Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

PEMBUATAN ALAT UKUR KADAR GARAM (SALINITAS)


DALAM AIR BERBASIS MIKROKONTROLER (Studi Kasus
Pada Tambak)
Oleh :
SEPTIANA QURROTA AYUN
NIM. 04540027
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
2009
PEMBUATAN ALAT UKUR KADAR GARAM (SALINITAS)
DALAM AIR BERBASIS MIKROKONTROLER (Studi Kasus
Pada Tambak)
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Universitas Islam Negeri Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh :
SEPTIANA QURROTA AYUN
NIM. 04540027
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
MALANG
2009
ii
PEMBUATAN ALAT UKUR KADAR GARAM (SALINITAS)
DALAM AIR BERBASIS MIKROKONTROLER
(Studi Kasus Pada Tambak)
SKRIPSI
Oleh :
SEPTIANA QURROTA AYUN
NIM. 04540027
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. M. Tirono, M. Si. Ach Nasichuddin, M.Ag
NIP 131 971 849 NIP 150 320 531
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Drs. M. Tirono, M. Si.
NIP 131 971 849
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PEMBUATAN ALAT UKUR KADAR GARAM (SALINITAS)
DALAM AIR BERBASIS MIKROKONTROLER
(Studi Kasus Pada Tambak)
SKRIPSI
OLEH
SEPTIANA QURROTA AYUN
NIM 04540027
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan
Dinyatakan Diterima sebagai Salah Satu Persyaratan
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Tanggal: 23 Juni 2009
Susunan Dewan Penguji: Tanda Tangan
1. Penguji Utama : Dr. Agus Mulyono, S.Pd, M. Kes. ( )
NIP 150 294 457
2. Ketua : Ahmad Abtokhi, M. Pd. ( )
NIP 150 327 245
3. Sekretaris : Drs. M. Tirono, M. Si. ( )
NIP 131 971 849
4. Anggota : Ach Nashichuddin, M.A ( )
NIP 150 320 531
Mengetahui dan Mengesahkan,
Ketua Jurusan Fisika
Drs. M. Tirono, M. Si.
NIP 131 971 849
iv
Motto
> _.] _. _,`>,l ..> ',.s , ..> _l. _l>
_-> !.., l>, >> >>: __
Artinya: Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang
mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang
lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding
dan batas yang menghalangi. (QS Al Furqaan/25:5)
v
PERSEMBAHANKU :
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta; Bapak Muslih, Spd dan Ibu
Nurhasanah(Alm) yang selalu mendidik, mendoakan dan
menyayangiku serta kepada ibu Musyarofah terhatur doa semoga
Allah selalu memberikan kesehatan, kebahagiaan dunia-akherat bagi
mereka Amin
Kepada seluruh keluargaku; Fajrun, Srudik, Siis serta segenap
keluarga besar Zarkasih....Yang selalu memberiku doa dan motivasi
Dosen2 Fisika yang terhormat; P.Tirono, P.Farid, P.Tazi, P.Toki,
P.Basid, P.Agus Kris, P.Agus Mul, P.Irjan, P.Avi, Bu Erika dan Bu
Erna. Semoga Allah membalas kebaikan MerekaAmin
Kepada teman2 yang telah menjadi keluargaku di kampus UIN
tercinta : mami Er, Mbak Fa, Bos2ku, kak Erick, Etha familys, Delox
Wong yang selalu membuatku semangat dan tertawa menghadapi
kesulitan....serta Smua temen2 Komputasi & Instrumentasi Fisika
angkatan 2004....semoga kita menjadi generasi yang hebat
Kepada sahabat kos 48:Dina, Ratih, Cita, Maya, Rida, Mb.yu, Eka dan
Ampel 15: Aicho, Zunita, Ma2, Anik, dll.........yang selalu bersama
mengukir dan melewati hari yang penuh makna dan arti
Dan Untuk semua yang membantu memberikan motivasi dan inspirasi
selama aku berjuang yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu....Rasa terima kasihku takkan cukup membalasnya
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
segala rahmat, taufiq serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pembuatan Alat
Ukur Kadar Garam (Salinitas) dalam Air Berbasis Mikrokontroler (Studi
Kasus Pada Tambak).
Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW., yang telah membimbing ummatnya ke jalan yang diridhoi
Allah SWT. yakni Diinul Islam.
Penulis menyadari bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam
penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang, dan para pembantu Rektor, atas segala motivasi dan
layanan fasilitas yang telah diberikan selama penulis menempuh studi.
2. Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU, Dsc. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
3. Drs. Moh. Tirono, M.Si., selaku Ketua Jurusan Fisika sekaligus Dosen
Pembimbing yang penuh perhatian, ketelatenan, kesabaran dalam
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
vii
4. A. Nasichuddin, M.Ag. selaku pembibing kedua yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
selama penulisan skripsi di bidang integrasi Sains dan Al-Quran.
5. Segenap bapak ibu dosen pengajar UIN Malang terima kasih atas ilmu
yang telah diberikan kepada penulis.
6. Ayah dan Ibu yang selalu membimbing, mendidik, mengarahkan, dan
mendoakan sehingga sampai pada detik-detik penulisan skripsi ini
dengan lancar.
7. Teman-teman Fisika, terutama angkatan 2004 beserta semua pihak yang
telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali Jazaakumullah
Ahsanal Jazaa semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Dengan bekal dan kemampuan terbatas, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Akhirnya, tiada kata selain harapan semoga skripsi ini bermanfaat sesuai dengan
maksud dan tujuannya. Amiin Ya Robbal Alamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, 20 Mei 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv
MOTTO.............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN.............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiv
ABSTRAK.......................................................................................................... xv
ABSTRACT........................................................................................................ xvi
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 6
1.5 Batasan Masalah........................................................................... 6
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Garam (Salinitas)............................................................... 7
2.2 Budidaya Tambak......................................................................... 8
2.3 Hubungan Salinitas dengan Habitat Budidaya Tambak............... 11
2.4 Sensor Konduktivitas.................................................................... 13
2.5 Analog to Digital Converter (ADC 0804).................................... 16
2.6 Relay............................................................................................. 20
2.7 Mikrokontroler AT89S51............................................................. 21
2.8 Keypad 4x4................................................................................... 25
ix
2.9 Liquid Crystal Display (LCD M1632).......................................... 26
2.10 Air Laut dan Pemanfaatannya dalam Perspektif Al-Quran.......... 28
2.11 Kerangka Konseptual.................................................................... 32
BAB III: METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................... 34
3.2 Alat dan Bahan Penelitian.............................................................. 34
3.3 Pembuatan Alat.............................................................................. 35
3.3.1 Diagram Blok Sistem Mekanik.......................................... 35
3.3.2 Sistem Elektronika............................................................. 36
3.3.3 Penyusunan Rangkaian ADC............................................. 36
3.3.4 Penyusunan Rangkaian MK AT89S51 ............................. 39
3.3.5 Penyusunan Rangkaian Keypad ........................................ 40
3.3.6 Penyusunan Rangkaian Relay ........................................... 40
3.3.7 Penyusunan Rangkaian LCD ............................................ 41
3.4 Pembuatan Perangkat Lunak.......................................................... 43
3.5 Pembuatan Sampel......................................................................... 46
3.6 Sistem Kalibrasi Alat..................................................................... 46
3.6.1 Pengujian Alat.................................................................... 46
3.6.2 Pengujian Sistem................................................................ 47
3.7 Teknik Analisis Data...................................................................... 48
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Alat................................................................................. 49
4.2 Pengujian Sistem Keseluruhan....................................................... 50
4.3 Pembahasan..................................................................................... 52
4.3.1 Pembahasan Alat................................................................. 52
4.3.2 Pembahasan Sistem Keseluruhan....................................... 53
4.3.3 Manfaat Alat Ukur Salinitas menurut Al-Quran................. 55
x
BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................... 58
5.2 Saran............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Salinitas Air berdasarkan presentase garam terlarut..............................8
2.2 Mutu Air Optimal bagi Pemeliharaan Benih pada Tambak.................11
2.3 Syarat Salinitas untuk Habitat Hewan di Tambak............................... 13
2.4 Funsi Pin LCD..................................................................................... 27
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Konfigurasi pin IC ADC0804............................................................... 17
2.2 Pin Diagram AT89S51.........................................................................22
2.3 Keypad 4x4.......................................................................................... 25
2.4 LCD M1632......................................................................................... 27
2.5 Diagram Konseptual............................................................................ 33
3.1 Diagram Blok Sistem Mekanik Alat Ukur Kadar Garam.................... 35
3.2 Diagram Blok Sistem Elektronik Alat Ukur Kadar Garam................. 36
3.3 Rangkaian ADC 0804.......................................................................... 37
3.4 Rangkaian MCU AT89S51 ................................................................. 40
3.5 Rangkaian Relay.................................................................................. 41
3.6 Rangkian Liquid Cristal Display (LCD M1632)................................. 42
3.7 Diagram alir (flowchart) perancangan perangkat lunak...................... 68
4.1 Grafik Perbandingan Salinitas Perhitungan dan Pengukuran.............. 49
4.2 Grafik Perbandingan Setting Point Salinitas dan Pengukuran.............51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Gambar Rangkaian Keseluruhan.............................................62
Lampiran 2 Listing Program....................................................................... 63
Lampiran 3 Gambar Foto Alat.................................................................... 72
Lampiran 4 Hasil Pengukuran.................................................................... 73
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi.........................................................75
xiv
ABSTRAK
Ayun, Septiana Qurrota 2009, Pembuatan Alat Ukur Kadar Garam (Salinitas)
Dalam Air Berbasis Mikrokontroler (Studi Kasus Pada Tambak).
Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang.
Pembimbing : (1) Drs. M. Tirono, M.Si. (2) Ahmad Nasichuddin, M.Ag.
Kata Kunci: Salinitas, Konduktivitas, Hewan Air, Tambak
Hewan air (ikan) yang dikenal masyarakat adalah ikan laut (seafood).
Selain ikan dari laut, dapat juga diambil manfaat dari hewan air payau (tambak),
sebagaimana Allah terangkan dalam surat Faathir/35:12 sebagai berikut: Dan
tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang
lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan
daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu
memakainya, dan pada masing-masingnya kamu. Lihat kapal-kapal berlayar
membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu
bersyukur. Beberapa hewan yang dibudidayakan di tambak memilki syarat
salinitas tertentu sebagai habitatnya. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk
membuat alat ukur kadar garam (salinitas) pada tambak dengan menentukan
tingkat akurasi alat dan mengatur nilai salinitas secara otomatis.
Alat ukur ini terdiri dari 2 sistem, yaitu sistem mekanik dan sistem
elektronik. Sistem mekanik terdiri dari sensor konduktivitas (perak), relay sebagai
saklar pompa air murni dan pompa air garam serta tupperware sebagai wadah
sampel. Sedangkan sistem elektronik meliputi rangkaian driver sensor, ADC
0804, MCU AT89S51, keypad dan LCD sebagai display penampil. Sampel yang
digunakan adalah air tambak dengan salinitas perhitungan sebanyak 12 sampel
yaitu mulai dari 0.2-5.0%, kemudian ditentukan 12 setting point yang berbeda
dengan sampel data perhitungan. Pengambilan data pada pengujian alat dilakukan
dengan pengukuran sampel yang telah diketahui kadar garam (salinitas)nya secara
perhitungan, kemudian diukur dengan alat ukur kadar garam (salinitas) air pada
tambak. Sedangkan pengambilan data untuk pengujian sistem keseluruhan
dilakukan dengan perbandingan setting point yang ditentukan dengan kadar garam
yang terukur pada LCD.
Analisis data pengujian alat dan sistem keseluruhan didapatkan prosentase
kesalahan relatif (KR) rata-rata. Data hasil pengujian alat dengan menggunakan
12 sampel tambak buatan menunjukkan prosentase kesalahan relatif (KR) rata-
rata sebesar 1.28%. Sedangkan hasil pengujian pada sistem keseluruhan
menunjukkan nilai kesalahan relatif rata-rata sebesar 3.07%, hal ini karena
perbedaan setting point kadar garam dengan kadar garam terukur pada alat.
Dengan demikian alat ukur kadar garam (salinitas) air tambak dapat bekerja
sesuai perintah program dan dapat digunakan karena nilai kesalahan relatif (KR)
rata-ratanya dibawah 5%.
ABSTRACT
Ayun, Septiana Qurrota. 2009. Making Tool Measure kadar
Salt (salinity) In Water-Based Mikrokontroler (Case Study On
Tambak). Thesis. Physics Departement. Science and Teknology Faculty.
The State Islamic University (UIN) Malang.
Advisor : (1) Drs. M. Tirono, M.Si (2) Ahmad Nasichuddin, M.Ag.
Key words: Salinity, Konduktivitas, Water Birds, fish
Water animals (fish) is a known community fish (seafood). In addition to
fish from the sea, we also can take and utilize brackish water animals (pond), as
God Tell in the Faathir/35:12 as follows: "And not the same (between) two sea;
that is fresh, fresh, tasty and the drunk another bitter salty again. And of each of
the sea you can eat fresh meat and you can removing the jewelry that you can use,
and Each of them on you. See the ships sail split the sea so that you can seek His
bounty and that ye may be grateful. " Some animals that growing up in the pond
have a specific requirement as salinity habitat. Research conducted with the aim
of create a tool measuring salinity (salinity) on the pond determine the level of
accuracy with the instrument and set the value salinity automatically.
Measurement tool consists of 2 systems, the system mechanical and
electronic systems. Mechanical system consisting from the sensor konduktivitas
(silver), as a relay switch pure water pump and water pump salt and tupperware as
the sample container. While the electronic system includes a series of sensor
drivers, ADC 0804, MCU AT89S51, keypad and LCD display as a. Sample pond
water is used with the calculation of salinity as many as 12 samples, namely from
0.2-5.0%, and set point setting 12 with a different sample data calculation. The
data on the testing tool measurements done with a sample that has been
known salinity (salinity) in its calculations, then measured by means of measuring
salinity (salinity) in water pond. While the data for testing the system overall
comparison is done with the setting point which is determined with the measured
salinity in the LCD.
Data analysis tools and system testing percentage of error obtained relative
(KR) average. Data test results using the tool 12 shows the artificial pond sample
Percentage error relative (KR) an average of 1.28%. While the results
test on the overall system shows the value relative error average of 3.07%. With
measuring instruments such salinity (salinity) pond waterable to work according
to the program and can be used.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara bahari terbesar di dunia, karena
Indonesia memiliki sumber daya perairan yang sangat besar. Karakteristik
geografis Indonesia memiliki struktur dan tipologi ekosistem yang didominasi
oleh perairan telah menjadikan Indonesia kaya akan berbagai jenis ikan, baik yang
hidup di laut maupun di air tawar. Ikan merupakan salah satu jenis hewan air
yang memiliki potensi penting bagi kebutuhan konsumsi manusia. Selain ikan ada
beberapa jenis hewan air lain yang sudah sangat populer dikonsumsi masyarakat,
dikarenakan kandungan gizinya yang tinggi.
Konsumsi makanan yang bergizi akan bermanfaat bagi tubuh dan jiwa kita
untuk menjadi sehat dan kuat. Di dalam sejumlah ayat, Allah menegaskan bahwa
hewan (daging) merupakan salah satu karunia besar dan menganjurkan umat
muslim agar mengambil manfaat dari mereka. Sebagaimana firman-Nya pada
surat An-Nahl/16:14
> _.] >. `>,l l!.l .. !.`>l !,L `>>.`. .. ,l> !..
,l. _. .ll >. , -.,.l _. .. l-l _`>:.
Artinya: Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur. (QS An-Nahl/16:14)
1
Daging yang disebut secara khusus pada ayat diatas merupakan makanan
yang berprotein (asam amino) tinggi. Asam amino merupakan salah satu nutrisi
penting bagi jaringan pertumbuhan dan perbaikan tubuh manusia.
Salah satu cara pembudidayaan hewan air adalah dengan tambak atau biasa
disebut bertani tambak. Hewan air yang sudah dikenal masyarakat dan dibenihkan
pada tambak adalah udang (windu dan venamae/putih), ikan bandeng, ikan nila,
ikan mas, ikan mujaer dan beberapa ikan lain yang biasa hidup pada air payau.
Hewan air (ikan) yang sering dikenal masyarakat adalah ikan dari laut (seafood).
Padahal selain ikan dari laut, kita juga dapat mengambil dan memanfaatkan
hewan air payau (tambak), sebagaimana telah Allah terangkan melalui firman-
Nya dalam surat Faathir/35:12
!. _.`. `>,l ..> ',.s , _!. .,. ..> _l. _l> _. _
l!. !.`>l !,L `>>.`. ,l> !..,l. _. ,ll , >. -.
,.l _. .. >l-l _`: _
Artinya : Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap
diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu
dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan
yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu. Lihat kapal-
kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan
supaya kamu bersyukur.(QS Faathir/35:12)
Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai
tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir.
Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang
windu, walaupun sebenarnya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di
tambak.
Penurunan mutu lingkungan pesisir membawa dampak yang sangat serius
terhadap produktivitas lahan tambak bahkan sudah sampai pada ancaman terhadap
kelangsungan hidup kegiatan budidaya tambak. Kendala utama dalam budi daya
tambak adalah diperlukan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Komponen biaya
meliputi: persiapan kolam, pemilihan induk, pemijahan, penetasan dan
pendederan. Biaya lain yang dianggap cukup tinggi adalah untuk pakan dan
pemeliharaan terhadap hama dan penyakit ikan. (Amri, 2003 : 2-3).
Keberhasilan berbudidaya pada tambak akan didapatkan dengan cara
memperhatikan faktor-faktor yang berperan terhadap penurunan produktivitas
tambak, yaitu fisik tambak, syarat lahan dan air tambak serta teknologi
pengelolaan tambak. Pengelolaan tambak dilakukan untuk memenuhi syarat
lingkungan biologi pada tambak. Kadar garam (salinitas) air pada tambak
merupakan salah satu faktor penting yang harus dipenuhi dalam pengelolaan
tambak. (Irianto, 2003 : 24)
Beberapa hewan yang didudidayakan di tambak memiliki syarat salinitas
tertentu sebagai tempat hidup atau habitatnya. Cuaca dan musim adalah faktor
yang dapat merubah salinitas pada tambak. Ketika musim penghujan kadar garam
(salinitas) pada tambak relatif lebih rendah dan sebaliknya pada musim kemarau
karena banyak terjadinya penguapan maka salinitas pada tambak akan semakin
tinggi. Salinitas memiliki peranan yang cukup penting dalam pembudidayaan
tambak karena akan sangat mempengaruhi hasil panen para petani tambak. Jadi
salinitas merupkan hal atau syarat pokok bagi habitat (tempat hidup) hewan air.
Setiap makhluk-Nya telah diatur dan ditentukan untuk memiliki tempat berdiam
(hidup) masing-masing, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surat An
Naml/27:61
_. _-> _ _-> !l.l> .. _-> !> _. _-> _,,
_,`>,l >l> .l, _. < _, >. _.l-, _
Artinya : Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam,
dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan
gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara
dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya)
kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.(QS An Naml/27:61)

Sekarang ini dengan teknologi yang ada, diupayakan suatu cara untuk
meningkatkan hasil panen para petani tambak dengan memperhatikan faktor yang
dapat menurunkan produktivitas tambak. Hal ini berkaitan dengan salinitas
tambak sebagai habitat benih yang dibudidayakan, sehingga dibuat alat yang
dapat membantu petani agar mendapatkan panen yang berkualitas dan
berkuantitas meski dalam cuaca atau musim apapun. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Amir Supriyanto (2007) Rancang Bangun Alat Ukur Kadar
Garam Air (Salinitas) berbasis Mikrokontroler sudah dapat digunakan dengan
baik, akan tetapi memiliki kelemahan yaitu hanya dapat digunakan untuk budi
daya udang dan dihubungkan dengan PC.
Peneliti berkeinginan untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya
dengan menampilkan nilai salinitas tambak langsung pada LCD sehingga lebih
mudah diamati dan juga lebih murah. Selain itu alat ini diharapkan juga dapat
dibuat bukan hanya untuk satu jenis tambak saja, sehingga softwarenya akan
dibuat secara fleksibel.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, terdapat permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana membuat alat ukur kadar garam (salinitas) dalam air berbasis
Mikrokontroler AT89S51 pada tambak?
2. Seberapa besar tingkat akurasi alat ukur kadar garam (salinitas) dalam air
berbasis Mikrokontroler AT89S51 untuk digunakan pada tambak?
3. Bagaimana membuat pemrograman kadar garam (salinitas) secara
otomatis pada tambak?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuat suatu alat untuk mengukur kadar garam (salinitas) air berbasis
Mikrokontroler AT89S51 pada tambak
2. Menentukan tingkat akurasi alat pengukur kadar garam (salinitas) air
berbasis Mikrokontroler AT89S51 pada tambak
3. Membuat pemrograman kadar garam (salinitas) secara otomatis pada
miniatur tambak
1.4 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan:
1. Terdapat alat ukur kadar garam (salinitas) pada tambak yang memiliki
tingkat ketelitian yang baik
2. Menghasilkan suatu alat yang berfungsi sebagai alat otomatis pengatur
kadar garam (salinitas) terprogram serta dapat dikembangkan untuk
penelitian selanjutnya sesuai dengan kebutuhan
3. Membantu petani tambak mendapatkan hasil panen yang berkualitas dan
berkuantitas
1.5 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, permasalahan dibatasi
pada:
1. Pengukuran kadar garam (salinitas) hanya pada tambak
2. Nilai kadar garam (salinitas) dinyatakan dalam persen (%)
3. Tidak membahas rangkaian catu daya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kadar Garam (Salinitas)
Salinitas adalah banyaknya zat terlarut. Zat padat terlarut meliputi garam-
garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup,
dan gas-gas terlarut. Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam
terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam
tanah. Secara ilmiah, salinitas didefinisikan dengan total padatan dalam air setelah
semua karbonat dan senyawa organik dioksidasi dan bromide serta iodide
dianggap sebagai klorida (Amri, 2003 : 23).
Ciri paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang ialah rasanya
yang asin. Ini disebabkan karena didalam air laut terlarut garam-garam yang
paling utama adalah natrum klorida (NaCl) yang sering disebut garam dapur.
Selain NaCl, di dalam air laut terdapat pula MgCl2, kalium, kalsium dan
sebagainya. Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang
terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan

(permil, gram
per liter) (Irianto, 2003 : 25).
Istilah teknik untuk kadar garam dalam laut adalah halinitas, dengan
didasarkan bahwa halidaterutama kloridaadalah anion yang paling banyak
dari elemen-elemen terlarut.
7
Di perairan pantai karena terjadi pengenceran misalnya karena pengaruh
aliran sungai salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan
yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Air payau adalah istilah umum
yang digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air
laut.
Tabel 2.1 Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut
(Sumber : www.wikipedia.com)
Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut
Air tawar Air payau Air saline Laut
< 0.05 % 0.05 - 3 % 3 - 5 % > 5 %
2.2.Budidaya Tambak
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan yang terletak di daerah
pesisir pantai, yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan
(akuakultur). Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang
dan kepiting. Penyebutan tambak biasanya dihubungkan dengan air payau atau
air laut. (www.wikipedia-indonesia.com)
Unsur-unsur kimia yang terdapat di dalam air tambak yaitu berupa garam-
garam, gas-gas, suspensi dan senyawa organik. Garam-garam tersebut berasal dari
hasil erosi batu-batuan yang diangkut oleh sungai dan telah berlangsung dalam
kurun waktu yang lama. Beberapa senyawa lain terutama yang berupa gas berasal
dari makhluk hidup yang ada didalamnya termasuk unsur Oksigen dan Nitrogen.
Budidaya tambak hingga sekarang terhitung sebagai suatu usaha yang dapat
memberikan keuntungan yang luar biasa. Kecenderungan kearah ini memang
beralasan karena terbukti pada lahan- lahan yang baru dibuka ternyata dapat
menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi petani yang
masih rendah hingga sedang. Akan tetapi, minat masyarakat sendiri masih sangat
rendah terkait dengan pembudidayaan tambak dikarenakan banyaknya faktor yang
harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil panen seperti yang diharapkan. Salah
satu hal yang paling penting yang harus dipenuhi dalam pembukaan lahan tambak
adalah pengelolaan tambak yang berorientasi pada kelestarian lingkungan. Ikan
dalam tambak dapat hidup dengan baik bila syarat-syarat lingkungan yang sesuai
dengan kondisi hidupnya bisa terpenuhi. Syarat-syarat lingkungan tersebut
meliputi kondisi tanah tambak serta jumlah dan mutu air yang terdapat dalam
tambak. Kualitas atau mutu air tambak memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap kelangsungan hidup hewan-hewan air yang terdapat di dalam tambak
tersebut. Untuk itu, kualitas air tambak harus memenuhi kriteria yang sesuai
dengan kehidupan jenis ikannya (habitat).
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambak udang
berwawasan linkungan adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan kebutuhan lahan dan air
b. Memperhatikan keberadaan mangrove
c. Memperbaiki lokasi dan tata letak tambak
d. Memperbaiki konstruksi tambak
e. Memperbaiki pengelolaan tambak
f. Menggunakan pestisida secara bijak
Strategi musim tanam yang tepat pada usaha komoditas budidaya di tambak,
khususnya udang merupakan salah satu faktor yang untuk mendapatkan
keberhasilan dalam produksi mencapai tingkat yang optimal. Kegagalan (panen
premateur) tersebut, selain akibat penyakit yang bersifat massal dan mematikan
juga dikarenakan para petambak salah dalam memilih waktu tanam
(Martosudarmo, dkk., 1992).
Selain masih ada hal penting yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
keberhasilan panen dalam budidaya tambak yaitu pengelolaan tambak.
Pengelolaan tambak merupakan hal yang harus diperhatikan dan dilakukan untuk
mendapatkan kualitas habitat budidaya yang baik pada tambak, antara lain:
a). Oksigen terlarut
b). Salinitas
c). Derajat keasaman (pH)
d). Suhu air
e). Tingkat kekeruhan air
f). Unsur Amonia (NH
3
) dan Asam Sulfida (H
2
S)
g). Hama dan penyakit
Tabel 2.2 Mutu Air Optimal bagi Pemeliharaan Benih pada Tambak
Sumber : Amri,dkk., 2008 :54
Peubah Ambang bawah Kisaran atas Optimum
Oksigen terlarut (mg/l) 2,0 - Sekitar jenuh
Amoniak (mg/l) 0,0 0,1 0
Asam belerang (mg/l) 0,000 0,001 0
Bahan Organik total (mg/l) 10,0 30,0 15,0 20,0
pH 7,5 9,0 8,0-8,3
Temperatur(0C) 26,0 32,0 29-30
Salinitas (ppt/) 20,0 35,0 29-32
Transparansi (cm) 30 50,0 35,0-40
2.3.Hubungan Salinitas dengan Habitat Budidaya Tambak
Salinitas tambak adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu kilogram
air tambak, di mana seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan
yodium yang telah disetarakan dengan klor dan bahan organik yang telah
dioksidasi. Salinitas mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Secara
langsung, salinitas media akan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan.
Apabila osmotik lingkungan (salinitas) berbeda jauh dengan tekanan osmotik
cairan tubuh (kondisi tidak ideal) maka osmotik media akan menjadi beban bagi
ikan sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk mempertahankan
osmotik tubuhnya agar tetap berada pada keadaan yang ideal. Jadi salinitas media
akan mempengaruhi pembelanjaan energi untuk osmoregulasi, yang disisi lain
juga akan mempengaruhi tingkat konsumsi pakan.
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi
proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme
antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang
dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup hewan air
(Irianto, 2005 : 21).
Salinitas (kadar garam) juga dapat mempengaruhi nafsu makan ikan/udang
di tambak. Jika nilai salinitas tinggi maka konversi ratio pakan (FCR) akan tinggi
sehingga untuk mengantisipasinya volume penggantian air harus diperbesar.
Untuk udang windu, salinitas sebesar 40 gr/ml masih mampu hidup tetapi
pertumbuhannya lambat, nilai optimal bagi udang adalah 15 25 permil ().
Pada salinitas tinggi, hewan air dalam adaptasinya akan kehilangan air
melalui difusi keluar badannya sehingga akan banyak meminum air dan
menghindari kelebihan garam dengan mekanisme tertentu. Keseluruhan
mekanisme itu memerlukan energi ekstra sehingga dapat menurunkan efisiensi
pakan yang dikonsumsi. Untuk menghindari kelebihan garam dalam tubuhnya,
akan terjadi pengerasan pada eksoskleteon (pada udang) yang menyebabkan
gagalnya ganti kulit (moulting) ( Afandi, 2002 : 30).
Satu-satunya cara untuk mengatasi salinitas yang terlalu tinggi adalah
dengan pengenceran (penambahan air tawar), dengan rumus :
S = S1 x V1 = S2 x V2 atau

+
+
2 1
2 2 1 1
V V
xV S xV S
Dengan : S = salinitas yang dikehendaki (permil)
S1 = salinitas tinggi air /tambak (permil)
S2 = salinitas rendah /air tawar (permil)
V1 = volume air salinitas tinggi (m
3
)
V2 = volume air salinitas rendah (m
3
)
Tabel 2.3 Syarat Salinitas untuk Habitat Hewan di Tambak
Sumber : Dari Berbagai Sumber
Jenis Hewan Periode Salinitas (permil /
)
Dalam
Persen (%)
Udang
- Windu
- Galah
Post larva
Juvenil
Dewasa
Pendederan
25-35
20-25
15-20
< 10
2.5-3.5 %
2-2.5 %
1.5-2%
< 1%
- Vanamae
/ Putih
- Lobster
Pendederan
Pendederan
2-40
30-33
0.2-4 %
3-3.3 %
Ikan
- Bandeng
- Mujair
- Mas
- Nila
Nila Hitam
Nila hibrida
Nila Merah
Pendederan
Pendederan
Pendederan
Pendederan
Pendederan
Pendederan
12-20
50
5.5-7
10-15
30
50
1.2-2 %
5 %
0.55-0.7 %
1-1.5%
3 %
5 %
Kepiting Pendederan 15-30 1.5-3 %
2.4.Sensor Konduktivitas
Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu
menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal
elektrik baik arus listrik ataupun tegangan. Ada dua jenis sensor, yaitu 1) Sensor
fisika, untuk mendeteksi besaran suatu besaran berdasarkan hukum-hukum fisika.
Contoh sensos fisika adalah sensor cahaya, sensor suara, sensor gaya, sensor
kecepatan, sensor percepatan dan sensor suhu. 2) Sensor kimia, alat yang mampu
menangkap atau mendeteksi fenomena berupa zat kimia (baik gas maupun cairan)
untuk kemudian diubah menjadi sinyal elektrik. Biasanya melibatkan beberapa
reaksi kimia. Contoh sensor kimia adalah pH, sensor Oksigen, sensor ledakan, dan
sensor gas.
Sensor konduktivitas merupakan salah satu jenis sensor kimia,
dikarenakan sensor konduktivitas memiliki fungsi untuk mendeteksi nilai
konduktivitas suatu bahan atau unsur kimia (NaCl) pada suatu cairan.
Ada dua bagian dalam sensor kimia, yaitu bagian pertama sebagai bagian
penerima berfungsi menyeleksi dan mengubah sifat kimia yang dideteksinya
menjadi energi yang bisa diukur oleh bagian transducer. Sedangkan bagian kedua
adalah transducer yang berfungsi mengubah energi yang membawa sifat sifat
kimia tersebut menjadi sinyal elektrik. Jika bagian penerima merupakan bagian
yang mampu membedakan zat yang akan dikenalinya, maka bagian transducer ini
bukanlah bagian yang mampu membedakan sifat sifat kimia
(www.ec.gc.ca/climate/kyoto-e.htm).
Karakteristik sensor kimia ditentukan dari sejauh mana sensor tersebut
memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali zat yang ingin dideteksinya.
Kemampuan mendeteksi zat tersebut meliputi:
1. Sensitifitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor mengenali zat yang
dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu mendeteksi zat meskipun jumlah
zat tersebut sangat sedikit dibandingkan gas disekelilingnya. Sebagai
gambaran sebuah riset dengan menggunakan material nano porous terhadap
gas NO
2
sudah mampu mendeteksi gas NO
2
hanya dengan jumlah 300 ppb
(part per billion), artinya sejumlah 300 partikel NO
2
yang ada dalam 1 milyar
partikel udara sudah bisa membuat sensor ini mendeteksi keberadaannya.
2. Selektifitas, yaitu sejauh mana sensor memiliki kemampuan menyeleksi gas
atau cairan yang ingin dideteksinya. Sifat ini tidak kalah penting dengan
senitifitas mengingat gas atau cairan yang dideteksi tentunya akan bercampur
dengan zat lain yang ada disekelilingnya.
3. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor untuk
mengenali zat yang dideteksinya. Semakin cepat waktu respon dan waktu
recoveri maka semakin baik sensor tersebut. Beberapa gas berbahaya bahkan
dapat sangat cepat bereaksi dengan tubuh manusia yang dapat berakibat sangat
fatal seperti gas CO
2
atau NO
2
yang dalam hitungan dibawah 5 menit dapat
mengakibatkan kematian. Karenanya kemampuan mendeteksi gas seperti ini
harulah lebih cepat dari kemampuan gas tersebut beraksi dengan tubuh
manusia.
4. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten
memberikan besar sensitifitas yang sama untuk suatu gas, serta seberapa lama
sensor tersebut dapat terus digunakan.
Jenis sensor kimia ada beberapa macam, yang dikelompokkan berdasarkan
cara pendeteksian suatu bahan. Sensor konduktivitas merupakan jenis sensor
semikonduktor. Kunci dari teknologi semikonduktor bagi aplikasi dalam dunia
sensor adalah jumlah dan mobilitas dari pembawa muatan yang terdapat dalam
bahan semikonduktor sangat sensitif tidak hanya terhadap paramater fisik seperti
temperatur, cahaya ataupun tekanan, tetapi juga sangat sensitive terhadap
parameter kimia.
Dengan sifat seperti ini maka sebuah bahan semikonduktor yang dilalui oleh
zat kimia tertentu akan mengalami perubahan besaran konduktivitasnya yang jika
diubah dalam proses berikutnya mampu mengeluarkan besaran kuantitatif. Sensor
semikonduktor merupakan sensor yang banyak diminati dan dipilih kalangan
peneliti dikarenakan harganya yang murah, bentuknya yang lebih kecil, serta lebih
tahan lama (Venema, 1998 : 314-315).
2.5.Anolog to Digital Converter (ADC 0804)
ADC adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal
analog menkadi bentuk digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi
kebutuhan yang akan dibuat. IC ini bekerja secara cermat dengan menambahkan
sedikit komponen sesuai dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat
mengkonversikan secara cepat suatu masukan tegangan. Hal-hal yang juga perlu
diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat
dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu
eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan waktu konversinya.
Karakteristik IC ADC 0804:
- Resolusi 8 bit
- Memiliki 20 pin, 8 pin output digital dan sisanya sebagai input
- Waktu konversi 100ms
- Memiliki dua input analog, V
in(+)
dan V
in(-)

Gambar 2.1 Konfigurasi pin IC ADC0804
(Sumber : National Semiconductor, 2002)
Pada ADC 0804 ini, terdapat dua jenis prinsip didalam melakukan konversi,
yaitu free running dan mode control. Pada mode free running, ADC akan
mengeluarkan data hasil pembacaan input secara otomatis dan berkelanjutan
(continue). Pada mode ini pin INTR akan berlogika rendah setelah ADC selesai
melakukan konversi, logika ini dihubungkan kepada masukan WR untuk
memerintahkan ADC memulai konversi kembali. Prinsip yang kedua yaitu mode
control, pada mode ini ADC baru akan memulai konversi setelah diberi instruksi
dari mikrokontroler. Instruksi ini dilakukan dengan memberikan pulsa rendah
kepada masukan WR sesaat + 1ms, kemudian membaca keluaran data ADC
setelah keluaran INTR berlogika rendah.
Untuk sistem pengontrolan level permukaan air ini karena level permukaan
air harus terus dimonitor, maka ADC menggunakan prinsip free running sehingga
tegangan dari sensor dapat terus dikonversi secara terus menerus. Untuk
menerapkan free running mode ini maka pin WR harus dihubungkan dengan pin
INTR. ADC 0804 yang penulis gunakan ini memerlukan tegangan referensi
sebesar 2,5 V agar dapat bekerja. Maka untuk tegangan referensinya ini dihasilkan
dari keluaran dioda referensi LM336. Sedangkan untuk sinyal clocknya dihasilkan
dari . Rangkaian ini memerlukan tegangan masukanF dan resistor 10 K
kapasitor 150 sebesar 5 VDC untuk bekerja, yang mana tegangan ini diambil dari
catu daya 5 VDC yang telah dirancang.
Fungsi penyemat ADC0804 dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. WR : ( input ) pin ini digunakan untuk memulai konversi tegangan analog
menjadi data digital, dengan memberikan pulsa logika " 0 " pada pin ini.
2. INT: ( output ) pin ini digunakan sebagai indikator apabila ADC talah
selesai menkonversikan tegangan analog menjadi digital, dengan
mengeluarkan logika " 0 "
3. Vin : Tegangan analog input deferensial, input Vin (+) dan Vin (-)
merupakan tegangan deferensial yang akan mengambil nilai selisih dari
kedua input. Dengan memanfaatkan input Vin maka dapat dilakukan offset
tegangan nol pada ADC
4. Vref : Tegangan referensi dapat diatur sesuai dengan input tegangan pada
Vin (+) dan Vin (-), Vref = Vin/2
5. Clock : Clock untuk ADC dapat diturunkan dari clock CPU atau RC
eksternal dapat ditambahkan untuk memberikan generator dari dalam.
Clock IN menggunakan schmitt triger.
6. CS : agar ADC dapat aktif melakukan konversi data maka input Chip
Select harus diberi logika low. Data output akan berada pada kondisi three
state apabila CS mendapatkan logika high.
7. RD : agar data ADC dapat dibaca oleh sistem mikroprocesor maka pin RD
harus diberi logika low.
Mode Operasi ADC0804, ada 2 yaitu:
1. Mode Opersi Kontinyu
Agar ADC0804 dapat dioperasikan pada mode operasi kontinyu (proses
membaca terus menerus dan tanpa proses operasi jabat tangan), maka penyemat
CS dan RD ditanahkan, sedangkan penyemat WR dan INTR tidak dihubungkan
kemanapun. Prinsip kerja operasi kontinyu ini yaitu ADC akan memulai konversi
ketika INTR kembali tidak aktif (logika 1). Setelah proses konversi selesai,
INTR akan aktif (logika 0). Untuk memulai konversi pertama kali WR harus
ditanahkan terlebih dahulu, hal ini digunakan untuk mereset SAR. Namun pada
konversi berikutnya untuk mereset SAR dapat menggunakan sinyal INTR saat
aktif (logika 0) dan mulai konversi saat tidak aktif (logika 1).
Ketika selesai konversi data hasil konversi akan dikeluarkan secara langsung
dari buffer untuk dibaca karena RD ditanahkan. Saat sinyal INTR aktif, sinyal ini
digunakan untuk me-reset SAR. Saat INTR kembali tidak aktif (logika 1) proses
konversi dimulai kembali.
2. Mode Operasi Hand-Shaking
ADC0804 dioperasikan pada mode hand shaking . Agar ADC dapat bekerja,
CS harus berlogika 0. Ketika WR berlogika 0, register SAR akan direset,
sedangkan ketika sinyal WR kembali 1, maka proses konversi segera dimulai.
Selama konversi sedang berlangsung, sinyal INTR akan tidak aktif (berlogika
1), sedangkan saat konversi selesai ditandai dengan aktifnya sinyal INTR
(logika 0).
2.6.Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang
digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan
lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus
listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid
sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet
akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali
terbuka.
Karakteristik dan keuntungan relay:
- Dapat switch AC dan DC.
- Relay dapat switch tegangan tinggi.
- Relay pilihan yang tepat untuk switch arus yang besar.
- Relay dapat switch banyak kontak dalam 1 waktu. (Budiharto, 2005: 47).
Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar
(misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan
yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Dalam pemakaiannya biasanya
relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-
paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada tegangan (-) dan
katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik
yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak
komponen di sekitarnya.
Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta
kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body
relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan
sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik
(maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay
difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi
lebih aman.
2.7.Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroller berfungsi untuk mengontrol kerja suatu sistem. Di dalam
mikroprosesor, tetapi dengan penambahan perangkat-perangkat lain seperti ROM,
RAM, PIO, SIO, Counter dan rangkaian Clock. Mikrokontroller didesain dengan
instruksi-instruksi yang lebih luas dan 8 bit instruksi digunakan untuk membaca
data instruksi dari internal memory ke ALU. Banyak instruksi yang digabung
dengan pin-pin pada chip-nya.
Mikrokontroller AT89S51 mempunyai pin-pin seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Pin Diagram AT89S51
(Sumber : www.atmel.com)
Pin AT89S51 dibedakan menjadi pin sumber tegangan, pin oscillator, pin
I/O dan pin untuk proses interupsi luar.
Fungsi pin-pin AT89S51:
a. Pin 40 adalah pin Vcc, yaitu pin positif sumber tegangan 5 Volt DC
b. Pin 20 adalah pin Vss, yaitu pin grounding sumber tegangan
c. Pin 32-39 adalah pin port 0, merupakan port I/O 8 bit full duplex
d. Pin 1-8 adalah pin port 1, merupakan port I/O 8 bit full duplex
e. Pin 21-28 adalah pin port 2, sama seperti port 0
f. Pin 10-17 adalah pin port 3, sama seperti port 1
g. Pin 9 adalah RST/VPD, pin ini berfungsi untuk me-reset sistem
AT89S51. kondisi high (logika 1) dari pin ini selama dua siklus clock
(siklus mesin) akan me-reset mikrokontroller yang bersangkutan
h. Pin 30 adalah pin ALE/PROG, pin ini berfungsi untuk mengunci low
address (alamat rendah) pada saat akses memori program selama operasi
normal
i. Pin 29 adalah pin PSEN, Program Strobe Enable merupakan strobe output
yang dipergunakan untuk membaca eksternal program memori
j. Pin 31 adalah pin EA/VPP, Eksternal Acces Enable secara eksternal harus
disambung ke logika 0 jika diinginkan MCS51 menjadi enable mesin
dari internal program memori, kecuali jika program counter berisi lebih
besar dari 0FFFh
k. Pin 18 adalah pin XTAL1, pin ini merupakan input ke inverting amplifier
osilator
l. Pin 19 adalah pin XTAL 2, pin ini merupakan output dari inverting
amplifier osilator
Register-register khusus dalam mikrokontroller AT89S51, yaitu:
1) Accumulator (ACC) atau register A dan register B
Register B ini digunakan untuk proses perkalian dan pembagian bersama
dengan accumulator
2) PSW
Register ini terjadi dari beberapa bit status yang menggambarkan kejadian di
accumulator sebelumnya, yaitu Carry bit, Auxiliarey carry, pemilih bank (RS0
dan RS1), bendera overflow, parity bit dan dua buah bendera yang dapat
didefinisikan sendiri oleh pemakai
3) SP
Merupakan register 8 bit. Register SP dapat ditempatkan dalam suatu alamat
maupun RAM internal.
4) DPTR
Suatu register yang digunakan untuk pengalamatan tidak langsung. Register
ini digunakan untuk mengakses memori program internal atau eksternal, juga
digunakan untuk alamat eksternal data. DPTR ini dikontrol oleh dua buah
register 8 bit yaitu DPH dan DPL.
5) Register Prioritas Interrupt (Interrupt Priority / IP)
Merupakan suatu register yang berisi bit-bit untuk mengaktifkan prioritas dari
suatu interrupt yang ada pada mikrokontroller pada tarag yang diinginkan.
6) Interupt Enable Register (EI)
EI merupakan register yang berisi bit-bit ubtuk menghidupkan atau
emmatikan sumber interrupt.
7) Timer / Counter Control Register (TCON)
TCON merupakan register yang berisi bit-bit untuk memulai/menghentikan
pewaktu/pencacah
8) Serial Control Buffer (SBUFF)
Register ini digunakan untuk menampung data dari masukan (SBUFF IN)
ataupun keluaran (SBUFF OUT) dari serial
2.8.Keypad 4x4
Keypad sering digunakan sebagai media masukan dalam berbagai aplikasi
elektronik. Rangkaian keypad berupa kaki baris dan kolom yang dapat
dhubungkan dengan piranti luar. Bila salah satu tombol keypad ditekan maka
keluaran yang dihasilkan berupa kombinasi baris dan kolom tersebut. Jenis
keypad dibedakan berdasarkan jumlah baris dan kolomnya.
Gambar 2.3 Keypad 4x4
Karakteristik keypad 4x4:
1. Memiliki 16 tombol (fungsi tombol tergantung aplikasi).
2. Memiliki konfigurasi 4 baris (input scanning) dan 4 kolom (output
scanning).
2.9.LCD (Liquid Crystal Dispaly) M1632
LCD (Liquid Crystal Display) merupakan salah satu jenis tampilan yang
dapat digunakan untuk menampilkan angka (numerik) atau karakter. LCD terdiri
atas tumpukan tipis dari dua lembar kaca dengan pinggiran yang tertutup rapat.
Antara dua lembar kaca tersebut diberi bahan kristal cair (Liquid Crystal) yang
tembus cahaya.
Permukaan luar dari masing-masing keping kaca mempunyai lapisan
penghantar tembus cahaya seperti oksida timah atau oksida indium (Woollard,
2006).
Disini penulis menggunakan LCD M1632 keluaran Seiko Instrument. LCD
Display Module M1632 buatan Seiko Instrument Inc terdiri atas dua bagian, yang
pertama merupakan panel LCD sebagai media penampil informasi dalam bentuk
huruf/angka dua baris, masing-masing baris bisa menampung 16 huruf/angka.
Bagian kedua merupakan sebuah sistem yang dibentuk dengan mikrokontroler
yang ditempelkan dibalik panel LCD, berfungsi mengatur tampilan informasi
serta berfungsi mengatur komunikasi M1632 dengan mikrokontroler.
LCD tipe M1632 mempunyai spesifikasi perangkat keras, sebagai berikut:
- 16 karakter dan 2 baris tampilan yang terdiri dari 5 x 7 dot matriks
ditambah dengan kursor
- Pembangkit karakter ROM untuk 192 jenis karakter
- Pembangkit karakter RAM untuk 8 jenis karakter
- 80 x 8 display data RAM (maksimum 80 karakter)
- Oscillator dalam modul
- Catu daya 5 volt
- Otomatis reset saat catu daya dinyalakan
Gambar 2.4 LCD M1632
(Sumber: www.robotindonesia.com)
Tabel 2.4 Fungsi Pin LCD
(Sumber : Seiko Instruments, 1987)
Nama Pin Fungsi
DB0-DB7 Merupakan saluran data, berisis perintah dan data yang
akan ditampilkan
E Sinyal operasi awal. Sinayl ini mengaktifkan data tulis
atau data baca
R/W Sinyal seleksi tulis atau baca
0 : tulis, 1: baca
Rs Sinyal pemilih register
0 : intruksi register (tulis)
1 : data register (tulis atau baca)
Vlc Untuk mengendalikan kecerahan LCD dengan mengubah
Vlc
Vcc Tegangan catu +5 volt
Vss Terminal ground
2.10.Air Laut dan Pemanfaatannya dalam Perspektif Al-Quran
Laut ataupun air laut sendiri memiliki sifat dan karakteristik yang dipelajari
dalam ilmu kelautan, salah satunya adanya batas antara lautan. Mereka
menemukan ada pemisah antara setiap lautan, pemisah itu bergerak di antara dua
lautan dan dinamakan dengan front (jabhah). Dengan adanya pemisah ini setiap
lautan memelihara karakteristiknya tersendiri sehingga sesuai dengan makhluk
hidup yang tinggal di lingkungan itu. Pada sekitar tahun 1800-an para ilmuwan
mengetahui bahwa air laut memiliki kondisi yang berbeda satu dengan yang lain,
yaitu dalam hal kadar garam, temperatur, tekanan, berat jenis dan jenis biota
lautnya. Perbedaan suhu permukaan air laut yang disebabkan oleh sinar matahari
cukup untuk menyebabkan perubahan kecil dari berat jenis (densitas) air laut.
Sifat lautan yang saling bertemu, tetapi tidak bercampur satu sama lain telah
ditemukan oleh para ahli kelautan. Hal tersebut dikarenakan gaya fisika yang
dinamakan 'tegangan permukaan', air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak
menyatu. Akibat adanya perbedaan massa jenis, tegangan permukaan sehingga
mencegah lautan bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang
memisahkan mereka (Davis, Richard A. Jr, 1972 : 92-93).
Hal tersebut sesuai dengan firman-Nya dalam surat Ar-Rahmaan/55:19-20
_. _,`>,l !,1.l, !.., _, !,-,, _!, ,, !.>, !,.>.
Artinya: Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian
bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS Ar Rahmaan/55
:19-22)
Senada dengan ayat diatas dalam surat Al-Furqaan Allah juga berfirman:
> _.] _. _,`>,l ..> ',.s , ..> _l. _l> _-> !.., l>
, >> >>: __
Artinya: Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia
jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (QS Al
Furqaan/25:53)
Dalam surat Al-Furqaan diatas terdapat kata V XVX VXXX (maraja al-
bahrain) dan bahwa antara laut dan sungai ada XVX (barzakh) dan dVg VidV j
(hijrn mahjur). Kata XX maraja yang mempunyai arti bercampur. Dari ayat
diatas, diketahui bahwa ada sungai yang Xg nVXadzbun furt. Adzb berarti
tawar dan furt berarti amat segar. Ayat diatas menyatakan Xgi nVXadzbun
wa furt (tawar dan segar) tetapi menggabungkan keduanya tanpa kata
penghubung dan sehingga airnya benar-benar sangat tawar lagi segar. Setiap
orang dapat melihat ada air sungai yang terjun ke laut dan bila diamati terbukti
bahwa air sungai tersebut sedikit demi sedikit berubah warna dan rasanya sejauh
pencampurannya dengan air laut. Hal tersebut dapat dipahami bahwa ada jenis air
sungai dan laut yang telah bercampur, tetapi tidak dinamai Xg nV X adzbun
furt (tawar lagi segar) atau sebaliknya X gnVj milhun ujj (asin yang sangat
pahit). Air ini berada pada satu lokasi yang memisahkan antara laut dan sungai.
Kegaramannya bertambah dan ketawarannya berkurang bila mendekat ke laut,
dan berkurang kegaramannya serta bertambah rasa tawarnya bila mendekat ke
sungai (Shihab, 2006 : 177-178).
Aliran arus (current) dan ombak (waves) baik yang ada di permukaan laut
maupun di bagian dalam laut adalah berlapis-lapis dan terbentuk karena adanya
perbedaan sifat fisika air laut. Ombak bawah permukaan (internal waves) terjadi
pada kawasan perbatasan antara dua lapisan yang mempunyai berat jenis air yang
berbeda. Lapisan-lapisan lautan yang bertindih-tindih dikarenakan keadaan air
laut yang tidak homogen merata dari permukaan sampai ke dalam. Keadaan
tersebut dijelaskan dalam surat An Nuur/24:40
..lL _ > _>l .:-, _. _. . _. _. . ',!> ..lL !
.-, _ _-, :| _> .:., `l .>, !., _. `l _-> < .l . !. .
l _. . _
Artinya: Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh
ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat
melihatnya, (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah
Tiadalah Dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS An Nuur/24:40)
Ayat diatas menjelaskan tentang fenomena laut dalam. Laut dalam(deep sea)
adalah bagian dari laut yang sangat gelap. Para ilmuwan menemukan bahwa ada
ombak yang terjadi karena perbedaan kepekatan permukaan diantara lapisan-
lapisan itu. Lapisan-lapisan lautan yang bertindih-tindih adalah karena air laut
tidaklah homogen merata dari permukaan sampai ke dalam. Sifat-sifat kimia dan
fisikanya berbeda-beda. Lapisan-lapisan yang mempunyai sifat fisika dan kimia
yang berbeda tersebut, menjadikan flora dan fauna yang tinggal dan menghuni
setiap lapisan berbeda satu sama lain (jenis) nya.
Air laut dan lautan yang dibicarakan dalam Al-Quran merupakan karunia
dari-Nya yang sangat bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia, salah satu
manfaat yang dapat kita peroleh dari laut adalah sebagai penyedia sumber bahan
pangan (konsumsi). Salah satu bahan pangan yang berasal dari laut, memiliki
kandungan gizi yang tinggi adalah ikan dan udang. Dengan kandungan protein
yang dapat mencapai 18%, ikan dan udang merupakan bahan pangan yang sangat
bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Sebagaimana
firman Allah dalam surat berikut :
> _.] >. `>,l l!.l .. !.`>l !,L `>>.`. .. ,l> !.
.,l. _. .ll >. , -.,.l _. .. l-l _`>:.
_
Artinya: Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur. (QS An Nahl/16:14)
2.11.Kerangka Konseptual
Ikan merupakan hewan air yang memiliki potensi penting bagi kebutuhan
konsumsi manusia. Salah satu cara pembudidayaan hewan air adalah dengan
tambak, sedangkan hewan air yang diketahui dan sering dibenihkan pada tambak
adalah udang windu. Selain udang windu, tambak juga dapat dijadikan tempat
untuk membudidayakan ikan yang biasa hidup di air payau.
Beberapa hewan yang dibudidayakan di tambak memiliki syarat salinitas tertentu
sebagai tempat hidup atau habitatnya.
Dengan teknologi yang ada sekarang, diupayakan suatu cara untuk
meningkatkan hasil panen para petani tambak dengan cara mengatur salinitas air
tambak sebagai tempat hidup atau habitat ikan, udang dan hewan air lainnya. Alat
ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menampilkan nilai salinitasnya secara
langsung, serta software atau programnya dibuat sefleksibel mungkin sehingga
dapat digunakan untuk berbagai jenis hewan air yang biasa hidup di tambak
dengan syarat salinitas yang berbeda-beda. Dengan kata lain alat ini selain untuk
mengukur nilai kadar garam (salinitas) juga akan dibuat untuk mengatur salinitas
pada tambak secara otomatis sesuai nilai salinitas yang diinginkan.
Jangkauan pengukuran salinitas air tambak ini adalah 0.0-5.0%. Adapun
sampel yang digunakan adalah larutan NaCl yang telah ditentukan terlebih dahulu
kadar garamnya secara perhitungan kimia yaitu dalam satuan prosen (%), dimana
persamaan yang digunakan adalah :
% 100
100
% x
pelarut zat mL
terlarut zat gram
Garam Kadar =
Dari keterangan di atas, maka dapat disusun diagram konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.5 Diagram Konseptual
(Sumber : Perancangan)
Syarat Salinitas
Hewan Di
Tambak
Mendapatkan hasil
panen berkualitas
dan berkuantitas
Alat Ukur dan
Kontrol Salinitas
di Tambak
Sensor Konduktivitas,
Sampel, Relay, Pompa, Driver
Sensor, ADC 0804, MCU
AT89S51, Keypad, LCD
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2009, di Laboratorium
Instrumentasi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam Pembuatan Alat Ukur Kadar Garam
(Salinitas) dalam Air berbasis Mikrokontroler AT89S51 pada Tambak ini, antara
lain:
1) Plat sejajar dari perak (sensor konduktivitas)
2) ADC 0804
3) Keypad 4x4
4) Mikrokontroler AT89S51
5) LCD M1632 Seiko
6) Relay 220 V
7) Sealware
8) Pompa air (akuarium)
9) Zat atau unsur (NaCl
solid
dan H
2
O)
10) Sampel (NaCl
liquid
)
34
3.3 Pembuatan Alat
3.3.1 Diagram Blok Sistem Mekanik
Diagram blok dari Alat Ukur Kadar Garam (Salinitas) dalam Air berbasis
Mikrokontroler AT89S51 pada Tambak, tampak pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Mekanik Alat Ukur Kadar Garam
(Sumber : Perancangan)
Sensor konduktivitas berbahan dasar perak diletakkan pada sistem
elektronik, akan mendeteksi nilai konduktivitas bahan atau unsur kimia pada
sampel tambak (NaCl
solid
+ H
2
O). Kadar garam (salinitas) sampel diatur dan
ditentukan oleh sistem elektronik. Apabila terjadi kekurangan ataupun kelebihan
salinitas pada sampel tambak maka akan ditambah air murni (H
2
O) atau air garam
(NaCl
liquid
) melalui pompa yang digerakkan oleh relay yang diatur sistem
elektronik. Kemudian hasilnya akan diolah sistem elektronik alat ukur kadar
garam (salinitas) air dan ditampilkan dalam satuan persen (%).
SENSOR SISTEM
ELEKTRONIK
Relay
Relay
POMPA
POMPA
Air Murni
Air Garam
SAMPEL
TAMBAK
3.3.2 Sistem Elektronika
Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem Elektronik Alat Ukur Kadar Garam
(Sumber : Perancangan)
Keluaran dari sistem mekanik berupa sinyal elektrik selanjutnya akan
menjadi masukan pada driver sensor. Sinyal elektrik dari sistem mekanik sebelum
masuk pada MCU AT89S51 harus dirubah dulu pada ADC. Keypad digunakan
untuk memberi input setting point (nilai salinitas sampel tambak) pada
mikrokontroler (MCU), kemudian salinitas akan ditampilkan pada LCD. MCU
juga digunakan untuk mengontrol sistem mekanik.
3.3.3 Penyusunan Rangkaian ADC
ADC digunakan untuk mengubah sinyal analog yang berasal dari keluaran
rangkaian driver sensor untuk dikonversi menjadi bentuk sinyal digital agar
selanjutnya dapat diproses oleh mikrokontroler. Penyusunan rangkaian ADC
dapat dilihat pada gambar 3.3
Driver
Sensor
A
D
C
MK
AT89S51
SISTEM
MEKANIK
KEYPAD
LCD
Gambar 3.3 Rangkaian ADC
(Sumber : Perancangan)
Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset
kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan.
Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock,
dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register
SAR.
Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal
selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan
data digital yang ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, keluaran
digital akan tetap tersimpan sekalipun akan di mulai siklus konversi yang baru.
IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog, Vin (+) dan Vin (-), sehingga
dapat menerima masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya (Vin) sama
dengan selisih antara tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin
masukan yaitu Vin= Vin (+) Vin (-). Kalau masukan analog berupa tegangan
tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin (+), sedangkan Vin (-)
digroundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt
sebagai tegangan referensi. Dalam hal ini jangkauan masukan analog mulai dari 0
Volt sampai 5 Volt (skala penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya
akan sama dengan:
mV
mV
Vref
solusi
n
20
7 , 19
2 2
5
2 2
Re
8

=
Untuk sinyal clock ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang
dihubungkan ke pin CLK IN. ADC 0804 memilik 8 keluaran digital sehingga
dapat langsung dihubungkan dengan saluran data mikrokomputer. Masukan (chip
select, aktif rendah) digunakan untuk mengaktifkan ADC 0804. Jika berlogika
tinggi, ADC 0804 tidak aktif (disable) dan semua keluaranberada dalam
keadaanimpedansi tinggi.
Masukan (write atau start convertion) digunakan untuk memulai proses
konversi. Untuk itu harus diberi pulsa logika 0. Sedangkan keluaran (interrupt
atauend of convertion) menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi,
akan berubah ke logika 1. Di akhir konversi akan kembali ke logika 0.
3.3.4 Penyusunan Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler yang digunakan sebagai kontrol ini tidak dapat melakukan
prosesnya tanpa dibantu oleh rangkaian lain seperti clock dan reset. Selaian
rangkaian-rangkaian tersebut perlu juga ditentukan penggunaan dari port-portnya
dan sinyal-sinyal yang digunakan untuk mendukung proses kerja rangkaian.
Berikut adalah konfigurasi port-port yang digunakan:
a) P0.0-P0.7 digunakan sebagai data tampilan pada Liquid Cristal Display
(LCD)
b) P2.6-P2.7 digunakan sebagai instruksi data untuk pengontrol instruksi dan
karakter dan pada Liquid Cristal Display (LCD)
c) P2.0-P2.3 digunakan untuk driver sensor atau pengkondisi sinyal
d) P1.0-P1.7 digunakan sebagai input dari keypad
e) P3.0-P3.7 digunakan sebagai instruksi data ADC
Gambar 3.4 Rangkaian MCU AT89S51
(Sumber : Perancangan)
3.3.5 Penyusunan Rangkaian Keypad
Dalam alat ukur salinitas air ini keypad digunakan untuk mengatur setting
point kadar garam yang diinginkan pada tambak, keypad dihubungkan dengan
port mikrokontroler P1.0-P1.7.
3.3.6 Penyusunan Rangkaian Relay
Relay digunakan sebagai saklar pompa air garam dan air murni pada Alat
Ukur Salinitas Air ini. Relay ini digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan
sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda
pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk
mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on
ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya. Relay harus dihubungkan
dengan driver relay yang dihubungkan dengan port mikrokontroler.
Gambar 3.5 Rangakaian Relay
(Sumber : Perancangan)
3.3.7 Penyusunan Rangkaian LCD
LCD Display module M 1632 buatan Seiko instrument Inc. terdiri dari 2
bagian, yang pertama merupakan panel LCD sebagai media penampil informasi
dalam bentuk huruf atau angka 2 baris, masing-masing baris bisa menampung 16
huruf atau angka. Bagian kedua merupakan sebuah sistem yang dibentuk dengan
mikrokontroller yang ditempekan dibalik panel LCD, berfungsi mengatur
tampilan informasi serta berfungsi mengatur komunikasi M1632 dengan
mikrokontroller utama. Dengan demikian pemakaian M1632 menjadi sederhana
dibandingkan dengan sistem lain, karena M 1632 cukup mengirim kode ASCII
dari informasi yang ditampilkan seperti layaknya memakai sebuah printer.
Display LCD M 1632 ini memiliki ROM sebagai penyimpanan karakter
sebanyak 192 buah. Sebelum mengoperasikan LCD sebagai penampil karakter,
terlebih dahulu ditentukan format penulisan LCD.
Hubungan pin data dengan pin kontrol LCD dengan MCU ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:
Fungsi dari masing-masing pin LCD yang digunakan adalah:
a). Pin RS dihubungkan dengan port P2.7 dari MCU untuk membedakan
sinyal antara instruksi progam atau instruksi penulisan data
b). Pin E dihubungkan dengan port P2.6 dari MCU untuk memberikan
instruksi bahwa LCD dapat dikirimi data.
c). Pin DB0 DB7 dihubungkan dengan port P0.0-P0.7 dari MCU untuk
penampil data dari mikrokontroller
d). Pin R/W dihubungkan dengan ground untuk sinyal tulis data.
Gambar 3.6 Rangkaian LCD M1632
(Sumber : Perancangan)
4.4 Pembuatan Perangkat Lunak
Perencanaan perangkat lunak pada penelitian ini dititik beratkan pada
pembuatan program yang diisikan pada mikrokontroler AT89S51 sebagai pusat
pengendali dari semua proses. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah
Bahasa Assembler MCS 51.
Pengendalian sistem yang berpusat pada mikrokontroler sepenuhnya diatur
oleh program utama mikrokontroler. Dalam program utama ini terdapat sub rutin
yang mengendalikan bebrapa system yang mendukung kinerja mikrokontroler.
Saat dijalankan pertama kali, program akan memanggil sub ruti inisialisasi
diantaranya:
a). Insialisasi port untuk menginisialisasi port-port yang digunakan sebagai
jalur input atau output
b). Insialisasi keypad untuk memberi masukan nilai setting point,
mikrokontroler akan menerima data hasil kombinasi baris dan kolom
keypad
c). Inisialisasi ADC pada jalur/port yang digunakan sebagai masukan ADC,
mode konversi yang digunakan, frekuensi yang digunakan serta mode bit
yang digunakan
d). Insialisasi LCD (tampilan awal LCD)
Inisialisasi LCD berfungsi agar LCD dapat berjalan dengan baik,
diantaranya adalah Display On artinya menyalakan LCD, Blink = kedip,
Shift Right = pergeseran ke kanan bila terdapat karakter baru, dan
sebaginya.
Selanjutnya program menuliskan data pointer nama pada line 1 dan NIM
pada line 2, juga dilakukan Delay. Kemudian program menuliskan judul pada line
1 dan line 2. Proses selanjutnya adalah pembacaan input setting point (% salinitas
air) dari keypad (port P1.0-P1.7). Setelah itu adalah pembacaan ADC dengan
mengambil data dari port 3.0-3.7, dilakukan kalibrasi dengan menggunakan tabel
Lookup dan diakhiri dengan menuliskan hasilnya dalam bentuk % salinitas air.
Selanjutnya membandingkan setting point (setting toleransi atas dan bawah)
dengan data, data dengan toleransi bawah maka motor air garam (pompa) dan
apabila data dengan toleransi atas maka motor air murni (pompa) dan jika data
sama dengan setting point motor mati.
Dengan program tersebut maka selain dapat menampilkan nilai salinitas air,
juga dapat menentukan nilai salinitas yang diinginkan (setting point) dan
keduanya akan ditampilkan melalui LCD.
Gambar 3.7 Diagram alir (flowchart) perancangan perangkat lunak
(Sumber :Perancangan)
START
Isi Set
Point
Simpan Setting
Point
Baca Kadar
Garam
Kalibrasi
Masukan
Input Setting
Point
Inisialisasi
Nama Bit &
Nama memory
Bandingkan Data
Kadar Garam dg
Setting Point
<Setting
Point
Pompa Air
Garam
=Setti
ng
Point
Stop
Pompa
>Settin
g Point
Pompa Air
Murni
END
4.5 Pembuatan Sampel
Larutan NaCl
liquid
diperoleh dengan cara mengencerkan 10g NaCl
solid
dalam
100mL H
2
O sehingga didapatkan sampel tambak dengan salinitas 10% sesuai
rumus persentase:
% 100
100
% x
pelarut zat mL
terlarut zat gram
Garam Kadar =
Selanjutnya untuk mendapatkan larutan garam (NaCl
liquid
) dengan kadar
tertentu, maka diambil dari larutan stok kemudian diencerkan sampai volume
100mL sesuai dengan rumus berikut:
1
2 2
1 2 2 1 1
M
V M
V V M V M = =
Keterangan : M
1
= konsentrasi larutan stok (%)
M
2
= konsentrasi larutan yang diinginkan (%)
V
1
= volume dari larutan stok (mL)
V
2
= volume larutan yang diinginkan (mL)
3.6 Sistem Kalibrasi Alat
4.6.1 Pengujian Alat
Pengujian perangkat alat dilakukan untuk mengetahui proses pengolahan data
perangkat elektronik yang terdiri dari driver sensor, ADC, MCU, keypad dan
LCD. Pengujian alat dilakukan dengan menggunakan 12 sampel yang telah
terukur kadar garamnya secara perhitungan. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a). Membuat larutan sampel (tambak ) dengan perhitungan kadar garam
(salinitas) sebagaimana dijelaskan pada sub pokok bahasan 3.4
b). Menggunakan larutan sampel dengan nilai salinitas sebesar 0.2, 0.5, 0.7,
1.0, 1.3, 1.5, 2.0, 2.6, 3.0, 3.3, 4.0 dan 5.0 %
c). Mengamati dan mencatat salinitas yang ditampilkan pada LCD
d). Membandingkan hasil pengukuran alat dengan perhitungan kadar garam air
semula
e). Membuat hubungan dari hasil pengukuran sebenarnya (rumus presentase)
dengan hasil pengukuran alat
3.6.2 Pengujian Sistem
Pengujian pada sistem dilakukan untuk mengetahui apakah sistem dapat
bekerja dan berjalan sesuai dengan program yang direncanakan. Dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a). Memberi masukan setting point (toleransi bawah, atas dan sama dengan)
yang berbeda dengan larutan sampel yang telah dibuat
b). Memperhatikan motor air garam dan air murni (pompa) apakah bekerja
sesuai program
c). Membandingkan setting point dengan nilai salinitas yang ditampilkan
dalam persen (%) pada LCD
d). Membuat hubungan nilai setting point yang diinginkan dengan kadar
garam (salinitas) yang terukur
3.6.3 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk sistem alat dan sistem keseluruhan
digunakan analisis kesalahan relatif (KR) rata-rata. Adapun persamaan rumus
yang digunakan adalah :
% 100 (%) x
n perhitunga hasil
alat pengukuran hasil n perhitunga hasil
KR

=
Sedangkan untuk mengetahui prosentase kesalahan rata-rata digunakan persamaan
rumus :
n
Kesalahan
rata rata Kesalahan
%
%

=
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Alat
Pengujian alat dilakukan dengan menggunakan sampel salinitas untuk habitat
hewan di tambak atau air payau dengan nilai sebesar 0.2, 0.5, 0.7, 1.0, 1.2, 1.5,
, 5%. Kemudian pengujian alat dilakukan dengan mengukur sampel yang telah
diketahui kadar garam (salinitas)nya secara perhitungan dan kemudian diukur
dengan menggunakan alat ukur untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kesalahan relatif alat. Dengan mengetahui kesalahan relatif pada alat maka akan
diketahui apakah alat dapat digunakan untuk mengukur kadar garam (salinitas) air
pada tambak. Data hasil pengujian kadar garam (salinitas) pengukuran dengan
salinitas semula dapat dilihat pada lampiran tabel data 4.1. sedangkan grafik
perbandingannya terlihat pada Gambar 4.1
Grafik Perbandingan Kadar Garam Perhitungan dan
Pengukuran
y = 0.4112x - 0.5727
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kadar Garam (salinitas) Perhitungan
K
a
d
a
r

G
a
r
a
m

(
s
a
l
i
n
i
t
a
s
)

P
e
n
g
u
k
u
r
a
n
Series1
Linear (Series1)
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Kadar Garam Hasil Perhitungan dan
Pengukuran
49
Analisis data untuk alat ukur kadar garam (salinitas) dalam air pada tambak
dilakukan dengan menghitung prosentase Kesalahan Relatif (KR) kadar garam
hasil perhitungan dan pengukuran. Adapun persamaan yang digunakan adalah :
% 100 % x
n perhitunga hasil
pengukuran hasil alat n perhitunga hasil
KR

=

% 100
2 . 1
1.2 3 . 1
x

=
= 8.33 %
n
Kesalahan
rata rata Kesalahan
%
%

=
= % 28 . 1
12
36 . 15
=
Dari lampiran data tabel 4.1 dapat dilihat bahwa prosentase kesalahan relatif
(KR) terbesar 8.3% yaitu pada pengukuran kadar garam (salinitas) air tambak
sebesar 1.2%. Hasil pengujian perbandingan kadar garam secara perhitungan dan
pengukuran pada alat ukur kadar garam (salinitas) air pada tambak ini
menunjukkan kesalahan rata-rata 1.28%.
4.2 Pengujian Sistem Keseluruhan
Pengujian sistem secara keseluruhan dilakukan dengan cara membandingkan
nilai setting point (batas atas, bawah dan sama dengan) yang diinginkan dengan
kadar garam yang tertera. Dalam pengujian sistem secara keseluruhan perlu
diperhatikan juga saklar pompa (relay) baik pada air garam maupun pada air
murni. Pengaturan saklar pompa (relay) air garam dan air murni diharapkan dapat
bekerja dan berjalan sesuai yang diinginkan yaitu berhenti ketika kadar garam
sesuai atau sama dengan setting point. Pada sistem alat digunakan pengaduk yang
digerakkan oleh motor agar tidak terjadi pengendapan sehingga kadar garam yang
terukur merata. Data hasil pengujian sistem keseluruhan yaitu perbandingan
setting point kadar garam dengan kadar garam pengukuran dapat dilihat pada
lampiran tabel data 4.2 sedangkan grafik perbandingannya terlihat pada Gambar
4.2
Grafik Data Setting Point Kadar Garam dan Hasil
Pengukuran
y = 0.3563x - 0.0076
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
0.6 1.2 1.6 2.4 3 4.3
Salinitas Pengukuran
S
a
l
i
n
i
t
a
s

S
e
t
t
i
n
g

P
o
i
n
t
Series1
Linear (Series1)
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Setting Point Kadar Garam dan Hasil
Pengukuran
Analisis data untuk pengujian sistem keseluruhan alat ukur kadar garam
(salinitas) air dilakukan dengan menghitung prosentase Kesalahan Relatif (KR)
nilai setting point salinitas yang diinginkan dengan hasil pengukuran alat.
Dari lampiran data tabel 4.2 terlihat bahwa prosentase kesalahan relatif (KR)
terbesar 12.5% yaitu pada perbandingan setting point kadar garam dengan
pengukuran 0.8%. Hasil pengujian sistem keseluruhan alat ukur kadar garam
(salinitas) perbandingan nilai setting point salinitas yang diinginkan dengan hasil
pengukuran alat menunjukkan kesalahan rata-rata sebesar 3.07%.
4.3 Pembahasan
4.3.1.Pembahasan Alat
Pada pengujian alat didapatkan data perbandingan kadar garam hasil
perhitungan dengan hasil pengukuran. Data yang diperoleh dari pengujian alat ini
didapatkan prosentase kesalahan relatif terkecil dan terbesar. Yaitu untuk
perbandingan kadar garam hasil perhitungan dengan hasil pengukuran 0% sebagai
kesalahan relatif terkecil, sedangkan kesalahan relatif terbesar adalah 8.3%.
Kesalahan Relatif (KR) terkecil terjadi pada pengukuran kadar garam (salinitas)
air tambak pada sampel 1-5, 7, 8, 10, 11 dan 12. %. Sedangkan kesalahan relatif
terbesar terjadi pada sampel 6. Hasil perhitungan semula adalah 1.2% , sedangkan
hasil pengukuran alat sebesar 1.3%. Sehingga besar prosentase kesalahan
relatifnya adalah sebesar 8.3%.
Dari hasil pengujian alat perbandingan antara kadar garam perhitungan
dengan hasil pengukuran diperoleh perbandingan data antara kadar garam
perhitungan dengan hasil pengukuran nilai kesalah relatif (KR) terbesar 8.3%, hal
tersebut terjadi karena data yang dimasukkan pada program atau perangkat lunak
dibuat dua digit angka dengan satu angka dibelakang koma. Penggunaan data dua
digit angka tersebut dilakukan untuk menjaga kestabilan kerja relay (saklar
pompa). Relay digerakkan oleh arus DC (searah) dan dilengkapi dengan sebuah
dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik, bertujuan untuk
mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on
ke off. Penggunaan dua digit angka dengan satu angka dibelakang koma, akan
mengurangi seringnya pergantian posisi dari on ke off atau sebaliknya agar tidak
terjadi kerusakan pada komponen di sekitarnya serta komponen relay itu sendiri.
Selain hal tersebut kemungkinan lain juga memungkinkan adanya kesalahan
dalam pembuatan sampel. Kesalahan dalam pembuatan sampel dapat terjadi
karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan timbangan maupun alat ukur
lainnya (gelas ukur dan pipet ukur), sehingga dapat mempengaruhi kadar garam
(salinitas) air tambak. Berdasarkan nilai kesalahan relatif (KR) rata-rata kadar
garam (salinitas) menurut perhitungan dan pengukuran sebesar 1.28%,
berdasarkan statistik hasil ini cukup teliti karena masih dibawah 5%.
4.3.2.Pembahasan Sistem Keseluruhan
Berdasarkan hasil pengujian sistem keseluruhan didapatkan perbandingan
nilai setting point kadar garam yang diinginkan dengan nilai kadar garam yang
terukur pada alat. Data yang diperoleh dari pengujian sistem keseluruhan
menunjukkan bahwa terdapat data yang memiliki prosentase kesalahan relatif
terkecil dan terbesar. Pada pengujian keseluruhan, yaitu perbandingan antara
setting point kadar garam yang diinginkan pada tambak dengan nilai pengukuran
alat memiliki kesalahan relatif terbesar 12.5%. Nilai setting point kadar garam
(salinitas) air tambak semula, yaitu 0% terjadi pada sampel 0.6, 0.7, 1.2, 2.4, 2.8,
dan 4.8%. Kesalahan relatif terbesar terjadi pada sampel 1, yaitu saat setting point
0.8% dan yang terukur adalah 0.7%.
Perbandingan setting point yang diinginkan dengan nilai kadar garam (salinitas)
yang terukur mengalami kesalahan relatif yang cukup besar yaitu 12.5%. Hal ini
dikarenakan pemberian batas atas dan batas bawah pada pemrograman setting
point dengan nilai yang terukur, sehingga saat sudah mencapai batas-batas
tersebut pompa berhenti. Tujuannya agar relay pompa tidak sering berganti posisi
dari on ke off atau sebaliknya. Seringnya pergantian posisi on-off tersebut
dikhawatirkan akan dapat merusak komponen relay maupun komponen
disekitarnya karena pada saat pergantian on-off terjadi sentakan listrik. Kesalahan
relatif (KR) yang cukup besar akibat perbedaan setting point kadar garam dengan
kadar garam terukur pada alat ukur kadar garam (salinitas) air tambak ini dapat
ditolerir karena hewan air yang hidup di tambak memiliki rentang syarat salinitas
yang cukup besar (terlihat pada Tabel 2.3). Selain itu pemberian batas bawah dan
batas atas dalam pemrograman setting point untuk memberi waktu pada kadar
garam (salinitas) air tambak benar-benar terdeteksi nilai yang paling tepat.
Dengan melihat hasil nilai kesalahan relatif (KR) rata-rata sebesar 3.07%,
sehingga pengujian sistem secara keseluruhan dapat dikatakan telah bekerja sesuai
perintah (program) karena masih memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu
kesalahan relatif (KR) rata-ratanya lebih kecil dari 5%. Oleh karena itu alat ukur
kadar garam (salinitas) air ini dapat digunakan pada tambak yang sebenarnya
untuk membantu meringankan petani tambak mendapatkan hasil panen yang
berkualitas dan berkuantitas.
4.3.3.Manfaat Alat Ukur Salinitas Otomatis menurut Al-Quran
Pengendalian alat ukur salinitas ini dilakukan secara otomatis untuk
memompa air laut (air garam) dan air murni (air tawar) sesuai kadar garam
(salinitas) yang dibutuhkan tambak. Penggunaan alat ukur secara otomatis pada
alat ini telah digambarkan oleh Allah dalam pengaturan alam semesta
sebagaimana firman-Nya pada surat As Sajdah/32:5 :
`,.`, . _. ,!..l _|| _ . _`-, ,l| _ ,, l .:'.1. l .
. !.. .`-. _
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu. (QS As Sajdah/32:5)
Sebagaimana dikuatkan dalam surat Az-Zukhruf/43:11
_.] _. _. ,!..l `,!. .1, !.:.! ., :., !.,. ,l. _`>>
Artinya: Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan)
lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan
dikeluarkan (dari dalam kubur).(QS Az-Zukhruf/43:11)
Ayat diatas menjelaskan betapa sang Maha Pencipta Allah SWT telah
mengatur dan menciptakan air sesuai dengan ukuran dan kadarnya, baik dalam
segi kuantitas maupun kualitasnya sehingga bisa dimanfaatkan oleh makhluk
hidup untuk berbagai keperluan. Air yang telah berubah kadar/ukuran unsur-unsur
penyusunnya akan mendatangkan akibat atau pengaruh yang kurang baik bagi
makhluk hidup. Sebagaimana telah diuraikan diatas, hal ini menunjukkan
keseimbangan penciptaan yang dibuat oleh Allah SWT untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup makhluk-Nya.
Pengukuran kadar garam (salinitas) air pada tambak secara otomatis dengan
Mikrokontroler, secara keseluruhan sistem yang berfungsi dengan baik pada
penelitian ini sesuai dengan ayat diatas yang menjelaskan tentang Allah SWT
yang telah mengatur bumi dan isinya sesuai hukum dan ketentuan-Nya. Dengan
dibuatnya alat ukur kadar garam (salinitas) secara otomatis pada tambak ini maka
akan membantu para petani tambak untuk mendapatkan hasil panen yang
berkualitas dan berkuantitas. Berkenaan dengan usaha untuk mendapatkan hasil
panen yang berkualitas dan berkuantitas harus disertai dengan usaha yang
sungguh-sungguh untuk mendapatkannya, salah satunya adalah melalui hasil
pemikiran teknologi. Hal tersebut sesuai firman Allah dalam surat Al-
Anaam/6:135
_ ,1., l.s _ls ..l>. _.| _.!s .. _.l-. _. _>. .l
,1.s .] ..| _l`, _.l.Ll __
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya
akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita)
yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. (QS Al-Anaam/6:135)
Petani tambak sering mengalami kesulitan dalam mengatur kadar garam
(salinitas) pada tambaknya karena biaya operasional yang dibutuhkan cukup
tinggi. Selain itu petani tambak juga sering mengalami gagal panen ketika musim
penghujan dan musim kemarau tiba, karena kadar garam akan sangat berubah dari
biasanya. Akan tetapi sesuai janji Allah bahwa dalam setiap kesulitan pasti ada
jalan keluar (kemudahan), hanya bagaimana usaha dan cara kita untuk
mendapatkan kemudahan tersebut. Karena penggunaanya yang mudah maka biaya
yang dibutuhkan juga tidak begitu besar, sehingga petani tambak akan sangat
terbantu dengan alat ukur kadar garam (salinitas) otomatis ini.
Dalam Al-Quran Allah SWT juga menjelaskan sebagaimana firman-Nya:
| _. .`-l . | _. .`-l .
Artinya: Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. Asy-Syuaraa/26: 5-6)
Ayat diatas seakan-akan menyatakan: jika engkau telah mengetahui dan
menyadari betapa besar anugerah Allah itu, maka dengan demikian, menjadi jelas
pula bahwa sesungguhnya bersama atau sesaat sesudah kesulitan ada kemudahan
yang besar, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan yang besar. Kata
) ) al-usr digunakan untuk sesuatu yang sangat keras atau sulit atau berat.
Sedangkan kata ( ) yusr dalam kamus-kamus bahasa digunakan untuk
menggambarkan sesuatu yang mudah, lapang, berat kadarnya atau banyak (seperti
harta). Allah SWT dalam ayat ini bermaksud menjelaskan salah satu sunnah-Nya
yang bersifat umum dan konsisten yaitu, setiap kesulitan pasti disertai atau
disusul oleh kemudahan selama yang bersangkutan bertekat untuk
menanggulanginya. Betapapun beratnya kesulitan yang dihadapi, pasti dalam
celah-celah kesulitan itu terdapat kemudahan-kemudahan. Ayat ini berpesan agar
manusia berusaha menemukan segi-segi positif yang dapat dimanfaatkan dari
setiap kesulitan, karena bersama setiap kesulitan terdapat kemudahan. Ayat-ayat
ini seakan-akan berpesan agar setiap orang mencari peluang pada setiap tantangan
dan kesulitan yang dihadapi. (Shihab, 2003 : 361-363)

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembuatan dan pengujian alat, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Alat ukur kadar garam (salinitas) air pada tambak terdiri dari 2 sistem, yaitu
sistem mekanik (sensor konduktivitas, relay dan driver relay, pompa air murni
dan pompa air garam serta tupperware) dan sistem elektronik (driver sensor,
ADC 0804, AT89S51, Keypad dan LCD). Prinsip utama alat adalah
pendeteksian nilai konduktor bahan (NaCl) pada sampel tambak
(NaCl
solid
+H
2
O) oleh sensor konduktivitas.
2. Hasil pengujian alat didapatkan data perbandingan kadar garam terukur dan
perhitungan menunjukkan nilai kesalahan relatif rata-rata sebesar 1.28%.
Sedangkan hasil pengujian pada sistem keseluruhan menunjukkan nilai
kesalahan relatif rata-rata sebesar 3.07%
3. Program pada alat ini dititik beratkan pada kadar garam (salinitas) sampel
yang diatur oleh keypad sebagai setting point. Kemudian apabila terjadi
kekurangan ataupun kelebihan salinitas maka akan ditambah air murni atau air
garam melalui pompa yang diswitch oleh relay. Keluaran dari sensor
konduktivitas akan diterima oleh driver sensor sebagai sinyal elektrik yang
diterima sebagai masukan oleh ADC. Selanjutnya tegangan diubah oleh ADC
58
menjadi data digital, kemudian diolah MCU dan hasilnya ditampilkan pada
LCD.
5.2 Saran
1. Perlu pengkajian lebih lanjut untuk menggunakan sensor lain yang mampu
mendeteksi suatu bahan atau unsur dalam suatu larutan
2. Dianalisis lebih jauh apakah air garam (salinitas) yang terukur merata di
dalam tambak
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, R. Dan M.U. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau : University Riau
Press
Amri, Khairul, 2003. Budi Daya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta :
AgroMedia Pustaka
Amri, Khairul dan Khairuman. 2008. Budi Daya Ikan Nila. Jakarta : AgroMedia
Pustaka
Anonim. Liquid Crystal Display. http//:www. Robotindonesia.com. 23-09-2008
Anonim. Microcontroler AT89S51.http://www.atmel.com.pdf
Anonim, http : //www.wikipedia-Indonesia.com. 3-03-2009
Anonim, http : //www.ec.gc.ca/climate/kyoto-e.html. 4-03-2009
Budiharto, Widodo dan Sigit Firmansah. 2005. Elektronika Digital dan
Mikroprosesor. Yogyakarta : ANDI.
Davis, Richard A. Jr, 1972, Principles of Oceanography. Don Mills, Ontario:
Addison-Wesley Publishing
Djamil, Agus S. 2005. Al-Quran dan Lautan. Bandung : Arasy Mizan
Irianto, Agus. 2003. Probiotik Akuakultur. Jogjakarta : Gadjah Mada University
Press
Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei . Jogjakarta : Gadjah Mada
University Press
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar
Swadaya, Jakarta.
National_Semiconductor.1999.ADC0801/ADC0802/ADC0803/ADC0804/ADC0
808-BitP Compatible A/D Converters. www.national.com. pdf
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan Penerbit
Nybakken, James W. Diterjemahkan oleh Eidman, H. Muhammad. 1992. Biologi
Laut. Jakarta : Pustaka Utama
Seiko Instrument. 1987. Liquid Crystal Display Module. Japan. Pdf
60
Shihab, M.Quraish. 2006. MUKJIZAT AL-QURAN Ditinajau dari Aspek
Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung : Mizan
Shihab, M. Quraish. 2003. TAFSIR AL-MISHBH Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Quran Volume 11. jakarta : Lentera Hati
Tim Penulis. 2008. Agribisnis Perikanan. Jakarta : Penebar Swadaya
Woollard, Barry. diindonesiakan oleh: H.Kristono. 2006. Elektronika Praktis.
Jakarta: Pradnya Paramita
Venema, Adrian. 1998.. Principles of Chemical Microsensors, Lecture Notes at
Delft University of Technology
Lampiran 1
Gambar Rangkaian Keseluruhan
62
Lampiran 2
Listing Program
org 00h
ljmp init
;
org 0Bh
ljmp drvsns
;
Rly0 Bit P2.0
Rly1 Bit P2.1
Sns0 Bit P2.2
Sns1 Bit P2.3
Rest Bit P2.6
Enbl Bit P2.7
Dsns Equ 30h
Kdar Equ 31h
Setp Equ 32h
Bufr Equ 33h
Buf0 Equ 34h
Buf1 Equ 35h
Char Equ 36h
Dly0 Equ 37h
Dly1 Equ 38h
Dly2 Equ 39h
;
init: acall lcd_in
acall tmr_in
acall rstsns
mov Setp,#26 ; setng point awal
;
mulai: mov DPTR,#nama
acall line1
mov Char,#16
acall tulis
mov DPTR,#nim
acall line2
mov Char,#16
acall tulis
acall delay2
mov DPTR,#jur
acall line1
mov Char,#16
acall tulis
mov DPTR,#univ
acall line2
mov Char,#16
acall tulis
acall delay2
ljmp mulai
;
stgpnt: acall lcdclr
mov DPTR,#tpstpn
acall line1
mov Char,#16
acall tulis
mov Bufr,Setp
mov DPTR,#angka
stpnt0: mov P0,#0C6h
acall w_ins
mov A,Bufr
mov B,#10
div AB
acall wr_chr
mov P0,#'.'
acall w_chr
mov A,B
acall wr_chr
mov P0,#' '
acall w_chr
mov P0,#025h
acall w_chr
mov P0,#0D0h
acall w_ins
acall tg_lps
stpnt1: acall scnkpd
cjne R0,#11,stpnt2
mov SP,#07h
ljmp mulai
stpnt2: cjne R0,#12,stpnt3
mov Setp,Bufr
acall tg_lps
mov SP,#07h
ljmp mulai
stpnt3: cjne R0,#13,stpnt4
ljmp stpnt1
stpnt4: cjne R0,#14,stpnt5
ljmp stpnt1
stpnt5: cjne R0,#15,stpnt6
ljmp stpnt1
stpnt6: cjne R0,#16,stpnt7
ljmp stpnt1
stpnt7: cjne R0,#10,stpnt8
ljmp stpnt1
stpnt8: mov P0,#0C6h
acall w_ins
mov Buf0,R0
mov A,R0
acall wr_chr
acall tg_lps
mov P0,#'.'
acall w_chr
acall tg_tkn
mov Buf1,R0
mov A,R0
acall wr_chr
acall tg_lps
mov P0,#0D0h
acall w_ins
mov A,Buf0
mov B,#10
mul AB
mov B,Buf1
add A,B
mov Bufr,A
ljmp stpnt0
;
kalbrs: acall lcdclr
mov DPTR,#adcprs
acall line1
mov Char,#16
acall tulis
acall tg_lps
klbrs0: mov DPTR,#angka
mov P0,#0C2h
acall w_ins
mov A,Dsns
acall nilai
mov DPTR,#lookup
mov A,Dsns
movc A,@A+DPTR
mov DPTR,#angka
mov P0,#0CAh
acall w_ins
mov B,#100
div AB
acall wr_chr
mov A,B
mov B,#10
div AB
acall wr_chr
mov P0,#'.'
acall w_chr
mov A,B
acall wr_chr
mov P0,#0D0h
acall w_ins
acall delay1
klbrs1: acall scnkpd
cjne R0,#11,klbrs0
mov SP,#07h
ljmp mulai
;
proses: acall lcdclr
mov DPTR,#strhdw
acall line1
mov Char,#16
acall tulis
mov DPTR,#canent
acall line2
mov Char,#16
acall tulis
acall tg_lps
prses0: acall scnkpd
cjne R0,#11,prses1
mov SP,#07h
ljmp mulai
prses1: cjne R0,#12,prses0
acall tg_lps
acall lcdclr
mov DPTR,#stpkdr
acall line1
mov Char,#16
acall tulis
mov DPTR,#angka
prses2: mov P0,#0C1h
acall w_ins
mov A,Setp
mov B,#10
div AB
acall wr_chr
mov P0,#'.'
acall w_chr
mov A,B
acall wr_chr
mov P0,#' '
acall w_chr
mov P0,#025h
acall w_chr
mov DPTR,#lookup
mov A,Dsns
movc A,@A+DPTR
mov Kdar,A
mov DPTR,#angka
mov P0,#0CAh
acall w_ins
mov B,#10
div AB
acall wr_chr
mov P0,#'.'
acall w_chr
mov A,B
acall wr_chr
mov P0,#' '
acall w_chr
mov P0,#025h
acall w_chr
mov P0,#0D0h
acall w_ins
;
mov A,Setp
mov B,#2 ; set toleransi atas
clr C
subb A,B
mov Buf0,A
mov A,Setp
mov B,#2 ; set toleransi bawah
add A,B
mov Buf1,A
;
prses3: mov A,Kdar ; banding data dengan
mov B,Buf0 ; toleransi bawah
div AB
jnz prses4
clr Rly0 ; nyala motor garam
setb Rly1
;
prses4: mov A,Buf1 ; banding data dengan
mov B,Kdar ; toleransi atas
div AB
jnz prses5
setb Rly0 ; nyala motor air
clr Rly1
;
prses5: mov A,Kdar ; kadar sama dengan set point
mov B,Setp ; motor garam / air mati
clr C
subb A,B
jnz prses6
setb Rly0
setb Rly1
;
prses6: acall delay1
prses7: acall scnkpd
cjne R0,#11,prses8
setb Rly0
setb Rly1
mov SP,#07h
ljmp mulai
;
prses8: ljmp prses2
;
nilai: mov B,#100
div AB
acall wr_chr
mov A,B
nil: mov B,#10
div AB
acall wr_chr
mov A,B
acall wr_chr
ret
;
line1: mov P0,#080h
acall w_ins
ret
;
line2: mov P0,#0C0h
acall w_ins
ret
;
tulis: clr A
acall wr_chr
inc DPTR
djnz Char,tulis
ret
;
wr_chr: movc A,@A+DPTR
mov P0,A
acall w_chr
ret
;
w_ins: clr Enbl
clr Rest
setb Enbl
clr Enbl
acall delay0
ret
;
w_chr: clr Enbl
setb Rest
setb Enbl
clr Enbl
acall delay0
ret
;
lcd_in: acall delay1
mov P0,#01h ; Display Clear
acall w_ins
mov P0,#38h ; Function Set
acall w_ins
mov P0,#0Dh ; Display On, Cursor, Blink
acall w_ins
mov P0,#06h ; Entry Mode
acall w_ins
mov P0,#02h ; Cursor Home
acall w_ins
ret
;
lcdclr: mov P0,#01h ; Display Clear
acall w_ins
acall delay0
acall delay0
ret
;
tmr_in: acall delay1
mov TMOD,#01h
mov TL0,#000h
mov TH0,#000h
setb EA
setb ET0
setb TR0
ret
;
drvsns: mov TL0,#018h ; 1000us
mov TH0,#0FCh ; atau 1ms
clr TF0
cpl Sns0
cpl Sns1
mov Dsns,P3
reti
;
rstsns: clr Sns0
setb Sns1
ret
;
scnkpd: mov R0,#10
lcall delay0
col1: mov P1,#11111110b
mov A,P1
c1b1: cjne A,#11101110b,c1b2
mov R0,#1
c1b2: cjne A,#11011110b,c1b3
mov R0,#2
c1b3: cjne A,#10111110b,c1b4
mov R0,#3
c1b4: cjne A,#01111110b,col2
mov R0,#13
;
col2: mov P1,#11111101b
mov A,P1
c2b1: cjne A,#11101101b,c2b2
mov R0,#4
c2b2: cjne A,#11011101b,c2b3
mov R0,#5
c2b3: cjne A,#10111101b,c2b4
mov R0,#6
c2b4: cjne A,#01111101b,col3
mov R0,#14
;
col3: mov P1,#11111011b
mov A,P1
c3b1: cjne A,#11101011b,c3b2
mov R0,#7
c3b2: cjne A,#11011011b,c3b3
mov R0,#8
c3b3: cjne A,#10111011b,c3b4
mov R0,#9
c3b4: cjne A,#01111011b,col4
mov R0,#15
;
col4: mov P1,#11110111b
mov A,P1
c4b1: cjne A,#11100111b,c4b2
mov R0,#11
c4b2: cjne A,#11010111b,c4b3
mov R0,#0
c4b3: cjne A,#10110111b,c4b4
mov R0,#12
c4b4: cjne A,#01110111b,back
mov R0,#16
back: ret
;
tg_tkn: lcall scnkpd
tg_tk0: cjne R0,#16,tg_tk1
ljmp tg_tkn
tg_tk1: cjne R0,#15,tg_tk2
ljmp tg_tkn
tg_tk2: cjne R0,#14,tg_tk3
ljmp tg_tkn
tg_tk3: cjne R0,#13,tg_tk4
ljmp tg_tkn
tg_tk4: cjne R0,#12,tg_tk5
ljmp tg_tkn
tg_tk5: cjne R0,#11,tg_tk6
ljmp tg_tkn
tg_tk6: cjne R0,#10,tg_tk7
ljmp tg_tkn
tg_tk7: ret
;
tg_lps: lcall scnkpd
cjne R0,#10,tg_lps
ret
;
delay0: djnz Dly0,delay0
ret
;
delay1: acall scnkpd
cjne R0,#12,dely10
ljmp proses
dely10: cjne R0,#13,dely11
ljmp stgpnt
dely11: cjne R0,#14,dely12
ljmp kalbrs
dely12: djnz Dly1,delay1
ret
;
delay2: mov Dly2,#20
dely2: acall delay1
djnz Dly2,dely2
ret
;
nama: DB 'Septiana Qurrota'
nim: DB ' NIM : 04540027 '
jur: DB ' Alat Ukur '
univ: DB ' Salinitas Air '
tpstpn: DB ' Seting Point '
adcprs: DB ' ADC Persen '
strhdw: DB ' Start Hardware '
canent: DB ' Can/Ent'
stpkdr: DB ' Stpnt Kadar '
angka: DB '0123456789 '
;
lookup: DB 209,208,207,206,205,204,203,202,201,200; 000-009
DB 199,198,197,196,195,194,193,192,191,190; 010-019
DB 189,188,187,186,185,184,183,182,181,180; 020-029
DB 179,178,177,176,175,174,173,172,171,170; 030-039
DB 169,168,167,166,165,164,163,162,161,160; 040-049
DB 159,158,157,156,155,154,153,152,151,150; 050-059
DB 149,148,147,146,145,144,143,142,141,140; 060-069
DB 139,138,137,136,135,134,133,132,131,130; 070-079
DB 129,128,127,126,125,124,123,122,121,120; 080-089
DB 119,118,117,116,115,114,113,112,111,110; 090-099
DB 109,108,107,106,105,104,103,102,101,100; 100-109
DB 099,098,097,096,095,094,093,092,091,090; 110-119
DB 089,088,087,086,085,084,083,082,081,080; 120-129
DB 079,078,077,076,075,074,073,072,071,070; 130-139
DB 069,068,067,066,065,064,063,062,061,060; 140-149
DB 059,058,057,056,055,054,053,052,051,050; 150-159
DB 049,048,047,046,045,044,043,042,041,040; 160-169
DB 039,038,037,036,035,034,033,032,031,030; 170-179
DB 029,028,027,026,025,024,023,022,021,020; 180-189
DB 019,018,017,016,015,014,013,012,011,010; 190-199
DB 009,008,007,006,005,004,003,002,001,000; 200-209
DB 000,000,000,000,000,000,000,000,000,000; 210-219
DB 000,000,000,000,000,000,000,000,000,000; 220-229
DB 000,000,000,000,000,000,000,000,000,000; 230-239
DB 000,000,000,000,000,000,000,000,000,000; 240-249
DB 000,000,000,000,000,000 ; 250-255
;
end
Lampiran 3
Gambar Foto Alat
Gambar Foto Alat Tampak Atas
Gambar Foto Alat Tampak Samping
Gambar Foto Penelitian
Lampiran 4
Hasil Pengukuran
Tabel 4.1 Data Perbandingan Kadar Garam secara perhitungan dan Pengukuran
Sampel Kadar Garam (Salinitas) Air (%)
Perhitungan (%) Pengukuran (%)
(%)
Kesalahan
1 0.2 0.2 0
2 0.5 0.5 0
3 0.7 0.7 0
4 1.0 1.0 0
5 1.2 1.3 8.3
6 1.5 1.5 0
7 2.0 2.0 0
8 2.5 2.6 4.0
9 3.0 3.0 0
10 3.3 3.4 3.03
11 4.0 4.0 0
12 5.0 5.0 0
% Kesalahan rata-rata 1.28
Tabel 4.2 Data Perbandingan Setting Point Kadar Garam dengan Pengukuran
Sampel Kadar Garam (Salinitas) Air (%)
Setting Point (%) Pengukuran (%)
(%)
Kesalahan
1. 0.7 0.7 0
2. 0.8 0.7 12.5
3. 1.2 1.2 0
4. 1.3 1.2 7.6
5. 1.7 1.6 5.8
6. 0.6 0.6 0
7. 1.9 1.8 5.2
8. 2.8 2.8 0
9. 2.4 2.4 0
10. 2.9 3.0 3.4
11. 4.8 4.8 0
12. 4.2 4.3 2.3
% Kesalahan rata-rata 3.07
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : SEPTIANA QURROTA AYUN
NIM : 04540027
Fakultas/Jurusan : SAINS DAN TEKNOLOGI/ FISIKA
Judul : PEMBUATAN ALAT UKUR KADAR GARAM
(SALINITAS) DALAM AIR BERBASIS
MIKROKONTROLER (Studi Kasus Pada Tambak)
PEMBIMBING : I . Drs. M. Tirono, M. Si
II. Ach Nasichuddin, M.Ag
No Tanggal Materi
Tanda Tangan
Pembimbing
1 9 Maret 2009 Bab I, II dan III
2 11 Maret 2009 Revisi Bab I, II dan III
3 17 Maret 2009 Kajian Al-Quran dan Sains
4 21 Maret 2009 Revisi Kajian Al-Quran dan Sains
5 23 Maret 2009 Bab IV
6 30 Maret 2009 Revisi Bab IV
7 31 Maret 2009 Konsultasi Kajian Al-Quran dan
Sains
8 3 April 2009 Revisi Kajian Al-Quran dan Sains
9 14 April 2009 Bab V dan Abstrak
1
0
23 April 2009
Revisi Bab V dan Abstrak
1
1
4 Mei 2009
ACC keseluruhan
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika
Drs. M. Tirono, M.Si
NIP. 131 971 849

Anda mungkin juga menyukai