MENDETEKSI KECURANGAN DAN KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT (Studi Empirik Pada Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Oleh : Ririn Listyawati 1032500256
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA 2014
ii
PENGARUH SKEPTISME, PENGALAMAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN DAN KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT (Studi Empirik Pada Auditor Di Kantor Akuntan PublikDi Wilayah Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh : Ririn Listyawati 1032500256
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA 2014
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr .Wb. Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dalam rangka salah satu prasyarat yang harus dipenuhi dalam rangka menyelesaikan program studi Strata 1 (S1) dengan judul : PENGARUH SKEPTISME, PENGALAMAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN DAN KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik walaupun masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua-ku, serta saudara-saudara-ku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untuk penulis baik dalam keadaan suka maupun duka, serta tak henti-hentinya mereka mengingatkan kepada penulis tentang kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Ibu Ir. Ratnaningsih, S.E selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur. 3. Bapak Dicky Arisudhana, S.E, M.M selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Budi Luhur, 4. Ibu Anissa Amalia Mulya, S.E, M.Akt selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu, masukan serta membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Ibu pimpinan perusahaan atau kantor akuntan publik yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan penyebaran kuesioner kepada responden. 6. Ahmad Piyan Fauzi yang telah banyak membantu dan member doa serta selalu memberikan semangat dalam keadaan suka maupun duka ketika penulis dalam masa penyusunan skripsi ini. 7. Tim Penyebaran Kuesioner ke Kantor Akuntan Publik Nunik Setianti dan Imam Aji Santosoyang telah banyak membantu serta memberikan semangat untuk penulis dari mulai pengambilan judul sampai penyusunan skripsi ini. viii
8. Anak-anak main Afsah Maani, Anisa Balkis, Dian Herdiani, Kiki Purnama Sari, Suci Sri Wahyuni, Fitri Putri Yulisa, Agus Riyono, Edy Supriadi, Ryan Raditya Iriayanto Putra, Lian dan teman-teman yang lain yang selalu memberikan doa dan semangat untuk penulis baik dalam keadaan suka maupun duka ketika penulis dalam masa penyusunan skripsi ini. 9. Nabela Savitri, Nani Safitri, Tanty Rahayu, Meydita, Ade Firman, Khusnul, dan teman-teman SMK lainnya serta seluruh rekan-rekan Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur khususnya program studi Akuntansi yang telah memberikan semangat untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini. 10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan tugas akhir ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan baik mengenai isi skripsi, maupun penggunaan bahasanya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan. Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama pembuatan hingga terselesainya penulisan tugas akhir ini. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan baik dalam pembahasan maupun penulisan, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis berharap semoga penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, ..........................
Ririn Listyawati
ix
ABSTRAKSI
Ririn Listyawati (1032500256) PENGARUH SKEPTISME, PENGALAMAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN DAN KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT (Studi Empirik Pada Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Jakarta Selatan) ( xix halaman, 212 halaman, tahun 2014, 47 tabel, 5 gambar, 7 lampiran) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit baik secara simultan maupun parsial. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jakarta Selatan. Kuesioner disebarkan kepada 12 Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan kuesioner sebanyak 85 rangkap. Hanya 11 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengembalikan kuesioner, sedangkan 1 Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan kuesioner yang disebar sebanyak 10 rangkap tidak mengembalikan kuesioner dan 1 Kantor Akuntan Publik (KAP) dari 10 rangkap hanya 7 rangkap yang dikembalikan. Sehingga hanya 72 kuesioner yang dapat diolah. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Versi 20 dan Microsoft Excel 2010.Uji yang dilakukan antara lain Uji Asumsi Klasik yaitu Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas dan Uji Heteroskedastisitas serta Uji Korelasi dan Uji Hipotesis yaitu Uji T dan Uji F. Dalam penelitian ini R Square menunjukkan angka sebesar 36,4%. Berdasarkan uji T yang dilakukan menunjukkan skeptisme memiliki nilai signifikan 0,002 < 0,05 disimpulkan bahwa secara parsial skeptisme berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Pengalaman memiliki nilai signifikan 0,603 > 0,05 disimpulkan bahwa secara parsial pengalaman tidak perpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Pengetahuan mendeteksi kecurangan memiliki nilai signifikan 0,000 < 0,05 disimpulkan bahwa secara parsial pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Kecerdasan intelektual memiliki nilai signifikan 0,575 > 0,05 disimpulkan bahwa secara parsial kecerdasan intelektual tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian atas nilai F hitung menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 , maka disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Kata Kunci : Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan mendeteksi kecurangan, kecerdasan intelektual dan pertimbangan tingkat materialitas.
x
ABSTRACT
Ririn Listyawati (1032500256) THE INFLUENCE OF SKEPTICISM , EXPERIENCE, FRAUD DETECTING KNOWLADGE AND INTELLECTUAL INTELLIGENCE OF MATERIALITY CONSIDERATIONS LEVELS IN AUDIT (Empirical Study onAuditor at Public Accountant Firm in South Jakarta,) (Page xix, 204 pages, in 2014, 47 tables, 5 images, 7 attachments) This research is aimed to analyze the influence of skepticism, experience, fraud detecting knowledge and intellectual intelligence of considerations in audit materiality levels either simultaneously or partially . In this research, Independent variables that used in this research are skepticism, experience, fraud detecting knowledge and intellectual intelligence. While for dependent variable that used in this research is the materiality considerations levels in audit. The population in this research is an auditor that work in public accountant firm in South Jakarta. The questionnaire distributed to twelve (12) public accountant firm with as many as eighty five (85) duplicate questionnaires. Only eleven (11) Public Accountant Firmreturned the questionnaire, while one (1) public accoountant firm with as many as ten (10) duplicate questionnaires were distributed did not returned the questionnaire and of a public accountant firm ten (10) duplicate only seven (7) duplicate were returned. Thus only seventy two (72) questionnaires that can be proccesed. This research is used multiple-linier reggresion method with Statistical Product and Service Solution (SPSS) program Version 20 and Microsoft Excel 2010. The trials that do include classic assumption is normality test, multicollinearity test and heteroscedasticity test and then correlation test and hypothesis test is the T-test and F-test. In this research R square amount showed 36,4%. Based on T-test result showed that skepticism have significant value 0,002 < 0,05 concluded that partially skepticism significantly influenced to materiality considerations levels. Experience have significant value 0,603 > 0,05 concluded that partially experience didnt significantly influenced to materiality considerations levels. Fraud detecting knowledge have significantt value 0,000 < 0,05 that partially fraud detecting knowledge significantly influenced to materiality considerations levels. Intellectual intelligence have significant value 0,575 > 0,05 concluded that partially intellectual intelligence didnt significantly influenced to materiality consideration levels. Reseach result of F-test showed significant value 0,000 < 0,05, then concluded thant simultaneously skepticism, experience, fraud detecting knowledge and intellectual intelligence significantly influenced to materiality considerations levels.
Keywords : Skepticism, Experience, fraud detecting Knowledge, and intellectualintelligence and materiality considerations levels.
xi
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul .................................................................................................... i Halaman Perolehan Gelar .................................................................................... ii Lembar Persetujuan ........................................................................................... iii Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv Lembar Penyataan Orisinalitas dan Persetujuan Publikasi ...................................... v Kata Pengantar .................................................................................................. vi Abstraksi ........................................................................................................... ix Abstract .............................................................................................................. x Daftar Isi ............................................................................................................ ix Daftar Tabel ....................................................................................................... xvi Daftar Gambar .................................................................................................... xix Daftar Lampiran .................................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1 1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................... 5 1.3 Pembatasan Masalah .................................................................. 6 1.4 Rumusan Masalah ...................................................................... 7 1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................... 8 1.6.1 Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu ................................. 8 1.6.2 Manfaat Bagi Pihak Kantor Akuntan Publik ....................... 8 1.6.3 Manfaat Bagi Penulis selanjutnya ..................................... 8 1.7 Sistematika Penulisan .................................................................. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ........................................................................... 10 2.1.1 Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) .............................. 10 2.1.1.1 Definisi Pertimbangan Tingkat Materialitas ............ 10 2.1.1.2 Dimensi dan Indikator Pertimbangan Tingkat Materialitas ......................................................... 12 2.1.2 Skeptisme (X1) ............................................................... 13 2.1.2.1 Definisi Skeptisme .............................................. 13 2.1.2.2 Dimensi dan Indikator Skeptisme ........................ 15 xii
2.1.3 Pengalaman (X2) ............................................................ 16 2.1.3.1 Definisi Pengalaman ............................................ 16 2.1.3.2 Dimensi dan Indikator Pengalaman ....................... 18 2.1.4 Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) ...................... 19 2.1.4.1 Definisi Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ........ 19 2.1.4.2 Dimensi dan Indikator Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ........................................................ 21 2.1.5 Kecerdasan Intelektual (X 4 ) ............................................. 22 2.1.5.1 Definisi Kecerdasan Intelektual ............................ 22 2.1.5.2 Dimensi dan Indikator Kecerdasan Intelektual ........ 24 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ........................................................ 26 2.2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ....................................... 26 2.2.1.1 Arleen Herawaty &Yulius Kurnia Susanto (2009) ... 26 2.2.1.2 Febrianty (2012) ................................................. 27 2.2.1.3 Reza Minanda, Dul Muid (2013) ............................ 28 2.2.2 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ........................ 30 2.2.2.1 Arleen Herawaty &Yulius Kurnia Susanto (2009) ... 30 2.2.2.2 Febrianty (2012) ................................................. 30 2.2.2.3 Reza Minanda, Dul Muid (1013) .......................... 31 2.3 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 34 2.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 37 BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................................ 40 3.1 Metode Penelitian ....................................................................... 40 3.1.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 40 3.1.2 Gambaran Tentang Populasi ............................................ 41 3.1.3 Teknik Sampling ............................................................. 41 3.1.4 Uji Instrumen Penelitian ................................................... 42 3.1.4.1 Uji Validitas ......................................................... 43 3.1.4.2 Uji Reliabilitas ...................................................... 43 3.1.4.3 Model Transformasi Data Ordinal ke Interval ........ 44 3.1.5 Alat Analisis Data ............................................................ 45 3.1.5.1 Uji Asumsi Klasik ................................................. 45 3.1.5.1.1 Uji Normalitas ........................................ 46 3.1.5.1.2 Uji Multikolinearitas ................................ 47 3.1.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas .......................... 47 xiii
3.1.5.2 Analisis Korelasi .................................................. 48 3.1.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda ........................... 49 3.1.5.3.1 Koefisien Determinasi (R 2 ) ..................... 51 3.1.5.4 Rancangan Pengujian Hipotesis ............................ 51 3.1.5.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (T-Test) .................................................. 52 3.1.5.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (F-Test) .................................................. 53 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 54 3.3 Obyek Penelitian ............................................................... 56 3.3.1 Sejarah Kantor Akuntan Publik (KAP) ................................ 56 3.3.1.1 Kantor Akuntan Publik Herman, Dody, Tanumiharjda &Rekan (Pusat) ............................. 56 3.3.1.2 Kantor Akuntan Publik Hendrawinata, Eddy & Sidharta (Pusat) ................................................. 58 3.3.1.3 Kantor Akuntan Publik Nugroho & Rekan ............... 59 3.3.1.4 Kantor Akuntan Publik Darmawan, Hendang & Yogi (Pusat) ...................................................... 61 3.3.1.5 Kantor Akuntan Publik Hertanto, Sidik Hadisoeryo & Rekan .............................................................. 63 3.3.1.6 Kantor Akuntan Publik Usman & Rekan ................. 63 3.3.1.7 Kantor Akuntan Publik Noor Salim, Nursehan & Sinardja ............................................................. 64 3.3.1.8 Kantor Akuntan Publik Hananta Budianto & Rekan . .......................................................................... 66 3.3.1.9 Kantor Akuntan Publik A. Salam Rauf & Rekan ... 68 3.3.1.10 Kantor Akuntan Publik Muhammad Sofwan & Rekan .............................................................. 68 3.3.1.11 Kantor Akuntan Publik Rama Wendra ................. 69 3.3.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) .............. 69 3.3.3 Bidang Usaha ................................................................. 70 3.3.4 Lokasi Penelitian ............................................................. 72 3.4 Operasionalisasi Variabel ............................................................. 73 3.4.1 Variabel Independen atau Bebas (X) ................................. 73 3.4.2 Variabel Dependen atau Terikat (Y) ................................. 74 xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 79 4.1 Deskripsi Data ............................................................................ 79 4.1.1 Penyajian Data ............................................................... 79 4.1.2 Gambaran Umum Identitas Responden ............................ 82 4.1.3 Distribusi Frekuensi Identitas Responden .......................... 82 4.1.3.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 82 4.1.3.2 Data Responden Berdasarkan Usia ....................... 83 4.1.3.3 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terkahir 84 4.1.3.4 Data Responden Berdasarkan Jabatan Saat Ini ...... 84 4.1.3.5 Data Responden Berdasarkan Memiliki Nomor Register Akuntan ................................................ 85 4.1.3.6 Data Responden Berdasarkan Masa Kerja ............. 86 4.1.4 Distribusi Jawaban Responden ......................................... 86 4.1.4.1 Distribusi Jawaban Responden Variabel Skeptisme (X1) ..................................................... 87 4.1.4.2 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengalaman (X2) .................................................. 88 4.1.4.3 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) ........... 89 4.1.4.4 Distribusi Jawaban Responden Variabel Kecerdasan Intelektual (X4) ................................. 90 4.1.4.5 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) .................. 91 4.2 Analisis Data .............................................................................. 93 4.2.1 Uji Validitas .................................................................... 94 4.2.1.1 Uji Validitas Variabel Skeptisme (X1) ...................... 94 4.2.1.2 Uji Validitas Variabel Pengalaman (X2) ................... 96 4.2.1.3 Uji Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) ................................................. 96 4.2.1.4 Uji Validitas Variabel Kecerdasan Intelektual (X4) .. 99 4.2.1.5 Uji Validitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) ................................................... 100 4.2.2 Uji Reliabilitas ................................................................. 103 4.2.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Skeptisme (X1) ................. 103 4.2.2.2 Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman (X2) ............... 103 xv
4.2.2.3 Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) ................................................. 104 4.2.2.4 Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Intelektual (X4) 104 4.2.2.5 Uji Reliabilitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) ................................................... 105 4.2.3 Transformasi Data Ordinal ke Interval .............................. 105 4.2.4 Uji Asumsi Klasik ............................................................ 106 4.2.4.1 Uji Normalitas ...................................................... 106 4.2.4.2 Uji Multikolinearitas ............................................. 108 4.2.4.3 Uji Heteroskedastisitas ......................................... 109 4.2.5 Analisis Korelasi ............................................................... 110 4.2.6 Analisis Regresi Linear Berganda ..................................... 112 4.2.6.1 Analisis Persamaan Regresi Linear Berganda ......... 113 4.2.6.2 Koefisien Determinasi (R 2 ) ................................... 114 4.2.6.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (T-Test) ........... 115 4.2.6.4 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (F-Test) ........ 117 4.3 Interpretasi Hasil Penelitian ......................................................... 118 4.3.2 Pengaruh Skeptisme terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas...................................................................... 118 4.3.3 Pengaruh Pengalaman terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas .................................................................... 119 4.3.4 Pengaruh Sikap Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas ...................... 120 4.3.5 Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas ........................................................ 120 4.3.6 Pengaruh Pertimbangan Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas .... 121 4.3.6 Konsistensi Hasil Penelitian Penulis dengan Penelitian Sebelumnya ................................................................... 122 4.3.6.1 Arleen Herawaty & Yulius Kurnia Susanto (2009) ... 122 4.3.6.2 Febrianty (2012) ................................................. 122 4.3.6.3 Reza Minanda, Dul Muid (2013) ........................... 122 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 126 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 126 xvi
Tabel Halaman Tabel 2.1 Matriks Definisi Pertimbangan Tingkat Materialitas ........................... 11 Tabel 2.2 Matriks Dimensi dan Indikator Pertimbangan Tingkat Materialitas .... 13 Tabel 2.3 Matriks Definisi Skeptisme ............................................................. 14 Tabel 2.4 Matriks Dimensi dan Indikator Skeptisme ....................................... 16 Tabel 2.5 Matriks Definisi Pengalaman ......................................................... 17 Tabel 2.6 Matriks Dimensi dan Indikator Pengalaman .................................. 19 Tabel 2.7 Matriks Definisi Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ..................... 21 Tabel 2.8 Matriks Dimensi dan Indikator Pengetahuan MendeteksiKecurangan 22 Tabel 2.9 Matriks Definisi Kecerdasan Intelektual ......................................... 23 Tabel 2.10 Matriks Dimensi dan Indikator Kecerdasan Intelektual ..................... 25 Tabel 2.11 Matriks Penelitian Sebelumnya ........................................................ 32 Tabel 3.1 Kronologis Pemilihan Sampel Penelitian .......................................... 55 Tabel 3.2 Tabel Operasional Variabel ............................................................ 75 Tabel 4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik yang Menjadi Sampel Penelitian ......... 79 Tabel 4.2 Kalkulasi Perbandingan Kuesioner yang Disebarkan ........................ 81 Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden .............................................................. 83 Tabel 4.4 Usia Responden ............................................................................ 83 Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden ..................................................... 84 Tabel 4.6 Jabatan Responden Saat Ini .......................................................... 85 Tabel 4.7 Responden yang Memiliki Nomor Register Akuntan ......................... 85 Tabel 4.8 Masa Kerja Responden .................................................................. 86 Tabel 4.9 Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Skeptisme .............. 87 Tabel 4.10 Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengalaman ........... 89 Tabel 4.11 Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ................................................................ 90 Tabel 4.12 Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecerdasan Intelektual 91 Tabel 4.13 Tabel Distribusi Jawaban Responden Pertimbangan Tigkat Materialitas 92 Tabel 4.14 Validitas Variabel Skeptisme .......................................................... 94 Tabel 4.15 Validitas Variabel Skeptisme Ke-2 ................................................... 95 Tabel 4.16 Validitas Variabel Pengalaman ....................................................... 96 Tabel 4.17 Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ................. 97 Tabel 4.18 Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan Ke-2 .......... 98 xviii
Tabel 4.19 Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan Ke-3 .......... 98 Tabel 4.20 Validitas Variabel Kecerdasan Intelektual ........................................ 99 Tabel 4.21 Validitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas ...................... 100 Tabel 4.22 Validitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas Ke-2 ............... 102 Tabel 4.23 Reliabilitas Variabel Skeptisme ....................................................... 103 Tabel 4.24 Reliabilitas Variabel Pengalaman .................................................... 103 Tabel 4.25 Reliabilitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ............... 104 Tabel 4.26 Reliabilitas Variabel Kecerdasan Intelektual ................................... 104 Tabel 4.27 Reliabilitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas .................... 105 Tabel 4.28 Uji Kolmogorov Smirnov ................................................................ 108 Tabel 4.29 Output Uji Multikolinearitas ............................................................ 109 Tabel 4.30 Hasil Analisis Korelasi .................................................................... 111 Tabel 4.31 Output Persamaan Regresi Linear Berganda dan Pengujian Secara Parsial .............................................................................. 113 Tabel 4.32 Output Koefisien Determinasi (R 2 ) .................................................. 114 Tabel 4.33 Output Pengujian Hipotesis Secara Simultan ................................... 117 Tabel 4.34 Matriks Konsistensi Hasil Penelitian Sebelumnya Dengan Penelitian Penulis .......................................................................................... 123
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 36 Gambar 3.1 Model Penelitian ........................................................................... 50 Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot ...................................................................... 107 Gambar 4.2 Output Scatterplot ........................................................................ 110 Gambar 4.3 Model Analisis Regresi Linear Berganda .......................................... 115
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman Lampiran 1 Hasil Data Responden, Output SPSS Distribusi Data Responden dan Hasil Output Excel Distribusi Jawaban Responden.................... 139 Lampiran 2 Hasil Outpus SPSS Analisis Data .................................................. 141 Lampiran 3 Data Ordinal dan Data Interval ................................................... 145 Lampiran 4 Lembar Kuesioner ..................................................................... 189 Lampiran 5 Surat Hasil Riset ........................................................................ 198 Lampiran 6 Riwayat Hidup ............................................................................ 210 Lampiran 7 Kartu Bimbingan ......................................................................... 212
i
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Audit atas laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi pasar bebas. Tuntutan untuk menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat dipercaya, dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi dalam laporan keuangan. Manajemen perusahaan membutuhkan jasa pihak ketiga yang independen agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya. Pihak ketiga tersebut adalah auditor eksternal, yang berperan dalam melakukan pengujian terhadap kewajaran laporan keuangan yang telah dibuat oleh direksi. Hal ini dilakukan oleh auditor eksternal karena pemegang saham tidak berkemampuan untuk menguji secara langsung, apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia. Para pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal bebas dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Didalam penelitian Sulistia (2013:117) Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat (opini) atas kewajaran suatu laporan keuangan dalam semua hal yang material, dan posisi keuangan hasil usaha serta arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam menyatakan pendapatnya auditor harus sangat berhati-hati, ia harus melaksanakan semua tahap audit sesuai dengan standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Kesalahan dalam pernyataan opini audit akan menimbulkan kerugian baik bagi klien, auditor, Kantor Akuntan Publik (KAP) dimana auditor tersebut bekerja, serta seluruh pihak yang meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan auditan tersebut. Jangan sampai perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) justru mengalami kebangkrutan setelah opini audit diterbitkan. Misalnya, seperti kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen di Amerika Serikat yang berakibat pada menurunnya kepercayaan investor terhadap integritas penyajian laporan keuangan. Kesalahan dalam pernyataan pendapat dapat diminimalisir, salah satunya dengan ketepatan auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Menurut Messier, Steven, dan Douglas (2006: 122) dalam Sulistia (2013) materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya mungkin dapat merubah atau 2
mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Menurut Mulyadi (2002:158) dalam Sulistia (2013), Pertimbangan tingkat materialitas sangat penting dalam audit laporan keuangan karena auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) mutlak bahwa auditor akan menemukan semua salah saji. Dalam penelitian Kinanti (2012:2) Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil ditemukan oleh auditor dapat berdampak material terhadap laporan keuangan (SA Seksi 312, 2011). Dalam membuat kebijakan mengenai tingkat materialitas auditor biasanya menentukan terlebih dahulu mengenai batas nilai materialitas, sehingga hal ini dapat bermanfaat dalam menentukan apakah terdapat kekeliruan atau salah saji yang material atau tidak. Semakin kecil tingkat materialitas yang ditetapkan oleh auditor, maka auditor harus mencari bukti lebih banyak agar auditor memperoleh keyakinan atas audit yang dilakukan. Auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu: standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan secara keseluruhan. Seorang auditor dalam menjalankan penugasan audit dilapangan seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit, tetapi juga harus disertai dengan sikap skeptisme profesionalnya. Standar profesional akuntan publik mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI 2001, SA seksi 230.06). Skeptisisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu- ragu (KBBI, 2008). Didalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik, 2001) dalam 3
Anisma (2011:490) menyatakan skeptisisme professional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Dalam pengumpulan bukti, auditor harus senantiasa menggunakan skeptisisme professionalnya. Auditor diharapkan dapat lebih mendemonstrasikan tingkat tertinggi dari skeptisisme profesionalnya. Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisme profesional, auditor hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya. Menurut (SPAP, 2001) dalam Anisma (2011:491) Skeptisisme professional ini perlu dimiliki oleh auditor agar hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dapat dipercaya. Sebagaimana diketahui profesi akuntan publik merupakan profesi yang salah satu tugasnya menyediakan jasa pemeriksaan laporan keuangan . Auditor menemui kesulitan dalam menetapkan jumlah tingkat materialitas laporan keuangan kliennya. Hal ini disebabkan karena auditor kurang dalam mempertimbangkan masalah lebih saji dan kurang saji. Auditor juga sering menganggap perkiraan tertentu lebih banyak kekeliruannya dari pada perkiraan lainnya, sehingga membuat seorang auditor kesulitan dalam menentukan jumlah tingkat materialitas disini dibutuhkan seorang auditor yang memiliki sikap skeptisme yang tinggi untuk menentukan seberapa besar jumlah materialitas yang akan ditetapkan baik dengan menetapkan tingkat materialitas laporan keuangan dengan jumlah yang rendah atau tinggi, sehingga diharapkan dengan sikap skeptisme auditor yang semakin tinggi akan mampu untuk mempertimbangkan tingkat materialitas semakin baik pula. Selain memiliki sikap skeptis, akuntan publik juga harus memiliki pengetahuan akuntan publik yang dapat diperoleh dari berbagai pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar, lokakarya serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor yuniornya. Pengetahuan juga bisa diperoleh dari frekuensi seorang akuntan publik melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangan. Pengetahuan akuntan publik digunakan sebagai salah satu kunci keefektifan kerja. Dalam audit, pengetahuan tentang bermacam-macam pola yang berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan atau kecurangan dalam laporan keuangan penting untuk membuat perencanaan audit yang efektif. Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk., 2004). Pengalaman juga memberikan 4
dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam perimbangan tingkat materialitas. Pengalaman membentuk seorang akuntan publik menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan. Pengalaman juga membantu akuntan publik dalam mengambil keputusan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dan menjunjang setiap langkah yang diambil dalam setiap penugasan. Pengetahuan akuntan publik tentang mendeteksi kecurangan semakin berkembang karena pengalaman kerja. Semakin tinggi pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kecurangan maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas. Christ (1993) dalam Hilmi (2011:17), Faktor pengalaman memegang peranan penting agar auditor dapat mendeteksi adanya tindak kecurangan, karena pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup atas tugasnya. Libby (1995) dalam Hilmy (2011:8) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas- tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam mengungkap tindakan kecurangan (fraud) yang kerap terjadi dalam suatu perusahaan. Martin (2000) dalam Choiriah (2013:4), Kinerja auditor tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain Kemampuan tersebut oleh Daniel Goleman disebut dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi yang akan memberikan pengaruh dari dalam diri seseorang. Goleman (2000) melalui penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan, sedangkan 20% yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient). Dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas adanya kecerdasan iltelektual merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan. Kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap sikap etis seorang auditor, dimana seorang auditor yang memiliki intelek yang baik akan mempengaruhi prestasi auditor dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. Auditor mempunyai hubungan yang berbeda dengan kliennya dibandingkan dengan profesi lainnya. Profesi lain, misalnya: dokter atau pengacara, dibayar oleh kliennya dan mereka berpihak sepenuhnya kepada klien. Sangat berbeda dengan 5
akuntan publik atau auditor, ataupun auditor dibayar oleh klien, tetapi mereka tidak berpihak kepada kliennya. Karena Kantor Akuntan Publik (KAP) harus bersikap independen, yaitu penuh kejujuran, tidak boleh memihak kepada pihak manapun. Akuntan publik dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan auditnya adalah berdasarkan fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Semakin baik sikap skeptisme yang dimiliki oleh auditor, pertimbangan tingkat materialitas dalam audit semakin baik. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh antara sikap skeptisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 2. Semakin banyak dan semakin lama pengalaman, pertimbangan tingkat materialitas dalam audit semakin baik. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh antara pengalaman terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 3. Semakin baik pengetahuan mendeteksi kecurangan, pertimbangan tingkat materialitas dalam audit semakin baik. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 4. Semakin baik kecerdasan intelektual, pertimbangan tingkat materialitas dalam audit semakin baik. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 5. Semakin tinggi sikap independensi yang dimiliki oleh auditor, pertimbangan tingkat materialitas dalam audit akan semakin tepat. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh antara independensi terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 6. Semakin baik etika profesi yang dilakukan oleh auditor, pertimbangan tingkat materialitas dalam audit akan semakin baik. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh antara etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 7. Semakin bagus sistem pengendalian internal (SPI) suatu perusahaan, pertimbangan tingkat materialitas dalam audit akan semakin baik. 6
Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh antara SPI terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas , maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini dilakukan hanya membahas masalah dan mencari pengaruh baik secara parsial maupun simultan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. Dari banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi variabel dependen penulis yaitu pertimbangan tingkat materialitas dalam audit, penulis membatasi variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual. 3. Berdasarkan pada data direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jakarta dengan responden yang diteliti adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik tersebut.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dan latar belakang di atas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah skeptisme berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit? 2. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit ? 3. Apakah pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit ? 4. Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit ? 5. Apakah skeptisme, pengalaman , pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit ? 7
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh fakta-fakta atau bukti-bukti empirik yang menjelaskan pengaruh skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh skeptisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit . 2. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap pertimbangan tingkat mterialitas dalam audit . 3. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 4. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 5. Untuk mengetahui pengaruh skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit.
1.6 Manfaat Penelitian Untuk menganalisis mengenai pengaruh skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. Adapun kegunaan yang didapat dari penyusunan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi : 1.6.1 Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi tambahan yang dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya teori auditing. Sehingga diharapkan dimasa yang akan datang, pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor akan semakin berkualitas dan terus menajaga kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat untuk menilai kesesuaian suatu laporan keuangan dengan kriteria/standar yang berlaku. 1.6.2 Manfaat Bagi Pihak Kantor Akuntan Publik 8
Untuk memberikan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan dan dapat lebih memaksimalkan peran variabel-variabel yang diamati khususnya berkenaan dengan skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 1.6.3 Manfaat Bagi Penulis Diharapkan dari penelitian ini dapat berperan sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari di perkuliahan. Serta untuk menambah wawasan yang dapat menjadi suatu studi perbandingan antara teori dan prakteknya.
1.7 Sistematika Penulisan Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab awal, bagian ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang landasan teori dari masing-masing variabel, hasil penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, populasi dan sampel penelitian, obyek penelitian, dan operasionalisasi variabel. BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil penelitian yang meliputi deskripsi data, analisis data yang dilakukan, dan interpretasi hasil penelitian. BAB V PENUTUP Pada bab terakhir, bagian ini menjelaskan tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak- pihak yang berkepentingan bagi penelitian mendatang.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Sesuai dengan judul penelitian ini, Pengaruh Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, dan Kecerdasan Intelektual terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit, berikut ini akan dijelaskan masing- masing konsep penelitian ini agar dapat disusun menjadi subvariabel, dimensi, indikator, dan kuesioner pada bab berikutnya. 2.1.1 Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit (Y) 2.1.1.1 Definisi Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit Menurut Mulyadi (2002:158) dalam Febriana dan Suhardjo (2011): Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah sajiinformasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Materialitas menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2011, SA Seksi 312:paragraf 10) : Besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi 10
tersebut. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau kecurangan. Menurut Sukrisno (2004:126): materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Menurut Alvin A. Arens et al (2008:318): materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang harus dikeluarkan. Menurut FASB 2 dalam Arens et al (2008:318): Materialitas sebagai besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut. Berdasarkan pendapat para peneliti diatas, maka penulis membuat suatu kesimpulan bahwa materialitas adalah sikap atau perilaku seseorang dalam menjalankan suatu profesi dengan keahlian dan keterampilan yang tinggi disertai kemampuan untuk mendemonstrasikan kualitas dirinya. Pertimbangan akuntan publik tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi akuntan publik tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas suatu entitas tidak akan sama dengan entitas lain, tergantung pada sifat dan ukuran laporan keuangannya. Dari uraian diatas, Tabel 2.1 di bawah ini merupakan ringkasan pengertian materialitas dari beberapa peneliti. Tabel 2.1 Matrik Pengertian Pertimbangan Tingkat Materialitas No Nama Penulis Pendapat 1 Menurut Mulyadi (2002:158) dalam Febriana dan Suhardjo (2011). Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah sajiinformasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut.
2 Standar Profesional Akuntan materialitas adalahbesarnya informasi 11
Publik (SPAP 2011, SA Seksi 312: paragraf 10) akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat darikeadaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar Akuntansi No Nama Penulis Pendapat Keuangan di Indonesia. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau kecurangan.
3 Sukrisno (2004:126). materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut.
4 Alvin A. Arens et al (2008:318). materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang harus dikeluarkan. 5 Menurut FASB 2 dalam Arens et al (2008:318). Materialitas sebagai besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
12
Sumber :Menurut Mulyadi (2002:158) dalam Febriana dan Suhardjo (2011), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2011, SA Seksi 312: paragraf 10), Sukrisno (2004:126), Alvin A. Arens et al (2008:318), Menurut FASB 2 dalam Arens et al (2008:318). 2.1.1.2 Dimensi dan indikator Pertimbangan Tingkat Materialitas Pertimbangan tingkat materialitas adalah pertimbangan yang dilakukan olehseorang auditor terhadap laporan keuangan untuk menentukan seberapa besar salah saji yang terjadi dalam suatu laporan keuangan tersebut dengan tujuan untuk memberikan pendapat atas penyajian laporan keuangan.
Menurut Mulyadi (2002:159) dalam Basri (2011) Dimensi indikator dari pertimbangan tingkat materialitas adalah: 1. Pertimbangan awal materialitas Auditor membuat pertimbangan awal materialitas dalam perencanaan audit, jadi sering juga disebut materialitas yang direncanakan. 2. Materialitas pada tingkat laporan keuangan Besarnya keseluruhan salah saji minimum dalam laporan keuangan sehingga membuat laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. 3. Materialitas pada tingkat saldo rekening Minimum salah saji yang bisa ada pada suatu saldo rekening, yang dipandang sebagai salah saji material, juga sering disebut salah saji bisa diterima. 4. Alokasi materialitas laporan keuangan kerekening Apabila pertimbangan awal materialitas dikuantitatifkan maka taksiran awal untuk setiap rekening dapat diperoleh mengalokasikan materialitas laporan keuangan dalam masing-masing rekening.
Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Pertimbangan Tingkat Materialitas No Dimensi Indikator 1 Pertimbangan awal materialitas 1. Materialitas perencanaan 2 Meterialitas pada tingkat laporan keuangan 2. Materialitas pada laporan keuangan 3. Materialitas pada laporan laba rugi 4. Materialitas pada neraca 3 Materialitas pada tingkat saldo rekening 5. Saldo akun yang tercatat 13
4 Alokasi materialitas laporan keuangan kerekening 6. Alokasi atas dasar akun neraca Sumber: Mulyadi (2002: 159) dalam Basri (2011). 2.1.2 Sikap Skeptisme (X 1 ) 2.1.2.1 Definisi Skeptisme Menurut kamus besar bahasa Indonesia skeptis yaitu kurang percaya, ragu- ragu (terhadap keberhasilan ajaran dsb): contohnya; penderitaan dan pengalaman menjadikan orang bersifat sinis dan skeptis. Sedangkan skeptis-isme adalah aliran (paham) yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan) contohnya; kesulitan itu telah banyak menimbulkan skeptis-isme terhadap kesanggupan dalam menanggapi gejolak hubungan internasiona. Jadi secara umum skeptis-isme adalah ketidakpercayaan atau keraguan seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Shaub dan Lawrence (1996) dalam Anisma(2011:492) menyebutkan :Professional skepticism is a choice to fulfill the professional auditors duty to prevent or reduce or harmful consequences of another persons behaviour.Dengan demikian dapat diartikan, bahwa skeptisisme professional adalah pilihan untuk memenuhi kewajiban professional auditor untuk mencegah atau mengurangi konsekuensi yang dapat merugikan dari perilaku orang lain. Menurut PSA (No 70, Paragraf 27) dalam Hilmi (2011:17): Skeptisme profesional (professional sceptism) adalah suatu sikap yang mencakup pikiran bertanya dan penentuan secara kritis bukti audit. Menurut Hilmi (2011:19) dalam penelitiannya menyimpulkan Skeptisme profesional auditor adalah sikap seorang auditor yang seimbang antara curiga dan percaya atas informasi yang didapatnyaselama proses audit yang dilakukan. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2011, SA Seksi 230:paragraf 06): mendefinisikan skeptisme professional sebagai sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Auditor tidak boleh menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak boleh menganggap bahwa kejujuran manajemen tidak dipertanyakan lagi. Auditor juga tidak boleh puas dengan bukti-bukti yang kurang persuasif karena keyakinannya atas kejujuran manajemen.
Tabel 2.3 Matriks Pengertian Skeptisme Professional No Nama Penulis Pendapat 1 Shaub dan Lawrence Skeptisisme professional adalah pilihan untuk 14
(1996) dalam Anisma (2011:492) memenuhi kewajiban professional auditor untuk mencegah atau mengurangi konsekuensi yang dapat merugikan dari perilaku orang lain.
2 Menurut PSA (No 70, Paragraf 27) dalam Hilmi (2011:17) Skeptisme profesional (professional sceptism) adalah suatu sikap yang mencakup pikiran bertanya dan penentuan secara kritis bukti audit. No Nama Penulis Pendapat 3 Menurut Hilmi (2011:19) dalam penelitiannya Skeptisme profesional auditor adalah sikap seorang auditor yang seimbang antara curiga dan percaya atas informasi yang didapatnyaselama proses audit yang dilakukan.
4 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2011, SA Seksi 230:paragraf 06). skeptisme professional sebagai sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit.
Sumber : Shaub dan Lawrence (1996) dalam Anisma (2011:492), PSA (No 70, Paragraf 27) dalam Hilmi (2011:17), Hilmi (2011:19) dalam penelitiannya, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2011, SA Seksi 230:paragraf 06). 2.1.2.2 Dimensi dan Indikator Skeptisme Professional Menurut Kee dan Knoxs (1970) dalam Prihandono (2012:4) menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Faktor-faktor kecondongan etika Faktor-faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor. Dalam The American Heritage Directory, etika sebagai suatu aturan atau standar yang menentukan tingkah laku para anggota dari suatu profesi. Pengembangan kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan (Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap skeptisisme profesional akuntan. 2. Faktor-faktor situasi Faktor-faktor situasi berperngaruh secara positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi (situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap skeptisisme profesionalnya. 3. Gender 15
Gender menjadi salah satu indikator untuk mengukur skeptisisme profesional auditor karena perbedaan kinerja diantara wanita dan laki-laki memiliki karakteristik yang berbeda. Profesi yang menuntut tingginya mutu audit ini, tidak hanya digeluti oleh pria, banyak auditor bahkan sampai level auditor senior diduduki oleh wanita. Fenomena mengenai ratanya jumlah auditor, baik itu pria ataupun wanita menjadi salah satu alasan gender akan mempengaruhi skeptisisme profesional seorang auditor. Wanita cenderung akan melihat klien dari sisi emosionalnya termasuk bahasa tubuh dan isyarat nonverbal klien, tidak demikian dengan pria yang tidak terlalu memperhatikan isyarat nonverbal dari klien. Perbedaan lain, terlihat dari bagaimana klien menaruh kepercayaan pada auditor wanita dan auditor pria. Sebagian dari mereka menganggap bahwa auditor wanita akan lebih teliti dalam mengivestigasi bukti bukti audit dan tidak mudah begitu saja percaya pada klien. Sedangkan auditor pria cenderung berpikir logis dalam menanggapi keterangan-keterangan klien tanpa memperhatikan isyarat nonverbal maupin gerak gerik tubuh dari kliennya. Sehingga perbedaan ini akan menyebakan skeptisisme profesional dan pemberian opini yang berbeda antara auditor wanita dengan auditor pria.
Tabel 2.4 Dimensi dan Indikator Sikap Skeptisme No Dimensi Indikator 1 Faktor kecenderungan etika 1. Tanggung jawab professional, 2. Kepentingan publik, 3. Integritas, 4. Objektifitas, 5. Kompetensi dan kehati-hatian professional, 6. Perilaku professional, 7. Standar teknis 2 Faktor Situasi 8. Kesulitan untuk berkomunikasi 3 Gender 9. Perbedaan kinerja diantara wanita dan pria memiliki karakteristik yang berbeda Sumber : Menurut Kee dan Knoxs (1970) dalam Prihandono (2012:4). 2.1.3 Pengalaman (X 2 ) 2.1.3.1 Definisi Pengalaman Pengalaman ialah hasil persentuhan alam dengan panca indera manusia. Berasal dari kata peng-alam-an. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan tahu ini kemudian disebut pengetahuan. Dalam dunia kerja istilah pengalaman juga 16
digunakan untuk merujuk pada pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan dengnnya selama periode tertentu. Menurut The Oxford English Distionary (1978) dalam Hilmi (2011:14) pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau partisipasi dalam suatu peristiwa dan aktivitas yang nyata. Menurut Knoers dan Haditono (1999) dalam Devi (2013): Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Menurut Suraida (2005) dalam Himli (2011:13), pengalaman audit dapat diartikan sebagai pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Pengalaman audit akan membentuk seorang akuntan publik menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan. Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas dan memungkinkan peningkatan kinerja auditor. Menurut Libby dan Frederick (1990) dalam Kushasyandita(2012:34)menemukan bahwa semakin banyakpengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesi Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis pengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Tabel 2.5 Matriks Pengertian Pengalaman No Nama Penulis Pendapat 1 The Oxford English Distionary (1978) dalam Hilmi (2011:14) Pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau partisipasi dalam suatu peristiwa dan aktivitas yang nyata.
2 Menurut Knoers dan Haditono (1999) dalam Devi (2013) Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan 17
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses No Peneliti Pendapat yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
3 Suraida (2005) dalam Hilmi (2011:13) Pengalaman audit dapat diartikan sebagai pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani.
4 Menurut Libby dan Frederick (1990) dalam Kushasyandita(2012:34)
Bahwa semakin banyakpengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Sumber : Menurut The Oxford English Distionary (1978) dalam Hilmi (2011:14), Knoers dan Haditono (1999) dalam Devi (2013), Suraida (2005) dalam Hilmi (2011:13), Menurut Libby dan Frederick (1990) dalam Kushasyandita(2012:34). 2.1.3.2 Dimensi dan Indikator Pengalaman Pengalaman adalah proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Menurut (Loehoer, 2002 dalam Havizd, dkk, 2010), pengalaman adalah akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan. Menurut Loeheor (2002) dalam Devi (2013) pengalaman adalah akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi yang diantaranya mencakup (1) lama bekerja auditor, (2) keterlibatan auditor dalam penugasan, (3) pelatihan auditor, (4) pendidikan auditor.
18
Tabel 2.6 Dimensi dan Indikator Pengalaman Auditor No Dimensi Indikator 1 Lama bekerja 1. Lama kerja sebagai auditor 2 Keterlibatan auditor dalam penugasan 2. Seringnya melakukan tugas audit 3 Pelatihan auditor 3. Pelatihan untuk auditor 4 Pendidikan auditor 4. Pendidikan formal maupun informal Sumber : Loeher (2002) dalam Devi (2013) 2.1.4 Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X 3 ) 2.1.4.1 Definisi Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan Menurut Arens, Elder dan Beasley(2010:432) dalam Siregar (2011) Seorang auditor dinyatakan memiliki pengetahuan dalam mendeteksi kecurangan ketika auditor tersebut melakukan pertimbangan penting untuk mengungkap kecurangan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko kecurangan. Faktor risiko yang dimaksud adalah sejumlah ketidakberesan (irregularities) yang terjadi atau akan terjadi ketika kondisi kecurangan berupa insentif, kesempatan dan rasionalisasi sedang berlangsung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Menurut AICPA (AU 316) dalam Hilmi (2011:33) mendefinisikan kecurangan adalah Fraud is an intentional act that results in a material misstatement in financial statments that are the subject of an audit. Yang berarti bahwa kecurangan adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan mengakibatkan adanya salah saji material dalam laporan keuangan dimana laporan keuangan ini adalah subjek utama dalam audit. Menurut Herawaty dan Susanto (2009:16) dalam Siregar (2011),mendefinisikan pengetahuan mendeteksi kecurangan adalah perolehan informasi memadai tentang pendeteksian kecurangan yang didapat dari berbagai pelatihan formal dan pengalaman khusus yang dapat membuat auditor menjadi lebih ahli dalam mendeteksi kecurangan. Pengetahuan auditor tentang pendeteksian kecurangan yang semakin berkembang karena pengalaman kerja diaplikasikan untuk menilai faktor risiko kecurangan, meningkatkan kesadaran klien akan eksistensi kecurangan tersebut dan menyusun mekanisme pelaporan untuk mengungkap kecurangan tersebut. Menurut The Association of Certified Fraud Examines (ACFE) dalam Halim (2008:147): Kecurangan merupakan segala sesuatu yang secara lihai dapat digunakan 19
untuk mendapat keuntungan dengan cara menutupi kebenaran, tipu daya, kelicikan atau mengelabui dan cara tidak jujur yang lain. Berdasarkan uraian diatas, seorang auditor dinyatakan memiliki pengetahuan memadai dalam mendeteksi kecurangan jika auditor tersebut cakap dalam menilai risiko kecurangan (fraud risk assessment), meningkatkan kesadaran organisasi yang dikelola klien (organization awareness), dan merancang sistem pelaporan (reporting system) sesuai dengan Peraturan yang berlaku. Pengetahuan mendeteksi kecurangan tersebut sendiri adalah perolehan informasi memadai dalam mendeteksi kecurangan yang diaplikasikan untuk menilai faktor risiko kecurangan, meningkatkan kesadaran klien akan eksistensi kecurangan tersebut dan menyusun sistem pelaporan untuk mengungkap kecurangan tersebut. Menurut SPAP (IAPI, 2011) ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan : 1. Salah saji yang timbul dari kecurangan salam pelaporankeuangan adalah salah saji atau pengendalian secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laopran keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini: a. Manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan. c. Salah Penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. 2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset seringkali dengan penyalahgunaan atau penggelapan berkaitan dengan pencurian asset entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap asset entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian asset, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak terima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap asset dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.
Tabel 2.7 Definisi Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan No Nama Peneliti Definisi 1 Menurut Arens, Elder dan Seorang auditor dinyatakan memiliki 20
Beasley(2010:432) dalam Siregar (2011)
pengetahuan dalam mendeteksi kecurangan ketika auditor tersebut melakukan pertimbangan penting untuk mengungkap kecurangan dengan mengidentifikasi faktor- faktor yang meningkatkan risiko kecurangan. 2 Menurut AICPA (AU 316) dalam Hilmi (2011:33)
Kecurangan adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan mengakibatkan adanya salah saji material dalam laporan keuangan dimana laporan keuangan ini adalah subjek utama dalam audit. 3 Herawaty dan Susanto (2009:16) dalam Siregar (2011) Pengetahuan mendeteksi kecurangan adalah perolehan informasi memadai tentang pendeteksian kecurangan yang didapat dari berbagai pelatihan formal dan pengalaman khusus yang dapat membuat auditor menjadi lebih ahli dalam mendeteksi kecurangan. 4 Menurut The Association of Certified Fraud Examines (ACFE) dalam Halim (2008:147)
Kecurangan merupakan segala sesuatu yang secara lihai dapat digunakan untuk mendapat keuntungan dengan cara menutupi kebenaran, tipu daya, kelicikan atau mengelabui dan cara tidak jujur yang lain. Sumber :Menurut Arens, Elder dan Beasley (2010:432) dalam Siregar (2011), Menurut AICPA (AU 316) dalam Hilmi (2011:33), Herawaty dan Susanto (2009:16) dalam Siregar (2011), Menurut The Association of Certified Fraud Examines (ACFE) dalam Halim (2008:147). 2.1.4.2 Dimensi dan Indikator Pengetahuan Mnedeteksi Kecurangan Herawati dan Susanto (2009) dalam Siregar (2011) menyatakan auditor yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang profesional dapat meningkatkan pengetahuan tentang sebab dan konsekuensi kecurangan dalam suatu siklus akuntansi. Pengetahuan mendeteksi kecurangan dalam penelitian ini adalah pengetahuan untuk mendeteksi macam-macam kecurangan dalam siklus pelaporan keuangan. Dimensi dari pengethuan mendeteksi kecurangan menurut Herawati dan Susanto (2009) adalah : (1) Pengetahuan dasar atas kecurangan, (2) deteksi kecurangan, (3) preliminary audit, (4) prosedur mengaudit kecurangan, (5) jangkauan pengetahuan. 21
Dimensi dan indikator pengetahuan mendeteksi kecurangan disajikan dalam tabel 2.8 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.8 Dimensi dan Indikator Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan No Dimensi Indikator 1 Pengetahuan dasar atas kecurangan 1. Perbedaan mendasar error, irregularities dan fraud. 2 Deteksi klien 2. Keahlian dalam melaksanakan pemeriksaan. 3 Preliminary audit 3. Menentukan eksistensi kecurangan dari evaluasi sistem pengendalian internal. 4 Prosedur mengaudit kecurangan 4. Melanjutkan pemeriksaan kecurangan` 5 Jangkauan pengetahuan 5. Pengetahuan mendeteksi kecurangan melalui pelatihan formal. 6. Partisipasi dalam mendesain pengungkapan kecurangan. Sumber : Menurut Herawaty dan Susanto (2009) dalam siregar (2011). 2.1.5 Kecerdasan Intelektual (X 4 ) 2.1.5.1 Definisi Kecerdasan Intelektual Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain, kecerdasan intelektual lazim disebut dengan inteligensi. Menurut Galton dalam Choiriah (2013:7) Inteligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasasan intelektual adalah sebuah tingkat kecerdasan yang dinilai dari tingkat kecerdasan otak, dimana inti dari pemeringkatan kecerdasan didasarkan pada aktivitas otak. Menurut Zohar dan Marshall (2005: 184) mendefinisikan Kecerdasan Intelektual (IQ) sebagai sebuah kecerdasan formal yang mempelajari cara memanipulasi dan menggunakan aturan-aturan formal, seperti aturan-aturan tata bahasa atau aturan aritmatika. Menurut Zohar dan Marshall(2005: 174) dalam Simanjutak (2009:31)Sebuah skor IQ menunjukkan tingkat dari beberapa kemampuan dasar tertentu, yang sebagian 22
besar diwariskan (demikianlah yang diyakini), yaitu kemampuan spasial, numerikal, dan linguistik Menurut Robins dan Judge (2007: 52) dalam Dwijayanti (2009), IQ adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental. Semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi juga kemampuannya untuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan kemampuan spasial, numerikal, dan linguistik. Menurut Binet dan Simon dalam Azwar (2004:5) dalam Dwijayanti (2009): Intellegensi sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) Kemampuan untuk mengarahkan tindakan, (2) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan, (3) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri. Menurut Raven dalam Choiriah (2013:7) mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas umum individu yang nampak dalam kemampuan individu untuk menghadapi tuntutan kehidupan secara rasional. Inteligensi lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam berpikir. Menurut Anastasi dan Urbani (1997:220)dalam Choiriah (2013:7) mengemukakan bahwa inteligensi adalah kemampuan global yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta bisa berinteraksi dengan lingkungan secara efisien.
Tabel 2.9 Matriks Pengertian Kecerdasan Intelektual No Nama Penulis Pendapat 1 Galton dalam Choiriah (2013:7) Inteligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik. No Nama Penulis Pendapat 2 Zohar dan Marshall (2005: 174) dalam Simanjutak (2009:31) Sebuah skor IQ menunjukkan tingkat dari beberapa kemampuan dasar tertentu, yang sebagian besar diwariskan (demikianlah yangdiyakini), yaitu kemampuan spasial, numerikal, dan linguistik. 3 Robins dan Judge (2007: 52) dalam Dwijayanti (2009) IQ adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental.Semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi juga kemampuannya untuk menghadapi 23
masalahyang berhubungan dengan kemampuan spasial, numerikal, dan linguistik. 4 Binet dan Simon dalam Azwar (2004:5) dalam Dwijayanti (2009) Intellegensi sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) Kemampuan untuk mengarahkan tindakan, (2) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan, (3) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri. 5 Menurut Anastasi dan Urbani (1997:220)dalam Choiriah (2013:7) Inteligensi adalah kemampuan global yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta bisa berinteraksi dengan lingkungan secara efisien. Sumber : Galton dalam Choiriah (2013:7), Zohar dan Marshall (2005: 174) dalam Simanjutak (2009:31), Robins dan Judge (2007: 52) dalam Dwijayanti (2009), Binet dan Simon dalam Azwar (2004:5) dalam Dwijayanti (2009), Menurut Anastasi dan Urbani (1997:220) dalam Choiriah (2013:7).
2.1.5.2 Dimensi dan Indikator Kecerdasan Intelektual Anastasi (1997:220) dalam Choiriah (2013): IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu, dalam hubungan dengan norma usia yang ada. Menurut Eysenck (1981) dalam Choiriah (2013) menyebutkan bahwa ada berbagai macam pengukuran inteligensi dan setiap tes IQ yang digunakan akan disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan dari penggunaan tes IQ tersebut. Sternberg (1997:219) dalam Choiriah (2013) Istilah inteligensi digunakan dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidakhanya oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin ilmu. Anastasi (1997:220) dalam Choiriah (2013) mengatakan bahwa inteligensi bukanlah kemampuan tunggal dan seragam tetapi merupakan komposit dari berbagai fungsi. Sedangkan indikator kecerdasan intelektual yang dikemukakan oleh Stenberg dalam Choiriah (2013) yaitu: 1) Kemampuan memecahkan masalah yaitu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih. 2) Intelegensi verbal yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan. 3) Intelegensi praktis 24
yaitu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.
Tabel 2.10 Dimensi dan Indikator Kecerdasan Intelektual No Dimensi Indikator 1 Kemampuan memecahkan masalah 1. Menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, 2. mengambil keputusan tepat, 3. menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih.
2 Intelegensi verbal 4. kosa kata baik, 5. membaca dengan penuh pemahaman, 6. ingin tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan. 3 Intelegensi praktis 7. Situasi, 8. tahu cara mencapai tujuan, 9. sadar terhadap dunia sekeliling, 10. menunjukkan minat terhadap dunia luar. Sumber : Stenberg dalam Choiriah (2013) 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya Untuk mendukung penelitian ini, penulis juga menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang membahas hal-hal yang relevan dengan penelitian ini baik pada obyek maupun variabel yang diteliti berdasarkan urutan waktu penelitian yang diuraikan sebagai berikut. 2.2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya 2.2.1.1 Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009) Penelitian ini dilakukan oleh Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009) yang penelitiannya berjudul Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Subyek dalam penelitian ini adalah Obyek penelitian yang diambil adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2008 di wilayah Jakarta dengan akuntan publik yang bekerja di KAP dijadikan sebagai responden. Para akuntan publik tersebut harus memiliki pengalaman bekerja 25
minimal dua tahun, memiliki jenjang pendidikan minimal S1 dan posisi minimal sebagai akuntan publik senior, untuk tujuan memperoleh responden yang memiliki pengalaman dalam menentukan tingkat materialitas. Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah. Data dikumpulkan melalui survai kuisioner yang dikirmkan kepada responden baik secara langsung atau melalui contact person. Jumlah kuisioner yang dikirimkan kepada responden sebanyak dua ratus, kuisioner yang direspon sebanyak seratus lima puluh. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah multiple regression analysis. Dalam pengujian hipotesis, penelitian memasukan variabel karakteristik responden seperti lama bekerja di KAP, jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan, gender dan umur yang merupakan variabel kontrol. Tujuan memasukan variabel kontrol adalah mengendalikan hasil penelitian agar tidak dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik responden. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji pemenuhan syarat regresi. Hasil penelitian ini tidak terpengaruh oleh karakteristik dari responden, yaitu lama kerja dan posisi dalam Kantor Akuntan Publik, tingkat pendidikan, gender dan umur. Terbuktinya hipotesis satu, dua dan tiga tidak terpengaruh oleh karakterisitik- karakteristik tersebut. Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat profesionalisme akuntan publik, pengetahuannya dalam mendeteksi kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan keuangan. 2.2.1.2 Febrianty (2012) Penelitian ini dilakukan oleh Febrianty (2012) yang penelitiannya berjudul Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit atas Laporan Keuangan. Dalam penelitian ini penulis telah mengirimkan kuesioner sebanyak 25 kuesioner kepada responden. Dari 25 kuesioner tersebut hanya 23 kuesioner yang kembali kepada penulis dan telah terisi dengan lengkap sehingga dapat digunakan untuk dianalisis lebih lanjut. Adapun detail pengembalian kuesioner oleh responden untuk tiap kota/Provinsi di wilayah Sumbagsel adalah sebagai berikut: Kota Palembang sebanyak 15 kuesioner, Propinsi Jambi sebanyak 3 kuesioner, Provinsi Bengkulu 3 kuesioner, dan Provinsi Bandar Lampung sebanyak 2 kuesioner. Responden yang menjadi subjek penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Sumbagsel. Dalam penyebaran kuesioner kepada responden, disertai juga pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut data diri responden seperti jabatan, lama pengalaman sebagai auditor, 26
pendidikan, keanggotaan asosiasi, dan perusahaan yang sering manggunakan Jasa KAP (auditor). variabel yang diteliti dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur variabel tersebut. Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan komputer Program SPSS for Windows Release 16.0. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, dengan melihat uji t dalam uji parsial dan nilai F dalam uji simultan. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, dimensi profesionalisme pengabdian pada profesi, kemandirian auditor eksternal, dan hubungan dengan sesama rekan seprofesi tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan oleh auditor KAP. Sedangkan Dimensi profesionalisme kewajiban sosial auditor eksternal dan keyakinan pada profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan oleh auditor KAP. Secara Simultan, Profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan oleh auditor KAP, dimana nilai F hitung sebesar 29.872 dan signifikansi 0.000 (p < 0.05) serta R Square sebesar 0.898.
2.2.1.3 Reza Minanda, Dul Muid (2013) Penelitian ini dilakukan oleh Reza Minanda, Dul Muid (2013) yang penelitiannya berjudul Analisis Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman Bekerja Auditor, dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Semarang. Alasannya karena kota Semarang termasuk kota besar di Jawa Tengah yang sudah banyak KAP besar maupun kecil, yang menuntut eksistensi auditor independen dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan dalam memberikan pendapat atas dasar hasil pemeriksaan, sehingga keterlibatannya dalam penentuan kualitas audit. Penelitian ini melibatkan lima variabel yang terdiri atas empat variabel anteseden (bebas), satu variabel dependen (terikat). Variabel anteseden (bebas) dalam penelitian ini adalah Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi kekeliruan, Pengalaman Bekerja Auditor, dan Etika Profesi. sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2008). Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel 27
dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh dengan tujuan penelitian dan relatif dapat dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Item instrumen yang digunakan sebanyak delapan belas pernyataan dengan 5 poin skala likert, seperti yang pernah digunakan oleh Muhammad,(2008) dengan sedikit perubahan oleh penulis. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah multiple regression analysis. Data dikumpulkan melalui metode angket, yaitu menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan diisi atau dijawab oleh responden auditor pada KAP di Semarang. Kuesioner tersebut terdiri dari enam bagian. Bagian pertama berisi tentang data demografi responden. Bagian kedua berisi tentang pertanyaan yang berhubungan dengan profesionalisme auditor. Bagian ketiga berisi tentang pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan mendeteksi kekeliruan. Bagian keempat berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan pengalaman bekerja auditor. Bagian kelima berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan etika profesi. Dan pada bagian keenam berisikan pertannyaan yang berhubungan tentang pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik. Kuesioner diberikan secara langsung kepada responden. Responden diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tersebut, kemudian memintanya untuk mengembalikannya melalui peneliti yang secara langsung akan mengambil angket yang telah diisi tersebut pada Kap yang bersangkutan. Angket yang telah diisi oleh responden kemudian diseleksi terlebih dahulu agar angket yang tidak lengkap pengisiannya tidak diikutsertakan dalam analisis. Kuesioner yang dibagikan sebanyak 180 kuesioner, dengan pertimbangan bahwa pembagian kuesioner dilaksanakan pada masa sibuk auditor, yaitu bulan September hingga Oktober 2012, sehingga response rate responden diasumsikan memiliki probabilitas rendah. Pada penelitian kali ini hasil kuesioner akan difokuskan pada semua auditor dengan perolehan data sebanyak 100 orang yang berada pada 12 KAP di Semarang. Mengingat kesibukan dan kesempatan KAP yang bersangkutan, serta pemilihan kuesioner yang layak untuk diolah. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009), yang menunjukkan bahwa variabel pengaruh profenionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, dan etika profesi berperngaruh signifikan terhadap tingkat materialitas akuntan publik. Pada penelitian ini menunjukkan bukti empiris sebagai berikut: (1)Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik. Hasil ini mengandung pengertian bahwa semakin baik profesionalisme auditor maka pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam laporan keuangan 28
akan semakin tepat. (2)Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel mendeteksi kekeliruan berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik. Hasil ini mengandung pengertian bahwa semakin baik pengetahuan kuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan maka pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam laporan keuangan akan semakin tepat. (3)Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel pengalaman bekerja auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik. Hasil ini mengandung pengertian bahwa semakin baik pengalaman bekerja auditor maka pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam laporan keuangan akan semakin tepat. (4)Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel etika profesi berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik. Hasil ini mengandung pengertian bahwa semakin baik etika profesi yang dimiliki seorang akuntan maka pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam laporan keuangan akan semakin tepat. 2.2.2 Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya 2.2.2.1 Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arleen Herawati dan Yulius Kurnia Susanto (2009) dengan judul Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik dengan menggunakan subyek para auditor KAP yang terdaftar pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Dalam penelitian penulis, variabel yang diteliti tidak berkaitan secara menyeluruh dengan penelitian sebelumnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), dan kecerdasan intelektual (X 4 ), dan pertimbangan tingkat materialitas dalam audit (Y). Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah KAP (Kantor Akuntan Publik) yang berada di DKI Jakarta. Dalam penelitian ini, variabel independen (X) yang digunakan adalah skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual sedangkan dalam penelitian Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009) variabel independen (X) yang digunakan adalah professionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, dan etika profesi. Penulis melihat bahwa dalam penelitian sebelumnya, variabel independen (X) yaitu profesionalisme merupakan dimensi dari variabel penelitian penulis yaitu skeptisme (X 1 ) dan pengetahuan mendeteksi kekeliruan berkaitan dengan pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ) . Dalam penelitian penulis, variabel dependen (Y) yang digunakan sama dengan penelitian Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009) , yaitu berkaitan dengan pertimbangan tingkat materialitas. 29
2.2.2.2 Febrianty (2012) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Febrianty (2012) yang berjudul Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Laporan Keuangan menggunakan kuesioner sebanyak 25 kuesioner kepada responden. Dari 25 kuesioner tersebut hanya 23 kuesioner yang kembali kepada penulis dan telah terisi dengan lengkap. Dalam penelitian penulis, variabel yang diteliti tidak berkaitan secara menyeluruh dengan penelitian sebelumnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah skeptisme (X 1 ), pengalman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), kecerdasan intelektual (X 4 ), dan pertimbangan tingkat materialitas (Y). Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah KAP (Kantor Akuntan Publik) yang berada di DKI Jakarta. Dalam penelitian ini, variabel independen (X) yang digunakan adalah skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual, sedangkan dalam penelitian Febrianty (2012), variabel independen (X) yang digunakan adalah profesionalisme. Penulis melihat bahwavariabel independen (X) yang digunakan oleh penulis berkaitan dengan variabel yang digunakan oleh penelitian sebelumnya, yaitu profesionalisme berkaitan dengan skeptisme (X 1 ) dan pengalaman (X 3 ). Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yang digunakan sama dengan penlitian Febrianty (2012), yaitu berkaitan dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 2.2.2.3 Reza Minanda, Dul Muid (2013) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Reza Minanda, Dul Muid (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman Bekerja Auditor dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik populasi penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Semarang. Dalam penelitian penulis, variabel yang diteliti tidak berkaitan secara menyeluruh dengan penelitian sebelumnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), kecerdasan intelektual (X 4 ), dan pertimbangan tingkat materialitas (Y). Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah KAP (Kantor Akuntan Publik) yang berada di DKI Jakarta. Dalam penelitian ini, variabel independen (X) yang digunakan adalah skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual, sedangkan dalam penelitian Reza Minanda, Dul Muid (2013), variabel independen (X) yang digunakan adalah profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kecurangan, pengalaman bekerja auditor dan etika profesi. Penulis melihat bahwa tiga variabel independen (X) yang digunakan oleh penulis sama dengan variabel yang digunakan oleh penelitian sebelumnya, yaitu 30
berkaitan dengan skeptisme, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan pengalaman. Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yang digunakan sama dengan penelitian Reza Minanda, Dul Muid (2013), yaitu berkaitan dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam audit.
Tabel 2.11 Matriks Penelitian Sebelumnya Nama Peneliti (Tahun) Variabel Peneliti Sampel Metode Analisis Ririn Listyawati (1032500256)
1. Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009)
Profesionalisme (X 1 ), Pengetahuan mendeteksi kekeliruan (X 2 ), dan Etika profesi (X 3 ) terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik (Y) para auditor KAP yang terdaftar pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah. Data dikumpulkan melalui survai kuisioner yang dikirmkan kepada responden baik secara langsung atau melalui contact person. a. Variabel : Skeptisme (X 1 ), Pengalaman (X 2 ), Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X 3 ) dan Kecerdasan Intelektual (X 4 ) terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit (Y)
b. Sampel : Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Jakarta
31
2. Febrianty (2012) Pengaruh Profesionalisme Auditor (X1)Terhadap Kota Palembang sebanyak 15 kuesioner, variabel yang diteliti dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhad c. Pengolahan data dilakukan Denganmenggu nakanIBM SPSS versi 20.0 d. Persamaan: Pengetahuan mendeteksi Nama Peneliti (Tahun) Variabel Peneliti Sampel Metode Analisis Ririn Listyawati (1032500256)
Pertimbangan TingkatMaterialit as Audit Laporan Keuangan (Y) Propinsi Jambi sebanyak 3 kuesioner,Prov insi Bengkulu 3 kuesioner , dan Provinsi Bandar Lampung sebanyak 2 kuesioner alat ukur variabel tersebut. Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan komputer Program SPSS for Windows Release 16.0. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, dengan melihat uji t dalam uji parsial dan nilai F dalam uji simultan. kekeliruan, sikap profesionalise auditor sebagai yang bersangkutan, pengalaman, Pertimbangan tingkat materialitas 3. Reza Minanda, Dul Muid (2013) Pengaruh Profesionalisme (X1), Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan (X2), Pengalaman penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik ini bisa diartikan sebagai e. Perbedaan : 1. Waktu 2. Tempat 3. Jumlah responde 4. Pengolahan Data 32
Bekerja Auditor (X3) dan Etika Profesi (X4) terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (KAP) yang berada di Semarang suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak
Nama Peneliti (Tahun) Variabel Peneliti Sampel Metode Analisis Ririn Listyawati (1032500256) Akuntan Publik(Y) diambil, kemudianpemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.
Sumber:Diolah Sendiri 2.3 Kerangka Pemikiran Menurut Sekaran (1992) dalam Sugiyono (2010:88), Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir juga merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan Kerangka berfikir akan menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti. Secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir. Kerangka pemikiran adalah menjawab secara rasional masalah yang telah disusun dan diidentifikasi ( mengapa fenomena itu terjadi) itu dengan mengalirkan jasa pikirkan dari pangkal pikir (premis) berdasarkan patokan pikir (postulat/asumsi/aksioma) sampai pada pemikiran (hasil berfikir/ deduksi/ hipotesis) menurut kerangka logis (logical construct). Kerangka pemikiran dalam riset ini diawali dengan dasar pemikiran tentang audit laporan keuangan, menurut Soekrisno Agoes (2004) setidaknya terdapat dua alasan perlunya suatu laporan keuangan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), yaitu pertama, jika tidak diaudit ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut 33
mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja sehingga diragukan kewajaran oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Kedua, jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) dari KAP, berarti laporan keuangan tersebut dapat diasumsikan bebas dari salah saji material dan telah disajikan sesaui dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlakuumum di Indonesia. Konsep ini digunakan sebagai Grand Theory dalam riset ini. Tingkat pertimbangan materialitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan seorang auditor independen harus memiliki kemampuan untuk menentukan tingkat materialitas. Konsep materialitas menyatakan bahwa tidak semua informasi keuangan seharusnya dikomunikasikan. Dalam laporan keuangan, hanya informasi yang material yang seharusnya disajikan. Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan atauy dihilangkan. Materialitas seharusnya tidak hanya dikaitkan mengenai perimbangan tentang besarnya sesuatu (informasi) yang dikatakan material. Peran konsep material itu adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan bukti audit. Kerangka pemikiran ini dibuat dengan tujuan agar memudahkan dalam memperoleh pemahaman arah penelitian yang dilakukan, guna memperoleh bukti mengenai pengaruh Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan dan Kecerdasan Intelektual terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit, sehingga terbentuk sebuah fenomena teoritis dan situasional penulismengambil judul penelitian yaitu Pengaruh Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, dan Kecerdasan Intelektual terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit (Studi Empirik pada Kantor Akuntan Publik yang berada di DKI Jakarta) dengan variabel dependennya adalah Pertimbangan tingkat materialitas (Y), sedangkan variabel independennya adalah skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), dan kecerdasan intelektual (X 4 ). Proses deduktif yaitu dari umum ke khusus dari penelitian ini adalah identifikasi masalah dan hipotesis. Sedangkan proses induktif yaitu dari khusus ke umum dengan melakukan studi empirik berupa penyebaran kuesioner ke Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Jakarta. Untuk memberikan gambaran jelas atau penelitian ini maka disusunlah kerangka pemikiran seperti gambar 2.1 di halaman berikutnya.
34
2.4 Hipotesis Penelitian 35
Menurut Sekaran (2009:135), hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis yang disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.4.1 Pengaruh Skeptisme terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Skeptisme adalah kurang percaya atau ragu-ragu. Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan. Dengan memiliki sikap skeptis yang tinggi maka pertimbangan tingkat materialitas yang dipertimbangkan yang akan dihasilkan akan lebih baik. Berdasarkan penjelasan diatas hipotesis yang dikemukakan disini adalah : Ho 1 = Skeptisme tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit. Ha 1 = Skeptisme berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit.
2.4.2 Pengaruh Pengalaman terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan penjelasan diatas hipotesis yang dikemukakan disini adalah : Ho 2 = Pengalaman tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit. Ha 2 = Pengalaman berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit.
2.4.3 Pengaruh Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Kecurangan (fraud) mengacu pada kesalahan akuntansi yang dilakukan secara sengaja. Pengetahuan mendeteksi kecurangan sangat dibutuhkan dalam pertimbangan tingkat materialitas, karena dengan pengetahuan mendeteksi kecurangan yang baik 36
maka auditor dapat melakukan pertmbangan tingkat materialitas dengan baik untuk mengungkap kecurangan yang mungkin terjadi. Berdasarkan penjelaan diatas hipotesis yang dikemukakan disini adalah : Ho 3 = Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit. Ha 3 = Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan berpengaruh Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit.
2.4.4 Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Pertimbangan Tingkat materialitas Kecerdasan intelektual adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseoraalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang yang merupakan kecerdasan otak unng yang merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas adanya kecerdasan intelektual merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan, dimana seorang auditor tuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas adanya kecerdasan intelektual merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan, dimana seorang auditor yang memiliki intelek yang baik akan mempengaruhi prestasi dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan penjelasan diatas hipotesis yang dikemukakan disini adalah : Ho 4 = Kecerdasan Intelektual tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit. Ha 4 = Kecerdasan Intelektual berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit.
2.4.5 Pengaruh Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, dan Kecerdasan Intelektual terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena sikap skeptisme profesional auditor, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual sangat dibutuhkan dalam melakukan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit. Jika seorang auditor tidak memiliki sikap skeptisme, 37
pengalaman yang lama, pengetahuan mendeteksi kecurangan yang tinggi serta kecerdasan intelektual yang baik akan menghasilkan pertimbangan tingkat materialitas yang kurang baik. Ho 5 = Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, dan Kecerdasan Intelektual secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit. Ha 5 = Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, dan Kecerdasan Intelektual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Menurut Sugiyono (2013:2) : Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono (2013:11), metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen). 38
Penelitian ini menggunakan metode survey untuk mendapatkan data primer. Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner secara langsung kepada responden yang bersangkutan dimana didalamnya terdapat pernyataan mengenai hal-hal yang ingin di ukur yaitu skeptisme, pengalaman auditor, pengetahuan mendeteksi kecurangan, kecerdasan intelektual dan pertimbangan tingkat materialitas. 3.1.1 Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2013:401) : Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam sebuah penelitian teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah inti. Dalam pengumpulan data ini dituntut pengetahuan agar data yang terkumpul benar-benar data yang dibutuhkan, tidak asal terkumpul. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer. Menurut Ramadhina dan Islandscript (2011:6), data diperoleh secara langsung dari sumbernya, misalnya dengan cara interview, kuesioner, dan lain-lain. Data yang diperoleh secara langsung disebut data primer. Penelitian ini menggunakan data primer. Menurut Sekaran (2006:60), data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Menurut Agusyana dan Islandscript (2011:28), kuesioner sebagai salah satu cara dalam pengumpulan data biasa digunakan untuk penelitian kuantitatif. Data yang didapat melalui kuesioner ini adalah data hasil isian responden, yaitu orang yang dijadikan obyek dalam penelitian. Dalam penelitian ini, skala pengukuran data yang digunakan adalah skala ordinal. Menurut Irianto (2004:18), skala ordinal adalah suatu skala yang sudah mempunyai daya pembeda, tetapi perbedaan antara angka yang satu dengan angka yang lainnya tidak konstan (tidak mempunyai interval yang tetap). Untuk mengukur kuesioner, skala yang digunakan adalah skala likert dengan kategori jawaban terdiri atas rentang angka 1 sampai dengan 5. Menurut Sekaran (2006:31), skala likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subyek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada 5 titik skala susunan berikut : (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju. Penelitian ini menggunakan data primer untuk mengukur variabel bebas (Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, dan Kecerdasan Intelektual) dan variabel terikat (Pertimbangan Tingkat Materialitas) yang diperoleh 39
melalui survei dengan mengisi kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden. 3.1.2 Gambaran Tentang Populasi Dalam penelitian biasanya akan dilakukan survei terhadap sebuah himpunan secara menyeluruh. Kesimpulan sampel dari himpunan tersebut dibuat dari elemen yang disebut populasi. Spesifikasi lengkap dari populasi adalah langkah penting dalam peluang sampel. Menurut Ramadhina dan Islandscript (2011:3), populasi bisa didefinisikan sebagai sekumpulan data yang mengidentifikasi suatu fenomena. Populasi bergantung pada kegunaan dan relevansi data yang digunakan. Populasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jakarta Selatan. 3.1.3 Teknik Sampling Menurut Sekaran (2006:123) : Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih jumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen (anggota) populasi. Teknik penarikan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi dua, yaitu probability sampling dan non probability sampling. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non probability sampling yaitu dengan teknik convenience sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka dapat ditentukan pertimbangan sampel sebagai berikut : 1. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar dalam Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia 2013 di wilayah Jakarta Selatan. 2. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tidak bisa disebarkan kuesioner. 3. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tidak bersedia menerima kuesioner. 4. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bersedia menerima kuesioner tetapi tidak mengembalikan kuesioner pada batas waktu yang ditentukan. 5. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dijadikan sampel. 3.1.4 Uji Instrumen Penelitian 40
Menurut Agusyana dan Islandscript (2011:34), di dalam sebuah penelitian kuantitatif, penulis akan menggunakan instrumen untuk menggunakan data penelitian. Instrumen penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Jadi semakin banyak variabel yang akan diteliti, maka semakin banyak juga instrumennya. Dalam uji penelitian, alat analisis yang digunakan oleh penulis untuk mengolah data adalah dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution atau SPSS versi 20 dan Microsoft Excel 2010. Instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data harus sesuai dengan metode pengumpulan data. Hal ini penting karena kesalahan dalam menentukan instrumen dapat berakibat tidak akuratnya data. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk mengolah sumber data tersebut digunakan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui apakah data tersebut telah valid atau tidak, serta apakah data tersebut telah reliable dan dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya. Setelah data tersebut dinyatakan valid dan reliable, maka sumber data yang berupa skala ordinal tersebut ditransformasikan atau diubah ke dalam bentuk skala interval yang dimana skala interval tersebut merupakan salah satu syarat untuk melakukan pengujian selanjutnya yaitu uji asumsi klasik.
3.1.4.1 Uji Validitas Ketepatan hasil dari sebuah pengujian dalam penelitian tergantung dari instrumen penelitian yang digunakan, sedangkan analisis statistika yang digunakan tergantung dari skala pengukuran data yang digunakan. Oleh karena itu instrumen penelitian harus benar-benar memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas (yang dimana reliabiltas akan dijelaskan pada sub bab berikutnya). Kuesioner merupakan salah satu instrumen penelitian untuk menggali informasi secara langsung. Informasi yang didapat dari kuesioner tersebut perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas menunjukan apakah kuesioner tersebut mampu mengukur apa yang harus diukur. Menurut Nugroho (2006:67), menjelaskan uji validitas (Validity Test) digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel, daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung satu kelompok variabel tertentu Menurut Agusyana dan Islandscript (2011:35), sebuah instrumen dikatakan valid atau sahih jika instrumen tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa pernyataan yang diajukan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan fungsi 41
ukurnya. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada suatu angket mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut. Menurut Priyatno (2012:183), uji validitas item dapat dilihat pada output Item- Total Statistic pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Angka ini merupakan nilai korelasi antara tiap item dengan skor total item dan telah dilakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi. Dalam penelitian ini, untuk menentukan suatu item layak digunakan atau tidak dapat dilakukan dengan melihat R tabel. Pada kolom Corrected Item-Total Correlation adalah R hitung. Menurut Ramadhina dan Islandscript (2011:83), suatu data dikatakan valid bila R hitung > R tabel. Nilai R tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = nk, dimana n merupakan jumlah responden atau sampel, sedangkan k merupakan jumlah butir pernyataan. Alpha yang digunakan adalah 5%. 3.1.4.2 Uji Reliabilitas Menurut Agusyana dan Islandscript (2011:37), reliabilitas memiliki arti tingkat kepercayaan. Berasal dari dua suku kata Rely dan Ability atau dapat dipercaya. Yang dimaksud dapat dipercaya disini adalah seberapa besar kita bisa mempercayai hasil tes yang kita dapatkan, atau seberapa besar tingkat kesalahan yang muncul. Kita tetap dapat mengestimasi reliabilitas dengan cara melakukan tes berulang lalu mengkorelasikan hasil tes pertama dengan tes kedua dengan mempertimbangkan beberapa kelemahan dan persyaratannya. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan dalam suatu kuesioner. Mengukur sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya bila dilakukan pengukuran pada waktu yang berbeda pada kelompok sampel atau subyek penelitian yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliable (andal) jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Instrumen yang memenuhi persyaratan reliabilitas atau dapat dipercaya, jika instrumen tersebut menghasilkan ukuran yang konsisten walaupun instrumen tersebut digunakan untuk mengukur berkali-kali. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel, namun sebaiknya uji reliabilitas dilakukan pada masing-masing variabel pada lembar kerja yang berbeda sehingga dapat diketahui konstruk variabel mana yang tidak reliable (andal). Metode penghitungan reliabilitas dalam penelitian ini dengan melihat nilai Cronbachs Alpha. Menurut Priyatno (2012:187), untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpha 0,6. Menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2012:187), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. 42
3.1.4.3 Model Transformasi Data Ordinal ke Interval Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008:30) dalam Sarjono , mentransformasikan data interval bertujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametik, dimana data setidaknya berskala interval. Teknik informasi yang paling sederhana adalah dengan menggunakan MSI (Method of Succesive Interval). MSI merupakan metode yang digunakan untuk mentransformasikan data dari ordinal menjadi interval dengan langkah- langkah sebagai berikut : 1. Perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan. 2. Pada setiap butir, ditentukan jumlah orang yang mendapat skor 1, 2, 3, dan 4; yang disebut sebagai frekuensi. 3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden yang hasilnya disebut proporsi. 4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan per kolom skor. 5. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. 6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel tinggi densitas). 7. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus :
NS = (Density at Lower Limit) (Density at Upper Limit) (Area Below Upper Limit) (Area Below Lower Limit)
Sumber : Riduwan dan Kuncoro (2008:30) 8. Tentukan nilai transformasi dengan rumus :
Y = NS + [1 + |NS min |}
Sumber : Ridwan dan Kuncoro (2008:30)
3.1.5 Alat Analisis Data Pada bagian ini dijelaskan secara detail alat analisis yang digunakan dalam pengolahan data sehingga dapat memperoleh hasil penelitian. Penjelasan rinci diharapkan meliputi tahapan analisis data, cara dan tujuan masing-masing alat analisis yang akan digunakan. 3.1.5.1 Uji Asumsi Klasik 43
Menurut Ramadhina dan Islandscript (2011:12), pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi, serta normalitas. Menurut Priyatno (2012:143), model regresi linear dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut dengan asumsi klasik. Harus terpenuhinya asumsi klasik ditujukan untuk memperoleh model regresi dengan estimasi yang tidak bias dan pengujian dapat dipercaya. Apabila ada satu syarat saja yang tidak terpenuhi maka hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Untuk mengetahui apakah model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian memenuhi asumsi klasik, harus dilakukan uji asumsi klasik atas model persamaan tersebut. Uji asumsi klasik yang dilakukan penulis terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Penulis tidak melakukan uji autokorelasi dikarenakan data yang digunakan merupakan data primer serta data tersebut tidak mempunyai rentang waktu atau periode tertentu. 3.1.5.1.1 Uji Normalitas Menurut Agusyana dan Islandscript (2011:68), uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data yang telah dikumpulkan memiliki distribusi yang normal. Pengujian normalitas akan mengarahkan teknik statistik apa yang akan digunakan untuk uji pengambilan keputusan. Metode statistik klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak begitu rumit. Berdasarkan pengalaman empiris ahli statisik, data yang banyaknya lebih dari 30 (n > 30), dapat diasumsikan berdistribusi normal dan dapat dikatakan sebagai sampel besar. Namun, untuk memberikan kepastian apakah suatu kelompok data berdistribusi normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji normalitas. Karena belum tentu data yang lebih dari 30 dipastikan berdistribusi normal, demikian juga yang kurang dari 30 belum tentu tidak berdistribusi normal. Menurut Priyatno (2012:144), uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Beberapa metode uji normalitas data yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-Plot of regression standarized residual atau dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas residual dengan metode grafik yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-Plot of regression standarized residual. 44
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual terdistribusi normal. Sedangkan uji One Sample Kolmogorov Smirnov digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform, atau exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov adalah sebagai berikut. Ho : Nilai residual berdistribusi normal Ha : Nilai residual tidak berdistribusi normal Dasar Pengambilan Keputusan Dengan melihat angka probabilitas, dengan aturan : a. Probabilitas Sig. > 0.05, maka Ho diterima. Maka, nilai residual berdistribusi normal. b. Probabilitas Sig. < 0.05, maka Ho ditolak. Maka, nilai residual tidak berdistribusi normal. 3.1.5.1.2 Uji Multikolinearitas Menurut Priyatno (2012:151), multikolinearitas adalah keadaan di mana pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antarvariabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebas (korelasinya 1 atau mendekati 1). Beberapa metode uji multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflator Factor (VIF) pada model regresi atau dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r 2 ) dengan nilai determinasi secara serentak (R 2 ). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam uji multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Tolerance dan Inflator Factor (VIF). Untuk mengetahui suatu model regresi bebas dari multikolinearitas, yaitu mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 10 dan mempunyai angka Tolerance lebih dari 0,1. 3.1.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas Menurut Priyatno (2012:158), Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat pola titik-titik pada scatterplot regresi. Metode ini dilakukan dengan cara melihat grafik scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED) dengan studentized residual (SRESID), ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED 45
di mana sumbu Y adalah Y yang telah diperdiksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya). Dasar pengambilan keputusan pada metode ini, yaitu : 1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.1.5.2 Analisis Korelasi Menurut Sarwono (2009:55), korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi atau hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Koefisien korelasi adalah pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Dalam penelitian ini, perhitungan korelasi yang digunakan adalah dengan menggunakan metode korelasi pearson (product moment pearson correlation). Menurut Priyatno (2012:103), korelasi pearson merupakan analisis untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai distribusi data normal. Data yang digunakan adalah data yang berskala interval. Koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Sumber : Irianto (2008:137)
Sumber : Irianto (2004:137)
Menurut Sarwono (2019:59), ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, yaitu : 1. Melihat Kekuatan Hubungan Klasifikasi kekuatan hubungan dapat digambarkan dengan kriteria sebagai berikut : a. 0 = Tidak ada korelasi antara dua variabel b. > 0 0,25 = Korelasi sangat lemah r=
() ()
46
c. > 0,25 0,5 = Korelasi cukup d. > 0,5 0,75 = Korelasi kuat e. > 0,75 0,99 = Korelasi sangat kuat f. 1 = Korelasi sempurna 2. Melihat Signifikansi hubungan Dalam penelitian ini, untuk pengujian signifikansi dapat digambarkan dengan kriteria sebagai berikut. a. Jika angka Signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan b. Jika angka Signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan 3. Melihat arah hubungan Dalam korelasi ada dua arah korelasi, yaitu searah dan tidak searah. Jika koefisien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah. Jika koefisien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. 3.1.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda Menurut Priyatno (2012:127), analisis regresi linear berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen dan memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen. Dalam regresi linear berganda terdapat asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu residual berdistribusi normal, tidak adanya multikolinearitas, dan tidak adanya heteroskedastisitas. Menurut Agusyana dan Islandscript (2011:103) Regresi Linear Berganda atau Multiple-Linier memiliki perbedaan pada variabel bebas. Regresi ganda memiliki variabel bebeas minimal dua atau lebih. Data yang diolah harus merupakan data interval atau Rasio. Uji distribusi normal merupakan syarat uji statistik parametrik. Bentuk persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut :
Sumber : Ramadhina dan Islandscript (2011:14)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model penelitian analisis regresi linear berganda. Adapun model analisis regresi linear berganda yang digunakan antar variabel dinyatakan dalam gambar berikut dihalaman selanjutnya :
Y = a + 1 X 1 +...+ nXn + e 47
e
1 X 1
2 X 2
3 X 3
4 X 4
Adjusted R Square (r 2 )
Sumber : Diolah sendiri
Gambar 3.1 Model Penelitian Persamaan struktural untuk model analisis regresi linear berganda tersebut adalah : Y = a + X1 + X2 + X3 + 4X4 + e Skeptisme (X 1 ) Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X 3 ) Kecerdasan Intelektual (X 4 ) Pengalaman (X 2 ) Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) 48
Keterangan : Y = Nilai prediksi variabel dependen(Pertimbangan Tingkat Materialitas) a = Konstanta, yaitu nilai Y jika X 1 , X 2 , X 3 , dan X 4 = 0 = Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan variabel X 1 , X 2 , X 3 , dan X 4
X 1 = Skeptisme X 2 = Pengalaman X 3 = Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan X 4 = Kecerdasan Intelektual E = Variabel lain yang mempengaruhi Y
3.1.5.3.1 Koefisien Determinasi (R 2 ) Menurut Sarwono (2009:99), koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Dalam menganalisis data dengan menggunakan SPSS, untuk satu variabel bebas digunakan R Square, tetapi bila terdapat dua atau lebih variabel bebas digunakan Adjusted R Square. Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien determinasi adalah :
Sumber : Sarwono (2012:116) Keterangan : KD = Nilai koefisien determinan r = Nilai koefisien korelasi Besarnya R Square berkisar antara 0-1 yang berarti semakin kecil besarnya R Square, maka hubungan kedua variabel semakin lemah. Sebaliknya jika R Square semakin mendekati 1, maka hubungan kedua variabel semakin kuat. 3.1.5.4 Rancangan Pengujian Hipotesis Menurut Irianto (2004:126), hipotesis merupakan dugaan sementara yang didasarkan pada teori, di mana dugaan tersebut merupakan jawaban sementara atas problem yang dikemukakan atau yang akan dipecahkan. Dalam pengujian hipotesis penulis akan dihadapkan dengan sekumpulan sampel, dan kesimpulan umum yang merupakan kesimpulan populasi. Dengan demikian maka sampel yang diambil haruslah representatif untuk populasi (benar-benar mewakili populasi). Setiap problem yang akan KD = r2x 100% 49
dipecahkan selalu mengandung dua jawaban yaitu, dengan demikian maka penulis akan menghadapi dua macam hipotesis. Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu (a) tingkat signifikansi atau probabilitas dan (b) tingkat kepercayaan atau confidence interval. Tingkat signifikansi adalah probabilitas melakukan kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis tersebut benar. Berdasarkan tingkat signifikansi pada umumnya orang menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan 0,1. Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 0,05. Tingkat kepercayaan ialah tingkat di mana sebesar 95% nilai sampel akan mewakili nilai populasi di mana sampel berasal. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95% dan dalam penelitian ini tingkat kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95%. Rancangan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 0 = Tidak terdapat pengaruh dan atau hubungan antar variabel yang diuji (X 1 , X 2 , X 3 , X 4 , Y). H a = Terdapat pengaruh dan atau hubungan antar variabel yang diuji (X 1 , X 2 , X 3 , X 4 , Y). 3.1.5.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (T-Test) Menurut Priyatno (2012:139), Uji T atau uji koefisien regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan dua sisi. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut. 1) Merumuskan Hipotesis Ho : Variabel bebas atau independen (X) secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau terikat (Y). Ha : Variabel bebas atau independen (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen atau terikat (Y). 2) Menentukan t hitung Nilai t Hitung diperoleh pada output SPSS. 3) Menentukan t tabel T tabel dicari pada signifikansi 0,05/2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df = n-k-1, dimana (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). 4) Kriteria pengujian Jika t tabel < t hitung <t tabel, maka Ho diterima. 50
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. 5) Pengambilan keputusan berdasarkan signifikansi Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak. Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. Rancangan pengujian hipotesis secara parsial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho 1 : Tidak terdapat pengaruh antara variabel skeptisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ha 1 : Terdapat pengaruh antara variabel skeptisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ho 2 : Tidak terdapat pengaruh antara variabel pengalaman terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ha 2 :Terdapat pengaruh antara variabel pengalaman terhadap pertimbangan tingkat materilalitas. Ho 3 : Tidak terdapat pengaruh antara variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ha 3 : Terdapat pengaruh antara variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ho 4 : Tidak terdapat pengaruh variabel kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ha 4 : Terdapat pengaruh antara variabel kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 3.1.5.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (F-Test) Menurut Priyatno (2012:137), uji F atau uji koefisien regresi secara bersama- sama atau simultan digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut. 1) Merumuskan Hipotesis H o : Variabel bebas atau independen (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau terikat (Y). H a : Variabel bebas atau independen (X) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau terikat (Y). 2) Menentukan F hitung Nilai F Hitung diperoleh pada output SPSS. 3) Menentukan F Tabel 51
F Tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat signifikansi 0,05 dengan : Df 1 : (jumlah variabel-1). Df 2 : (n-k-1), dimana (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). 4) Kriteria Pengujian Jika F Hitung < F Tabel maka Ho diterima. Jika F Hitung > F Tabel maka Ho ditolak. 5) Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikansi Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak. Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. Rancangan pengujian hipotesis secara simultan dalam penelitian ini, sebagai berikut : Ho 5 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan, secara simultan antara variabel skeptisme, pengalaman auditor, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ha 5 :Terdapat pengaruh yang signifikan, secara simultan antara variabel skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di wilayah Jakarta Selatan. Data primer berupa kuesioner disebar kepada responden yang dalam hal ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lokasinya tersebar di wilayah Jakarta Selatan. Kuesioner disebar sebanyak 85 rangkap. Dari 85 rangkap tersebut hanya 75 rangkap yang kembali, sedangkan 10 rangkap tidak kembali sehingga hanya 72 rangkap saja yang kuesionernya terisi dengan penuh dan layak untuk diolah dalam penelitian. Dari 10 rangkap yang tidak kembali tersebut adalah 10 rangkap pada 1 KAP dimana KAP tersebut tidak mengembalikan kuesioner pada batas waktu yang ditentukan sehingga penulis tidak menggunakan KAP tersebut sebagai obyek dalam penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling dengan jenis convenience sampling. Maka, dari keseluruhan populasi yang berupa 87 Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta Selatan berdasarkan data pada direktori Kantor Akuntan Publik (KAP) dari website www.iapi.or.id, dan karena terbatasnya waktu dan biaya penelitian, penulis hanyaberhasil memperoleh data dari 11 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dijadikan sampel penelitian. 11 kantor akuntan publik yang menjadi sampel di wilayah Jakarta Selatan, yaitu : 52
1. Kantor Akuntan Publik Herman, Dody Tanumihardja & Rekan 2. Kantor Akuntan Publik Hendrawinata Eddy dan Siddharta 3. Kantor Akuntan Publik Nugroho & Rekan 4. Kantor Akuntan Publik Darmawan, Hendang & Yogi (Pusat) 5. Kantor Akuntan Publik Hertanto, Sidik Hadisoeryo & Rekan 6. Kantor Akuntan Publik Usman & Rekan 7. Kantor Akuntan Publik Noor Salim, Nursehan & Sinarahardja 8. Kantor Akuntan Publik Hananta Budianto & Rekan 9. Kantor Akuntan Publik A. Salam Rauf & Rekan 10. Kantor Akuntan Publik Muhammad Sofwan & Rekan 11. Kantor Akuntan Publik Rama Wendra Kronologis pemilihan sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 : Tabel 3.1 Kronologis Pemilihan Sampel Penelitian No. Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah 1 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar dalam Direktori Institut Akuntan Indonesia 2013 di wilayah Jakarta Selatan 87 2 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tidak bisa diakses oleh peneliti (42) 3 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bisa diakses oleh peneliti 45 4 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tidak bersedia menerima kuesioner (34) 5 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menerima kuesioner tetapi tidak kembali sampai batas waktu yang ditentukan (0) 6 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi sampel penelitian 11 Sumber : Data Diolah Sendiri
1.3 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah mencari bukti empirik mengenai pengaruh skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa variabel yang terbagi dalam dua variabel, yaitu variabel 53
dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan variabel independen adalah skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual. Sampel yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh yang melalui survey dengan mengirimkan kuesioner. Data yang terkumpul dari kuesioner diolah dan dianalisis untuk menentukan bagaimana pengaruh skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. 3.3.1 Sejarah Kantor Akuntan Publik (KAP) Berikut ini merupakan sejarah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi sampel dalam penelitian ini : 3.3.1.1 Kantor Akuntan Publik Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan (Pusat) Kantor Akuntan Publik (KAP) Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan ditetapkan pada 11 Agustus 2003 oleh Deed P. Sutrisno A. Tampubolon, SH, M.Kn. Kantor Akuntan Publik ini juga telah mendapatkan sertifikasi : 1. Memperoleh surat izin usaha nomor KEP-256/KM.6/2004 pada tanggal 25 Juni 2004 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia 2. Mendapatkan nomor wajib pajak (NPWP) 02.290.411.4-013.000 yang terdaftar pada tanggal 2 Oktober 2004 dari Kantor Pajak Kebayoran Lama, Jakarta. 3. Mempunyai nomor Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan nomor PEM- 084/WPJ.04/KP.0603/2004 yang dikeluarkan pada tanggal 13 Mei 2004 oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Lama, Jakarta. 4. Merupakan perusahaan terdaftar (TDP) dengan nomor 09.03.6.74.01299 terhitung mulai 1 Agustus 2008 dan berakhir pada tanggal 1 Agustus 2013. 5. Telah terdaftar di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dengan nomor: 057/STT/V/2009 pada tanggal 5 Mei 2009. 6. Adapun Visi dan Misi Kantor Akuntan Publik ini adalah : 1. Visi Untuk menjadi perusahaan akuntansi publik yang berorientasi global yang didasarkan pada profesionalisme, independensi dan integritas tinggi, mengandalkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menerapkan strategi bisnis sebagai faktor keberhasilan untuk mencapai sebuah bisnis yang menguntungkan. 2. Misi 54
a. Untuk menyediakan layanan profesional akuntan publik dengan standar hukum tertinggi b. Untuk memberikan layanan dengan kompeten, integritas, dan staf profesional yang komunikatif. Jasa yang ditawarkan dalam Kantor Akuntan Publik ini adalah : a. Jasa Audit dan Atestasi b. Jasa Perpajakan c. Konsultasi Manajemen d. Pelatihan Sumber Daya Manusia dan Pembangunan e. Jasa Professional yang lain, seperti Jasa Konsultasi Investasi, Sistem Informasi Akuntansi dan Manajemen, Jasa Akuntansi, Jasa Perekrutan, dan lain- lain. Kantor Akuntan Publik ini beralamat di Kebayoran Centre Blok A No. 3, Jl. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12240. Kantor Akuntan Publik ini mempunyai anggota dan rekan yaitu : I. Rekan Persetujuan I.1. Pusat I.1.1. Akuntan Publik : I.1.1.1. DEDI TANUMIHARDJA No. Reg. Izin AP.0324 (Pemimpin, BI, Bapepam-LK) I.1.1.2. DODY HAPSORO No. Reg. Izin AP.0325 (Bapepam-LK) I.1.1.3. YOHANES No. Reg. Izin AP.0327
I.2. Cabang Jakarta I.2.1. Akuntan Publik : I.2.1.1. HERMAN JUWONO No. Reg. Izin AP.0326 (Pemimpin Cabang, Bapepam-LK)
3.3.1.2 Kantor Akuntan Pulik Hendrawinata Eddy & Siddharta (Pusat) Kantor Akuntan Publik Hendrawinata Eddy & Siddharta mendapatkan surat izin usaha yang telah diperbaharui pada tanggal 6 Oktober 2011 berdasarkan surat izin usaha nomor 1095/KM.1/2011, dan merupakan anggota Kreston International, salah satu organisasi akuntansi dan konsultasi terkemuka di dunia yang memberikan konsultasi terbaik untuk membantu pemilik bisnis dalam mencapai keberhasilan dan tujuan mereka. Salah satu visi KAP ini adalah memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dalam mendukung keinginan klien untuk pertumbuhan, kekuatan, dan kekuasaan. Prioritas utama klien ini adalah menjalin hubungan yang baik dengan pihak klien. Pengalaman 55
industri KAP ini sangat diandalkan, KAP ini menyediakan sumber daya dan pengalaman yang telah terbukti dalam konsultasi dan outsourcing. Jasa yang ditawarkan dalam KAP ini adalah : 1. Jasa Audit dan Assurance 2. Jasa Konsultan Pajak, meliputi : a. Perencanaan & Pengendalian Pajak b. Audit Kepatuhan Pajak c. Konsultan Pajak d. Persiapan & Pengisian Pajak 3. Jasa Konsultan Bisnis, meliputi : a. Jasa Konsultan Keuangan b. Audit Internal c. Manajemen Strategis Kantor Akuntan Publik yang bekerjasama dengan Kreston International pada tanggal 2 November 2011 ini bertempat di Gedung Ariobimo Sentral Lt.3 dengan alamat di Jl. HR Rasuna Said Blok X-2 Kav. 5, Kuningan Jakarta Selatan 12950. Kantor Akuntan Publik ini mempunyai anggota dan rekan yaitu : I. REKAN PERSEKUTUAN I.1. PUSAT I.1.1. Akuntan Publik : I.1.1.1. TAN SIDDHARTA No. Reg. Izin AP.0111 (Pemimpin, BI, Bapepam-LK) I.1.1.2. EDDY PIANTO SIMON No. Reg. Izin AP.0107 (BI ,Bapepam-LK) I.1.1.3. DESMAN PL. TOBING No. Reg. Izin AP.0127 (BI, Bapepam-LK) I.1.1.4. FLORUS DAELI No. Reg. Izin AP.0126 (BI, Bapepam-LK) I.1.1.5. SUGITO WIBOWO No. Reg. Izin AP.0128 (BI, Bapepam-LK) I.1.1.6. FERDI SULAIMAN No. Reg. Izin AP.0105 (Bapepam-LK) I.1.1.7. ISWANUL No. Reg. Izin AP.0129 (Bapepam-LK) I.1.1.8. SUNAN RYAN PERMANA No. Reg. Izin AP.0106 (Bapepam-LK) I.1.2. Non Akuntan Publik : I.1.2.1. DARMAWAN HARIANTO I.1.2.2. M. P. SIBARANI I.2. CABANG JAKARTA I.2.1. Akuntan Publik : I.2.1.1. RAZMAL MUIN No. Reg. Izin AP.0335 (Pemimpin Cabang, Bapepam-LK) I.2.1.2. A. HENDRAWINATA No. Reg. Izin AP.0334 (Bapepam-LK) I.2.1.3. YULAZRI No. Reg. Izin AP.0024 (BI) 56
I.2.1.4. ISKARIMAN SUPARDJO No. Reg. Izin AP.0336 (BI, Bapepam-LK) I.2.1.5. ANNY HUTAGAOL No. Reg. Izin AP.0037 I.2.1.6. ERWIN AGUSTIAN WINATA No. Reg. Izin AP.0333 I.2.2. Non Akuntan Publik : I.2.2.1. USMAN G. SALEH NAP.0009 I.2.2.2. LIANTY WIDJAJA NAP.0007 I.3. CABANG MEDAN I.3.1. Akuntan Publik : I.3.1.1. LISA NOVIANTY SALIM No. Reg. Izin AP.0038 (Pemimpin Cabang) I.3.2. Non Akuntan Publik : I.3.2.1. ROBBY SUMARGO NAP.0011 II. STAF KAP II.1. PUSAT II.1.1. ADEYANA WIDJAJA II.1.2. GREGORIUS TJAHJANTO BINARTO II.2. CABANG MEDAN II.2.1. RAZUAR YAHYA 3.3.1.3 Kantor Akuntan Publik Nugroho & Rekan Kantor Akuntan Publik Nugroho & Rekan didirikan pada tahun 2006. Kantor Akuntan Publik ini telah mendapatkan surat izin : 1. Didirikan berdasarkan surat izin usaha nomor 364/KM.1/2006 pada tanggal 13 November 2006 2. Telah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Cilandak, Jakarta Selatan dengan nomor : PEM-349/WPJ.04/KP.0903/2006, pada tanggal 03 Oktober 2006 3. Merupakan perusahaan terdaftar (TDP) dengan nomor: 09.03.6.74.01156 terhitung mulai 4 Januari 2007 dan berakhir pada tanggal Januari 2011. 4. Telah terdaftar di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dengan nomor: 067/STT/V/2009 pada tanggal 5 Mei 2009 5. Telah terdaftar di Bank Indonesia dengan nomor pendaftaran 91 pada tanggal 6 Maret 2007. Sebagai akuntan publik yang bersertifikat, NNR menyediakan jasa profesional dan konsultan untuk memenuhi kebutuhan suatu organisasi atau klien di bidang audit, akuntansi pajak, dan jasa konsultan keuangan. NNR dikelola oleh orang-orang profesional yang berkualitas, berdedikasi, dan bertnaggung jawab. Orang-orang di KAP ini akan memberikan layanan berkualitas tinggi yang menciptakan nilai bagi kliennya. Jasa yang disediakan dalam KAP ini antara lain : 57
1. Jasa Audit dan Akuntansi Jasa Audit dan Akuntansi yang ditawarkan, yatu : a. Audit Laporan Keuangan b. Audit Kinerja c. Audit khusus dan lingkup yang dibatasi d. Jasa Akuntansi e. Ulasan dan Kompilasi f. Pengembangan Sistem dan Prosedur 2. Jasa Perpajakan Jasa perpajakan yang ditawarkan, yaitu : a. Pajak Perencanaan b. Pajak Administrasi c. Pajak Kewajiban Periodik d. Tinjauan Pajak Kepatuhan e. Penanganan Penyelesaian Sengketa dan Audit Pajak 3. Jasa Konsultan Keuangan Jasa konsultan keuangan yang ditawarkan, yaitu : a. IPO dan Jasa Pasar Modal b. Administrasi Pajak c. Merger dan Akuisisi d. Tinjauan Pajak Kepatuhan e. Penanganan Penyelesaian Sengketa dan Audit Pajak Kantor Akuntan Publik ini bertempat di Gedung Lina Lt.2 Suite 209b dengan alamat di Jl. HR. Rasuna Said Kav B-7, Jakarta Selatan - 12910. Mempunyai anggota dan rekan yaitu : I. REKAN PERSEKUTUAN I.1. Akuntan Publik : I.1.1. ZARYA NUGROHO No. Reg. Izin AP.0250 (Pemimpin, BI, Bapepam-LK) I.1.2. GODANG P.PANJAITAN No. Reg. Izin AP.0251 (Bapepam-LK) II. STAF KAP II.1. DEDY SAEFUDIN No. Reg. Izin AP.0045 II.2. DAVID H. M HASIBUAN II.3. HASBI SETYADJI 3.3.1.4 Kantor Akuntan Publik Darmawan, Hendang & Yogi (Pusat) Kantor Akuntan Publik Darmawan, Hendang & Yogi (KAP DHY) dibentuk pada tanggal 1 Agustus 2010 sebagai hasil dari merger atau penggabungan antara Jim S. 58
Darmawan, Hendang Tanusdjaja, dan Robert Yogi yang masing-masing memiliki pengalaman lebih dari dua puluh tahun mengelola perusahaan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk meneruskan pelayanan kualitas mereka dan KAP DHY untuk memanfaatkan kekuatan, pengalaman, dan kepemimpinan mereka dalam memenuhi kepentingan klien dan itulah harapan mereka. KAP DHY mendapatkan surat izin usaha nomor 866/KM.1/2010 pada tanggal 25 Agustus 2010. Pada tanggal 22 Desember 2010, KAP DHY resmi menjadi anggota AGN International Ltd, sebuah asosiasi di seluruh dunia dari perusahaan akuntansi, pajak, dan konsultasi yang terpisah dan independen melayani klien di seluruh dunia. Dengan kantor eksekutif utama di London, Inggris, AGN International terdiri dari perusahaan akuntansi, pajak, dan konsultasi bisnis di lebih dari sembilan puluh negara di seluruh dunia. KAP DHY beroperasi di tiga kantor di Jakarta dan satu cabang di Bandung melayani klien di seluruh Indonesia. DHY menyediakan berbagai layanan yang berkualitas tinggi dan cukup kecil unuk memberikan layanan pribadi dan menawarkan konsultan yang independen dan obyektif kepada klien. Jasa yang disediakan dalam KAP DHY ini, antara lain : 1. Jasa Akuntansi dan Audit Jasa Akuntansi dan Audit yang ditawarkan, yaitu : a. Audit Wajib dan Keuangan b. Operasional dan Manajemen c. Audit Internal Outsourcing d. Uji Tuntas e. Kompilasi dan tinjauan laporan keuangan 2. Jasa Perpajakan Jasa perpajakan yang ditawarkan, yaitu : a. Pajak Konsultasi dan Perencanaan b. Pajak Tinjauan dan Kepatuhan c. Pajak Persiapan Kembali d. Pajak Verifikasi e. Pajak Keberatan dan Banding Klien 3. Konsultan Manajemen a. Konsultan manajemen yang ditawarkan, yaitu : b. Desain Sistem Informasi Manajamen dan Akuntansi c. Desain Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan/Pekerjaan d. Studi Kelayakan e. Pembagian Penilaian Perusahaan f. Bantuan IPO g. Perekrutan eksekutif 59
KAP DHY ini bertempat di Menara Kadin Indonesia Lt.27 dengan alamat di Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav, 2 3, Jakarta Selatan 12950. Kantor Akuntan Publik ini mempunyai anggota dan rekan yaitu : I. REKAN PERSEKUTUAN I.1. PUSAT I.1.1. Akuntan Publik : I.1.1.1. SURADI DARMAWAN No. Reg. Izin AP.0142 (Pemimpin, BI, Bapepam-LK) I.2. CABANG JAKARTA I.2.1. Akuntan Publik : I.2.1.1. HENDANG TANUSDJAJA No. Reg. Izin AP.0143 (Pemimpin Cabang, BI, Bapepam-LK) I.3. CABANG JAKARTA I.3.1. Akuntan Publik : I.3.1.1. ROBERT YOGI No. Reg. Izin AP.0144 (Pemimpin Cabang, BI, Bapepam-LK) 3.3.1.5 Kantor Akuntan Publik (KAP) Hertanto, Sidik & Rekan Kantor Akuntan Publik Hertanto, Sidik & Rekan dibentuk Jakarta tahun 2008 dan telah memperoleh Izin Usaha dari Menteri Keuangan RI dengan Surat Keputusan Nomor KEP-682/KM.1/2008 tanggal 16 Oktober 2008 dan bekerja sama dengan Polaris International (24 Desember 2008). Kantor Akuntan Publik ini beralamat di Gedung Menara FIF 12 Floor Suite 121, Jl. TB Simatupang Kav.15 Cilandak, Jakarta Selatan 12440. Mempunyai anggota dan rekan yaitu : 1. Indra Soesetiawan No. Reg. Izin AP.0139 (Pemimpin, BI, Bapepam-LK) 2. Hertanto No. Reg. Izin AP.0136 (BI, Bapepam-LK) 3. Arianto Suthan 3.3.1.6 Kantor Akuntan Publik (KAP) Usman & Rekan Kantor Akuntan Publik (KAP) Usman & Rekan didirikan pada tahun 1987 dan telah memperoleh izin untuk memberikan jasa profesional dalam praktik Akuntan Publik dari Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri denga surat Izin No. 52-3386/MR/1985 tertanggal 31 Mei 1985 dan surat izin menjalankan praktek Akuntan Publik No. SI- 817/MK.11/1987 tanggal 20 Oktober 1987, diperbarui dengan Nomor : KEP.766/KMK.17/1998 tanggal 23 September 1998 dan No.936/KM17/1998 tanggal 22 60
Oktober 1998 (Kantor Pusat Jakarta) dan No. Kep. 992/KM 17/1998 tanggal 26 Oktober 1998 (Cabang Makassar). Sejak tahun 1997, KAP Usman & Rekan telah terdaftar di BAPEPAM sebagai pemeriksa perusahaan publik Nomor:224/STTD-AP/PM/1997. KAP Usman dan Rekan juga sudah terdaftar di Bank Indinesia dengan Nomor : 28//1036/UPPB/AdP Tahun 1995 dan PT Bank Rakyat Indonesia No. B.75-KUM/1987, serta terdaftar di Badang Pemeriksa Keuangan (BPK) Nomor : 012/STT/II/2009 pada tanggal6 Februasi 2009,. Selanjutnya, pada tanggal 12 Februari 1999 KAP Usman dan Rekan terdaftar sebagai rekanan jasa profesi di PT Bank BNI (persero) Tbk Nomor: PKR/3/316, serta pada tanggal 15 Februari 2002 KAP Usman & Rekan terdaftar pula sebagai Rekanan Khusus Bidang Akuntan Publik pada PT Bank Mandiri (persero) Tbk Nomor: RMN.PRA/CPP.025/2002. Kantor Akuntan Publik Usman & Rekan beralamat di Jl. Cipulir V No. 5 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230. Adapun Visi dan Misi Kantor Akuntan Publik ini adalah : Visi dan Misi: Menjadi KAP yang Amanah danProfesional Layanan Jasa yang disediakan oleh Kantor Akuntan Publik Usman & rekan diantaranya adalah : 1. Tax Consultancy & Services 2. Tax Audit & Review 3. General Audit 4. Management Audit 5. Forensic & Investigative Audit 6. Pelatihan Audit & Perpajakan 7. Akuntansi Sektor Publik (Pemeritah Pusat dan Pemda) 8. Strategi Planning 9. Sistem Informasi Akuntansi & Sistem Informasi Manajemen Berbasis IT
Kantor Akuntan Publik ini mempunyai anggota dan rekan yaitu : 1. USMAN TIRO No.Izin 98.1.0341 (Pemimpin Rekan, BI, FAPM) 2. KASTUMUNI HARTO Pemimpin Cabang Makassar 3. ABDUL AMAN SANTOSO 4. AKHMAD 5. ARIS HARYANTO PAMUNGKAS 6. MOHAMAD ALI SASTRO AMIJOYO 7. MUHAMMAD YANI 61
8. MUHAMMAD YASIN 9. MULYONO RASMADI 10. RISMAN CHAIDIR 11. SUGIARTO 12. WAHYUDIN 3.3.1.7 Kantor Akuntan Publik Noor Salim, Nursehan & Sinarahardja KAP Noor Salim & Rekan adalah sebuah kantor akuntanpublik yang beralamat di Jln. Anggrek III No.26-28, Komplek Perumahan Larangan Indah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 15154. Kantor ini berdiri sejak tanggal 1 September 2003. KAP Noor Salim dan Rekan didirikan oleh sekelompok orang professional yang telah memiliki pengalaman pada dalam bidang Akuntansi dan kantor akuntan sebelum bergabung di KAP Noor Salim dan Rekan dalam melaksanakan penugasan audit dan memberikan jasa konsultasi pada berbagai perusahaan baik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Untuk melaksanakan aktivitas dalam memberikan jasanya, Kantor ini memiliki Surat Izin Kantor Akuntan Publik dengan nomor 01/SK/NSM/IX/2003 yang telah dikeluarkan langsung oleh Departemen KeuanganRepublik Indonesia dalam hal ini bertindak atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia. Kantor Akuntan Publik Noor Salim dan rekan bergerakdi bidang Akuntansi yang memberikan jasa Accounting, Auditing, Tax Services kepada klien yang membutuhkannya. Jasa-jasa yang diberikan oleh KAP Noor Salim dan Rekan adalah : 1. Pemeriksaan Umum Pemeriksaan Umum (General Audit) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik terhadap laporan keuangan perusahaanyang meliputi: neraca, perhitungan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Tujuan pemeriksaan tersebut untuk memberikan pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. 2. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan Khusus (Investigation Audit) dilakukan atas permintaan perusahaan untuk memeriksa kejadian-kejadian khusus. 3. Pemeriksaan Manajemen Pemeriksaan Manajemen (Management Audit) disebut juga pemeriksaan operasional (Operation Audit) merupakan evaluasi secara bebas, selektif dan analistis terhadap suatu program, kegiatan atau fungsi dalam manajemen untuk memberikan saran atau informasi penting demi terselenggaranya pelaksanaan manajemen sehat, efektif dan efisien. 4. Penyusunan Sistem Akuntansi 62
Yang dimaksud dengan sistem akuntansi adalah semua alat bantu manajemen yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,mengklarifikasi, melaporkan dan menafsirkan informasi mengenai transaksi perusahaan serta dapat dilaksanakannya kebijakan- kebijakan perusahaan yangditetapkan. 5. Penyusunan Anggaran Dan Penyusunan Sistem Anggaran Penyusunan jasa ini meliputi penyusunan rencana seluruh kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu dalam bentuk kuantitatif. 6. Jasa Adminitrasi Bantuan Jasa administrasi (clerical service) mencakup pembuatan buku-buku atau catatan-catatan yang perlu dimiliki perusahaanserta membimbing melakukan pembukuan sehingga dapat disusun menjadi laporan keuangan. 7. Studi Kelayakan Pelayanan jasa studi kelayakan (Feasibility Study) mencakup kegiatan analisis dan evaluasi terhadap suatu rencana kegiatan atau proyek, yang meliputi aspek-aspek organisasi dan manajemen, pemasaran, teknis, keuangan dan ekonomi dengan tujuan untuk dapat memberikan rekomendasi mengenai kelayakan suatu proyek. Hasil studi kelayakan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan atau proyek dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomis. 8. Konsultasi Manajemen Dan Perpajakan Kegiatan Bidang ini meliputi pelayanan jasa berupa pemberian saran atau nasehat di bidang manajemen dan perpajakan yang mencakup masalah keuangan dan akuntansi, produksi, pemasaran, pengelolaan persediaan serta saran dan nasehat yang menyangkut perpajakan, termasuk cara-cara pengisianSurat Pemberitahuan Pajak (SPT), neraca fiskal serta pengurusnya. Kantor Akuntan Publik ini mempunyai anggota dan rekan yaitu : 1. NOOR SALIM MADJID No.Izin 98.1.0126 (Pemimpin Rekan, BI, FAPM) 2. NURSEHAN MUCHLIS Pemimpin Cabang Jakarta 3. SINARAHARDJA DJANA Pemimpin Cabang Jakarta 3.3.1.8 Kantor Akuntan Publik (KAP) Hananta Budianto & Rekan Kantor Akuntan Publik Hananta Budianto & Rekan didirikan pada tahun 1987 dengan nama KAP Hananta Budianto & Rekan. Dengan fokus khusus pada Audit & Jaminan dan Bisnis Advisory Services, perusahaan telah meningkat menjadi Kantor Akuntan Publik terkemuka di Jawa. Selain itu, dengan pendirian kantor cabang di Semarang dan Surabaya, perusahaan kini lebih mudah mampu menampung klien 63
kekayaan bersih multinasional dan tinggi. Kantor Akuntan Publik Hananta Budianto & Rekan bekerja sama dengan UHY Internasional pada 19 Desember 2007 dan mendapatkan izin usaha No. KEP-209/KM.1/2008 pada 26 Maret 2008. Dalam tujuan kami untuk membangun "one stop service", Hananta Budianto & Rekan didukung oleh tim yang sangat berbakat ahli terlatih dari berbagai latar belakang akademik. Semua staf memegang lisensi hukum yang tepat untuk layanan yangsediakan. Kantor Akuntan Publik Hhananta Budianto & Rekan beralamat di Jl. Wijaya II No. 79 Kebayoran Baru, jakarta Selatan 12160. Berikut ini hanya sejumlah kecil dari layanan Hananta Budianto & Rekan menyediakan lembaga usaha, lembaga non profit, perusahaan dan perusahaan swasta. 1. Audit dan Jaminan a. Umum audit laporan keuangan b. Audit Internal c. Khusus Audit / pemeriksaan dengan menerapkan disepakati prosedur laporan keuangan . d. Karena ketekunan. e. Atestasi f. Pemeriksaan perkiraan dan lainnya calon g. Informasi Keuangan 2. Corporate Finance a. Merger dan Akuisisi b. Likuidasi c. Restrukturisasi d. Bisnis Perencanaan e. Re organisasi f. Penilaian Bisnis g. Studi Kelayakan 3. perpajakan a. Perencanaan Pajak b. Kepatuhan Pajak c. Ulasan Pajak d. Umum Pajak Penasehat 4. manajemen Consulting a. Sistem Manajemen Mutu b. Sistem Akuntansi c. Manajemen Kinerja d. Investasi Proposal e. Konsultasi Kontrak Pemerintah 64
f. Evaluasi Kerja g. Pengembangan Waralaba h. HRD Manajemen Kantor Akuntan Publik ini mempunyai anggota dan rekan yaitu : 1. VENANCIA SRI INDRIJATI No.Izin 98.1.0090 (Pemimpin Rekan, BI, FAPM) 2. TEGUH PRAJITNO No.Izin 98.1.0117 (Rekan, BI) 3. FERDINAND AGUNG Pemimpin Cabang Jakarta 4. HANANTA BUDIANTO Pemimpin Cabang Semarang 5. IRSAN YAN 3.3.1.9 Kantor Akuntan Publik (KAP) A. Salam Rauf & Rekan Drs. A. Salam Rauf dan Rekan ( atau " SAR " ) didirikan pada tahun 1996 berdasarkan surat persetujuan untuk praktek akuntan publik atau " Surat Izin Praktek Akuntan Publik Menjalankan " No.SE.691/MK.17/1996 dikeluarkan oleh Departemen Keuangan , Republik Indonesia tanggal 7 Juni 1996 dan No.KEP.932/KM.17/1998 tanggal 22 Oktober 1998. SAR Managing Partner adalah Drs . Abdul Karim Gili yang memiliki banyak pengalaman latar belakang selama karirnya sebagai auditor pemerintah ( BPKP ) . Dia adalah seorang akuntan yang terdaftar di Departemen Keuangan , Republik Indonesia No.D - 1562 dan anggota dari Ikatan Akuntan Indonesia Certified Public No.1233 . Dia memegang lisensi akuntan publik No.03.1.0846 dari Departemen Keuangan , Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No nya KEP-094/KM.6/2003 , tanggal 24 Maret 2003. Dia juga terdaftar di Bapepam No.STTD . 52/BL/STTD-AP/2008 tanggal 15 April 2008. Kantor Akuntan Publik A. Salam Rauf & Rekan beralamat di Sentra Mampang Building Blok D2 Jl. Mampang Prapatan Raya No. 28 Jakarta Selatan -12790. Kantor Akuntan Publik ini mempunyai anggota dan rekan yaitu : Anggota Rekan : 1. ABDUL KARIM GILI No.Izin 03.1.0846 (Pemimpin, BI, Bapepam-LK) Anggota Non Rekan : 1. IMAN BUDIMAN 3.3.1.10 Kantor Akuntan Publik (KAP) Muhammad Sofwan & Rekan Kantor Akuntan Publik (KAP) Muhammad Sofwan & Rekan pada awalnya didirikan pada tahun 1988 oleh Muhammad Sofwan sekaligus sebagai pemilik tunggal (single owner)dengan nama KAP Drs. Muhammad Sofwan. Tahun 2000 Muhammad sofwan & Chris Utomo mengadakan perjanjian kerjasama menjalankan usaha KAP dengan nama KAP Drs. Muhammad Sofwan & Rekan. 65
Pada Tahun 2004 KAP Drs. Muhammad Sofwan & Rekan, KAP S.Mannan, Sumantri & Rekan, serta KAP Adnan Ali merger sehingga menjadi KAP S.Mannan, Sofwan, Adnan & Rekan. Tahun 2008 Muhammad sofwan, Hadi Hardjono & Samsul Islam mengadakan perjanjian kerjasama, KAP berubah menjadi KAP Muhammad Sofwan & Rekan dan mendapatkan izin usaha nomor KEP-675/KM.1/2008. Selama perjalanan kurang lebih 20 tahun, klien yang menggunakan jasa kami secara general meluas tidak terbatas pada perusahaan/organisasi dengan berbagai jenis industri dan besarannya, melainkan berkembang sampai dengan kepada perorangan (personal service). Jenis jasa yang diberikan pun juga berkembang dimulai dengan auditing sampai kepada jasa akuntansi, perpajakan, sistem informasi, dan management advisor. Kantor Akuntan Publik Muhammad Sofwan & Rekan beralamat diVictoria Bintaro Business Park Bb-9 Jl. Bintaro Utama No. 3A Bintaro Jaya, Jakarta Selatan 15225. Kantor Akuntan Publik ini mempunyai anggota dan rekan yaitu : 1. MUHAMMAD SOFWAN No.Izin 98.1.0552 (Pemimpin Rekan, BI, FAPM) 2. HADI HARDJONO No.Izin 98.1.0087 (Rekan) 3. SAMSUL ISLAM No.Izin 02.1.0813 (Rekan) 3.3.1.11 Kantor Akuntan Publik (KAP) Rama Wendra Kantor Akuntan Publik Rama Wendra Jakarta bekerja sama dengan Parker Randall Internasional tanggal 15 Juli 2005. Dan mendapatkan izin usaha nomor KEP- 353/KM.6/2004 tanggal 24 Agustus 2004. KAP Rama Wendra beralamat di Graha Mampang lantai 2. Jalan Mampang Prapatan Raya No. 100, Jakarta Selatan 12790. Kantor Akuntan Publik Rama Wendra memiliki anggota rekan : 1. NENGAH RAMA GAUTAMA No.Izin 02.1.0824 (Pemimpin Rekan, Bapepam-LK) 2. MARCELLINUS WENDRA No.Izin 03.1.0836 (Rekan, Bapepam-LK) 3. ACEP KUSMAYADI No.Izin 98.1.0479 (Rekan, BI, Bapepam-LK) 4. YOSEF KRESNA BUDI No.Izin 09.1.1025 (Rekan) 5. LUH GEDE MEGA PUTRI TJATERA ( Pemimpin Cabang Denpasar) 3.3.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Pada umumnya auditor dalam penugasan audit di Kantor Akuntan Publik dibagi menjadi empat, yaitu Partner, Manajer, Senior Auditor dan Junior Auditor. Berikut ini adalah penjelasan mengenai struktur organisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) pada umumnya : 1. Partner 66
Partner menduduki jabatan tertinggi dalam penugasan audit, bertanggung jawab atas hubungan klien dan bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai auditing. Partner mendatangani laporan audit dan management letter, dan bertanggung jawab terhadap fee audit dan klien. 2. Manajer Manajer bertindak sebagai pengawas audit, bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit, me-review kertas kerja, laporan audit dan management letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien, melainkan kantor auditor, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior. 3. Senior Auditor Senior auditor bertugas untuk melaksanakan pekerjaan audit, bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas untuk mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat tertentu. 4. Junior Auditor Junior auditor melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan pendidikan formalnya di sekolah. Dalam melaksanakan pekerjaannya, auditor junior harus belajar secara rinci mengenai pekerjaan audit. Auditor junior sering juga disebut asisten auditor. 3.3.3 Bidang Usaha Kegiatan yang dilakukan akuntan publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa konsultasi dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). 1. Jasa Audit Jasa Audit adalah suatu proses kumulatif sewaktu akuntan publik melakukan proses audit yang direncanakan, serta mengevaluasi apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Jasa Atestasi 67
Kegiatan yang mencakup pengumpulan, penggolongan, peringkasan, dan pengkomunikasian informasi yang biasanya mencakup pengurangan data rinci dalam jumlah besar kedalam bentuk yang dipahami dan dapat dipahami. Selain itu, pelaksanaan atestasi mencakup pengumpulan bukti untuk mendukung asersi dan secara obyektif menentukan pengukuran dan pengkomunikasian yang dilakukan oleh pemuat asersi. Jadi, jasa atestasi bersifat analitik, kritis dan bersifat penyelidikan, serta berkaitan dengan dasar dan dukungan asersi. 3. Jasa Akuntan dan Review Pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak dapat dimodifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, atau sesuai dengan basis akuntansi komprehensif yang lain. 4. Perpajakan Pelayanan pajak (tax service), jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan, perencanaan pajak, reviewjenis pajak, pengisian SPT, penyelesaian masalah perpajakan. 5. Perencanaan Keuangan Perorangan Membantu pengembangan rencana keuangan pribadi klien, laporan keuangan tersebut sering kali tidak mencantumkan pengungkapan yang diharuskan oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi komperhensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 6. Jasa Konsultasi Jasa profesional yang disediakan dengan memadukan kemahiran teknis, pendidikan, pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan praktisi mengenai konsultasi. Jasa konsultasi meliputi jasa-jasa sebagai berikut : a. Konsultasi (Consultations). Untuk jasa ini, fungsi praktisi adalah memberikan konsultasi atau saran profesional (Professional Advice)yang memerlukan respon segera, berdasarkan pada pengetahuan mengenai klien, keadaan, masalah teknis terkait, representasi klien, dan tujuan bersama berbagai pihak. Contohnya jenis jasa ini review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien dan pemberian saran tentang perangkat lunak komputer yang cocok digunakan klien. b. Jasa Pemberian Saran Profesional (Advisory Services). Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah review operasional improvement study, analisis terhadap suatu sistem akuntansi, pemberian bantuan dalam proses 68
perencanaan strategi, dan definisi persyaratan yang harus di penuhi oleh suatu sistem informasi. c. Jasa Implementasi. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya personil klien digabung dengan sumber daya dan personil praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Praktisi bertanggung jawab kepada klien dalam hal pelaksanaan dan manajemen kegiatan perikatan. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem komputer jasa pendukung yang berkaitan, dan pemberian dalam proses penggabungan (merger) organisasi. d. Jasa Transaksi. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa ini adalah jasa pengurusan kepailitan, jasa penilaian, analisis kemungkinan penggabungan usaha atau akuisisi, dan jasa pengurusan perkara pengadilan. e. Jasa Penyediaan Staf dan Jasa Pendukung Lainnya. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah menyediakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan staf tersebut akan bekerja dibawah pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah manajemen fasilitas pemprosesan data, pemprograman komputer, perwakilan dalam rangka kepailitan, dan aktivitas controllership. 3.3.4 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta Selatan sebagai tempat penyebaran kuesioner.
3.4 Operasionalisasi Variabel Menurut Sarwono (2009:16), variabel ialah sesuatu yang berbeda atau bervariasi, penekanan kata sesuatu diperjelas dalam definisi kedua yaitu simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai-nilai. Definisi operasional merupakan penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Variabel operasional juga menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh penulis dalam mengoperasikan suatu konsep, sehingga memungkinkan penelitian selanjutnya untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan pengukuran konstruk yang lebih baik. Menurut Sekaran (2006:4), mengoperasionalkan, atau secara operasional mendefinisikan sebuah konsepuntuk 69
membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep. Hal tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep. Mendefinisikan sebuah konsep secara operasional meliputi serangkaian tahap. Dalam sub bab ini, akan dijelaskan mengenai pengertian variabel independen dan dependen, variabel yang digunakan dalam penelitian ini, pengukuran variabel yang digunakan, skala pengukuran yang digunakan, dan tabel operasional variabel yang dapat dilihat pada tabel 3.2 setelah sub bab variabel dependen. 3.4.1 Variabel Independen atau Bebas (X,X,X,X) Menurut Sarwono (2009:16), variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang variabelitasnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual. Pengukuran skeptisme (X1) berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Kee dan Knoxs (1970) dalam Prihandono (2012). Pengukuran variabel ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari sebelas poin pernyataan. Pengalaman (X2) berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Loeheor (2002) dalam Havizd dan Winama (2010). Pengukuran variabel ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari empat poin pernyataan. Pengetahuan mendeteksi kecurangan (X3) berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Herawati dan Susanto (2009) dalam Siregar (2011).Pengukuran variabel ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari enam poin pernyataan. Sedangkan untuk kecerdasan intelektual (X5), diukur berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Srtenberg dalam Choiriah (2013). Pengukuran variabel ini juga menggunakan kuesioner, yang terdiri dari sepuluh poin pernyataan. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel independen yang dijelaskan di atas, yaitu menggunakan skala likert. Rating dirancang dalam lima poin skala likert, yaitu : 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 4 = Setuju (S) 2 = Tidak Setuju (TS) 5 = Sangat Setuju (SS) 3 = Netral (N) 3.4.2 Variabel Dependen atau Terikat (Y) Menurut Sarwono (2009:17), variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel 70
tergantung atau yang disebut juga variabel dependen adalah variabel yang variabelitasnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertimbangan tingkat materialitas. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2001, SA Seksi 312:paragraf 10) : Pertimbangan tingkat materialitas dalam audit adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut. Dalam pengukurannya, pertimbangan tingkat materialitas diukur berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002:159) dalam Basri (2011). Untuk mengukur variabel ini, digunakan kuesioner yang terdiri dari empat belas poin pernyataan. Rating dirancang dalam lima poin skala likert, yaitu : 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 4 = Setuju (S) 2 = Tidak Setuju (TS) 5 = Sangat Setuju (SS) 3 = Netral (N) Sesuai dengan identifikasi yang akan dikaji dan model yang disusun dalam tinjauan literatur maka operasional yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut :
Tabel 3.4 Tabel Operasional Variabel Variabel Dimensi Indikator No Pernyataan Skala Sumber Skeptisme (X 1 ) Kee dan Knoxs (1970) dalam Prihandono (2012) 1. Faktor kecenderun gan etika
3. Gender 7. Standar teknis 8. Kesulitan untuk berkomunika 9. Perbedaan kinerja diantara wanita dan pria memiliki karakteristik yang berbeda 10. 8 9
10, 11
Ordinal
Ordinal
Kuesioner
Kuesioner Pengalaman (X 2 ) Loeheor (2002) dalam Havizd dan Winama (2010). 1. Lama bekerja 2. Keterlamba tan auditor dalam penugasan 3. Pelatihan auditor 4. Pendidikan auditor 1. Lama bekerja sebagai auditor 2. Seringnya melakukan tugas audit
3. Pelatihan untuk auditor 4. Pendidikan formal Maupun non 1
2
3
4
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner Variabel Dimensi Indikator No Pernyataan Skala Sumber Formal Pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ) Herawati dan Susanto (2009) dalam Siregar (2011)
1. Pengetahu an dasar atas kecurangan 2. Deteksi kllien
3. Preliminary audit
4. Prosedur mengaudit 1. Perbedaan mendasar error, irregularities, dan fraud 2. Keahlian dalam melaksanakan pemeriksaan 3. Menentukan eksistensi kecurangan dari evaluasi sistem pengendalian internal 4. Melanjutkan pemeriksaan 1
2
3
4
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
72
kecurangan Jangkauan pengetahu an kecurangan 5. Pengetahuan mendeteksi kecurangan melalui pelatihan formal 6. Partisipasi dalam mendesain pengungkapan kecurangan
5
6
Ordinal
Ordinal
Kuesioner
Keusioner Kecerdasan Intelektual (X 4 ) Srtenberg dalam Choiriah (2013)
1. Kemampua n memecahk an masalah
1. Menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi 2. Mengambil keputusan tepat 1
2
Ordinal
Ordinal
Kuesioner
Kuesioner
Variabel Dimensi Indikator No Pernyataan Skala Sumber
2. Intelegensi verbal
3. Intelegensi praktis
3. Menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih 4. Kosa kata baik 5. Membaca dengan penuh pemahaman 6. Ingin tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan 7. Situasi 8. Tahu cara mencapai tujuan 9. Sadar terhadap dunia sekeliling 10. Menunjukkan 3
4 5
6
7 8
9
10 Ordinal
Ordinal Ordinal
Ordinal
Ordinal Ordinal
Ordinal
Ordinal Kuesioner
Kuesioner Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner Kuesioner
Kuesioner
Keusioner 73
Sumber : Kee dan Knoxs (1970) dalam Prihandono (2012), Loeheor (2002) dalam Havizd dan Winama (2010), Herawati dan Susanto (2009) dalam Siregar (2011), Srtenberg dalam Choiriah (2013), Mulyadi (2002:159) dalam Basri (2011).
minat terhadap dunia luar
Pertimbanga n Tingkat Materialitas dalam Audit (Y) Mulyadi (2002:159) dalam Basri (2011)
1. Pertimbang an awal materialitas 2. Materialitas pada tingkat laporan keuangan
3. Meterialitas pada 1. Materialitas perencanaan
2. Materialitas pada laporan keuangan 3. Materialitas pada laoran laba rugi 4. Materialitas pada neraca 5. Saldo akun yang tercatat 1,2,3
4,5,6
7
8
9,10,11
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Variabel Dimensi Indikator No Pernyataan Skala Sumber 4. tingkat saldo rekening Alokasi materialitas laporan keuangan rekening 6. Alokasi atas dasar akun neraca 12,13,14 Ordinal Kuesioner 74
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data 4.1.1 Penyajian Data Proses penelitian ini menggunakan beberapa software yang dapat membantu penulis dalam mengolah data dengan alasan efisiensi dan efektifitas penelitian. Beberapa software tersebut diantaranya adalah Microsoft Excel 2010, yang dimana membantu penulis dalam melakukan tabulasi hasil data jawaban responden. Sedangkan Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 20 membantu penulis dalam mengolah data yang sebelumnya berbentuk tabulasi sederhana. Dalam pengolahan data dengan SPSS, data yang diolah adalah identitas responden, skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, kecerdasan intelektual, dan pertimbangan tingkat materialitas dalam audit serta hubungan antar variabel. Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner yang didalamnya terdapat beberapa pernyataan. Kuesioner disebar kepada kantor akuntan publik yang berada di wilayah Jakarta Selatan berdasarkan teknik nonprobability sampling dengan metode convenience sampling. Dari hasil sampling tersebut, diperoleh 11 kantor akuntan publik beserta nama-nama kantor akuntan publik dan alamatnya yang menjadi sampel penelitian seperti pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik yang Menjadi Sampel Penelitian No Nama Kantor Akuntan Publik Alamat kantor Akuntan Publik 1 KAP Herman, Dody Tanumihardja & Kebayoran Center Blok A No. 3, Jl. 75
Rekan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12240 Telp : (021) 7266730, 33712939 2 KAP Hendrawinata, Eddy & Siddharta Gedung Ariobimo Sentra lt. 3, Jl. Rasuna Said Blok X-2 Kav 5, Jakarta Selatan 3 KAP Nugroho & Rekan Gedung Lina Lt. 2 Suite 209B, Jl. Rasuna Said Kav B-7, Jakarta Selatan Telp : (021) 5227694 No Nama Kantor Akuntan Publik Alamat kantor Akuntan Publik 4 KAP Darmawan, Hendang & Yogi (Pusat) Menara Kadin Indonesia Lt 27, Jl. Rasuna Said Blok X-% Kav 2-3, Jakarta Selatan 5 KAP Hertanto, Sidik Hadisoeryo & Rekan Gedung Menara FIF 12th floor suite 121, Jl. Tb Simatupang Kav 15, Jakarta Selatanhardja Telp : (021)9045219 6 KAP Usman & Rekan Jl. Panjang No 01 Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 7 KAP Noor Salim, Nursehan & Sinardja Jl. Anggrek 3 No 28 Larangan Indah, Ciledug Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 8 KAP Hananta Jl. Wijaya II No 79 Melawai, Jakarta Selatan 9 KAP A. Salam Rauf & Rekan Jl. Mampang Prapatan VI No 41, Jakarta Selatan Telp : (021) 7946950 10 KAP Muhammad Sofwan & Rekan Victoria Bintaro Business Park Bb-9, Jl. Bintaro Utama No. 3A Bintaro Jaya, Jakarta Selatan 15225 11 KAP Rama Wendra Graha Mampang Lt. 2, Jl. Mampang Prapatan Raya No 100, Jakarta Selatan Telp : (021) 7985757 Sumber : IAPI 2012 76
Berdasarkan tabel di atas, dari 11 Kantor Akuntan Publik tersebut kuesioner disebar sebanyak 72 rangkap. Jumlah kuesioner yang disebar pada setiap Kantor Akuntan Publik berbeda karena beberapa alasan di bawah ini. 1. Disesuaikan dengan permintaan atau kebijakan Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan mengenai jumlah kuesioner yang dapat disebar. 2. Banyaknya mahasiswa dari kampus yang sama dan dari kampus lain yang melakukan penyebaran kuesioner sehingga menyebabkan Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan memiliki keterbatasan dalam menerima kuesioner. 3. Banyaknya auditor yang melakukan audit di luar kota.
Dari kuesioner yang telah disebarkan, semua rangkap telah kembali dan lengkap serta seluruhnya dapat dipergunakan. Rincian kalkulasi kuesioner yang disebar kepada setiap Kantor Akuntan Publik dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Kalkulasi Perbandingan Kuesioner yang Disebarkan No Nama KAP Terkirim Tidak Kembali Kembali Tidak dapat dioleh Dapat diolah 1 KAP Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan 5 0 5 0 5 2 KAP Hendrawinata Eddy & Siddaharta 5 0 5 0 5 3 KAP Nugroho & Rekan 5 0 5 0 5 4 KAP Darmawan, Hendang & Yogi (Pusat) 10 0 10 0 10
5 KAP Hertanto, Sidik Hadisoeryo & Rekan 10 0 10 0 10 6 KAP Usman & Rekan 5 0 5 0 5 7 KAP Noor Salim, Nursehan & Sinarahardja 5 0 5 0 5 8 KAP Hananta 10 3 7 0 7 9 KAP A. Salam Rauf & Rekan 5 0 5 0 5 10 KAP Muhammad Sofwan & Rekan 5 0 5 0 5 11 KAP Rama Wendra 10 0 10 0 10 77
TOTAL 75 3 72 0 72 PRESENTASE 100% 4% 96% 0% 96% Sumber : Data Diolah Sendiri
4.1.2 Gambaran Umum Identitas Responden Penulis menyertakan lembar identitas diri responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :
a. Jenis Kelamin : Jenis kelamin responden (laki-laki atau perempuan) b. Usia : Usia responden yang dibagi menurut interval (<25 tahun, 25-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, <55 tahun. c. Jenjang Pendidikan : Pendidikan terakhir responden (D3, S1, S2, dan lainnya) d. Jabatan : Jabatan responden saat ini (Junior auditor, Senior auditor, Supervisor atau Associate Manager, Manager atau Senior Manager, Partner. e. Memiliki Nomor Register Akuntan : Bukti bahwa akuntan tersebut telah terdaftar sebagai akuntan publik dan telah memperoleh izin untuk memberikan jasa akuntan publik (Ya, Tidak) f. Masa Kerja : Lama masa kerja responden di KAP (<1 Tahun, 1-3 tahun, >3 tahun) 4.1.3 Distribusi Frekuensi Identitas Responden Adapun hasil survei responden yang ikut berpartisipasi dalam mengisi kuesioner berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jabatan saat ini, responden yang memiliki nomor register akuntan, dan masa kerja responden di Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah sebagai berikut. 4.1.3.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 78
Jenis kelamin dibagi menjadi dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat dilihat dengan persentase responden laki-laki dan perempuan pada tabel 4.3 di halaman berikutnya.
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden
Sumber : SPSS Ver. 20
Berdasarkan pada data jenis kelamin responden di atas, dapat diketahui bahwa responden laki-laki sebanyak 39 responden atau 54,2 %, dan sisanya responden perempuan sebanyak 33 responden atau 45,8 %. 4.1.3.2 Data Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan usia responden, penulis membagi menjadi lima kategori dalam penelitian ini, yaitu usia <25 tahun, usia antara 2535 tahun, usia antara 36-45 tahun, usia antara 4655 tahun, dan usia >55 tahun. Hal ini dapat dilihat dengan persentase usia responden pada tabel 4.4 yang dijelaskan di bawah ini.
Tabel 4.4 Usia Responden Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 39 54,2 54,2 54,2 Perempuan 33 45,8 45,8 100,0 Total 72 100,0 100,0 Usia Responden 79
Sumber : SPSS Ver. 20
Berdasarkan pada data usia reponden di atas, dapat diketahui bahwa responden dengan usia <25 tahun sebanyak 40 responden atau 55,6%, responden dengan usia 25-35 tahun sebanyak 26 responden atau 36,1%, responden dengan usia 36-45 tahun sebanyak 8 responden atau 14,8%, dan sisanya responden dengan usia 46- 55 tahun sebanyak 1 responden atau 1,9%. 4.1.3.3 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan pendidikan terakhir atau gelar akademik responden, penulis membagi menjadi empat kategori, yaitu D3, strata 1, strata 2, dan kategori lainnya yang harus disebutkan sendiri oleh responden yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat dengan persentase pendidikan terakhir responden pada tabel 4.5 yang dijelaskan di bawah ini.
Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden Pendidikan Terakhir Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid D3 10 13,9 13,9 13,9 S1 54 75,0 75,0 88,9 S2 4 5,6 5,6 94,4 Lainnya 4 5,6 5,6 100,0 Total 72 100,0 100,0 Sumber : SPSS Ver. 20
Berdasarkan pada data pendidikan terakhir responden di atas, dapat diketahui bahwa responden dengan pendidikan atau gelar akademik D3 sebanyak 10 responden atau 13,9%, responden dengan pendidikan atau gelar akademik Strata 1 sebanyak 54 responden atau 75,0%, dan responden dengan pendidikan atau gelar akademik Strata 2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid < 25 Tahun 40 55,6 55,6 55,6 25 - 35 Tahun 26 36,1 36,1 91,7 36 - 45 Tahun 6 8,3 8,3 100,0 Total 72 100,0 100,0 80
sebanyak 4 responden atau 5,6% dan sisanya responden dengan pendidikan atau gelar lainnya sebanyak 4 responden atau 5,6%. 4.1.3.4 Data Responden Berdasarkan Jabatan Saat Ini Berdasarkan jabatan responden saat ini, penulis membagi menjadi lima kategori, yaitu Junior Auditor, Senior auditor, Supervisor atau Associate Manager, Manager atau Senior Manager, dan Partner. Hal ini dapat dilihat dengan persentase jabatan responden saat ini pada tabel 4.6 yang dijelaskan dihalaman berikutnya.
Tabel 4.6 Jabatan Responden Saat Ini
Jabatan Saat ini Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Junior Auditor 45 62,5 62,5 62,5 Senior Auditor 23 31,9 31,9 94,4 Supervisor / Associate Manajer 2 2,8 2,8 97,2 Manager / Senior Manager 2 2,8 2,8 100,0 Total 72 100,0 100,0
Sumber : SPSS Ver. 20
Berdasarkan pada data jabatan responden saat ini di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjabat sebagai Junior Auditor sebanyak 45 responden atau 62,5%, yang menjabat sebagai Senior Auditor sebanyak 23 responden atau 31,9%, yang menjabat sebagai Supervisor atau Associate Manager sebanyak 2 responden atau 2,8%, dan sisanya yang menjabat sebagai Manager atau Senior Manager sebanyak 2 responden atau 2,8%. 4.1.3.5 Data Responden Berdasarkan Memiliki Nomor Register Akuntan Berdasarkan responden yang memiliki nomor register akuntan, penulis membagi menjadi dua kategori, yaitu Ya dan Tidak. Hal ini dapat dilihat dengan persentase responden yang memiliki nomor register akuntan pada tabel 4.7 yang dijelaskan di bawah ini. Tabel 4.7 Responden yang Memiliki Nomor Register Akuntan Memiliki Nomor Register Akuntan 81
Sumber : SPSS Ver. 20
Berdasarkan pada data responden yang memiliki nomor register akuntan dapat diketahui bahwa responden yang memiliki nomor register akuntan sebanyak 6 responden atau 8,3%, sedangkan sisanya responden yang tidak memiliki nomor register akuntan sebanyak 66 responden atau 91,7%. 4.1.3.6 Data Responden Berdasarkan Masa Kerja Berdasarkan masa kerja responden, penulis membagi menjadi tiga kategori, yaitu masa kerja responden <1 tahun, 1 3 tahun, dan >3 tahun. Hal ini dapat dilihat dengan persentase masa kerja responden pada tabel 4.8 yang dijelaskan di bawah ini.
Tabel 4.8 Masa Kerja Responden Sumber : SPSS Ver. 20 Berdasarkan pada data masa kerja responden di atas, dapat diketahui bahwa responden dengan masa kerja <1 tahun sebanyak 13 responden atau 18,1%, responden dengan masa kerja 1 3 tahun sebanyak 46 responden atau 63,9%, responden dengan masa kerja >3 tahun sebanyak 13 responden atau 18,1%. 4.1.4 Distribusi Jawaban Responden Pada kuesioner ini penulis membagi lima kategori berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya 6 8,3 8,3 8,3 Tidak 66 91,7 91,7 100,0 Total 72 100,0 100,0
Masa Kerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid < 1 Tahun 13 18,1 18,1 18,1 1 - 3 Tahun 46 63,9 63,9 81,9 > 3 Tahun 13 18,1 18,1 100,0 Total 72 100,0 100,0 82
dengan masing-masing nilai atau skor 1, 2 ,3 , 4, dan 5 sehingga dapat diketahui rata- rata keseluruhan jawaban responden. Adapun hasil penelitian frekuensi jawaban responden untuk masing-masing pernyataan pada setiap variabel yaitu skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), kecerdasan intelektual (X 4 ), serta pertimbangan tingkat materialitas (Y) dapat dilihat pada sub bab berikutnya.
4.1.4.1 Distribusi Jawaban Responden Variabel Skeptisme (X 1 ) Variabel skeptisme terdiri atas tujuh (11) pernyataan, antara lain (1)Seorang auditor harus memiliki tanggung jawab yang profesional terhadap hasil auditnya. (2)Auditor dalam melaksaksanakan tugas mentaati peraturanperundang-undangan dengan penuh pengabdian, kesadarandan tanggung jawab. (3)Auditor bersikap dan berperilaku sesuai dengan kode etik terhadap masyarakat. (4) Integritas berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sehingga semakin tinggi integritas seseorang auditor maka semakin baik pertimbangan tingkat materialitas yang dilakukannya.(5) Objektifitas auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sehingga semakin tinggi tingkat objektifitas auditor maka akan semakin baik pertimbangan tingkat materilaitas dalam audit. (6) Anggota-anggota tim audit sebagai sebuah grup selalu bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan selama melakukan audit. (7)Anggota-anggota tim audit melaksanakan pekerjaan lapangan audit dengan cara yang tepat dan berperilaku profesional. (8) Anggota-anggota tim audit sebagai sebuah grup, berkompeten secara teknis dalam mengaplikasikan standar akuntansi dan auditing (SAK= Standar Akuntansi Keuangan, dan SPAP = Standar Profesional Akuntan Publik. (9) Situasi seperti kesulitan berkomunikasi antara baru terkait informasi mengenai suatu perusahaan sebagai auditee akan mempengaruhi skeptisme. (10) Baik pria maupun wanita menjadi salah satu alasan gender akan sistem informasi, etika, dan auditing mempengaruhi skpetisme profesional seorang auditor. (11) Perbedaan kinerja diantara wanita dan pria memiliki karakteristik yang berbeda. Data jawaban responden diukur dengan menggunakan lima instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi dengan menggunakan skala antara 1 sampai dengan 5. Skala rendah menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah, sebaliknya skala tingkat tinggi menunjukan tingkat partisipasi yang tinggi. Pada tabel 4.9 di bawah ini dapat dilihat deskriptif jawaban responden yang ada di dalam kuesioner. Tabel 4.9 Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Skeptisme 83
JAWABAN
PERNYATAAN 1 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3 Netral 4 Setuju 5 Sangat Setuju TOTAL X1_1 0 0 1 28 43 72 X1_2 0 0 1 36 35 72 JAWABAN
PERNYATAAN 1 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3 Netral 4 Setuju 5 Sangat Setuju TOTAL X1_3 0 0 6 47 19 72 X1_4 0 2 0 49 21 72 X1_5 0 2 7 45 18 72 X1_6 0 0 2 44 26 72 X1_7 0 0 1 35 36 72 X1_8 0 0 4 39 29 72 X1_9 0 0 5 57 10 72 X1_10 2 27 10 29 4 72 X1_11 2 22 13 28 7 72 Sumber : Microsoft Office Excel 2010 4.1.4.2 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengalaman (X2) Variabel pengalaman terdiri atas sepuluh (4) pernyataan, antara lain (1) Seseorang yang sudah lama menekuni profesinya akan menambah pengalaman dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas. (2) Keterlibatan auditor dalam penugasan audit menambah pengalaman dalam menentukan tingkat materialitas dalam audit. (3) Suatu pelatihan auditor dalam workshop dapat meningkatkan pengalaman auditor. (4) Melalui pendidikan formal maupun non formal pengalaman seorang auditor dapat diperoleh. Data jawaban responden diukur dengan menggunakan lima instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi dengan menggunakan skala antara 1 sampai dengan 5. Skala rendah menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah, sebaliknya skala tingkat tinggi menunjukan tingkat partisipasi yang tinggi. Pada tabel 4.10 di bawah ini dapat dilihat deskriptif jawaban responden yang ada di dalam kuesioner.
84
Tabel 4.10 Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengalaman
JAWABAN
PERNYATAAN 1 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3 Netral 4 Setuju 5 Sangat Setuju TOTAL X2_1 0 2 4 42 24 72 X2_2 0 1 4 45 22 72 X2_3 0 2 5 35 30 72 X2_4 0 0 5 36 31 72 Sumber : Miscrosoft Office Excel 2010 4.1.4.3 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) Variabel sikap profesionalisme akuntan publik terdiri atas enam (6) pernyataan, antara lain (1) Error (kesalahan, irregularieties (ketidakberesan) dab fraud (kecurangan) merupakan tiga hal yang tidak berbeda secara signifikan. (2) Auditor yang memiliki pengetahuan memadai tentang kecurangan akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. (3) Hanya dengan mngevaluasi pengendalian internal auditee, saya dapat menentukan apakah entitas klien penuh dengan kecurangan atau tidak. (4) Bila berdasarkan pengujian struktur pengendalian internal ternyata tidak dimungkinkan untuk dilaksanakan audit, maka pemeriksaan kecuranganpun tidak akan saya laksanakan. (5) Pengetahuan mendeteksi kecurangan bisa diperoleh dari berbagai pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar dan lokakarya audit kecurangan. (6) Partisipasi dalam mendesai prosedur untuk mendeteksi dan mengungkap kecurangan adalah hal yang tidak harus dilakukan audito setiap pekerjaan pemerksaan. Data jawaban responden diukur dengan menggunakan lima instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi dengan menggunakan skala antara 1 sampai dengan 5. Skala rendah menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah, sebaliknya skala tingkat tinggi menunjukan tingkat partisipasi yang tinggi. Pada tabel 4.11 dibawah ini dapat dilihat deskriptif jawaban responden yang ada di dalam kuesioner.
85
Tabel 4.11 Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan JAWABAN
4.1.4.4 Distribusi Jawaban Responden Variabel Kecerdasan Intelektual (X4) Variabel kecerdasan intelektual terdiri atas sepuluh (10) pernyataan, antara lain (1) Saya mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi. (2) Saya mampu mengambil keputusan tepat. (3) Saya mampu menyelesaikan masalah secara optimal dan menunjukkan fikiran jernih. (4) Saya dapat menggunakan kosa kata yang baik. (5) Saya dapat membaca dengan penuh pemahaman. (6) Saya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. (7) Saya termasuk orang yang mampu memahami situasi yang ada. (8) Saya tahu cara mencapai tujuan. (9) Saya sadar terhadap dunia sekeliling. (10) Saya dapat beradaptasi terhadap dunia luar. Data jawaban responden diukur dengan menggunakan lima instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi dengan menggunakan skala antara 1 sampai dengan 5. Skala rendah menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah, sebaliknya skala tingkat tinggi menunjukan tingkat partisipasi yang tinggi. Pada tabel 4.12 di bawah ini dapat dilihat deskriptif jawaban responden yang ada di dalam kuesioner.
Tabel 4.12 86
Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kecerdasan Intelektual JAWABAN
4.1.4.5 Distribusi Jawaban Responden Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit (Y) Variabel pertimbangan tingkat materialitas terdiri atas empat belas (14) pernyataan, antara lain (1) Auditor membuat pertimbangan awal mengenai materialitassementara ia merencanakan perikatan untuk membuatkeputusan penting tentang lingkup audit. (2) Materialitas merupakan konsep penting yang akan menjadipedoman auditor dalam penetapan lingkup pekerjaan audit. (3) Mungkinkah berbeda materialitas perencanaan dengantingkat materialitas yang digunakan pada penyelesaianaudit dalam mengevaluasi temuan audit jika situasidisekitarnya berubah dan/atau informasi tambahanmengenai klien akan diperoleh selama pelaksanaan audit. (4) Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menilaimaterialitas pada tingkat laporan keuangan. (5) Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menilaimaterialitas pada tingkat saldo akun. (6) Dalam perencanaan audit terdapat lebih dari satu tingkatmaterialitas yang berhubungan dengan laporan keuangan. (7) Materialitas pada Laporan Laba-Rugi dapat dihubungkandengan total pendapatan, laba operasi, laba sebelum pajak,dan/atau laba bersih. (8) Pada neraca, materialitas dapat didasarkan pada totalaktiva, modal kerja, dan/atau ekuitas pemegang saham. (9) Saldo yang tercatat dari suatu akun secara umummenyajikan batas atas jumlah dimana suatu akun dapatdisajikan. (10) Tidak terdapat batasan mengenai jumlah dimana suatu akundengan saldo tercatat yang sangat kecil mungkin disajiikankurang. (11) Dalam membuat 87
pertimbangan mengenai materialitas padatingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkanhubungan antara materialitas pada tingkat saldo akun danmaterialitas pada tingkat laporan keuangan. (12) Pengalokasian dapat dilakukan baik pada akun-akun neracamaupun akun-akun laba rugi. (13) Auditor sering membuat alokasi berdasarkan akun-akunNeraca. (14) Dalam membuat alokasi, auditor harus mempertimbangkankemungkinan salah saji dalam akun dan biaya yang dipertimbangkan sebagai material untuk setiap laporankeuangan. Data jawaban responden diukur dengan menggunakan lima instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi dengan menggunakan skala antara 1 sampai dengan 5. Skala rendah menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah, sebaliknya skala tingkat tinggi menunjukan tingkat partisipasi yang tinggi. Pada tabel 4.13 di halaman berikutnya dapat dilihat deskriptif jawaban responden yang ada di dalam kuesioner.
Tabel 4.13 Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas JAWABAN
PERNYATAAN 1 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3 Netral 4 Setuju 5 Sangat Setuju TOTAL Y_12 0 0 1 60 11 72 Y_13 0 0 17 48 7 72 88
Y_14 0 0 4 59 9 72 Sumber : Miscrosoft Office Excel 2010 4.2 Analisis Data Dalam penelitian ini, perlu diketahui kembali bahwa metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah data primer dengan cara menyebarkan kuesioner kepada setiap responden, selanjutnya kuesioner yang telah diisi oleh responden tersebut dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis oleh penulis untuk memperoleh jawaban darihasil analisis tersebut. Dalam analisis yang dilakukan oleh penulis, data tersebut perlu melewati proses validasi dan pengujian terhadap reliabilitasnya, serta harus terbebas dari beberapa kriteria uji asumsi klasik seperti uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. 4.2.1 Uji Validitas Pengujian validitas data merupakan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Pengujian ini menunjukkan apakah kuesioner tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuesioner dalam melakukan fungsi ukurnya. Kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner tersebut mampu mengukur sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk menentukan suatu item layak digunakan atau tidak, dapat dilihat pada output Item-Total Statistic pada kolom Corrected Item-Total Correlation dimana kolom tersebut merupakan R Hitung. Kriteria yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan nilai R hitung dan R tabel. Apabila R Hitung > R Tabel maka suatu item dapat dianggap valid. Nilai R tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = nk, dimana n merupakan jumlah responden atau sampel, sedangkan k merupakan jumlah butir pertanyaan. Tingkat signifikansi atau Alpha (a) yang digunakan adalah 5%.
4.2.1.1 Uji Validitas Variabel Skeptisme (X1) Uji validitas skeptisme ini dilakukan dengan membandingkan nilai R Hitung dengan R Tabel dengan df = n-k. Dalam penelitian ini df = 72-11 atau df = 61 dengan a = 0,05, maka didapat R Tabel satu sisi sebesar 0,248. Jika R Hitung (per item) lebih besar daripada R Tabel, berarti pernyataan tersebut dikatakan valid. Analisis penelitiannya dapat dilihat dalam hasil perhitungan pada tabel 4.14 sebagai berikut. Tabel 4.14 89
Validitas Variabel Skeptisme
Sumber : Output SPSS Ver. 20 Berdasarkan tabel di atas pada kolom corrected item-total correlation merupakan R hitung untuk masing-masing item atau butir. R Tabel didapat sebesar 0,248. Analisis output pertimbangan etis di atas dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 1, dengan nilai 0,210 < 0,248, kesimpulan tidak valid. 2. Pernyataan 2, dengan nilai 0,260 > 0,248, kesimpulan valid. 3. Pernyataan 3, dengan nilai 0,498 > 0,248, kesimpulan valid. 4. Pernyataan 4, dengan nilai 0,545 > 0,248, kesimpulan valid. 5. Pernyataan 5, dengan nilai 0,552 > 0,248, kesimpulan valid. 6. Pernyataan 6, dengan nilai 0,251 > 0,248, kesimpulan valid. 7. Pernyataan 7, dengan nilai 0,239 < 0,248, kesimpulan tidak valid. 8. Pernyataan 8, dengan nilai -0,001 < 0,248, kesimpulan tidak valid. 9. Pernyataan 9, dengan nilai 0,364 > 0,248, kesimpulan valid 10. Pernyataan 10, dengan nilai -0,019 < 0,248, kesimpulan tidak valid 11. Pernyataan 11, dengan nilai -0,054 < 0,248, kesimpulan tidak valid Dari butir pernyataan 1-11, pernyataan 1, 7, 8, 10, dan 11 dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai dari corrected item- total correlation lebih kecil dari r-tabel sebesar 0,248. Maka pernyataan yang tidak valid harus dihilangkan. Nampak pada tabel 4.15 sebagai berikut. Tabel 4.15 Validitas Variabel Skeptisme Ke 2 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X1_1 40,5278 8,506 ,210 ,484 X1_2 40,6389 8,347 ,260 ,473 X1_3 40,9306 7,558 ,498 ,412 X1_4 40,8750 7,322 ,545 ,394 X1_5 41,0139 7,000 ,552 ,378 X1_6 40,7778 8,372 ,251 ,475 X1_7 40,6250 8,407 ,239 ,478 X1_8 40,7639 9,084 -,001 ,532 X1_9 41,0417 8,266 ,364 ,457 X1_10 42,0278 8,422 -,019 ,589 X1_11 41,8889 8,607 -,054 ,606 90
Sumber : Output SPSS Ver.20 Berdasarkan tabel 4.14 terdapat 6 butir pernyataan dikatakan valid. Dengan menggunakan 72 responden yang dijadikan sampel penelitian, maka nilai r-tabel dapat diperolehdari df= 72- 6 = 66 pada r-tabel didapat angka 0,239. Pernyataan yang dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari Icorrected Item- Total Correlation> dari r-tabel. Analisis output dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 2, dengan nilai 0,420 > 0,239, kesimpulan valid. 2. Pernyataan 3, dengan nilai 0,659 > 0,239, kesimpulan valid. 3. Pernyataan 4, dengan nilai 0,584 > 0,239, kesimpulan valid. 4. Pernyataan 5, dengan nilai 0,459 > 0,239, kesimpulan valid. 5. Pernyataan 6, dengan nilai 0,295 > 0,239, kesimpulan valid. 6. Pernyataan 9, dengan nilai 0,286 > 0,239, kesimpulan valid. Sehingga dapat disimpulkan 6 butir pernyataan pada variabel skeptisme dinyatakan valid, karena yang merupakan nilai dari corrected Item- Total Correlation > r- tabel. 4.2.1.2 Uji Validitas VariabelPengalaman (X2) Uji validitas pengalaman ini dilakukan dengan membandingkan nilai R Hitung dengan R Tabel dengan df = n-k. Dalam penelitian ini df = 72-4 atau df = 68 dengan a = 0,05, maka didapat R Tabel satu sisi sebesar 0,235. Jika R Hitung (per item) lebih besar daripada R Tabel, berarti pernyataan tersebut dikatakan valid. Analisis penelitiannya dapat dilihat dalam hasil perhitungan pada tabel 4.15 di halaman berikutnya, adalah sebagai berikut. Tabel 4.16 Validitas Variabel Pengalaman Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X1_2 20,9167 3,570 ,420 ,685 X1_3 21,2083 3,069 ,659 ,608 X1_4 21,1528 3,117 ,584 ,631 X1_5 21,2917 3,139 ,459 ,677 X1_6 21,0556 3,800 ,295 ,719 X1_9 21,3194 3,967 ,286 ,718 Item-Total Statistics 91
Sumber : Output SPSS Ver. 20 Berdasarkan tabel di atas pada kolom corrected item-total correlation merupakan R hitung untuk masing-masing item atau butir. R Tabel didapat sebesar 0,235. Analisis output pengalaman di atas dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 1, dengan nilai 0,777> 0,235, kesimpulan valid. 2. Pernyataan 2, dengan nilai 0,518> 0,235, kesimpulan valid. 3. Pernyataan 3, dengan nilai 0,697> 0,235, kesimpulan valid. 4. Pernyataan 4, dengan nilai 0,500> 0,235, kesimpulan valid. Dari hasil analisis di atas, tidak ada butir pernyataan yang dihilangkan dan semua dinyatakan valid karena semua butir pernyataan memiliki R Hitung > R Tabel. 4.2.1.3 Uji Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) Uji validitas pengetahuan mendeteksi kecurangan ini dilakukan dengan membandingkan nilai R Hitung dengan R Tabel dengan df = n-k. Dalam penelitian ini df = 72-6 atau df = 66 dengan a = 0,05, maka didapat R Tabel satu sisi sebesar 0,239. Jika R Hitung (per item) lebih besar daripada R Tabel, berarti pernyataan tersebut dikatakan valid. Analisis penelitiannya dapat dilihat dalam hasil perhitungan pada tabel 4.17 sebagai berikut.
Tabel 4.17 Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X2_1 12,8056 2,243 ,777 ,670 X2_2 12,8194 2,854 ,518 ,799 X2_3 12,7361 2,253 ,697 ,714 X2_4 12,7639 2,943 ,500 ,806 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X3_1 18,5000 6,451 ,142 ,595 X3_2 18,1944 6,018 ,360 ,479 X3_3 18,4167 5,627 ,350 ,482 X3_4 18,5833 5,711 ,362 ,476 X3_5 17,8333 7,296 ,258 ,533 92
Sumber : Output SPSS Ver. 20
Berdasarkan tabel di atas pada kolom corrected item-total correlation merupakan R hitung untuk masing-masing item atau butir. R Tabel didapat sebesar 0,239. Analisis output pengetahuan mendeteksi kecurangan di atas dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 1, dengan nilai 0,142 < 0,239, kesimpulan tidak valid. 2. Pernyataan 2, dengan nilai 0,360> 0,239, kesimpulan valid. 3. Pernyataan 3, dengan nilai 0,350 > 0,239, kesimpulan valid. 4. Pernyataan 4, dengan nilai 0,362 > 0,239, kesimpulan valid. 5. Pernyataan 5, dengan nilai 0,258 > 0,239, kesimpulan valid. 6. Pernyataan 6, dengan nilai 0,385 > 0,239, kesimpulan valid. Dari butir pernyataan 1-6, pernyataan 1 dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai dari corrected item- total correlation lebih kecil dari r-tabel sebesar 0,239. Maka pernyataan yang tidak valid harus dihilangkan. Nampak pada tabel 4.18 sebagai berikut.
Tabel 4.18 Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan Ke 2 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X3_2 14,7639 4,211 ,429 ,495 X3_3 14,9861 3,591 ,498 ,445 X3_4 15,1528 3,934 ,427 ,495 X3_5 14,4028 5,737 ,187 ,608 X3_6 14,6944 5,257 ,215 ,602 Sumber : Output SPSS Ver. 20 Berdasarkan tabel 4.18 terdapat 3 butir pernyataan dikatakan valid. Dengan menggunakan 72 responden yang dijadikan sampel penelitian, maka nilai r-tabel dapat X3_6 18,1250 6,393 ,385 ,478 93
diperolehdari df= 72- 5 = 67 pada r-tabel didapat angka 0,237. Pernyataan yang dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari Icorrected Item- Total Correlation> dari r-tabel. Analisis output dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 2, dengan nilai 0,429 > 0,237, kesimpulan valid. 2. Pernyataan 3, dengan nilai 0,498 > 0,237, kesimpulan valid. 3. Pernyataan 4, dengan nilai 0,427 > 0,237, kesimpulan valid. 4. Pernyataan 5, dengan nilai 0,187 < 0,237, kesimpulan tidak valid. 5. Pernyataan 6, dengan nilai 0,215 < 0,237, kesimpulan tidak valid. Dari butir pernyataan 2-6, pernyataan 5 dan 6 dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai dari corrected item- total correlation lebih kecil dari r-tabel sebesar 0,237. Maka pernyataan yang tidak valid harus dihilangkan. Nampak pada tabel 4.19 sebagai berikut. Tabel 4.19 Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan Ke 3 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X3_2 6,8611 2,628 ,511 ,561 X3_3 7,0833 2,134 ,572 ,465 X3_4 7,2500 2,641 ,398 ,699 Berdasarkan tabel 4.19 terdapat 3 butir pernyataan dikatakan valid. Dengan menggunakan 72 responden yang dijadikan sampel penelitian, maka nilai r-tabel dapat diperolehdari df= 72- 3 = 69 pada r-tabel didapat angka 0,234. Pernyataan yang dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari Icorrected Item- Total Correlation> dari r-tabel. Analisis output dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 2, dengan nilai 0,511 > 0,234, kesimpulan valid. 2. Pernyataan 3, dengan nilai 0,572 > 0,234, kesimpulan valid. 3. Pernyataan 4, dengan nilai 0,398 > 0,234, kesimpulan valid. Sehingga dapat disimpulkan 3 butir pernyataan pada variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan dinyatakan valid, karena yang merupakan nilai dari corrected Item- Total Correlation > r-tabel. 4.2.1.4 Uji Validitas Variabel Kecerdasan Intelektual (X4) Uji validitas kecerdasan intelektual ini dilakukan dengan membandingkan nilai R Hitung dengan R Tabel dengan df = n-k. Dalam penelitian ini df = 72-10 atau df = 62 dengan a = 0,05, maka didapat R Tabel satu sisi sebesar 0,246. Jika R Hitung (per item) 94
lebih besar daripada R Tabel, berarti pernyataan tersebut dikatakan valid. Analisis penelitiannya dapat dilihat dalam hasil perhitungan pada tabel 4.20 sebagai berikut. Tabel 4.20 Validitas Variabel Kecerdasan Intelektual Sumber : Output SPSS Ver. 20
Berdasarkan tabel di atas pada kolom corrected item-total correlation merupakan R hitung untuk masing-masing item atau butir. R Tabel didapat sebesar 0,246. Analisis output kecerdasan intelektual di atas dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 1, dengan nilai 0,522 > 0,246, kesimpulan valid. 2. Pernyataan 2, dengan nilai 0,564> 0,246, kesimpulan valid. 3. Pernyataan 3, dengan nilai 0,619> 0,246, kesimpulan valid. 4. Pernyataan 4, dengan nilai 0,512> 0,246, kesimpulan valid. 5. Pernyataan 5, dengan nilai 0,661> 0,246, kesimpulan valid. 6. Pernyataan 6, dengan nilai 0,559> 0,246, kesimpulan valid. 7. Pernyataan 7, dengan nilai 0,540 > 0,246, kesimpulan valid. 8. Pernyataan 8, dengan nilai 0,652 > 0,246, kesimpulan valid. 9. Pernyataan 9, dengan nilai 0,478 > 0,246, kesimpulan valid. 10. Pernyataan 10, dengan nilai 0,502< 0,246, kesimpulan valid. Dari hasil analisis di atas, tidak ada butir pernyataan yang dihilangkan dan semua dinyatakan valid karena semua butir pernyataan memiliki R Hitung > R Tabel. 4.2.1.5 Uji Validitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materilaitas (Y) Uji validitas pertimbangan tingkat materialitas ini dilakukan dengan membandingkan nilai R Hitung dengan R Tabel dengan df = n-k. Dalam penelitian ini df Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X4_1 38,0139 13,310 ,522 ,844 X4_2 38,2778 13,049 ,564 ,841 X4_3 38,1806 12,657 ,619 ,836 X4_4 38,2083 13,463 ,521 ,845 X4_5 38,0417 12,942 ,661 ,833 X4_6 38,0139 13,281 ,559 ,842 X4_7 38,1528 13,033 ,540 ,843 X4_8 38,2083 12,843 ,652 ,834 X4_9 38,0556 13,236 ,478 ,849 X4_10 38,2222 13,049 ,502 ,847 95
= 72-14 atau df = 58 dengan a = 0,05, maka didapat R Tabel satu sisi sebesar 0,254. Jika R Hitung (per item) lebih besar daripada R Tabel, berarti pernyataan tersebut dikatakan valid. Analisis penelitiannya dapat dilihat dalam hasil perhitungatan pada tabel 4.21 sebagai berikut. Tabel 4.21 Validitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Y_1 51,6667 14,310 ,366 ,749 Y_2 51,7222 14,654 ,243 ,759 Y_3 52,0833 12,218 ,538 ,728 Y_4 51,7639 13,732 ,353 ,750 Y_5 51,6667 13,437 ,518 ,734 Y_6 52,1806 11,108 ,662 ,708 Y_7 51,7917 14,731 ,303 ,754
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Y_8 51,8472 15,512 ,063 ,767 Y_9 52,0556 15,293 ,045 ,776 Y_10 52,5556 11,828 ,529 ,730 Y_11 51,6250 13,843 ,521 ,737 Y_12 51,7500 14,246 ,468 ,743 Y_13 52,0278 14,112 ,314 ,753 Y_14 51,8194 14,742 ,260 ,757 Sumber : Output SPSS Ver.20 Berdasarkan tabel di atas pada kolom corrected item-total correlation merupakan R hitung untuk masing-masing item atau butir. R Tabel didapat sebesar 0,254. Analisis output pengetahuan mendeteksi kecurangan di atas dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 1, dengan nilai 0,366> 0,254, kesimpulan valid. 2. Pernyataan 2, dengan nilai 0,243 < 0,254, kesimpulan tidak valid. 3. Pernyataan 3, dengan nilai 0,538 > 0,254, kesimpulan valid. 4. Pernyataan 4, dengan nilai 0,353 > 0,254, kesimpulan valid. 5. Pernyataan 5, dengan nilai 0,518>0,254, kesimpulan valid. 6. Pernyataan 6, dengan nilai 0,662 > 0,254, kesimpulan valid. 7. Pernyataan 7, dengan nilai 0,303 > 0,254, kesimpulan valid. 8. Pernyataan 8, dengan nilai 0,063 < 0,254, kesimpulan tidak valid. 96
9. Pernyataan 9, dengan nilai 0,045 < 0,254, kesimpulan tidak valid. 10. Pernyataan 10, dengan nilai 0,529 > 0,254, kesimpulan valid. 11. Pernyataan 11, dengan nilai 0,521 > 0,254, kesimpulan valid. 12. Pernyataan 12, dengan nilai 0,468 > 0,254, kesimpulan valid. 13. Pernyataan 13, dengan nilai 0,314 > 0,254, kesimpulan valid. 14. Pernyataan 14, dengan nilai 0,260 > 0,254, kesimpulan valid. Dari butir pernyataan 1-14, pernyataan 2, 8 dan 9 dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai dari corrected item- total correlation lebih kecil dari r-tabel sebesar 0,254. Maka pernyataan yang tidak valid harus dihilangkan. Nampak pada tabel 4.22 sebagai berikut.
Tabel 4.22 Validitas Pertimbangan Tingkat Materialitas Ke 2 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Y_1 39,6250 12,604 ,325 ,775 Y_3 40,0417 10,322 ,582 ,744 Y_4 39,7222 11,922 ,355 ,773 Y_5 39,6250 11,759 ,490 ,759 Y_6 40,1389 9,502 ,660 ,732 Y_7 39,7500 13,007 ,254 ,781 Y_10 40,5139 10,000 ,560 ,749 Y_11 39,5833 11,965 ,550 ,757 Y_12 39,7083 12,463 ,453 ,766 Y_13 39,9861 12,324 ,305 ,778 Y_14 39,7778 12,795 ,290 ,778 Sumber : Output SPSS Ver. 20 Berdasarkan tabel 4.22 terdapat 12 butir pernyataan dikatakan valid. Dengan menggunakan 72 responden yang dijadikan sampel penelitian, maka nilai r-tabel dapat diperolehdari df= 72- 11 = 61 pada r-tabel didapat angka 0,248. Pernyataan yang dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari Icorrected Item- Total Correlation> dari r-tabel. Analisis output dapat dilihat sebagai berikut. 1. Pernyataan 1, dengan nilai 0,325 > 0,248, kesimpulan valid. 97
2. Pernyataan 3, dengan nilai 0,582 > 0,248, kesimpulan valid. 3. Pernyataan 4, dengan nilai 0,355 > 0,248, kesimpulan valid. 4. Pernyataan 5, dengan nilai 0,490 > 0,248, kesimpulan valid. 5. Pernyataan 6, dengan nilai 0,660 > 0,248, kesimpulan valid. 6. Pernyataan 7, dengan nilai 0,254 > 0,248, kesimpulan valid. 7. Pernyataan 10, dengan nilai 0,560 > 0,248, kesimpulan valid. 8. Pernyataan 11, dengan nilai 0,550 > 0,248, kesimpulan valid. 9. Pernyataan 12, dengan nilai 0,453 > 0,248, kesimpulan valid. 10. Pernyataan 13, dengan nilai 0,305 > 0,248, kesimpulan valid. 11. Pernyataan 14, dengsn nilsi 0,290 > 0,248, kesimpulan valid. Sehingga dapat disimpulkan 11 butir pernyataan pada variabel pertimbangan tingkatmaterialitas dinyatakan valid, karena yang merupakan nilai dari corrected Item- Total Correlation > r-tabel. 4.2.2 Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui kestabilan dan konsistenan responden dalam menjawab pernyataan suatu kuesioner. Data kuesioner harus andal (reliable). Andal berarti data tersebut menghasilkan ukuran yang konsisten apabila digunakan untuk mengukur berulangkali. Data kuesioner dinyatakan andal apabila memiliki nilai Cronbachs alpha > 0,6. Berikut adalah hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi 20. 4.2.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Skeptisme (X1) Tabel 4.23 Realiabilitas Variabel Skeptisme
Sumber : Output SPSS Ver.20 Tabel 4.23 reliability statistic di atas menunjukkan nilai Cronbachs alpha sebesar 0,715. Apabila nilai cronbachs alpha di atas dibandingkan dengan nilai cronbachs alpha yang ditentukan, maka 0,715> 0,6. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam variabel skeptisme adalah reliable, artinya bahwa hasil pengukuran variabel skeptisme adalah konsisten dan dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,715 6 98
4.2.2.2 Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman(X2) Tabel 4.24 Reliablitas Variabel Pengalaman
Sumber : Output SPSS Ver. 20 Tabel 4.24 reliability statistic di atas menunjukkan nilai Cronbachs alpha sebesar 0,803. Apabila nilai cronbachs alpha di atas dibandingkan dengan nilai cronbachs alpha yang ditentukan, maka 0,803> 0,6. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam variabel pengalaman adalah reliable, artinya bahwa hasil pengukuran variabel pengalaman adalah konsisten dan dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian. 4.2.2.3 Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) Tabel 4.25 Reliabilitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan
Sumber : Output SPSS Ver. 20 Tabel 4.25 reliability statistic di atas menunjukkan nilai Cronbachs alpha sebesar 0,676. Apabila nilai cronbachs alpha di atas dibandingkan dengan nilai cronbachs alpha yang ditentukan, maka 0,676> 0,6. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan adalah reliable, artinya bahwa hasil pengukuran variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan adalah konsisten dan dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian. 4.2.2.4 Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Intelektual (X4) Tabel 4.26 Reliabilitas Variabel Kecerdasan Intelektual Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,803 4 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,676 3 Reliability Statistics 99
Sumber : Output SPSS Ver. 20 Tabel 4.26 reliability statistic di atas menunjukkan nilai Cronbachs alpha sebesar 0,855. Apabila nilai cronbachs alpha di atas dibandingkan dengan nilai cronbachs alpha yang ditentukan, maka 0,855> 0,6. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam variabel kecerdasan intelektual adalah reliable, artinya bahwa hasil pengukuran variabel kecerdasan intelektual adalah konsisten dan dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian. 4.2.2.5 Uji Reliabilitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) Tabel 4.27 Reliabilitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materilaitas
Sumber : Output SPSS Ver. 20 Tabel 4.27 reliability statistic di atas menunjukkan nilai Cronbachs alpha sebesar 0,781. Apabila nilai cronbachs alpha di atas dibandingkan dengan nilai cronbachs alpha yang ditentukan, maka 0,781> 0,6. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam variabel pertimbangan tingkat materilaitasadalah reliable, artinya bahwa hasil pengukuran variabel pertimbangan tingkat materialitas adalah konsisten dan dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian. 4.2.3 Transformasi Data Ordinal ke Interval Setelah data kuesioner yang diuji melalui uji validitas dan reliabilitas telah dinyatakan valid dan reliable, maka data tersebut dapat digunakan untuk analisis data selanjutnya yaitu uji asumsi klasik dan regresi linear berganda. Untuk melakukan analisis uji asumsi klasik dan regresi maka data yang digunakan harus data yang berskala interval. Untuk mentransformasi data ordinal ke data interval, penulis menggunakan MSI (Method of Succesive Interval). MSI merupakan metode yang digunakan untuk mentransformasikan data dari ordinal menjadi interval dengan langkah-langkah sebagai berikut : Cronbach's Alpha N of Items ,855 10 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,781 11 100
9. Perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan. 10. Pada setiap butir, ditentukan jumlah orang yang mendapat skor 1, 2, 3, dan 4; yang disebut sebagai frekuensi. 11. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden yang hasilnya disebut proporsi. 12. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan per kolom skor. 13. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. 14. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel tinggi densitas). 15. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus :
NS = (Density at Lower Limit) (Density at Upper Limit) (Area Below Upper Limit) (Area Below Lower Limit)
Sumber : Riduwan dan Kuncoro (2008:30) 16. Tentukan nilai transformasi dengan rumus :
Y = NS + [1 + |NS min |}
Sumber : Ridwan dan Kuncoro (2008:30) Data ordinal dan hasil transformasi data ordinal ke interval dapat dilihat di lampiran 3 data ordinal dan data interval pada halaman 4.2.4 Uji Asumsi Klasik 4.2.4.1 Uji Normalitas Uji normalitas dengan metode grafik yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-Plot of regression standarized residual. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti garis diagonal berarti menunjukkan pola distribusi normal dan model regresi memenuhi normalitas. Model regresi dalam penelitian ini memenuhi normalitas atau tidak dapat dilihat pada gambar 4.1 dihalaman berikutnya. 101
Sumber : Output SPSS Ver. 20 Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tersebut menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka nilai residual tersebut telah normal dan ini membuktikan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah memenuhi uji normalitas. Hasil uji normalitas juga dapat dilihat dengan melakukan uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual benar- benar terdistribusi normal atau tidak apabila hasil uji normalitas dengan grafik normal P- Plot dalam penelitian ini meragukan atau tidak pasti. Sebelumnya, peneliti menentukan besarnya nilai residual dengan bantuan SPSS, setelah didapatkan nilai residualnya, maka berikut ini adalah hasil uji Kolmogorov Smirnov. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.28 di halaman berikutnya.
Tabel 4.28 Uji Kolmogorov Smirnov 102
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 72 Normal Parameters a,b
Mean 0E-7 Std. Deviation 3,90408065 Most Extreme Differences Absolute ,110 Positive ,110 Negative -,055 Kolmogorov-Smirnov Z ,930 Asymp. Sig. (2-tailed) ,352 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS Ver. 20
Hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov adalah sebagai berikut. Ho : Nilai residual berdistribusi normal Ha : Nilai residual tidak berdistribusi normal Dasar Pengambilan Keputusan Dengan melihat angka probabilitas, dengan aturan : a. Probabilitas Sig. > 0.05, maka Ho diterima. Maka, nilai residual berdistribusi normal. b. Probabilitas Sig. < 0.05, maka Ho ditolak. Maka, nilai residual tidak berdistribusi normal. Berdasarkan pada hasil output SPSS uji Kolmogorov Smirnov di atas, nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,604, nilai tersebut memenuhi ketentuan Sig. (p) 0,352> 0,05 (level of signification). Berarti hipotesis H0 diterima, maka dapat dikatakan nilai residual berdistribusi normal. 4.2.4.2 Uji Multikolinearitas Untuk melihat apakah sebuah model regresi dalam penelitian ini mempunyai multikolinearitas atau tidak, metode yang digunakan pada uji multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat nilai Tolerance dan Inflator Factor (VIF) pada tabel Coefficientsa. Untuk mengetahui suatu model regresi bebas dari multikolinearitas, dapat diketahui yaitu apabila nilai VIF (Variance Inflation Factor) output mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance output mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,1. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.29 di bawah ini. 103
Tabel 4.29 Output Uji Multikolinearitas
Coefficients a
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Skeptisme ,865 1,156 Pengalaman ,724 1,382 Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ,944 1,059 Kecerdasan Intelektual ,637 1,570 a. Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas Sumber : Output SPSS Ver.20 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel independen kurang dari 10 dan nilai tolerance masing-masing variabel independen lebih dari 0,1. Dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen dan model regresi terbebas dari persoalan multikolinearitas.
4.2.4.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah variasi residual dalam pengujian model sama pada semua data dan model regresi layak digunakan dalam penelitian. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat pola titik-titik pada scatterplot regresi. Dasar pengambilan keputusan pada metode ini, yaitu : 1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini. 104
Sumber : Output SPSS Ver. 20 Gambar 4.2 Output Scatterplot Pada gambar grafik di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai dalam penelitian ini. 4.2.5 Analisis Korelasi Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antarvariabel, yaitu hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menganalisis korelasi antara variabel skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan, dan kecerdasan intelektual dilakukan analisis dengan menggunakan SPSS dengan hasil analisis korelasi pada tabel 4.30 sebagai berikut.
Tabel 4.30 Hasil Analisis Korelasi 105
Sumber : Output SPSS Ver. 20
Dalam analisis ini, metode analisis korelasi yang digunakan adalah metode korelasi pearson (product moment pearson correlation). Hasil analisis korelasi dalam penelitian ini adalah dengan melihat kekuatan antarvariabel, melihat signifikansi hubungan antarvariabel, serta melihat arah hubungan antarvariabel. Berdasarkan tabel di atas, diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut. 1. Koefisien korelasi antara skeptisme (X 1 ) dengan pertimbangan tingkat materialitas (Y) adalah sebesar 0,382 dan nilai probabilitas sig output (2-tailed) adalah sebesar 0,001, dimana 0,001 < sig a 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa skeptisme mempunyai arah hubungan yang positif dan signifikan dengan pertimbangan tingkat materialitas, yang artinya jika sikap skeptisme tinggi, Correlations Skeptism e Pengalama n Pengetahua n Mendeteksi Kecurangan Kecerdasan Intelektual Pertimbang an Tingkat Materialitas Skeptisme Pearson Correlation 1 ,173 ,093 ,338 ** ,382 **
,560 N 72 72 72 72 72 Pertimbangan Tingkat Materialitas Pearson Correlation ,382 ** ,039 ,534 ** ,070 1 Sig. (2-tailed) ,001 ,743 ,000 ,560
N 72 72 72 72 72 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 106
maka pertimbangan tingkat materialitas yang dipertimbangkan semakin tinggi, dengan tingkat keeratan hubungan cukup (0,25 0,5). 2. Koefisien korelasi antara pengalaman (X 2 ) dengan pertimbangan tingkat materialitas (Y) adalah sebesar 0,039 dan nilai probabilitas sig output (2-tailed) adalah sebesar 0,743, dimana 0,743 > sig a 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman mempunyai arah hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan pertimbangan tingkat materialitas, yang artinya jika pengalaman suatu auditor lama, maka tidak mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas , dengan tingkat keeratan hubungan sangat lemah (>0 0,25). 3. Koefisien korelasi antara pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ) dengan pertimbangan tingkat materialitas (Y) adalah sebesar 0,534 dan nilai probabilitas sig output (2-tailed) adalah sebesar 0,000, dimana 0,000 < sig a 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan mendeteksi kecurangan mempunyai arah hubungan yang positif dan signifikan dengan pertimbangan tingkat materialitas,yang artinya semakin tinggi pengetahuan mendeteksi kecurangan, maka pertimbangan tingkat materialitas menjadi semakin baik, dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,5 0,75). 4. Koefisien korelasi antara kecerdasan intelektual (X 4 ) dengan pertimbangan tingkat materialitas (Y) adalah sebesar 0,070 dan nilai probabilitas sig output (2-tailed) adalah sebesar 0,000, dimana 0,560 > sig a 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual mempunyai arah hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan pertimbangan tingkat materialitasdengan tingkat keeratan hubungan sangat lemah (> 0 0,25). Setelah melakukan pengujian korelasi, penulis melakukan analisis regresi linear berganda untuk mengukur serta mengetahui ada atau tidak pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tergantung. Analisis tersebut dapat dilihat pada sub bab berikutnya. 4.2.6 Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung dan memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh antara variabel bebas, yaitu skeptisme (X1), pengalaman (X2), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X3), dan kecerdasan intelektual (X4) terhadap variabel tergantung, dalam hal ini adalah pertimbangan tingkat materialitas (Y). 4.2.6.1 Analisis Persamaan Regresi Linear Berganda 107
Tabel 4.31 Output Persamaan Regresi Linear Berganda dan Pengujian Hipotesis Secara Parsial Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 12,404 3,829
3,239 ,002 Skeptisme ,496 ,157 ,321 3,157 ,002 Pengalaman -,105 ,201 -,058 -,523 ,603 Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan 1,235 ,234 ,515 5,282 ,000 Kecerdasan Intelektual ,058 ,103 ,067 ,563 ,575 a. Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas Sumber : Output SPSS Ver.20 Dari tabel 4.31 di atas, didapat persamaan regresi sebagai berikut. Y = 12,404 + 0,496 X 1 - 0,105 X 2 + 1,235 X 3 + 0,058 X 4 + e Persamaan regresi ini dijelaskan sebagai berikut. 1. Konstanta sebesar 12,404 artinya jika skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), dan kecerdasan intelektual (X 4 ) nilainya 0, maka pertimbangan tingkat materialitas nilainya sebesar 12,404. 2. Koefisien variabel skeptisme (X 1 ) sebesar 0,496, artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan skeptisme mengalami kenaikan sebesar 1, maka pertimbangan tingkat materialitas akan mengalami kenaikan sebesar 0,496. 3. Koefisien variabel pengalaman (X 2 ) sebesar -0,105, artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan pengalaman mengalami kenaikan sebesar 1, maka pertimbangan tingkat materialitas akan mengalami penurunan sebesar 0,105 . 4. Koefisien variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ) sebesar 1,235, artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan pengetahuan mendeteksi kecurangan mengalami kenaikan sebesar 1, maka pertimbangan tingkat materialitas akan mengalami kenaikan sebesar 1,235. 5. Koefisien variabel kecerdasan intelektual (X 4 ) sebesar 0,058 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan kecerdasan intelektual mengalami kenaikan sebesar 1, maka pertimbangan tingkat materialitas akan mengalami kenaikan sebesar 0,058. 108
4.2.6.2 Koefisien Determinasi (R 2 ) Pada tabel 4.32 di bawah ini menunjukan nilai koefisien determinasi dari model Summary, dimana koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas terhadap variable tergantung. Untuk satu variabel bebas, digunakan R Square, tetapi dalam penelitian ini terdapat dua atau lebih variabel bebas, maka digunakan Adjusted R Square. Tabel 4.32 Output Koefisien Determinan Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,632 a ,400 ,364 4,018931 a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Intelektual, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, Skeptisme, Pengalaman Sumber : Output SPSS Ver. 20 Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai koefisien determinasi di atas adalah sebagai berikut. KD = r2 x 100% KD = 0,364 x 100% KD = 36,4% Berdasarkan tabel dan perhitungan di atas, didapat nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,364 yang artinya variasi variabel independen yang digunakan dalam model yaitu skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), dan kecerdasan intelektual (X 4 ) mampu menjelaskan 36,4% variasi variabel dependen yaitu pertimbangan tingkat materialitas (Y). Sedangkan sisanya sebesar 63,6% dijelaskan oleh variabel-variabel di luar penelitian ini, seperti independensi, kondisi perusahaan, SPI, etika profesi dan lainnya. Dari penjelasan di atas, model analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini.
E
0,496
-0,105
Skeptisme (X 1 ) Pengalaman (X 2 ) 63,6% dipengaruhi oleh variabel lain, seperti independensi, kondisi perusahaan, SPI, etika profesi dll. 109
1,235
0,058
Adjusted R Square (r 2 ) = 0,364 atau 36,4% Sumber : Diolah sendiri Gambar 4.3 Model Ananlisis Regresi Linear Berganda 4.2.6.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (T-Test) Selanjutnya, penulis melakukan pengujian secara parsial (Uji T). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara parsial skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dalam penelitian ini, pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan dua sisi. Hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. Ho 1 : Skeptisme (X 1 ) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Ha 1 : Skeptisme (X 1 ) secara parsial berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Ho 2 : Pengalaman (X 2 ) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Ha 2 : Pengalaman (X 2 ) secara parsial berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Ho 3 : Pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Ha 3 : Pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ) secara parsial berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X 3 ) Kecerdasan Intelektual (X 4 ) Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) 110
Ho 4 : Kecerdasan intelektual (X 4 ) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Ha 4 : Kecerdasan intelektual (X 4 ) secara parsial berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Kriteria pengujian : a. Jika t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima b. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Pengambilan keputusan berdasarkan signifikansi : a. Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak b. Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima Interpretasi atas output coefficients (Uji T) pada tabel 4.32 adalah sebagai berikut. 1. Variabel skeptisme (X 1 ) memiliki nilai koefisien sebesar 0,496, T hitung sebesar 3,157, T tabel didapat sebesar 1,996 (0,05/2= 0,025 uji 2 sisi, df= n-k-1 (72-4- 1) = 67). Sig output diketahui sebesar 0,002. Karena T Hitung (3,157) > T Tabel (1,996), serta sig output (0,002) < sig a (0,05), maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya skeptisme secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 2. Variabel pengalaman (X 2 ) memiliki nilai koefisien sebesar -0,105, T hitung sebesar -0,523, T tabel didapat sebesar 1,996 (0,05/2= 0,025 uji 2 sisi, df= n- k-1 (72-4-1) = 67). Sig output diketahui sebesar 0,603. Karena T Hitung (- 0,523) < T Tabel (1,996), serta sig output (0,603) > sig a (0,05), maka kesimpulannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya pengalaman secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 3. Variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ) memiliki nilai koefisien sebesar 1,235, T hitung sebesar 5,282, T tabel didapat sebesar 1,996 (0,05/2= 0,025 uji 2 sisi, df= n-k-1 (72-4-1) = 67). Sig output diketahui sebesar 0,000. Karena T Hitung (5,282) > T Tabel (1,996), serta sig output (0,000) < sig a (0,05), maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya pengetahuan mendeteksi kecurangan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 4. Variabel kecerdasan intelektual (X 4 ) memiliki nilai koefisien sebesar 0,058, T hitung sebesar 0,563, T tabel didapat sebesar 1,996 (0,05/2= 0,025 uji 2 sisi, df= n-k-1 (72-4-1) = 67). Sig output diketahui sebesar 0,575. Karena T Hitung (0,563) < T Tabel (1,996), serta sig output (0,575) > sig a (0,05), maka kesimpulannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya kecerdasan 111
intelektual secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa poin 1 dan 3 secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas sedangkan poin 2 dan 4 secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat material dalam audit. 4.2.6.4 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (F-Test) Tabel 4.33 Output Pengujian Hipotesis Secara Simultan Sumber : Output SPSS Ver. 20
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho5 : Skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), dan kecerdasan intelektual (X 4 ) secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y). Ha5 : Skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), dan kecerdasan intelektual (X 4 ) secara simultan berpengaruh terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y). Kriteria Pengujian : a. Jika F Hitung < F Tabel maka Ho diterima b. Jika F Hitung > F Tabel maka Ho ditolak Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikansi : a. Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak b. Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima Interpretasi atas output ANOVA (Uji F) pada tabel 4.31 adalah sebagai berikut : 1. F Hitung didapat dari output sebesar 11,159. F Tabel didapat sebesar 2,509 (sig 0,05, df1= jumlah variabel-1 (5-1)= 4, dan df2= n-k-1 (72-4-1)= 67) dimana k ANOVA a
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 720,978 4 180,244 11,159 ,000 b
Residual 1082,171 67 16,152
Total 1803,149 71
a. Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas b. Predictors: (Constant), Kecerdasan Intelektual, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, Skeptisme, Pengalaman 112
pada df1 adalah jumlah variabel, dan k pada df2 adalah jumlah variabel independen, dan n merupakan jumlah data. Karena F Hitung > F Tabel (11,159 > 2,509), maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. 2. Sig output diketahui sebesar 0,000. Karena sig output (0,000) < sig a (0,05), maka kesimpulannya Ho ditolak dan Ha diterima. Dari interpretasi di atas, hasil uji F dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesimpulan yang didapat adalah Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa skeptisme (X 1 ), pengalaman (X 2 ), pengetahuan mendeteksi kecurangan (X 3 ), dan kecerdasan intelektual (X 4 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y), sehingga pengujian secara parsial dapat dilakukan. 4.3 Interpretasi Hasil Penelitian 4.3.1 Pengaruh Skeptisme terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam hasil pengujian secara parsial di atas, hipotesis yang dihasilkan baik dalam pengujian dengan membandingkan nilai T Hitung dengan T Tabel maupun pengujian dengan membandingkan tingkat signifikansi output dengan tingkat signifikansi yang ditentukan hasilnya adalah Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Artinya, dapat dikatakan bahwa variabel skeptisme secara parsial berpengaruh signifikan terhadapat pertimbangan tingkat materialitas. Menurut penulis, disimpulkan bahwa skeptisme berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena sikap skeptisme perlu dimiliki oleh auditor, apabila seorang auditor memiliki sikap skeptis maka tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisme pertimbangan tingkat materialitas yang dipertimbangkan tidak terlalu tinggi sehingga salah saji yang ditemukan tidak dapat menyeluruh yaitu hanya salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan tidak menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan. 4.3.2 Pengaruh Pengalaman terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam hasil pengujian secara parsial di atas, hipotesis yang dihasilkan baik dalam pengujian dengan membandingkan nilai T Hitung dengan T Tabel maupun pengujian dengan membandingkan tingkat signifikansi output dengan tingkat signifikansi yang ditentukan hasilnya adalah Ho2 diterima dan Ha2 ditolak. Artinya, dapat dikatakan bahwa variabel pengalaman secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Menurut penulis disimpulkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena dalam penelitian ini mayoritas responden 113
berusia kurang dari 25 tahun yang masih dalam proses penerapan karakter dan belum memiliki pengalaman yang cukup lama dan banyak dalam audit dan mayoritas responden yang menjadi sampel penelitian oleh peneliti adalah responden yang pendidikan terakhirnya adalah S1 dan berjabatan rata-rata adalah junior auditor sehingga dalam jenjang pendidikannyapun dan jabatan responden masih belum memiliki pengalaman yang cukup baik sehingga mempengaruhi jawaban responden yang diberikan kepada peneliti akibatnya menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dalam penentuan pertimbangan tingkat materialitas dibutuhkan ketelitian dengan tingkat analisis yang sangat tinggi karena meskipun seorang auditor yang berpengalaman namun salah dalam melakukan penghitungan dapat menyebabkan salah membuat keputusan dalam menentukan tingkat materialitas, dan dapat juga dipengaruhi oleh bukti audit yang minim sehingga acuan dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas kurang akurat.
4.3.3 Pengaruh Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam hasil pengujian secara parsial di atas, hipotesis yang dihasilkan baik dalam pengujian dengan membandingkan nilai T Hitung dengan T Tabel maupun pengujian dengan membandingkan tingkat signifikansi output dengan tingkat signifikansi yang ditentukan hasilnya adalah Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, serta nilai koefisien variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan menunjukkan nilai yang positif. Nilai yang positif memiliki pengaruh yang searah. Artinya, dapat dikatakan bahwa variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Menurut penulis disimpulkan bahwa pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena auditor yang memiliki pengetahuan dan keahlian secara profesional dapat meningkatkan pengetahuan tentang sebab dan konsekuensi kekeliruan. Semakin tinggi pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas dalam audit. Pengetahuan mendeteksi kecurangan sangat penting untuk dimiliki oleh auditor untuk menghindari atau untuk mendeteksi tindak kekeliruan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja yang terjadi sehingga dapat melaksanakan pertimbangan tingkat materialitas dengan benar. 114
4.3.4 Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam hasil pengujian secara parsial di atas, hipotesis yang dihasilkan baik dalam pengujian dengan membandingkan nilai T Hitung dengan T Tabel maupun pengujian dengan membandingkan tingkat signifikansi output dengan tingkat signifikansi yang ditentukan hasilnya adalah Ho2 diterima dan Ha2 ditolak. Artinya, dapat dikatakan bahwa variabel kecerdasan intelektual secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Menurut penulis disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena dalam penelitian ini mayoritas responden berusia kurang dari 25 tahun dan berjenjang pendidikan terakhir adalah S1 sehingga sikap etis yang dimiliki oleh sampel peneliti masih kurang karena kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap sikap etis dimana seorang auditor yang memiliki intelek yang baik akan mempengaruhi prestasi auditor dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas dalam auditnya dan karena meskipun memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi jika dalam proses penentuan tingkat materalitas diberikan waktu yang terbatas atau dapat dikatakan dengan adanya faktor tekanan waktu dalam perencanaan materialitas sehingga hasil pertimbangan tingkat materialitas kurang baik. 4.3.5 Pengaruh Skeptisme, Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan dan Kecerdasan Intelektual terhadap Pertimbangan Tingkat Mterialitas Hasil pengujian secara simultan di atas menunjukkan bahwa hipotesis yang dihasilkan baik pengujian dengan membandingkan nilai F Hitung dengan F Tabel maupun pengujian dengan menggunakan tingkat signifikansi hasilnya adalah Ho 5 ditolak dan Ha 5
diterima. Artinya, bahwa dalam pengujian secara simultan variabel skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dari penjelasan di atas, hal ini berarti skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan kecerdasan inteletual secara bersama-sama memengaruhi pertimbangan tingkat materialitas sebesar 36,4% dengan melihat nilai koefisien determinasi pada tabel model summary, sedangkan sisanya sebesar 64,6% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini, seperti independensi, sistem pengendalian internal, profesionalisme auditor, kompetensi dan etika auditor. Menurut penulis keempat varabel independen tersebut berpengaruh karena dua variabel telah berpengaruh saat diuji secara parsial dan dua variabel yang tidak berpengaruh. Skeptisme dan pengetahuan mendeteksi kecurangan dapat mempengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan tingkat materialitas dimana seorang auditor yang 115
memiliki sikap skeptisme yang tinggi dapat memicu seorang auditor untuk melaksanakan pertimbangan tingkat materialitas yang baik sehingga terhindar dari tindak kecurangan yang ada dengan pengetahuan yang tinggi dalam mendeteksi kecurangan akan semakin membantu dalam melakukan pertimbangan tingkat materalitas. Pengalaman juga memberikan dampak dalam pertimbangan tingkat materialitas. Pengalaman juga membantu akuntan publik dalam mengambil keputusan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Kecerdasan intelektual merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan karena semakin tinggi kecerdasan intelektual seorang auditor akan mempengaruhi prestasi auditor dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas.
4.3.6 Konsistensi Hasil Penelitian Penulis dengan Penelitian Sebelumnya 4.3.6.1 Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009) Hasil penelitian sebelumnya ini menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat profesionalisme akuntan publik, pengetahuan dalam mendeteksi kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas dalam melaksanakan audit laporan keuangan. Dalam penelitian penulis, hasil penelitian penulis konsisten dengan penelitian Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto dimana variabel X1penulis yaitu skeptisme dan X 3 yaitu pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh positif signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas sedangkan untuk variabel penelitianArleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto yaitu profesionalisme yang merupakan dimensi dari variabel X1penulis yaitu skeptisme mempunyai pengaruh positif pertimbangan tingkat materialitas dan pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan yang merupakan dimensi dari variabel X 3 penulis yaitu pengetahuan mendeteksi kecurangan. 4.3.6.2 Febrianty (2012) Hasil penelitian sebelumnya ini menunjukkan bahwa secara simultan, profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan oleh auditor KAP. Dalam penelitian penulis, hasil penelitian penulis konsisten dengan penelitian Febrianty dimana variabel X1penulis yaitu skeptisme berpengaruh positif signifikan secara simultan maupun parsial terhadap pertimbangan tingkat materialitas sedangkan untuk variabel penelitian Febrianty yaitu profesionalisme yang merupakan dimensi dari 116
variabel X1penulis yaitu skeptisme mempunyai pengaruh positif pertimbangan tingkat materialitas. 4.3.6.3 Reza Minanda, Dul Muid (2013) Hasil penelitian sebelumnya ini menunjukkan bahwa variabel pengaruh profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, pengalaman bekerja auditor dan etika profesi berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dalam penelitian penulis, variabel X 1 penulis yaitu skeptisme dan X 3 yaitu pengetahuan mendeteksi kecurangan konsisten dengan variabel X 1 profesionalisme dan X 2
yaitu pengetahuan mendeteksi kekeliruan dari Reza Minanda, Dul Muid yang merupakan dimensi dari variabel X 1 penulis yaitu skeptisme dan dimensi X 3 penulis yaitu pengetahuan mendeteksi kecurangan. Variabel X 2 penulis yaitu pengalaman tidak konsisten dengan variabel X 3 pengalaman dari Reza Minanda, Dul Muid dikarenakan variabel X 3 penulis tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas sedangkan untuk variabel pengalaman penelitian Reza Minanda, Dul Muid secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Setelah interpretasi hasil penelitian serta perbandingan konsistensi hasil penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya dilakukan, penulis membuat tabel matriks perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis. Hasil penelitian ini disajikan dalam tabel 4.34 di bawah ini. Tabel 4.34 Matriks Konsistensi Hasil Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti dan Tahun Hasil Penelitian Ririn Listyawati (1032500256) 1 Arleen Herawaty & Susanto (2009) Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
Konsisten, karena variabel X 1 penulis yaitu skeptisme dan X 3 yaitu pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan dalam penelitian Arleen Herawaty & Susanto variabel profesionalisme yang merupakan dimensi dari variabel X 1 penulis yaitu skeptisme dan variabel X 2 yaitu 117
pengetahuan mendeteksikekeliruan yang merupakan dimensi dari variabel X 3 penulis yaitu pengetahuan mendeteksi kecurangan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas
No Nama Peneliti dan Tahun Hasil Penelitian Ririn Listyawati (1032500256) 2 Febrianty (2012) Hasil penelitian menunjukka bahwa secara simultan pros=fesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tungkat materialitas dal proses pengauditan laporan keuangan olek KAP Konsisten, karena variabel X 1 penulis yaitu skeptisme berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan dalam penelitian Febrianty variabel profesionalisme yang merupakan dimensi variabel X 1 penulis yaitu skeptisme terdapat pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit atas laporan keuangan 3 Reza Minanda, Dul Muid (2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwaprofesionalisme,pengetahuan mendeteksi kekeliruan, pengalaman bekerja auditor dan etika profesi berpengaruh positif signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik.
Konsisten, untuk variabel X 1 skeptisme dan variabel X 3 pengetahuan mendeteksi kecurangan penelitian penulis berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas sedangkan variabel X 1
profesionalisme dan variabel X 2 pengetahuan mendeteksi kekeliruan penelitian Reza Minanda, Dul Muid yang merupakan dimensi variabel X 1 dan X 3 dari penulis terdapat pengaruh pertimbangan tingkat materialitas. Tidak Konsisten, untuk variabel X 2 pengalaman penelitian penulis dengan variabel X 3 pengalaman penelitian sebelumnya karena penelitian penulis tidak berpengaruh 118
terhadap pertimbangan tingkat materialitas sedangkan pengalaman penelitian sebelumnya berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Sumber : Arleen Herawaty & Susanto (2009), Febrianty (2012), Reza Minanda, Dul Muid (2013). BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis penelitian dengan menggunakan program SPSS versi 20, maka diperoleh hasil analisis penelitian yang merupakan kesimpulan dari penelitian ini. Kesimpulan penelitian ini yaitu : 1. Skeptisme secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 2. Pengalaman secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 3. Pengetahuan mendeteksi kecurangan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 4. Kecerdasan intelektual secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 5. Skeptisme, pengalaman, pengetahuan mendeteksi kecurangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 5.2 Keterbatasan Penelitian Menurut penulis, dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang berdampak akan menimbulkan gangguan terhadap hasil penelitian, seperti penggunaan dimensi dan indikator yang kurang sesuai dengan variabel yang diteliti dan berbeda dengan penelitian sebelumnya, responden kurang memahami kuesioner yang diajukan oleh penulis sehingga akan menimbulkan jawaban yang bias, dan sebagainya. Data yang dianalisis dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dalam mengumpulkan data, dimana kuesioner didasarkan pada persepsi jawaban responden. Hal ini juga akan menimbulkan masalah jika persepsi responden berbeda dengan keadaan sesungguhnya. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner sebagai metode pengumpulan data dan tidak menggunakan metode-metode lainnya seperti wawancara, terlibat langsung dalam aktivitas kantor akuntan publik, dan metode lainnya sehingga kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen tertulis. 119
Adanya keterbatasan waktu dan biaya dalam pengumpulan sampel yang dilakukan oleh penulis juga akan mengganggu hasil penelitian, dalam penelitian ini sampel yang diperoleh di wilayah Jakarta Selatan jumlahnya sedikit sehingga hasil penelitian ini kurang maksimal. 5.3 Saran Sebagai penutup dalam penelitian ini, penulis memberikan saran untuk : 5.3.1 Saran Untuk Kantor Akuntan Publik 1. Seorang auditor dalam menjalankan penugasan audit dilapangan seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit, tetapi juga harus disertai dengan sikap skeptisme profesionalnya agar menghasilkan kinerja yang baik. 2. Sebaiknya para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik tersebut mengikuti pelatihan teknis audit yang berhubungan dengan profesi karena pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal baik informal yang telah diperoleh auditor, sehingga pengetahuan dan pengalaman auditor meningkat dan kemampuan auditor harus ditingkatkan untuk mengantisipasi semua keadaan yang mungkin dihadapi akibat kemajuan yang begitu pesat. 3. Pentingnya pengetahuan dan kemampuan mendeteksi kecurangan bagi seorang auditor oleh karena itu, tepat bagi para auditor untuk selalu menjaga dan meningkatkan kemampuannya agar menghasilkan kinerja yang lebih baik. 4. Untuk para auditor diharapkan senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya, karena dengan kemampuan profesional auditor yang tinggi akan dapat meningkatkan kemampuan dalam mempertimbangkan tingkat materialitas laporan keuangan klienya. 5.3.2 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu : 1. Penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat menambah variabel- variabel bebas lainnya di luar penelitian ini yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas agar dapat memperoleh hasil yang maksimal serta untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas. 2. Penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat memperbanyak jumlah responden dan KAP yang diteliti agar memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dan maksimal. 3. Dalam melakukan penelitian hendaknya memahami terlebih dahulu variabel yang diteliti agar dapat menentukan dimensi dan indikator yang sesuai 120
digunakan dalam penelitian serta pada saat pembuatan kuesioner perlu lebih diperhatikan agar responden dapat memahami kuesioner yang diberikan serta jawaban kuesioner yang diterima dari responden tidak bias dan hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih maksimal. 4. Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta Selatan.Penulis berharap untuk penelitian selanjutnya pengambilan sampel dapat diperluas hingga Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Barat atau mencakup seluruh wilayah DKI Jakartasehingga memungkinkan memberi hasil penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA 121
Buku : Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing ( Pemeriksaan kuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik Jilid I. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Agusyana, Yus dan Islandscript. 2011. Olah Data Skripsi dan Penelitian Dengan SPSS 19. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan Terintegrasi Dalam Bahasa Indonesia. Edisi Keduabelas. Terj. Herman Wibowo. Jakarta : Erlangga
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat
Irianto, Agus. 2004. Statistik : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Kencana
Mulyadi. 2002. Auditing. Buku I. Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat
Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Yogyakarta : ANDI
Ramadhina, Aprilinda dan Islandscript. 2011. Kursus Kilat Menguasai SPSS Untuk UKM. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Sarjono, Haryadi, Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL : Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Jakarta : Salemba Empat
Sarwono, Jonathan. 2009. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : ALFABETA 122
Jurnal :
Anisma, Yuneita, Zainal Abidin & Cristina. 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Skeptisme Profesional Seorang Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Sumatera. Pekbis Jurnal, Juli, Vol. 3, No. 2
Febriana, Novita. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Sistem Infrmasi Jurnal Ilmiah USM, Oktober, Vol 2, No 4
Febriyanti. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Atas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi, Mei, Vol 2 No 2
Herawaty, Arleen, Yulius Kurnia Susanto. 2009. Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. JAAI, Desember, Vol 13, No 2
Kinanti, Anessia Putri. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Motivasi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Suatu Pengauditan Laporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol 1, No 2
Koroy, Tri Ramaraya. 2008. Pendeteksian Kecuranga (Fraud) Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Mei, Vol 10, No 1
Minanda, Reza, Dul Muid. 2013. Analisis Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman Bekerja Auditor, Dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol 1, No 1
Samsi, Nur, Akhmad Riduwan dan Bambang Suryono. 2013. Penuditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Maret, Vol 1, No 2
Sulistia, Nida Umun. 2013. Analisis Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Laporan Keuangan. Accounting Analysis Journal, Vol 1, No 3
123
Skripsi :
Basri, Hasan. 2011. Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin
Choriah, Anis. 2007. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik. Skripsi. Sumatera Barat: Universitas Negeris Padang
Dwijayanti, Arie Pangestu. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Hilmi, Fakhri. 2011. Pengaruh Pengalaman, Pelatihan Dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Kushasyandita, RR. Sabhrina. 2012. Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, Dan Gender Terhadap Lketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro
Prihandono, Aldiansyah Utama, Indrira Januarti, S.E, M.Si, Akt. 2012. Hubungan Skeptisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Independensi, Etika, Keahlian, dan Pengalaman Dengan Keputusan Pemberian Opini Audit Oleh Auditor. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Siregar, Irna Nadya. 2011. Pengaruh Profesionalisme, Keahlian, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan Dan Adaptasi Sarbanes Oxley Act 404 Terhadap Pengungkapan Kecurangan. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Devi, Risha Hardiana. 2013. Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional, Pengalaman, Dan Perilaku Belajar Terhadap Kualitas Hasil Audit. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur
124
Simanjuntak, Lamtiur. 2009. Pengaruh budaya organisasi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, Manajemen Perubahan Terhadap Pencegahan Kegagalan Perusahaan. Skripsi. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur
Abstraksi Adalah ringkasan suatu pernyataan, laporan, karangan, dan sebagainya yang disusun secara sistematis dan menyeluruh.
Auditee Merupakan perusahaan atau klien yang diaudit oleh akuntan publik (auditor)
Akuntan Publik 125
Adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan akuntan publik.
Audit Adalah pemeriksaan akuntan publik atas laporan keuangan sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan dengan tujuan untuk memberikan pendapat (opini) akuntan mengenai laporan keuangan.
Auditor Adalah akuntan publik yang memberikan jasa audit kepada auditan untuk memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah saji.
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) Merupakan sifat dari suatu model regresi yang baik dan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias apabila memenuhi persyaratan uji asumsi klasik, seperti data residual berdistribusi normal, tidak terdapat multikolinearitas, tidak terdapat heteroskedastisitas, dan tidak terdapat autokorelasi
Convenience Sampling Merupakan pengumpulan informasi dari anggota populasi yang dengan senang hati bersedia memberikannya.
Corrected Item-Total Correlation Merupakan angka pada output Item-Total Statistic dalam uji validitas yang dimana angka tersebut merupakan niali korelasi antara tiap item dengan skor total item dan telah dilakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi.
Degree of Freedom Adalah derajat ketergantungan yang digunakan untuk menentukan nilai kritis.
Hipotesis Adalah populasi yang di uji secara empirik artinya hipotesis dalam penelitian skripsi ini adalah pernyataan yang menggambarkan hubungan antara beberapa konsep yang dapat di uji secara empirik.
Interview Merupakan kegiatan mewawancarai salah seorang sumber yang dijadikan sampel dalam suatu penelitian.
Irregulariries Kesalahan yang disengaja seperti kecurangan manajemen dan kecurangan pegawai atau penggelapan.
Junior Auditor Merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung jawab atas pekerjaan lapangan. Penugasannya dapat berupa bagian-bagian dari pekerjaan audit, dan bahkan bila memungkinkan memberikan pendapat atas bagian yang diperiksanya.
Kuesioner Kumpulan pertanyaantertulis yang dirumuskansebelumnyadimanarespondenmencatatjawaban, biasanyadalamalternatif yang disusunsecaracukuptertutup.
Likert Merupakan skala yang didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada 5 titik skala susunan berikut : (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju.
Manager atau Senior Manager Merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien, mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review (menelaah) lebih rinci terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas fee audit.
Microsoft Excel Merupakan program yang terdapat dalam paket Microsoft Office yang digunakan untuk keperluan pengolahan angka, seperti menghitung angka, membuat tabel, mempresentasikan data, dan lain-lain.
127
Nonprobability Sampling Merupakan suatu cara pemilihan elemen-elemen dari populasi untuk menjadi anggota sampel di mana setiap elemen tidak mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih.
Outsourcing Merupakan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya penunjang oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh
Partner Merupakan top legal client relationship, yang bertugas me-review pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui masalah fee dan penagihannya, dan penanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.
Probability Sampling Merupakan suatu cara pemilihan sejumlah elemen dari populasi untuk menjadi anggota sampel, di mana pemilihannya dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap elemen mendapat kesempatan yang sama (equal chance) untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Proportional random sampling (Sampling Acak Berimbang) Merupakan teknik yang menghendaki cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut.
Purposive Sampling Merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan tersebut.
Scatterplot Merupakan grafik yang menggambarkan pola titik-titik dalam uji heteroskedastisitas dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak pola tertentu pada grafik tersebut.
Stratified Random Sampling (Sampling Acak Stratifikasi) Merupakan sampling yang dilakukan dalam keadaan populasi yang sangat heterogen sehingga populasi dibagi ke dalam sub populasi (yang disebut strata) dengan tujuan 128
untuk membentuk strata yang keadaannya relatif homogen sehingga tujuan utama memperoleh hasil analisis yang mempunyai ketelitian tinggi dapat tercapai.
Senior Auditor Merupakan staf yang bertanggung jawab langsung terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-review pekerjaan para junior auditor yang dibawahnya.
Supervisor atau Associate Manager Merupakan staf yang mempersiapkan kontrak kerjasama audit, merencanakan dan menyusun program audit, memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan audit, mengawasi pelaksanaan tugas oleh para auditor, dan membuat laporan kepada manajer mengenai hasil pekerjaan dan permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan audit berlangsung.
Statistical Product and Service Solution (SPSS) Merupakan sebuah software yang berfungsi untuk mengolah data statistik.
129
LAMPIRAN - LAMPIRAN
130
LAMPIRAN 1 Hasil Output SPSS Distribusi Data Responden dan Hasil Output Excel Distribusi Jawaban Responden
Tabel 4.2 Kalkulasi Perbandingan Kuesioner yang Disebarkan
131
No Nama KAP Terkirim Tidak Kembali Kembali Tidak dapat dioleh Dapat diolah 1 KAP Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan 5 0 5 0 5 2 KAP Hendrawinata Eddy & Siddaharta 5 0 5 0 5 3 KAP Nugroho & Rekan 5 0 5 0 5 4 KAP Darmawan, Hendang & Yogi (Pusat) 10 0 10 0 10
5 KAP Hertanto, Sidik Hadisoeryo & Rekan 10 0 10 0 10 6 KAP Usman & Rekan 5 0 5 0 5 7 KAP Noor Salim, Nursehan & Sinarahardja 5 0 5 0 5 8 KAP Hananta 10 3 7 0 7 9 KAP A. Salam Rauf & Rekan 5 0 5 0 5 10 KAP Muhammad Sofwan & Rekan 5 0 5 0 5 11 KAP Rama Wendra 10 0 10 0 10 TOTAL 75 3 72 0 72 PRESENTASE 100% 4% 96% 0% 96% Sumber : Data Diolah Sendiri
Hasil Output SPSS Distribusi Data Responden Jenis Kelamin Responden 132
Usia Responden
Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Terakhir Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid D3 10 13,9 13,9 13,9 S1 54 75,0 75,0 88,9 S2 4 5,6 5,6 94,4 Lainnya 4 5,6 5,6 100,0 Total 72 100,0 100,0
Jabatan Responden
Jabatan Saat ini Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 39 54,2 54,2 54,2 Perempuan 33 45,8 45,8 100,0 Total 72 100,0 100,0
Usia Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid < 25 Tahun 40 55,6 55,6 55,6 25 - 35 Tahun 26 36,1 36,1 91,7 36 - 45 Tahun 6 8,3 8,3 100,0 Total 72 100,0 100,0
Memiliki Nomor Register Akuntan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya 6 8,3 8,3 8,3 Tidak 66 91,7 91,7 100,0 Total 72 100,0 100,0
Masa Kerja Responden
Masa Kerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid < 1 Tahun 13 18,1 18,1 18,1 1 - 3 Tahun 46 63,9 63,9 81,9 > 3 Tahun 13 18,1 18,1 100,0 Total 72 100,0 100,0
Hasil Output Excel Distribusi Jawaban Responden Tabel Distribusi Jawaban Responden Mengenai Skeptisme 134
Tabel Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengalaman
Tabel Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan
Uji Reliabilitas Reliabilitas Variabel Skeptisme Reliability Statistics 141
Cronbach's Alpha N of Items ,715 6
Reliabilitas Variabel Pengalaman Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,803 4
Reliabilitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,676 3
Reliabilitas Variabel Kecerdasan Intelektual Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,855 10
Reliabilitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas
Uji Asumsi Klasik Grafik Normal P-Plot Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,781 11 142
Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 72 Normal Parameters a,b
Mean 0E-7 Std. Deviation 3,90979400 Most Extreme Differences Absolute ,113 Positive ,113 Negative -,050 Kolmogorov-Smirnov Z ,961 Asymp. Sig. (2-tailed) ,314 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil Transformasi Data atau Data Interval Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan Responden VARIABEL PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN (X 3 ) Total X 3
LAMPIRAN 1 Kuesioner FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA
Kepada Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi tugas akhir (Skripsi) untuk menyelesaikan program Sarjana Ekonomi pada Universitas Budi Luhur Jakarta, saya : Nama : Ririn Listyawati NIM : 1032500256 Program Studi : Akuntansi Alamat : Jl Kampung Rawa Barat rt 02/16 no 01 Pondok Pucung Pondok Aren, Tangsel No. Telp : 085693479415 Mengadakan penelitian ilmiah dengan judul : PENGARUH SKEPTISME, PENGALAMAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN, dan KECERDASAN INTELEKTUAL terhadap PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS dalam AUDIT. Skripsi ini dibimbing oleh : Anissa Amalia Mulya, S.E, M.AKt Sehubungan dengan hal di atas, saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden, dengan cara mengisi daftar pernyataan sehubungan dengan penelitian ini. Semua informasi yang terkumpul malalui kuesioner ini hanya saya akan gunakan untuk kepentingan akademis saja dan akan saya jaga kerahasiaanya. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I merupakan kunci keberhasilan penelitian ilmiah ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih. 180
Responden Yth., Guna melengkapi data yang diperlukan untuk memenuhi tugas akhir, saya menyadari bahwa waktu Bapak/Ibu sangat terbatas, namun saya memerlukan partisipasi Bapak/Ibu dalam membantu penelitian ini dengan menigisi secara lengkap kuesioner yang telah di sampaikan. Apabila terdapat salah satu nomor yang tidak terisi, maka kuesioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam jawaban Bapak/Ibu, yang terpenting adalah menjawab sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu.
DATA RESPONDEN Berilah tanda checklist ( ) pada alternatif yang Bapak/Ibu pilih : 1. Jenis Kelamin Laki laki Perempuan
2. Usia Responden < 25 tahun 25 35 tahun 36 45 tahun 46 - 55 tahun > 55 tahun
3. Pendidikan Terakhir D3 S1 S2 Lainnya (tolong disebut)
4. Jabatan saat ini Junior Auditor Manager / Senior Manager Senior Auditor Partner Supervisor / Associate Manager
181
5. Memiliki Nomor Register Ya Tidak Akuntan
6. Masa Kerja < 1 Tahun 1 3 Tahun > 3 Tahun Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi pernyataan A, B, C, D, dan E berikut dengan memberikan tanda checklist ( ) pada kotak telah yang disediakan, sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu saat ini. Setiap pernyataan hanya diisi dengan satu jawaban saja. Alternatif pilihan ada 5 (lima), yaitu :
1 = (STS) = Sangat Tidak Setuju ; 2 = (TS) = Tidak Setuju ; 3 = (N) = Netral ; 4 = (S) = Setuju ; 5 = (SS) = Sangat Setuju. Contoh : No. PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN 5 4 3 2 1 SS S N TS STS 1. Auditor harus cermat, saksama, mempertahankan independensinya dan menggunakan kemahiran profesionalnya dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan.
A. Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) No. PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN 5 4 3 2 1 SS S N TS STS 1. Auditor membuat pertimbangan awal mengenai materialitas sementara ia merencanakan perikatan untuk membuat keputusan penting tentang lingkup audit.
2. Materialitas merupakan konsep penting yang akan menjadi pedoman auditor dalam penetapan lingkup pekerjaan audit.
182
No. PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN 5 4 3 2 1 SS S N TS STS 3. Terdapat perbedaan materialitas perencanaan dengan tingkat materialitas yang digunakan pada penyelesaian audit dalam mengevaluasi temuan audit jika situasi disekitarnya berubah dan/atau informasi tambahan mengenai klien akan diperoleh selama pelaksanaan audit.
4. Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada tingkat laporan keuangan.
5. Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada tingkat saldo akun.
6. Dalam perencanaan audit terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berhubungan dengan laporan keuangan.
7. Materialitas pada Laporan Laba-Rugi dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba operasi, laba sebelum pajak, dan/atau laba bersih.
8. Pada neraca, materialitas dapat didasarkan pada total aktiva, modal kerja, dan/atau ekuitas pemegang saham.
9. Saldo yang tercatat dari suatu akun secara umum menyajikan batas atas jumlah dimana suatu akun dapat disajikan.
10. Tidak terdapat batasan mengenai jumlah dimana suatu akun dengan saldo tercatat yang sangat kecil mungkin disajiikan kurang.
11. Dalam membuat pertimbangan mengenai materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas pada tingkat saldo akun dan materialitas pada tingkat laporan keuangan.
12. Pengalokasian dapat dilakukan baik pada akun-akun neraca maupun akun-akun laba rugi.
13. Auditor sering membuat alokasi berdasarkan akun-akun neraca 14. Dalam membuat alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan salah saji dalam akun dan biaya yang dipertimbangkan sebagai material untuk setiap laporan keuangan.
B. Skeptisme No. PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN 183
5 4 3 2 1 SS S N TS STS 1. Seorang auditor harus memiliki tanggung jawab yang profesional terhadap hasil audit nya
2. Auditor dalam melaksaksanakan tugas mentaati peraturan perundang- undangan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab
3. Auditor bersikap dan berperilaku sesuai dengan kode etik terhadap masyarakat
4. Integritas berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sehingga semakin tinggi integritas seseorang auditor maka semakin baik pertimbangan tingkat materialitas yang dilakukannya.
5. Objektifitas auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sehingga semakin tinggi tingkat objektifitas auditor maka akan semakin baik pertimbangan tingkat materilaitas yang dilakukannya.
6. Anggota-anggota tim audit sebagai sebuah grup selalu bersikap hati- hati dalam mengambil keputusan selama melakukan audit.
7. Anggota-anggota tim audit melaksanakan pekerjaan lapangan audit dengan cara yang tepat dan berperilaku profesional.
8. Anggota-anggota tim audit sebagai sebuah grup, berkompeten secara teknis dalam mengaplikasikan standar akuntansi dan auditing (SAK= Standar Akuntansi Keuangan, dan SPAP = Standar Profesional Akuntan Publik
9. Situasi seperti kesulitan berkomunikasi antara baru terkait informasi mengenai suatu perusahaan sebagai auditee akan mempengaruhi skeptisme
10. Baik pria maupun wanita menjadi salah satu alasan gender akan sistem informasi, etika, dan auditing mempengaruhi skpetisme profesional seorang auditor
11. Perbedaan kinerja diantara wanita dan pria memiliki karakteristik yang berbeda.
184
C. Pengalaman (X2) No. PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN 5 4 3 2 1 SS S N TS STS 1. Seseorang yang sudah lama menekuni profesinya akan menambah pengalaman dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas.
2. Keterlibatan auditor dalam penugasan audit menambah pengalaman dalam menentukan tingkat materialitas dalam audit.
3. Suatu pelatihan auditor dalam workshop dapat meningkatkan pengalaman auditor
4. Melalui pendidikan formal maupun non formal pengalaman seorang auditor dapat diperoleh.
D. Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) No. PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN 5 4 3 2 1 SS S N TS STS 1. Error (kesalahan, irregularities (ketidakberesan) dan fraud (kecurangan) merupakan tiga hal yang tidak berbeda secara signifikan.
2. Auditor yang memiliki pengetahuan memadai tentang kcurangan akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas pemeriksaan.
3. Hanya dengan mengevaluasi pengendalian internal auditee, saya dapat menentukan apakah entitas klien penuh dengan kecurangan atau tidak.
4. Bila berdasarkan pengujian strukur pengendalian internal ternyata tidak dimungkinkan untuk dilaksanakan audit, maka pemeriksaan kecurangan tidak akan saya laksanakan.
5. Pengetahuan mendeteksi kecurangan bisa diperoleh dari berbagai pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar dan lokakarya audit kecurangan.
6. Partisipasi dalam mendesain prosedur untuk mendeteksi dan mengungkap kecurangan adalah hal yang harus dilakukan auditor dalam setiap pekerjaan pemeriksaan.
185
E. Kecerdasan Intelektual (X4) No. PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN 5 4 3 2 1 SS S N TS STS 1. Bapak atau Ibu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi.
2. Bapak atau Ibu mampu mengambil keputusan tepat. 3. Bapak atau Ibu mampu menyelesaikan masalah secara optimal dan menunjukkan fikiran jernih.
4. Bapak atau Ibu dapat menggunakan kosa kata yang baik. 5. Bapak atau Ibu dapat membaca dengan penuh pemahaman. 6. Bapak atau Ibu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. 7. Bapak atau Ibu termasuk orang yang mampu memahami situasi yang ada.
8. Bapak atau Ibu tahu cara mencapai tujuan. 9. Bapak atau Ibu sadar terhadap dunia sekeliling. 10. Bapak atau Ibu dapat beradaptasi terhadap dunia luar.
Jakarta, .... Oktober 2013
(...................................)
Mohon dipastikan tidak ada pernyataan yang terlewat Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini, saya sampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya. Ririn Listyawati
UNIVERSITAS BUDI LUHUR 186
LAMPIRAN 5 Surat Hasil Riset
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
LAMPIRAN 6 Riwayat Hidup
200
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ririn Listyawati Jenis Kelamin : Wanita Tempat Tanggal Lahir : Pati (Jateng), 05 Oktober 1991 Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Kampung Rawa Barat Rt 02/16 No 01, Pondok Pucung Kec. Pondok Aren , Tangerang Selatan 15229 No. Handphone : 085693479415 E-mail : listyawati.ririn@yahoo.com
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
PENDIDIKAN FORMAL 1997 2003 : SDN Pondok Pucung 01 , Tangerang 2003 2006 : SMPN 3 Ciputat, Tangerang 2006 2009 : SMK Yadika 4, Tangerang 2009 Sekarang : Fakultas Ekonomi, Universitas Budi Luhur Jurusan Akuntansi, Konsentrasi Pengauditan
Demikianlah riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional