Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

DISUSUN OLEH :
RARA RIANITA

220110130064

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS


PADJADJARAN 2014

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul "Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan kasus Demam
Berdarah Dengue ". Asuhan Keperawatan ini merupakan syarat dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Fundamental Of Nursing III.
Saya sebagai menulis menyadari, bahwa asuhan keperawatan ini masih
banyak kekurangan. oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi
lebih baiknya asuhan keperawatan yang datang.
Akhirnya, saya hanya mengharapkan semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmatnya kepada kita semua dan semoga asuhan keperawatan ini
dapat bermanfaat.

Jatinangor , 06 Juni 2014

Penulis
Rara Rianita

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1.

DEFINISI

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes


aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan
terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (Sir, Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi &
Yuliani, 2001).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan
genusnya asalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe
yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda, tergantung dari serotipe Virus Dengue. (Saroso, 2007)
1.2.

ETIOLOGI
a. virus dengue
virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam arbovirus (arthropodborn virus) group B, terdiri dari empat
tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3,4. ke empat tipe virus dengue
tersebut terdapat di indonesia dan dapat dibedakan satu dan yang
lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavovirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang
berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (babby homster
kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel Aedes Aibopictus.

b. vektor
virus dengue serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang
kurang berperan. infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (arief mansjoer dan suprohalta, 2000 : 420)
http://
repository.usu,ac.id/bitstream/123456789/1636612/chapter%2011.
pdf.

1.3.

PATOFISIOLOGI

Infeksi virus dengue


Virus mengeluarkan toksin

Pelepasan dirogen ke dalam


darah

Reaksi imunologis

Trombositopesis,
destruksi trombosit
dalam darah

Permeabilitas vas kuler


meningkat
Agregrasi trombosit

Menstimulasi pusat
termoregulasi

Mengirim implus ke pusat


vasomotor

Ekstrasi cairan intra vaskuler


ke ekstra vaskuler
Agregasi trombosit
Kebocoran plasma
1. Hemokosentrasi
2. Hipo proteinuna
3. efusil pleura
4. acites

Trombositopeni

Faktor koagulasi

Peningkatan suhu tubuh

Mukosa mulut/lidah kotor/


tidak nyaman

Hipovolemia (akibat
kehilangan plasma)

Hipotensi

Manifestasi
pendarahan ringan
berat

mual, anoretia
Vasodilatasil arterial

Resiko terhadap
cedera perdarahan
lebih lanjut

Kulit menjadi panas

Viskositas darah

intake nutrisi tidak adekuat

daya tahan tubuh

Risiko infeksi

Penguapan cairan permukaan


tubuh

Defisit volume
cairan
Perubuhan nutrisi

Kondisi tubuh yang


lemah/ kelemahan fisik

Suplai O2 dan zat


makanan ke tubuh

Penumpukan asam
laktat di otak dan
sendi

Nyeri akut

Intoleran aktivitas

www.PPNI-klaten.com / index.php?option=com. content and view


= Article d= 78 : dhf & catid= 38: ppni-ak-category&itemid=66

1.4.

MANIFESTASI KLINIS
1.

2.

3.
4.
5.
6.

1.5.

panas / demam
panas biasanya langsung tinggi atau terus menerus, dengan
sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap
pemberian antipiretik (mungkin hanya turun sedikit
kemudian naik kembali)
panas ini biasanya berlangsung 2-7 hari. bila tidak disertai
syok, panas akan turun dan penderita sembuh sendiri (selt
limiking)
disamping panas, penderita mengalami ngingau.
tanda-tanda perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit :
ptekie, ekhiemosis, hematoma, epistaksis, hematemesisi,
melena, hematuria.
mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi,
nyeri otot, tulang dan sendiri, abdomen dan ulu hati.
sakit kepala, pembengkakan sekitar mata
pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
tanda-tanda renjatan ( sianosis, kulit lembab dan dingin,
tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih
dari dua detik, nadi cepat dan lemah)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Uji Rumpel Leede (RL)
Pemeriksaan Rl ditujukan untuk menilai ada tidaknya gangguan
vaskuler. perlu diingat bahwa bila uji ini positif tidak selalu
disebabkan oleh virus dengue saja, juga dapat oleh penyakit
virus lainnya. Hasil dikatakan normal bila petekia yang timbul
dalam lingkaran beriameter 5 cm yang terletka 4 cm dibawah
lipatan siku berjumlah 5 atau kurang
2. Kadar Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu
dijumpai pada DBD, merupakan indikator terjadinya
perembesan plasma. Hemakonsentrasi dapat dilihat dari
peningkatan hematokrit 20% atau lebih.

3. Jumlah Trombosit
Penurunan jumlah trombosit pada umumnya terjadi sebelum ada
peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun.
trombositopenia 100.000/UI atau kurang dari 1-2 trombosit
perlapangan pandang besar (Lpb) dengan rata-rata pemeriksaan
dilakukan pada 10 Lpb, biasanya dapat dijumpai antara hari
sakit ke tiga sampai ke tujuh. Apabila diperlukan, pemeriksaan
trombosit perlu diulangi setiap hari sampai suhu turun
4. Isolasi Virus
Diagnosis pasti yaitu dengan cara isolasi virus dengue dengan
menggunakan kultur sel faktor yang mempengaruhi
keberhasilan isolasi virus adalah pengambilan spesimen yang
awal biasanya dalam 5 hari setelah timbulnya demam,
penanganan spesimen serta pengiriman spesimen yang baik ke
laboratorium. Bahan untuk isolasi virus dengue dapat berupa
serum, plasma atau lapisan buffy-coat darah heparinited
5. Uji Serologis
a. Uji Inhibisi hemaglutinasi
b. Uji Elisa
c. Uji dengue
d. Uji imunokromatografi (ICT)
Aryati.2004.Diangosis Laboratoris DBD terkini. dari website
"www.penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_DIAGNOSIS
LABORATORIS DBD TERKINI_1778_1843

1.6.

PENGOBATAN
demam berdarah dengue tanpa disertai syok, pengobatannya
hanya bersifat asimtomatis dan suportif.
1. pemberian cairan yang cukup
cairan diberikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat
demam tinggi, anorexia, dan muntah. penderita perlu diberi
minum sebanyak mungkin (1-2 L dalam 24 jam) sebaiknya oralit,
tetapi dapat juga air teh dengan gula, jus buah, minuman ringan
(soft drink), sirup dan susu. pada beberapa penderita dapat
diberikan

2. antipiretik
seperti golongan asetaminofen (parasetamol) jangan berikan
golongan salisilat karena dapat menyebabkan bertambahnya
pendarahan
3. surface cooling
4. antikonvulsan
bila penderita kejang dapat diberikan :
Diazepam (valium)
Fenobarbital (lumina)
Soedarto.2002.Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia. Jakarta:
Widya Me

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.

Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama
:
Umur
: 5 tahun
Jenis Kelamin
:
Diangnosa Medis : DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)

b. Riwayat Kesehatan Klien


- Riwayat Kesehatan Dahulu
i.
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit DHF
sebelumnya.
ii.
Kaji riwayat pada lingkungan sekitar pasien sebelumnya.
- Riwayat kesehatan sekarang :
Panas tinggi setiap malam 39,5 derajat selama 5 hari dan
anak sering mengigau. Akan tetapi disiang hari panas agak
turun sampai 37,8 derajat.

c. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


berat badan : 15 kg
tinggi badan : 105 cm

Pemeriksan TTV
TD
RR
Sistol

:: 28 kali/menit
:-

NADI : 100 kali/menit

Pemeriksan Darah
Hb

: 12gr/dl
Trombosit : 85/mm3

d. Analisa Data :
No

Data

Etiologi

Hipertermia

Demam
Mengigau

Masalah

Ivasi virus dengue

Peningkatan

suhu tubuh

Infeksi virus dengue dalam

Gelisah

tubuh

Melepaskan endotoksin

Merangsang sistem imun

Respon tubuh

Terjadi inflamasi

Merangsang hipotalamus

Peningkatan suhu tubuh


2

Anoreksia

Respon peningkatan suhu tubuh Gangguan

Tampak lemah
Berat
menurun

badan

Merangsang medulla vonithing


centre

Anoreksia

Kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

pemenuhan
nutrisi

kurang

dari kebutuhan
tubuh

Epistaksis

Trombositopeni

Perdarahan gusi

Perdarahan kulit

Gangguan fungsi trombosit

Uji

tornikuet

positif memar

Potensial terjadi
perdarahan

Kelainan fungsi koagulasi

perdarahan

Mual/muntah
Turgor

kulit

jelek

Peningkatan suhu tubuh

Gangguam

pemenuhan

Merangsang medula vomiting

Mulut dan bibir

centre

istirahat

dan

tidur

kering
Keringat banyak
Intake/output
tidak seimbang

Anoreksia

Peningkatan asam lambung

Mual/muntah

Pengeluaran cairan dan


elektrolit yang berlebihan

Pasien

sering

mengigau
Tampak
dan lesuh

lemah

Stimulus nyeri

Gangguan

pemenuhan

Merangsang susunan saraf


otonom mengaktifasi
norephinephrin

Saraf simptis terangsang untuk


mengaktivasi RAS

istirahat
tidur

dan

mengaktifkan kerja organ tubuh

REM menurun

Pasien terjaga

2.2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
c. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun

2.3.

INTERVENSI
1. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan
Kriteria

: Suhu tubuh normal


: Suhu tubuh antara 36 37

Rencana Intervensi
:
a. Berikan komres air kran
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas
secara konduksi
b. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000
cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat
evaporasi.
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis
mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan
suhu tubuh.

d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan


darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat
sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu
tubuh pasien.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya


cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
Tujuan

: Tidak terjadi devisit voume cairan

Kriteria hasil

: Input dan output seimbang


Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangat
Capilarry refill < 3 detik
Rencana Intervensi
:
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi
cairan intravaskuler
b. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi,
BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan
BJ diduga dehidrasi.
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi
)
Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral
e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk
mencegah terjadinya hipovolemic syok.

3. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

Tujuan

: Tidak terjadi gangguan


nutrisi

kebutuhan

Kriteria

: Tidak ada tanda-tanda malnutris


Menunjukkan berat badan yang
seimbang.

Rencana Intervensi

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai


Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan
konsumsi makanan
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas
intervensi.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan
diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

2.4.

IMPLEMENTASI

No.

Hari/Tanggal

Implementasi Keperawatan

1.

Selasa, 2 Juni 2014


08.00
09.00
10.00

1. mengukur tanda-tanfa vital


2. memberikan kompres hangat
3. meningkatkan intake cairan

2.

Selasa, 2 Juni 2014


11.00
12.50
13.35
14.50
15.45
17.00
16.35

1. mengobservasi tanda-tanda
vital paling sedikit setiap tiga
jam
2. mengobservasi dan catat
intake dan output
3. menimbang berat badan
4. menonitor pemberian cairan
melalui intervena setiap jam
5. memberikan makanan
disertai dengan suplemen
nutrisi untuk meninggkatan
kualitas intake nutrisi
6. kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tapi sering
secara bertahap
7. menimbang berat badan
setiap hari pada waktu yang
sama dan dengan skala yang
sama

2.5.

EVALUASI :
Hasil asuhan keperawatan pada anak dengan DHF sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada
hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue
sebagai berikut :
a. Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari
demam.
b. Kebutuhan

nutrisi

klien

terpenuhi,

pasien

mampu

menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan


atau dibutuhkan.
c. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan
pada pasien terpenuhi.
d. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
e. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok
hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.
g. Infeksi tidak terjadi.
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan
penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA :
1.
http://
repository.usu,ac.id/bitstream/123456789/1636612/chapter%2011.
pdf.
2. www.PPNI-klaten.com / index.php?option=com. content and
view = Article d= 78 : dhf & catid= 38: ppni-akcategory&itemid=66
3. Aryati.2004.Diangosis Laboratoris DBD terkini. dari website
"www.penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_DIAGNOSIS
LABORATORIS DBD TERKINI_1778_1843
4. Soedarto.2002.Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia. Jakarta:
Widya Me
5. Perry,Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.EGC.
Jakarta
6. Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
7. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai