Anda di halaman 1dari 27

STATUS PENDERITA

Nama

: Ny.Z

Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 18 Desember 1965 Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat Masuk RS tanggal Dignosis masuk No Rekam Medik : 47 tahun : Perempuan : Pegawai Swasta : Kp. Pisangan No.74 RT 12/5 Penggilingan : 21 Maret 2013 : Dyspepsia : 00.46.93.93

ANAMNESIS KELUHAN UTAMA : Pasien mengeluh nyeri perut sejak 3 hari SMRS.

KELUHAN TAMBAHAN : Demam (-), pusing(-), sesak napas(-), nyeri dada(+), jantung berdebar-debar(-), batuk(-), pilek(-), nyeri saat menelan(-), Anoreksia (+), lemas (+)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Pasien mengeluh nyeri perut sejak 3 hari SMRS, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan menyebar ke dada dan sekitar perut bagian atas kiri, nyeri dirasakan terutama pada bagian ulu hati, nyeri bersifat hilang-timbul, nyeri sangat dirasakannya beberapa menit saat makan hingga beberapa menit setelah makan, terkadang pasien juga merasakan adanya rasa terbakar hingga tenggorokan, pasien juga sering mengeluhkan mual terutama pada saat makan, muntah(-), nyeri perut ini juga terkadang dirasakannya pada malam hari sehingga pasien terkadang susah tidur, dan nafsu makannya pun berkurang, nyeri perut ini dirasakannya mereda saat perut pasien sedang kosong (beberapa jam setelah pasien makan), tahun 2011 pasien pernah dirawat di RSIJCP dengan diagnosa dokter yg merawat gastritis kronik lewat pemeriksaan endoskopi, pasien dirawat selama 5 hari, sebelumnya pasien juga pernah mengalami hal seperti ini sejak 7 tahun SMRS, namun tidak sesering ini dirasakannya dan tidak terlalu nyeri, nafsu makannya belum menurun dan pasien tidak pernah merasakan nyeri saat malam hari dan tidak sampai dirawat di RS, demam (-), pusing(-), sesak napas(-), nyeri dada(-), jantung berdebar-debar(-), batuk(-), pilek(-), nyeri saat menelan(-), BAB dan BAK tidak ada keluhan, Tinja tidak berwarna hitam aspal dan warna merah darah (-), warna pucat(-), seperti berlemak (-), BAB dengan frekuensi 1x/hari, tidak ada nyeri saat BAB dan rasa sangat melilit pada saat sebelum BAB.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : Riwayat DM (-), R. hipertensi (-), R. asma(-), R. sakit jantung (-), R.TB paru (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA : Ibu : R. DM (-), R. hipertensi (-), R. asma(-), R. sakit jantung (-), R.TB paru (-), dan masih hidup, ibu pasien juga memiliki riwayat sakit maag namun tidak sampai di rawat.
2

Ayah : R. sakit maag (-). R. DM (-), R. hipertensi (-), R. asma(-), R. sakit jantung (-), R.TB paru (-), dan masih hidup.

RIWAYAT PENGOBATAN : Sebelumnya pasien sering konsumsi obat warung dan obat resep dokter untuk nyeri maagnya namun tidak ada perubahan.

RIWAYAT ALERGI : Pasien menyangkal adanya alergi debu, makanan, minuman, obat-obatan sebelumnya.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL : Pasien suka mengkonsumsi makan- makan yang pedas dan asam Pasien makan jarang teratur, sehari makan sekali dua kali rata-rata Pasien juga sering makan-makanan di luar rumah Mengkonsumsi kopi,jamu, rokok dan minuman beralkohol disangkal Pasien sering konsumsi obat warung untuk mengurangi rasa nyeri perutnya

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran TANDA VITAL Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan

: Composmentis

: 120/70 mmHg : 80 kali/menit : 37,8 C : 18 kali/menit

Berat badan : 55 kg Tinggi badan : 168 cm IMT Status gizi : 19,4 : Gizi baik

STATUS GENERALIS KULIT Turgor kulit baik, ikterik (-), jaringan parut/bekas operasi (-),Peteki (-), hematom (-),eritema (-). KEPALA Kepala : Normocephal, lesi (-) Rambut : Warna rambut hitam Tidak rontok dan Kering (-)

MATA OD Konjungtiva Sclera : : tidak anemis tidak ikterik OS tidak anemis tidak ikterik

Refleks cahaya Pupil Sekret

: : :

+ isokor (-)

+ isokor (-)

HIDUNG Mukosa : Tidak ada sekret Tidak ada epistaksis

TELINGA AD Nyeri Sekret Nyeri tekan Gangguan pendengaran (-) (-) (-) (-) AS (-) (-) (-) (-)

MULUT Mukosa bibir : Agak sedikit kering Tidak sianosis Lidah : Tidak kotor

Tidak pucat Tidak tremor Tidak ada deviasi Gigi Faring Tonsil : Tidak ada karies, perdarahan gusi (-) : Tidak hiperemis : Normal T1/T1 Hiperemis (-) LEHER Kelenjar limfe : Tidak teraba pembesaran Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran T1/T1 Ikut bergerak saat menelan JVP (5-2 H20) THORAX Paru Inspeksi : Bentuk simetris Pergerakan dinding dada normal Tidak ada retraksi dinding dada, barrel chest (-) Palpasi Perkusi Auskultasi JANTUNG : Vocal fremitus teraba sama pada kedua telapak tangan : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri : Vesikuler pada pada paru kanan dan kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Inspeksi Palpasi Perkusi

: ictus cordis tidak terlihat : ictus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra ICS 5 : Batas kanan jantung linea parasternalis dextra ICS 4 Batas kiri jantung linea midclavikularis sinistra ICS 5 Pinggang jantung pada linea parasternalis sinistra ICS 3

Auskultasi ABDOMEN Inspeksi

: BJ 1 dan 2 reguler, Murmur(-), Gallop (-).

: Kontur abdomen cembung Tidak ada bekas Luka dan operasi

Palpasi Hati

: Supel, Nyeri tekan abdomen kiri bagian atas (+), nyeri tekan epigastrium (+) : Tidak teraba pembesaran

Limpa : Tidak teraba pembesaran Ginjal : Tidak teraba pembesaran Nyeri ketok ginjal tidak ada

Perkusi Auskultasi Asites

: Timpani pada seluruh kuadran abdomen : Bising usus 6 kali/menit, terdengar sama pada seluruh kuadran abdomen : shifting dullness test (-), undulasi test (-)

PEMERIKSAAN EKSTREMITAS Akral Lengan : Tonus 5/5, ikterik (-), ptekie (-), scar (-) Tangan : Tonus 5/5, ikterik (-), clubing finger (-), eritema palmar (-). Tungkai dan kaki : Tonus 5/5, ikteri (-), udem (-) : Hangat (+/+)
7

PEMERIKSAAN PENUNJANG 21-03-2013 Hematologi dan Kimia klinik Pemeriksaan Hb Leukosit Trombosit Hematokrit GDS SGOT SGPT Ureum darah Kreatinin darah Hasil 12,9 g/dl 10,46 ribu /L 344 ribu /L 41 % 100 mg/dl 27 U/L 35 U/L 30 mg/dl 1,1 mg/dl Nilai Rujukan 11,7-15,5 3,6-11,0 150-440 35-47 70-200 10-31 9-36 10-50 < 1,4

Elektrolit Elektrolit Natrium darah Kalium darah Clorida darah Hasil 142 mEq/L 3,1 mEq/L 101 mEq/L Nilai Rujukan 135-147 3,5-5,0 94-111

ECG 21/03/2013 (Lampiran 1)

Kesan : Gelombang PQRST sinus dengan HR 86/menit, Normal

Pemeriksaan foto rontgen thorax AP (21/03/2013) Kesan : Paru kanan dan kiri Baik, jantung normal tidak terlihat adanya pembesaran

RESUME Ny.Z umur 47 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri perut sejak 3 hari SMRS, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk pada bagian epigastrium dan menyebar ke hipokondrium kiri, hingga ke daerah dada, nyeri bersifat hilang-timbul, nyeri sangat dirasakannya beberapa menit saat makan hingga beberapa menit setelah makan, terkadang pasien juga merasakan adanya rasa terbakar hingga tenggorokan, pasien juga sering mengeluhkan mual terutama pada saat makan, muntah(-), nyeri perut ini juga terkadang dirasakannya pada malam hari sehingga pasien terkadang susah tidur, dan nafsu makannya pun berkurang, nyeri perut ini dirasakannya mereda saat perut pasien sedang kosong (beberapa jam setelah pasien makan), Riwayat sakit maag 7 tahun lalu dan riwayat gastritis kronik pada tahun 2011, pasien terbiasa makan jarang teratur, suka makan pedas dan gurih, suka makan mie instan, dan suka makan makanan di luar rumah, pasien menyangkal konsumsi rokok, serta minuman beralkohol, namun pasien sering mengkonsumsi obat warung untuk mengurangi rasa nyerinya. Pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital serta pemeriksaan hematologi dan kimia klinik, ECG, foto rontgen thorax dalam batas normal, namun pada pemeriksaan elektrolit (kalium darah 3,1 mEq/L) mengalami hipokalemia ringan.

Daftar masalah 1. Dyspepsia Assestment 1. Dyspepsia Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 3 hari SMRS, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk pada bagian epigastrium dan menyebar ke hipokondrium kiri, hingga ke daerah
9

dada, nyeri bersifat hilang-timbul, nyeri sangat dirasakannya beberapa menit saat makan hingga beberapa menit setelah makan, terkadang pasien juga merasakan adanya rasa terbakar hingga tenggorokan, pasien juga sering mengeluhkan mual terutama pada saat makan, muntah(-), nyeri perut ini juga terkadang dirasakannya pada malam hari sehingga pasien terkadang susah tidur, dan nafsu makannya pun berkurang, nyeri perut ini dirasakannya mereda saat perut pasien sedang kosong (beberapa jam setelah pasien makan), Riwayat sakit maag 7 tahun lalu dan riwayat gastritis kronik pada tahun 2011, pasien terbiasa makan jarang teratur, suka makan pedas dan gurih, suka makan mie instan, dan suka makan makanan di luar rumah, pasien menyangkal konsumsi rokok, serta minuman beralkohol, namun pasien sering mengkonsumsi obat warung untuk mengurangi rasa nyerinya. PF : Nyeri tekan pada epigastrium dan hipokondrium kiri Tanda-tanda vital dan Status gizi Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan : 120/70 mmHg : 80 kali/menit : 37,8 C : 18 kali/menit Berat badan : 55 kg Tinggi badan : 168 cm IMT Status gizi : 19,4 : Gizi baik

16-03-2013 Hematologi dan Kimia klinik Pemeriksaan Hb Leukosit Trombosit Hematokrit Hasil 12,9 g/dl 10,46 ribu /L 344 ribu /L 41 % Nilai Rujukan 11,7-15,5 3,6-11,0 150-440 35-47

10

GDS SGOT SGPT Ureum darah Kreatinin darah

100 mg/dl 27 U/L 35 U/L 30 mg/dl 1,1 mg/dl

70-200 10-31 9-36 10-50 < 1,4

Elektrolit Elektrolit Natrium darah Kalium darah Clorida darah Hasil 142 mEq/L 3,1 mEq/L 101 mEq/L Nilai Rujukan 135-147 3,5-5,0 94-111

WD DD

: Dyspepsia e.c ulkus peptikum : Dyspepsia e.c Gastroesofageal reflux disease Dyspepsia e.c ulkus duodenii Dyspepsia e.c gastritis kronik Dyspepsia e.c colelitiasis Dyspepsia e.c pankreatitis

Rencana Pemeriksaan penunjang : 1. USG Abdomen 2. EGD (Esophago Gastro Duodenoskopi) Rencana Tatalaksana : A. Non medikamentosa : Edukasi Infus : KCl 25 mEq, 500 ml Vit. K inj 3x1
11

Rantin inj 25 mg/ml Omeprazole caps 2x1 Theragran M 1x1 Domperidone syr 3x1 berikan 15-30 menit sebelum makan Sukralfat syr (inpepsa syr) 4x2 sdt, berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan dan menjelang tidur malam

Chlordiazepoxide 5mg + clidinium Br 2,5 mg (Librax) 3x1 berikan -1 jam sebelum makan

FOLLOW UP 21 Maret 2013 Subjective Nyeri ulu hati dan perut bag.kanan Objective PF Abdomen : nyeri tekan 1.Dyspepsia e.c ulkus peptikum, 2.Dyspepsia e.c GERD, Dyspepsia e.c ulkus dudenii Assessment Planning R. terapi : Infus KCl 25 mEq/L Vit.K inj 3x1 Rantin inj 2,5mg/ml OMZ caps Inpepsa syr Librax Vometa FT 3.Dyspepsia e.c gastritis kronik Myenol Vitaryl R.Pem.Penunjang : Enzym pancreas, EGD

atas, Mual, Muntah epigastrium (+), (-), demam (-), lemas nyeri tekan hipokondrium kiri (-), timpani pada seluruh kuadran abdomen, Bising usus 7x/menit regular pada seluruh kuadran abdomen TD : 110/80 mmHg Nadi : 78 x/ menit Suhu : 37,5 C RR : 20 x/ menit

12

USG abdomen : Kesan : udara berlebih di lambung, organ abdomen lainnya normal

22 Maret 2013 Subjective Nyeri pada ulu hati sudah tidak terlalu sering dirasakannya, nafsu makan sudah ada walau dikit, nyeri pada perut kiri atas (-), mual, muntah (-), nyeri perut pada malam hari (-), Objective PF Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan hipokondrium kiri (-), timpani pada seluruh kuadran abdomen, Bising usus 7x/menit regular pada seluruh kuadran abdomen TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/ menit Suhu : 35,8 C RR : 20 x/ menit ECG : Normal Pemeriksaan enzyme pancreas Amilase pancreatik 21 U/L (< 53 U/L) Lipase darah 30 U/L (13-60 U/L) R.Pem.Penunjang : Histologik 1. Dyspepsia e.c ulkus peptikum 2. Dyspepsia e.c gastritis kronik Assessment Planning Infus RL 500ml/6jam Rantin inj 2,5mg/ml OMZ caps Inpepsa syr Librax Vometa FT Myenol Vitaryl

13

EGD : (lampiran 2)

23 Maret 2013 Subjective Tak ada keluhan , Pasien sudah Objective PF Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+), nyeri 1. Dyspepsia e.c ulkus peptikum 2. Dyspepsia e.c gastritis kronik Assessment Planning Ranitidin tab Librax tab

boleh dipulangkan tekan hipokondrium kiri (), timpani pada seluruh kuadran abdomen, Bising usus 6x/menit regular pada seluruh kuadran abdomen

TD : 100/60 mmHg Nadi : 68 x/ menit Suhu : 36.5 C RR : 18 x/ menit TD : 110/70 mmHg

14

Lampiran1

Lampiran 2

15

TINJAUAN PUSTAKA Ulkus Peptikum


ULKUS PEPTIKUM

A. Definisi Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001). Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ulkus (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga

jejenum.(Sylvia A. Price, 2006). Ulkus peptikum atau tukak peptic adalah ulkus yang terjadi pada mulkosa, submukosa dan kadang-kadang sampai lapisan muskularis dari traktus gastrointestinalis yang selalu berhubungan dengan asam lambung yang cukup mengandung HCL. Termasuk ini ialah ulkus (tukak) yang terdapat pada bagian bawah dari oesofagus, lambung dan duodenum bagian atas (first portion of the duodeum). Mungkin juga dijumpai tukak di yeyenum, yaitu penderita yang mengalami gastroyeyenostomy. (Sujono Hadi, 1999: 204).

B. Etiologi Sebab-sebab yang pasti dari ulkus peptikum belum diketahui Penyebab ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin. Faktor predisposisinya menurut beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai factor predisposisi signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan
16

golongan darah lebih rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Factor predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol dan merokok berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori. Adanya bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor(gastrinomas-sindrom zolingerellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat terjadi pada pasien yang terpajan kondisi penuh stress.

C. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. 1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa : a. Sefalik Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan. b. Fase lambung Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan. c. Fase usus Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
17

manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini : 1. hipersekresi asam pepsin 2. Kelemahan Barier Mukosa Lambung Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira dari gastrinoma adalah ganas(maligna). Diare dan steatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat
18

menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress. Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.

D. Patogenesis dan Pathways Obat-obatan golongan NSAID (aspirin), alcohol, garam empedu, dan obat-obatan lain yang merusak mukosa lambung, mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam klorida dengan akibat kerusakan jaringan (mukosa) dan khususnya pembuluh darah. Hai ini mengakibatkan pengeluaran histamin. Histamine akan merangsang sekresi asam dan meningkatkan pepsin dari pepsinogen. Histamine ini akan mengakibatkan juga peningkatan vasodilatasi kapilerm sehingga membrane kapiler menjadi permeable terhadap protein, akibatnya sejumlah protein hilang dan mukosa menjadi adema. Peningkatan asam akan merangsang syaraf kolinergik dan syaraf simpatik. Perangsangan terhadap kolinergik akan berakibat terjadinya peningkatan motilitas sehingga menimbulkan rasa nyeri, sedangkan rangsangan terhadap syaraf simpatik dapat mengakibatkan reflek spasme esophageal sehingga timbul regurgitasi asam Hcl yang menjadi pencetus timbulnya rasa nyeri berupa rasa panas seperti terbakar yang mengandung diagnosa. Selain itu, rangsangan terhadap syaraf sympatik juga dapat mengakibatkan terjadinya pilorospasme yang berlanjut menjadi pilorustenosis yang berakibat lanjut makanan dari lambung tidak bisa masuk ke saluran berikutnya. Oleh karena itu pada penderita ulkus peptikum setelah makan mengalami mual, anoreksia, kembung dan kadang
19

vomitus. Resiko terjadinya kekurangan nutrisi bisa terjadi sebagai manifestasi dari gejalagejala tersebut. Pada penderita tukak lambung mengalami peningkatan pepsin yang berasal dari pepsinogen. Pepsin menyebabkan degradasi mucus yang merupakan salah satu factor lambung. Oleh karena itu terjadilah penurunan fungsi sawar sehingga mengakibatkan penghancuran kapiler dan vena kecil. Bila hal ini terus berlanjut akan dapat memunculkan komplikasi berupa pendarahan. Perdarahan pada ulkus peptikum bisa terjadi disetiap tempat, namun yang tersering adalah dinding bulbus duodenum bagian posterior, karena dekat dengan

arterigastroduodenalis atau arteri pankreatikoduodenalis. Kehilangan darah ringan dan kronik dapat mengakibatkan anemi defisiensi besi. Disamping itu perdarahan juga dapat memunculkan gejala hemateneses dan melena. Pada pendarahan akut akibat ulkus peptikum dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan.

Proses ulkus peptikum yang terus berlanjut, selain berakibat pendarahan dapat pula berakibat terjadinya perforasi.perforasi yang berlanjut dapat menembus organ sekitarnya, termasuk peritoneum. Bila ulkus telah sampai diperitonium dapat terjadi peritonitis akibat infasi kuman. Obstruksi merupakan salah satu komplikasi dari ulkus peptikum. Obstruksi biasanya dijumpai di daerah pylorus, yang disebabkan oleh peradangan, edema, adanya pilorusplasme dan jaringan parut yang terjadi pada proses penyembuhan ulkus. Akibat adanya obstruksi bisa timbul gejala anoreksia, mual, kembung dan vomitus setelah makan. Klasifikasi Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi: Ulkus duodenal Insiden Usia 30-60 tahun Pria: wanita3:1 Terjadi lebih sering daripada ulkus lambung Tanda dan gejala Hipersekresi asam lambung Dapat mengalami penambahan berat badan Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; sering Tanda dan gejala Normal sampai hiposekresi asam lambung Penurunan berat badan dapat terjadi Nyeri terjadi sampai 1 jam setelah makan;
20

Ulkus Lambung Insiden Biasanya 50 tahun lebih Pria:wanita 2:1

terbangun dari tidur antara jam 1 dan 2 pagi. jarang terbangun pada malam hari; dapat Makan makanan menghilangkan nyeri Muntah tidak umum Hemoragi jarang terjadi dibandingkan ulkus lambung tetapi bila ada milena lebih umum daripada hematemesis. Lebih mungkin terjadi perforasi daripada ulkus lambung. Kemungkinan Malignansi Jarang Faktor Risiko Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress. hilang dengan muntah. Makan makanan tidak membantu dan kadang meningkatkan nyeri. Muntah umum terjadi Hemoragi lebih umum terjadi daripada ulkus duodenal, hematemesis lebih umum terjadi daripada melena. Kemungkinan malignansi Kadang-kadang Faktor Risiko Gastritis, alkohol, merokok, NSAID, stres

E. Gejala Klinis Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului. 1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.

21

2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong. 3. Mual dan Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung. 4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.

F. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum : GCS : Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh. Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan. 1. Head to toe : Kepala

Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala. Palpasi : nyeri tekan dikepala. Wajah

Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah. Palpasi : nyeri tekan di wajah. Mata

Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil, Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa sclera Hidung :

Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret Dipalpasi : nyeri tekan pada hidung
22

Mulut :

Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi Leher

Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher Palpasi : nyeri tekan pada leher. Dada

Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan. Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri tekan. Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret. Auskultasi : bunyi paru dan suara napas Payudara dan ketiak

Inspeksi : bentuk, benjolan Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan Abdomen

Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien. Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya pnimbunan cairan diperut Genitalia

Inspeksi : bentuk alat kelamin,distribusi rambut kelamin,warna rambut kelamin,benjolan Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin Integumen

Inspeksi : warna kulit,benjolan Palpasi : nyeri tekan pada kulit Atas : Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot Bawah : Inspeksi : warna kuliy,bentuk kaki Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot
23

Ekstremitas

1. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang 1. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal. 2. Bising usus mungkin tidak ada. 3. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan. 4. Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya. 5. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif terhadap darah samar. 6. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollingerellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus. 7. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori. 1. Therapy atau Tindakan Penanganan Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan pembedahan. Penurunan stress dan istirahat. 1. Modifikasi diet 2. Penghentian merokok 3. Obat-obatan 4. Intervensi bedah 10. Komplikasi Potensial 1. Hemoragi-gastrointestinal atas, gastritis dan hemoragi akibat ulkus peptikum adalah dua penyebab paling umum perdarahan saluran GI. 2. Perforasi, merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang menembus ke dalam rongga peritoneal tanpa disertai tanda.
24

3. Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa lambung ke dalam struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilieratau omentum hepatik. 4. Obstruksi pilorik terjadi bila areal distal pada sfingter pilorik menjadi jaringan parut dan mengeras karena spasme atau edema atau karena jaringan parut yang terbentuk bila ulkus sembuh atau rusak.

25

ANALISA KASUS

Atas dasar anamnesis pasien mengeluh nyeri perut bagian epigastrium dan menyebar ke hipokondrium kiri dan dada, nyeri terasa tertusuk-tusuk namun terkadang dirasakan seperti terbakar, pasien juga sering mengeluh tidak bisa tidur karna nyerinya, nyeri perutnya sering dirasakan pada saat makan dan beberapa menit setelah makan, pada saat perut kosong pasien tidak merasakan nyeri, pasien juga sering mengeluhkan mual terutama pada saat makan, muntah(-),Riwayat sakit maag 7 tahun lalu dan riwayat gastritis kronik pada tahun 2011, pasien suka makan pedas dan gurih, suka makan mie instan, dan suka makan makanan di luar rumah, pasien menyangkal konsumsi rokok, serta minuman beralkohol, namun pasien sering mengkonsumsi obat warung untuk mengurangi rasa nyerinya. Pada Pemeriksaan Fisik abdomen : PF : Nyeri tekan pada epigastrium dan hipokondrium kiri Dari anamnesis, pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, maka dipikirkan Ulkus peptikum, ulkus duodenii, gastritis kronik eks akut Rencana diagnose : Pemeriksaan biopsy dan histologik terhadap H.Pylori Rencana terapi : 1. Modifikasi diet (makanan yg lunak, tidak merangsang HCl seperti makanan pedas, gurih, asin, asam) 2. Obat-obatan : Antasida, H2 Blocker, Antispasmodik&antikolinergik, Sedativa, Antipepsin. 3. Terapi pembedahan : Jika diperlukan

26

DAFTAR PUSTAKA
Harisson. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol 3.ed.13. 2000. EGC: Jakarta.

Hadi, Sujono et al. 2007. Gastroenterologi. P.T. Alumni : Bandung.

Ismail, Dasnan, Idrus Alwi, Muin Rahman. 2006. Panduan Pelayanan Medik. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta.

Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Dokumen17 halaman
    Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Sitokin
    Sitokin
    Dokumen18 halaman
    Sitokin
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Laporan TDL Mikrobiologi
    Laporan TDL Mikrobiologi
    Dokumen16 halaman
    Laporan TDL Mikrobiologi
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Parasitic Helminth Infections
    Parasitic Helminth Infections
    Dokumen15 halaman
    Parasitic Helminth Infections
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Imunopatologi Virus
    Imunopatologi Virus
    Dokumen24 halaman
    Imunopatologi Virus
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Dokumen17 halaman
    Antigen Untuk Produksi Vaksin
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Imunopatologi Virus
    Imunopatologi Virus
    Dokumen24 halaman
    Imunopatologi Virus
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • KERANGKA Konsep
    KERANGKA Konsep
    Dokumen2 halaman
    KERANGKA Konsep
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Soal Saraf
    Soal Saraf
    Dokumen9 halaman
    Soal Saraf
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Kasus Biostatistik
    Kasus Biostatistik
    Dokumen11 halaman
    Kasus Biostatistik
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Sitokin
    Sitokin
    Dokumen28 halaman
    Sitokin
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Isolasi Protein
     Isolasi Protein
    Dokumen46 halaman
    Isolasi Protein
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan Soal Ukdi
    Pembahasan Soal Ukdi
    Dokumen2 halaman
    Pembahasan Soal Ukdi
    Rahma Larasati Syaheeda
    0% (1)
  • Edit Psikiatri
    Edit Psikiatri
    Dokumen2 halaman
    Edit Psikiatri
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantaar
    Kata Pengantaar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantaar
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis
    Sinusitis
    Dokumen27 halaman
    Sinusitis
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Edit Saraf
    Edit Saraf
    Dokumen6 halaman
    Edit Saraf
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Keterampilan Osce
    Keterampilan Osce
    Dokumen19 halaman
    Keterampilan Osce
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen10 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen15 halaman
    Vertigo
    Sigit Nugroho
    100% (1)
  • Telinga Luar
    Telinga Luar
    Dokumen10 halaman
    Telinga Luar
    ryo_benji
    Belum ada peringkat
  • Edit Ikm
    Edit Ikm
    Dokumen8 halaman
    Edit Ikm
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Otitis Media
    Klasifikasi Otitis Media
    Dokumen52 halaman
    Klasifikasi Otitis Media
    Dhenni Hartopo
    100% (2)
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Dokumen47 halaman
    Tinjauan Pustaka
    Rahma Larasati Syaheeda
    100% (1)
  • Sindrom Metabolik
    Sindrom Metabolik
    Dokumen9 halaman
    Sindrom Metabolik
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen8 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Pleuritis Tuberkulosis
    Pleuritis Tuberkulosis
    Dokumen8 halaman
    Pleuritis Tuberkulosis
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat
  • Ghonorrheae
    Ghonorrheae
    Dokumen2 halaman
    Ghonorrheae
    Rahma Larasati Syaheeda
    Belum ada peringkat