Anda di halaman 1dari 34

2

BAB II
MATERI
A. KALKULUS
1. LIMIT FUNGSI
Konsep limit fungsi merupakan bagian yang sangat penting dalam
Kalkulus. Banyak konsep lain yang didasarkan pada konsep limit fungsi, seperti
konsep kekontinuan fungsi dan konsep turunan fungsi. Sehingga memahami
konsep limit fungsi dapat dikatakan sebagai pintu pembuka bagi pemahaman
konsep-konsep kekontinuan dan juga konsep turunan.
Secara intuitif, ide dari limit fungsi f pada suatu titik c adalah L, adalah
bahwa nilai f(x) akan dekat dengan L jika x dekat dengan c.
Definisi Limit Fungsi
Misal A_R. f : A R , ceR. L eR disebut limit dari f di c, jika untuk setiap c >0
, terdapat o>0, sehingga untuk sebarang |x c| < o , x di A, maka |f(x) L | < c.
Definisi ini seringkali disebut kriteria c-o dalam membuktikan limit fungsi
pada suatu titik tertentu. Inti langkah ini adalah jika diberikan sebarang c > 0,
harus dapat ditemukan o sehingga untuk sebarang x yang memenuhi |x c| < o
akan berakibat |f(x) k | < c jika memang benar limit fungsi f di titik c adalah L.
Selanjutnya jika L merupakan limit fungsi f di titik c, dikatakan f konvergen ke L
di titik c. Dan seringkali ditulis dalam symbol f L
c x
lim

= atau ) (
lim
x f L
c x
=
atau f(x)L , jika xc. Kemudian jika f tidak punya limit di titik c dikatakan f
divergen di c.
Dari definisi limit tersebut di atas kemudian muncul pertanyaan tentang
kemungkinan banyaknya nilai limit fungsi f pada suatu titik, tunggal atau bisa
lebih dari satu. Ternya limit fungsi di suatu titik ( jika ada ) haruslah tunggal ,
seperti hasil teorema berikut.
Teorema
Misal A_R. f : A R , ceR . Jika f punya limit di c, maka limitnya tunggal.
3
Dalam menunjukan limit suatu fungsi pada nilai yang ditunjuk dengan
dengan meggunakan criteria c-o memerlukan suatu teknik tertentu, walaupun pada
dasarnya adalah hanya menentukan besarnya o yang bergantung pada besarnya
c yang diberikan. Namun terdapat tipe-tipe fungsi yang harus menggunakan trik
tertentu dalam mendapatkan yang diinginkan. Seringkali harus disusun analisis
pendahuluan sebelum secara sistematik dilakukan langkah formalnya. Berikut
beberapa contoh cara menentukan besarnya o , dari c yang diberikan.
1. k k
c x
=

lim
.
Analisis Pendahuluan: Dalam hal ini dapat dimisalkan f(x) = k dan L=k. Sehingga
untuk nilai x manapun |f(x) k| adalah 0. Sehingga selalu lebih kecil dari
sebarang c yang diberikan. Hal ini tentu memudahkan pemilihan o, karena untuk
sebarang x yang memenuhi |x c| < o, untuk sebarang pilihan o akan berakibat
|f(x) k | < c .
Jadi Berdasarkan criteria c-o, yaitu jika diambil sebarang c > 0, dapat ditemukan
o sehingga untuk sebarang x yang memenuhi |x c| < o akan berakibat |f(x) k| <
c. Jadi dapat disimpulkan k k
c x
=

lim
.
2. c x
c x
=

lim
.
Bentuk fungsi ini lebih komplek dari contoh sebelumnya, karena jika dimisalkan
f(x) = x dan L=c, maka nilai |f(x) c | = x c. Sehingga pilihan o benar-benar
tergantung pada nilai c yang diberikan, tidak bisa sebarang lagi seperti contoh
terdahulu.
Analisis Pendahuluan: Jika diberikan sebarang c, dan harus ditemukan o sehingga
untuk nilai berlaku x yang memenuhi |x c| < o, harus dipenuhi |f(x) L | < c.
Perhatikan nilai |f(x) L | = |x c|, sehingga jika dipilih o=c, maka jika |x c | <
o, akan berakibat |f(x) L| < c, karena |f(x) L | = |x c|.
Sehingga prosedur formalnya adalah sebagai berikut. Ambil c>0 sebarang. Pilih
o=c , maka jika |x c | < o, akan berakibat |f(x) c|< c, karena |f(x) L | = |x c|.
4
3.
2 2
lim
c x
c x
=


Perhatikan bentuk fungsi f(x) = x
2
dengan L = c
2
pada contoh ini, tentunya
pembuktian nilai limitnya sama dengan c
2
tidak dapat dilakukan analog dengan
cara pembuktian terdahulu. Disini tampak bahwa bentuk |f(x) L | = |x
2
c
2
|
bentuknya lebih rumit dibangkan dengan bentuk pada contoh terdahulu.
Perhatikan bahwa |f(x) L | = |x
2
c
2
| = |x + c| |x c|, padahal akan dicari semua
nilai x yang memenuhi |x c| < o, harus dipenuhi |f(x) L | < c. Ini tidak bias
segera dilakukan karena |f(x) L | = |x
2
c
2
| , memuat factor dalam bentuk |x + c|
dan |x c| . Cara yang termudah adalah dengan membatasi nilai |x c| dengan
suatu nilai tertentu, kemudian kita dapatkan batas dari nilai | x + c| dan baru dicari
nilai o yang membatasi nilai |x c|.
Analisis Pendahuluan.
Ambil c > 0 sebarang. Akan dicari o>0 , sehingga untuk x yang memenuhi |x c|
< o, harus dipenuhi |f(x) L | <c. Sekarang batasi dahulu nilai |x c | misalkan
kurang dari 1( boleh nilai yang lain asalkan positif ). Selanjutnya dari |x c | <1,
diperoleh |x| s |c| + 1, sehingga |x+c| s |x| + |c| s 2|c| + 1.
Dari sini didapatkan jika |x c| < 1, akan dipenuhi |f(x) L | = |x
2
c
2
| = |x + c| |x
c| s ( 2|c| + 1 )|x c|. Sehingga dari bentuk terakhir ini , jika dikehendaki
bernilai kurang dari c > 0 yang diberikan, dapat dipilih nilai x sehingga |x c| <
1 | | 2 + c
c
. Akibatnya jika dipilih
)
`

+
=
1 | | 2
, 1 inf
c
c
o , maka jika |x c | < o, akan
berakibat |f(x) L| < c.
Berikut diberikan definisi operasi aljabar dua fungsi sebelum dibahas
teorema limit dari fungsi-fungsi yang telah dioperasikan secara aljabar.
Definisi
Misal A_R dan fungsi-fungsi f,g terdefinisi pada A ke R. Didefinisikan jumlah
f+g, selisih f g , dan hasil kali fg di A ke R sebagai fungsi berikut, (f+g)(x) = f(x)
+ g(x), (f g)(x) = f(x) g(x), (fg)(x) = f(x)g(x), untuk setiap x e A. Selanjutnya
5
jika beR , didefinisikan perkalian bf, sebagai fungsi (bf)(x) = bf(x) untuk setiap
xeA. Akhirnya, jika h(x)=0 untuk xeA, didefinisikan hasilbagi f/h sebagai fungsi
) (
) (
) (
x h
x f
x
h
f
=
|
.
|

\
|
untuk setiap xeA.
Berdasarkan definisi ini, dapat dikaji limit dari fungsi-fungsi yang didefinisikan
tersebut.
Teorema
Misal A_R dan fungsi-fungsi f,g terdefinisi pada A ke R, ceR titik cluster dari A
dan b eR.
1. Jika L f
c x
=

lim
dan M g
c x
=

lim
, maka M L g f
c x
+ = +

) (
lim
,
M L g f
c x
=

) (
lim
, LM fg
c x
=

lim
, bL bf
c x
=

lim

2. Jika h: AR, h(x)=0 untuk setiap xeA, dan H h
c x
=

lim
= 0, maka
H
L
g
f
c x
=

lim
.
3.
| | | |
n
f
c x
n
f
c x
lim lim


4. | | | |
n
f
c x
n
f
c x
1
lim
1
lim


5. Jika L f
c x
=

lim
, maka L f
c x
=

lim

6. Jika 0
lim
=

f
c x
, maka 0
lim
=

f
c x

7. Jika dipenuhi a s f(x) s b untuk setiap xeA, x=c, dan jika f
c x
lim

ada
maka a s f
c x
lim

s b
8. Jika dipenuhi g(x) s f(x) s h(x) untuk setiap xeA, x=c, dan jika g
c x
L
lim

=
h
c x
lim

= ada maka f
c x
lim

= L.


6
Limit di takhingga
Masalah lain yang muncul adalah adanya suatu fungsi yang dalam istilah
aljabar dikatakan mempunyai asimtot datar, yaitu fungsi-fungsi yang menuju
suatu bilengan real tertentu jika x menuju bilangan yang cukup besar ( x ),
seperti fungsi f(x) =
x
1
, jika x . Berikut definisi limitnya.
Definisi
Misal A_R, f : A R.
(a) Misalkan (a,) _A untuk suatu aeR. Suatu bilangan real L merupakan limit
dari fungsi f jika x , dan ditulis R L f
x
e =

lim
, jika untuk setiap c > 0,
terdapat bilangan asli K sedemikian sehingga untuk x > K, berlaku |f(x) L |
< c.
(b) Misalkan (-, b) _A untuk suatu beR. Suatu bilangan real L merupakan limit
dari fungsi f jika x -, dan ditulis R L f
x
e =

lim
, jika untuk setiap c>0,
terdapat bilangan aslik K sedemikian sehingga untuk x < K, berlaku |f(x) L |
< c.
Limit Fungsi Aljabar
Menentukan limit fungsi berbeda dengan membuktikan bahwa bilangan
yang ditunjuk merupakan limit dari suatu fungsi yang diberikan. Pada beberapa
fungsi nilai limit dapat ditentukan dengan cara menentukan nilai fungsi di titik
yang ditunjuk.(jika fungsi tersebut terdefinisi pada titik yang ditunjuk). Berikut ini
diberikan cara menentukan limit fungsi aljabar.
Menentukan Limit dengan memfaktorkan atau merasionalkan bentuk akar.
Cara ini digunakan untuk menentukan nilai limit fungsi aljabar yang
berbentuk fungsi rasional yaitu
) (
) (
) (
x h
x g
x f = pada titik c dan x-c merupakan
faktor dari fungsi g(x) maupun h(x). Bentuk fungsi f(x) dapat direduksi menjadi
fungsi yang tidak lagi memuat faktor x-c, sehingga limitnya sama dengan nilai
fungsinya.

7
Contoh:
2 ) 1 (
1
) 1 )( 1 (
1
1
lim lim lim
1 1
2
1
= + =

+
=


x
x
x x
x
x
x x x

Menentukan limit fungsi untuk x.
Untuk menentukan limit fungsi rasional untuk x, dapat dilakukan
dengan membagi pembilang dan penyebut dengan pangkat tertinggi dan
menggunakan fakta bahwa . 0
1
lim
=

x
x
Sehingga,
2
1
2
6 3
7 4
1
2 6 3
7 4
2 6 3
7 4
3
3
3
3
3
2
3
3 3
2
3
3
3 2
2 3
lim lim lim
=

+
=

+
=

+

x x
x x
x
x
x
x
x
x x
x
x
x
x x
x x
x x x

Limit Fungsi Trigonometri
Dalam menentukan limit fungsi trigonometri, salah satu hasil yang terkait dengan
limit fungsi trigonometri yang harus diingat adalah 1
sin
lim
0
=

x
x
x
dan
0
1 ) cos(
lim
0
=

x
x
x
.
Hasil ini ini diperoleh dengan memperhatikan fakta bahwa:
Dengan menggunakan ketaksamaan fungsi sinus dalam trigonometri, yaitu x -
6
1
x
3
s sin(x) s x untuk x>0, dan x s sin(x) s x -
6
1
x
3
, untuk x s 0, maka diperoleh
ketaksamaan x -
6
1
x
2
s (sin(x))/ x s 1. untuk setiap x=0. Selanjutnya karena
1 )
2
6
1
1 (
lim
0
=

x
x
, sehingga dapat disimpulkan bahwa 1
) sin(
lim
0
=

x
x
x
.
(Catatan: Beberapa buku menggunakan pendekatan sudut dalam membuktikan
masalah ini, untuk hasil 0
1 ) cos(
lim
0
=

x
x
x
dapat dilakukan dengan langkah
serupa). Sehingga, 2
sin
2
sin 2 sin
lim 2 lim lim
0 0 0
= = =

y
y
y
y
x
x
y y x

8
2. KEKONTINUAN PADA SUATU TITIK
Dalam pembahasan tentang limit fungsi, sama sekali tidak diperhatikan
keterdefinisian fungsi yang dimaksud pada titik yang dibicarakan keberadaan
limitnya. Dengan kata lain keberadaan limit fungsi tidak tergantung pada
keterdefinisian fungsi yang dimaksud pada titik tersebut. Selanjutnya pada kajian
kekontinuan fungsi, keterdefinisian fungsi yang dimaksud pada titik yang
dibicarakan menjadi syarat utama, karena Kekontinuan suatu fungsi pada suatu
titik adalah menguji apakah limit fungsi tersebut sama dengan nilai fungsi pada
titik tersebut. Sebelum lebih jauh mengkaji karakteristik fungsi-fungsi kontinu,
berikut disajikan definisinya.
Definisi Kekontinuan fungsi pada suatu titik
Misal A_R. f : A R , ce A. Fungsi f dikatakan kontinu di c, jika untuk setiap
c>0, terdapat o > 0 sedemikian sehingga untuk setiap xeA, dengan | x c | < o,
maka |f(x)-f(c)|< c.
Perhatikan bahwa dalam pembahasan kekontinuan fungsi f: AR pada titik c,
agar dipenuhi f
c x
c f
lim
) (

= , harus dipenuhi tiga hal yaitu (a) fungsi f harus


terdefinisi pada c, (b) limit fungsi f pada titik c ada di R, dan kedua nilai dari (a)
dan (b) sama.
1. Fungsi f(x) = k merupakan fungsi kontinu di R. Ini mudah dipahami
karena telah diketahui bahwa =

) (
lim
x f
c x
k k
c x
=

lim
, dan f(c) = k, untuk
sebarang c di R. Jadi f kontinu di R.
2. Fungsi f(x) = x merupakan fungsi kontinu di R. Seperti contoh diatas telah
diketahui =

) (
lim
x f
c x
c = f(c) , untuk sebarang c di R.
3. Fungsi f(x) = x
2
merupakan fungsi kontinu di R. Seperti contoh diatas
telah diketahui =

) (
lim
x f
c x
c
2
= f(c) , untuk sebarang c di R.
4. Fungsi
x
x f
1
) ( = kontinu pada himpunan A = {xeR| x>0} , tetapi tidak
kontinu di titik 0. Dari bahasan limit fungsi telah diketahui bahwa untuk
9
ce A = {xeR| x>0},
c x
c x
1 1
lim
=

. Sedangkan di titik 0, fungsi f(x) tidak


terdefinisikan. Jadi fungsi
x
x f
1
) ( = tidak kontinu di 0.
3. TURUNAN FUNGSI DAN PENERAPANNYA
Definisi Turunan
Misalkan I _ R suatu selang dan fungsi f : I R, dan ceI. Bilangan real L
disebut turunan fungsi f pada titik c jika untuk setiap bilangan c > 0 terdapat
bilangan o(c) > 0 sedemikian sehingga untuk setiap x e I dengan 0
<|xc|<o(c), berlaku
( ) ( )


<

L
c x
c f x f
.
Dalam hal ini kemudian seringkali dikatakan bahwa fungsi f differentiabel di titik
c, dan dan ditulis f (c) = L. Dengan pernyataan yang lain, turunan dari fungsi f di
c dinyatakan dalam bentuk limit sebagai ( )
( ) ( )
c x
c f x f
c x
c f


lim

= '

asalkan
limitnya ada.
Secara umum, notasi yang di gunakan untuk menyatakan turunan suatu
fungsi f adalah f atau Df. Sedangkan jika fungsi ditulis dalam bentuk y=f(x)
seringkali ditulis sebagai Dy atau
dx
dy
. Selanjutnya dengan menggunakan definisi
limit dapat ditentukan nilai turunan suatu fungsi pada suatu titik tertentu.
Pandang fungsi konstan < < = x k x f , ) ( , dengan k bilangan real. Untuk
titik c sebarang, c x
c x
c c
c x
c f x f
= =

, 0
) ( ) (
.
Akibatnya, 0 0 lim
) ( ) (
lim ) ( ' = =

=
c x c x
c x
c f x f
c f .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa f(x)=0.
Kemudian fungsi identitas < < = x x x f , ) ( .
Untuk titik c sebarang , 1
) ( ) (
=

c x
c x
c x
c f x f
asalkan x=c , akibatnya
1 1 lim
) ( ) (
lim ) ( ' = =

=
c x c x
c x
c f x f
c f
10
Demikian juga, misal < < = x x x f , ) (
3
maka
Untuk titik c sebarang ,
c x
c xc x c x
c x
c x
c x
c f x f

+ +
=

) )( ( ) ( ) (
2 2 3 3

= ,
2 2
c xc x + + asalkan x=c.
Akibatnya,
2 2 2
3 lim ) ( ' c c xc x c f
c x
= + + =

.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa f(x)=3x
2
. Akhirnya, jika 0 ,
1
) ( = = x
x
x f .
Untuk titik c sebarang,
xc c x xc
x
c x
c x
c x
c f x f 1
) (
) (
1 1
) ( ) (
=


asalkan x=c. Akibatnya,
2
1 1
lim ) ( '
c xc
x f
c x
= =

.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa f(x)=
2
1
x
.
Berikut ini teorema-teorema yang terkait dengan turunan fungsi.
Teorema
Misalkan I_ R suatu interval,kemudian misalkan ce I ,dan fungsi -fungsi f:I R
and g : I R adalah fungsi diferensiabel pada titik c , maka berlaku :
(a) Jika oeR , maka fungsi of diferensiabel pada titik c, dan ( ) ( ) ( ) c f c f ' ' o o =
(b) Fungsi jumlah f + g diferensiabel pada titik c, dan ( ) ( ) ( ) ( ) c g c f c g f ' ' ' + = +
(c) Fungsi hasilkali fg diferensiabel pada titik c, dan
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) c g c f c g c f c fg ' ' ' + =
(d) Jika fungsi g(c) = 0, maka fungsi hasil bagi f/g diferensiabel pada titik c,
dan
( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) |
.
|

\
|

=
|
|
.
|

\
|
2
' '
c g
c g c f c g c f
c
g
f

Berikut adalah rumus- rumus turunan fungsi.
1.
x
x
dx
d 1
) (ln =
2. a a a
dx
d
x x
ln . ) ( =
11
3.
x x
e e
dx
d
= ) (
4. x x
dx
d
cos ) (sin =
5. x x
dx
d
sin ) (cos =
6.
x
x
dx
d
2
cos
1
) (tan =
7.
x
ctgx
dx
d
2
sin
1
) ( =
8.
2
1
1
) (arccos ) (arcsin
x
x
dx
d
x
dx
d

= =
9.
2
1
1
) cot ( ) (
x
gx arc
dx
d
arctgx
dx
d
+
= =
Beberapa contoh Penggunaan Turunan
Perhatikan gambar berikut:








Garis l pada gambar di atas memotong kurva y = f(x) di titik P(x,f(x)) dan
Q(x+h,f(x+h). Jika titik Q bergerak sepanjang kurva mendekati P maka h
akan mendekati nol dan garis l akan menjadi garis g, yaitu garis singgung
kurva dititik P. Gradien garis l adalah
h
x f h x f ) ( ) ( +
, sedangkan
gradien garis g adalah
h
x f h x f
h
) ( ) (
lim
0
+

. Dari pembahasan
sebelumnya
h
x f h x f
h
) ( ) (
lim
0
+

merupakan turunan dari fungsi f yaitu


f(x).
l
P(x,f(x))
(x + h)
x
Y
X
Q(x+h,f(x+h))
h
g
y = f(x)
12
Jadi gradien garis singgung kurva y =f(x) di titik (x,f(x)) adalah
h
x f h x f
x f
h
) ( ) (
lim ) ( '
0
+
=


Sedangkan persamaan garis singgung kurva y =f(x) di titik (a,f(a)) adalah
) )( ( ' ) ( a x a f a f y = atau ) )( ( ' ) ( a x a f a f y + =
Sehingga untuk menentukan persamaan garis singgung kurva
5 4 2
2
= x x y di titik (2,-5) dapat dilakukan sebagai berikut.
Dari 4 4 ) ( ' 5 4 2 ) (
2
= = = x x f x x x f y , sehingga 4 ) 2 ( ' = f .
Diperoleh persamaan garis singgung kurva di titik (2,-5) adalah y=4x-18.
Untuk membahas penerapan turunan berikut didefinisikan tentang fungsi
naik dan fungsi turun, serta teorema terkait.
Definisi Fungsi Naik
Fungsi f dikatakan naik pada interval I jika untuk setiap dua bilangan
2 1
, x x di I dengan
2 1
x x < berlaku ) ( ) (
2 1
x f x f <
Definisi Fungsi Turun
Fungsi f dikatakan turun pada interval I jika untuk setiap dua bilangan
2 1
, x x di I dengan
2 1
x x < berlaku ) ( ) (
2 1
x f x f >
Teorema
Misalkan I interval terbuka
1. Jika 0 ) ( ' > x f untuk semua x di I, maka f naik pada I
2. Jika 0 ) ( ' < x f untuk semua x di I, maka f turun pada I
3. Jika 0 ) ( ' = x f untuk semua x di I, maka f konstan pada
Berdasarkan teorema tersebut diperoleh, fungsi
2
) ( x x f = naik pada
interval ) , 0 ( , karena untuk setiap x di ) , 0 ( , 0 2 ) ( ' > = x x f .
Sedangkan fungsi
2
) ( x x f = turun pada interval ) 0 , ( , karena untuk
setiap x di ) 0 , ( , 0 2 ) ( ' < = x x f .
Misalkan
0
x titik dalam domain f(x). Terdapat 4 keadaan yaitu:
1. ) (x f naik di
0
x jika 0 ) ( '
0
> x f
2. ) (x f turun di
0
x jika 0 ) ( '
0
< x f
3. 0 ) ( '
0
= x f
13
4. ) ( '
0
x f tidak ada (tak memiliki turunan di
0
x )
Dalam keadaan 3 dan 4,
0
x disebut sebagai titik kritis. Khusus
0 ) ( '
0
= x f ,
0
x disebut sebagai titik stasioner f(x).
Pada fungsi
2
3 ) ( x x f = , karena 0 ) ( ' = x f hanya dipenuhi oleh x = 0,
maka titik kritis hanyalah 0. Tepatnya x = 0 merupakan titik stasioner f(x).
Pada fungsi x x f = ) ( . ) 0 ( ' f tidak ada . Jadi x = 0 titik kritis namun
bukan titik stasioner.
Selanjutnya misal
0
x titik dalam domain fungsi f(x)
a. f(x) dikatakan mempunyai maksimum mutlak di
0
x jika
) ( ) (
0
x f x f s untuk setiap x dalam domain f(x).
b. f(x) dikatakan mempunyai minimum mutlak di
0
x jika
) ( ) (
0
x f x f > untuk setiap x dalam domain f(x).
c. f(x) dikatakan mempunyai maksimum lokal (relatif) di
0
x jika dan
hanya jika ) ( ) (
0
x f x f s untuk semua x yang dekat dengan
0
x .
d. f(x) dikatakan mempunyai minimum lokal (relatif) di
0
x jika dan
hanya jika ) ( ) (
0
x f x f > untuk semua x yang dekat dengan
0
x .
Teorema:
Jika f dan f ada pada setiap titik dalam selang terbuka (a, b) yang
memuat titik c, maka syarat perlu dan cukup supaya fungsi f mencapai
nilai ekstrim pada x = c adalah f(c) = 0 dan f(c) 0.
Jika f(c) < 0, maka f(c) adalah nilai maksimum.
Jika f(c) > 0, maka f(c) adalah nilai minimum.

4. ANTI TURUNAN
Pada bagian ini akan dibahas tentang konsep anti turunan (anti
derevatif), integral tak tentu dari suatu fungsi dan beberapa hal dasar yang
pada akhirnya membantu kita untuk menemukan teknik yang sistematik dalam
menentukan suatu fungsi jika derivatifnya diketahui.
Kita telah memahami bahwa:
.
x x x dx
d
x x
dx
d
x x
dx
d 1
)
1
( ; 2 ) 7 ( ; cos ) (sin
2

= = =
14
Jika A dan B adalah himpunan fungsi dan kita buat relasi derivatifnya adalah
dari A ke B, maka untuk beberapa fungsi di atas dapat diillustrasikan sebagai
berikut.






Dengan memperhatikan tabel di atas kita dapat mengatakan bahwa:
(1) adalah derivatif dari
(2) adalah derivatif dari
(3) adalah derivatif dari
Uraian diatas secara formal dapat dinyatakan dengan definisi berikut.
Fungsi F disebut anti derivatif dari fungsi pada suatu selang jika
pada selang itu.
Perhatikan bahwa, fungsi-fungsi semuanya
merupakan anti derivatif dari x 4 karena derivatif dari setiap fungsi itu adalah x 4 .
Demikian juga untuk sebarang konstanta c, merupakan anti derivatif dari
. Itu menunjukkan bahwa anti derivatif suatu fungsi tidak tunggal (lebih dari
sebuah).
Secara umum dinyatakan dengan teorema berikut ini.
Teorema Jika ) (x F anti derevatif dari ) (x f , maka untuk sebarang konstanta c,
c x F + ) ( juga anti derivatif dari ) (x f .
Teorema Jika ) (x F dan ) (x G anti derevatif dari ) (x f , maka c x F x G + = ) ( ) (
untuk suatu konstanta c.
Jika ) (x F adalah fungsi sehingga ) ( )] ( [ x f x F
dx
d
= , maka fungsi dengan bentuk
c x F + ) ( disebut anti derevatif dari ) (x f dan ditulis dengan
}
+ = c x F dx x f ) ( ) (
.(1)
Simbol
}
dibaca integral dan ) (x f disebut integran.
Pernyataan (1) dibaca integral tak tentu dari ) f x sama dengan ) (x F ditambah c.
Kata tak tentu menunjukkan bahwa hasilnya tak tentu (banyak fungsi yang
x cos x sin
x 2 7
2
x
x x
1
x
1
f ) ( ) (
'
x f x F =
t + +
2 2 2 2
2 , 11 2 , 3 2 , 2 x x x x
c x +
2
2
3
3
2
x



x x f sin ) ( =
7 ) (
2
= x x g
x
x h
1
) ( =
. . . ) ( = x t
A





x cos
x 2
x x
1
x x 2
3

B derivatifnya adalah

15
mungkin), c disebut konstanta pengintegralan. Untuk menyederhanakan
penulisan, seringkali dx dimasukkan pada integran.
Contoh,
}
dx . 1 ditulis dengan
}
dx dan
}
dx
x
2
1
ditulis dengan
} 2
x
dx
.
Sehingga kita dapat menulis:
}
+ = c x xdx
2
2 4 ,
}
+ = c x xdx sin cos ,
}
+ = c
x
dx
x x
1 1
,
}
+ = c x dx x
4 3
4 ,
}
+ = c x dx
x
ln
2
1
2
1
,
}
+ = c x dx
x 2
1
ln
2
1
2
1
,
}
+ = c x dx x 2 cos
2
1
2 sin ,
}
+ = c x dx x
2
cos 2 sin

Rumus pengintegralan dasar diberikan pada tabel berikut ini.
No Derivatif Anti Derivatif
1 1 ] [ = x
dx
d

}
+ = c x dx
2 ) 0 (
1
] [ln > = x
x
x
dx
d

}
+ = c x
x
dx
ln
3 ) 1 ( , ]
1
[
1
= =
+
+
n x
n
x
dx
d
n
n

}
+
+
=
+
c x
n
dx x
n n 1
1
1

4 x x
dx
d
cos ] [sin =
}
+ = c x dx x sin cos
5 x x
dx
d
sin ] cos [ =
}
+ = c x dx x cos sin
6
x x
e e
dx
d
= ] [
}
+ = c e dx e
x x

7
}
+ = c tgx dx
x
2
cos
1

8
}
+ = c ctgx dx
x
2
sin
1

Kita ingat kembali bahwa
}
dx x f ) ( berarti anti derevatif dari ). (x f
Dengan kata lain,
}
dx x f ) ( adalah fungsi yang derivatifnya adalah ). (x f Dengan
demikian kita memperoleh hasil
}
= ) ( ) ( x f dx x f
dx
d
.
Hasil ini membantu kita dalam membuktikan teorema berikut ini.
Teorema
(a) Jika c adalah konstanta, maka
} }
= . ) ( ) ( . dx x f c dx x f c
x
tgx
dx
d
2
cos
1
] [ =
x
ctgx
dx
d
2
sin
1
] [ =
16
(b)
} } }
+ = + dx x g dx x f dx x g x f ) ( ) ( ] ) ( ) ( [
Kita perhatikan bahwa ) ( ' . ) (
1
1
] ) (
1
1
[
1
x f x f
n
n
c x f
n dx
d
n n
+
+
= +
+
+

= ) ( ' . ) ( x f x f
n

Dengan demikian,
}
+
+
=
+
c x f
n
dx x f x f
n n 1
) (
1
1
) ( ' . ) ( .
Mengingat dx x f x df ) ( ' ) ( = , maka dapat dirumuskan



Dengan metode yang sama seperti di atas (analog), dapat dikembangkan formula
yang lebih umum berikut.
No Anti Derivatif
1
}
+ = c x f dfx ) (
2
}
+ = c x f
x f
x df
) ( ln
) (
) (

3
}
+
+
=
+
c x f
n
x df x f
n n 1
) (
1
1
) ( ) (
4
}
+ = c x f x df x f ) ( sin ) ( ) ( cos
5
}
+ = c x f x df x f ) ( cos ) ( ) ( sin
6
}
+ = c e x df e
x f x f ) ( ) (
) (
7
}
+ = c x tgf
x f
x df
) (
) ( cos
) (
2

8
}
+ = c x ctgf dx
x f
x df
) (
) ( sin
) (
2


5. INTEGRAL PARSIAL
Teknik lain sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat dilakukan
untuk menentukan integral tak tentu adalah dengan pengintegralan parsial. Teknik
ini didasarkan pada turunan hasil kali dua fungsi.
Misalkan maka x g v dan x f u ), ( ) ( = = | | ) ( ). ( ) ( ). ( ) ( ). (
, ,
x f x g x g x f x g x f
dx
d
+ =
.Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan di atas (dan menggunakan
Teorema 1.4) kita peroleh
} }
+ = dx x f x g dx x g x f x g x f ) ( ). ( ) ( ). ( ) ( ). (
, ,

1 ; ) (
1
1
) ( ) (
1
+
+
=
}
+
n c x f
n
x df x f
n n

17
Atau
} }
= dx x f x g x g x f dx x g x f ) ( ). ( ) ( ). ( ) ( ). (
, ,
.
Karena dx x g dv ) (
,
= dan dx x f du ) (
,
= , persamaan terakhir dapat ditulis sebagai
berikut.


Persamaan di atas sering kita sebut dengan Rumus Integral Parsial (bagian demi
bagian).
Untuk menentukan
}
dx x xcos , misalkan dx x xcos sebagai dv u . Salah satu
caranya adalah dengan memisalkan x u = dan dx x dv cos = . Dengan pemisalan
itu kita peroleh dx du = dan c x dx x v + = =
}
sin cos . Dengan rumus integral
parsial kita peroleh,
} }
+ = dx x c x x dx x x sin ) (sin . cos C x x x + + = cos sin . .
6. INTEGRAL TERTENTU
Konsep penting yang mengkaitkan Integral tak tentu dengan Integral tertentu
adalah suatu teorema yang seringkali disebut sebagai Teorema Dasar Kalkulus.
Teorema Dasar Kalkulus
Misalkan fungsi f kontinu pada [a, b] dan misalkan F sebarang anti turunan dari f,
maka
}
=
b
a
a F b F dx x f ) ( ) ( ) ( .
Sehingga,
}

3
1
2
) 2 ( dx x x =
(


2 3
3
1
3
1
x x
=
3
2
karena x x x f 2 ) (
2
= kontinu pada
[1,3] dan
2 3
3
1
) ( x x x F = anti turunan dari f.
Sedangkan
}
t
0
sin dx x =
| | x cos
0

t
=2 karena x x f sin ) ( = kontinu pada [0, t ] dan
anti turunan dari f adalah x x F cos ) ( = .
MENENTUKAN LUAS DAERAH BIDANG
Salah satu penggunaan integral tentu adalah untuk menentukan luas daerah
bidang. Tentu tidak semua daerah bidang dapat ditentukan luasnya dengan mudah.
Pada bagian ini kita akan membahas cara menentukan luas daerah bidang yang
dibatasi oleh beberapa kurva yang diketahui atau dapat ditentukan persamaannya.

} }
= du v v u dv u .

18
Luas daerah yang dibatasi ) (x f y = , garis a x = , garis b x = dan sumbu
X; b x untuk x f s s > 0 0 ) ( , adalah
}
=
b
a
dx x f L ) (
.
Luas daerah yang dibatasi oleh kurva 1
2
+ = x y , sumbu-X, garis 1 = x
dan 2 = x dapat dilakukan sebagai berikut.











} }

+ = =
2
1
2
1
2
) 1 ( dx x dx y L
=
(

x x
3
3
1
2
1
= 6
3
18
1
3
1
2
3
8
= =
|
.
|

\
|

|
.
|

\
|
+ .
Jika f bernilai negatif pada suatu sub interval [a,b], maka luas daerah D adalah
}
=
b
a
dx x f L ) (
Luas daerah yang dibatasi ) (x f y = , ) (x g y = ,garis a x = , garis b x = dan
sumbu Y adalah
dx x g x f L
b
a
}
= ) ( ) (


7. VOLUME BENDA PUTAR
Jika suatu daerah bidang datar diputar mengelilingi sebuah garis lurus,
maka akan terbentuk suatu benda putar. Garis tetap itu kita sebut sumbu
putar. Sebuah contoh jika daerah segitiga ABC diputar mengelilingi sisi AC maka
akan terbentuk kerucut (lihat gambar).


X
Y
b a
y=f(x)

C
B
A
19



Jika daerah lingkaran diputar dengan sumbu garis m maka akan terbentuk torus
(seperti ban).








Volume benda putar yang terjadi jika daerah yang dibatasi oleh kurva ) (x f y = ,
sumbu-X, garis a x = dan garis b x = diputar mengelilingi sumbu-X adalah:
}
=
b
a
dx y V
2
t

Sehingga volume benda putar V yang terbentuk jika daerah yang dibatasi oleh
kurva x y = , sumbu X dan garis 4 = x diputar mengelilingi sumbu X adalah,
V = ( )
} }
=
4
0
2
4
0
xdx dx x t t = t t 8
2
2
1
4
0
=
(

x
.
Kemudian volume benda putar V yang terbentuk jika daerah yang dibatasi oleh
kurva
3
x y = , sumbu Y dan garis 3 = y diputar mengelilingi sumbu Y adalah,
V = ( )
} }
=
3
03
3
2
2
3
0
3
dy y dy y t t =
5
9 9
3
5
3
3
0
5
3
t t =
(
(

y
.











m
20



B. TRIGONOMETRI
Trigonometri sebagai suatu metode dalam perhitungan untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan-perbandingan pada
bangun geometri, khususnya dalam bangun yang berbentuk segitiga. Pada
prinsipnya trigonometri merupakan salah satu ilmu yang berhubungan dengan
besar sudut, Trigonometri berasal dari bahasa Yunani, dimana terdiri dari dua
buah kata yaitu trigonom berarti bangun yang mempunyai tiga sudut dan sisi
(segitiga) dan metrom berarti suatu ukuran. Dari arti dua kata di atas, trigonometri
dapat diartikan sebagai cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang
perbandingan ukuran sisi suatu segitiga apabila ditinjau dari salah satu sudut yang
terdapat pada segitiga tersebut. Dalam mempelajari perbandingan sisi-sisi segitiga
pada trigonometri, maka segitiga itu harus mempunyai tepat satu sudutnya (90
0
)
artinya segitiga itu tidak lain adalah segitiga siku-siku.
1. SATUAN SUDUT
Sebuah sudut dihasilkan oleh putaran sebuah sinar terhadap titik pangkalnya.
Terdapat beberapa satuan untuk menyatakan besar sudut :
- Derajat siksagesimal, dimana satu putaran penuh dibagi menjadi 360 bagian
yang sama. Setiap bagian disebut 1
0
. Sehingga satu putaran penuh = 360
0

- Radian.
Satu radian adalah besarnya sudut yang menghadap busur lingkaran yang
panjangnya sama dengan jari-jari.
Z AOB = 1 rad
Hubungan radian dengan derajat
360 =
r
r t 2
rad
= 2t rad
180 = t rad
r
r
O
A
B
21
pendekatan 1 rad = 57,3.


2. PERBANDINGAN TRIGONOMETRI PADA SEGITIGA SIKU-SIKU
Gambar di samping adalah segitiga siku-siku
dengan titik sudut sikunya di C. Panjang sisi
di hadapan sudut A adalah a, panjang sisi di
hadapan sudut B adalah b, dan panjang sisi di
hadapan sudut C adalah c.

Terhadap sudut o:
Sisi a disebut sisi siku-siku di depan sudut o
Sisi b disebut sisi siku-siku di dekat (berimpit) sudut o
Sisi c (sisi miring) disebut hipotenusa
Berdasarkan keterangan di atas, didefinisikan 6 (enam) perbandingan trigonometri
terhadap sudut o sebagai berikut:
1.
2.
c
b
= =
hipotenusa panjang
A sudut (berimpit) dekat di siku - siku sisi panjang
oso c
3.
b
a
= =
A sudut dekat di siku - siku sisi panjang
A sudut depan di siku - siku sisi panjang
tan o
4.
5.
b
c
= =
A sudut dekat di siku - siku sisi panjang
hipotenusa panjang
o sec
6.
a
c
= =
A sudut depan di siku - siku sisi panjang
A sudut dekat di siku - siku sisi panjang
cot o
Dari perbandingan tersebut dapat pula ditulis rumus:


a
c

sudut

depan

di

siku - siku

sisi

panjang
hipotenusa

panjang

csc
c
a

hipotenusa

panjang
sudut

depan

di

siku - siku

sisi

panjang

sin
A
B
C
o

c
a
b
Gb. 1. perbandingan trigonometri
o
o
o
cos
sin
tan =
o
o
o
sin
cos
cot =
o
o
cos
1
sec =
o
o
sin
1
csc =

22



3. KOORDINAT KARTESIUS DAN KOORDINAT KUTUB
Cara lain dalam menyajikan letak sebuah titik pada bidang xy selain koordinat
kartesius adalah dengan koordinat kutub.





Pada gambar A titik P(x,y) pada koordinat kartesius dapat disajikan dalam
koordinat kutub dengan P(r, o) seperti pada gambar B.
Jika koordinat kutub titik P(r, o) diketahui, koordinat kartesius dapat dicari
dengan hubungan:
r
x
= o cos o = cos r x
sehingga koordinat kutubnya
adalah P(
o o sin , cos r r
)


r
y
= o sin o = sin r y
4. NILAI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI UNTUK SUDUT
ISTIMEWA
Sudut istimewa adalah sudut yang perbandingan trigonometrinya dapat dicari
tanpa memakai tabel matematika atau kalkulator, yaitu: 0, 30, 45,60, dan
90. Sudut-sudut istimewa yang akan dipelajari adalah 30, 45,dan 90.
Untuk mencari nilai perbandingan trigonometri sudut istimewa digunakan
lingkaran satuan x
2
+ y
2
= 1 seperti gambar berikut ini.
a. Sudut 45
0

Perhatikan segitiga OAB dengan ZOAB= 45
0
,maka :
OA=OB
OA
2
+ OB
2
= OC
2

y
x
X
Y
P(x,y)
O
Gb.A koordinat kartesius
-
y
x
X
Y
P(r, o)
r
o
O
Gb.B. koordinat kutub
-
O
B
A
Y
X
45
O
23
OA
2
+ OA
2
= r
2

2OA
2
= 1
OA
2
= OA = = OB
Sehingga koordinat P( x,y) adalah (

b. Sudut 30
0

Perhatikan segitiga sama sisi yang terbentuk, yakni segitiga OAB, dan C
terletakpada AB. dengan sudut COB = 30
o
. Segitiga OAB adalah segitiga
sama sisi dengan r =1, CB=CA= dan OC= 3
2
1
.

Sehingga P(x,y) adalah )
2
1
, 3
2
1
( P

2
1
0 3 sin =
3
2
1
0 3 cos =
3
3
1
3
1
30 tan = =
Tabel nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut istimewa.

o 0

30 45 60 90
sin o 0

3
2
1
1
cos o 1 2
2
1

2
1
0
tan o 0 3
3
1
1 3
tak
terdefinisi
cot o
tak
terdefinisi
3
1 3
3
1
0

2
1
3
2
1
2
2
1
O
B
C
Y
X
30
O
30
O

A
24



Gambar grafik :




5. PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SUATU SUDUT DI BERBAGAI
KUADRAN
P adalah sembarang titik di kuadran I dengan
koordinat (x,y). OP adalah garis yang dapat berputar
terhadap titik asal O dalam koordinat kartesius,
y
x
X
Y
P(x,y)
r
o
1


O
y=sin x
y= cos x
y= tangent x
25
sehingga ZXOP dapat bernilai 0 sampai dengan 90. Perlu diketahui bahwa
r y = + =
2 2
x OP dan r > 0
Berdasarkan gambar di atas keenam perbandingan trigonometri baku dapat
didefinisikan dalam absis (x), ordinat (y), dan panjang OP (r) sebagai berikut:
1.
r
y
= =
OP panjang
P ordinat
sin
4.
y
r
= =
P ordinat
OP panjang
csc

2.
r
x
= =
OP panjang
P absis
cos 5.
x
r
= =
P absis
OP panjang
sec

3.
x
y
= =
P absis
P ordinat
tan 6.
y
x
= =
P ordinat
P absis
cot
Dengan memutar garis OP maka Z XOP = o dapat terletak di kuadran I, kuadran
II, kuadran III atau kuadran IV, seperti pada gambar di bawah ini.












Sedangkan untuk mencari besar sudut jika diketahui harga sinus, cosinus atau
perbandingan trigonometri yang lain maka kita dapat mencarinya dengan Invers
Fungsi Trigonometri
Perhatikan y = Cos x
Misalkan x = t/3 maka y = Cos t/3 =
Ini berarti untuk setiap nilai x maka nilai y adalah tunggal
Misalkan y = maka x = t/3 + k.360 atau
Gb. titik di berbagai kuadran
y
x
X
Y
P(x,y)
r
o
1

O
y
x
X
Y
P(x,y)
r
o
2

O
y
x
X
Y
r
P(x,y)
o
3

O
y
x
X
Y
r
P(x,y)
o
4

O
26
x = - (t/3) + k.360
Ini berarti bahwa jika y diketahui maka ditemukan lebih dari satu nilai x
y = Cos x : bila kita ingin menyatakan x dalam y maka :
x = Sudut yang nilai Cosinusnya y
x = Arcus Cosinus y
x = Arc Cos y atau x = Cos
-1
y
Jadi untuk sudut x`dalam radian,
f = {(x,y) , y = Cos x, x eR} : merupakan fungsi dari R R, tetapi
f
-1
= { (y,x) , x = Cos
-1
y ; -1 s y s 1 , y eR} adalah Invers dari f atau relasi
Siklometri
Bagaimana menjadikan f
-1
sebagai fungsi ??
Caranya adalah dengan membatasi daerah hasilnya.
Apabila daerah hasil relasi siklometri dibatasi maka relasi siklometri dapat
menjadi fungsi siklometri. Adapun pembatasan tersebut adalah sebagai berikut.
Fungsi

Daerah Asal Daerah Hasil
x = Sin
-1
y [ -1, 1]
[ - , ]

x = Cos
-1
y

[ -1, 1]

[0, t]

x = tan
-1
y

( -, )
[ - , ]

x = Cosec
-1
y

( -, -1] v [1, )
[ - , ], x = 0

x = Sec
-1
y

( -, -1] v [1, )
[0, t] , x =

x = Cot
-1
y

( -, )

(0, t)

6. RUMUS PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SUDUT BERELASI
Sudut-sudut yang berelasi dengan sudut o adalah sudut (90 o), (180 o),
(360 o), dan -o. Dua buah sudut yang berelasi ada yang diberi nama khusus,
misalnya penyiku (komplemen) yaitu untuk sudut o dengan (90 - o) dan
pelurus (suplemen) untuk sudut o dengan (180 - o). Contoh: penyiku sudut
50 adalah 40, pelurus sudut 110 adalah 70.
2
t
2
t
2
t
2
t
2
t
2
t
2
t
27
y
x
X
Y
P(x,y)
r
o
(180-o)
P
1
(x
1
,y
1
)
r1
x1
y1
O
Gb. . sudut yang berelasi
a. Perbandingan trigonometri untuk sudut o dengan (90 - o)
Dari gambar, Titik P
1
(x
1
,y
1
) bayangan dari P(x,y) akibat pencerminan garis y =
x, sehingga diperoleh:



a. ZXOP = o dan ZXOP
1
= 90 - o
b. x
1
= x, y
1
= y dan r
1
= r

Dengan menggunakan hubungan di atas dapat diperoleh:
1) ( ) o o cos 90 sin
1
1
= = =
r
x
r
y

2) ( ) o o sin 90 cos
1
1
= = =
r
y
r
x

3) ( ) o o cot 90 tan
1
1
= = =
y
x
x
y

Dari perhitungan tersebut maka rumus perbandingan trigonometri sudut
o dengan (90 - o) dapat dituliskan sebagai berikut:



b. Perbandingan trigonometri untuk sudut o dengan (180 - o)
Titik P
1
(x
1
,y
1
) adalah bayangan dari
titik P(x,y) akibat pencerminan
terhadap sumbu y, sehingga
1). ZXOP = o dan ZXOP
1
= 180 - o
a. ( ) o o cos 90 sin = d. ( ) o o sec 90 csc =
b. ( ) o o sin 90 cos = e. ( ) o o ec cos 90 sec =
c. ( ) o o cot 90 tan = f. ( ) o o tan 90 cot =

y
x
X
Y
P(x,y)
r
o (90-o)
P
1
(x
1
,y
1
)
r1
x1
y1
y = x
Gb. sudut yang berelasi
O
28
2). x
1
= x, y
1
= y dan r
1
= r
maka diperoleh hubungan:
1) ( ) o o sin 180 sin
1
1
= = =
r
y
r
y

2)
3) ( ) o o tan 180 tan
1
1
=

= =
x
y
x
y

Dari hubungan di atas diperoleh rumus:



c. Perbandingan trigonometri untuk sudut o dengan (180 + o)
Dari gambar di samping titik P
1
(x
1
,y
1
)
adalah bayangan dari titik P(x,y) akibat
pencerminan terhadap garis y = x,
sehingga
1). ZXOP = o dan ZXOP
1
= 180 + o
2). x
1
= x, y
1
= y dan r
1
= r
maka diperoleh hubungan:
1) ( ) o o sin 180 sin
1
1
=

= = +
r
y
r
y

2) ( ) o o cos 180 cos
1
1
=

= = +
r
x
r
x

3) ( ) o o tan 180 tan
1
1
= =

= = +
x
y
x
y
x
y

Dari hubungan di atas diperoleh rumus:


( ) o =

= = o cos 180 cos


1
1
r
x
r
x
a. ( ) = o o sin 180 sin d. ( ) o o csc 180 csc =
b. ( ) o o cos 180 cos = e. ( ) o o sec 180 sec =
c. ( ) o o tan 180 tan = f. ( ) o o cot 180 cot =
a. ( ) o o sin 180 sin = + d. ( ) o o csc 180 csc = +
b. ( ) o o cos 180 cos = + e. ( ) o o sec 180 sec = +
c. ( ) o o tan 180 tan = + f. ( ) o o cot 180 cot = +
y
x
X
Y
P(x,y)
r
o
(180+o)
P
1
(x
1
,y
1
)
r1
x1
y1
O
Gb. sudut yang berelasi
29


d. Perbandingan trigonometri untuk sudut o dengan (- o)
Dari gambar di samping diketahui titik P
1
(x
1
,y
1
) bayangan dari P(x,y) akibat
pencerminan terhadap sumbu x, sehingga

a. ZXOP = o dan ZXOP
1
= - o
b. x
1
= x, y
1
= y dan r
1
= r
maka diperoleh hubungan
1) ( ) o o sin sin
1
1
=

= =
r
y
r
y

2) ( ) o o cos cos
1
1
= = =
r
x
r
x

3) ( ) o o tan tan
1
1
=

= =
x
y
x
y

Dari hubungan di atas diperoleh rumus:



Untuk relasi o dengan (- o) tersebut identik dengan relasi o dengan 360
o, misalnya sin (360 o) = sin o
7. IDENTITAS TRIGONOMETRI
Dari gambar di samping diperoleh
r
x
= o cos ,
r
y
= o sin dan
2 2
y x r + = .Sehingga

2
2
2
2
2 2
cos sin
r
x
r
y
+ = + o o

a. ( ) o o sin sin = d. ( ) o o csc csc =
b. ( ) o o cos cos = e. ( ) o o sec sec =
c. ( ) o o tan tan = f. ( ) o o cot cot =
y
x
X
Y
P(x, y)
r
o
O
Gb. . rumus identitas
-
y
x
X
Y
P(x,y)
r
o
(360-o
1
)
P
1
(x
1
,y
1
)
r1
x1
y1
O -o
Gb. sudut yang berelasi
30
1
2
2
2
2 2
= =
+
=
r
r
r
y x


Begitu pun untuk :
o o
o o
2 2
2 2
cos 1
sec 1
ec ctgn
tgn
= +
= +



8. Rumus-rumus Trigonometri untuk Jumlah dan Selisih Dua Sudut
a. Rumus cos (o + |) dan cos (o |)
Pada gambar di samping diketahui
garis CD dan AF keduanya adalah garis
tinggi dari segitiga ABC. Akan dicari rumus
cos (o + |).
( )
AC
AD
cos = + | o
( ) | o + = cos AC AD
Pada segitiga sikusiku CGF

CF
GF
sin = o o sin CF GF= ..(1)
Pada segitiga sikusiku AFC,

AC
CF
sin = | | sin AC CF = ..(2)

AC
AF
cos = | cos AC AF = ..(3)
Pada segitiga sikusiku AEF,

AF
AE
cos = o o cos AF AE = ..(4)
Dari (1) dan (2) diperoleh
GF = AC sin o sin |
Karena DE = GF maka DE = AC sin o sin |
Dari (3) dan (4) diperoleh
sin
2
o +cos
2
o = 1


Jadi


o
|
o
A D E B
C
G F

31
AE = AC cos o cos |
Sehingga AD = AE DE
AC cos (o + |) = AC cos o cos | AC sin o sin |


Jadi untuk menentukan cos (o |) gantilah | dengan | lalu
disubstitusikan ke rumus cos (o + |).
cos (o |) = cos (o + (|))
= cos o cos (|) sin o sin (|)
= cos o cos | sin o (sin |)
= cos o cos | + sin o sin |


e. Rumus sin (o + |) dan sin (o |)
Untuk menentukan rumus sin (o + |) dan sin (o |) perlu diingat rumus
sebelumnya, yaitu: sin (90 o) = cos o dan cos (90 o) = sin o
sin (o + |) = cos (90 (o + |))
= cos ((90 o) |)
= cos (90 o) cos | + sin (90 o) sin |
= sin o cos | + cos o sin |


Untuk menentukan sin (o |), seperti rumus kosinus selisih dua
sudut gantilah | dengan | lalu disubstitusikan ke sin (o + |).
sin (o |) = sin (o + ( |))
= sin o cos (|) + cos o sin (|)
= sin o cos | + cos o (sin |)
= sin o cos | cos o sin |


f. Rumus tan (o + |) dan tan (o |)
cos (o + |) = cos o cos | sin o sin |

cos (o |) = cos o cos | + sin o sin |

sin (o + |) = sin o cos | + cos o sin |

sin (o |) = sin o cos | cos o sin |

32
Dengan mengingat
o
o
= o
cos
sin
tan , maka
| o | o
| o | o
| o
| o
| o
sin sin cos cos
sin cos cos sin
) ( cos
) ( sin
) ( tan

+
=
+
+
= +

|
|
o
o
|
|
o
o
| o
| o | o
| o
| o | o
| o
cos
sin
cos
sin
1
cos
sin
cos
sin
cos cos
sin sin cos cos
cos cos
sin cos cos sin
) ( tan

+
=

+
= +

| o
| o
tan tan 1
tan tan

+
=
Jadi


Untuk menentukan tan (o |), gantilah | dengan | lalu disubstitusikan ke
tan (o + |).
tan (o |) = tan (o + ( |))

) (- tan tan 1
) (- tan tan
| o
| o

+
=

) tan ( tan 1
) ( tan tan
| o
| o


=

| o
| o
tan tan 1
tan tan
+

=
Jadi


g. Rumus Trigonometri Sudut Rangkap
Dari rumusrumus trigonometri untuk jumlah dua sudut, dapat
dikembangkan menjadi rumus trigonometri untuk sudut rangkap.
- sin 2o = sin (o + o) = sin o cos o + cos o sin o = 2 sino coso

- cos 2o = cos (o + o) = cos o cos o sin o sin o = cos
2
o sin
2
o

| o
| o
| o
tan tan 1
tan tan
) ( tan

+
= +
sin 2o = 2 sino coso
cos 2o = cos
2
o sin
2
o
| o
| o
| o
tan tan 1
tan tan
) ( tan
+

=
33
Rumusrumus variasi bentuk lain yang memuat cos 2o dapat diturunkan
dengan mengingat rumus dasar cos
2
o + sin
2
o = 1.
cos 2o = cos
2
o sin
2
o cos 2o = cos
2
o sin
2
o
= cos
2
o (1 cos
2
o) = (1 sin
2
o) sin
2
o
= 2cos
2
o 1 = 1 2 sin
2
o

Sehingga



-
o
o
o o
o o
o o o
2
tan 1
tan 2
tan tan 1
tan tan
) ( tan 2 tan

+
= + =



h. Mengubah Rumus Perkalian ke rumus Penjumlahan/Pengurangan
- Dari rumus cosinus untuk jumlah dan selisih 2 sudut diperoleh:
cos (o + |) = cos o cos | sin o sin |
cos (o |) = cos o cos | + sin o sin |
cos (o + |) + cos (o |) = 2 cos o cos |


cos (o + |) = cos o cos | sin o sin |
cos (o |) = cos o cos | + sin o sin |
cos (o + |) cos (o |) = 2 sin o sin |


- Dari rumus sinus untuk jumlah dan selisih 2 sudut diperoleh:
sin (o + |) = sin o cos | + cos o sin |
sin (o |) = sin o cos | cos o sin |
sin (o + |) + sin (o |) = 2 sin o cos |
1) cos 2o = cos
2
o sin
2
o
2) cos 2o = 2cos
2
o 1
3) cos 2o = 1 2 sin
2
o



o
o
o
2
tan 1
tan 2
2 tan

=
+
cos (o + |) + cos (o |) = 2 cos o cos |

cos (o + |) cos (o |) = 2 sin o sin |
+
34


sin (o + |) = sin o cos | + cos o sin |
sin (o |) = sin o cos | cos o sin |
sin (o + |) + sin (o |) = 2 sin o cos |

9. LUAS SEGITIGA
Dalam geometri untuk mencari luas segitiga terlebih dahulu kita harus
menentukan tinggi segitiga tersebut dan juga alasnya, kemudian digunakan
rumus bahwa
LA=
Dalam pembahasan kali ini kita akan memanfaatkan aturan sinus dan aturan
cosinus untuk menghitung luas segitiga.
Perhatikan
Luas AABC=

Dengan mengganti nilai t dengan
diperoleh

Dan jika t diganti dengan diperoleh

Sedangkan jika kita mengganti posisi garis tinggi segitiga misalnya dari sudut
A dan tegak lurus terhadap BC akan diperoleh rumus luas segitiga yang lain
yaitu

Rumus luas segitiga ini dimanfaatkan untuk menghitung luas segitiga yang
diketahui besarnya salah satu sudut dan dua sisi yang mengapit sudut
tersebut.


sin (o + |) + sin (o |) = 2 sin o cos |

sin (o + |) sin (o |) = 2 cos o sin |









35

Anda mungkin juga menyukai