Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul INFEKSI SALURAN KEMIH sebagai salah satu tugas kelompok Laboratorium Patologi Klinik tahun dalam blok Sistem Ginjal dan Saluran Kemih.
Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan makalah ini dapat selesai sesuai waktu yang ditetapkan.
Penulis menyadari dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa mendatang.
Penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Bab I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Umum dan Khusus 1.4. Manfaat Bab II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi 2.2. Etiologi 2.3. Epidemiologi 2.4. Faktor Resiko 2.5. Gejala Klinis 2.6. Diagnosis 2.7. Komplikasi 2.8. Penatalaksanaan 2.9. Prognosis 2.10. Pencegahan Bab III : PENUTUP 3.1. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak sering ditemukan dan merupakan penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran nafas. Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3-5% dan pada lakilaki sekitar 1% (Rusdidjas, 2002) ISK telah dianggap sebagai faktor risiko penting pada terjadinya insufisiensi renal atau end stage renal disease pada anak-anak. Setelah ISK pertama, 6080% anak perempuan biasanya akan mendapatkan ISK kedua dalam 18 bulan. Pada anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun pertama kehidupan dan jauh lebih sering terjadi pada anak laki-laki disunat. Selama tahun pertama kehidupan, perbandingan rasio anak laki-laki: rasio anak perempuan adalah 2,8-5,4: 1. Selama usia 1-2 tahun, dominasi rasio anak perempuan lebih mencolok, dengan perbandingan anak laki-laki: anak perempuan adalah 1: 10. Infeksi berulang sering terjadi pada penderita yang rentan atau terjadi karena adanya kelainan anatomik atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan adanya stasis urin atau refluks sehingga perlu pengenalan dini dan pengobatan yang adekuat untuk mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kerusakan lebih lanjut. (Elder JS, 2007)
Standar pemeriksaan untuk mendiagnosis ISK adalah dengan kultur urin. Karena dalam proses kultur dibutuhkan waktu setidaknya 48 jam untuk mendapatkan hasilnya oleh karena itu, pemeriksaan mikroskopis urin juga sering dibutuhkan untuk membantu membuat diagnosis awal ISK. Spesimen urin penderita ISK akan menunjukkan temuan positif pada dipstick untuk
nitrit, esterase leukosit, atau darah. Dipstick test memiliki sensitivitas hampir 85-90%. Pemeriksaan mikroskopis urin dapat mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit, bakteri, dan sel epitel. Selain itu evaluasi diagnostik pada anak yang menderita ISK sudah banyak mengalami kemajuan, ditambah dengan adanya metode-metode yang tidak invasif seperti ultrasonografi, pencitraan
radioisotop, MRI, dan lain-lain merupakan alat yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. (Fisher JD et al, 2011) Mengingat adanya komplikasi jangka panjang yang merugikan jika anak dengan ISK tidak segera diobati, maka deteksi dan penanggulangan dini dari ISK tersebut akan sangat dibutuhkan. (Rusdidjas, 2002) Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. (Rahardjo, P, 1999) Dengan demikian air kemih di dalam system saluran kemih biasanya steril. Walaupun demikian ujung uretra bagian bawah dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya berkurang di bagian uretra yang dekat dengan kandung kemih. Setelah melalui uretra biasanya sudah tercemar dengan bakteri yang terdapat di meatus uretra, preputium atau vulva. Infeksi yang terjadi bergantung dengan virulensi kuman dan mekanisme pertahanan tubuh. Secara umum faktor predisposisi memudahkan terjadi ISK antara lain adanya bendungan aliran air kemih, refluks vesiko ureter, air kemih sisa adanya dalam buli-buli, pemakaian instrumentasi dan kehamilan. (Tessy A et al, 2001)
mahasiswa mengenai Infeksi Saluran Kemih. Sehingga diharapkan mampu memahami dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan kasus-kasus Infeksi Saluran Kemih khususnya, serta mampu menjelaskan dengan baik penyebab, penyebaran, perjalanan, serta penatalaksanaan penyakit ini.
1.4. MANFAAT
Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri padasaluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998 Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika sudah tersedia luas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35 % semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009) Infeksi saluran kemih merupakan infeksi sistem nomor dua paling sering setelah infeksi saluran napas. Infeksi ini disebabkan oleh berbagai bakteri piogenik ; di luar rumah sakit terutama oleh Escherichia coli, sedangkan didalam rumah biasanya oleh bacteria dari kelompok pseudomonas, proteus, dan klebsiela. (Bedah de Jenong, 2010) Keberadaan mikroorganisme di dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bakteriuria) menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebihdari 105colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermaknamungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknya bakteruria bermakna dengan disertai presentasiklinis dinamakan bakteriuria bermakna simptomatik. Infeksi saluran kemih sederhana (uncomplicated type) merupakan infeksisaluran kemih berulang
tetapi jarang menimbulkan insufisiensi ginjal kronik sedangkan infeksi saluran kemih komplikasi (complicated type) adalah infeksisaluran kemih denga refluks vesikoureter sejak lahir. (Sukandar, Edar. 2009) Terminologi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) : Bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria bermakna. Banyak faktor yang menyebabkan negative palsu pada pasien dengan presentasi klinis ISK. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009)
2.2.
ETIOLOGI
ISK pada usia lanjut dipandang dari segi penatalaksanaan sering dibedakan
atas: (Russel, B.M., 1989; Tolkoff, Rubu N.E. dan Rubin R.H., 1989). a. ISK uncomplicated (simple) ISK yang sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomi maupun fungsionil normal. ISK sederhana ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih. Penyebab kuman tersering (90%) adalah E. coli. b.ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotik, sering terjadi bakteriemia, sepsis, dan syok. Penyebab kuman pada ISK complicated adalah Pseudomonas, Proteus, dan Klebsiela. ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut: Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu (pada usia lanjut kemungkinan terjadinya batu lebih besar dari pada usia muda). Refleks vesiko urethral obstruksi, paraplegi, atoni kandung kemih, kateter kandung kemih menetap, serta prostatitis menahun. Kelainan faal ginjal, baik gagal ginjal akut (GGA) maupun gagal ginjal kronis (GGK). Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK.
Mikroorganisme yang paling sering adalah bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, karena itu urin dalam ginjal dan bulibuli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Selain bakteri aerob, ISK juga dapat disebabkan oleh virus, ragi, dan jamur. Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram-negatif ternyata E.Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas. Jenis kokus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan entercoccus dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrofi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter. Bila ditemukan Staphylococcus aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen melalui ginjal. Demikian juga Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi Salmonella pada urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalur hematogen tuberculosae. Virus juga sering ditemukan pada urin tanpa ada gejala ISK akut. Adenovirus tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sisititis hemoragik dapat juga disebabkan oleh Schistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Candida merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spektrum luas. Candida yang paling sering ialah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen. (Braunwald et.al, 2000) ialah Brusella, Nokardia, Actinomyces dan Mycobacterium
2.3.
EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih biasanya terjadi karena faktor pencetus seperti
litiasi,obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, DiabetesMelitus, senggama, kehamilan, kateterisasi, penyakit sickle cell dan tergantungoleh usia, gender, prevalensi, bakteriuria, sehingga menyebabkan perubahanstruktur saluran kemih. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. Prevalensi bakteriuri
asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.Prevalensi ISK pada periode sekolah 1% meningkat menjadi 5% selama periodeaktif seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik adalah 30%, pada bayi laki-laki 3:1dan 5:1 dibandingkan bayi perempuan. (Sukandar, Edar. 2009) Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak
terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia 2 bulan 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan. (Jawetz. E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta 1996) ISK terjadi pada 3-5% anak perempuan dan 1% dari anak laki-laki. Pada anak perempuan, ISK pertama biasanya terjadi pada umur 5 tahun, dengan puncaknya pada bayi dan anak-anak yang sedang toillete training. Setelah ISK pertama, 60%-80% anak perempuan akan mengembangkan ISK yang kedua dalam 18 bulan. Pada anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun pertama kehidupan; ISK jauh lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang tidak disunat. Prevalensi ISK bervariasi berdasarkan usia. Selama tahun pertama kehidupan, rasio penderita laki-laki: rasio wanita adalah 2,85,4 : 1. Sedangkan dalam tahun pertama sampai tahun kedua kehidupan, terjadi perubahan yang mencolok, dimana rasio laki-laki: rasio perempuan adalah 1:10. (Elder JS, 2007 )
Pada anak-anak prasekolah usia, prevalensi anak perempuan dengan infeksi tanpa gejala yang akhirnya didiagnosa oleh aspirasi suprapubik adalah 0,8% dibandingkan dengan 0,2% pada anak laki-laki. Pada kelompok usia sekolah, angka insidensi bakteriuria pada perempuan lebih banyak 30 kali dibandingkan pada anak laki-laki.
Remaja putri lebih cenderung memiliki vaginitis (35%) dibandingkan ISK (17%). Selain itu, gadis remaja yang didiagnosis dengan sistitis sering memiliki vaginitis bersamaan. (Fisher JD et al, 2011) Infeksi asendens sering ditemukan, terutama pada perempuan karena uretra pendek sehingga infeksi mudah naik. Pada lelaki, infeksi asendens dapat terjadi pada instrumentasi atau kateterisasi. Infeksi saluran kemih tidak akan naik lebih tinggi dari kandung kemih bila taut vesiko-ureter paten sehingga tidak terdapat refluks vesiko-ureter. (De Jong, 2010)
2.4.
PATOFISIOLOGI
Pada individu normal biasanya laki laki maupun perempuan urin selalu
steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretra distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpatogenik gram positif dan gram negatif. Hampir semua infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih dan pada beberapa pasien tertentu invasi mikrooragnisme dapat mencapai ginjal. Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks karena melibatkan beberapa faktor seperti faktor pejamu dan faktor organisme penyebab. Adapun patogenesis infeksi saluran kemih (2). Bakteri dalam urin bisa berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau uretra. Timbulnya suatu infeksi di saluran kemih tergantung dari faktor predisposisi dan faktor pertahanan tubuh penderita yang masih belum diketahui dengan pasti (2). Bakteri uropatogenik yang melekat pada sel uroepitel, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter dan menyebabkan gangguan peristaltiknya.
Melekatnya bakteri ke sel uroepitel ini akan meningkatkan virulensi bakteri tersebut. Escherichi coli merupakan organisme yang potensial sebagai penyebab infeksi saluran kemih yang asending, tetapi tidak semua galur Escherichia coli dapat berkolonisasi di saluran kemih. Invasi bakteri membutuhkan virulensi uropatogen untuk menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih pada anatomi saluran kemih yang normal. Kemampuan melekat kuman ke uroepitel berkat adanya fimbria atau vili yang disebut P-fimbriae, yang mudah menempel pada reseptor spesifik epitel saluran kemih yaitu sejenis karbohidrat yang berisi glikolipid galaktosa a 14 galaktosa b (GalGal positive). Kemampuan melekat pada mukosa uroepitel akan meningkatkan virulensi kuman. (2). Pada bakteriuria asimtomatik yang berhubungan dengan galur bakteri yang berkolonisasi di dalam saluran kemih, galur bakteri tetap bertahan sampai timbul gejala infeksi saluran kemih atau terjadi invasi galur lain. Galur bakteri tertentu dapat bertahan rata-rata 88 hari tanpa ada demam atau gejala infeksi sistemik. Di sisi lain Escherichia coli penyebab bakteriuria asimtomatik virulensinya kurang bila dibandingkan dengan yang terdapat pada pasien dengan infeksi saluran kemih simtomatik (2).
2.5.
GEJALA KLINIS
Infeksi saluran kemih yang simtomatik gejalanya bergantung pada umur penderita dan lokalisasi infeksi di dalam saluran kemih. Gejala dan tanda klinik infeksi saluran kemih tidak selalu lengkap dan bahkan tidak selalu ada yaitu pada keadaan bakteriuria tanpa gejala. Biasanya gejala yang lazim ditemukan adalah disuria, polakisuria dan terdesaknya
kencing atau disebut urgency yang semua dapat terjadi secara bersamaan. Rasa sakit bisa didapatkan didaerah supra pubik atau pelvis berupa rasa nyeri atau rasa terbakar di uretra ataupun di muara uretra luar sewaktu kencing maupun diluar waktu kencing. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung kencing lebih dari 500 ml, akibat rangsangan mukosa yang meradang sehingga sering kencing (9).
2.11. PENCEGAHAN
adanya darah pada urin (hematuria) adanya protein pada urin (proteinuria) urin yang keruh ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar demam dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia) tidak nafsu makan lemah dan lesu (malaise) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria) rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita) rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria) Media pembiakan yang sesuai untuk berbagai mikroorganisme penyebab meningitis adalah media agar darah dan agar mac conkey. Diagnosa yang dilakukan untuk pendeteksian penyakit infeksi saluran kemih adalah dengan tujuan untuk mengidentifikasikan adanya infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang ada, namun gejala- gejala dari infeksi saluran kemih, baik akut maupun kronik sangat sukar dibedakan dengan infeksi saluran kemih yang biasa. Hal ini dikarenakan gambaran klinik dari infeksi saluran kemih berat mirip dengan infeksi bakteri biasa.
3.2
SARAN
DAFTAR PUSTAKA