Anda di halaman 1dari 62

BLOK NEURO

WRAP UP PBL SKENARIO 3


SAKIT KEPALA MENAHUN

Kelompok B-14
KETUA

: Syurlia Putri

(1102011273)

SEKRETARIS : Tania Azhari

(1102011275)

ANGGOTA

(1102011274)

: Talib
Tasdik Syadikin

(1102011276)

Tenni Widya Sari

(1102011277)

Yunevialkha Alhafizhatul A

(1102011299)

Yuni Iriani Sarbini

(1102011300)

Zahra Puspita

(1102011301)

Zulfikar

(1102011303)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2013-2014

Skenario
SAKIT KEPALA MENAHUN
Perempuan 35 tahun berkonsultasi dengan dokter keluarga dengan keluhan sakit
kepala berulang sejak 2 tahun yang lalu. Sakit kepala seperti tertimpa beban berat dan
nyeri pada tengkuknya. Sakit kepala ini disertai dengan insomnia. Sakit kepala
berawal sejak pasien diceraikan oleh suaminya 2 tahun yang lalu dan harus berpisah
dari kedua orang anaknya. Oleh dokter pasien disarankan untuk berkonsultasi lebih
lanjut ke neurology dan psikiater. Neurology mengatakan bahwa pasien mengalami
nyeri kepala tipe tegang, sedangkan psikiater menyimpulkan bahwa pasien mengalami
nyeri somatoform (psikogenik). Walaupun ia sudah bercerai, ia tetap bertanggung
jawab untuk membimbing anaknya sesuai dengan prinsip keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah.

Kata Sulit
1. Insomnia : gangguan waktu tidur
2. Nyeri somatoform : gangguan yang bersifat psikologis tapi tampil dalam
bentuk gangguan fisik. Tanpa etiologi medis yang jelas
3. Nyeri kepala tipe tegang : serangan nyeri berulang yang berlangsung dalam
beberapa jam sampai hari. Sifat nyeri berupa rasa tertekan
4. Sakinah : ketenangan, kedamaian
5. Mawaddah : cinta dan harapan
6. Warahmah : kasih sayang, anugrah

Pertanyaan
1. Hubungan sakit kepala dengan insomnia ?
2. Yang menyebabkan sakit kepala tipe tegang ?
3. Kenapa sakit kepala berulang ?
4. Kenapa diagnosis berbeda ?
5. Kenapa dokter menyarankan konsultasi ke neurology dan psikiatri ?
6. Kenapa nyeri tengkuk ?
7. Kenapa psikiatri mendiagnosis nyeri somatoform ?
8. Bagaimana membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah ?
9. Hubungan perceraian dengan penyakit pasien ?
10. Apakah pengobatannya sama?

Jawaban
1. Sakit kepala mengganggu tidur pasien
2. Stress, otot sekitar kepala banyak berkontraksi
3. Masalah : menimbulkan gangguan psikis
4.

Neurolog membantu mengatasi gejala sakit kepala dan psikiater membantu


mengatasi factor pencetusnya

5. Neurolog membantu mengatasi gejala sakit kepala dan psikiater membantu


mengatasi factor pencetusnya
6. Saraf sensorik dirangsang oleh sisa-sisa metabolism dari spasme otot
7. Berdasarkan factor pencetusnya
8. Saling menjaga keharmonisan, saling percaya, setia
9. Perceraian menyebabkan stress
10. Berbeda. Neurolog memberikan analgesic, psikiater memberikan anti depresan

Hipotesis
Perceraian

Stress
Gangguan psikis

gangguan neurologis

Insomnia

nyeri kepala

Psikiater

neurolog

Pemeriksaan psikologi

pemeriksaan fisik

Nyeri somatoform

tatalaksana : analgesik

Tatalaksana : antidepresan

Sasaran Belajar
LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan fisiologi pusat dan jaras nyeri
LI.2 Memahami dan menjelaskan nyeri kepala
LO2.1 Definisi
LO2.2 Etiologi
LO2.3 Klasifikasi
LO2.4 Patofisiologi
LO2.5 Manifestasi Klinis
LO2.6 Diagnosis dan diagnosis banding
LO2.7 Tatalaksana
LO2.8 Komplikasi
LO2.9 Prognosis
LO2.10 Pencegahan
LI.3 Memahami dan menjelaskan nyeri somatoform
LO3.1 Definisi
LO3.2 Etiologi
LO3.3 Klasifikasi
LO3.4 Manifestasi Klinis
LO3.5 Diagnosis dan diagnosis banding
LO3.6 Tatalaksana
LO3.7 Komplikasi
LO3.8 Prognosis
LO3.9 Pencegahan
LI.4

Memahami dan menjelaskan pernikahan secara Islam

Memahami dan menjelaskan membina keluarga sakinah, mawaddah dan


warahmah

Memahami dan menjelaskan perceraian secara Islam

LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan fisiologi pusat dan jaras nyeri
NEUROANATOMI NYERI
Sistem saraf manusia mengandung lebih dari 1010 saraf atau neuron.
Neuron merupakan unit structural dan fungsional system saraf
Sel saraf terdiri dari badan sel yang di dalamnya mempunyai inti sel,nukleus,
Mitokondria, Retikulum endoplasma, Badan golgi, di luarnya banyak terdapat
dendrit,kemudian bagian yang menjulur yang menempel pada badan sel yang
di sebut akson
Dendrit menyediakan daerah yg luas untuk hubungan dengan neuron lainnya.
Dendrit adalah serabut aferen karena menerima sinyal dari neuron-neuron lain
dan meneruskannya ke badan sel.
Pada akson terdapat selubung mielin,nodus ranvier,inti sel Schwan,butiran
neurotransmiter
Akson dengan cabang-cabangnya (kolateral), adalah serabut eferen karena
membawa sinyal ke saraf-saraf otot dan sel-sel kelenjar. Akson akan berakhir
pada terminal saraf yg berisi vesikel-vesikel yg mengandung neurotransmitter.
Terminal inilah yg berhubungan dengan badan sel, dendrit atau akson neuron
berikutya.
Sel saraf menurut bentuk dan fungsinya terbagi atas :
1. Sel saraf sensoris (neuron aferen)
Bentuknya berbeda dari neuron aferen dan interneuron, di ujung perifernya
terdapat reseptor sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap
rangsangan spesifik. Sel saraf ini menghantarkan impuls(pesan) dari reseptor ke
sistem saraf pusat,dendritnya berhubungan dengan reseptor(penerima rangsangan )
dan ujung aksonnya berhubungan dengan sel saraf asosiasi,
Klasifikasi reseptor sensoris menurut jenis stimulusnya yaitu :
Mekanoreseptor mendeteksi stimulus mekanis seperti nyeri,suara,raba
Termoreseptor mendeteksi perubahan temperatur seperti panas dan dingin

Nosiseptor mendeteksi kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik seperi


nyeri
Elektromaknetik reseptor mendeteksi cahaya yang masuk ke mata seperti
warna,cahaya
Khemoreseptor mendeteksi pengecapan,penciuman,kadar O2 dan CO2
2. Sel saraf motoris
Sel saraf ini mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot/skelet yang
hasilnya berupa tanggapan terhadap rangsangan. Badan sel saraf berada di sistem
saraf pusat dan dendritnya berhubungan dengan akson sel saraf asosiasi dan aksonnya
berhubungan dengan efektor (bagian motoris yang menghantarkan sinyal ke
otot/skelet).
Aktivitas sistem motoris tergantung dari aktivitas neuron motoris pada medula
spinalis. Input yang masuk ke neuron motorik menyebabkan 3 kegiatan dasar motorik
yaitu :
1. Aktivitas volunter( di bawah kemauan)
2. Penyesuaian posisi untuk suatu gerakan tubuh yang stabil
3. Koordinasi kerja dari berbagai otot untuk membuat gerakan yang tepat dan
mulus.
3. Sel saraf intermedit/Asosiasi (Interneuron)
Ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan
motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lainnya. Beberapa interneuron
dalam otak terkait dengan fungsi berfikir, belajar dan mengingat . Sel saraf ini terbagi
2 yaitu :
1. Sel saraf ajustor yaitu menghubungkan sel saraf sensoris dan motoris
2. Sel saraf konektor yaitu untuk menghubungkan neuron yang satu dengan
neuron yang lainnya.

Sel Neuroglial
Biasa disebut glia yg merupaka sel penunjang tambahan pada SSP yg
berfungsi sebagai jaringan ikat Sel glial dapat mengalami mitosis selama rentang
kehidupannya dan bertanggungjawab atas terjadinya tumor system saraf.

IMPULS SARAF
Terjadinya impuls listrik pada saraf sama dengan impuls listrik yg
dibangkitkan dalam serabut otot Sebuah neuron yg tdk membawa impuls dikatakan
dalam keadaan polarisasi, dimana ion Na+ lebih banyak diluar sel dan ion K+ dan ion
negative lain lebih banyak dalam sel Suatu rangsangan (ex: neurotransmiter) membuat
membrane lebih permeable terhadap ion Na+ yang akan masuk ke dalam sel, keadaan
ini menyebabkan depolarisasi dimana sis luar akan bermuatan negative dan sisi
dalam bermuatan positif.
Segera setelah depolarisasi terjadi, membrane neuron menjadi lbih permeable
terhadap ion K+, yg akan segera keluar dari sel. Keadaan ini memperbaiki muatan
positif diluar sel dan muatan negatif di dalam sel, yg disebut repolarisasi. Kemudian
pompa atrium dan kalium mengmbalikan Na+ keluar dan ion K+ ke dalam, dan
neuron sekarang siap merespon stimulus lain dan mengahantarkan impuls lain.
Sebuah potensial aksi dalam merespon stimulus berlangsung sangat cepat dan dpt di
ukur dlm hitungan milidetik.sss Sebuah neuron tunggal mampu meghantarkan ratusan
impuls setiap detik
NEURO FISIOLOGI
Proses fisiologik
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat 4 proses
tersendiri : transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah
proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di
reseptor nyeri. Transmisi nyeri adalah melibatkan proses penyaluran impuls nyeri
dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis
dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak.
Modulasi nyeri adalah melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf decendens
dari otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis. Dan
terakhir persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga
dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
Reseptor nyeri dan stimulasinya
Kapasitas jaringan untuk menimbulkan nyeri apabila jaringan tersebut
mendapat rangsangan yang mengganggu bergantung pada keberadaan nosiseptor.
Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan
10

nyeri. Saraf perofer terdiri dari akson 3


tipe neuron yang berlainan : neuron
aferen atau sensorik primer, neuron
motorik, dan neuron pascaganglion
simpatis. Serat pascaganglion simpatis
dan

motorik

adalah

serat

eferen(membawa impuls dari


medulla spinalis ke jaringan dan organ
efektor). 2 serat aferen primer yang
diklasifikasikan

sebagai

nosiseptor

yaitu serat aferen primer A-delta (A-d)


dan serat aferen primer C.
Sinyal nyeri cepat disalurkan
ke medulla spinalis oleh serat A-d dan
dirasakan dalam waktu 0,1 detik.
Kualitas nyerinya

menusuk, tajam,

atau elektris. Nyeri cepat timbul


sebagai respons terhadap rangsangan
mekanik (seperti sayatan) atau suhu di
permukaan kulit tapi tidak dirasakan di
jaringan tubuh sebelah dalam. Nyeri
lambat disalurkan oleh serat aferen C
dan

dirasakan

detik

setelah

rangsangan yang mengganggu. Nyeri


lambat mempunyai lokalisasi yang
kurang jelas dengan kualitas seperti
terbakar, berdenyut, atau pegal.

Jalur nyeri di system saraf pusat


1. Jalur Nyeri Cepat
11

Traktus neospinotalamikus
Serat A yang mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal
lamina I (lamina marginalis) kornu dorsalis eksitasi second-order neurons dari
traktus spinotalamikus serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui
comisura anterior kolumn anterolatera l serat dari neospinotalamikus akan
berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2) nukleustalamus
bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian besar).
Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga
berakhirpada daerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima
akanmemungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut
diberikan.
2. Jalur Nyeri Lambat
Traktus Paleospinotalamikus
Mentransmisikan sinyal dari serat C + sedikit sinyal dari serat A lamina II dan III
(substansia gelatinosa) (+) beberapa neuron pendek yang area lamina V
columna anterolateral Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah satu tiga
areayaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon, (2) area
tektum dari mesensefalon, (3) regio abu abu dari peraquaductus yang
mengelilingiaquaductus Silvii dan sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan
langsungditeruskan ke talamus.
Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri.Dari area
batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal kearah atas
melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke areatertentu dari
hipotalamus dan bagian basal otak
Teori nyeri
1. Teori spesifisitas
2 prinsipnya yang masih sah adalah
1) reseptor somatosensorik adalah reseptor yang mengalami spesialisasi untuk
berespons secara optimal terhadap satu atau lebih tipe stimulus tertentu
2) Tujuan perjalanan neuron aferen primer dan jalu ascendens merupakan factor
kritis dalam membedakan sifat stimulus di perifer.
2. Teori, Pola, atau penjumlahan
12

Nyeri dihasilkan oleh stimulasi intens dari reseptor-reseptor nonspesifik, dan


bahwa penjumlahan impuls-impuls itulah yang dirasakan sebagai nyeri.
3. Teori Kontrol Gerbang
Prinsip dasar pada teori kontrol gerbang adalah sebagai berikut :
1. Baik serat sensorik bermielin besar (L) yang membawa informasi mengenai
rasa raba dan propiosepsi dari perifer (serat A-a dan A-b) maupun serat kecil
(S) yang membawa informasi mengenai nyeri (serat A-d dan C) menyatu di
kornu dorsalis medulla spinalis
2. Transmisi impuls saraf dari serat-serat aferen ke sel-sel transmisi (T) medulla
spinalis di kornu dorsalis dimodifikasi oleh suatu mekanisme gerbang di selsel
substansia gelatinosa.
3. Mekanisme gerbang spinal dipengaruhi oleh jumlah relatif aktivitas di serat
aferen primer berdiameter besar (L) dan berdiameter kecil (S). Aktivitas di
sera besar cenderung menghambat transmisi nyeri (menutup gerbang),
sedangkan aktivitas di serat kecil cenderung mempermuah transmisi nyeri
(membuka gerbang)
4. Mekanisme gerbang spinal dipengaruhi oleh impuls saraf yang turun dari otak.
5. Apabila keluaran dari sel-sel T medulla spinalis melebihi suatu ambang kritis,
terjadi pengaktivan system aksi untuk perasaan dan respons nyeri.
4. Teori Endorfin-Enkefalin
Kemajuan terpenting dalam pemahaman mengenai mekanisme nyeri adalah
ditemukannya reseptor opiat di membran sinaps. Reseptor opiat terutama terdapat di
daerah PAG, nucleus rafe medial, dan kornu dorsalis medulla spinalis. Obat narkotik
eksogen dan antagonis narkoba mengikat reseptor-reseptor ini. Opiat dan opioid
menghambat nyeri (narkotik). Nalokson menghambat inhibisi sehingga
meningkatkan nyeri (antagonis narkotik).
Jenis Nyeri
1. Nyeri akut (cepat) versus Nyeri kronik (lambat)

13

2. Nyeri Somatik Superfisial (Kulit)


Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superficial kulit dan jaringan
subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa
rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Kulit memiliki banyak saraf sensorik
sehingga kerusakan di kulit menimbulkan sensai yang lokasinya lebih akurat dan
presisi yang lebih luas dibandingkan di bagian tubuh lain.
3. Nyeri Somatik Dalam
Nyeri somatic dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon,
ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit
reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri serng tidak jelas. Nyeri dirasakan lebih difus
daripada nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah di sekitarnya.
4. Nyeri Viseral
Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.
Reseptor nyeri visera berada di dinding otot polos organ-organ berongga (lambung,
kandung empedu, saluran empedu, ureter, dll) dan di kapsul organ-organ padat (hati,
pancreas, ginjal). Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah
14

peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia, dan
peradangan. Visera dipersarafi oleh dua rute : melalui saraf-saraf yang memiliki
fungsi autonom (jalur visera sejati), seperti saraf splanknikus, dan melalui saraf-saraf
spinal yang mempersarafi struktur somatic (jalur parietal). Nyeri visceral disalurkan
melalui serat simpatis dan parasimpatis SSO.
5. Nyeri Alih
Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri yang berasal dari slah satu daerah di
tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Teori konvergensi-proyeksi merupakan
teori yang menjelaskan tentang nyeri alih. Menurut teori ini, dua tipe aferen yang
masuk ke segmen spinal (satu dari kulit dan satu dari struktur otot dalam atau visera)
berkonvergensi ke sel-sel proyeksi sensorik yang sama (misalnya, sel proyeksi
spinotalamikus)
6. Nyeri Neuropati
Secara paradoks, kerusakan atau disfungsi SSP atau saraf perifer dapat
menyebabkan nyeri. Jenis nyeri ini disebut nyeri neuropatik atau deaferentasi. Nyeri
neuropatik berasal dari saraf perifer di sepanjang perjalanannya atau dari SSP karena
gangguan fungsi , tanpa melibatkan eksitasi reseptor nyeri spesifik (nosiseptor) Nyeri
Neuropatik sering memiliki kualitas seperti terbakar,nyeri, atau seperti tersengat
listrik. Pasien dengan nyeri neuropatik menderita akibat instabilitas SSO. Nyeri
neuropatik dapat terjadi akibat lesi di SSP (nyeri sentral) atau kerusakan saraf perifer
(nyeri perifer).

LI.2 Memahami dan menjelaskan nyeri kepala


LO2.1 Definisi
Nyeri kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala
yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit (Kenneth, 2004). Struktur
cranium yang peka nyeri kepala adalah semua jaringan ekstrakranium, termasuk kulit
kepala, otot, arteri, dan periosteum tengkorak; sinus kranialis; sinus vena intrakranium
dan vena-vena cabangnya; bagian dari dura di dasar otak dan arteri di dalam dura; dan
nervus kranialis trigeminus, fasialis, vagus, dan glosofaringeus serta nrvus cervicalis (
C2 dan C3).
15

Apabila nyeri kepala melibatkan struktur-struktur di daerah infratentorium,


nyeri tersebut dari daerah oksipitalis kepala dan leher oleh akar saraf cervical atas.
Nyeri supratentorium dirasakan di bagian anterior kepala (daerah oksipital,
temporalis, dan parietalis) dan terutama diperantai oleh nervus trigeminus. (Kowalak,
2011).
Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala
yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit ( sumber : Neurology and
neurosurgery illustrated Kenneth). Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1
dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta
dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension
headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja
sebanyak 62,7 %
LO2.2 Etiologi
Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan:
1.

Vascular

2.

jaringan saraf

3.

gigi geligi,

4.

orbita,

5.

hidung dan

6.

sinus paranasal,

7. jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala.
Selain kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan
oleh stress dan perubahan lokasi (cuaca, tekanan, dll.)
Faktor Resiko
Gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau
nitrogliserin sublingual dan faktor genetic
Tension Type Headache (TTH)

16

Stress,

depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama,

kelelahan mata,

kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan

ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan


enkephalin.
Migren
(1) perubahan hormon (65,1%),

penurunan konsentrasi esterogen dan

progesteron pada fase luteal siklus menstruasi, (2) makanan (26,9%), vasodilator
(histamin seperti pada anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (tiramin seperti
pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada makanan (MSG), (3) stress (79,7%), (4)
rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan(38,1%) dan bau yang
menyengat baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, (5) faktor fisik seperti
aktifitas fisik yang berlebihan (aktifitas

seksual) dan perubahan pola tidur, (6)

perubahan lingkungan (53,2%), (7) alkohol (37,8%), (7) merokok (35,7%). Faktor
resiko migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga, wanita, dan usia muda.
Nyeri Kepala Cluster
Lebih sering pada pria usia dewasa muda (20-40 th). Pemicu adalah alkohol, stres
dan makanan tertentu.

LO2.3 Klasifikasi

17

Tension Type Headache (TTH)


Definisi nyeri kepala tipe tegang menurut kriteria Internatinal Headache
Society (IHS) adalah episode yang berulang dari nyeri kepala yang berlangsung
bermenit menit sampai berhari-hari. Nyerinya khas, menekan atau ketat dalam
kualitas, ringan atau sedang intensitasnya, umumnya bilateral lokasinya dan tidak
memberat dengan aktivitas fisik rutin, nausea biasanya tidak ada, tetapi fotofobi bisa
ditemukan.(1)
Istilah lain yang pernah digunakan untuk menyingkatkan gambaran klinis dari
tension headache adalah psychomyogenic headache, stress headache, ordinary
headache, idiopathic headache, dan psychogenic headache(2)
.
TTH dibagi 2 macam:
1. Episodik , jika serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari
dalam 1 tahun).
a. Nyeri kepala tipe tegang episodik disertai oleh gangguan otot perikranial.
b. Nyeri kepala tipe tegang episodik tidak disertai oleh gangguan otot
perikranial
Ciri-ciri TTH episodik:

18

Paling tidak terjadi 10 kali nyeri kepala yang memenuhi criteria


berikut; dimana nyeri kepala terjadi kurang dari 15 kali per bulan
Nyeri kepala berdurasi sekitar 30 menit 7 hari
Paling tidak dua dari karakteristik nyeri berikut terpenuhi:
o kualitas nyeri menekan (nonpulsatil)
o intensitas ringan atau sedang
o lokasi bilateral
o Tidak diperberat dengan aktivitas fisik rutin
Tidak ada mual atau muntah
Tidak terjadi Fotofobia dan fonofobia atau hanya ada satu di antaranya
tidak ada dugaan nyeri kepala tipe sekunder

2. Kronik, jika serangan minimal 15 hari perbulan selama paling sedikit 3 bulan
(180 hari dalam 1 tahun).
a. Short-duration, jika Serangan terjadi kurang dari 4 jam.
b. Long-duration, jika Serangan berlangsung lebih dari 4 jam.
Cirri-ciri TTH kronik:
Frekuensi rata-rata nyeri kepala lebih dari 15 hari per bulan selama
lebih dari 6 bulan dan memenuhi criteria berikut
Paling tidak 2 dari karakteristik nyeri berikut terpenuhi
o kualitas nyeri menekan (nonpulsatil)
o intensitas ringan atau sedang
o lokasi bilateral
o Tidak diperberat dengan aktivitas fisik rutin
19

Tidak ada mual atau muntah


Tidak terjadi Fotofobia dan fonofobia atau hanya ada satu di antaranya
tidak ada dugaan nyeri kepala tipe sekunder
Migren
Migren adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 72 jam.
Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat
dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah,

fotofobia dan

fonofobia. Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa aura,
dan migren kronik (transformed).
1.

Migren dengan aura adalah migren dengan satu atau lebih aura reversibel
yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi
batang otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur angsur
lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit kepala
mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit.

2. Migren tanpa aura adalah migren tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral
dan terkena pada periorbital.
3. Migren kronik adalah migren episodik yang tampilan klinisnya dapat berubah
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan berkembang

menjadi sindrom

nyeri kepala kronik dengan nyeri setiap hari.


Nyeri Kepala Cluster
Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering
terjadi pada pria dibanding wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnya terjadi
pada usia yang lebih tua dibanding dengan migraine. Nyeri pada sindrom ini terjadi
hemikranial pada daerah yang lebih kecil dibanding migraine, sering kali pada daerah
orbital, sehingga dikatakan sebagai klaster. Jika serangan terjadi, nyeri ini dirasakan
sangat berat, nyeri tidak berdenyut konstan selama beberapa menit hingga 2 jam.
Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Donnet, kebanyakan pasien mengalami
serangan dengan durasi 30 hingga 60 menit.

20

1. Nyeri kepala klaster episodik


Periode nyeri (klaster) terjadi sepanjang 7 hari sampai 1 tahun, klaster dipisahkan
oleh interval bebas nyeri yang berlangsung selama paling tidak 2 minggu. Umumnya,
satu klaster berlangsung selama 2 minggu sampai 3 bulan.
2. Nyeri kepala klaster kronik
Terjadi lebih dari satu tahun tanpa remisi, atau remisi bertahan kurang dari 2 minggu.
Nyeri kepala klaster kronik dibagi lagi menjadi nyeri kepala klaster kronik sejak
awitan dan nyeri kepala klaster kronik yang berkembang dari episodik
Nyeri kepala klaster kronik sulit ditangani dan resisten terhadap agen profilaksis
standar. Sebagai etiologi terjadinya nyeri kepala klaster, dipikirkan adanya
predisposisi genetic pada keluarga. Namun tidak ditemukan adanya pola pewarisan
tertentu.

LO2.4 Patofisiologi
Sakit Kepala Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung

jawab

memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut(Lance,2000) : (1) peregangan atau


pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau ekstrakranium, (2) traksi pembuluh
darah, (3) kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot), (3) peregangan
periosteum (nyeri lokal), (4) degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada
akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin
(peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin).
Tension Type Headache (TTH)

Saat ini penyebab yang paling mungkin terjadinya TTH dipercayai adalah
akibat sensitivitas neuronal yang abnormal dan fasilitasi nyeri, bukan
kontraksi otot abnormal. Berbagai studi menunjukkan bahwa TTH berasosiasi
dengan supresi eksteroseptif (ES2), serotonin platelet abnormal, dan
penurunan beta-endorfin likuor serebrospinal.
Nosisepsi miofasial ekstrakranial merupakan salah satu dari mekanisme nyeri
kepala tegang. Nyeri kepala tidak secara langsung berhubungan dengan
kontraksi otot, dan dipikirkan kemungkinan hipersensitivitas neuron pada

21

nucleus trigeminal kaudalis. Sensitisasi sentral tersebut dikarenakan adanya


input nosiseptif yang berkepanjangan yang dihasilkan dari jaringan miofasial
perikranial. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi mekanisme perifer dan
menimbulkan

peningkatan

aktivitas

otot

perikranial

atau

pelepasan

neurotransmitter pada jaringan miofasial. Sensitisasi sentral tersebut dapat


bertahan bahkan setelah factor pencetus awal telah dihilangkan sehingga
menimbulkan konversi dari nyeri kepala tegang episodik menjadi kronik.

Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini
adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat
antara

lain

m.

splenius

capitis,

m.

temporalis,

m.

masseter,

m.

sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator


scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala

ini

mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar
daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit
kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi
tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot
ataupun posisi tidur yang salah.
Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan
kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan
terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme yang akhirnya
akan menyebabkan nyeri.

Rasa nyeri di dalam kepala, seperti halnya nyeri di bagian lain, akan
dihantarkan ke korteks serebri oleh serabut-serabut saraf sensorik. Nyeri
kepala dapat mempunyai distribusi permukaan yang terlokalisasi atau terasa
menyeluruh (difus) di dalam kepala sebagai suatu kesatuan. Nervus yang
terutama terlibat:
1. Nervus Trigeminus atau nervus kelima yang mempersarafi wajah dan
bangunan di wajah, bagian dua per tiga anterior kulit kepala dan
periosteum di bawahnya di luar tulang tengkorak. Di dalam tengkorak,

22

nervus ini mempersarafi dura mater dan pembuluh-pembuluh darah


pada fossa anterior dan media di depan tentorium serebri.
2. Tiga nervus servikalis pertama yang mempersarafi bagian sepertiga
posterior kulit kepala serta periosteum dan muskulus trapezius di luar
tengkorak. Di dalam tengkorak, ketiga saraf ini mempersarafi dura
mater di sebelah posterior tentorium dan pembuluh-pembuluh darah
pada fossa posterior.
Migren
Patofisiologi Migren Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya
migren. Teori vaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah
otak berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual
dan menyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjuta dan menyebabkan fase nyeri
kepala dimulai. Teori cortical spread depression, dimana pada orang migrain nilai
ambang saraf menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlaku
shortlasting wave depolarization oleh pottasium-liberating depression (penurunan
pelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi neuron yang
memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan
aktivitas neuron ketika melewati korteks serebri.
Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya vasodilatasi akibat aktivitas
NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf trigeminus pada pembuluh
darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene related). CGRP akan berikatan
pada reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang pengeluaran mediator
inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga bekerja pada arteri
serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain
itu, CGRP akan bekerja pada post junctional site second order neuron yang bertindak
sebagai transmisi impuls nyeri
Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus
sereleus sehingga terjadi peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini juga
mengaktifkan nukleus dorsal rafe sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin.
Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan menyebabkan konstriksi dari
pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah di
otak akan merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang
maka dapat terjadi aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin maka akan
23

menyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial yang akan


menyebabkan nyeri kepala pada migren.
Cluster Headache
Patofisiologi nyeri kepala klaster yang masih banyak dianut sampai saat ini :
Focus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus
perikarotis. Pleksus ini mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus,
ganglia servikalis superior/SCG (simpatetik) dan ganglia sfenopalatinum/SPG
(parasimpatetik). Diperkirakan focus iritatif di dan sekitar pleksus membawa impulsimpuls ke batang otak dan mengakibatkan rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital
dan dahi
Hubungan polisinaptik dalam batang otak merangsang neuron-neuron dalam
kolumna intermediolateral sumsum tulang belakang (simpatetik) dan nucleus
salivatorius superior (parasimpatetik).
Serat-serat preganglioner dari nucleus-nukleus ini membawa impuls-impuls
untuk merangsang SCG (simpatetik) dan mengakibatkan sekresi keringat di dahi,
serta rangsangan pada SPG (parasimpatetik) untuk sekresi air mata (lakrimasi) dan air
hidung (rinorrhea).

LO2.5 Manifestasi Klinis


Migren

24

Nyeri kepala Cluster


1. Nyeri kepala yang dirasakan sesisi biasanya hebat seperti ditusuk tusuk pada
separuh kepala ; di sekitar, di belakang atau di dalam bola mata, pipi, lubang
hidung, langit langit, gusi dan menjalar ke frontal, temporal sampai ke
oksiput.
2. Nyeri kepala ini disertai gejala yang khas yaitu mata sesisi menjadi merah dan
berair, konjugtiva bengkak dan merah, hidung tersumbat, sisi kepala menjadi
merah panas dan nyeri tekan.
3. Serangan biasanya mengenai satu sisi kepala, tapi kadang kadang berganti
ganti kanan dan kiri atau bilateral.
4. Nyeri kepala bersifat tajam, menjemukan dan menusuk serta diikuti mual atau
muntah.
5. Nyeri kepala sering terjadi pada lanjut malam atau pagi dini hari sehingga
membangunkan pasien dari tidurnya.

Tension Type Headache (TTH)


Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang atau seperti
diikat sekeliling kepala.
Nyeri kepala terutama pada dahi, pelipis, belakang kepala atau leher.
Nyeri tidak berdenyut,tidak ada mual, fotofobia dan fonofobia.
Bila berlangsung lama pada perabaan dapat ditemukan daerah-daerah yang
membenjol keras berbatas tegas dan nyeri tekan.
Nyeri dapat menjalar sampai bahu.
Nyeri kepala tegang otot biasa berlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu
penuh.
Nyeri bisa dirasakan kadang kadang atau terus menerus.

25

Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan.
nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu.
Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah
bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri
kepala tipe ini tidak berdenyut.
Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia
mungkin saja terjadi.
Pasien juga mengalami fotofobia dan fonofobia.
Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang
sering terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan
menurun, palpitasi dan gangguan haid.

LO2.6 Diagnosis dan diagnosis banding


Anamnesis Umum

Usia timbulnya, syndrome yang benign seperti migraine, tensiontype headache


dan cluster headache biasanya mulai sebelum usia pertengahan.aneurisma,
tumor otak lebih banyak pada usia sekitar 35 tahun.

Lamanya & frekwensi nyeri kepala. Lamanya keluhan nyeri kepala pada
pasien dapat mengarahkan kepada kelainan neurologi yang progressive atau
suatu keganasan. Nyeri kepala hebat yang akut disertai dengan kehilangan
kesadaran atau tanda-tanda gangguan neurological fokal mengarah kepada
subaraknoid hemoragia atau meningitis. Nyeri kepala yang kronis misalnya
pada migraine atau tension type headache.

Sisi mana yang sakit. Tension type headache sering difuse dan bilateral.
Migraine dapat bilateral tapi lebih sering unilateral. Cluster headache selalu
unilateral

Kwalitas nyeri kepala. Kwalitas nyeri kepala sangat subyektif tergantung


pada keadaan psikologi pasien.

Saat timbulnya nyeri kepala. Cluster headache sering nyeri timbul pada saat

26

pasien tidur sehingga sering membangunkan pasien. Tumor otak dalam


ventrikel juga dapat menyebabkan nyeri kepala pada saat tidur.

Fenomena lain yang menyertainya seperti photofobia,phonofobia, gangguan


penglihatan, dizziness, kelemahan otot, febris.

Hal hal lain yang memperburuk nyeri kepala misalnya batuk.

Pemeriksaan Fisik Umum


1. Keadaan umum pasien & mentalnya.
2. Tanda tanda rangsangan meningeal
3. Pemeriksaan khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan
bentuk, nyeri tekan dan benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus
dan nyeri tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri temporalis superfisialis dan
arteri carotis komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorok, telinga,
mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap,
ditekankan pada fungsi saraf otak termsuk funduskopi, fungsi motorik,
sensorik serta koordinasi
Pemeriksaan Penunjang Umum
1. Ro foto kepala melihat struktur tengkorak
2. Ro foto servikal menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal
3. CT Scans/ MRI pada nyeri kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit
intrakranial (tumor, perdarahan subarachnoid, AVM dll)
4. EEG dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, tauma kepala
atau presinkop
5. Foto sinus paranasal melihat adanya sinusitis
6. Angiografi untuk kasus spesifik seperti aneurisma
7. LP infeksi, perdarahan intrakranial
8. EMG kontraksi otot yang terus menerus pada tengkuk, belakang dan depan
kepala
9. Labor pemeriksaan kimia darah
Tension Type Headache (TTH)

27

Anamnesis
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya dua dari
berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan sedang, (3)
lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai

mual

muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.


PF dan PP
Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH) Tidak ada uji spesifik untuk
mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan
kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT
scan kepala maupun MRI.
Migren
Anamnesis
Migren dg aura 3 dr 4 kriteria berikut: (1) migren dengan satu atau lebih aura
reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi
batang otak, (2) paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur angsur lebih
dari 4 menit, (3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, (4) sakit kepala mengikuti
aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit
Migren tanpa aura sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang
memenuhi
kriteria berikut :
(a) berlangsung 4 - 72 jam, (b) paling sedikit memenuhi dua dari :
(1) unilateral , (2) sensasi berdenyut, (3) intensitas sedang berat, (4) diperburuk oleh
aktifitas, (3) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
PF dan PP
Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain
( jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
Sakit Kepala Cluster
Anamnesis

28

Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh IHS adalah sebagai
berikut : (IHS,2005)
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal

selama 15 180 menit bila tidak di tatalaksana.


c. Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :

1. Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi


2. Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3. Edema ipsilateral kelopak mata
4. berkeringat pada bagian depan dan wajah ipsilateral
5. Ipsilateral miosis dan atau ptosis
6. Sensasi agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi dari 1 kali setiap hari berbeda hingga 8 kali

pada hari yang sama


e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain

Diagnosis Banding

Cedera serebrovaskular, arteritis temporalis, sinusitis, meningitis, perdarahan


subarachnoid, sakit kepala pasca trauma, sakit kepala karena rangsangan dingin, sakit
kepala yang diinduksi nitrat/nitrit, sakit kepala karena monosodium glutamat (MSG),
penyakit sendi temporo mandibular, athritis servikalis.

LO2.7 Tatalaksana
TTH

29

TERAPI FARMAKOLOGI
PENGOBATAN PROFILAKSIS
Meskipun sakit kepala NT umum dan berdampak besar pada masyarakat, sangat
sedikit studi yang terkontrol-baik dari pengobatannya yang telah dilakukan.
Tidak ada obat baru yang disetujui oleh FDA khususnya untuk pengobatan sakit
kepala tension. Namun, mengingat sifat kronis gangguan ini dan risiko
penggunaan berlebihan-obat-obatan sakit kepala pada pasien dengan sakit kepala
sering, terapi profilaksis tampaknya terjamin untuk kebanyakan pasien. Sejak
sakit kepala tension-type kronis adalah sebuah gangguan pengolahan nyeri
sentral, obat dengan sentral efek modulasi nyeri cenderung paling efektif.

Obat antidepresan
Antidepresan trisiklik obat pilihan untuk mencegah sakit kepala tensiontype kronis, dan beberapa daripadanya juga efektif sebagai profilaksis migrain.
Antidepresan diuji pada studi double-blind, dikontrol plasebo yang mencakup
amitriptyline, doxepin, dan maprotiline.
Amitriptyline mengurangi jumlah sakit kepala harian atau durasi sakit kepala
sekitar 50% pada sekitar sepertiga pasien dalam beberapa studi, meskipun studi
lain menemukan ini tidak lebih baik daripada placebo.
Pada anak dan pasien tua, dosis awal biasa amitriptyline (atau obat serupa)
adalah 10 mg pada waktu tidur. Pada dewasa, dosis awal biasa adalah 25 mg pada
waktu tidur. Dosis dapat ditingkatkan sampai hasil terapeutik diperoleh atau efek
samping tidak dapat ditoleransi. Antidepresan biasanya diberikan dari 4 sampai 6
minggu untuk bisa menunjukkan efek menguntungkan.
Antidepresan trisiklik lainnya mungkin juga efektif, sebagaimana disarankan
oleh pengalaman klinis, meskipun belum diteliti pada sakit kepala tensiontype kronis.

30

SSRI: fluoxetine, paroxetine, dan citalopram belum menunjukkan efikasi studiterkontrol. Obat ini sering digunakan, namun, karena mereka memiliki insiden
efek samping lebih rendah.

Relaksan otot
Cyclobenzaprine adalah relaksan otot struktural terkait dengan amitriptyline.
Pada 1972 studi double-blind, 10 dari 20 pasien menerima cyclobenzaprine
mengalami 50 % atau lebih perbaikan pada sakit kepala tension-type,
dibandingkan dengan 5 dari 20 pasien yang menerima plasebo. Dosis biasa
cyclobenzaprine adalah 10 mg pada waktu tidur.
Tizanidine, sebuah penghambat alfa-adrenergik, dilaporkan efektif untuk sakit
kepala tension typekronis pada percobaan plasebo-terkontrol tunggal. Dosis
biasanya dititrasi dari 2 mg pada waktu tidur hingga 20 mg per hari, dibagi
menjadi tiga dosis. Sedasi adalah efek samping paling umum dari agen ini.

Valproate
Valproate, antikonvulsi agonis asam gamma-aminobutyric (GABA), telah
dievaluasi untuk keberhasilannya pada migraine, dan sakit kepala harian
kronis. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah berat bertambah,
gemetaran, rambut rontok, dan mual.

Obat anti-inflamasi non steroid


Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID) secara luas diresepkan baik sebagai
terapi tambahan sakit kepala tension-type dan untuk profilaksis dari migraine.

31

Toksin botulinum
Suntikan toksin botulinum pada otot kepala dan leher ditemukan efektif untuk
meredakan sakit kepalatension-type kronis pada pasien.

TERAPI AKUT
Pengobatan akut sakit kepala tension-type harian sulit. NSAID mungkin
berguna sebagai analgesik untuk sakit kepala harian.
Relaksan otot seperti chlorzoxazone, orphenadrine sitrat, carisoprodol, dan
metaxalone umumnya digunakan oleh pasien dengan sakit kepala tensiontype kronis, tetapi belum terbukti efektif untuk melegakan nyeri akut.
Sumatriptan telah dievaluasi pada beberapa studi sakit kepala tension-type.
Obat ini tidak lebih efektif daripada plasebo untuk serangan akut pada pasien
dengan sakit kepala tension-type kronis; namun, sakit kepala tension-type
episodik berat pada pasien bersama dengan migraine tampaknya merespon
terhadap agen ini.
Agen untuk mencegah. Benzodiazepine, kombinasi butalbital, kombinasi kafein,
dan narkotika harus dihindari, atau gunakanlah obat-obatan tersebut dengan
kontrol yang cermat, karena risiko habituasi dan sakit kepala diinduksipengobatan.

TERAPI NON FARMAKOLOGI


Manajemen stres dengan menggunakan terapi perilaku-kognitif sama efektif
dengan menggunakan relaksasi atau biofeedback dalam mengurangi sakit
kepala tension-type.
Terapi non-farmakologi terutama berguna untuk pasien yang enggan untuk
minum obat karena efek samping sebelumnya dari obat-obatan, seiring masalah

32

medis, atau ada keinginan untuk hamil. Sementara biofeedback dan terapi
manajemen stres biasanya memerlukan rujukan ke psikolog.

Cluster Headache
a) Istirahat total dan mengurangi atau menghindari faktor pencetus

b) Abortif :
-

Oksigen

Ergotamin : Lebih dianjurkan dalam bentuk sublingual atau supositoris

: diberikan 7 liter per menit selama 10 15 menit

(sesuai dengan terapi migren)

c) Preventif
Yang dianjurkan adalah sbb :
Di bawah 30 tahun

: Metilsergid 2 mg tablet dengan dosis 4 8 mg sehari

dalam dosis terbagi selama 3 6 bulan.


30 -45 tahun : Prednison 5 mg tablet dengan dosis 4 mg sehari dalam dosis
terbagi selama 5 hari dan selanjutnya tapering off untuk 3 minggu.
Di atas 45 tahun : Litium karbonat dengan dosis permulaan 300 mg dan
perlahan lahan dinaikkan sampai 600 1200 mg sehari dalam dosis terbagi.
Zat ini sangat toksik bila kadarnya dalam darah melebihi 1,2 mg/dL .
(Harsono.2005)
Migraine
Pada saat serangan (abortif), obat yang digunakan al:
Analgesik biasa : aspirin dan parasetamol.
Non steroid anti-inflamatory drugs : ibuprofen,naproxen.
Ergotamine
Sumatriptan
Untuk profilaksis digunakan:
beta bloker : propanolol,metoprolol
33

calsium antagonis : verapmil, flunarisin


methylsergide, pizotifen dan amitriptilin

34

LO2.8 Komplikasi
Komplikasi dapat meliputi: kesalahan diagnosis, status migren, ketergantungan obat
dan perubahan gaya hidup.

LO2.9 Prognosis

35

Prognosis nyeri kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi
merujuk pada keadaan : (1) sakit kepala yang tiba-tiba dan timbul kekakuan di leher,
(2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit kepala setelah
terkena trauma mekanik pada kepala, (4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata
dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah
mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada anak.

LO2.10 Pencegahan
Pencegahan nyeri kepala adalah dengan mengubah pola hidup dengan cara mengatur
pola tidur yang sama setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanan sehat dan
teratur, kurangi stress, menghindari pemicu nyeri kepala yang telah diketahui. (Price,
2006)
LI.3 Memahami dan menjelaskan nyeri somatoform
LO3.1 Definisi
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala
fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan
penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius
untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau
gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan. (Kaplan, 1997)
Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa
factor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi
gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari
atau gangguan buatan.
LO3.2 Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam
transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan
metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non

36

dominan (Kapita Selekta, 2001).


Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid
dkk, 2005) :
1. Faktor-faktor Biologis Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh
genetis (biasanya pada gangguan somatisasi).
2. Faktor Lingkungan Sosial Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih
bergantung, seperti peran sakit yang dapat diekspresikan dalam bentuk
gangguan somatoform.
3. Faktor Perilaku. Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
o Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar
dari situasi

yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan

(keuntungan sekunder).
o Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit
o Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau
gangguan

dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan

kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran


akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.
4. Faktor Emosi dan Kognitif Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan
emosi dan kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
o Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda
dari adanya penyakit serius (hipokondriasis).
o Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari
impulsimpuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam
simtom fisik (gangguan konversi).
o Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin
merupakan suatu strategi self-handicaping (hipokondriasis).

Pada gangguan Somatisasi berhubungan dengan:

37

*Faktor Psikososial
Rumusan psikososial tentang penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala
sebagai sutu tipe komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban,
mengekspresikan emosi, atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau
keyakinan. Beberapa pasien dengan gangguan somatisasi berasal dari rumah yang
tidak stabil dan telah mengalami penyiksaan fisik. Faktor sosial, kultural dan juga
etnik mungkin juga terlibat dalam perkembangan gangguan somatisasi.
*Faktor Biologis
Faktor genetik dalam transmisi gangguan somatisasi dan adanya penurunan
metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Selain itu diduga terdapat regulasi abnormal sistem sitokin yang mungkin
menyebabkan beberapa gejala yang ditemukan pada gangguan somatisasi.
Pada gangguan hipokondriasis berhubungan dengan:
*Model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk
mendapatkan peranan sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang
tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.
*Varian dari gangguan mental lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan
berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan
kecemasan.
*Psikodinamika. Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang
lain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik.
Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan
yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri
sendiri (self-concern) yang berlebihan.
LO3.3 Klasifikasi
a. Gangguan Somatisasi
Gangguan somatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik yang
ditandai oleh banyaknya keluhan fisik/gejala somatik yang mengenai banyak sistem
organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya
karena

banyaknya

keluhan

dan melibatkaan

sistem

organ yang multiple

38

(gastrointestinal dan neurologis).

b. Gangguan hipokondriasis
Adalah keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa
seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk
keluhan yang dapat ditemukan. Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau
ketakutan bahwa simptom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu
penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung.
c. Gangguan nyeri menetap
Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan
faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. Pasien
sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang penyebabnya tidak dapat
ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya setelah suatu stres dan dapat hilang
dalam beberapa hari atau berlangsung bertahun tahun. Biasanya disertai penyakit
organik yang walaupun demikian tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan
nyerinya.
d. Gangguan konversi
Adalah suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh kehilangan atau
kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Simptom
fisik biasanya muncul tiba-tiba dalam situasi yang penuh tekanan. Tangan seorang
tentara dapat menjadi lumpuh saat pertempuran yang hebat, misalnya.
e. Gangguan dismorfik tubuh
Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) ditandai oleh kepercayaan
palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.
Orang dengan gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau
dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan waktu
berjam-jam untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang
ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, seperti
menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan, menarik diri secara sosial atau
bahkan diam di rumah saja, sampai pada pikiran-pikiran untuk bunuh diri.

39

LO3.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokter bahwa tidak ada kelainan
yang mendasari keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya
mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang menekan di
dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas
yang

berlebihan

dari

cabang

simpatis

sistem

saraf otonomik, yang dapat

dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simptom muncul dalam


bentuk yang lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada tangan atau kaki yang tidak
konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan
manifestasi di mana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita
penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan
(Nevid, 2005).
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa
perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 2003).
Gambaran keluhan gejala somatoform
Neuropsikiatri: kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik ;
saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya
Kardiopulmonal: jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati
Gastrointestinal: saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan
belum ada dokter yang dapat menyembuhkannya
Genitourinaria:saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan
pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa
Musculoskeletal: saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan
sepanjang waktu
Sensoris: pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan
kacamata tidak akan membantu
Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi,
40

hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi. (PPDGJ, 2003)


Gangguan somatisasi
1. Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketika
diperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu
memeriksakan diri.
2. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang umumnya,
misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur.
3. Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan
tersiksa/merana.
4. Berulang kali memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat,
dirawat di RS bahkan dilakukan operasi.
5. Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam
pernikahan.
Gangguan konversi
1. Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secara
fisiologis, pada sistem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat
gangguan/kelainan.
2. Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan total
pada tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti
ditusuk-tusuk, ketidakpekaan terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk
merasakan sensasi (anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak
dapat membau, suara hanya berbisik, dll.
3. Biasanya muncul tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untuk
menghindari beberapa aktivitas atau tanggungjawab.
4. Konsep Freud: energi dari insting yang di refleks berbalik menyerang dan
menghambat fungsi saluran sensorimotor.
5. Kecemasan dan konflik psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.
Hipokondriasis
1. Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinya
memiliki suatu penyakit fisik yang serius.
2. Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasi
terhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala,
41

berdebar-debar, kelelahan.
3. Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke
banyak dokter atau RS.
4. Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,
walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah
diyakinkan.
5. Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau aspek penting lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh
1. Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan
kekurangan dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran
tubuh).
2. Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stres, menghabiskan banyak
waktu, menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain,
keluar sekolah atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi
untuk operasi plastik
3. Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.
Gangguan nyeri
1. Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan
berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah
pemeriksaan yang intensif).
2. Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di
satu atau beberapa bagian tubuh.
3. Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan
dan aspek penting lainnya.
4. Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,
memperburuk rasa nyeri.
LO3.5 Diagnosis dan diagnosis banding
Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatisasi Menurut DSM-IV
42

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi
pada sembarangan waktu selama perjalanan gangguan :
1. Empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berhubungan dengan
sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya
kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum selama
menstruasi, selama berhubungan seksual atau selama miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal : riwayat sekurangnya dua gejala
gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain
dari selama kehamilan, diare atau intoleransi terhadap beberapa jenis
makanan)
3. Satu gejala seksual : riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau
reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi
erektil atau ejakulasi, mendtruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi
berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
4. Salah satu gejala pseudoneurologis : riwayat sekurangnya satu gejala
atau defisit yangmengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak
terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau
keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat, ssulit menelan atau
benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya
sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang,
amnesia, hilangnya kesadaran selain pingsan)
C. Salah (1) atau (2) :
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak
dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi umum medis yang
dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera,
medikasi, obat atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi umum medis, keluhan fisik atau gangguan sosial
atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang
diperkiraannya dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium
43

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada


gangguan buatan atau pura-pura)
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit
karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik
atau stressor lain
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (purapura)
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi umum medis atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak
terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat
diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit :

Dengan gejala atau defisit motorik

Dengan gejala atau defisit sensorik

Dengan kejang atau konvulsi

Dengan gambaran campuran

Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis


A. Perokupasi dengan ketakutan menderita atau ide bahwa ia menderita, suatu
penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap
gejala-gejala tubuh

44

B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat


dan penentraman
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti
gangguan delusional, tipe somatik) dan tidak terbatas pada kekhawatiran
tentang penampilan (seperti gangguan dimorfik tubuh)
D. Perokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan
F. Perokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan
umum, gangguan obsesif-komplusif, gangguan panik, gangguan depresi berat,
cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain
Sebutkan jika : dengan tilikan buruk : jika untuk sebagian besar waktu selama
episode berakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang
menderita penyakit serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh
A. Perokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit
anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.
B. Perokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial,pekerjaan atau fungsi penting lain.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya ketidakpuasaan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia
nervosa)
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
A. Nyerii pada satu tempat atau lebih tempat anatomis merupakan pusat
gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian khusus
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,
eksaserbasi atau bertahannya nyeri
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan,
45

atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.


Tuliskan seperti berikut : gangguan nyeri berhubungan dengan faktor
psikologis : faktor psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset,
keparahan, eksaserbasi dan bertahannya nyeri
Sebutkan jika :
Akut : durasi kurang dari 6 bulan
Kronis : durasi 6 bulan atau lebih
Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologis maupun
kondisi medis umum
Sebutkan jika :
Akut : durasi kurang dari 6 bulan
Kronik : durasi 6 bulan atau lebih

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan


A. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan,
keluhan gastrointestinal, atau saluran kemih)
B. Salah satu (1) atau (2) :
1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi umum medis yang diketahui atau oleh efek
langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat atau
alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik
atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah
melebihi apa yang diperkiraan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik atau temuan laboratorium.
C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain
46

D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan


E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood,
gangguan kecemasan, gangguan tidur atau gangguan psikotik)
F. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat

DIAGNOSIS MENURUT PPDGJ :


Gangguan Somatoform

Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang-ulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokternya bahwa
tidak ditemukan keluhan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga
menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara
keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang
dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan depresi.

Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai


kemungkinan penyebab keluhan-keluhannya yang menimbulkan frustasi dan
kekecewaan pada kedua belah pihak

Gangguan Somatisasi
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :

Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak


dapat dijelaskan atas dasar kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2
tahun

Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya

Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang


berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya

a. Gangguan Somatoform Tak Terinci

47

Pedoman diagnostik

Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi


gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak
terpenuhi

Kemungkinan ada ataupun tidaknya faktor penyebab psikologis belum jelas,


akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dan keluhan-keluhannya

b. Gangguan Hipokondrik
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kedua hal ini harus ada :

Keyakinan yang menetap adanya sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang


serius yang dilandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang
berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun
adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan
bentuk penampakan fisik

Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter
bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi
keluhannya.

c. Gangguan Otonomik Somatoform


Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :

Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat,


tremor, muka panas/flushing, yang menetap dan mengganggu

Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala
tidak khas)

Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya


gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ
tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun
penjelasan dari dokter

Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari
sistem atau organ yang dimaksud.

48

Karakter kelima : F45.30 = jantung dan sistem kardiovaskuler


F45.31 = saluran pencernaan bagian atas
F45.32 = saluran pencernaan bagian bawah
F45.33 = sistem pernafasan
F45.34 = sistem genito-urinaria
F45.35 = sistem atau organ lainnya

d. Gangguan Nyeri Somatoform Menetap


Pedoman diagnostik

Keluhan utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan
fisik

Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam
mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut

Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal


maupun medis, untuk yang bersangkutan.

e. Gangguan Somatoform Lainnya


Pedoman diagnostik

Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas
secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu

Tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan

Diagnosis Banding Gangguan Somatofom


a. Gangguan Somatisasi
Klinisi harus selalu menyingkirkan kondisi medis non-psikiatrik yang dapat
menjelaskan gejala pasien. Gangguan medis tersebut adalah sklerosis multiple,
miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik kronis. Selain itu juga harus dibedakan
dari gangguan depresi berat, gangguan kecemasan (anxietas), gangguan hipokondrik

49

dan skizofrenia dengan gangguan waham somatik.


b. Hipokondriasis
Kondisi medis nonpsikiatrik: khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang
tidak mudah didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati,
miastenia gravis, skerosis multiple, penyakit degeneratif pada sistem saraf, lupus
eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas.
c. Gangguan Konversi
Gangguan neurologis (seperti demensia, penyakit degeneratif), tumor otak, penyakit
ganglia basalis harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.
d. Gangguan Dismorfik Tubuh
Pada distorsi citra tubuh terjadi pada anoreksia nervosa, gangguan identitas jenis
kelamin, gangguan depresif, gangguan kepribadian narsistik, skizofrenia dan
gangguan obsesif-kumpulsif.
e. Gangguan Nyeri
Gangguan nyeri harus dibedakan dari gangguan somatoform lain, seperti nyeri pada
hipokondrial, nyeri pada konversi.

LO3.6 Tatalaksana
1. Terapi farmakologis : terapi yang diberikan untuk kasus dengan gangguan
somatoform bersifat simtomatik sesuai dengan keluhan somatik pasien dan
dapat berupa : analgetika, relaksan otot, antasida. Bila ditemuka n gejala
depresi : tambahkan anti depresan bila ditemukan gejala anxietas berikan anti
anxietas,
2. Psikoterapi suportif
3. Terapi remedial / edukatif
4. Terapi keluarga

50

Gangguan somatisasi ditatalaksana dengan ikatan terapeutik, perjanjian


teratur, dan intervensi krisis.
Penatalaksanaan untuk gangguan konversi adalah sugesti dan persuasi
dengan berbagai teknik. Strategi penatalaksanaan pada hipokondriasis
meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan psikoterapi.
Gangguan

dismorfik

tubuh

diterapi

dengan

ikatan

terapeutik,

penatalaksanaan stres, psikoterapi, dan pemberian antidepresan.


Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan
kembali tujuan terapi, dan pemberian antidepresan.
Antidepresan
Golongan
Anti depresan trisiklik

Mekanisme Kerja
Menghambat reuptake

Contoh
Amitriptilin, imipramin,

5-HT/NE secara tidak desipramin,


SSRIs

selektif
(selective Menghambat secara

serotonin

nortriptilin,

klomipramin
Fluoksetin, paroksetin,

selektif reuptake 5-HT

sertralin, fluvoksamin

reuptake inhibitors
Mixed
DA/NE Menghambat reuptake

Trazodon, nefazodon,

reuptake

DA/NE

secara

tidak mirtazapin, bupropion,

Inhibitor
MAO inhibitors

selektif
Menghambat aktivitas

maprotilin, venlafaksin
Phenelzine,

enzim MAO

tranylcypromine

LO3.7 Komplikasi
*komplikasi iatrogenik akibat prosedur diagnostik invasif / prosedur prosedur
operasi.
*ketergantungan pada substansi- substansi pengontrol yang diresepkan.

51

*kehidupan yang bergantung pada orang lain.


*suicide.
LO3.8 Prognosis
Prognosis pada gangguan somatoform sangat bervariasi, tergantung umur pasien
dan sifat gangguannya (kronik atau episodik). Umumnya, gangguan somatoform
prognosisnya baik, dapat ditangani secara sempurna. Sangat sedikit sekali yang
mengalami eksarsebasi, dapat bervariasi dari mild-severe dan kronis. Pengobatan
yang lebih awal dan menjadikan prognosis menjadi lebih baik. Secara independen
tidak meningkatkan risiko kematian. Kematian lebih disebabkan karena upaya bunuh
diri. (Kaplan, 1999)
LO3.9 Pencegahan

Tidak mudah stress

Jangan suka mengurung diri

Perbanyak aktivitas positif

Perbanyak beribadah

LI.4
Memahami dan menjelaskan pernikahan secara Islam
NILAI PERKAWINAN DALAM ISLAM
Dasar Hukum Islam tentang Pernikahan
Allah menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia
memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih antara pria dan wanita
merupakan fitrah manusia. Hubungan khusus antar jenis kelamin antara keduanya
terjadi secara alami karena adanya gharizatun nau (naluri seksual/berketurunan).
Sebagai sistem hidup yang paripurna, Islam pasti sesuai dengan fitrah manusia.
Karenanya Islam tidak melepaskan kendali naluri seksual secara bebas yang dapat
membahayakan diri manusia dan kehidupan masyarakat. Islam telah membatasi
hubungan khusus pria dan wanita hanya dengan pernikahan. Dengan begitu
terciptalah kondisi masyarakat penuh kesucian, kemuliaan, sangat menjaga
kehormatan setiap anggotanya, dan dapat mewujudkan ketenangan hidup dan
kelestarian keturunan umat manusia.
52

Tujuan Mulia Pernikahan dalam Islam


Islam memandang pernikahan bukan sebagai sarana untuk mencapai kenikmatan
lahiriah semata, tetapi bagian dari pemenuhan naluri yang didasarkan pada aturan
Allah (bernilai ibadah). Tujuannya sangat jelas, yaitu membentuk keluarga yang
sakinah (tenang), mawaddah (penuh cinta), dan rahmah (kasih sayang) (QS. Ar-Rum
[30] : 21). Dengan begitu, pernikahan akan mampu memberikan kontribusi bagi
kesatabilan dan ketentraman masyarakat, karena kaum pria dan wanita dapat
memenuhi naluri seksualnya secara benar dan sah. Berbeda dengan pandangan Barat
yang memandang interaksi dalam bentuk pernikahan adalah hal yang kolot dan
terbelakang. Dalam pandangan mereka, kalau dapat memenuhi hasrat seksualnya
dengan melacur, hidup bersama tanpa nikah, dan sebagainya, maka hal itu sah saja.
Akibatnya dalam tatanan masyarakat Barat, lembaga pernikahan telah runtuh dan
dipandang sebagai pembelenggu kebebasan. Wajar jika kemudian praktek perzinaan
secara

massal

(pelacuran),

perselingkuan,

perkosaan,

pelecehan

seksual,

homoseksualitas, lesbianisme, dan aborsi dianggap lumrah. Lebih dari itu, pernikahan
dalam Islam adalah bagian dari proses keberlangsungan generasi manusia secara
universal (QS. al-Hujurat [49] : 13). Kita dapat melihat, upaya sebagian manusia
untuk meruntuhkan dan menganggap rendah pernikaan, berujung pada kegoncangan
keluarga, orang takut atau kalau menikah takut punya anak, praktek aborsi marak.
Dalam level negara, kita lihat struktur kependudukan (demografis) suatu bangsa dapat
mengalami kekurangan atau minim anak dan generasi muda serta overload generasi
renta (kasus Perancis dan Jerman). Ini jelas berbahaya bagi kelangsungan negara
tersebut. Selain itu, tingginya angka perceraian mendorong maraknya pola orangtua
tunggal (single parent).

Memahami dan menjelaskan membina keluarga sakinah, mawaddah dan


warahmah
Kriteria Memilih Isteri
a. Beragama Islam dan shalehah (QS. Al-Nis/4: 34)
Rasul

Allh

SAW

bersabda,

Perempuan

dinikahi

karena

empat

faktor:

53

Pertama,

karena

harta;

Kedua,

karena

kecantikan;

Ketiga,

kedudukan;

dan Keempat, karena agamanya. Maka hendaklah engkau pilih yang taat beragama,
engkau pasti bahagia. (HR. Bukhriy dan Muslim).
b. Berasal dari keturunan yang baik-baik
Rasul Allh SAW bersabda, Jauhilah oleh kamu sicantik yang beracun!,
lalu sahabat bertanya: Wahai Rasul Allh, siapakah perempuan yang beracun itu?
jawab Rasul Allh,Perempuan yang cantik tapi berada dalam lingkungan yang
jahat. (HR. Dr al-Quthniy).
c. Masih perawan
Diriwayatkan dari Jabir, Rasul Allh SAW bersabda, Sesungguhnya Rasul Allh
telah berkata kepadanya : Hai Jabir, apakah engkau kawin dengan perawan atau
dengan janda? Jawab Jabir: Saya kawin dengan janda. Kata beliau kepada Jabir;


Mengapa engkau tidak menikahi perawan agar engkau bersenda gurau dengannya
dan ia bisa bersenda gurau denganmu.
Dalam riwayat lain disebutkan;

Engkau bisa menjadikan dia tertawa


dan dia bisa membuat engkau tertawa. (HR. Jamaah).
d. Carilah perempuan yang Sehat atau tidak Mandul
Rasul Allh SAW bersabda, Dari Muqil bin Yasar, katanya telah datang seorang
laki-laki kepada Nabi SAW. Kata laki-laki itu, Saya telah mendapat seorang
perempuan yang bangsawan dan cantik tapi hanya dia tidak beranak (mandul).
Baikkah saya kawin dengan dia ?. Jawab Nabi SAW, Jangan, kemudian laki-laki
itu datang untuk kedua kalinya dan Nabi tetap melarangnya. Kemudian pada kali
ketiga

laki-laki

itu

datang

lagi.

Nabi

bersabda:

Kawinlah dengan yang dikasihi dan berkembang menghasilkan keturunan (subur).


(HR. Abu Dud dan Al-Nasi).
e. Beraklak mulia, sopan santun, bertutur kata baik.

54

Kriteria Memilih Laki-Laki Calon Suami


a. Laki-laki yang beragama Islam dan shaleh (QS. Al-Nr/24: 3 dan 26).
b. Mempunyai kemampuan membiayai kehidupan Rumah Tangga (sesuai dengan
hadits Mutafaqq `alaihi y ma`syar al-syabb).
c. Cerdas dan Sehat (layak untuk berumah tangga, baik jasmani dan rohani)
d. Cakap Hukum (Baligh).
e. Berakhlak mulia, sopan santun, bertutur kata baik dan pandai bergaul di tengah
keluarga.

Keluarga Sakinah Sesudah Nikah


Setelah akad nikah dilaksanakan, suami isteri mempunyai hak dan kewajiban,
untuk mencapai tujuan perkawinan, membentuk keluarga bahagia dan kekal dalam
aturan syariat Islam, yang disebutkan dengan Rumahku adalah syorgaku.
Ada berapa resep untuk mewujudkan keluarga sakinah dan bahagia. Di antaranya :
1. Saling Mengerti antara Suami-isteri
Seorang suami atau isteri harus tahu latar belakang pribadi masing-masing.
Karena pengetahuan terhadap latar belakang pribadi masing-masing adalah sebagai
dasar untuk menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari sinilah seorang suami atau
isteri tidak akan memaksakan egonya. Banyak keluarga hancur, disebabkan oleh sifat
egoisme. Ini artinya seorang suami tetap bertahan dengan keinginannya dan begitu
pula isteri.
Seorang suami atau isteri hendaklah mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a). Perjalanan hidup masing-masing,

55

b). Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami isteri berbeda suku dan atau
daerah),
c). Kebiasaan masing-masing,
d). Selera, kesukaan atau hobi,
e). Pendidikan,
f). Karakter/sikap pribadi secara proporsional (baik dari masing-masing, maupun dari
orang-orang

terdekatnya,

seperti

orang

tua,

teman

ataupun

saudaranya,

dan yang relevan dengan ketentuan yang dibenarkan syari`at.


2. Saling Menerima
Suami isteri harus saling menerima satu sama lain. Suami isteri itu ibarat satu tubuh
dua nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna merah, si isteri suka warna putih,
tidak perlu ada penolakan. Dengan keredhaan dan saling pengertian, jika warna merah
dicampur dengan warna putih, maka akan terlihat keindahannya.
3. Saling Menghargai
Seorang suami atau isteri hendaklah saling menghargai:
a. Perkataan dan perasaan masing-masing
b. Bakat dan keinginan masing-masing
c. Menghargai keluarga masing-masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah
jembatan menuju terkaitnya perasaan suami-isteri.
4. Saling Memercayai
Jika suami isteri saling mempercayai, maka kemerdekaan dan kemajuan meningkat,
serta hal ini merupakan amanah Allh.
5. Saling Mencintai

56

Suami

isteri

saling

mencintai

akan

memunculkan

beberapa

hal

seperti,

lemah lembut dalam bicara, selalu menunjukkan perhatian, bijaksana dalam


pergaulan, tidak mudah tersinggung, dan perasaan (batin) masing-masing akan selalu
tenteram. Suami atau isteri harus selalu merawat dan memupuk lima saling di atas
untuk mencapai keluarga bahagia dan kekal beradasarkan Syariat Islam.
Tidak ada kata lebih indah, tentang hubungan suami-isteri, selengkap Firman Allah,
Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.
(QS. Al-Baqarah/2: 187).
Rasa damai dan tenteram hanya dicapai dengan saling mencintai. Maka rumah tangga
muslim punya ciri khusus, yakni bersih lahir baathin, tenteram, damai dan penuh
hiasan ibadah.



Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS.ar-Rum : 21).
Ayat ini memakai dua kosa kata secara berurutan, yakni mawaddah, dan rahmah.
Kedua-duanya berarti cinta, kasih dan sayang.
Mawaddah artinya cinta dan ghairah ketika masih usia awal dan saling ketertarikan
antara keduanya.
Rahmah adalah cinta, kasih sayang, kepedulian karena pengalaman dalam perjalanan
waktu dalam wadah ketenteraman (sakinah).
Cinta kasih yang tulus, dapat wujud jika memiliki rasa thaat dan kesadaran
mempertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Surat an-Nisa ayat 1 sudah cukup sebagai pegangan.


57

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Memahami dan menjelaskan perceraian secara Islam


Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak
membawa maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan
seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya
suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari
kebahagian berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi
dibenarkan.
Hukum talak
Hukum

Penjelasan
a) Jika perbalahan suami isteri tidak dapat didamaikan lagi

Wajib

b) Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumahtangga mereka
c) Apabila pihak kadi berpendapat bahawa talak adalah lebih baik
d) Jika tidak diceraikan keadaan sedemikian, maka berdosalah suami
a) Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas

Haram

b) Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi


c) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada menuntut harta pusakanya
d) Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekali gus atau talak satu tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih

Sunat

a) Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya


b) Isterinya tidak menjaga maruah dirinya

Makruh

Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia dan mempunyai pengetahuan agama

Harus

Suami yang lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid atau telah putus haidnya

Rukun talak
Perkara

Syarat

Suami

Berakal
Baligh

58

Dengan kerelaan sendiri


Isteri
Lafaz

Akad nikah sah


Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya
Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya

Dengan sengaja dan bukan paksaaan


Contoh lafaz talak
Talak sarih
Lafaz yang jelas dengan bahasa yang berterus-terang seperti Saya talak awak atau
Saya ceraikan awak atau Saya lepaskan awak daripada menjadi isteri saya dan
sebagainya.
Talak kinayah
Lafaz yang digunakan secara sindiran oleh suami seperti Pergilah awak ke rumah
mak awak atau Pergilah awak dari sini atau Saya benci melihat muka awak dan
sebagainya. Namun, lafaz kinayah memerlukan niat suaminya iaitu jika berniat talak,
maka jatuhlah talak tetapi jika tidak berniat talak, maka tidak berlaku talak.
Jenis talak
Talak raji
Suami melafazkan talak satu atau talak dua kepada isterinya. Suami boleh merujuk
kembali isterinya ketika masih dalam idah. Jika tempoh idah telah tamat, maka suami
tidak dibenarkan merujuk melainkan dengan akad nikah baru.
Talak bain
Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya.
Isterinya tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya
berkahwin lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya, setelah diceraikan suami
barunya dan telah habis idah dengan suami barunya.
Talak sunni
Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci dan tidak disetubuhinya
ketika dalam tempoh suci
Talak bidi
Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid atau ketika suci yang
disetubuhinya.
59

Talak taklik
Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya bersyarat dengan sesuatu sebab atau
syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka terjadilah
penceraian atau talak.
Contohnya suami berkata kepada isteri, Jika awak keluar rumah tanpa izin saya,
maka jatuhlah talak satu. Apabila isterinya keluar dari rumah tanpa izin suaminya,
maka jatuhlah talak satu secara automatik.
Ia juga boleh berlaku selepas akad nikah (ia dipraktikkan di Malaysia dan wajib oleh
semua pengantin lelaki untuk melafaznya), berkata, Jika saya menyeksa isteri saya
dengan sengaja, atau saya meninggalkan isteri saya selama empat bulan berterusan
dengan sengaja tanpa kerelaannya, dan jika ia mengadu kepada kadi atau naib kadi,
apabila disabitkan oleh kadi atau naib kadi maka jatuhlah talak satu ke atas isteri
saya.

Daftar Pustaka

Kaplan, H.I., Sadock B.J. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi ke-7. Jakarta.
Binarupa Aksara.

Mansjoer, A.A.,etc. (2004). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media


Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. (2003).


Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta.

Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta.

Kowalak, Jennifer P., William Welsh. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Uddin, Jurnalis. (2009). Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta. Fakultas


Kedokteran Universitas Yarsi.

Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta.

60

EGC.

Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta.
FKUI.

Maramis, W.F. (1997). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI. Surabaya.
Airlangga University Press.

F. Bear, Barry W. Connors, Michael A. (2007). Paradiso Neuroscience Exploring


the Brain third edition. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.

McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis. (2009). Nervous System disorders.


Current Medical Diagnosis and Treatment . San Fransisco. McGraw-Hill
Companies.

Lindsay, Kenneth W. (2004). Headache. Neurology and Neurosurgery. London.


Churchill Livingstone.

The International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition. Cephalalgia


(2004).

Yutzy SH. (2006). Somatization. In: Blumenfield M, Strain JJ, penyunting.


Psychosomatic Medicine. 1st ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins.

Khan AA, Khan A, Harezlak J, Tu W, Kroenke K. (2003). Somatic symptoms in


primary care: Etiology and outcome. Psychosomatics.

ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders)


available at http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc

http://www.akhlaqulkharimah.com

61

62

Anda mungkin juga menyukai