Anda di halaman 1dari 5

Penawaran Studi Tentang:

PROGRES REVITALISASI INDUSTRI GULA NASIONAL, 2012


(Dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah dan Direktori Perusahaan) September 2012

Tantangan terberat bagi industri gula nasional adalah terus meningkatnya kebutuhan masyarakat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan industri pengolahan makanan dan minuman berbahan baku gula. Menurut perhitungan dalam beberapa tahun terakhir, total kebutuhan gula nasional sekitar 4,24,7 juta ton per tahun, dan pada 2012 diperkirakan mencapai 5,1 juta ton, sedangkan produksi industri gula dalam negeri hanya sekitar 2,4 juta ton gula kristal putih (GKP). Sejak tahun 1995, produksi gula kristal putih (GKP) nasional terus melorot dari 2 juta ton menjadi hanya 1,4 juta ton pada tahun 2000, sehingga bisnis pergulaan sempat tidak menarik minat investor. Degradasi industri pergulaan nasional tersebut antara lain disebabkan harga yang tidak stabil sehingga melemahkan semangat petani untuk menanam tebu. Produktivitas lahan tebu juga terus menyusut dan efisiensi pabrik-pabrik pengolahannya terus menurun. Baru pada tahun 2003 industri dan perdagangan gula Indonesia kembali menggeliat dan menghembuskan angin segar. Produksi gula nasional mengalami peningkatan dari 1,6 juta ton di tahun 2003 menjadi 2,25 juta ton pada 2005, dan meningkat lagi menjadi 2,30 juta ton pada 2007. Ketika tahun 2008 produksi gula Indonesia melonjak hingga 2,78 juta ton gula kristal putih (GKP) dan 1,26 juta ton gula rafinasi, pemerintah serta-merta pasang target swasembada gula nasional di tahun 2014. Optimisme itu cukup beralasan, karena sejak tahun 2003 hingga 2007 produksi GKP tidak beranjak dari 2,30 juta ton. Berdasarkan Roadmap Industri Gula 2010-2014, diharapkan produksi gula tahun 2014 mencapai 5,7 juta ton (yang terdiri atas 2,96 juta ton gula kristal putih untuk konsumsi langsung rumah tangga dan 2,74 juta ton gula rafinasi untuk keperluan industri) yang identik dengan angka kebutuhan nasional. Sebenarnya keinginan mencapai swasembada gula ini merupakan mimpi lama pemerintah Indonesia. Tahun 2002 pemerintah menargetkan Swasembada Gula pada 2007. Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia (DGI) pada tahun 2003 (berdasarkan Kepres RI Nomor 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia). Namun target tersebut kemudian diundur terus-menerus karena produksi gula nasional hampir stagnan, sementara kebutuhan gula masyarakat dan industri makanan-minuman terus meningkat. Untuk melakukan akselerasi peningkatan produktivitas gula nasional ternyata tidak mudah. Permasalahan dalam industri gula berkaitan dengan modal investasi yang besar dan perkembangan harga gula yang kondusif. Sekarang, swasembada gula nasional menjadi kebutuhan, karena impor gula secara terus-menerus akan menggerogoti devisa negara serta sering menyebabkan konflik di masyarakat pergulaan dalam negeri. Di sisi lain, Indoneia masih memiliki sumberdaya pergulaan yang dapat ditingkatkan dengan dukungan perkembangan investor baik asing maupun domestik. Oleh karena itu, Pemerintah mengharapkan target swasembada gula di tahun 2014 tersebut dapat dicapai melalui empat strategi, yaitu: 1. Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dengan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan. 2. Program revitalisasi industri gula dengan revitalisasi pabrik lama dan penambahan 10 - 25 pabrik baru. 3. Penyediaan lahan tebu dengan penambahan luas areal perkebunan sekitar 350 ribu hektare di lokasi yang sesuai dengan syarat tumbuh perkebunan tebu. 4. Membuat kebijakan pendukung, seperti revisi Kepmenperindag No.527/2004, membentuk forum komunikasi, pemberian sanksi bagi industri gula rafinasi yang terbukti tidak disiplin, pemberian fasilitas keringanan bea masuk atas impor barang modal industri, serta pengembangan infrastruktur.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perkembangan industri gula di Indonesia dan upaya revitalisasinya, PT Media Data Riset telah melakukan kajian/studi hingga bulan Agustus 2012. Hasil studi tersebut kemudian disusun dalam bentuk buku laporan setebal lebih-kurang 350 halaman. Laporan studi ini ditawarkan kepada para investor serta pemangku kepentingan di sektor agribisnis dan agroindustri gula, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Harga buku laporan untuk versi Bahasa Indonesia sebesar Rp 6.500.000 (Enam juta lima ratus ribu rupiah) per copy, sedangkan untuk versi Bahasa Inggris US$900 (sembilan ratus US Dollar) per copy. Buku studi ini dapat dipesan langsung ke PT Media Data Riset melalui Telepon 021- 809-3140, 809-6071, Fax.: 021- 809-3140, 8096071, e-mail: info@mediadata.co.id. Formulir pemesanan kami lampirkan bersama ini. Pemesanan untuk luar negeri atau luar Jakarta akan ditambah biaya kirim. Jakarta, September 2012 PT Media Data Riset

Drh. H. Daddy Kusdriana, M.Si Direktur Utama

DAFTAR ISI

PROGRES REVITALISASI INDUSTRI GULA NASIONAL, 2012


(Dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah dan Direktori Perusahaan) September 2012 1. 2. PENDAHULUAN PENATAAN VARIETAS TEBU DI INDONESIA 2.1. Sejarah Singkat Agribisnis Tebu di Indonesia 2.2. Aspek Biologi Tanaman Tebu 2.2.1. Klasifikasi tanaman 2.2.2. Syarat tumbuh dan fase pertumbuhan 2.2.3. Varietas tebu 2.3. Perkembangan Penataan Varietas Tebu di Indonesia 2.4. Peningkatan Kualitas Bibit Tebu GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS TEBU 3.1. Luas Areal Perkebunan Tebu 3.2. Ketersediaan Lahan Komoditas Tebu 3.2.1. Potensi tebu di Sumatera Utara 3.2.2. Potensi tebu di Sumatera Selatan 3.2.3. Potensi tebu di Lampung 3.2.4. Potensi tebu di Jawa Barat 3.2.5. Potensi tebu di Jawa Tengah 3.2.6. Potensi tebu di Daerah Istimewa Yogyakarta 3.2.7. Potensi tebu di Jawa Timur 3.2.8. Potensi tebu di Sulawesi Selatan 3.2.9. Potensi tebu di Gorontalo 3.3. Kondisi dan Pengembangan Perkebunan Tebu Rakyat 3.3.1. Kondisi perkebunan tebu rakyat 3.3.2. Arah pengembangan perkebunan tebu 3.4. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tebu 3.5. Prediksi Tahun 2012 3.6. Proyeksi Luas Areal Perkebunan dan Produksi Tebu PERFORMANS INDUSTRI GULA KRISTAL PUTIH 4.1. Aspek Teknis Produksi Gula 4.1.1. Jenis-jenis gula 4.1.2. Prosesing gula tebu 4.2. Produksi Gula Kristal Putih (GKP) 4.2.1. Perkembangan produksi 4.2.2. Perkembangan produksi gula menurut pengusahaannya 4.2.3. Produksi gula di provinsi sentra produksi 4.2.4. Proyeksi perkembangan produksi 4.2.4.1. Proyeksi produksi nasional 4.2.4.2. Proyeksi produksi menurut provinsi 4.3. Konsumsi Gula Kristal Putih (GKP) 4.3.1. Perkembangan konsumsi GKP nasional 4.3.2. Konsumsi gula di sentra produksi 4.4. Industri Gula Kristal Putih (GKP) 4.4.1. Industri gula masa lalu 4.4.2. Produsen gula kristal putih 4.4.2.1. Kategori pabrik gula 4.4.2.2. Jumlah pabrik gula dan kapasitas gilingnya 4.4.2.3. Produsen gula menurut daerah dan kapasitas produksinya 4.4.2.4. Kondisi pabrik gula di Jawa 4.4.2.5. Kondisi pabrik gula di luar Jawa 4.4.3. Profil dan kinerja produsen gula 4.4.3.1. PTPN II 4.4.3.2. PTPN VII 4.4.3.3. PTPN IX 4.4.3.4. PTPN X 4.4.3.5. PTPN XI 4.4.3.6. PTPN XIV 4.4.3.7. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) 4.4.3.8. Produsen gula swasta 5. PERFORMANS INDUSTRI GULA RAFINASI 5.1. Persyaratan Mutu Gula Rafinasi 5.2. Produksi Gula Rafinasi 5.2.1. Proses produksi gula rafinasi 5.2.2. Perkembangan produksi gula rafinasi 5.2.3. Konsumsi gula rafinasi 5.3. Produsen Gula Rafinasi 5.3.1. Lokasi dan kapasitas produksi 5.3.2. Profil produsen gula rafinasi 5.3.2.1. PT Angels Products 5.3.2.2. PT Jawamanis Rafinasi (JMR) 5.3.2.3. PT Sentra Usahatama Jaya (SUJ) 5.3.2.4. PT Permata Dunia Sukses Utama 5.3.2.5. PT Dharmapala Usaha Sukses 5.3.2.6. PT Sugar Labinta 5.3.2.7. PT Duta Sugar International 5.3.2.8. PT Makassar Tene 5.3.3. Pemanfaatan idle capacity 5.4. Kebijakan Impor Bahan Baku dan Distribusi Gula Rafinasi 5.4.1. Impor raw sugar

3.

4.

5.4.2. Penyempurnaan petunjuk pendistribusian gula rafinasi 5.4.3. Audit industri gula rafinasi 5.5. Industri Pengguna Gula Rafinasi 5.5.1. Industri makanan 5.5.1.1. Industri biskuit 5.5.1.2. Industri kembang gula 5.5.1.3. Industri makanan ringan 5.5.2. Industri minuman 5.5.2.1. Industri minuman ringan 5.5.2.2. Industri minuman kesehatan 5.5.2.3. Industri sirup 5.5.2.4. Industri susu 5.5.3. Industri farmasi 6. EKSPOR DAN IMPOR GULA 6.1. Neraca Gula 2011 6.2. Jenis Gula Menurut Kode HS 6.3. Ekspor Gula 6.3.1. Perkembangan volume dan nilai ekspor 6.3.2. Perkembangan ekspor menurut negara tujuan 6.4. Impor Gula 6.4.1. Perkembangan volume dan nilai impor 6.4.2. Perkembangan impor menurut negara asal 6.5. Kebijakan Ekspor dan Impor Gula 7. DINAMIKA PASAR DAN HARGA GULA 7.1. Distribusi Gula 7.1.1. Distribusi gula kristal putih 7.1.2. Distribusi gula rafinasi 7.2. Dinamika Pasar Gula Dalam negeri 7.3. Dinamika Harga Gula Domestik 7.3.1. Perkembangan harga gula 7.3.2. Faktor pendukung stabilitas harga 7.4. Dinamika Harga Gula Dunia 8. INDONESIA DI ANTARA NEGARANEGARA PRODUSEN GULA DUNIA 8.1. Perkembangan Tebu dunia 8.1.1. Perkembangan luas areal perkebunan tebu 8.1.2. Perkembangan produksi tebu 8.1.3. Perkembangan produktivitas tebu 8.1.4. Negara dengan perkebunan terluas di dunia 8.1.5. Negara produsen tebu terbesar di dunia 8.2. Perkembangan Gula Dunia 8.2.1. Produksi gula dunia 8.2.2. Perkembangan di negara produsen terbesar dunia

8.2.3. Proyeksi gula dunia 9. ROADMAP INDUSTRI GULA 9.1. Latar Belakang 9.1.1. Ruang lingkup industri gula 9.1.2. Pengelompokan industri gula 9.1.3. Kecenderungan global industri gula 9.1.4. Permasalahan yang dihadapi industri gula 9.2. Faktor Daya Saing 9.2.1. Permintaan dan penawaran 9.2.1.1. Dunia 9.2.1.2. Domestik 9.2.2. Faktor Kondisi 9.2.2.1. Sumberdaya alam 9.2.2.2. Sumberdaya modal 9.2.2.3. Sumberdaya manusia 9.2.2.4. Infrastruktur 9.2.3. Industri inti, pendukung dan terkait 9.2.4. Strategi persaingan 9.3. Analisis SWOT 9.4. Sasaran Pengembangan Industri Gula 9.5. Strategi dan Kebijakan 9.5.1. Visi dan misi 9.5.2. Indikator pencapaian 9.5.3. Tahapan implementer 9.5.4. Kebijakan 9.6. Program/Rencana Aksi

10. REVITALISASI INDUSTRI GULA NASIONAL 10.1. Skenario Pencapaian Swasembada Gula Tahun 2014 10.2. Perluasan Areal Perkebunan Tebu 10.2.1. Penambahan areal perkebunan tebu di Jawa 10.2.2. Penambahan areal perkebunan tebu di luar Jawa 10.3. Revitalisasi Pabrik Gula Eksisting 10.3.1. Pabrik lama yang membutuhkan revitalisasi 10.3.2. Pelaksanaan revitalisasi pabrik lama 10.4. Pembangunan Pabrik Gula Baru 10.4.1. Pabrik gula BUMN 10.4.2. Pabrik gula swasta 11. KESMPULAN DAN PROSPEK 11.1. Kesimpulan 11.2. Prospek LAMPIRAN 1. Regulasi Pergulaan di Indonesia 2. Daftar Alamat Industri Gula, industri pendukung dan industri terkait ***

ORDER FORM
PT MEDIA DATA RISET Jl. SMA XIV No. 12 A, CawangUKI, Jakarta 13630 Phone : (021) 809 6071, 809 3140 Fax : (021) 809-3140, 809 6071 E-mail : info@mediadata.co.id/ sales@mediadata.co.id Penawaran studi :

WS

PROGRES REVITALISASI INDUSTRI GULA NASIONAL, 2012


(Dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah dan Direktori Perusahaan) September 2012

Silahkan pilih ( ) untuk pesanan :


Indonesian Version Name (Mr/Mrs/Ms) Position Company Name NPWP No. English Version

Address
Telephone Signature Date Harga : Versi Bahasa Indonesia - Rp 6,500,000.- (Enam juta lima ratus ribu rupiah) Versi Bahasa Inggris - US$ 900.- (Sembilan ratus US Dollar) Catatan: Harga belum termasuk pajak (10% PPn) Di luar Jakarta dan luar negeri; ditambah biaya pengiriman (Jasa Kurir) Pembayaran, Silahkan beri tanda () : Cash Cheque Transfer to - PT MEDIA DATA RISET Fax :

AC. NO. 070 000 534 0497 BANK MANDIRI CAB. DEWI SARTIKA JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai