Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan
oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi.
Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur merupakan tindakan yang
paling tepat dalam mengidentifikasi secara dini sesuai dengan risiko yang
disandang oleh ibu hamil.
Pada hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002-2003 dilaporkan dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami
komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan
berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui
bedah sesarea lebih cenderung melaporkan komplikasi 59%, yang sebagian
besar merupakan persalinan lama (42%). Untuk bayi yang meninggal dalam
satu bulan setelah dilahirkan, 39% ibu melaporkan karena komplikasi
termasuk persalinan lama (30%), perdarahan berlebihan 12% dan infeksi
(10%).
Pada umumnya persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan
spontan normal seperti partus lama, distosia atau komplikasi lain disebabkan
oleh banyak faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya
persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih
tebalnya kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya
keadaan sosial ekonomi rakyat.
Berdasarkan data diatas, kejadian partus lama perlu dipahami lebih
lanjut karena partus lama dapat menjadi sebuah indikasi bahwa diperlukan
pengawasan dan penanganan yang lebih intensif. Atau bahkan diperlukan
tindakan intervensi untuk mengakhiri persalinan.




2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan
2.1.1. Definisi
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau
berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan
20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.

2.1.2. Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
a. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran
janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada
janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul
dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
b. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi
caesarea.

2.1.3. Faktor-Faktor Dalam Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
a. Tenaga atau Kekuatan (power) ; his (kontraksi uterus), kontraksi
otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan,
kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan
mendorong dan lama persalinan.
b. Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan
letak plasenta.



3
c. Jalan Lintas (passage) ; ukuran dan tipe panggul, kemampuan
serviks untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan
introitus vagina untuk memanjang.
d. Kejiwaan (psyche) ; persiapan fisik untuk melahirkan,
pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas
emosional.

2.1.4. Tanda Persalinan
a. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau
harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin
baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
Polakisuria karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin.
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah, bercampur darah (bloody show).

b. Tanda in-partu
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
Dapat disertai ketuban pecah dini.



4
Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi
pembukaan serviks.

2.1.5. Tahap Persalinan
Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :
a. Kala I : Kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka hingga
terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi
atas 2 fase :
Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam
waktu 2 jam, pembukaan 3 cm akan menjadi 4 cm dan fase
dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi
pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang
pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap
jam dan multigravida 2 cm tiap jam.
b. Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan
kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini
berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada
multipara.
c. Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
d. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1
jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan
postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi
dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.




5
2.2 Partus Lama
2.2.1. Definisi
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi.
Menurut winkjosastro, 2005. Persalinan (partus) lama ditandai
dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12
jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan
garis waspada pada partograf.

2.2.2. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Park Land, Amerika Serikat,
pada tahun 2007, didapatkan bahwa hanya sekitar 50 persen ibu
dengan janin presentasi kepala yang mengalami partus spontan
fisiologi. Lima puluh persen lainnya, perlu mendapatkan intervensi
untuk pelahiran. Baik intervensi medis maupun intervensi bedah.
Tingginya tingkat partus abnormal ini juga menunjukkan tingginya
tingkat partus lama. Partus lama yang kadang juga disebut distosia,
di Amerika Serikat distosia merupakan indikasi dilakukannya Sectio
caesarea emergensi pada 68% pasien yang menjalani operasi seksio
sesar primer.

2.2.3. Etiologi
Partus lama secara ringkas dapat dinyatakan sebagai kelainan yang
disebabkan oleh 3 faktor :
a. Kelainan tenaga atau his (Power)
Power mewakili kondisi gangguan kontraktilitas uterus, bisa
saja kontraksi yang kurang kuat atau kontraksi yang tak
terkoordinasi dengan baik sehingga tidak mampu menyebabkan
pelebaran bukaan serviks. Dalam kelompok ini, juga termasuk
lemahnya dorongan volunter ibu saat kala II. His yang tidak
normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kesulitan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak



6
dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan.

b. Kelainan janin (Passengger)
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin, presentasi, posisi
atau perkembangan janin.

c. Kelainan jalan lahir (Passage)
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

2.2.4. Klasifikasi
Adapun distosia/partus lama sendiri dapat dibagi berdasarkan
pola persalinannya. Kelainan dalam pola persalinan secara umum
dibagi menjadi tiga kelompok. Yaitu kelainan pada kala I fase laten
yang disebut fase laten memanjang, kelainan pada kala I fase aktif
dan kelainan pada kala II yang disebut kala II memanjang. Secara
lebih rinci, kelainan pada kala I fase aktif terbagi lagi menjadi 2,
menurut pola persalinannya. Jenis kelainan pertama pada kala I fase
aktif disebut protraction disorder. Kelainan kedua, disebut arrest
disorder.
Selain klasifikasi berdasarkan fase persalinan yang mengalami
pemanjangan, beberapa literatur juga mengelompokkan persalinan
yang lebih lama menjadi dua kelompok utama, yaitu cephalopelvic
disproportion/ CPD dan kelompok lainnya adalah failure to progress.
Kelompok pertama memaksudkan lamanya persalinan yang
memanjang disebabkan oleh faktor pelvis ataupun faktor janin.
Sementara pada kelompok kedua disebabkan secara murni oleh
gangguan kekuatan persalinan.





7
Kelainan Kala I
a. Fase laten memanjang
Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional
pada persalinan untuk menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis
persalinan. Walaupun pada tahap persiapan (preaptory division)
hanya terjadi sedikit pembukaan serviks, cukup banyak
perubahan yang terjadi pada komponen jaringan ikat serviks.
Tahap pembukaan/ dilatasi (dilatational division) adalah saat
pembukaan paling cepat berlangsung. Tahap panggul (pelvic
division) berawal dari fase deselerasi pembukaan serviks.
Mekanisme klasik persalinan yang melibatkan gerakan-gerakan
dasar janin pada presentasi kepala seperti masuknya janin ke
panggul, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi dan putaran paksi
luar terutama berlangsung dalam fase panggul. Namun dalam
praktik, awitan tahap panggul jarang diketahui dengan jelas.










Gambar 1. perjalanan persalinan

Pola pembukaan serviks selama tahap persiapan dan
pembukaan persalinan normal adalah kurva sigmoid. Dua fase
pembukaan serviks adalah fase laten yang sesuai dengan tahap
persiapan dan fase aktif yang sesuai dengan tahap pembukaan.



8
Friedman membagi lagi fase aktif menjadi fase akselerasi, fase
lereng (kecuraman) maksimum, dan fase deselerasi.


Awitan persalinan laten didefinisikan sebagai saat ketika
ibu mulai merasakan kontraksi yang teratur. Selama fase ini,
orientsi kontraksi uterus berlangsung bersama pendataran dan
pelunakan serviks. Kriteria minimum Friedman untuk fase laten
ke dalam fase aktif adalah kecepatan pembukaan serviks 1,2 jam
bagi nulipara dan 1,5 cm untuk ibu multipara. Kecepatan
pembukaan serviks ini tidak dimulai pada pembukaan tertentu.
Gambar 2. Fase Persalinan

Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten
berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada
nulipara dan 14 jam pada multipara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara
lain adalah anestesia regional atau sedasi yang berlebihan,
keadaan serviks yang buruk (misal: tebal, tidak mengalami
pendataran atau tidak membuka) dan persalinan palsu. Friedman
mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitosin sama efektif
dan amannya dalam memperbaiki fase laten berkepanjangan.
Istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering tidak
disadari. Karena adanya kemungkinan persalinan palsu tersebut,
amniotomi tidak dianjurkan.

b. Fase Aktif Memanjang
Kemajuan peralinan pada ibu nulipara memiliki makna
khusus karena kurva-kurva memperlihatkan perubahan cepat
dalam kecuraman pembukaan serviks antara 3-4 cm. Dalam hal
ini, fase aktif persalinan dari segi kecepatan pembukaan serviks
tertinggi. Secara konsistensi berawal dari saat pembukaan



9
serviks 3-4 cm atau lebih, diserati kontraksi uterus, dapat secara
meyakinkan digunakan sebagai batas awal persalinan aktif.
Demikian pula kurva-kurva ini memungkinkan para dokter
mengajukan pertanyaan, karena awal persalinan dapat secara
meyakinkan di diagnosis secara pasti, berapa lama fase aktif
harus berlangsung.
Kecepatan pembukaan yang dianggap normal untuk
persalinan pada nulipara adalah 1,2cm/jam, maka kecepatan
normal minimum adalah 1,5 cm/jam. Secara spesifik, ibu
nulipara yang masuk ke fase aktif dengan pembukaan 3 4 cm
dapat diharapkan mencapai pembukaan 8 - 10 cm dalam 3 - 4
jam. Pengamatan ini mungkin bermanfaat. Sokol dan rekan
melaporkan bahwa 25% persalinan nulipara dipersulit kelainan
fase aktif, sedangkan pada multigravida angkanya adalah 15%.
Memahami analasisi Friedman mengenai fase aktif bahwa
kecepatanpenurunan janin diperhitungkan selain kecepatan
pembukaan serviks, dan keduanya berlangsung bersamaan.
Penurunan dimulai pada saat tahap akhir dilatasi aktif, dimulai
pada pembukaan sekitar 7-8 cm. Friedman membagi lagi
masalah fase aktif menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arest (macet, tak maju).
Ia mendefinisikan protraksi sebagai kecepatran
pembukaan atau penurunan yang lambat, yang untuk nulipara,
adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau
penurunan kurang dari 1 cm per jam. Untuk multipara, protraksi
didefinisikan sebagai kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm
per jam atau penurunan kurang dari 2 cm per jam. Sementar itu,
ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara total
pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan
didefinisikan sebagai tidak adanya perbahan serviks dalam 2
jam, dan kemacetan penurunan sebagai tidak danya penurunan
janin dalam 1 jam.



10
Prognosis kelainan berkepanjangan dan macet ini cukup
berbeda, dimana disproporsi sepalopelvik terdiagnosa pada 30%
dari ibu dengan kelainan protraksi.Sedangkn disproporsi
sefalopelfik terdiagnosa pada 45% ibu dengan persalinan macet.
Ketertkaitan atau faktor lain yang berperan dalampersalinan
yang berkepanjangan dan macet adalah sedasi berlebihan,
anestesi regional dan malposisi janin. Pada persalinan yang
berkepanjang dan macet, Friedman menganjurkan pemeriksaan
fetopelvik untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelvik. Terapi
yang dianjurkan untuk persalinan yang berkepanjangan adalah
penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan
untuk persalinan yang macet tanpa disproporsi sefalopelvik.
Untuk membantu mempermudah diagnosa kedua kelainan
ini, WHO mengajukan penggunaan partograf dalam tatalksana
persalinan. Dimana berdasarkan partograf ini, partus lama dapat
didagnosa bila pembukaan serviks kurang dari 1cm/ jam selama
minimal 4 jam. Sementara itu, American College of Obstetrician
and Gynecologists memiliki kriteria diagnosa yang
berbeda,.Kriteria diagnosa tersebut ditampilkan pada tabel
dibawah ini.

Tabel 2.1. Kriteria diagnosis kelainan persalinan akibat partus
lama atau partus macet












11
Kelainan Kala II
Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan
berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit
unutk nulipara dan 20 menit untuk multipara. Pada ibu dengan
paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah melebar, dua atau
tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup
untuk mengeluarkan janin sebaliknya pada seorang ibu, dengan
panggul sempit atau janin besar, atau dengan kelainan gaya ekspulsif
akibat anestesia regional atau sedasi yang berat, maka kala dua dapat
memanjang. Kala II pada persalinann nulipara dibatasi 2 jam dan
diperpanjang sampai 3 jam apabila menggunakan anestesi regional.
Untuk multipara 1 jam diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan
anestesia regional.

2.2.5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Adanya tanda dan gejala klinis partus lama:
Ibu kelelahan dan dehidrasi
Vulva edema
Perut kembung
Demam
Kaput suksedaneum
RUI
b. Adanya komplikasi pada ibu:
Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis
Infeksi intrauterin sampai sepsis
Dehidrasi sampai syok
Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)
c. Adanya komplikasi pada janin:
Gawat janin



12
Kematian janin

Tabel 2.2 Diagnosis Kelainan Partus Lama
Tanda dan gejala klinis Diagnosis

Pembukaan serviks tidak membuka
(kurang dari 3 cm) tidak didapatkan
kontraksi uterus
Belum inpartu, fase labor
Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm
sesudah 8 jam inpartu
Prolonged laten phase
Pembukaan serviks tidak melewati garis
waspada partograf
Frekuensi dan lamanya kontraksi
kurang dari 3 kontraksi per 10 menit
dan kurang dari 40 detik
Secondary arrest of dilatation
atau arrest of descent
Secondary arrest of dilatation dan
bagian terendah dengan caput
terdapat moulase hebat, edema
serviks, tanda rupture uteri
immenens, fetal dan maternal
distress
Kelainan presentasi (selain vertex)
Inersia uteri
Disporporsi
Sefalopelvik
Obstruksi
Malpresentasi
Pembukaan serviks lengakap, ibu ingin kala II lama (prolonged, mengedan,
tetapi tidak ada kemajuan second stage)

2.2.6. Pemeriksaan Penunjang
Ada alat yang dapat membantu dalam mempermudah diagnosa
partus lama. Alat bantu tersebut adalah partograf. Partograf terutama
membantu dalam pengawasan fase aktif persalinan. Kedua Jenis
gangguan dalam fase aktif dapat didagnosa dengan melihat grafik
yang terbentuk pada partograf. Protraction disorder pada fase aktif
(partus lama) dapat didagnosa bila bila pembukaan serviks kurang
dari 1cm/ jam selama minimal 4 jam. Sedangkan arrest disorder
(partus macet) didiagnosa bila tidak terjadi penambahan pembukaan
serviks dalam jangka waktu 2 jam maupun penurunan kepala janin



13
dalam jangka waktu 1 jam. Adapun contoh gambaran partograf
untuk mendiagnosa partus lama (protraction disorder) ditampilkan
pada gambar dibawah ini.












Gambar 3. Kelainan protraksi pada fase aktif persalinan (partus lama)











Gambar 4. Arrest disorder pada fase aktif persalinan (partus tak maju
macet)

2.2.7. Penatalaksanaan
Secara umum penyebab partus lama dibagi menjadi dua
kelainan yaitu disproporsi sefalopelvik dan disfungsi uterus
(gangguan kontraksi). Adanya disproporsi sefalopelvik pada pasien



14
dengan partus lama merupakan indikasi utnuk dilakukannya seksio
sesarea. Disproporsi sefalopelvik dicurigai bila dari pemeriksaan
fisik diketahui ibu memiliki faktor risiko panggul sempit (misal:
tinggi badadan < 145 cm, konjugata diagonalis < 13 cm) atau janin
diperkirakan berukuran besar (TBBJ > 4000gram, bayi dengan
hidrosefalus, riwayat berat badan bayi sebelumnya yang > 4000
gram). Bila diyakini tidak ada disproporsi sefalopelvik, dapat
dilakukan induksi persalinan.
Pada kondisi fase laten berkepanjangan, terapi yang dianjurkan
adalah menunggu. Hal ini dikarenakan persalinan semu sering kali
didiagnosa sebagai fase laten berkepanjangan. Kesalahan diagnosa
ini dapat menyebabkan induksi atau percepatan persalinan yang
tidak perlu yang mungkin gagal dan dapat menyebabkan seksio
sesaria yang tidak perlu. Dianjurkan dilakukan observasi selama 8
jam. Bila his berhenti maka ibu dinyatakan mengalami persalinan
semu, bila his menjadi teratur dan bukaan serviks menjadi lebih dari
4 cm maka pasien dikatakan berada dalam fase laten. Pada akhir
masa observasi 8 jam, jika terjadi perubahan dalam penipisan serviks
atau pembukaan serviks, maka pecahkan ketuban dan lakukan
induksi persalinan dengan oksitosin. Bila ibu tidak memasuki fase
aktif setelah delapan jam infus oksitosin, maka disarankan agar janin
dilahirkan secara seksio sesarea.
Pada kondisi fase aktif memanjang, perlu dilakukan penentuan
apakah kelainan yang dialami pasien termasuk dalam kelompok
protraction disorder (partus lama) atau arrest disorder (partus tak
maju). Jika termasuk dalam kelompok partus tak maju, maka besar
kemungkinan ada disproporsi sefalopelvik. Disarankan agar
dilakukan seksion sesarea. Jika yang terjadi adalah partus lama,
maka dilakukan penilaian kontraksi uterus. Jika kontraksi efisien
(lebih dari 3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik),
curigai kemungkinan adanya obstruksi, malposisi dan malpresentasi.
Bila kontraksi tidak efisien, maka penyebabnya kemungkinan adalah



15
kontraksi uterus yang tidak adekuat. Tatalaksana yang dianjurkan
adalah induksi persalinan dengan oksitosin.
Pada kondisi Kala II memanjang, perlu segera dilakukan upaya
pengeluaran janin. Hal ini dikarenakan upaya pengeluaran janin yang
dilakukan oleh ibu dapat meningkatkan risiko berkurangnya aliran
darah ke plasenta.Yang pertama kali harus diyakini pada kondisi
kala II memanjang adalah tidak terjadi malpresentasi dan obstruksi
jalan lahir. Jika kedua hal tersebut tidak ada, maka dapat dilakukan
percepatan persalinan dengan oksitosin. Bila percepatan dengan
oksitosin tidak mempengaruhi penurunan janin, maka dilakukan
upaya pelahiran janin. Jenis upaya pelahiran tersebut tergantung
pada posisi kepala janin. Bila kepala janin teraba tidak lebih dari 1/5
diatas simfisis pubis atau ujung penonjolan kepala janin berada di
bawah station 0, maka janin dapat dilahirkan dengan ekstraksi
vakum atau dengan forseps. Bila kepala janin teraba diantara 1/5 dan
3/5 diatas simfisis pubis atau ujung penonjolan tulang kepala janin
berada diantara station ) dan station -2, maka janin dilahirkan dengan
ekstraksi vakum dan simfisiotomi. Namun jika kepala janin teraba
lebih dari 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung penonjolan tulang
kepala janin berada diatas station -2, maka janin dilahirkan secara
seksio sesaria.

2.2.8. Komplikasi
a. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup
dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada
pembukaan kecil. Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul,
seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang
menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih
mudah terjadi.





16
b. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali
karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada
saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu
persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga
normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya
pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang
menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu
mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi.
Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini
biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi
dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak
ada kemacetan pada pintu bawah panggul).

c. Bahaya ruptur uterus
Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan
salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil
akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi.
Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15%
dan angka kematian bayi berkisar 50%.
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar,
janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi.
Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang
sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun
demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah
rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah
atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi,
pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan
parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus



17
menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan
penanganan dapat berakibat fatal.

d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka
sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap
diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan
yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada
jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi
nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan
fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung
kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih
dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan
vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan
yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di
negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia
dini.

e. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang
dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur
membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau
abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam
38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan
vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam
kecepatan penurunan ukuran uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada
kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput
ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena
pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.





18
2.2.9. Prognosis
Friedman melaporkan bahwa memanjangnya fase laten tidak
memperburuk mortalitas dan morbiditas janin atau ibu.
































19
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik : 260005
Tanggal Masuk : 07/07/2014
Pukul : 08.10 WIB

Nama Pasien : Dwi Astuti
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Suami : M. Karno
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sri Katon

3.2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Hamil cukup bulan dengan sakit perut ingin melahirkan.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Os dirujuk dari UPT Puskesmas Srikaton dengan keluhan sakit perut hilang
timbul sejak tanggal 6-07-2014 malam. Lebih kurang 6 jam sebelum masuk
rumah sakit, os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang, hilang
timbul, frekuensi sakit tidak sering, riwayat keluar air-air disangkal, riwayat
keluar darah dan lendir disangkal. Gerakan janin masih dirasakan. Hari
pertama haid terakhir : 15-07-2013. Selama kehamilannya penderita rutin



20
memeriksa kehamilannya ke Posyandu. Selama pemeriksaan kehamilan
dikatakan keadaan janinnya sehat dan tekanan darahnya normal. Pemeriksaan
USG tidak pernah dilakukan. Konsumsi obat-obatan selama kehamilan ada,
yaitu obat penambah darah dan vitamin dari posyandu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Os mengaku tidak pernah mengalami penyakit jantung, paru, hati, ginjal,
diabetes melitus, alergi, maupun hipertensi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Os mengaku tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan
keturunan.
5. Riwayat Haid
Usia menarche : 15 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5 hari
Nyeri haid : (+)
HPHT : 15-10-2013
TP : 22 -07-2014

6. Riwayat Pernikahan
Lama pernikahan : 12 tahun
Usia waktu nikah I : 16 tahun

7. Riwayat ANC
a. Dilakukan sebanyak 8x di posyandu dekat rumah
b. Imunisasi TT tidak pernah dilakukan

8. Riwayat KB
KB suntik 3 bulan selama 10 tahun






21
9. Riwayat Persalinan
Tabel 3.1 Riwayat Persalinan
No. Tahun Jenis
Kelamin
Berat
Badan
Lahir
Persalinan
1. 2003 - - Abortus
2. 2005 Laki-laki 3600
gram
Partus
Spontan
3. 2007 Laki-laki 3200
gram
Partus
Spontan
4 Ini

3.3. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan tgl 7 Juli 2014)
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda Vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Pernapasan : 22 x/menit
- Suhu : 36,5
0
C
d. Kepala
- Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
e. Leher : pembesaran tiroid (-)
f. Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal
g. Abdomen : status obstetrikus
h. Genitalia : status obstetrikus
i. Ekstremitas : edema (-/-), refleks patella (+/+)

2. Status Obstetrikus
a. Pemeriksaan Luar (dilakukan pada tanggal 7 Juli 2014)
Leopold I : Fundus teraba 4 jari dibawah processus xhipoideus



22
Teraba bagian bulat janin, lunak, kesan bokong
Leopold II : Teraba bagian keras memanjang dikanan ibu (punggung
janin dikanan ibu)
Teraba bagian kecil-kecil dikiri ibu
Leopold III : Teraba bagian keras janin, bulat, melenting, kesan kepala.
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum memasuki pintu atas
panggul

His (+) hilang timbul 2 kali dalam 15 menit, tidak teratur. DJJ (+)
132x/mnt

b. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
- Vulva/vagina tidak ada kelainan
- Pendataran 0%
- Portio Kuncup
- Ketuban (+)

3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Ultrasonografi













Gambar 3.1 Pemeriksaan Ultrasonografi Ny.D.A

3.5. DIAGNOSIS
G3P2A0 hamil aterm dengan inpartu Kala I Fase Laten Memanjang, janin
tunggal hidup presentasi kepala.



23
3.6. PENATALAKSANAAN
Tgl 7 Juli 2014
a. Pro MRS
b. Observasi KU dan VS
c. Observasi HIS dan DJJ
d. Cek laboratorium darah dan urine
e. Pemeriksaan USG
f. IVFD RL gtt XX/menit
g. Citrosol tab (hisap, evaluasi 6 jam)

Tgl 8 Juli 2014
a. Rencana Operasi SC
b. Kateter menetap

3.7. HASIL LABORATORIUM
Darah lengkap
1. Hb : 12,4 g/dl
2. Leukosit : 8600/ ul
3. LED : 38
4. Hitung Jenis : 1/0/1/73/20/5
5. Golongan darah : A
6. Rhesus : (+)
7. Clooting time : 7
8. Bleeding time : 2

3.8. LAPORAN OPERASI
Pukul 09.10 WIB
Operasi mulai
Pasien terlentang, anestesi spninal
Insisi pfanenstiel dari kulit hingga mukosa, fascia dirobek secara tumpul
sampai menembus peritoneum.
Insisi uterus untuk membuka plika, kemudian diperluas secara tumpul.



24
Ketuban dipecahkan.
Pukul 09.20 WIB
Lahir hidup neonatus perempuan dengan meluksir kepala, BB 2800 g, PB
48cm.
Pukul 09.30 WIB
Plasenta lahir lengkap dengan BP 500 g
Dilakukan penjahitan uterus secara jelujur dengan benang asukril.
Dilakukan penjahitan plika secara jelujur dengan plain.
Pendarahan dirawat, luka operasi ditutup lapis demi lapis.
Pukul 10.30 WIB Operasi selesai
Diagnosis pra bedah : G
4
P
2
A
1
hamil aterm dengan inpartu Kala I Fase
Laten Memanjang janin tunggal hidup presentasi
kepala
Diagnosis pasca bedah : P
3
A
1
Post SC atas indikasi Kala I Fase Laten
Memanjang
Tindakan : Seksio Sesaria

3.9. FOLLOW UP
Tabel 3.2 follow up
Senin, 7 Juli 2014
Pk. 09.00 WIB
S : Mules seperti ingin melahirkan
O : KU : tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
DJJ : 132x/m
VS :
- TD 130/80 mmHg
- Nadi 88 x/menit
- RR 22 x/menit
- Suhu 36 C
PL :
- TFU 4 jari bawah prossesus xhipoideus
- Lendir (-), darah (-)
PD :
- Portio Kuncup
A : G
4
P
2
A
0
hamil aterm dengan inpartu Kala I Fase Laten Janin Tunggal Hidup,
Presentasi Kepala



25
P : - IVFD RL gtt XX
- Citrosol tab (hisap)
- Cek Laboratorium & Urine
- Evaluasi dalam 6 jam

Senin, 7 Juli 2014
Pk. 17.00 WIB
S : Nyeri perut hilang timbul.
O : KU : Baik
Kesadaran: compos mentis
DJJ : 133x/m
VS :
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 80 x/menit
- RR 20 x/menit
- Suhu 36 C
PL :
- TFU 4jari bawah prossesus xhipoideus
PD :
- Pembukaan 1 cm
A G
4
P
2
A
1
hamil aterm dengan inpartu Kala I Fase Laten Janin Tunggal Hidup,
Presentasi Kepala
P - IVFD RL gtt XX
- Citrosol tab (hisap) evaluasi kembali 6 jam

Selasa, 8 Juli 2014
Pk. 08.00 WIB
S : Nyeri perut hilang timbul
O : KU : baik
Kesadaran: compos mentis
VS :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi 80 x/menit
- RR 22 x/menit
- Suhu 36
0
C
PL :
- TFU 4 jari bawah prossesus xhipoideus
- DJJ 133x/m
PD
- Pembukaan 1 cm



26
A : G
4
P
2
A
1
hamil aterm dengan inpartu Kala I Fase Laten Janin Tunggal Hidup,
Presentasi Kepala
P : - Observasi KU dan VS
- IVFD RL gtt XX
- Pemasangan Kateter
- Persiapan Operasi

Rabu, 9 Juli 2014
Pk. 08.00 WIB
S : Sakit luka operasi
O : KU : Baik
Kesadaran: compos mentis
VS :
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 80 x/menit
- RR 22 x/menit
- Suhu 36,8
0
C
PL :
- TFU 2 jari bawah pusat
- Perdarahan (+) normal
- Lokea rubra (+)
- Kontraksi uterus (-)
- BU (+)
A : P
3
A
1
post SC atas indikasi Inpartu Kala I Fase Laten Memanjang
P : - Observasi KU dan Vital Sign
- IVFD RL + Pitogin 2amp gtt XX/m
- Ceftriaxone 2x1gr IV
- Metronidazole 3x500mg IV
- Asam Traneksamat
- B comb C
- Diet tinggi karbohidrat tinggi protein
- Mobilisasi bertahap

Kamis, 10 Juli 2014
Pk. 08.00 WIB
S : Sakit luka operasi, perut terasa kencang, belum BAB
O : KU : Baik
Kesadaran: compos mentis
VS :
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 81 x/menit



27
- RR 24 x/menit
- Suhu 36,3
0
C
PL :
- TFU 2 jari bawah pusat
- Perdarahan (+) normal
- Lokea rubra (+)
- Kontraksi uterus (-)
- BU (+)
A : P
4
A
1
post SC atas indikasi Inpartu Kala I Fase Laten Memanjang
P : - Aff IVFD
- Aff DC
- Rencana Pulang
- Pemberian terapi oral
Ciprofloxacin 3x500 mg
Asam Mefenamat 3x500mg
Metronidazole 3x500mg


















28
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 07 Juli 2014, Ny. D.A berusia 28 tahun, berkebangsaan
Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, dirujuk dari UPT Puskesmas Srikaton
dengan keluhan sakit perut hilang timbul sejak tanggal 6-07-2014 malam.
Lebih kurang 6 jam sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh perut mules
yang menjalar ke pinggang, hilang timbul, frekuensi sakit tidak sering, riwayat
keluar air-air disangkal, riwayat keluar darah dan lendir disangkal. Gerakan
janin masih dirasakan. Hari pertama haid terakhir : 15-07-2013. Selama
kehamilannya penderita rutin memeriksa kehamilannya ke Posyandu. Selama
pemeriksaan kehamilan dikatakan keadaan janin sehat dan tekanan darah
normal. Pemeriksaan USG tidak pernah dilakukan. Konsumsi obat-obatan
selama kehamilan ada, yaitu obat penambah darah dan vitamin dari posyandu.
Os menikah satu kali dan lamanya 12 tahun. Os menarche pada usia 15
tahun, dengan siklus teratur, 28 hari, lamanya 5 hari. Hari pertama haid terakhir
tanggal 15 Oktober 2013. Riwayat penyakit yang pernah diderita tidak ada.
Riwayat operasi tidak ada, riwayat abortus tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 x/m, respirasi 22 x/m,
suhu 36 C, dan keadaan organ lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan luar
obstetri didapatkan tinggi fundus uteri 4 jari dibawah procesus xipoideus,
bagian terbawah kepala yang ditandai dengan terabanya bagian yang keras dan
bulat, kaki teraba di fundus uteri. Detak jantung janin 132 kali/menit teratur,
his 2 kali dalam 15 menit. Pada pemeriksaan dalam obstetri didapatkan
pendataran 0%, pembukaan orifisium uterus eksternum belum ada. Pada
pemeriksaan USG didapatkan janin dengan presentasi kepala dan pemeriksaan
penunjang laboratorium didapatkan hasil dalam batas normal.
Berdasarkan uraian diatas mengenai hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik-obstetri dan pemeriksaan penunjang bahwa diagnosis awal pada pasien ini
kurang tepat. Diagnosis yang benar yaitu G
4
P
2
A
1
hamil aterm belum inpartu,



29
janin tunggal hidup presentasi kepala.

Karena pada amamnesis dan
pemeriksaan fisik belum menunjukkan adanya tanda-tanda inpartu seperti
belum adanya pembukaan serviks, keluarnya lendir dan darah serta his dengan
frekuensi 2x/10 menit dengan durasi lebih dari 20 detik. Setelah dilakukan
pemberian tab Citrosol didapatkan pembukaan serviks 1 cm, namun his
masih tidak adekuat, dan belum adanya keluar darah dan lendir pervaginam.
Sehingga Os dapat dikatakan belum inpartu.
Pada penatalaksanaan pasien ini sudah tepat karena os sudah dilakukan
induksi dengan evaluasi selama 2x6 jam tetap tidak ada kemajuan dalam fase
persalinan. Untuk itu diambil keputusan dengan terminasi kehamilan dengan
seksio sesarea karena Os tetap tidak memasuki fase aktif setelah pemberian
2x1/2 tab citrosol dalam 2x6 jam.

















30
BAB V
PENUTUP

4.1 Simpulan
1. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi.
2. Diagnosis pasien Ny.D.A belum tepat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan obstetrik serta pemeriksaan penunjang.
3. Penatalaksanaan pasien Ny.D.A sudah tepat dengan terminasi
kehamilan melalui seksio sesarea berdasarkan observasi selama 12
jam tetap tidak ada perkembangan dalam persalinan.

4.2 Saran
1. Tenaga Medis harus tepat menatalaksana persalinan dengan partus
lama dalam meminimalisir komplikasi untuk bayi dan ibu.
2. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pengetahuan
tentang gejala, komplikasi dan penatalaksanaan dari partus lama.

















31
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G, et al. 2010. Williams Obstetric, 23rd edition. Mc Graw
Hill: New York

2. Enkin, et al. 2000. A Guide to Effective care in Pregnancy and Child Birth,
3rd Edition. Oxfod University Press: London

3. Hinelo, Fardila, dkk. 2013. Luaran Partus Lama di BLU RSU Prof. DR. R
D. Kandou Manado. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi.

4. Maharani, Putri. 2010. Partus Kasep. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram.

5. Mansjoer, A. dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius: Jakarta. hal . 303 309.

6. Manuaba I. A, et al. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta

7. Mochtar, R. Partus Lama dan Partus Terlantar. 1998. Sinopsis Obstetri
Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Hal . 384 386

8. Mose, J.C dan Alamsyah, M. 2010. Bab I Persalinan Lama dalam Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, edisi keempat. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo: Jakarta

9. Pereiro, Gabriela. 2013. Partus Kasep. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

10. Saifudin, Abdul. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal & Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta

11. Simarmata. 2011. Diagnosis dan Tatalaksana Persalinan Lama. Karya
Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas TanjungPura.

12. Wiknjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta

13. WHO. 2006. Managing Prolonged and Obstructed Labour. Education for
Safe Motherhood, 2nd edition. Department of Making Pregnancy safer.
WHO: Geneva

14. Yulianti, D. 2006. Buku Saku Manajemen dan Komplikasi Kehamilan dan
Persalinan. EGC : Jakarta



32

Anda mungkin juga menyukai

  • 6th Central Pay Commission Salary Calculator
    6th Central Pay Commission Salary Calculator
    Dokumen15 halaman
    6th Central Pay Commission Salary Calculator
    rakhonde
    100% (436)
  • Vertigo Sentral
    Vertigo Sentral
    Dokumen40 halaman
    Vertigo Sentral
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Status Ujian 2
    Status Ujian 2
    Dokumen23 halaman
    Status Ujian 2
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Status Ujian
    Status Ujian
    Dokumen23 halaman
    Status Ujian
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • 11 185lowbackpain
    11 185lowbackpain
    Dokumen3 halaman
    11 185lowbackpain
    Ristranda Fajar
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen9 halaman
    Abstrak
    Prisia Anantama
    Belum ada peringkat
  • Cover Case
    Cover Case
    Dokumen4 halaman
    Cover Case
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen37 halaman
    Case
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Translate
    Translate
    Dokumen23 halaman
    Translate
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Tria Ayoe Syukna
    Belum ada peringkat
  • Posdaya KKN Tematik 204 Angkatan Ix Tahun 2015
    Posdaya KKN Tematik 204 Angkatan Ix Tahun 2015
    Dokumen1 halaman
    Posdaya KKN Tematik 204 Angkatan Ix Tahun 2015
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Akhir Kegiatan Kuliah Kerja Nyata
    Laporan Akhir Kegiatan Kuliah Kerja Nyata
    Dokumen64 halaman
    Laporan Akhir Kegiatan Kuliah Kerja Nyata
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Okky 1
    Okky 1
    Dokumen5 halaman
    Okky 1
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Pembina
    Penyuluhan Pembina
    Dokumen21 halaman
    Penyuluhan Pembina
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen36 halaman
    Case
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    mayadwintas
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Maiia Dwinta Sentani
    Belum ada peringkat