Kelompok B-14
KETUA
: Syurlia Putri
(1102011273)
(1102011275)
ANGGOTA
(1102011274)
: Talib
Tasdik Syadikin
(1102011276)
(1102011277)
Yunevialkha Alhafizhatul A
(1102011299)
(1102011300)
Zahra Puspita
(1102011301)
Zulfikar
(1102011303)
Skenario
SAKIT KEPALA MENAHUN
Perempuan 35 tahun berkonsultasi dengan dokter keluarga dengan keluhan sakit
kepala berulang sejak 2 tahun yang lalu. Sakit kepala seperti tertimpa beban berat dan
nyeri pada tengkuknya. Sakit kepala ini disertai dengan insomnia. Sakit kepala
berawal sejak pasien diceraikan oleh suaminya 2 tahun yang lalu dan harus berpisah
dari kedua orang anaknya. Oleh dokter pasien disarankan untuk berkonsultasi lebih
lanjut ke neurology dan psikiater. Neurology mengatakan bahwa pasien mengalami
nyeri kepala tipe tegang, sedangkan psikiater menyimpulkan bahwa pasien mengalami
nyeri somatoform (psikogenik). Walaupun ia sudah bercerai, ia tetap bertanggung
jawab untuk membimbing anaknya sesuai dengan prinsip keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah.
Kata Sulit
1. Insomnia : gangguan waktu tidur
2. Nyeri somatoform : gangguan yang bersifat psikologis tapi tampil dalam
bentuk gangguan fisik. Tanpa etiologi medis yang jelas
3. Nyeri kepala tipe tegang : serangan nyeri berulang yang berlangsung dalam
beberapa jam sampai hari. Sifat nyeri berupa rasa tertekan
4. Sakinah : ketenangan, kedamaian
5. Mawaddah : cinta dan harapan
6. Warahmah : kasih sayang, anugrah
Pertanyaan
1. Hubungan sakit kepala dengan insomnia ?
2. Yang menyebabkan sakit kepala tipe tegang ?
3. Kenapa sakit kepala berulang ?
4. Kenapa diagnosis berbeda ?
5. Kenapa dokter menyarankan konsultasi ke neurology dan psikiatri ?
6. Kenapa nyeri tengkuk ?
7. Kenapa psikiatri mendiagnosis nyeri somatoform ?
8. Bagaimana membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah ?
9. Hubungan perceraian dengan penyakit pasien ?
10. Apakah pengobatannya sama?
Jawaban
1. Sakit kepala mengganggu tidur pasien
2. Stress, otot sekitar kepala banyak berkontraksi
3. Masalah : menimbulkan gangguan psikis
4.
Hipotesis
Perceraian
Stress
Gangguan psikis
gangguan neurologis
Insomnia
nyeri kepala
Psikiater
neurolog
Pemeriksaan psikologi
pemeriksaan fisik
Nyeri somatoform
tatalaksana : analgesik
Tatalaksana : antidepresan
Sasaran Belajar
LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan fisiologi pusat dan jaras nyeri
LI.2 Memahami dan menjelaskan nyeri kepala
LO2.1 Definisi
LO2.2 Etiologi
LO2.3 Klasifikasi
LO2.4 Patofisiologi
LO2.5 Manifestasi Klinis
LO2.6 Diagnosis dan diagnosis banding
LO2.7 Tatalaksana
LO2.8 Komplikasi
LO2.9 Prognosis
LO2.10 Pencegahan
LI.3 Memahami dan menjelaskan nyeri somatoform
LO3.1 Definisi
LO3.2 Etiologi
LO3.3 Klasifikasi
LO3.4 Manifestasi Klinis
LO3.5 Diagnosis dan diagnosis banding
LO3.6 Tatalaksana
LO3.7 Komplikasi
LO3.8 Prognosis
LO3.9 Pencegahan
LI.4
LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan fisiologi pusat dan jaras nyeri
NEUROANATOMI NYERI
Sistem saraf manusia mengandung lebih dari 1010 saraf atau neuron.
Neuron merupakan unit structural dan fungsional system saraf
Sel saraf terdiri dari badan sel yang di dalamnya mempunyai inti sel,nukleus,
Mitokondria, Retikulum endoplasma, Badan golgi, di luarnya banyak terdapat
dendrit,kemudian bagian yang menjulur yang menempel pada badan sel yang
di sebut akson
Dendrit menyediakan daerah yg luas untuk hubungan dengan neuron lainnya.
Dendrit adalah serabut aferen karena menerima sinyal dari neuron-neuron lain
dan meneruskannya ke badan sel.
Pada akson terdapat selubung mielin,nodus ranvier,inti sel Schwan,butiran
neurotransmiter
Akson dengan cabang-cabangnya (kolateral), adalah serabut eferen karena
membawa sinyal ke saraf-saraf otot dan sel-sel kelenjar. Akson akan berakhir
pada terminal saraf yg berisi vesikel-vesikel yg mengandung neurotransmitter.
Terminal inilah yg berhubungan dengan badan sel, dendrit atau akson neuron
berikutya.
Sel saraf menurut bentuk dan fungsinya terbagi atas :
1. Sel saraf sensoris (neuron aferen)
Bentuknya berbeda dari neuron aferen dan interneuron, di ujung perifernya
terdapat reseptor sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap
rangsangan spesifik. Sel saraf ini menghantarkan impuls(pesan) dari reseptor ke
sistem saraf pusat,dendritnya berhubungan dengan reseptor(penerima rangsangan )
dan ujung aksonnya berhubungan dengan sel saraf asosiasi,
Klasifikasi reseptor sensoris menurut jenis stimulusnya yaitu :
Mekanoreseptor mendeteksi stimulus mekanis seperti nyeri,suara,raba
Termoreseptor mendeteksi perubahan temperatur seperti panas dan dingin
Sel Neuroglial
Biasa disebut glia yg merupaka sel penunjang tambahan pada SSP yg
berfungsi sebagai jaringan ikat Sel glial dapat mengalami mitosis selama rentang
kehidupannya dan bertanggungjawab atas terjadinya tumor system saraf.
IMPULS SARAF
Terjadinya impuls listrik pada saraf sama dengan impuls listrik yg
dibangkitkan dalam serabut otot Sebuah neuron yg tdk membawa impuls dikatakan
dalam keadaan polarisasi, dimana ion Na+ lebih banyak diluar sel dan ion K+ dan ion
negative lain lebih banyak dalam sel Suatu rangsangan (ex: neurotransmiter) membuat
membrane lebih permeable terhadap ion Na+ yang akan masuk ke dalam sel, keadaan
ini menyebabkan depolarisasi dimana sis luar akan bermuatan negative dan sisi
dalam bermuatan positif.
Segera setelah depolarisasi terjadi, membrane neuron menjadi lbih permeable
terhadap ion K+, yg akan segera keluar dari sel. Keadaan ini memperbaiki muatan
positif diluar sel dan muatan negatif di dalam sel, yg disebut repolarisasi. Kemudian
pompa atrium dan kalium mengmbalikan Na+ keluar dan ion K+ ke dalam, dan
neuron sekarang siap merespon stimulus lain dan mengahantarkan impuls lain.
Sebuah potensial aksi dalam merespon stimulus berlangsung sangat cepat dan dpt di
ukur dlm hitungan milidetik.sss Sebuah neuron tunggal mampu meghantarkan ratusan
impuls setiap detik
NEURO FISIOLOGI
Proses fisiologik
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat 4 proses
tersendiri : transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah
proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di
reseptor nyeri. Transmisi nyeri adalah melibatkan proses penyaluran impuls nyeri
dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis
dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak.
Modulasi nyeri adalah melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf decendens
dari otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis. Dan
terakhir persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga
dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
Reseptor nyeri dan stimulasinya
Kapasitas jaringan untuk menimbulkan nyeri apabila jaringan tersebut
mendapat rangsangan yang mengganggu bergantung pada keberadaan nosiseptor.
Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan
10
motorik
adalah
serat
sebagai
nosiseptor
menusuk, tajam,
dirasakan
detik
setelah
Traktus neospinotalamikus
Serat A yang mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal
lamina I (lamina marginalis) kornu dorsalis eksitasi second-order neurons dari
traktus spinotalamikus serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui
comisura anterior kolumn anterolatera l serat dari neospinotalamikus akan
berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2) nukleustalamus
bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian besar).
Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga
berakhirpada daerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima
akanmemungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut
diberikan.
2. Jalur Nyeri Lambat
Traktus Paleospinotalamikus
Mentransmisikan sinyal dari serat C + sedikit sinyal dari serat A lamina II dan III
(substansia gelatinosa) (+) beberapa neuron pendek yang area lamina V
columna anterolateral Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah satu tiga
areayaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon, (2) area
tektum dari mesensefalon, (3) regio abu abu dari peraquaductus yang
mengelilingiaquaductus Silvii dan sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan
langsungditeruskan ke talamus.
Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri.Dari area
batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal kearah atas
melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke areatertentu dari
hipotalamus dan bagian basal otak
Teori nyeri
1. Teori spesifisitas
2 prinsipnya yang masih sah adalah
1) reseptor somatosensorik adalah reseptor yang mengalami spesialisasi untuk
berespons secara optimal terhadap satu atau lebih tipe stimulus tertentu
2) Tujuan perjalanan neuron aferen primer dan jalu ascendens merupakan factor
kritis dalam membedakan sifat stimulus di perifer.
2. Teori, Pola, atau penjumlahan
12
13
peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia, dan
peradangan. Visera dipersarafi oleh dua rute : melalui saraf-saraf yang memiliki
fungsi autonom (jalur visera sejati), seperti saraf splanknikus, dan melalui saraf-saraf
spinal yang mempersarafi struktur somatic (jalur parietal). Nyeri visceral disalurkan
melalui serat simpatis dan parasimpatis SSO.
5. Nyeri Alih
Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri yang berasal dari slah satu daerah di
tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Teori konvergensi-proyeksi merupakan
teori yang menjelaskan tentang nyeri alih. Menurut teori ini, dua tipe aferen yang
masuk ke segmen spinal (satu dari kulit dan satu dari struktur otot dalam atau visera)
berkonvergensi ke sel-sel proyeksi sensorik yang sama (misalnya, sel proyeksi
spinotalamikus)
6. Nyeri Neuropati
Secara paradoks, kerusakan atau disfungsi SSP atau saraf perifer dapat
menyebabkan nyeri. Jenis nyeri ini disebut nyeri neuropatik atau deaferentasi. Nyeri
neuropatik berasal dari saraf perifer di sepanjang perjalanannya atau dari SSP karena
gangguan fungsi , tanpa melibatkan eksitasi reseptor nyeri spesifik (nosiseptor) Nyeri
Neuropatik sering memiliki kualitas seperti terbakar,nyeri, atau seperti tersengat
listrik. Pasien dengan nyeri neuropatik menderita akibat instabilitas SSO. Nyeri
neuropatik dapat terjadi akibat lesi di SSP (nyeri sentral) atau kerusakan saraf perifer
(nyeri perifer).
Vascular
2.
jaringan saraf
3.
gigi geligi,
4.
orbita,
5.
hidung dan
6.
sinus paranasal,
7. jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala.
Selain kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan
oleh stress dan perubahan lokasi (cuaca, tekanan, dll.)
Faktor Resiko
Gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau
nitrogliserin sublingual dan faktor genetic
Tension Type Headache (TTH)
16
Stress,
kelelahan mata,
progesteron pada fase luteal siklus menstruasi, (2) makanan (26,9%), vasodilator
(histamin seperti pada anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (tiramin seperti
pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada makanan (MSG), (3) stress (79,7%), (4)
rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan(38,1%) dan bau yang
menyengat baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, (5) faktor fisik seperti
aktifitas fisik yang berlebihan (aktifitas
perubahan lingkungan (53,2%), (7) alkohol (37,8%), (7) merokok (35,7%). Faktor
resiko migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga, wanita, dan usia muda.
Nyeri Kepala Cluster
Lebih sering pada pria usia dewasa muda (20-40 th). Pemicu adalah alkohol, stres
dan makanan tertentu.
LO2.3 Klasifikasi
17
18
2. Kronik, jika serangan minimal 15 hari perbulan selama paling sedikit 3 bulan
(180 hari dalam 1 tahun).
a. Short-duration, jika Serangan terjadi kurang dari 4 jam.
b. Long-duration, jika Serangan berlangsung lebih dari 4 jam.
Cirri-ciri TTH kronik:
Frekuensi rata-rata nyeri kepala lebih dari 15 hari per bulan selama
lebih dari 6 bulan dan memenuhi criteria berikut
Paling tidak 2 dari karakteristik nyeri berikut terpenuhi
o kualitas nyeri menekan (nonpulsatil)
o intensitas ringan atau sedang
o lokasi bilateral
o Tidak diperberat dengan aktivitas fisik rutin
19
fotofobia dan
fonofobia. Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa aura,
dan migren kronik (transformed).
1.
Migren dengan aura adalah migren dengan satu atau lebih aura reversibel
yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi
batang otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur angsur
lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit kepala
mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit.
2. Migren tanpa aura adalah migren tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral
dan terkena pada periorbital.
3. Migren kronik adalah migren episodik yang tampilan klinisnya dapat berubah
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan berkembang
menjadi sindrom
20
LO2.4 Patofisiologi
Sakit Kepala Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung
jawab
Saat ini penyebab yang paling mungkin terjadinya TTH dipercayai adalah
akibat sensitivitas neuronal yang abnormal dan fasilitasi nyeri, bukan
kontraksi otot abnormal. Berbagai studi menunjukkan bahwa TTH berasosiasi
dengan supresi eksteroseptif (ES2), serotonin platelet abnormal, dan
penurunan beta-endorfin likuor serebrospinal.
Nosisepsi miofasial ekstrakranial merupakan salah satu dari mekanisme nyeri
kepala tegang. Nyeri kepala tidak secara langsung berhubungan dengan
kontraksi otot, dan dipikirkan kemungkinan hipersensitivitas neuron pada
21
peningkatan
aktivitas
otot
perikranial
atau
pelepasan
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini
adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat
antara
lain
m.
splenius
capitis,
m.
temporalis,
m.
masseter,
m.
ini
mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar
daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit
kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi
tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot
ataupun posisi tidur yang salah.
Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan
kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan
terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme yang akhirnya
akan menyebabkan nyeri.
Rasa nyeri di dalam kepala, seperti halnya nyeri di bagian lain, akan
dihantarkan ke korteks serebri oleh serabut-serabut saraf sensorik. Nyeri
kepala dapat mempunyai distribusi permukaan yang terlokalisasi atau terasa
menyeluruh (difus) di dalam kepala sebagai suatu kesatuan. Nervus yang
terutama terlibat:
1. Nervus Trigeminus atau nervus kelima yang mempersarafi wajah dan
bangunan di wajah, bagian dua per tiga anterior kulit kepala dan
periosteum di bawahnya di luar tulang tengkorak. Di dalam tengkorak,
22
24
25
Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan.
nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu.
Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah
bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri
kepala tipe ini tidak berdenyut.
Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia
mungkin saja terjadi.
Pasien juga mengalami fotofobia dan fonofobia.
Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang
sering terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan
menurun, palpitasi dan gangguan haid.
Lamanya & frekwensi nyeri kepala. Lamanya keluhan nyeri kepala pada
pasien dapat mengarahkan kepada kelainan neurologi yang progressive atau
suatu keganasan. Nyeri kepala hebat yang akut disertai dengan kehilangan
kesadaran atau tanda-tanda gangguan neurological fokal mengarah kepada
subaraknoid hemoragia atau meningitis. Nyeri kepala yang kronis misalnya
pada migraine atau tension type headache.
Sisi mana yang sakit. Tension type headache sering difuse dan bilateral.
Migraine dapat bilateral tapi lebih sering unilateral. Cluster headache selalu
unilateral
Saat timbulnya nyeri kepala. Cluster headache sering nyeri timbul pada saat
26
27
Anamnesis
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya dua dari
berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan sedang, (3)
lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai
mual
28
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh IHS adalah sebagai
berikut : (IHS,2005)
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal
Diagnosis Banding
LO2.7 Tatalaksana
TTH
29
TERAPI FARMAKOLOGI
PENGOBATAN PROFILAKSIS
Meskipun sakit kepala NT umum dan berdampak besar pada masyarakat, sangat
sedikit studi yang terkontrol-baik dari pengobatannya yang telah dilakukan.
Tidak ada obat baru yang disetujui oleh FDA khususnya untuk pengobatan sakit
kepala tension. Namun, mengingat sifat kronis gangguan ini dan risiko
penggunaan berlebihan-obat-obatan sakit kepala pada pasien dengan sakit kepala
sering, terapi profilaksis tampaknya terjamin untuk kebanyakan pasien. Sejak
sakit kepala tension-type kronis adalah sebuah gangguan pengolahan nyeri
sentral, obat dengan sentral efek modulasi nyeri cenderung paling efektif.
Obat antidepresan
Antidepresan trisiklik obat pilihan untuk mencegah sakit kepala tensiontype kronis, dan beberapa daripadanya juga efektif sebagai profilaksis migrain.
Antidepresan diuji pada studi double-blind, dikontrol plasebo yang mencakup
amitriptyline, doxepin, dan maprotiline.
Amitriptyline mengurangi jumlah sakit kepala harian atau durasi sakit kepala
sekitar 50% pada sekitar sepertiga pasien dalam beberapa studi, meskipun studi
lain menemukan ini tidak lebih baik daripada placebo.
Pada anak dan pasien tua, dosis awal biasa amitriptyline (atau obat serupa)
adalah 10 mg pada waktu tidur. Pada dewasa, dosis awal biasa adalah 25 mg pada
waktu tidur. Dosis dapat ditingkatkan sampai hasil terapeutik diperoleh atau efek
samping tidak dapat ditoleransi. Antidepresan biasanya diberikan dari 4 sampai 6
minggu untuk bisa menunjukkan efek menguntungkan.
Antidepresan trisiklik lainnya mungkin juga efektif, sebagaimana disarankan
oleh pengalaman klinis, meskipun belum diteliti pada sakit kepala tensiontype kronis.
30
SSRI: fluoxetine, paroxetine, dan citalopram belum menunjukkan efikasi studiterkontrol. Obat ini sering digunakan, namun, karena mereka memiliki insiden
efek samping lebih rendah.
Relaksan otot
Cyclobenzaprine adalah relaksan otot struktural terkait dengan amitriptyline.
Pada 1972 studi double-blind, 10 dari 20 pasien menerima cyclobenzaprine
mengalami 50 % atau lebih perbaikan pada sakit kepala tension-type,
dibandingkan dengan 5 dari 20 pasien yang menerima plasebo. Dosis biasa
cyclobenzaprine adalah 10 mg pada waktu tidur.
Tizanidine, sebuah penghambat alfa-adrenergik, dilaporkan efektif untuk sakit
kepala tension typekronis pada percobaan plasebo-terkontrol tunggal. Dosis
biasanya dititrasi dari 2 mg pada waktu tidur hingga 20 mg per hari, dibagi
menjadi tiga dosis. Sedasi adalah efek samping paling umum dari agen ini.
Valproate
Valproate, antikonvulsi agonis asam gamma-aminobutyric (GABA), telah
dievaluasi untuk keberhasilannya pada migraine, dan sakit kepala harian
kronis. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah berat bertambah,
gemetaran, rambut rontok, dan mual.
31
Toksin botulinum
Suntikan toksin botulinum pada otot kepala dan leher ditemukan efektif untuk
meredakan sakit kepalatension-type kronis pada pasien.
TERAPI AKUT
Pengobatan akut sakit kepala tension-type harian sulit. NSAID mungkin
berguna sebagai analgesik untuk sakit kepala harian.
Relaksan otot seperti chlorzoxazone, orphenadrine sitrat, carisoprodol, dan
metaxalone umumnya digunakan oleh pasien dengan sakit kepala tensiontype kronis, tetapi belum terbukti efektif untuk melegakan nyeri akut.
Sumatriptan telah dievaluasi pada beberapa studi sakit kepala tension-type.
Obat ini tidak lebih efektif daripada plasebo untuk serangan akut pada pasien
dengan sakit kepala tension-type kronis; namun, sakit kepala tension-type
episodik berat pada pasien bersama dengan migraine tampaknya merespon
terhadap agen ini.
Agen untuk mencegah. Benzodiazepine, kombinasi butalbital, kombinasi kafein,
dan narkotika harus dihindari, atau gunakanlah obat-obatan tersebut dengan
kontrol yang cermat, karena risiko habituasi dan sakit kepala diinduksipengobatan.
32
medis, atau ada keinginan untuk hamil. Sementara biofeedback dan terapi
manajemen stres biasanya memerlukan rujukan ke psikolog.
Cluster Headache
a) Istirahat total dan mengurangi atau menghindari faktor pencetus
b) Abortif :
-
Oksigen
c) Preventif
Yang dianjurkan adalah sbb :
Di bawah 30 tahun
34
LO2.8 Komplikasi
Komplikasi dapat meliputi: kesalahan diagnosis, status migren, ketergantungan obat
dan perubahan gaya hidup.
LO2.9 Prognosis
35
Prognosis nyeri kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi
merujuk pada keadaan : (1) sakit kepala yang tiba-tiba dan timbul kekakuan di leher,
(2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit kepala setelah
terkena trauma mekanik pada kepala, (4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata
dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah
mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada anak.
LO2.10 Pencegahan
Pencegahan nyeri kepala adalah dengan mengubah pola hidup dengan cara mengatur
pola tidur yang sama setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanan sehat dan
teratur, kurangi stress, menghindari pemicu nyeri kepala yang telah diketahui. (Price,
2006)
LI.3 Memahami dan menjelaskan nyeri somatoform
LO3.1 Definisi
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala
fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan
penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius
untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau
gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan. (Kaplan, 1997)
Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa
factor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi
gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari
atau gangguan buatan.
LO3.2 Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam
transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan
metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non
36
(keuntungan sekunder).
o Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit
o Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau
gangguan
37
*Faktor Psikososial
Rumusan psikososial tentang penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala
sebagai sutu tipe komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban,
mengekspresikan emosi, atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau
keyakinan. Beberapa pasien dengan gangguan somatisasi berasal dari rumah yang
tidak stabil dan telah mengalami penyiksaan fisik. Faktor sosial, kultural dan juga
etnik mungkin juga terlibat dalam perkembangan gangguan somatisasi.
*Faktor Biologis
Faktor genetik dalam transmisi gangguan somatisasi dan adanya penurunan
metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Selain itu diduga terdapat regulasi abnormal sistem sitokin yang mungkin
menyebabkan beberapa gejala yang ditemukan pada gangguan somatisasi.
Pada gangguan hipokondriasis berhubungan dengan:
*Model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk
mendapatkan peranan sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang
tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.
*Varian dari gangguan mental lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan
berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan
kecemasan.
*Psikodinamika. Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang
lain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik.
Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan
yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri
sendiri (self-concern) yang berlebihan.
LO3.3 Klasifikasi
a. Gangguan Somatisasi
Gangguan somatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik yang
ditandai oleh banyaknya keluhan fisik/gejala somatik yang mengenai banyak sistem
organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya
karena
banyaknya
keluhan
dan melibatkaan
sistem
38
b. Gangguan hipokondriasis
Adalah keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa
seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk
keluhan yang dapat ditemukan. Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau
ketakutan bahwa simptom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu
penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung.
c. Gangguan nyeri menetap
Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan
faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. Pasien
sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang penyebabnya tidak dapat
ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya setelah suatu stres dan dapat hilang
dalam beberapa hari atau berlangsung bertahun tahun. Biasanya disertai penyakit
organik yang walaupun demikian tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan
nyerinya.
d. Gangguan konversi
Adalah suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh kehilangan atau
kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Simptom
fisik biasanya muncul tiba-tiba dalam situasi yang penuh tekanan. Tangan seorang
tentara dapat menjadi lumpuh saat pertempuran yang hebat, misalnya.
e. Gangguan dismorfik tubuh
Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) ditandai oleh kepercayaan
palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.
Orang dengan gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau
dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan waktu
berjam-jam untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang
ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, seperti
menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan, menarik diri secara sosial atau
bahkan diam di rumah saja, sampai pada pikiran-pikiran untuk bunuh diri.
39
berlebihan
dari
cabang
simpatis
sistem
berdebar-debar, kelelahan.
3. Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke
banyak dokter atau RS.
4. Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,
walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah
diyakinkan.
5. Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau aspek penting lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh
1. Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan
kekurangan dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran
tubuh).
2. Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stres, menghabiskan banyak
waktu, menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain,
keluar sekolah atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi
untuk operasi plastik
3. Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.
Gangguan nyeri
1. Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan
berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah
pemeriksaan yang intensif).
2. Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di
satu atau beberapa bagian tubuh.
3. Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan
dan aspek penting lainnya.
4. Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,
memperburuk rasa nyeri.
LO3.5 Diagnosis dan diagnosis banding
Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatisasi Menurut DSM-IV
42
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi
pada sembarangan waktu selama perjalanan gangguan :
1. Empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berhubungan dengan
sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya
kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum selama
menstruasi, selama berhubungan seksual atau selama miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal : riwayat sekurangnya dua gejala
gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain
dari selama kehamilan, diare atau intoleransi terhadap beberapa jenis
makanan)
3. Satu gejala seksual : riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau
reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi
erektil atau ejakulasi, mendtruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi
berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
4. Salah satu gejala pseudoneurologis : riwayat sekurangnya satu gejala
atau defisit yangmengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak
terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau
keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat, ssulit menelan atau
benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya
sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang,
amnesia, hilangnya kesadaran selain pingsan)
C. Salah (1) atau (2) :
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak
dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi umum medis yang
dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera,
medikasi, obat atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi umum medis, keluhan fisik atau gangguan sosial
atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang
diperkiraannya dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium
43
44
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang-ulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokternya bahwa
tidak ditemukan keluhan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga
menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara
keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang
dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan depresi.
Gangguan Somatisasi
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya
47
Pedoman diagnostik
b. Gangguan Hipokondrik
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kedua hal ini harus ada :
Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter
bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi
keluhannya.
Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala
tidak khas)
Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari
sistem atau organ yang dimaksud.
48
Keluhan utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan
fisik
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam
mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas
secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu
49
LO3.6 Tatalaksana
1. Terapi farmakologis : terapi yang diberikan untuk kasus dengan gangguan
somatoform bersifat simtomatik sesuai dengan keluhan somatik pasien dan
dapat berupa : analgetika, relaksan otot, antasida. Bila ditemuka n gejala
depresi : tambahkan anti depresan bila ditemukan gejala anxietas berikan anti
anxietas,
2. Psikoterapi suportif
3. Terapi remedial / edukatif
4. Terapi keluarga
50
dismorfik
tubuh
diterapi
dengan
ikatan
terapeutik,
Mekanisme Kerja
Menghambat reuptake
Contoh
Amitriptilin, imipramin,
selektif
(selective Menghambat secara
serotonin
nortriptilin,
klomipramin
Fluoksetin, paroksetin,
sertralin, fluvoksamin
reuptake inhibitors
Mixed
DA/NE Menghambat reuptake
Trazodon, nefazodon,
reuptake
DA/NE
secara
Inhibitor
MAO inhibitors
selektif
Menghambat aktivitas
maprotilin, venlafaksin
Phenelzine,
enzim MAO
tranylcypromine
LO3.7 Komplikasi
*komplikasi iatrogenik akibat prosedur diagnostik invasif / prosedur prosedur
operasi.
*ketergantungan pada substansi- substansi pengontrol yang diresepkan.
51
Perbanyak beribadah
LI.4
Memahami dan menjelaskan pernikahan secara Islam
NILAI PERKAWINAN DALAM ISLAM
Dasar Hukum Islam tentang Pernikahan
Allah menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia
memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih antara pria dan wanita
merupakan fitrah manusia. Hubungan khusus antar jenis kelamin antara keduanya
terjadi secara alami karena adanya gharizatun nau (naluri seksual/berketurunan).
Sebagai sistem hidup yang paripurna, Islam pasti sesuai dengan fitrah manusia.
Karenanya Islam tidak melepaskan kendali naluri seksual secara bebas yang dapat
membahayakan diri manusia dan kehidupan masyarakat. Islam telah membatasi
hubungan khusus pria dan wanita hanya dengan pernikahan. Dengan begitu
terciptalah kondisi masyarakat penuh kesucian, kemuliaan, sangat menjaga
kehormatan setiap anggotanya, dan dapat mewujudkan ketenangan hidup dan
kelestarian keturunan umat manusia.
52
massal
(pelacuran),
perselingkuan,
perkosaan,
pelecehan
seksual,
homoseksualitas, lesbianisme, dan aborsi dianggap lumrah. Lebih dari itu, pernikahan
dalam Islam adalah bagian dari proses keberlangsungan generasi manusia secara
universal (QS. al-Hujurat [49] : 13). Kita dapat melihat, upaya sebagian manusia
untuk meruntuhkan dan menganggap rendah pernikaan, berujung pada kegoncangan
keluarga, orang takut atau kalau menikah takut punya anak, praktek aborsi marak.
Dalam level negara, kita lihat struktur kependudukan (demografis) suatu bangsa dapat
mengalami kekurangan atau minim anak dan generasi muda serta overload generasi
renta (kasus Perancis dan Jerman). Ini jelas berbahaya bagi kelangsungan negara
tersebut. Selain itu, tingginya angka perceraian mendorong maraknya pola orangtua
tunggal (single parent).
Allh
SAW
bersabda,
Perempuan
dinikahi
karena
empat
faktor:
53
Pertama,
karena
harta;
Kedua,
karena
kecantikan;
Ketiga,
kedudukan;
dan Keempat, karena agamanya. Maka hendaklah engkau pilih yang taat beragama,
engkau pasti bahagia. (HR. Bukhriy dan Muslim).
b. Berasal dari keturunan yang baik-baik
Rasul Allh SAW bersabda, Jauhilah oleh kamu sicantik yang beracun!,
lalu sahabat bertanya: Wahai Rasul Allh, siapakah perempuan yang beracun itu?
jawab Rasul Allh,Perempuan yang cantik tapi berada dalam lingkungan yang
jahat. (HR. Dr al-Quthniy).
c. Masih perawan
Diriwayatkan dari Jabir, Rasul Allh SAW bersabda, Sesungguhnya Rasul Allh
telah berkata kepadanya : Hai Jabir, apakah engkau kawin dengan perawan atau
dengan janda? Jawab Jabir: Saya kawin dengan janda. Kata beliau kepada Jabir;
Mengapa engkau tidak menikahi perawan agar engkau bersenda gurau dengannya
dan ia bisa bersenda gurau denganmu.
Dalam riwayat lain disebutkan;
laki-laki
itu
datang
lagi.
Nabi
bersabda:
54
55
b). Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami isteri berbeda suku dan atau
daerah),
c). Kebiasaan masing-masing,
d). Selera, kesukaan atau hobi,
e). Pendidikan,
f). Karakter/sikap pribadi secara proporsional (baik dari masing-masing, maupun dari
orang-orang
terdekatnya,
seperti
orang
tua,
teman
ataupun
saudaranya,
56
Suami
isteri
saling
mencintai
akan
memunculkan
beberapa
hal
seperti,
57
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Penjelasan
a) Jika perbalahan suami isteri tidak dapat didamaikan lagi
Wajib
b) Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumahtangga mereka
c) Apabila pihak kadi berpendapat bahawa talak adalah lebih baik
d) Jika tidak diceraikan keadaan sedemikian, maka berdosalah suami
a) Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas
Haram
Sunat
Makruh
Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia dan mempunyai pengetahuan agama
Harus
Suami yang lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid atau telah putus haidnya
Rukun talak
Perkara
Syarat
Suami
Berakal
Baligh
58
Talak taklik
Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya bersyarat dengan sesuatu sebab atau
syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka terjadilah
penceraian atau talak.
Contohnya suami berkata kepada isteri, Jika awak keluar rumah tanpa izin saya,
maka jatuhlah talak satu. Apabila isterinya keluar dari rumah tanpa izin suaminya,
maka jatuhlah talak satu secara automatik.
Ia juga boleh berlaku selepas akad nikah (ia dipraktikkan di Malaysia dan wajib oleh
semua pengantin lelaki untuk melafaznya), berkata, Jika saya menyeksa isteri saya
dengan sengaja, atau saya meninggalkan isteri saya selama empat bulan berterusan
dengan sengaja tanpa kerelaannya, dan jika ia mengadu kepada kadi atau naib kadi,
apabila disabitkan oleh kadi atau naib kadi maka jatuhlah talak satu ke atas isteri
saya.
Daftar Pustaka
Kaplan, H.I., Sadock B.J. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi ke-7. Jakarta.
Binarupa Aksara.
Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta.
Kowalak, Jennifer P., William Welsh. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta.
60
EGC.
Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta.
FKUI.
Maramis, W.F. (1997). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI. Surabaya.
Airlangga University Press.
http://www.akhlaqulkharimah.com
61
62