Anda di halaman 1dari 16

TAHAN NAFAS, TEKANAN PERNAFASAN TUJUAN : 1.

Menetapakan tercapainya breaking point seseorang pada waktu menahan napas pada berbagai kondisi pernafasan. 2. Menerangkan perbedaan lamanya menahan nafas pada kondisi pernafasan yang berbedabeda. 3. Mengukur tekanan pernafasan dengan manometer air raksa dan manometer air.

ALAT YANG DIPERLUKAN 1. Stopwatch/ arloji 2. Beberapa kantong plastic : yang kosong, yang berisi O2, yang berisi CO2 10% 3. Sfigmomanometer + stetoskop 4. Alat analisis gas Fyrite : untuk CO2 5. Manometer air raksa + botol perangkap 6. Manometer air

Teori Dasar
Tahan Napas Breaking point yaitu seseorang tidak dapat menahan nafas lagi. Hal ini disebabkan karena peningkatan PCO2 dan penurunan O2. Breaking point dapat di perpanjang dengan hiperventilasi, nafas dengan O2 murni, inspirasi dalam, psikis. Pernafasan sewaktu olah raga Penggunaan O2 jaringan naik, pO2 darah tidak turun, sedikit naik. Karena peningkatan ventilasi alveolar dapat mengimbangi kebutuhan O2. Pembentukan CO2 di jaringan naik, pCO2 darah tidak naik, sedikit turun karena naiknya ventilasi dapat keluarkan CO2 lebih cepat dari pembentukannya. Kerja fisik ringan atau sedang kadar ion H darah tidak naik karena kadar CO2 yang diinduksi ion H dipertahankan tetap, sedangkan kerja fisik berat ion H naik karena penimbunan asam laktat hasil metabolisme anaerobic. Ion H naik tidak cukup untuk meningkatkan ventilasi saat berolah raga.

Pernafasan Awal Oah Raga Peningkatan ventilasi terjadi secara mendadak, diikuti kenaikan yang bertahap. Akhir kerja fisik, terjadi penurunan ventilasi tiba- tiba diikuti penurunan bertahap. Sebab peningkatan ventilasi mendadak : Sebagian impuls dari korteks serebri -- otot skelet -- cabang kolateral ke farmatio retikularis batang otak dan merangsang pusat respirasi. Gerakan otot rangka, melalui proprioseptor diotot, tendo dan sendi akan merangsang pusat respirasi. Peningkatan simpatis adrenalin tubuh.

Peningkatan Ventilasi Bertahap: Terjadi karena factor humoral (O2, CO2, dan pH) serta peningkatan suhu tubuh. Pada olah raga ringan hampir tidak terjadi perubahan PCO2, PO2, dan pH darah --terjadi prningkatan kepekaan pusat pernafasan terhadap pusat CO2 sehingga PCO2 yang relative normal sudah cukup meningkatkan ventilasi.

TATA KERJA 1. TAHAN NAPAS

Tetapkanlah lamanua o.p dapat menahan napas (dalam detik) dengan cara menghentikan pernapasan dan menutup mulut dan hidungnya sendiri sehingga tercapai breaking point pada berbagai kondisi pernapasan. (beri istirahat 5 menit antara 2 percobaan) 1. Pada akhir inspirasi biasa (57 detik) 2. Pada akhir ekspirasi biasa (41 detik) 3. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat (47 detik) 4. Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat (35 detik) 5. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p bernapas dalam dan cepat selama 1 menit (1 menit 27 detik)

6. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastic berisi O2 (51 detik) 7. Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan 3 kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastic berisi O2 ( 8. Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastic berisi CO2 10% (1 menit 12 detik) 9. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari ditempat selama 2 menit (16 detik)

10. Setelah breaking point pada percobaan no.9 tercapai, biarkanlah o.p bernapas lagi selama 40 detik, kemudian tentukanlah berkali-kali lama menahan napas sesudah inspirasi tunggal yang kuat dengan diselingi bernapas selama 40 detik sampai o.p bernapas lagi dengan tenang seperti sebelum berlari. a. 32 detik b. 37 detk c. 40 detik

PERTANYAAN 1. Apa yang dimaksud dengan breaking point ? ( menahan napas dengan cara menghentikan pernapasan, dari mulut dan hidung sampai titik puncak seseorang tidak bisa menahan napas lagi)

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya breaking point? -Peningkatan PCO2 - Penurunan PO2

3. Bagaimana Perubahan pO2 dan PCO2 dalam udara alveoli dan darah pada waktu kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi

(Pada saat kerja otot PO2 dalam udara alveoli menurun, sedangkan PCO2 meningkat sehingga memicu keadaan hiperventilasi dimana tubuh berusaha untuk menghirup O2 lebih besar dan terjadilah keadaan seimbang)

PEMBAHASAN

Dari percobaan ini disapatkan bahwa pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah bernafas dalam dan cepat selama 1 menit dapat mencapai breaking point yang lebih tinggi atau lama. Hal ini disebabkan oleh paru telah melakukan latihan pernafas terlebih dahulu yaitu bernafas dalam dan cepat selama 1 menit. Hal ini dapat membantu dan membuat cadangan udara dalam paru lebih banyak sehingga dapat menahan nafas lebih lama. Sedangkan, pada inspirasi tunggal yang kuat segera setelah berlari ditempat selama 2 menit, breaking point rendah atau lebih cepat. Hal ini disebabkan karena, sebelum tercapai breaking point op menggunakan banyak co2 pada kontarksi otot yang digunakan pada saat berlari cepat ditempat selama 2 menit. Hal ini akan memperburuk cadangan co2 dalam tubuh sehingga breaking point tercapai lebih cepat.

KESIMPULAN

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya breaking point Peningkatan PCO2 dan penurunan PO2. Latihan paru dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi pernfasan seseorang

2. TEKANAN PERNAPASAN

TEORI DASAR Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang. Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.

Gbr. .Pertukaran O2 dan CO2 antara alveolus dan Pembuluh darah yang menyelubungi

Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini : Hb4 + O2 4 Hb O2 (oksihemoglobin) berwarna merah jernih Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian

juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi. Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas. Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah. Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut: C02 + H20 (karbonat anhidrase) H2CO3 Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat. Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut. 1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2). 2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2).

3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut. CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO-3 Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.

TATA KERJA

a. Pengukuan tekanan pernapasan normal Suruh O.P bernapas normal Dengan tetep bernapas melalui hidung, hubungkanlah pipa kaca manometer air dengan mulut O.P sehingga permukaan air dalam manometer naik turun mengikuti ekspirasi dan inspirasi. Catat besar tekanan inspirasi dan ekspirasi normal O.P

b. Tekanan penapasan maksimal Hubungkanlah pipa kaca manometer air raksa dengan mulut o.p melalui botol perangkap Suruhla o.p melakukan inspirasi dan ekkspirasi sekuat kuatnya beberapa kali sambil menutup hidung. Permukaan air raksa dalam manometer akan naik turun mengikuti inspirasi dan ekspirasi. Catatlah besar tekanan inspirasi dan ekspirasi maksimal o.p.

PEMBAHASAN : A. Pengukuran tekanan pernapasan normal Pada saat inspirasi : 50 + 50 / 2 = 50 Pada saat ekspirasi : 40 + 40 / 2 = 40 B. Tekanan pernapasan maksimal Pada saat inspirasi : 40 + 40 / 2 = 40 Pada saat ekspirasi : 30 + 30 / 2 = 30 Botol perangkap berfungsi untuk menahan air raksa agar tidak terhirup atau tersedot saat OP melakukan inspirasi

Selama inspirasi, dinding dada mengembang dan tekanan intrapleura menurun. Keadaan tersebut meningkatkan gradien tekanan di antara ruang intra pleura dan alveoli, sehingga meregangkan paru.

Alveoli mengembang dan tekanan alveolar menurun, menimbulkan suatu gradien tekanan di antara mulut dan alveoli yang menyebabkan udara mengalir ke dalam paru. Selama ekspirasi, baik tekanan intrapleura maupun tekanan alveolar meningkat. Pada pernapasan tenang. Tekanan intrapleura tetap negatif selama seluruh siklus respirasi, sedangkan tekanan alveolar negatif selama inspirasi dan positif selama ekspirasi. Tekanan alveolar selalu lebih tinggi daripada tekanan intrapleura akibat recoil paru. Tekanan akan nol baik pada akhir inspirasi maupun ekspirasi dan aliran udara sesaat kemudian akan berhenti. Bila ventilasi meningkat, pertukaran tekanan intrapleura eskspirasi dapat meningkat di atas tekanan atmosfer. Pada saat ekspirasi paksa, batuk, atau bersin tekanan intrapleura dapat meningkat sampai +8 kPa (+ 60 mmHg) atau lebih.

KESIMPULAN : Selama inspirasi, dinding dada mengembang dan tekanan intrapleura menurun. Sedangkan saat ekspirasi, baik tekanan intrapleura maupun tekanan alveolar meningkat. Pada pernapasan tenang, tekanan intrapleura tetap negatif selama seluruh siklus respirasi, sedangkan tekanan alveolar negatif selama inspirasi dan positif selama ekspirasi. Pada saat ekspirasi paksa, batuk, atau bersin tekanan intrapleura dapat meningkat sampai +8 kPa (+ 60 mmHg) atau lebih.

PERNAPASAN PADA ORANG


TUJUAN Dalam latihan ini akan di pelajari : 1. Kapasitas vital fungsional 2. Kapasitas vital 3. Kapasitas residu fungsional 4. Kurva Flow Volume

TEORI DASAR
VOLUME DAN KAPASITAS PARU

Perekam Perubahan Volume Paru-Spirometri. Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluarparu-paru. Suatu peruses yang di sebut spirometri , bentuk sepirometer dasar yang khas di lukiskan pada gambar 37-5. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang di balikan di atas bak air, dan drum tersebut diimbangioleh suatu beban. Di dalam drum terdapat gas untuk bernafas , biasanya udara atau oksigen, dan sebuah pipa yang menghubungkan mulut dengan ruang gas. Apabila seseorang bernafas dari dank e ruangan ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar. Spirogram menunjukan perubahan volume paru pada berbagai kondisi pernapasan. Untuk memudahkan penjelasan mengenai peristiwa ventilasi paru, maka udara dalam paru pada diagram di bagi menjadi empat volume dan empat kapasitas, yang merupakan rata-rata pada lakilaki dewasa muda. Volume Paru Pada bagian kiri gambar 37-6 di tuliskan empat volume paru, bila semuanya di jumlahkan, sama dengan volume maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing-masing volume ini adalah sebagai berikut : 1. Volume tidal adalah ( Vt ) volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 ml pada laki-laki dewasa. 2. Volume cadangan inspirasi ( IRV ) adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila di lakukan inpirasi kuat, biasanya mencapai 3000 ml.

3. Volume cadangan ekspirasi ( ERV ) adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat di ekspirasi tidal normal, jumlah normalnya adalah sekitar 1100 ml. 4. Volume residu ( RV ) yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat, volume ini besarnya kira-kira 1200 ml.

Kapasitas Paru Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti tersebut kapasitas par. Di bagian kanan pada gambar 37-6 di tuliskan berbagai kapasitas paru yang penting., yang dapat di uraikan sebagai berikut. : 1. Kapasitas inspirasi ( IC ) sama dengan volume tidal di tambah volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mililiter) yang dapat di hirup oleh seseorang, di mulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum. 2. Kapasitas residu fungsional ( FRC ) sama dengan volume cadangan ekspirasi di tambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisah dalam paru dalam akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 mililiter). 3. Kapasitas vital ( VC ) sama dengan volume cadangan inspirasi di tambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat di keluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mililiter) 4. Kapasitas paru total ( TLC ) adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 mililiter), jumlah ini sama dengan kapasitas vital di tambah dengan volume residu. Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-25 persen lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada oarng yang atletis dan bertubuh besar dari pada orang yang bertubuh kecil dan astenis.

Singkatan Dan Lambang Yang Di Pakai Pada Penelitian Fungsi Paru. Spirometer hanyalah salah satu cara pengukuran yang di pake sehari-hari oleh dokter paru. Kebanyakan cara pengukuran ini sangat bergantung pada perhitungan matimatika. Untuk menyederhanakan perhitungan dan peresentasi data fungsi paru ini, sejumlah singkatan dan symbol telah distandardisasikan. Beberapa singkatan dan simbol yang penting di cantumkan pada tabel 37-1. Dengan memakai lambing-lambang ini, di perlihatkan beberapa latihan aljabar sederhana yang menunjukan sebagai hubungan timbale balik antara

volume dan kapasitas paru, mahasiswa dapat memikirkan dan membuktikan hubungan timbale balik ini : VC = IRV + Vt + ERV VC = IC +ERV TLC = VC + VRC FRC = ERV +RV

Pada percobaan ini, kami menggunakan 2 alat, yaitu dengan menggunakan: 1. Autospirometer ( untuk menentukan kesehatan paru-paru) 2. Spirometer Collins ( untuk mengukur volume pernapasan )

1. Autospirometer
ALAT YANG DIPERLUKA N Autospirometer AS 500 lengkap dengan peralatannyayang terdiri dari Autospirometer AS 500, Mouth piece, tranducer.

TATA KERJA Mula-mula di catat data mengenai o.p yaitu jenis kelamin, umur, tinggi badan yang kemudian di masukan ke dalam alat. Setelah alat-alat siap di hubungkan dengan listrik. 1. Pemeriksaan kapasitas vital fungsional. Tekan FVC, setelah itu tekan star/stop, lalu dilihat pesan yang di tulis di LCD dan di kerjakan : - Ekspirasi pelan-pelan Inspirasi maksimal Ekspirasi paksa Bernapas biasa

2. Pemeriksaan kapasitas vital: Tekan VC/MVV,kemudian tekan start/stop lalu baca pesan yang tertulis di LCD. Kemudian lihat hasilnya di LCD

3. Pemeriksaan kapasitas residu fungsional : Seperti di atas, tetapi di lakukan pernapasan tenang selama 3 kali, kemudian ekspirasi komplit, bila tidak stabil tidak terdapat pesan di LCD, tetapi bila stabil terdapat pesan dan di lakukan pernafasan dangkal, ekspirasi komplit kemudian inspirasi penuh, dan di lihat hasilnya di LCD.

4. Pemeriksaan kapasitas pernapasan maksimal : Tekan VC/MVV lalu tekan start dan stop, perhatikan pesan pada LCD, bernavas cepat selama 12 detik.

5. Pemeriksaan kurve Flow Volume Tekan FVC, lalu start dan stop di tekan, dan lihat pesan di LCD yaitu nafas semaksimal mungkin di luar alat kemudian ekspirasi secepat-cepatnya dan sedalam-dalamnya ke dalam mouth piece yang di hubungkan dengan transducer. Dan setelah itu di lihat hasilnya dan bila perlu di rekam.

HASIL PRAKTIKUM Setelah o.p melakukan pernapasan melalui alat ini maka akan keluar kertas hasil pencatatan dari i dan inspirasi dari orang tersebut. Dari hasil kertas pencatatan, didapatkan : Name : Nyndia Weri Age : 19 H ( cm ) : 152 W ( kg ) : 50 Pred : EUROPE Pred. VC ( Vital capacity ) : TV ( Tidal Volume ) : 3,35 Act, % 2,17 65

-------------------

IRV ( Inspiration Reserve Volume ) : ------------------ERV ( Expiration Reserve Volume ) : ------------------IC ( Inspiration Capacity ) : -------------------

Pred. FVC ( Force Vital capacity ) : FEV ( Force Expiration Volume ) : 3,35 2,93

Act, % 2,25 2,63 67 73

PEMBAHASAN Alat ini memiliki nilai prediksi nilai pernapasan dengan memakai nilai pernapasan yang di standarisasikan dengan orang eropa. Prediksi dari alai ini terliahat bahwa saudari tersebut di atas memiliki kapasitas vital 3,35 namun kemampuan yang dapat di lakukan dengan cara inspirasi dan ekspirasi hanya 65 % Volume expirasi dan inspirasi tidak terekam pada kapasitas inspirasi tidak terekam karena kurangnya kemampuan untuk bernafas dalam-dalam. Pada diagram garis, terlihat puncak kurva tidak melengkung (agak datar), hal ini menunjukan bahwa adanya hambatan pernapasan pada saat inspirasi dan ekpirasi. Prediksi pada alat, terlihat bahwa saudara di atas dapat melakukan pernapasan kuat dengan nilai FVC ( Force Vital Capacity ) sebesar 3,35, namun hanya dapat di lakukan oleh saudari di atas sebesar 67% saja. Dari beberapa hasil menunjukkan banyak ketidak sesuaian dengan nilai prediksi alat. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan bahwa apakah orang yang melakukan dengan alat tersebut memiliki gangguan pernapasan ataukah alatnya yang memakai standarisasi dengan orang Eropa yang kebanyakan aspek tidak sama dengan orang Asia.

KESIMPULAN

Autospirometer merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui volume paru aupun inspirasi Dengan menggunakan alat autospirometer ini, kita dapat menentukan kesehatan paruparu atau mendiagnosis paru-paru kita apakah normal ( sehat ) atau tidak dengan mengetahui kapasitas vital fungsional paru, kapasitas vital, kapasitas residu fungsional, kapasitas pernapasan maksimal, dan Pemeriksaan kurve Flow Volume. Pada pemeriksaan ini, dapat disimpulkan bahwa O.p mengalami gangguan pernapasan. Yang dilihat dari hasil pemeriksaan kapasitas vital nya sebesar 2,17 yang seharusnya dapat mencapai 3.35 sesuai dengan yang di prediksikan oleh alat. Namun standarisasi alat tidak dapat dipakai secara pasti untuk mengukur volume pernapasan orang Asia.

2.Spirometer Adalah alat untuk mengukur volume udara yang di hirup dan dihembuskan.

ALAT YANG DIGUNAKAN Spirometer.

TATA KERJA Spirometer terdiri dari sebuah tong udara yang mengapung dalam wadah berisi air. O.p di persilahkan menghirup dan menghembuskan udara kedalam tong tersebut melalui selang yang menghubungkan mulut kewadah udara. Tong akan naik dan turun diwadah air. Naik dan turunnya tong tersebut, dapat dicatat sebagai spirogram yang di kalibrasikan ke besarnya perubahan volume. Pena mencatat inspirasi sebagai defleksi ke atas dan ekspirasi sebagai defleksi ke bawah.

HASIL PRAKTIKUM Setelah O.p menghembuskan udara ( inspirasi & ekspirasi ) dengan biasa maupun dengan maksimal, Didapatkan :

Nama o.p : Yislam .A. Volume Tidal : 450 cc Capasitas Ekspirasi : 1050 cc Capasitas Inspirasi : 1350 cc Kapasitas vital : 2850 cc Kapasitas total ( kapasitas vital + volume residu = 2850 + 1200 ) : 4050cc

PEMBAHASAN Pada percobaan ini, kami menetapkan jarak satu garis dengan garis lainnya pada spirogram senilai 50 cc sehingga setiap hasil dari data diatas telah dikalikan 50cc. Volume tidal didapatkan dari volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal; dalam hasil spirogram kita mendapatkan volume tidal dengan mengambil panjangnya defleksi ekspirasi rata-rata, kemudian menghitung jumlah garis yang melewati garis defleksi ekspirasi tersebut. Nilai normal volume tidal kira-kira 500 cc pada laki-laki dewasa. Dari hasil yang di dapat, terlihat bahwa o.p memiliki volume tidal 450 cc ( normal ). Kapasitas vital merupakan jumlah udara maksimum yang dapat di keluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya. Nilai normal nya kira-kira 4600 mililiter. Volume residu adalah volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasipaling kuat, volume ini besarnya kira-kira 1200 meter. Sehingga untuk mendapatkan besarnya nilai kapasitas total paru, kita menjumlahkan kapasitas vital dengan volume residu senilai 1200cc

KESIMPULAN Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa pernapasan saudara tersebut di atas adalah normal. Dimana, hasil hasil pemeriksaan parunya tidak melampaui dari batas normal.

DAFTAR PUSTAKA Guyton, Arthur C. (2006). Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta, EGC Tim penyusun Praktikum( 2010 ). Penuntun Praktikum Blok Respiratory.Universitas Yarsi. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai