cintanya karena Allah yang sangat tulus kepada Fatimah, hati Ali pun
merasa agak bersalah jika hati Fatimah terluka, karena Ali sangat tahu
bagaimana rasanya menderita karena cinta. Dan sekarang Fatimah
sedang merasakannya. Ali bingung ingin berkata apa, perasaan didalam
hatinya bercampur aduk. Di satu sisi ia sangat bahagia telah menikah
dengan Fatimah, dan Fatimah pun telah ikhlas menjadi istrinya. Tapi disisi
lain Ali tahu bahwa hati Fatimah sedang terluka. Ali pun terdiam sejenak,
ia tak menanggapi pernyataan Fatimah.
Fatimah pun lalu berkata, Wahai Ali suamiku sayang, Astagfirullah
maafkan aku. Aku tak ada maksud ingin menyakitimu, demi Allah aku
hanya ingin jujur padamu, saat ini kaulah pemilik cintaku, raja yang
menguasai hatiku..
Ali masih saja terdiam, bahkan Ali mengalihkan pandangannya dari wajah
Fatimah yang cantik itu.
Melihat sikap Ali, Fatimah pun berkata sambil merayu Ali, Wahai suamiku
Ali, tak usah lah kau pikirkan kata-kataku itu, marilah kita berdua nikmati
malam indah kita ini. Ayolah sayang, aku menantimu Ali.
Ali tetap saja terdiam dan tidak terlalu menghiraukan rayuan Fatimah,
tiba-tiba Ali pun berkata, Fatimah, kau tahu bahwa aku sangat
mencintaimu, kau pun tahu betapa aku berjuang memendam rasa cintaku
demi untuk ikatan suci bersamamu, kau pun juga tahu betapa bahagianya
kau telah menjadi istriku. Tapi Fatimah, tahukah engkau saat ini aku juga
sedih karena mengetahui hatimu sedang terluka. Sungguh aku tak ingin
orang yang kucintai tersakiti, aku bisa merasa bersalah jika seandainya
kau menikahiku bukan karena kau sungguh-sungguh cinta kepadaku.
Walupun aku tahu lambat laun pasti kau akan sangat sungguh-sungguh
mencintaiku. Tapi aku tak ingin melihatmu sakit sampai akhirnya kau
mencintaiku..
Fatimah pun tersenyum mendengar kata-kata Ali, Ali diam sesaat sambil
merenung, tak terasa mata Ali pun mulai keluar air mata, lalu dengan
sangat tulus Ali berkata lagi, Wahai Fatimah, aku sudah menikahimu tapi
aku belum menyentuh sedikit pun dari dirimu, kau masih suci. Aku rela
menceraikanmu malam ini agar kau bisa menikah dengan pemuda yang
kau cintai itu, aku akan ikhlas, lagi pula pemuda itu juga mencintaimu.
Jadi aku tak akan khawatir ia akan menyakitimu. Aku tak ingin cintaku
padamu hanya bertepuk sebelah tangan, sungguh aku sangat
mencintaimu, demi Allah aku tak ingin kau terluka Menikahlah
dengannya, aku rela.
Fatimah juga meneteskan airmata sambil tersenyum menatap Ali, Fatimah
sangat kagum dengan ketulusan cinta Ali kepadanya, ketika itu juga
Fatimah ingin berkata kepada Ali, tapi Ali memotong dan berkata, Tapi
Fatimah, sebelum aku menceraikanmu, bolehkah aku tahu siapa pemuda
yang kau pendam rasa cintanya itu?, aku berjanji tak akan meminta
apapun lagi darimu,namun izinkanlah aku mengetahui nama pemuda itu.
Airmata Fatimah mengalir semakin deras, Fatimah tak kuat lagi
membendung rasa bahagianya dan Fatimah langsung memeluk Ali
dengan erat. Lalu Fatimah pun berkata dengan tersedu-sedu,Wahai Ali,
demi Allah aku sangat mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu
karena Allah."
Berkali-kali Fatimah mengulang kata-katanya. Setelah emosinya bisa
terkontrol, Fatimah pun berkata kepada Ali, Wahai Ali, Awalnya aku ingin
tertawa dan menahan tawa sejak melihat sikapmu setelah aku
mengatakan bahwa sebenarnya aku memendam rasa cinta kepada
seorang pemuda sebelum menikah denganmu, aku hanya ingin
menggodamu, sudah lama aku ingin bisa bercanda mesra bersamamu.
Tapi kau malah membuatku menangis bahagia. Apakah kau tahu
sebenarnya pemuda itu sudah menikah.
Ali menjadi bingung, Ali pun berkata dengan selembut mungkin, walaupun
ia kesal dengan ulah Fatimah kepadanya Apa maksudmu wahai Fatimah?
Kau bilang padaku bahwa kau memendam rasa cinta kepada seorang
pemuda, tapi kau malah kau bilang sangat mencintaiku, dan kau juga
bilang ingin tertawa melihat sikapku, apakah kau ingin mempermainkan
aku Fatimah?, sudahlah tolong sebut siapa nama pemuda itu? Mengapa
kau mengharapkannya walaupun dia sudah menikah?.
Fatimah pun kembali memeluk Ali dengan erat, tapi kali ini dengan
dekapan yang mesra. Lalu menjawab pertanyaan Ali dengan manja, Ali
sayang, kau benar seperti yang kukatakan bahwa aku memang telah
memendam rasa cintaku itu, aku memendamnya bertahun-tahun, sudah
sejak lama aku ingin mengungkapkannya, tapi aku terlalu takut, aku tak
ingin menodai anugerah cinta yang Allah berikan ini, aku pun tahu
bagaimana beratnya memendam rasa cinta apalagi dahulu aku sering
bertemu dengannya. Hatiku bergetar bila ku bertemu dengannya. Kau
juga benar wahai Ali cintaku, ia memang sudah menikah. Tapi tahukah
engkau wahai sayangku, pada malam pertama pernikahannya ia malah
dibuat menangis dan kesal oleh perempuan yang baru dinikahinya
Ali pun masih agak bingung, tapi Fatimah segera melanjutkan katakatanya dengan nada yang semakin menggoda Ali, Kau ingin tahu siapa
pemuda itu? Baiklah akan kuberi tahu. Sekarang ia berada disisiku, aku
sedang memeluk mesra pemuda itu, tapi kok dia diam saja ya, padahal
aku memeluknya sangat erat dan berkata-kata manja padanya, aku
sangat mencintainya dan aku pun sangat bahagia ternyata memang
dugaanku benar, ia juga sangat mencintaiku
Ali berkata kepada Fatimah, Jadi maksudmu???
Fatimah pun berkata, Ya wahai cintaku, kau benar, pemuda itu bernama
Ali bin Abi Thalib sang pujaan hatiku.
Subhanallah, Betapa Indahnya Kisah Cinta antara Ali Bin Abi Thalib Dan
Fatimah Az-Zahra. Maha Suci Allah, Dialah yang mengatur segalanya.
Dialah yang telah mengatur jodoh, rezeki, pertemuan, dan maut dari
setiap insan di Dunia.