Anda di halaman 1dari 3

BANGUNAN KEISLAMAN

Oleh: M. Agus Salim

Atap=PUASA

Lampu=DZIKRULLAH

Jendela=ILMU

Dinding=ZAKAT

Tiang=SHALAT
Warna dan model:
bangunan:Putih bersih
= AHLAKUL KARIMAH
Lantai=AL-QUR'AN
dan
SUNNAH
RASUL Pintu=KESABARAN

Fondasi=KEIMANAN

Lahan=HIDAYAH
Halaman=IKHTIAR/USAHA Pagar=JIHAD FISABILILLAH

Lahan/Tanah sudah bersertifikat=HAJI


BANGUNAN KEISLAMAN
By: M. Agus Salim

Cobalah anda bayangkan suatu bangunan (rumah/gedung) yang sangat indah dan menarik anda
disini dalam arti bangunan tersebut sudah lengkap. Berdiri diatas lahan yang luas, fondasi yang kokoh,
mempunyai pagar pelindung, halaman, tiang utama penyangga bangunan, lantai, dinding – dinding
diantara tiang, lampu penerang, pintu, jendela dan atap bangunan. Bangunan berwarna putih bersih
dengan model yangsangat menarik berdiri diatas lahan yang bersertifikat.
Demikian pula seorang mukmin jika di lihat, sangat indah dan menarik hati. Allah mengatakan
dalam surat Ali Imran 110 : kuntum khoiro ummatin uhrijat linaas = kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia. Seorang tersebut ibarat bangunan indah di atas. Bangunan keislaman seorang
tersaebut dapat di umpamakan seperti bangunan indah itu. Perumpamaan ini hanya untuk memudahkan
kita melihat bangunan keislaman dalam diri kita sendiri, sudah sejauh mana komitmen keislaman kita.
Allah sendiri banyak membuat perumpamaan dalam Al-Qur’an untuk memudahkan manusia memahami
sesuatu..
Bangunan keislaman itu dimulai dari adanya lahan hidayah yang diberikan Allah kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Di atas hidayah itulah dibangun suatu bangunan keislaman seseorang. Tanpa adanya
hidayah ini mustahil dapat di bangun bangunan keislaman. Setelah itu diatas lahan hidayah ini pertama
kali tentu dibangun suatu fondasi keimanan, jika fondasi itu kokoh maka kokoh pulalah bangunan
keislaman keislaman seseorang, sebaliknya jika fondasinya rapuh maka rapuh pula bangunan tersebut.
Untuk tegaknya suatu bangunan maka di perlukan tiang-tiang sholat, tanpa adanya sholat ini tak kan ada
yang namanya bangunan keislaman. Dalam Al-Qur’an perintah sholat selalu digandengkan dengan
perintah membayar zakat (aqimus sholata wa aatudzakaata) demikian pulalah antara tiang-tiang dengan
diding-dindingnya sangat erat. Sebaga atap dari bangunan keislaman itu adalah puasa. Makin besar
bangunan tersebut tentu diperlukan tiang-tiang tambahan(sholat2 sunnah), dinding yang makin banyak
(infak,shodaqah) dan atap tambahan(puasa syawal,puasa senin-kamis, puasa bulan haji). Tiang, dinding,
dan atap inilah yang melindungi penghuninya dari sengatan matahari, guyuran hujan atau tiupan
angin/debu/daun yang beterbangan.
Sampai disini pada hakekatnya bangunan keislaman sudah terbentuk. Kualitas dari bangunan
tersebut tergantung juga pada komponen2 pembentuknya. Hidayah atau luasnya lahan tergantung pada
ikhtiar atau usaha seseorang, makin giat atau makin besar usaha seseorang insya Allah makin luas pula
lahan atau hidayah yang diperoleh. Begitu pula fondasi, tiang, dinding dan atapnya, jika dibangun asal2an
maka yang terbentuk banguanan kualitas rendah pula, seperti gubuk derita atau rumah bambu yang
mudah terbakar dan terhempas badai. Jika anda sholat tapi tidak bayar zakat, ibaratnya seperti bangunan
tanpa dinding, seperti sekarang banyak dijumpai gedung2 atau bangunan yang terhenti pembangunannya,
hanya tiang2 saja plong. Atau seseorang tidak berpuasa, ibarat bangunan tanpa atap. Jadi ketiga
komponen dasar itu mutlak harus ada. Tidak sholat, zakat dan tidak puasa, tetapi dia tetap mengaku
beragama islam maka yang dia punya hanya lahan hidayah saja (mengaku islam), tetapi diatasnya belum
ada bangunan keislaman sama sekali.

Sampai disini sebenarnya kita sudah bisa mengira-ngira bentuk dan dasarnya bangunan keislaman
yang kita bangun. Lantai bangunan diumpamakan sebagai Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dimana
penghuninya setiap berjalan dan bergerak selalu mempunyai pijakan yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Untuk menerangi kehidupan penghuninya, dzikrullah dan shalawat nabi merupakan lampu penerang
bangunan tersebut. Pintu dan jendela merupak lubang masuknya tamu-tamu tak diundang (godaan
setan/jin/manusia). Pintu rumah itu adalah kesabaran dan keikhlasan, jendela adalah ilmu yang dari mana
penghuninya dapat melihat dunia luar dan belajar mengetahui mana yang benar dan salah. Dengan
kesabaran, keikhlasan dan ilmu penghuni dapat menangkal masuknya tamu-tamu tak diundang tersebut.
Syaithan pun akan lari jika bangunan tersebut di terangi oleh lampu dzikrullah dan shalawat nabi.
Warna dan model bangunan dapat membuat siapa saja yang melihatnya tertarik. Bangunan yang
bersih, kokoh dan bagus, sekilas saja dan dari kejauhan sudah tampak menarik hati banyak orang,
demikian juga akhlak orang mukmin sejati, membuat teduh dan menarik hati yang melihatnya. Akhlakul
karimah ini merupakan.daya pikat seorang mukmin. Seseorang yang rajin beribadah tapi sering menyakiti
hati orang lain ibaratnya seperti bangunan yang warna dan modelnya tidak menarik hati.
Pagar yang mengelilingi lahan dan bangunan keislaman ibarat sebagi jihad fisbilillah, berjuang di
jalan Allah. Pagar ini melindungi semua komponen yang ada didalam bangunan islam,menjamin
kelangsungan dan tegaknya syiar islam. Terakhir dari bahasan ini adalah lahan tempat berdirinya
bangunan keislaman ini perlu dibuat sertifikatnya dengan menunaikan ibadah haji.
Mudah-mudahan perumpamaan ini dapat mempermudah melihat posisi keberagamaan kita, sejauh
mana komitmen keislaman kita dengan mengibaratkan atau membayangkan bentuk bangunannya. Jika
bangunan kita masih rapuh atau belum lengkap atau tidak menarik hati maka marilah kita tingkatkan
bangunan keislaman kita menjadi lebih baik dan menarik hati, bukankah kita juga sangat senang melihat
rumah kita bagus dan bersih? Itulah pribadi seorang muslim / mukmin sejati, kokoh, bersih, cantik dan
menarik hati.
Memang perumpamaan ini tidak seratus persen sama, tapi penulis kira sudah cukup untuk
memberikan gambaran. Bedanya adalah sampai saat ini belum ada yang namnya bangunan tahan gempa
kuat, misalnya 10 skala richter. Pada gempa sekuat ini seluruh bangunan insya Allah sudah ambruk
hancur, tetapi beda dengan kepribadian muslim, jangankan 10 skala richter, sampai bumi ini pun runtuh
dia akan tetap kokoh dan tegak berdiri, insya Allah.

Firman Allah SWT dalam surat At Taubah : 72


“ Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan,(akan mendapat) surga
yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka didalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang
bagus di surga Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar.

Anda mungkin juga menyukai