: tampak pucat
Kesadaran
: komposmentis
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Palpasi
KATA SULIT
11. Ketika menstruasi sudah lebih dari 15 hari, apakah pasien sudah dibolehkan
sholat? Mengapa?
Sudah karena dalam Islam darah yang mengalir lebih dari 15 hari disebut
Istihadhah yang dimasukkan dalam keadaan sakit sehingga diperbolehkan
sholat dan melakukan ibadah lainnya
HIPOTESIS
Wanita dengan menstruasi tidak teratur, anamnesa: darah menstruasi banyak dan
masa menstruasi lama, pemeriksaan fisik: tampak pucat, fluksus vagina positif,
pemeriksaan penunjang: tidak ada kelainan anatomi, Hb mengalami penurunan
(Hb = 10 gr/ dL). Karena tidak ada kelainan yang ditemukan sehingga dokter
mendiagnosa pasien mengalami ketidakseimbangan hormonal sehingga
mengakibatkan siklus menstruasi pasien menjadi tidak teratur.
SASARAN BELAJAR
LI 1. MM Anatomi Alat Reproduksi Interna Wanita
LO 1.1 Makroskopis
LO 1.2 Mikroskopis
LI 2. MM Fisiologi Menstruasi dan Hormon yang Terkait
LI 3. MM Kelainan Menstruasi
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Etiologi
LO 3.3 Klasifikasi
LO 3.4 Patofisiologi
LO 3.5 Manifestasi Klinis
LO 3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO 3.7 Penatalaksanaan
LO 3.8 Komplikasi
LO 3.9 Prognosis
LO 3.10 Pencegahan
LI 4. Haid dan Istihadhah Menurut Islam
Corpus uteri, bagian tengah uterus yang berbentuk bulat melebar. Batas
antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus uteri yakni suatu
penyempitan di dalam rongga uteri yang terletak antara ostium uteri
internum anatomicum dengan ostium uteri histologicum. Distal dari isthmus
uteri terdapat ruangan melebar disebut cervix uteri
Cervix uteri, bagian yang paling sempit dan menonjol ke dalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix ada bangunan yang menyempit
disebut ostium uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri disebut canalis
cervicis
4) Vagina
- Bentuk tabung muskular dari cervix sampai genitalia eksterna
- Panjang antara 8-12 cm
- Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina, disebut portio vaginalis
cervicis uteri. Bagian cervix proksimal disebut portio supravaginalis cervicis
uteri
- Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
dapat dibedakan:
Fornix lateralis dextra dan sinistra
Fornix anterior dan posterior
- Tunika muskularis dapat dipandang lanjutan myometrium tetapi lebih tipis
- Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral dan
dorsal disebut columna rugarum
- Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang fungsinya
menunjang cervix dan vagina
- Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya adalah:
Lig. Cardinale (Mackenrodts) atau lig. Cervicalis lateralis
Melewati sebelah lateral cervix dan bagian atas vagina ke dinding pelvis
Lig. Uterosacrale atau lig. Rectouterina
Melewati bagian belakang cervix dan fornix vagina ke fasia yang melapisi
sendi sacroiliaca. Mulai dari isthmus ke jaringan pengikat di sebelah lateral
dari rectum setinggi vertebra sacralis III mengandung otot polos
Lig. Puboservicale
Meluas ke anterior dari lig. Cardinal ke pubis
Lig. Pubovesicale
Dari belakang symphysis pubis menuju collum vesica urinaria
- Fiksasi yang utama pada uterus ke vagina adalah:
Lig. Cardinale
Lig. Uterosacrale
- Fungsi vagina adalah:
Saluran keluar uterus yang dapat mengalirkan darah pada waktu menstruasi
dan sekret dari uterus
Alat bersenggama
Jalan lahir pada waktu partus
- Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang
disebut hymen
gepeng. Pada folikel yang lebih besar, sel-sel folikel berubah menjadi kuboid atau
silindris rendah. Pada folikel yang sedang berkembang, sel folikel berproliferasi
melalui mitosis, membentuk lapisan-lapisan sel kuboid yang disebut sel granulosa
yang mengelilingi oosit primer. Lapisan terdalam sel granulosa yang langsung
mengelilingi oosit membentuk korona radiata, sel-sel ini lebih silindris dari sel
granulosa lain. Di antara korona radiata dan oosit sekelilingnya terdapat lapisan
glikoprotein nonselular yaitu zona pelusida. Sel-sel stroma yang mengelilingi selsel folikel berdiferensiasi menjadi teka interna, pada tahap perkembangan
folikular ini, teka eksterna (lapisan sel luar teka interna) belum terbentuk. Oosit
yang sedang berkembang memiliki inti besar yang letaknya eksentrik dengan
nukleolus mencolok.
Sel-sel granulosa mengelilingi sebuah rongga sentral atau antrum folikel. Antrum
ini berisi cairan folikular yang disekresi oleh sel-sel granulosa di sekitarnya.
Kumpulan terisolasi dan lebih kecil cairan folikel mungkin terlihat di antara sel
granulosa. Sebagian tampak sebagai vakuol bening atau sedikit asidofilik, asal dan
fungsinya tidak diketahui. Penebalan lokal sel granulosa pada satu sisi folikel
matang membungkus oosit matang dan menonjol ke dalam antrum membentuk
hillock yang disebut kumulus ooforus. Oosit dikelilingi zona pelusida mencolok
yang terpulas asidofilik dan selapis sel yang tersusun radier yaitu korona radiata
yang melekat pada zona pelusida. Barisan basal sel-sel granulosa terletak di atas
membrane basal tipis. Di dekat membrane basal terdapat teka interna yaitu lapisan
dalam yang vaskuler dengan sel-sel sekretoris. Di sekeliling teka interna terdapat
teka eksterna yaitu lapisan dengan sel-sel jaringan ikat.
Gambar 4. Ovarium
Sumber: www.pathologyoutlines.com
Korteks merupakan bagian terbesar ovarium dan mengandung folikel-folikel dan
korpus luteum. Medulla menempati bagian pusat ovarium. Di medulla terdapat
pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar yang bercabang dan memasok daerah
10
korteks ovarium. Korpus luteum yang baru dibentuk adalah struktur besar,
dibentuk setelah sebuah folikel matang ruptur dan dindingnya kolaps. Lapisan
tipis sel tukein teka dibentuk oleh sel teka interna folikel, terletak di tepi korpus
luteum dan di kontur lipatan-lipatannya. Massa dinding korpus luteum dibentuk
oleh sel-sel lutein granulosa yang merupakan sel granulosa berhipertrofi folikel.
Jaringan ikat teka eksterna berproliferasi membentuk stroma bagi pembuluh darah
dan kapiler di dalam dinding korpus luteum dan mengisi berkas rongga folikel. Di
dalam ovarium juga terlihat sebagian korpus luteum yang beregresi sedang
dengan bidang irisan memotong dinding luarnya. Sel-sel granulosa lutein lebih
kecil, intinya piknotik dan pembuluh darah lebih besar dari stroma. Sel teka lutein
tidak tampak. Tahap lebih lanjut regresi korpus luteum menampakkan penciutan
sel-sel lutein, piknosis inti dengan inti pusat fibrosa. Jaringan ikat menyusup di
antara sel lutein yang beregresi dan menggantikan sel luteal yang berdegenerasi.
Stroma membentuk simpai atau kapsul di sekeliling korpus luteum yang
beregresi, namun hal ini bukan merupakan ciri tetap. Penggantian sel-sel lutein
dengan jaringan ikat menghasilkan sebuah korpus albikans yaitu parut fibrosa
berhialin. Sebuah folikel normal yang besar memiliki teka interna dan lapisan
granulosa tebal, dipisahkan sebuah membran basal tipis. kumulus ooforus
mengandung sebuah oosit normal, antrum terisi cairan folikel. Banyak folikel
mengalami perubahan degeneratif yang disebut atresia pada setiap waktu sebelum
menjadi matang. Atresia pada folikel besar terjadi berangsur, namun tahap
perubahan degenerasi dapat dilihat pada folikel-folikel yang mengalami atresia
pada berbagai tingkat. Teka interna dan sel-sel granulosa adalah intak, namun
beberapa sel mulai terlepas masuk ke antrum yang masih tetap mengandung
cairan folikel. kumulus ooforus juga terlihat tidak utuh dan degenerasi oosit sudah
berada dalam tahap lanjut. Sisa oosit dikelilingi zona pelusida tebal, tampak di
dalam antrum. Juga tampak sebuah folikel pada tahap atresia lanjut. Teka interna
masih tampak, namun sel-selnya tampak agak hipertrofi. Sel-sel granulosa suda
tidak ada, semuanya telah dilepaskan dan diresorpsi. Membran basal di antara
kedua lapisan ini telah menebal dan berlipat dan kini disebut membran vitrea
(glassy membrane) yang telah mengalami hipertrofi. Jaringan ikat longgar berasal
dari stroma dan telah mengisi sebagian rongga folikel yang telah mengecil yang
masih mengandung cairan folikel. Pada atresia lebih lanjut, jaringan ikat stroma
mengganti sel-sel teka interna. Membrane vitrea yang hipertrofi bertambah tebal
dan lebih berlipat dan jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah mengisi bekas
antrum. Pada tahap terakhir atresia, seluruh folikel telah diganti oleh jaringan ikat,
membran vitrea yang hipertrofi dan berlipat tetap ada untuk waktu tertentu
sebagai satu-satunya tanda yang menunjukkan folikel.
Setelah ovulasi folikel matang, ovarium memasuki fase luteal. Selama fase ini,
LH mengubah sel-sel granulosa dan teka interna folikel ovarium yang ruptur
menjadi sel-sel granulosa lutein dan teka lutein korpus luteum. LH kemudian
merangsang sel-sel lutein untuk menyekresi estrogen dan banyak progesterone.
Kadar hormon yang tinggi ini merangsang perkembangan uterus dan kelenjar
mammae selanjutnya sebagai persiapan kehamilan. Perkembangan dan aktivitas
fungsi korpus luteum tergantung pada LH. Sebaliknya, kadar progesterone yang
tinggi yang dihasilkan korpus luteum menghambat pelepasan LH lebih lanjut
dengan memengaruhi hipotalamus dan gonadotrof di dalam adenohipofisis. Jika
oosit itu tidak dibuahi, korpus luteum akhirnya beregenerasi menjadi jaringan
11
12
yang umumnya terjadi di bagian atas ampula tuba. Epitel tuba uterina mengalami
perubahan siklik yang sesuai dengan siklus ovarium. Tinggi atau tebal epitel pada
tuba uterina paling besar selama fase folikular, saat folikel ovarium sedang
mematang dan kadar estrogen yang beredar sedang tinggi.
Uterus
Selama setiap siklus menstruasi, endometrium mengalami tiga fase berurutan,
setiap fase berlanjut ke fase berikutnya. Fase proliferasi (folikular, praovulasi)
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan endometrium. Fase ini dimulai
pada akhir fase menstruasi, kira-kira hari ke 5 dan berlanjut sampai hari ke 14
siklus. Aktivitas mitotik sel-sel di dalam lamina propria dan dari sisa kelenjar
uterina pada stratum basale ditingkatkan sehingga permukaan mukosa yang telah
rusak selama menstruasi mulai tertutup. Dengan menebalnya stratum fungsionale,
kelenjar uterina berproliferasi, memanjang dan mulai berhimpitan. Arteri spiralis
mulai tumbuh ke arah permukaan endometrium dan hanya sedikit bergelung.
Pertumbuhan endometrium selama fase proliferasi bersamaan dengan
pertumbuhan folikel ovarium dan peningkatan sekresi estrogen.
Fase sekresi (luteal, pascaovulasi) dimulai tidak lama setelah ovulasi, kira-kira
hari ke 15 dan berlanjut sampai hari ke 28 dari siklus. Fase ini tergantung pada
sekresi progesterone (terutama oleh sel-sel lutein granulosa) dan estrogen (oleh sel
teka lutein) korpus luteum fungsional ovarium yang terbentuk setelah ovulasi.
Selama fase ini endometrium tetap menebal dan menimbun cairan sehingga
menjadi edematosa. Selain itu, kelenjar uterina mengalami hipertrofi dan menjadi
gberkelok, dan lumennya mulai terisi produk sekresi yang kaya nutrient
(khususnya glikogen). Arteri spiralis di dalam endometrium memanjang, mulai
bergelung dan meluas sampai hampir ke permukaan endometrium.
13
14
Fase Menstruasi
Selama setiap siklus menstruasi, endometrium stratum fungsionale dilepaskan
selama fase menstruasi. Endometrium yang dilepaskan mengandung fragmenfragmen stroma yang hancur, bekuan darah, dan kelenjar-kelenjar uterina.
Sebagian kelenjar uterina utuh terisi darah. Stratum basale, dasar kelenjar uterina
terlihat tetap utuh selama menstruasi pada lapisan yang lebih dalam endometrium.
Stroma endometrium kebanyakan stratum fungsionale mengandung kelompokkelompok eritrosit, eritrosit ini keluar dari pembuluh darah yang robek dan rusak.
Selain itu, stroma endometrium memiliki cukup banyak limfosit dan neutrophil.
Stratum basale endometrium umumnya tetap utuh selama fase ini. Bagian distal
(superfisial) arteri spiralis menjadi nekrotik dan bagian lebih dalam pembuluh ini
tetap utuh.
Vagina
Mukosa vagina sangat tidak teratur dan memiliki banyak lipatan. Epitel pelapis
permukaan vagina adalah epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Lamina
propria lebar mengandung jaringan ikat tak teratur, kepadatan sedang, kaya serat
elastin. Serat-serat dari lamina propria meluas ke bawah, masuk ke dalam lapisan
muskular sebagai serat-serat interstitial. Jaringan limfatik difus, limfonoduli, dan
banyak pembuluh darah kecil (arteriole dan venula) biasanya terdapat di dalam
lamina propria. Muskularis terutama terdiri atas berkas-berkas otot polos
memanjang dan oblik. Serat-serat otot melintang tidak begitu banyak, namun
lebih banyak pada lapisan dalam. Jaringan ikat interstitial mengandung banyak
serat elastin, sedangkan adventisia mengandung pembuluh-pembuluh darah dan
berkas saraf. Epitel vagina mengalami perubahan siklik ringan selama siklus
menstruasi. Selama fase folikular dan stimulasi estrogen, epitel vagina menebal.
Sel-sel vagina menyintesis dan mengumpulkan sejumlah glikogen yang
meningkat saat bermigrasi ke arah dan dilepaskan ke dalam lumen. Bakteri di
dalam vagina memetabolisir glikogen menjadi asam laktat sehingga meningkatkan
keasaman saluran vagina.
(Eroschenko, 2003)
15
Sumber: www.lab.anhb.uwa.edu.au
16
ke 24 daur haid) dan akhirnya digantikan oleh jaringan ikat, yang membentuk
korpus albikans.
Siklus ovarium pada mamalia lain juga serupa, kecuali bahwa pada banyak
spesies, lebih dari satu folikel berovulasi dan biasanya terjadi kelahiran multiple.
Pada beberapa spesies submamalia terbentuk korpus luteum namun tidak pada
spesies lainnya.
Pada manusia, tidak ada ovum baru yang terbentuk setelah lahir. Selama
perkembangan masa janin, ovarium mengandung lebih dari 7 juta folikel
primordial. Namun, banyak yang mengalami atresia (involusi) sebelum lahir dan
yang lain menghilang setelah lahir. Pada saat lahir, terdapat 2 juta ovum, namun
50% nya mengalami atresia. Sejuta ovum yang normal mengalami bagian pertama
pembelahan meiosis I di sekitar periode ini dan masuk ke dalam tahap istirahat
dalam stadium profase tempat ovum yang bertahan menetap sampai masa dewasa.
Proses atresia berlanjut selama perkembangan sehingga jumlah ovum di kedua
ovarium pada saat puberitas adalah kurang dari 300.000. hanya satu dari ovum
ovum ini yang secara normal mencapai kematangan per siklus (atau sekitar 500
selama masa reproduksi normal); sisanya berdegenerasi. Tepat sebelum ovulasi,
pembelahan miosis pertama selesai. Salah satu sel anak, oosit sekunder, menerima
sebagian besar sitoplasma, sementara yang lain, badan polar pertama, terpecah
pecah dan menghilang. Oosit sekunder segera memulai pembelahan meiosis
kedua, tetapi pembelahan ini terhenti pada metaphase dan dilanjutkan hanya jika
sperma menembus oosit. Pada saat itu badan polar kedua terlepas dan ovum yang
dibuahi terus berkembang menjadi individu baru. Penghentian pada metaphase
disebabkan, paling tidak pada beberapa spesies, oleh pembentukan protein pp39 di
ovum yang dikode oleh proto-onkogen c-mos. Bila pembuahan terjadi, pp39 akan
dihancurkan dalam waktu 30 menit oleh kalpain, yakni suatu protease sistein yang
bergantung pada kalsium.
2.2 Siklus Uterus
Pada akhir menstruasi, semua lapisan endometrium, kecuali lapisan dalam telah
terlepas. Kemudian terbentuk kembali endometrium baru dibawah pengaruh
estrogen dari folikel yang sedang tumbuh. Ketebalan endometrium cepat
meningkat dari hari ke 5 sampai ke 14 daur haid. Seiring dengan peningkatan
ketebalan, kelenjar uterus tertarik keluar sehingga memanjang, namun kelenjar
tersebut tidak menjadi berkelok kelok atau mengeluarkan secret. Perubahan
endometrium ini disebut proliferative, dan bagian daur haid ini kadang kadang
disebut fase proliferative. Fase ini juga disebut fase praovulasi atau folikular.
Setelah ovulasi, vaskularisasi endometrium menjadi sangat meningkat dan
endometrium menjadi agak sembab dibawah pengaruh estrogen dan progesterone
dari korpus luteum. Kelenjar mulai bergelung dan berkelok kelok, serta mulai
menyekresikan cairan jernih. Akibatnya, fase daur ini disebut fase sekretorik atau
luteal. Pada akhir fase luteal, endometrium, seperti hipofisis anterior,
menghasilkan prolaktin, namun fungsi prolaktin endometrium ini tidak diketahui.
Endometrium diperdarahi oleh dua jenis arteri. Dua pertiga endometrium bagian
superficial yang terlepas sewaktu haid, yaitu stratum fungsional, dipasok oleh
arteri spiralis yang panjang dan berkelok kelok, sedangkan lapisan sebelah
17
dalam yang tidak terlepas, yakni stratum basal, diperdarahi oleh arteri basilaris
yang pendek dan halus.
Pada saat korpus luteum mengalami regresi, pasokan hormone untuk
endometrium terhenti. Endometrium menjadi lebih tipis, menambah gulungan
arteri spiralis. Focus nekrosis kemudian bermunculan di endometrium kemudian
bersatu. Selain itu, terjadi spasme dan degenerasi dinding arteri spiralis, yang
menyebabkan timbulnya bercak perdarahan yang kemudian menyatu dan
menghasilkan darah haid.
Vasopasme mungkin ditimbulkan oleh prostaglandin yang dilepaskan secara local.
Dalam endometrium fase sekretorik dan darah haid, banyak ditemukan
prostaglandin, dan pemberian PGF menyebabkan nekrosis endometrium dan
perdarahan.
Ditinjau dari fungsi endometrium, fase proliferative daur haid mencerminkan
pemulihan epitel dari haid sebelumnya, dan fase sekretorik mencerminkan
persiapan uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Lama fase sekretorik
sangat konstam yaitu sekitar 14 hari, dan variasi lama daur haid tampaknya
sebagian besar disebabkan oleh variasi lama fase proliferative. Bila pembuahan
tidak terjadi selama fase sekretorik, endometrium akan terlepas dan dimulai daur
yang baru.
(Ganong, 2008)
18
19
Oligomenorea adalah perdarahan haid berkurang dari biasanya dengan siklus haid
lebih panjang (lebih dari 35 hari)
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturutturut.
(Winkjosastro, 1999)
LO 3.2 Etiologi
Hipermenorea (Menoragia) disebabkan oleh kondisi dalam uterus, misalnya
adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan
dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan
endometrium pada waktu haid (irregular endometrial shedding), dan sebagainya.
Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan dalam
pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasannya pada
waktu haid.
Hipomenorea disebabkan oleh konstitusi penderita, pada uterus misalnya sesudah
miomektomi, pada gangguan endokrin, dan lain-lain.
Oligomenorea disebabkan oleh peningkatan hormone androgen sehingga terjadi
gangguan ovulasi pada sindroma ovarium polikistik, pada remaja terjadi karena
imaturitas poros hipotalamus hipofisis ovarium endometrium, penyebab lain oleh
stress fisik dan emosi, penyakit kronis, serta gangguan nutrisi, dan oligomenorea
yang disertai infertilitasa dan obesitas mungkin berhhubungan dengan sindroma
metabolik.
Amenorea dibedakan menjadi amenorea primer yang umumnya mempunyai
sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainankelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik, sedangkan amenorea sekunder
disebabkan oleh gangguan gizi, gangguan metabolism, tumor, penyakit infeksi,
dan lain-lain.
(Winkjosastro, 1999)
Tiga kategori penyebab utama kelainan menstruasi (Anwar et al, 2011), yaitu:
1. Keadaan patologi panggul
a. Lesi permukaan pada traktus genital
- Mioma uteri, adenomiosis
- Polip endometrium
- Hyperplasia endometrium
- Adenokarsinoma endometrium, sarcoma
- Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus
- Kanker serviks, polip
- Trauma
20
b. Lesi dalam
- Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi myometrium
- Endometriosis
- Malformasi arteri vena pada uterus
2. Penyakit medis sistemik
- Gangguan hemostasis: penyakit von Willebrand, gangguan faktor II, V, VII,
VIII, IX, XIII, trombositopenia, gangguan platelets
- Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE
- Gangguan hipotalamus hipofisis: adenoma, proklatinoma, stress, olahraga
berlebih
3. Perdarahan uterus disfungsi (PUD)
adalah perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa adanya keadaan patologi
pada panggul, penyakit sistemik tertentu, atau kehamilan
LO 3.3 Klasifikasi
Gangguan haid dan siklus khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan
dalam:
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
a. Hipermenorea atau menoragia
b. Hipomenorea
2. Kelainan siklus:
a. polimenorea
b. oligomenorea
c. amenorea
3. Perdarahan di luar haid:
Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid:
a. premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. dismenorea
(Winkjosastro, 1999)
LO 3.4 Patofisiologi
21
Pada siklus ovulasi terjadi perdarahan uterus disfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya control lokal hemostasis dan vasokontriksi yang berguna untuk
mekanisme membatasi jumlah darah saat pelepasan jaringan endometrium haid.
Saat ini telah diketahui berbagai molekul yang berguna untuk mekanisme control
tersebut, antara lain yaitu endotelin, prostaglandin, VEGF, MMPs, enzim lisosom,
dan fungsi platelet. Beberapa keadaan lain yang dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan uterus disfungsi pada siklus ovulasi adalah korpus luteum persisten
dan insufisiensi korpus luteum.
Pada siklus anovulasi terjadi stimulasi estrogen berlebihan (unopposed estrogen)
pada endometrium. Endometrium mengalami proliferasi berlebih tetapi tidak
diikuti dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar
progesterone rendah. Endometrium menjadi lebih tebal tapi rapuh, jaringan
endometrium lepas tidak bersamaan dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi
perdarahan yang tidak teratur. Penyebab anovulasi bermacam-macam mulai dari
belum matangnya aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium sampai suatu keadaan
yang mengganggu aksis tersebut. Sindroma ovarium polikistik merupakan salah
satu contoh keadaan yang mengganggu aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium
sehingga terjadi perdarahan uterus disfungsi anovulasi.
(Anwar et al, 2011)
LO 3.5 Manifestasi Klinis
PUD menggambarkan spektrum pola perdarahan uterus abnormal yang dapat
terjadi setiap saat dan tidak diduga, yaitu dapat berupa perdarahan akut dan
banyak, perdarahan ireguler, metroragia, menometroragia, oligomenorea, dan
menoragia. PUD dapat terjadi pada setiap umur antara menarke dan menopause,
tetapi paling sering dijumpai pada masa perimenarke dan perimenopause (Anwar
et al, 2011).
LO 3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Perlu diperhatikan bahwa gangguan haid atau perdarahan uterus abnormal bukan
suatu diagnosis, tetapi merupakan keluhan yang membutuhkan evaluasi secara
seksama untuk mencari faktor penyebab keluhan perdarahan tersebut. Melakukan
anamnesis yang cermat merupakan langkah yang sangat penting untuk evaluasi
dan menyingkirkan diagnosis banding. Anamnesis yang baik akan menuntun
kepada penatalaksanaan lanjut secara lebih terarah. Perlu ditanyakan bagaimana
mulainya perdarahahan, apakah didahului oleh siklus memanjang, oligomenorea
atau amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit), lama perdarahan dan
sebagainya. Jangan lupa menyingkirkan adanya kehamilan atau kegagalan
kehamilan pada perempuan usia reproduksi. Keluhan terlambat haid, mual, nyeri,
dan mulas sebaiknya ditanyakan. Pemeriksaan palpasi bimanual untuk melihat
pembesaran uterus, tes kehamilan beta-hCG, dan USG sangat membantu
memastikan adanya gangguan kehamilan. Penyebab iatrogenik juga harus
dievaluasi, termasuk di dalamnya adalah pemakaian obat hormon,kontrasepsi,
antikoagulan, sitostatika, kortikosteroid, dan obat herbal. Bahan obat tersebut akan
mengganggu kadar estrogen dan faktor pembekuan darah sehingga berpotensi
terjadi juga perdarahan. Riwayat dan tanda penyakit sistemik perlu secara cermat
ditanyakan. Beberapa penyakit yang mungkin bisa jadi penyebab perdarahan,
22
23
24
25
26
Usia reproduksi:
-
Usia perimenopause:
Berikan pil kontrasepsi kombinasi dosis rendah atau injeksi DMPA
(Anwar et al, 2011)
27
waktunya dan berasal dari urat yang dinamakan adzil (Shahih Muslim bi
Syarhin Nawawi, 4/17).
o Keadaan Wanita yang Istihadhah
Keadaan pertama:
Dia memiliki adat (kebiasaan haidh) yang tertentu setiap bulannya sebelum
ditimpa istihadhah. Ketika keluar darah dari farjinya, untuk membedakan apakah
darah tersebut darah haidh atau darah istihadhah, kembali kepada kebiasaan
haidhnya. Dia meninggalkan shalat dan puasa di hari-hari kebiasaan haidhnya dan
berlaku padanya hukum wanita haidh. Adapun di luar waktu itu bila masih keluar
darah, berarti ia mengalami istihadhah dan berlaku pada dirinya hukum wanita
suci (yakni suci dari haidh/ nifas).
Misalnya: seorang wanita adatnya 6 hari di tiap awal bulan. Kemudian ia ditimpa
istihadhah yang menyebabkan darah keluar terus menerus dari farjinya. Maka 6
hari di awal bulan itu dianggap haidh, selebihnya istihadhah. Ini berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Fathimah bintu Abi
Hubaisy radliallahu anha. Fathimah menyangka, ia harus meninggalkan shalat
karena istihadhah yang dialaminya. Maka beliau Shallallahu Alaihi Wasallam
memberikan tuntunan: Engkau tidak boleh meninggalkan shalat. (Apa yang kau
alami) itu hanyalah darah dari urat bukan haidh. Apabila datang haidhmu maka
tinggalkanlah shalat dan bila telah berlalu hari-hari haidhmu, cucilah darah darimu
(mandilah) dan shalatlah. (HR. Al Bukhari no. 228, 306, 320, 325, 331 dan
Muslim no. 333)
Keadaan kedua:
Ia tidak memiliki adat tertentu sebelum ditimpa istihadhah ataupun ia lupa
adatnya, namun ia bisa membedakan darah. Maka untuk membedakan darah
haidh dengan istihadhah ia memakai cara tamyiz (mengenali sifat darah). Bila ia
dapatkan bau tidak sedap dari darah yang keluar dan sifat-sifat lain yang ia kenali,
berarti ia sedang haidh, selain dari itu berarti ia istihadhah.
Misalnya: seorang wanita keluar darah dari kemaluannya secara terus menerus,
namun 10 hari yang awal darah yang keluar berwarna hitam selebihnya berwarna
merah. Maka 10 hari yang awal itu dihitung haidh, selebihnya istihadhah. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada Fathimah bintu Abi
Hubaisy radliallahu anha: Apabila darah itu darah haidh, maka dia berwarna
hitam yang dikenal. Bila demikian darah yang keluar darimu, berhentilah shalat.
Namun bila tidak demikian keadaannya, berwudhulah dan shalatlah. (HR. Abu
Dawud, An Nasai, dan lainnya. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani t dalam
Shahih Abi Dawud no. 283, 284)
Adapun Abu Hanifah berpendapat adat didahulukan. Pendapat ini dikuatkan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dengan berdalil sabda Nabi Shallallahu Alaihi
28
29
Secara bahasa, dikatakan: Wanita itu terkena istihadhah, kalau darahnya terus
keluar padahal adat haidnya telah berakhir. [Mukhtar Ash-Shihah hal. 90]
Adapun secara istilah, maka ada beberapa definisi di kalangan ulama. Akan tetapi
mungkin bisa disimpulkan sebagai berikut: Istihadhah adalah darah yang berasal
dari urat yang pecah/putus, yang keluarnya bukan pada masa adat haid dan nifas dan ini kebanyakannya-, tapi terkadang juga keluar pada masa adat haid dan saat
nifas. Karena dia adalah darah berupa penyakit, maka dia tidak akan berhenti
mengalir
sampai
wanita
itu
sembuh
darinya.
Karena itulah, darah istihadhah ini kadang tidak pernah berhenti keluar sama
sekali dan kadang berhentinya hanya sehari atau dua hari dalam sebulan.
[Lihat: Al-Ahkam Al-Mutarattibah ala Al-Haidh wa An-Nifas wa Al-Istihadhah
hal. 16-17]
Ciri-Ciri Darah Istihadhah
Berbeda dengan darah haid, darah istihadhah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Warnanya merah, tipis, baunya seperti darah biasa, berasal dari urat yang
pecah/putus dan ketika keluar langsung mengental.
Hukum Wanita Yang Terkena Istihadhah.
Hukumnya sama seperti wanita yang suci (tidak haid dan nifas) pada semua halhal yang diwajibkan dan yang disunnahkan berupa ibadah. Ibnu Jarir dan
selainnya menukil ijma ulama akan bolehnya wanita yang terkena istihadhah
untuk membaca Al-Qur`an dan wajib atasnya untuk mengerjakan semua
kewajiban yang dibebankan kepada wanita yang suci. Lihat nukilan ijma lainnya
dalam Al-Majmu (2/542), Maalim As-Sunan (1/217) dan selainnya.
Dari penjelasan di atas, kita juga bisa menarik kesimpulan bahwa darah istihadhah
bukanlah najis, karena akan diterangkan bahwa wanita yang terkena istihadhah
tetap wajib mengerjakan shalat walaupun saat darahnya tengah mengalir keluar.
Waktu Keluarnya Istihadhah.
a. Kalau keluarnya istihadhah bukan pada waktu haid atau nifas, dalam artian
waktu keduanya tidak bertemu. Misalnya darah istihadhah keluar bukan saat masa
adat haidnya, atau darah istihadhah keluar setelah berlalunya masa nifas.
Maka di sini tidak ada masalah, masa adat haid dihukumi haid dan setelahnya
dihukumi istihadhah, demikian pula halnya dengan nifas.
b. Tapi kalau keluarnya istihadhah bertemu dengan masa adat haid atau masa
nifas, maka di sini hukumnya harus dirinci. Kami katakan:
Wanita yang terkena haid (atau pada masa adat haidnya) sekaligus terkena
istihadhah, tidak lepas dari empat keadaan:
1. Dia sudah mempunyai masa adat haid sebelum terjadinya istihadhah. Maka
yang seperti ini dia tinggal menjadikan masa adatnya sebagai patokan. Kalau
30
adatnya tiba maka dia dihukumi terkena haid, dan kalau adatnya sudah berlalu
maka darah yang keluar setelahnya -apapun ciri-cirinya- dihukumi istihadhah.
Misalnya: Seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan,
tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus-menerus tanpa bisa
dibedakan mana yang haid dan mana yang istihadhah (misalnya karena hari
pertama keluar dengan ciri-ciri haid sedang hari yang kedua dengan ciri-ciri
istihadhah dan seterusnya). Maka masa haidnya dihitung enam hari pada setiap
awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah, sehingga dia wajib untuk
mandi lalu shalat walaupun darahnya keluar terus. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam- kepada Ummu Habibah binti Jahsy tatkala dia terkena
istihadhah, Diamlah (tinggalkan shalat) selama masa haid yang biasa
menghalangimu, lalu mandilah dan lakukan shalat. (HR. Muslim)
2. Tidak mempunyai adat sebelumnya -baik karena itu awal kali dia haid (almubtada`ah) ataukah dia lupa adat haidnya karena sudah lama dia tidak haid-, tapi
dia mempunyai tamyiz, yaitu darah yang keluar bisa dibedakan mana haid dan
mana istihadhah, berdasarkan ciri-ciri haid dan nifas yang telah disebutkan.
Misalnya: Seorang wanita pada saat pertama kali mendapati darah dan darah itu
keluar terus-menerus. Akan dia dapati selama 10 hari dalam sebulan darahnya
berwarna hitam, berbau busuk, dan tebal (kental) kemudian setelah 10 hari itu
darah yang keluar berwarna merah, tidak berbau dan encer (tipis). Maka masa
haidnya adalah 10 hari tersebut, sementara sisanya dihukumi darah istihadhah.
Berdasarkan sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam- kepada Fathimah binti Abi
Hubaisy -tatkala dia terkena istihadhah-, Jika suatu darah itu darah haid, maka
ia berwarna hitam diketahui, jika demikian maka tinggalkan shalat. Jika selain
itu maka berwudhulah dan lakukan shalat karena itu darah penyakit. (HR. Abu
Dawud dan An Nasai).
Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin berkata, Hadits ini, meskipun perlu ditinjau lagi
dari segi sanad dan matannya, namun telah diamalkan oleh para ulama. Dan hal
ini lebih utama daripada dikembalikan kepada kebiasaan kaum wanita pada
umumnya.
3. Dia mempunyai adat dan tamyiz sekaligus. Maka di sini ada dua keadaan:
a. Adat dan tamyiznya tidak bertentangan.
Misalnya: Dia mempunyai adat haid tanggal 1-6 tiap bulan. Ternyata darah yang
keluar pada masa adatnya mempunyai ciri-ciri haid, sedang sisanya mempunyai
ciri-ciri darah istihadhah. Maka ini tidak ada masalah.
b. Adat dan tamyiznya bertentangan.
Misalnya: Dia mempunyai adat haid 6 hari di awal bulan, akan tetapi darah yang
keluar saat itu kadang dengan ciri haid dan kadang dengan ciri istihadhah.
Manakah yang dijadikan patokan? Apakah adat ataukah tamyiznya? Yang kuat
31
dalam masalah ini adalah bahwa adatnya lebih didahulukan. Sehingga yang
menjadi masa haidnya adalah yang 6 hari, apapun warna darah yang keluar,
sedangkan sebelum dan setelah ke 6 hari ini bukanlah haid, walaupun cirinya
darah haid. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Al-Auzai, satu pendapat dari AsySyafii, dan juga pendapat Imam Ahmad, dan yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiah,
Syaikh Ibnu Al-Utsaimin dan Syaikh Muqbil -rahimahumullah-.
4. Tidak mempunyai adat -baik karena baru pertama kali haid (al-mubtada`ah)
maupun karena lupa adat haidnya- dan tidak pula tamyiz.
Contoh: Ada seorang wanita yang pertama kali haid dan juga terkena istihadhah
dengan ciri-ciri darah yang tidak beraturan. Pada hari ini berwarna hitam (ciri-ciri
haid), besoknya berwarna merah dan demikian seterusnya, dan ini terjadi sebulan
penuh atau kurang dari itu. Apa yang harus dilakukan wanita ini?
Jawab: Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin berkata, Dalam kondisi ini, hendaklah ia
mengambil kebiasaan kaum wanita pada umumnya. Maka masa haidnya adalah
enam atau tujuh hari pada setiap bulan dihitung mulai dari saat pertama kali
mendapati darah. Sedang selebihnya merupakan darah istihadah.
Misalnya: Seorang wanita pada saat pertama kali melihat darah pada tanggal 5
dan darah itu keluar terus menerus tanpa dapat dibedakan secara tepat mana yang
darah haid, baik melalui warna ataupun dengan cara lain. Maka haidnya pada
setiap bulan dihitung selama enam atau tujuh hari mulai dari tanggal lima
tersebut.
(Al-Atsariyyah, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsariyyah, U.I.Z.H (2010). Diakses melalui http://aburamiza.wordpress.com/
2010/12/15/darah-istihadhah/, 24-09-2014 08.24 pm
Anwar et al (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
PrawiroHardjo. Edisi III. Hal. 162-172
32
33