya diubah dengan penambahan speed motor maka ada kemungkinan batas2 engineeringnya terlewati sehingga evaporation temperature drop dibawah freezing point --> yang menyebabkan pada evaporator timbul es..... yang pada akhirnya pada quantity tertentu malah menghambat transfer kalor di evaporator. ---> Masalah dong! Link to fixed type expansion valve (also called metering) http://www.id-usa.com/how_to_ac.asp --->

2. Akan berbeda halnya kalau ACnya menggunakan variable expansion valve, setahu saya contohnya adalah TXV (thermostatic expansion valve) yang mana expansion valve ini mampu menjaga temperature evaporasi sesuai desain awal meskipun flowrate refrigeran ke evaporator berubah. Kalau yang ini seharusnya tidak ada masalah.... link to TXV ---> http://www.hvacmechanic.com/txv.htm Anshori Budiono Alasan secara teknis nya mengapa saya merekomendasikan AC dijalankan pada frekuensi listrik peruntukkannya sudah dijelaskan oleh Pak Andi dan Pak Lukman. Jadi, kalau AC nya belum dibeli dan mau dipasang di komplek komplek Chevron yang 60 Hz, belilah AC split nya untuk frekuensi listrik 50/60 Hz. Kalau sudah terlanjur beli yang 50 Hz dan gak bisa ditukar lagi AC nya di Simpang Padang, coba lakukan hal berikut pada saat pengision freon: a. Pastikan tukang AC nya melakukan pem-vacum-an installasi pipanya, sebelum mengisi freon. b. Pastikan tukang AC melakukan pengecekan arus ke kompressor pada saat pengisian freon.

b. Pastikan tukang AC mengisi freon secara perlahan-lahan Saat pengisian freon, check kondisi oudoor unit dan juga indoor unit (evaporaror) serta arus listrik yang dikonsumsi oleh kompresor. c. Berhenti mengisi freon setelah pipa instalasi oudoor unit basah berembun dan dingin di evaporator (di indoor unit) sudah merata (pegang evaporaror nya dengan tangan). Tidak perlu memaksakan sampai mencapai angka tekanan freon yang ada di katalog atau name plate AC. Arus listrik ke kompresor juga tidak boleh melebihi ampere yang tertera di name plate (jika arus bisa di bawah 75% dari name plate, akan sangat baik). Semoga bermanfaat. Widia P, I Nyoman Pribadi Dear rekans, Terimakasih untuk penjelasannya........sangat membantu............ Mas anshori, jika di name plate jelas tertulis 50-60hz, tentunya tidak perlu kita diskusikan lebih lanjut, kan sudah terbahas di thread sebelumnya......(laptop 50-60hz) :D Terimakasih untuk share dibawah..... Sadikin, Indera Pak Anshori, Alasannya apa pak? AC sekarang sudah banyak yang pakai inverter untuk menghemat listrik. artinya motor dan kompresor bebas bekerja pada berbagai frekuensi sesuai kebutuhan beban pendinginan. Karena tujuannya menghemat listrik, maka saya asumsikan power akan turun saat putaran rendah. mengacu ke persamaan sebelumnya: power = torque x rpm, kalau power turun seiring turunnya frekuensi, saya asumsikan torque-nya konstan. jadi tidak ada overload pada kompresor dan komponen mekanik lainnya. Mungkin ada alasan lain dari rekomendasi anda? thanks. Widia P, I Nyoman Pribadi

Mas Indera, Dari beberapa literatur yang saya cari dan baca...disebutkan bahwa untuk motor 3 phasa, dapat di aplikasikan dengan perbedaan frequency (50 - 60) dengan kompensasi perubahan voltage untuk mendapatkan name-plated horse power, namun pada literatur tsb tidak merekomendasikan untuk motor 1 phasa, dikarenakan electical startingnya ...dst...dst (saya kurang bisa menjelaskan karena kebetulan background saya mechanical) saya pernah membaca dari beberapa engineering forum di internet untuk kasus yang bapak tanyakan pada paragraf ke 2 (penurun frekwensi dari yg seharusnya digunakan), pada tanya jawab di forum tsb, disebutkan bahwa torsi akan naik (jik tidak salah) sekitar 17% dibandingkan sebelumnya, di ikuti juga dengan kenaikan2 untuk parameter yg lain (nanti saya cobashare, kebetulan source forum tsb ada di rumah) Dari beberapa literatur tsb, tidak ada yang secara gamblang mendukung penggunaan AC 50 hz pada 60 Hz, namun pada kenyataannya (seperti email balasan saya kepada mas anshori) hal tsb bisa diaplikasikan dan tidak bermasalah, sehingga saya ingin mendapatkan penjelasan secara teoritis ttg fenomena tsb. Ahfas, Amir Betul sekali Pak Nyoman, Jika arus diinginkan tetap konstan, maka tentunya tegangan atau frekuensi akan menjadi variabel... dan seingat saya fungsi antara tegangan dan frekuensi adalah berbanding terbalik karena berkaitan dengan kerapatan gelombangnya, tapi kalo detailnya bagaimana, harus cari kitab kuning saya dulu neh Pak, he3.... ardi soma Pak Amir, Seingat saya, frekuensi berbandng terbalik dgn waktu, F=1/T V = I*R P=V*I nah menghunbung kan dgn frekuensi ini sya yg lupa mas.. mari kita sma2 buka buku kuning mas

akan dapat itu.. ardi soma Rekan2 Boleh saja, bapak pakai 50 atau 60 yg ada, ga masalah.. Sebenarnya, penurunan frekuensi ada toleransi nya lebih kurang 3 % ( IEEE, recomendation pag.3). penurunan frekuensi ini bsa disebagkan oleh berbagai hal, ex : load change, environmant, msb erros, and internal generator nya, ex : over speed. secara teoritis : N = 120 F /P. F = N * P / 120 F sm frekuensi.. ini di generator nya N = Putaran dan P sma klo ga salah kutub generator.. ( Mohon di koreksi, klu ada yg lupa. ini cma di ingat2 aja) kemudian frekuesni juga punya modulasi : % = (F max-Fmin/2 F nominal)x 100 ( semoga nyambung ya untuk jawaban nya) Nah, walau pun kita choice 50Hz atau 60 Hz, so ga masalah coz, equipment itu sudah bisa bekerja pada frekuesi itu, dan asal tidak melewati dari toleransi nya.. dan juga transien recovery nya tidak terlalu lama. biasa 2 s untuk transien recovery.. Nah jikalau mempunyai stabilizer setelah kwh nya, itu juga baik, coz dai menstabilkan tegangan, dan apalgi jikalau mempunyai UPS di equipment nya, so dia bisa menstabilkan tegangan dan mempunyai power back up.. Nah, kalau terjadi over voltage atau under voltage, maka ga usah ragu, PMT di breaker akan bekerja ( kalau bagus ) dan memutuskan tegangan.. Mohon di betulkan kalau ada salah,

maklum masih hijau dalam ilmu.. budi_ayong

Semua tergatung dari design spec equipmentnya. kalau memang didesign bisa beroperasi di freq 50-60 Hz, Voltage 100-240 V ya tentunya ga ada masalah. Tapi klo design spec manufacture menyebut cuma 50, trus kita operasikan ke 60, atau sebaliknya 60 ke 50, tentu ada pengaruhnya. Jika design menyebut 50 Hz, berarti equipment tsb akan beroperasi dengan baik pada 50 Hz, jika dioperasikan pada 60 Hz, ya sama saja jika kita yg bisa berlari dengan tenang 10 kph tapi dikejar anjing jadi harus berlari kencang (15 kph ato lebih), hasilnya ya ngos ngosan. Nah, tinggal tingkat ngos ngosan nya ini yg menentukan. Kalau ada yg bilang lebih dr 3 tahun dioperasikan ga bermasalah, ya bukan berarti ga ada efeknya. Tapi belum mencapai titik saturasinya. Atau mungkin emang design spec motornya bisa beroperasi di range itu. Motor/AC split itu kan dioperasikan berdasarkan kebutuhan beban. Kalau motor dibutuhkan untuk menggerakan suatu beban dengan putaran tertentu, tapi motornya berputar dengan putaran yg berbeda, tentunya akan ada konsekuensinya. Klo berputar lebih cepat, motornya sendiri akan overheat, klo lebih lambat, akan overloaded. Mengenai penurunan torsi yg sampe 17%, itu tergantung level tegangan equipment dan level tegangan utility. Sebagai tambahan, kalau berbicara mengenai sistem kelistrikan yg lebih besar (misal dalam suatu plant). Masalah frekuensi ini sangat sensitif, toleransi deviasi frekuensi kurang dari satu digit (0,...%). Karena semua equipment diharapkan bekerja dan memberi output sesuai design. Mohon koreksinya, karena saya awam dibidang listrik, jadi bahasanya juga logika pasaran. Sadikin, Indera

Thanks pak nyoman,

Info anda tentang kenaikan torsi 17% itu berharga sekali buat saya. Saya tunggu share lebih lengkapnya. untuk motor 1 phase kalau tidak salah lonjakan arus start memang lebih tinggi, berpotensi merusak kabel (CMIIW). Mengenai kasus anda dimana AC 50 Hz digunakan pada 60 Hz agak rumit juga. kalau dilihat dari umur komponen mekanik berdasarkan siklus putaran, tentu pada 60 Hz umurnya jadi sedikit lebih pendek. tapi kalau dilihat dari service factor justru lebih tinggi karena pada kecepatan tinggi, torsi atau beban lebih kecil. ujung2nya mungkin sama juga. kalau dari segi komponen nelektriknya saya kurang tahu. mungkin ada rekan yang bisa share. Luqmanul Hakim Effendi Assalamu'alaikum, Dear milister, Utk membahas teknik aplikasi, sering kali kita hrs tahu teori. Bahasa utk memahami ilmu teknik adalah matematika (rumus atau formula). Dgn rumus, permasalahan bs dipecahkan. Sy termsk orang yg percaya bahwa matematika adalah bahasa yg hebat utk memahami ilmu enjinering praktis maupun analisa. Rumus2 berikut akan membantu penjelasan saya : 1. n = (120f)/p --> n = rpm motor = kec medan putar rotor, f = frek, p = jumlah kutub = konstan 2. P = T x omega --> P = daya, T = torka (torsi), omega = kec sudut rad/det (identik dgn n) 3. T ~ I --> torka berbanding lurus dgn arus (I) Jika frek (f) diturunkan pada tegangan suplai yg tetap, maka rpm (n) akan turun, omega akan turun, torka dan arus otomatis akan naik utk menjaga P motor tetap konstan. Karena arus naik, seiring dgn waktu, kawat dan isolasinya akan degeneratif lebih singkat. Umur motor lebih pendek drpd desainnya. Jika f dinaikkan pada teg suplai yg tetap, maka n akan naik, omega akan naik, torka dan arus otomatis akan turun utk menjaga P motor tetap konstan. Tak berbahaya bagi kawat dan isolasinya.

Dari penjelasan diatas menurut saya pendapat yg mengatakan bahwa jika f suplai ke motor diturunkan (dgn teg suplai yg tetap) tidak akan berbahaya bagi motor adalah pendapat yg salah. Jika f suplai motor diturunkan melalui inverter, saya percaya bahwa itu akan aman2 saja. Mengapa? Sebab inverter memakai teknologi yg disebut "scalar control" yaitu dgn mengatur rasio V/f (teg dibagi frek) akan selalu konstan. Artinya selain frek-nya yg di-adjust, hakikatnya teg suplai ke motor juga diubah2 sedemikian sehingga harga V/f akan selalu konstan. Kalau frek-nya dinaikkan/diturunkan sebesar 10%, pasti V-nya juga dinaikkan/diturunkan sebesar 10%. Kec motor (n) akan berubah. Rekan2 milister boleh ukur tegangan di output inverter sambil mengubah2 frek settingannya. Teknisi lapangan tdk mengetahui hal ini karena display inverter hanya menampilkan angka (harga) frek. V (teg) nya tdk ditampilkan. Motor dgn rating 60Hz jika disuplai oleh frek 50 Hz maka teg line-nya hrs sbb : 60Hz 480V 460V 440V 230V 50Hz 400V 383V 367V 191V

Motor dgn rating 50Hz jika disuplai oleh frek 60Hz maka teg line-nya hrs sbb : 50Hz 415V 400V 380V 230V Demikian. 60Hz 498V 480V 456V 276V

Budi Priyono Pak AS, Ya tapi masak motor atau AC disupply sama UPS pak. yang jadi inti permasalahan diskusi ini kan ada atau tidaknya efek negatif jika

equipment dengan spec frekuensi 50 dipasang ke sistem listrik 60 (atau sebaliknya). Frekuensi tentunya hanya akan ada disistem AC (Alternating Current) saja. Nah, zaman sekarang ini hampir semua peralatan yg "kecil" sudah di-design bisa beroperasi di frekuensi 50-60, dan tegangan 110-240. Seperti charger laptop (bukan laptopnya lho, karena laptopnya sendiri dienergize oleh DC), komputer, lampu dll. Nah, concern berikutnya ialah motor2 listrik untuk skala industri. Seperti yg saya sebutkan diemail saya sebelumnya, over-frequency dari suatu rotating equipment akan menyebabkan over-speed dan tentunya akan merusak penggerak rotating equipment itu. Sedangkan underfrequency akan menyebabkan overload, karena motor yg harusnya bisa menggerakan beban dengan sekian rpm akan menjadi lebih lambat, jadi dia akan merasakan beban serasa lebih berat. Akibatnya akan menarik arus yg lebih besar. Untuk mengatasi kedua hal diatas, digunakan lah relay2 proteksi yang akan bekerja pada setting tertentu. Mengenai toleransi sampai berapa persen maksimum deviasi frekuensi, sangat variatif, tergantung equipment kita dan design sistem secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai