Anda di halaman 1dari 198

Daftar Isi

1. Cinta Dalam Diam………………………………………………….……..…..4


2. Allah Ga Akan Ninggalin Kamu…………...…………………………………8
3. Senyum Itu Ibadah…………..……………………………………………….12
4. Jangan Takut, Allah Bersama Kita….……………………………………….15
5. Hubungan Ga Direstui,Gimana Cara Ngadepinnya?......................................20
6. Let It Be, Yuk Move On!………………..…………………………………...24
7. Shalat Untuk Mengubah Nasib…….………………………………………..30
8. Selalu Ada Cerita Baik Setelah Berserah Kepada Allah…………………....37
9. Cara Curhat ke Allah Saat Baper……………………………………..……..47
10.Read dong chatnya………………………………………………………….56
11.Tiga Amalan Menjemput Jodoh …………...………………..……………...60
12.Tiga Amalan Untuk Mengetuk Pintu-Pintu Rejeki…………………………70
13.Menjaga Perasaan Adalah Sunnah Nabi……………………………………77
14.Topik Chat Favorit Agar Hubungan Menjadi Awet………………………..87
15.Tiga Jenis Hati Manusia Menurut Al Quran………………………………..93
16.Cara Nge Block dosa………………………………………………………101

2
17.Istighfar Para Nabi………………………………………………………...107
18.Tips Sabar Menjalani Kesulitan Hidup……………………………………120
19.Syukur itu Sayap untuk Terbang ke Langit………………………………..126
20.Di Like Sama Allah………………………………………………………..131
21.Tiga Sifat Pasangan yang Dibenci Allah…………………………………..136
22.Agar Doa Menjadi Senjata…………………………………………………149
23.Saat Ribut Dengan Pasangan………………………………………………154
24.Nasehat Nabi Agar Tidak Marah…………………………………………..159
25.Berakad dengan Allah……………………………………………………..167
26.Serahin Aja Sama Allah, Pasti Beres……………………………………...171
27.Senangkan Hati Ibu dan Ayahmu…………………………………………178
28.Belajar dari 10 Sahabah yang Dijamin Surga…..…………………………183
29.Belajar Memaafkan dari Abu Bakr………………………………………..190
30.Istiqomah…………………………………………………………………...195

3
Cinta Dalam Diam

Cinta dalam diam adalah cinta orang-orang sholeh. Cinta orang- orang yang
berserah kepada Allah, berharap kepada Allah. Cinta dalam diam adalah cinta yang
diawali karena Allah. Lalu ia sampai ke puncaknya bersama dengan ridha Allah.
Cinta dalam diam adalah cinta yang ceritanya penuh dengan doa, rasa haru,
bersahaja dan air mata kebahagiaan.Cinta dalam diam biasanya ada kejutan dan
pertolongan Allah dengan cara yang tidak diduga-duga.Cinta dalam diam adalah
cinta sejati yang tumbuh abadi.
Cinta dalam diam adalah cintanya Fatimah dengan Ali. Mari kita renungkan
sejenak bagaimana cara Ali mencintai Fatimah dengan indah.
Ketika suatu hari Ali melihat Fatimah membersihkan luka dan kotoran di
baju Nabi, setelah Baginda dilempari oleh orang-orang yang membencinya. Betapa
penyayangnya Fatimah.Betapa penuh cintanya Fatimah. Betapa mulianya Fatimah.
Maka sejak hari itu diam-diam Ali menyimpan perasaan cinta kepada
Fatimah. Diam-diam Ali menaruh hati kepada Fatimah.

4
Tapi dia tidak mau mengungkapkan rasa itu kepada Fatimah. Untuk menjaga
Fatimah agar tidak terusik dengan rasa yang belum halal diantara mereka, dia ingin
memuliakan Fatimah sebagai seorang putri Rasulullah.
Ali tidak ingin merusak cinta yang suci dengan menjalin hubungan yang
Allah tidak suka. Ali takut, jika Allah mencabut rasa itu dari hatinya. Sehingga,
diam-diam Ali berusaha mengumpulkan mahar yang pantas untuk meminang putri
Rasulullah.
Tapi tiba-tiba, ia mendengar Abu Bakar datang kepada Nabi untuk melamar
Fatimah. Betapa hancurnya hati Ali saat itu. Abu Bakar, ya, dia adalah laki-laki
yang sangat mulia, kaya dan dekat dengan Nabi. Dia sangat layak menjadi suami
Fatimah. Ali hanya bisa sabar dan pasrah.
Tidak lama setelah itu Ali mendapat kabar, bahwa ternyata lamaran Abu
Bakar ditolak oleh Fatimah, Ali senang mendengar berita itu. Tapi, tidak lama
berselang, laki-laki lainpun datang ke rumah Nabi. Dia adalah Umar bin Khatab,
sahabat mulia yang terkenal sebagai seorang kesatria, penuh kharisma, wibawa.
Ali kembali ke atas sajadahnya mengadu kepada Allah. Lalu esok hari
terdengar kabar, bahwa lamaran Umar pun ditolak oleh Fatimah. Tiba-tiba Ali
merasa bingung dan takut. Ia berfikir, jika orang seperti Abu Bakar dan Umar saja
ditolak, lantas bagaimana dengan dirinya?

Beberapa lama Ali diam, dan tidak berani menampakan diri di hadapan
Rasulullah. Pernah juga beberapa kali ia membulatkan tekad untuk menemui
5
Rasulullah dan menyampaikan keinginannya. Tapi, saat berada di depan pintu
Nabi, lagi-lagi Ali ketakutan dan kembali ke rumahnya tanpa hasil.
Hingga suatu hari, Nabi memanggilnya ke rumah beliau. Datanglah Ali
kepada Rasulullah, malu-malu. Duduk di depan Nabi sambil membatin, “Perlukah
aku sampaikan isi hati ini kepada Rasulullah?”
Lama Nabi memandang wajah Ali yang pucat itu. Nabi tersenyum dan tiba-
tiba bertanya, “Wahai Ali, aku tahu engkau memperhatikan Fatimah, apakah
engkau ingin meminangnya?”
Tiba-tiba Ali kaget, haru, bingung sambil menahan nafas, Ali menjawab
“Iya, ya Rasulullah.” Kemudian ia tertunduk pasrah, menunggu jawaban apapun
dari mulut Nabi yang mulia, “Adakah mahar yang engkau miliki di rumahmu
wahai Ali?” tanya Nabi.

Itu adalah jawaban bahwa Nabi menerima lamaran Ali,


yaaaa Allah…

Betapa senangnya hati Ali saat itu, meski kemudian dia kembali tersadar
untuk menjawab pertanyaan Nabi tentang mahar, “Saya hanya punya sebilah
pedang ya Rasulullah, baju zirah dan seekor onta milik saya.”

Nabi kembali tersenyum, “Adapun pedang, simpanlah karna engkau


membutuhkannya untuk berjihad di jalan Allah. Sedangkan onta, engkau
6
membutuhkannya untuk perjalanan mencari nafkah bagi keluargamu. Maka
jadikanlah baju zirahmu sebagai mahar untuk Fatimah.”
Seketika itu Ali merasa jadi orang paling beruntung di dunia. Memanglah
benar, dia adalah lelaki paling beruntung di dunia setelah lamarannya diterima
oleh Nabi dan Fatimah.Itulah kisah cinta dalam diam. Cinta, yang dijaga dibawah
naungan ridha Allah.

7
Allah Ga Akan
Ninggalin Kamu

Siapa dari kita yang tidak merasa pernah ditinggalkan? Semua kita pernah.
Seorang anak ditinggalkan orangtuanya sebagai yatim. Ayah Ibu, ditinggalkan
anak-anaknya saat sudah tua dan lemah.
Mungkin diantara kita ada yang pernah ditinggalkan oleh orang yang
dicintainya. Ditinggalkan sahabatnya. Ditinggalkan teman-temannya. Ditinggalkan
sendiri dan lemah oleh orang-orang yang selama ini ia harapkan selalu ada
untuknya.
Jangan bersedih. Karna ada yang tidak pernah meninggalkan kita sendiri,
dialah Allah. Dia selalu ada saat kita membutuhkanNya, Dia dekat, Dia mendengar
curhat hambaNya. Ketika engkau merasa sendiri, ingatlah kisah Nabi.
Dahulu beliau juga pernah merasa sedih. Ketika wahyu tidak turun selama
beberapa waktu. Setiap hari Nabi menunggu kedatangan Jibril diatas bukit.Tapi
Jibril tidak muncul. Padahal, sebelum itu Jibril selalu datang menemui Nabi setiap

8
hari. Menyampaikan ayat-ayat Allah yang mulia. Mengajarkan agama kepada
Nabi.
Tapi kini, sudah berhari-hari Jibril tidak datang. Sampai orang-orang yang
membenci Nabi mengatakan,
“Muhammad telah ditinggalkan oleh setannya”
“Muhammad telah ditinggalkan oleh setannya”
Semakin sedih, semakin sedih hati Nabi karna itu. Karna Nabi adalah orang
yang paling mengerti arti kehilangan.
Sejak kecil beliau sudah merasakan kehilangan. Kehilangan Ayah, ketika ia
masih dalam kandungan. Lalu ia lahir sebagai anak yatim. Kehilangan Ibu, dan
Kakek tercinta, sejak ia masih berusia anak-anak. Nabi merasa, apakah kini beliau
harus kehilangan lagi?
Kehilangan Jibril sebagai sahabat sejati dan guru baginya. Atau kehilangan
Allah tempat mengadu dan mengiba. Itulah yang dirasakan Nabi waktu itu. Sedih
dan khawatir akan ditinggalkan oleh Allah dan Jibril yang mulia.
Setelah berhari-hari merasakan kesedihan, kesendirian, bahkan diolok-olok
oleh musuhnya. Allah-pun mengutus Jibril untuk turun diatas ka‟bah. Nabi melihat
cahaya di ka‟bah, sehingga beliau bergegas kesana. Berharap itu adalah Jibril. Dan
benarlah, itu adalah Jibril.
Nabi tersenyum bahagia. Beliau bertanya “Wahai Jibril, kenapa selama
berhari-hari engkau tidak datang menemuiku?”

9
Jibril menjawab, “Wa ma natanazzalu illa bi amri rabbik. Kami tidak turun
kecuali sesuai dengan perintah dari Rabb mu wahai Muhammad”
Lalu Jibril mengatakan “Wahai Rasulullah, ada pesan dari Allah untukmu.
Allah berfirman : wadhuhaa, walaili idzaa sajaa, maa wadda’aka rabbuka wamaa
qola. Demi waktu dhuha, demi waktu malam apabila telah sunyi, Tuhan-mu tidak
pernah meninggalkanmu, atau benci kepadamu.”
Inilah surat yang mulia, surat Ad- Dhuha. Surat yang menjadi pesan khusus
dari Allah untuk setiap hamba yang bertanya,
“Apakah Allah meninggalkan saya?”
“Apakah Allah membenci saya?”
“Apakah Allah tidak suka kepada saya?”
Inilah jawaban Allah, “Maa wadda’aka rabbuka wamaa qola. Tuhanmu
tidak pernah meninggalkanmu wahai hamba-Ku dan juga tidak benci kepadamu.”
Sekarang, jangan sedih lagi. Seandainya engkau merasa ditinggalkan oleh
manusia. Larilah kepada Allah yang Maha Penyayang dan tidak akan pernah
meninggalkanmu. Dia tidak meninggalkanmu saat dulu engkau seorang pendosa
Apalagi sekarang ketika engkau mulai mendekat kepadaNya.
Belajarlah menikmati kebersamaan dengannya dalam sujud panjangmu,.
Dalam doa dan munajat. Karna siapapun yang merasa nikmat saat berdua dengan
Allah. Maka dia tidak akan pernah sedih lagi,dia tidak akan pernah merasa
kehilangan seseorang yang diharapkan ada untuknya lagi,

10
Itulah rahasianya. Ketika kita merasa kehilangan, Belajarlah menikmati dan
khusyu di dalam sujud dan doa panjang.

11
Senyum Itu Ibadah

Senyum itu bukan hanya sekedar ibadah atau sedekah. Tetapi dia juga
sebuah keajaiban. Banyak hal baik yang akan dirasakan melalui sebuah senyuman.
Sehingga Nabi mengingatkan kita untuk tidak meremehkan senyuman ini,
meskipun mudah.
Kata Nabi “Laa tah qirona minal ma’rufi syay yia walau antalqohaka bi
wajhin tholiq. Janganlah engkau meremehkan sekecil apapun meski hanya sekedar
engkau bertemu saudaramu dengan wajahmu yang berseri-seri.”
Kenapa Nabi menyuruh kita memperhatikan senyum sebagai hal yang
istimewa dan penting?Karna dalam senyum itu Allah menyediakan keajaiban yang
luar biasa.
Senyum, bisa menjadi obat yang sedang sedih dan sakit hati. Senyum,
adalah hiburan bagi orang yang sedang gelisah dan takut. Senyum adalah
kehangatan.

12
Senyum adalah bumbu didalam hubungan yang mulai terasa hambar.
Senyum, meski hanya sebuah emoticon di pesan text, tetapi itu adalah jalan keluar
saat anda mendapat masalah dengan seseorang.
Senyumlah kepada orang yang sedang marah, maka senyummu akan
menjadi air yang memadamkan api amarahnya. Senyumlah kepada muridmu yang
melakukan kesalahan, maka ia akan mengingat kesalahan itu sepanjang hidupnya
dan tidak akan pernah mengulanginya lagi.
Senyumlah kepada Ayah Ibu, itu adalah bakti seorang anak yang membuat
mereka ridho kepada kita. Meski kita tidak pernah bisa membayar pengorbanan
mereka, tapi senyum itu sudah cukup bagi mereka.
Senyumlah kepada istri atau suamimu, maka Allah akan tumbuhkan rasa
cinta di hatinya untukmu. Senyumlah kepada anakmu, maka mereka akan
merasakan kasih sayang yang dalam dari orangtuanya, kasih sayang yang akan
menjadi modal hidup mereka untuk bahagia dan menjadi manusia berharga.
Senyumlah kepada orang yang memusuhimu, maka dia akan menjadi
pembela dan sahabat setiamu. Senyumlah kepada takdir, sehingga Allah akan
mengubah masalahmu menjadi anugerah.
Hari ini kita bisa tersenyum dengan wajah berseri. Jangan kikir dalam
memberi senyuman. Karna jika senyum itu adalah ibadah, ia menjadi ibadah yang
ringan tetapi bernilai tinggi di sisi Allah.

13
Kadang engkau merasa tidak ingin tersenyum karna marah, kecewa atau
ego. Tetapi, paksakan dirimu. Karena senyuman yang diberikan karena Allah,
tidak akan pernah membuatmu menyesal.
Cobalah tersenyum, meski hatimu merasa sempit. Karna senyum itu akan
melapangkan hatimu, saat itu juga. Sejatinya, kebaikan itu akan kembali lagi
kepada orang yang melakukannya.

Allah berfirman: “Hal jazaa ul ihsan, ilal ihsan. Adakah balasan satu
kebaikkan kecuali kebaikkan juga.”

Tersenyumlah, maka engkau akan melihat keajaiban terjadi dalam hidupmu.

14
Jangan Takut,
Allah Bersama Kita

Para ulama mengatakan bahwa merasakan ma’iyyah atau kebersamaan

Allah dalam kehidupan kita adalah bentuk dari iman. Sehingga semakin baik iman
seseorang kepada Allah. Semakin baik yakin seseorang kepada Allah. Semakin
kuat bersandarnya seseorang kepada Allah.Maka semakin kerasa ma’iyyah Allah
dalam kehidupannya.
Apa arti ma’iyyah? Ma’iyyah itu artinya kebersamaan, itu merasakan bahwa
Allah itu tidak jauh. Allah itu membersamai kita dalam segala urusan kita. Allah
membersamai kita, ketika kita punya masalah sehingga Allah yang menolong.
Allah membersamai kita, ketika kita sendiri sehingga Allah yang akan mengisi
ruang berfikir kita dan rasa di hati kita. Allah membersamai kita, ketika kita
kecewa atau sedih sehingga, Allah Subahanallahu Wa Ta‟ala akan menghibur kita.

15
Sehingga jika kita ingin menjalani hidup penuh dengan percaya diri, kita
ingin menghilangkan rasa khawatir yang berlebihan. Kita ingin mengobati kecewa
dan sedih kita tentang sesuatu. Belajarlah merasakan ma’iyyah Allah atau
kehadiran Allah, kebersamaan Allah didalam hidup kita.
Coba kita renungkan kisah-kisah bentuk-bentuk ma’iyyah Allah dalam
kehidupan orang-orang yang Allah ceritakan kisahnya di dalam Al-Quran.
Misalnya ketika Allah Subahanallahu Wa Ta‟ala mengutus Nabi Musa untuk
berdakwah kepada Fir‟aun di dalam surat Thaha atau di dalam surat Al-Qasas
Allah menceritakan.
Di dalam surat Thaha, Allah ketika awal mengutus Nabi Musa untuk
berdakwah kepada Fir‟aun. Allah mengatakan, “Laa takhofaa ini ma’akuma asma
u wa’ aro. Jangan khawatir wahai Musa dan Harun sesungguhnya Aku bersama
kalian berdua mendengar dan melihat.”
Artinya Allah terlibat di dalam segala urusan yang sedang dijalani oleh Nabi
Musa dan Nabi Harun. Sehingga ketika Nabi Musa datang menghadapi Fir‟aun,
Nabi Musa membawa modal itu. Bahwa dia tidak datang sendiri, dia tidak datang
berdua dengan Harun, tetapi bertiga dengan Allah.
Jadi ketika kita merasakan ma’iyyah Allah, merasakan bahwa Allah
membersamai kita. Kita ngga akan merasakan kesendirian lagi. Ada Allah bersama
kita. Makanya ketika Musa datang menghadapi Fir‟aun yang menjadi raja paling
kuat di muka bumi. Nabi Musa pede kenapa? Karna Nabi Musa datang kepada raja
yang paling kuat di muka bumi, bersama dengan Raja Langit dan Bumi.
16
Sehingga ketika Fir‟aun mengancam Nabi Musa, Nabi Musa merasa ada
Allah bersama dengannya. Nabi Harun merasa ada Allah bersama dengannya.
Sehingga itulah yang menjadi kekuatan mereka berdua berdakwah kepada Fir‟aun.
Dan benarlah, ma’iyyah kebersamaan Allah itu, Allah tunjukan dalam banyak
mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa. Sejak pertama kali Fir‟aun
menantang Nabi Musa untuk sihir, Allah menunjukan mukjizat ular kepada
penyihir-penyihir Fir‟aun.
Kemudian Allah tunjukan mukjizat berupa belalang, kemudian rayap,
kemudian kodok, kemudian berbagai macam jenis mukjizat yang Allah datangkan
untuk memberi tahu kepada Fir‟aun bahwa Musa, tidak datang sendiri. Tapi Musa
datang bersama Rabb-nya, Rabb-nya yang membersamai dia dalam setiap
langkahnya.
Sampai puncaknya, ketika Nabi Musa dikejar oleh pasukan Fir‟aun. Lalu
Nabi Musa bersama dengan pengikutnya terjebak dihadapan lautan dan dibelakang
mereka ada musuh yang siap untuk membunuh dan membantai mereka. Tiba-tiba
Bani Israil yang mengikuti Nabi Musa mengatakan, “Yaa Musa, bagaimana
sekarang nasib kita. Kita sudah tidak tahu harus lari kemana. Kita ngga punya
pilihan. Kita tinggal sendiri. Sebentar lagi Fir‟aun akan membantai kita dan kita
tidak ada siapa-siapa yang menolong kita.”
Ketika orang-orang Bani Israil ketakutan dan mengeluh kepada beliau, apa
jawaban Nabi Musa? “Kalla inna ma’iyyah rabbi sayahdin, sesungguhnya bersama
dengan saya ada Rabb saya yang akan memberi jalan keluar atau petunjuk.”
17
Ini jawaban mantep banget dari mulutnya Nabi Musa yang mulia. Beliau
yakin, Allah ngga pernah ninggalin beliau.
Sejak pertama beliau berangkat dari Mesir ke Madyan. Di Madyan, Allah
menolong Nabi Musa kemudian Allah berikan kepada Nabi Musa keluarga dan
tempat bernaung. Persis seperti Allah sampaikan kepada Nabi Muhammad di
dalam surat Ad-Dhuha “Alam yajidka yatiman fa awa wawajada ka dholan fahada,
waawa jada ka’an illa faaghna.”
Nabi Musa merasakan betul ma’iyyah kebersamaan Allah sejak beliau bayi.
Saat ibunya menghanyutkan beliau ke sungai Nil, kemudian beliau tinggal di
dalam istana musuhnya, kemudian beliau diusir ke negeri Madyan. Kemudian
sekarang beliau kembali ke Mesir untuk berdakwah kepada Fir‟aun. Nabi Musa
yakin, Allah ngga pernah ninggalin beliau.
Sehingga ketika Bani Israil merasa galau, khawatir, takut, bingung. Mereka
mengatakan, “Wahai Musa celaka kita, celaka kita, tidak ada yang menolong kita
sekarang. Di depan kita ada lautan, dibelakang kita ada musuh”
Dengan tenang Nabi Musa mengatakan, “kalla.”
“Kalla” itu kalimat yang penuh percaya diri. Kalau hanya “la” masih ada
sedikit rasa bimbang, tapi “kalla” itu sekali-kali tidak. Artinya percaya diri banget
kita ngga mungkin celaka. Kita ngga mungkin dalam keadaan dibiarkan oleh
Allah. “Kalla inna ma’iyyah rabbi sayahdin. Sesungguhnya bersamaku, ada Rabb-
ku yang akan memberi jalan keluar dari masalah ini.”

18
Sehingga Allah Subahanallahu Wa Ta‟ala, memberikan wahyu kepada Nabi
Musa untuk menghentakan tongkatnya di batu, tiba-tiba terbelahlah laut merah dan
Allah memberi petunjuk kepada Nabi Musa dan pengikutnya untuk menyeberang
diantara dua laut yang sudah terbelah itu.
Inilah ma’iyyah. Inilah modal hidup kita. Sehingga kalau kita merasa hidup
kita sendiri, lemah, bingung, tidak berdaya, ingat “Laa tahzan, innallaha ma’ana.”
Belajarlah merasakan kebersamaan Allah dalam kehidupan kita. Bukankah itu
yang dikatakan Nabi kepada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar mengatakan, “Yaa
Rasulullah, di dalam gua Tsur kita hanya berdua ya Rasul, musuh kita banyak.
Bagaimana ini?”
Abu Bakar khawatir, lalu Nabi mengatakan dengan tenang “Ma dzonuka bist
nain yaa Aba Bakr, innallaha tsalistu huma, kenapa Engkau berfikir kita hanya
berdua wahai Abu Bakar, bukankah Allah yang ketiga? Laa tahzan, innallaha
ma’ana. Jangan khawatir, jangan takut, jangan sedih, Allah bersama kita.”
Maka temen-temen yang dimuliakan Allah, Laa tahzan. Kalau temen-temen
merasa sendiri. Laa tahzan kalau temen-temen merasa ditinggalkan. Laa tahzan
kalau temen-temen merasa lemah ngga berdaya. Rasakanlah bahwa Allah
membersamai kita selama kita ada di jalan Allah dan terus berharap kepada Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala. Laa tahzan, innallaha ma’ana, kalla inna ma’iyyah robbi
sayahdin.

19
Hubungan Ga
Direstui,Gimana Cara
Ngadepinnya?

Hubungan ga direstui, terus gimana cara kita menghadapinya? Judul ini


bukan hanya masalah jodoh. Tapi juga bisa kita renungkan dalam kasus-kasus
yang berbeda. Masalah pekerjaan yang ditolak lamarannya. Masalah karir yang
mungkin tidak sesuai dengan harapan kita. Masalah usaha dan pekerjaan yang
mungkin nggak sesuai ekspetasi kita.
Artinya banyak hal dalam hidup kadang terjadi tidak sesuai dengan apa yang
kita harapkan. Lalu bagaimana cara kita menghadapinya? Coba kita renungkan
satu firman Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 216.

20
Di ayat 216 itu Allah berfirman : “Wa 'asaaa ang takrohuu syai`aw wa huwa
khoirul lakum, wa 'asaaa ang tuhibbuu syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallohu
ya'lamu wa angtum laa ta'lamuun dan bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal
itu baik untuk kalian, dan bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal itu buruk
untuk kalian dan Allah lebih tahu, sedangkan kalian tidak tahu.”
Itu adalah nasehat dari Allah langsung kepada kita yang merasa. Hubungan
kita tidak direstui, ketika kita melamar seorang perempuan, ditolak oleh calon
mertua kita. Ketika kita melamar suatu pekerjaan, ditolak oleh perusahaan. Ketika
kita melakukan suatu usaha bisnis, malah kita dirugikan, di zolimi oleh partner
kita. Atau contoh-contoh lain dalam kehidupan kita sehari-hari.
Maka Allah memberi nasehat kita. Jangan khawatir. Jangan dulu kalian
merasa bahwa hidup kalian sudah berakhir karna peristiwa itu. Janganlah kalian
merasa bahwa kalian mendapatkan masalah besar. Janganlah kalian merasa bahwa
ketika lamaran kalian ditolak, berarti kalian tidak punya lagi perempuan untuk
kalian nikahi yang lebih baik darinya.
Ketika hubungan kalian tidak direstui jangan sampai kalian buru-buru
menyimpulkan seolah-olah kalian tidak punya jodoh yang layak lagi di dunia ini.
Kenapa Allah memberi nasehat, “Bisa jadi sesuatu yang kalian cintai itu adalah
keburukan bagi kalian. Bisa jadi sesuatu yang kalian benci itu adalah kebaikkan
untuk kalian.”
Dan ada satu kalimat yang paling penting di akhir ayat ini kalimatnya, “Dan
Allah lebih tahu, sedangkan kalian tidak tahu.”
21
Ditolaknya lamaran kita. Tidak direstuinya hubungan kita. Ruginya kita
dalam suatu perniagaan. Batalnya suatu urusan, suatu rencana dalam kehidupan
kita.
Tidak selalu berarti keburukan, jangan dulu kita berfikir bahwa kita sedang
mendapatkan sebuah musibah besar atau kerugian besar atau kemalangan besar,
belum tentu.
Karna apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, terjadi dengan seizin
Allah. Ngga ada satupun daun yang jatuh dari pohon ke atas tanah, kecuali dengan
seizin Allah. Ngga ada satu tetes air hujanpun yang jatuh ke atas tanah, kecuali
dengan seizin Allah. Semua yang terjadi dari timur dan barat, malam dan siang.
Semuanya terjadi dengan seizin Allah. Begitulah kehidupan kita.
Sehingga kalau apa yang kita alami itu terjadi dengan seizin Allah. Maka
belajarlah percaya, Allah lebih tahu dan kita ngga tahu. Allah lebih tahu apa yang
terbaik untuk kita dan kita ngga tahu. Wallohu ya'lamu wa angtum laa ta'lamuun.
Belajar yakin Belajar ridho dan pasrah kepada Allah. Karena begitu kita
merasa lebih tahu daripada Allah, maka kita akan kecewa. Begitu kita merasa lebih
tahu dari Allah, kita akan sedih. Begitu kita merasa lebih tahu dari Allah, kita akan
putus asa. Begitu kita merasa lebih tahu dari Allah, kita akan katakan semua ini
sudah berakhir.
Sebaliknya kalo kita merasa tidak tahu apa-apa. Pasrah dengan kehendak
Allah dan Allah lebih tahu yang terbaik untuk kita. Maka itu akan melahirkan sifat
ridho, menerima dengan ketentuan Allah.
22
Itu akan melahirkan sikap tenang “Alaa bizikrillaahi tathma`innul-quluub.”
Bukankah ketika seseorang inget Allah. Bahwa semua ini adalah dengan
kehendak Allah.Maka hatinya menjadi tenang.
Kalo sesuatu terjadi di dalam kehidupan temen-temen. Tidak sesuai dengan
harapan dan keinginan temen-temen. Katakan kalimat terakhir di ayat 216 surat
Al-Baqarah “Wa 'asaaa ang takrohuu syai`aw wa huwa khoirul lakum, wa 'asaaa
ang tuhibbuu syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallohu ya'lamu wa angtum laa
ta'lamuun”

23
Let It Be,
Yuk Move On

Ada salah satu hadits Nabi Shallahu Alaihi Wassalam tentang bagaimana
caranya biar kita gampang move on. Bukan hanya dalam masalah hubungan kita,
tetapi juga dalam semua urusan kehidupan kita. Karna banyak orang yang ngga
bisa move on dari sebuah ujian, dari sebuah kegagalan, dari sebuah masalah.

Sehingga dia terus menerus dalam kondisi berkeluh kesah dan itu bikin
hidup kita jadi ngga produktif. Nah gimana caranya biar kita move on? Nabi
Shallahu Alaihi Wassalam mengajari kita satu hadits. Kata Nabi, “Jika engkau
tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau mengakatan seandainya aku
lakukan demikian dan demikian, tetapi katakanlah qodarallah maa syaa’a faa’al.
Ini sudah menjadi ketentuan Allah apa yang Allah kehendaki maka itu akan Allah
lakukan atau terjadi.”
24
Didalam hadits ini Nabi Shallahu Alaihi Wassalam mengajarkan kepada kita
untuk belajar menerima sesuatu yang sudah terjadi dalam kehidupan kita. Yang
artinya apa yang sudah terjadi itu ngga mungkin kita perbaiki. Kita ngga bisa
kembali ke masa lalu untuk mengulang peristiwa itu kembali dan memperbaikinya
agar tidak sampai kepada hasil yang kita takutkan. Itu ngga mungkin.

Yang kita bisa lakukan adalah memperbaiki masa depan. Kalau apa yang
sudah terjadi menurut kita adalah sesuatu yang buruk, maka kedepannya kita
mencoba memperbaiki agar keburukan itu tidak berulang, atau tidak bertambah.

Sehingga orang yang beriman ketika dia mengalami sesuatu dalam


hidupnya, idzaa ashobaka syai’un kalau engkau mendapatkan suatu musibah yang
engkau tidak suka, Falaa taqul. Kata Nabi, “Jangan pernah engkau katakana lau
anni fa’antulkana kadzaa wa kadzaa. Seandainya saya sebelumnya, atau tadi, atau
kemarin, melakukan ini, begini, begini, mungkin ngga akan terjadi.”

Nah jangan katakana lau, kenapa? Karna dalam hadits yang lain Nabi
mengatakan, lau itu adalah ucapan syaithon. Lau itu berasal dari syaithon, lau itu
adalah bisikan syaithon. Sehingga siapa yang banyak mengatakan lau, yang dalam
bahasa Indonesia disebut kalau. Berarti dia membiarkan ucapannya, fikirannya,
dan perasaannya dikendalikan oleh syaithon. Sehingga orang-orang yang sering
mengatakan, “Seandainya, jikalau dan seterusnya”. Dia akan larut dalam
penyesalan, larut dengan andai-andai, berangan-angan. Larut dalam keluh kesah.

25
Dan itu bukanlah sifat orang yang beriman. Sehingga ketika kita bicara
tentang gimana bisa move on dari sesuatu yang pernah kita tangisi, yang pernah
kita sesali, yang membuat kita terpuruk.

Cara untuk kita bisa move on adalah pertama katakan, “Qodarallah maa
syaa’a faa’al” ini sudah menjadi ketentuan Allah, maka apa yang Allah kehendaki,
Allah lakukan. Apa yang Allah kehendaki, maka terjadi. Sehingga kita menjadi
lega, bahwa ini bukan lagi bagian saya, tetapi ini bagian Allah.

Bagian kita adalah mengikhtiarkan sesuatu yang belum terjadi, tetapi apabila
sudah terjadi itu sudah menjadi bagian takdir, atau bagian Allah. Maka sikap yang
paling bijak dalam menghadapi sebuah takdir yang sudah terjadi adalah
kembalikan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala dan kita fokus kepada masa
depan. Kita fokus kepada apa yang belum terjadi. Kita fokus kepada apa yang
masih bisa kita usahakan. Bukan apa yang tidak mungkin lagi kita usahakan.

Karna takdir yang sudah terjadi itu sudah menjadi ketetapan Allah di langit.
Sehingga ngga bisa lagi kita coret-coret, stabilo, kita delete, kita hapus, kita kasih
tipex. Sudah ngga bisa karna itu sudah terjadi. Kalau bahasa Nabi dalam hadits
Ibnu Abbas itu, “Rufi’atilaqlam wa jufatis shuhuf. Pena sudah diangkat dan kertas
sudah kering.” Maksudnya apa?

Maksud dari pena sudah diangkat itu, pena untuk menulis takdir itu sudah
diangkat sehingga takdir sudah selesai dituliskan. Dan kertas untuk menulis
26
takdirpun sudah kering dengan tintanya sehingga sudah ngga bisa dihapus. Itu
maksud Nabi.

Sehingga bagian itu kita ngga perlu lagi otak-atik dengan fikiran khayalan
kita, dengan andai-andai kita. Apalagi dengan perasaan kita yang penuh
penyesalan yang berlebihan. Itu sudah bukan bagian kita.

Bagian kita adalah melakukan sesuatu yang akan terjadi, bagian kita adalah
mengikhtiarkan sesuatu hari ini dan besok. Bukan yang kemarin. Maka ini adalah
tips atau nasehat dari Nabi Shallalahu Alaihi Wassalam agar kita bisa move on.
Kembalikan apa yang sudah terjadi kepada Allah, sisanya adalah mengikhtiarkan
sesuatu yang lebih baik.

Dalam Al-Quran juga Allah memberi nasehat kepada kita tentang move on
dengan kalimat, “Fa idzaa faroghta fangshob, kalau kamu sudah selesai dengan
suatu urusan, farogh dalam bahasa Arab artinya kosong. Arti kosong sudah ngga
ada lagi yang tersisa, sudah lewat gitu. Arti farogh juga sesuatu yang sudah tidak
bisa dirubah. Arti farogh juga sesuatu yang sudah habis.”

Maka kalau hari ini adalah hari Sabtu misalnya. Maka hari Jumat adalah hari
yang sudah selesai, farogh. Ngga mungkin lagi kita otak-atik. Nah kalau sudah
farogh, sudah selesai, sudah habis, sudah kosong. Fa idzaa faroghta fangshob,
maka bersungguhlah-sungguhlah terhadap urusan yang lain. Itu nasehat Allah, dan
tahukah kita? Ayat ini Allah letakkan setelah apa?
27
Setelah kalimat, “Fa inna ma'al-'usri yusroo, inna ma'al-'usri yusroo, fa
idzaa faroghta fangshob. Sungguhnya bersama dengan kesulitan, ada kemudahan.
Bersama dengan kesulitan, ada kemudahan. Maka kalau kamu sudah selesai
dengan suatu urusan, artinya sudah lewat. Maka bersungguh-sungguhlah kepada
urusan yang lain.”

Ini nasehat Allah agar kita bisa move on. Apa yang sudah berlalu, sudahlah.
Jangan sampai menghambat kita tentang masa depan, tentang hari ini, tentang hari
esok. Sudah biarin aja yang sudah berlalu, kita perlu mengambilnya sebagai
pelajaran untuk masa depan, tetapi bukan meratapi masa lalu. Dua hal yang
berbeda.

Ada orang yang mengingat masa lalu untuk melangkah lebih baik di masa
depan. Ada orang yang mengingat masa lalu hanya untuk merapati kegagalannya,
kerugiannya, kehancurannya, sakit hatinya, musibahnya. Ini dua hal yang sangat
berbeda.

Maka fangshob, bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang masih ada


dihadapanmu. Dan setelah kalimat fangshob, Allah tutup surat tersebut dengan
kalimat, “Wa ilaa robbika farghob, dan kepada Tuhan-mu lah engkau berharap.”

Ini adalah motivasi dari Allah dan Rasul agar kita bisa move on. Satu, kalau
kita mengalami sesuatu yang tidak kita sukai dalam hidup, maka jangan pernah
mengatakan, “seandainya”. Artinya mengeluhkan apa yang terjadi di masa lalu dan
28
berandai-andai untuk bisa kembali ke masa itu. Tapi katakanlah, “Qodarallah maa
syaa’a faa’al. katakanlah ini adalah ketentuan Allah, apa yang Allah kehendaki
terjadi.

Kedua, kalau kita mengalami sesuatu yang tidak baik di masa lalu dan itu
sudah berlalu, hari kemarin sudah lewat, bulan kemarin sudah lewat, tahun
kemarin sudah lewat, musim yang lalu sudah berlalu, sudah berganti dengan
musim yang lain maka fangshob artinya, bersungguh-sungguhlah terhadap musim
berikutnya, hari berikutnya, tahun bulan minggu berikutnya waktu berikutnya.

Kita fokus kepada apa yang ada dihadapan kita dan wa ilaa robbika farghob
dan artinya tetaplah berharap kepada Allah dengan yang baik-baik. Wa ilaa
robbika farghob, itulah motivasi hidup kita, mudah-mudahan kita bisa move on
dari apa yang sudah terjadi, dan fokus dengan apa yang harus kita lakukan, hari ini
dan besok.

29
Shalat untuk
Mengubah Nasib

Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman: “yaaa ayyuhallaziina

aamanusta'iinuu bish-shobri wash-sholaah, innalloha ma'ash-shoobiriin. Wahai


orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.
Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.”

Kita sering mendengar ayat ini disampaikan oleh para ulama, para da‟i, para
ustadz tentang bahwa, salah satu cara menjemput pertolongan Allah Subhanallahu
Wa Ta‟ala itu adalah dengan melakukan ibadah shalat. Pertanyaannya adalah,
shalat yang seperti apakah yang bisa menjemput pertolongan Allah dalam
kehidupan kita, pada saat kita mengalami ujian yang berat. Banyak orang yang
bilang :

“Saya shalat, tapi kok hidup saya gini-gini aja?”

30
“Saya sudah shalat, tapi kok doa saya belum diijabah?”

“Saya sudah shalat tapi kok masalah saya belum selesai?”

“Saya sudah shalat, tapi kok musibah saya terus beruntun tidak pernah
berhenti.”

“Saya sudah shalat tapi kok musibah terus terjadi dalam hidup saya?”

Sehingga kita perlu belajar. Shalat seperti apa yang bisa mejemput
pertolongan Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala secara ajaib? Mari kita renungkan
sebuah kisah yang pernah disampaikan oleh sahabat Annas bin Malik Radhiallahu
Anha. Bahwa dahulu di masa Nabi, ada seseorang laki-laki di kota Madinah yang
melakukan perjalanan antara Syam dan Madinah untuk berdagang.

Di tengah perjalanan laki-laki ini dirampok oleh para perampok. Dia


diberhentikan oleh seorang laki-laki kemudian hartanya diambil, lalu setelahnya
laki-laki itu menghunuskan pedang kepada orang ini. Pedagang ini mengatakan,
“Wahai Fulan, jika engkau menginginkan hartaku ambilah, tapi biarkan aku
melanjutkan perjalanan.”

Perampok itu mengatakan, “Adapun harta itu sudah menjadi miliku,


sekarang aku menginginkanmu. Aku ingin membunuhmu.”

31
Merasa tidak punya pilihan akhirnya pedagang ini mengatakan, “Wahai
Fulan, jika engkau ingin menyakitiku, membunuhku, maka lakukanlah. Tetapi
sebelumnya, berilah aku kesempatan untuk melaksanakan shalat dua rakaat.”

Lalu perampok ini mengatakan, “Ya sudah kalau begitu, shalatlah. Aku akan
berikan engkau waktu sebentar.”

Maka pedagang ini pun mendirikan shalat dengan shalat yang sangat
khusyuk. Di dalam shalat laki-laki ini setelah membaca Al-Fatihah dia membaca
sebuah ayat didalam surat An-Naml ayat 62. Apa ayatnya?

Dia membaca kalimat, “Am may yujiibul-mudhthorro idzaa da'aahu wa


yaksyifus-suuu`a wa yaj'alukum khulafaaa`al-ardh, a ilaahum ma'alloh, qoliilam
maa tadzakkaruun. Bukankah ialah Allah yang memperkenankan doa orang yang
dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadaNya. Dan menghilangkan kesusahan. Dan
menjadikan kalian sebagai khalifah di muka bumi. Apakah disamping Allah ada
Tuhan lain yang patut disembah atau dimintai pertolongan? Sedikit sekali dari
nikmat Allah yang kalian ingat.”

Inilah ayat yang dibaca oleh pedagang tadi ketika dia shalat dua rakaat. Dia
membaca kalimat ini dengan penuh penghayatan dan perenungan. Dia mentadaburi
ayat ini, “Am may yujiibul-mudhthorro idzaa da'aahu wa yaksyifus-suuu`.
Bukankah dialah Allah yang memperkenankan doa-doa orang yang dalam
kesulitan, dan menghilangkan kesusahan?”
32
Dia menghayati ayat ini, dia mentadaburi ayat ini. Sehingga munculah rasa
yakin dihatinya bahwa harapannya satu-satunya saat ini adalah Allah yang
yujiibul-mudhthor, dia dalam kondisi mudhthor. Kondisi kesulitan, dalam kondisi
terancam. mudhthor itu bisa berarti dalam kondisi teancam, kesulitan, kesusahan,
dan berbagai macam makna dari ketidakberdayaan.

Siapa yang yujiibul-mudhthor, siapa yang akan memperkenankan doa orang


yang tidak berdaya selain Allah? Wa yaksyifus-suuu` dan menghilangkan
kesusahannya selain Allah? Maka mulai munculah rasa yakin didalam hati laki-
laki ini setelah membaca ayat tersebut.

Setelah selesai dia melakukan shalat, kemudian dia mengangkat kedua


tangannya. Dia berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-nama Allah yang
mulia, “Yaa Rabbi, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih, wahai Tuhan Yang Maha
Penyayang, wahai Tuhan Yang Memiliki Arash yang mulia, wahai Tuhan Yang
Maha Menampakan Makhluk, wahai Tuhan Yang Maha Mengembalikan, wahai
Tuhan Yang Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki, aku mohon dengan
cahayaMu yang memenuhi sudut-sudut arash-Mu. Hamba mohon kepadaMu
dengan kekuasaanMu yang menguasai makhlukMu, dan dengan rahmatMu yang
meliputi segala sesuatu. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau yaa
Allah. Wahai Tuhan Yang Maha Penolong, tolonglah aku.”

33
Laki-laki ini berdoa dengan meminta kepada Allah dengan menyebut
kebesaran Allah di arash, menyebut cahaya-cahaya yang dimiliki oleh Allah yang
meliputi arash-Nya yang mulia. Tiba-tiba setelah selesai berdoa, munculah seorang
laki-laki dengan pakaian hijau bercahaya, dia mengendarai seekor kuda berwarna
abu, dia mengeluarkan pedang.

Lalu perampok tadi mencoba untuk menyerang laki-laki berkuda itu, tetapi
laki-laki berkuda itu menendang dengan kudanya sehingga perampok ini
terhempas, terjatuh. Kemudian laki-laki tersebut membunuh perampok itu seketika.

Kemudian pedagang itu bertanya, “Siapakah Tuan?”

Lalu penunggang kuda itu menjawab, “Ketahuilah saya adalah malaikat


yang turun dari langit ketiga. Ketika kamu berdoa kepada Allah, kali yang pertama
kami para malaikat mendengar suara gemerincing dari pintu-pintu langit. Sehingga
malaikat bertanya-tanya: „Apa yang sedang terjadi?‟ Tiba-tiba munculah doamu
yang kedua, hingga pintu-pintu langit terbuka dan nampaklah cahaya yang sangat
benderang dan di doamu yang ketiga, datanglah malaikat Jibril kepada kami seraya
berseru:„Siapakah diantara kalian wahai para malaikat yang mau menolong hamba
Allah itu?‟ Lalu aku memohon kepada Allah agar Ia mengizinkanku melaksanakan
tugas ini. Wahai hamba Allah, ketahuilah barang siapa yang berdoa dengan doa
yang engkau baca tadi ketika dalam kesedihan, penderitaan dan dalam keadaan

34
sedang susah, maka Allah akan melepaskannya dari kesedihan dan akan
menolongnya.”

Itulah salah satu kisah tentang keajaiban shalat. Seorang pedagang yang
dengan shalat itu Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala mendatangkan pertolongan yang
luar biasa dalam masalahnya. Pertanyaannya adalah apa rahasia shalat pedagang
itu sehingga Allah mendatangkan malaikat khusus yang menunggang kuda
berwarna abu lalu malaikat ini membunuh perampok yang ingin mencelakai
pedagang itu?

Salah satu rahasia shalat pedagang itu kata para ulama adalah dia melakukan
ibadah shalat dengan ihsan seperti yang dikatakan Nabi tentang bab ihsan,
“anta’budallah ka’anaka tarah failam takun tarah, fainnahu yarabb. Ketika
engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat Allah, jika engkau
tidak bisa melihat Allah, maka yakinlah Allah melihatmu.”

Disini Nabi mengajarkan kepada kita tentang shalat yang terkoneksi


langsung dengan Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Terkoneksi dalam yakin dan
iman, sampai seolah-olah kita melihat Allah. Artinya ketika kita bisa shalat seolah-
olah kita melihat Allah, lalu dengan kondisi seperti itu kita meminta pertolongan
Allah dengan penuh keyakinan. Itulah shalat yang mendatangkan pertolongan
Allah, atau kalau kita ngga bisa membayangkan kalau kita melihat Allah, karna itu
memang sulit, maka yakinlah Allah melihat kita dan itu pasti.

35
Artinya bahwa Allah pasti mendengar kita, melihat kita, dan sedang
menunggu apa yang kita butuhkan. Maka orang yang bisa melakukan shalat dalam
keadaan benar-benar seperti sedang bertemu dengan Allah, lalu dia meminta
pertolongan Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala seperti pedagang tadi. Maka shalatnya
itulah yang disebut di dalam Al-Quran, wasta'iinuu bish-shobri wash-sholaah.
Shalat yang bisa mendatangkan pertolongan ]Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Semakin sering kita melakukan shalat dengan ihsan, benar-benar seperti


bertemu dengan Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Kalau kita ngga bisa ngerasain
bagaimana cara menghayati kita melihat Allah, yakinlah Allah melihat kita. Dan
kalau kita bisa mendawamkan ini dalam shalat lima waktu dan dalam shalat
sunnah-sunnah kita yang lain, terutama shalat tahajud. Maka insyaAllah shalat kita
sudah menjadi jalan keajaiban dalam kehidupan kita.

36
Selalu Ada Cerita Baik,
Setelah Berserah
Kepada Allah

Ada sebuah kisah yang cukup inspiratif tentang masalah tawakal. Ini terjadi
di dalam kehidupan seorang shalihin, jadi ini bukan kisah Nabi atau para sahabat
karna kalau kisah Nabi kita tahu banyak banget tentang masalah tawakal begitu
juga dengan sahabat.

Kali ini kita coba renungkan kisah seorang shalihin, seorang laki-laki shalih
yang terkenal di masa lalu, namanya Hatim Al Ashom. Hatim Al Ashom adalah
seorang laki-laki yang tuna rungu atau tidak bisa mendengar. Sehingga dengan
keterbatasannya itu dia menjadi orang yang miskin tidak punya pekerjaan tetap.
37
Hatim Al Ashom punya sebuah keinginan untuk berhaji karna setiap tahun
dia melihat orang melakukan ibadah haji dan dia sampai saat ini belum bisa
melakukan rukun islam yang ke lima tersebut. Setiap kali orang-orang pulang
berhaji dia selalu bertanya, gimana keadaan di Mekah, gimana keadaan di
Madinah, gimana dengan thawaf dan seterusnya. Seolah-olah dia ingin sekali
melakukan ibadah haji seperti mereka, tetapi dia tidak mampu.

Namun dia tidak berputus asa terhadap rahmat Allah, sehingga dia terus
meminta kepada Allah dan berdoa agar Allah beri kemampuan untuk berhaji.
Suatu hari putrinya melihat Hatim Al Ashom sedang duduk di depan rumah
dengan wajah bersedih. Putrinya bertanya dengan bahasa isyarat yang artinya,
“Kenapa Ayah bersedih?”

Hatim kemudian menjawab, “Wahai anakku, ini adalah akhir dari bulan
Dzulqa‟dah sebentar lagi masuk bulan Dzulhijah atau bulan haji. Dan aku berharap
bisa melakukan ibadah haji.”

Kemudian anaknya mengatakan dengan bahasa isyarat, “Berangkatlah wahai


Ayah, kenapa Ayah tidak melakukannya sekarang?”

Hatim Al Ashom kemudian mengatakan, “Aku tidak punya biaya, dan aku
juga tidak punya nafkah untuk ditinggalkan bagi kalian.”

38
Kemudian putrinya memberi isyarat menunjuk ke langit bahwa, “Allah
Maha Kaya, Allah yang akan memampukan dan memberi biaya untuk Ayah, dan
Allah juga yang akan memberikan nafkah untuk kami.”

Dengan wajahnya yang berseri-seri, putrinya meyakinkan Ayahnya sehingga


akhirnya Hatim Al Ashom meminta izin kepada istrinya dan kepada seluruh anak-
anaknya untuk berangkat haji tahun ini.

Maka dengan keterbatasan bekal yang dimiliki oleh Hatim, berangkatlah


Hatim untuk melakukan ibadah haji dengan cara berjalan di belakang sebuah
rombongan haji yang lain. Sedangkan ia meninggalkan nafkah untuk keluarganya,
makanan yang cukup hanya 3 hari saja.

Ketika di tengah perjalanan, ketua rombongan haji tersebut yang paling kaya
raya tersengat kalajengking di malam hari. Sehingga dia mengalami panas tinggi,
kesakitan karna racun, lalu semua orang mencari-cari tabib yang bisa mengobati
dan meruqyah orang ini karna dia mulai mengigau.

Lalu Hatim pun menawarkan diri, maka Hatim pun mencoba untuk
mengobati orang tersebut sambil berdoa, sambil membaca ayat-ayat ruqyah
sehingga akhirnya orang itu pun sembuh.

Setelah dia sembuh, dia berterimakasih kepada Hatim, kenalan, singkat


cerita dia mengatakan, “Semua biaya yang engkau butuhkan untuk haji, berangkat
dan pulang akan saya yang tanggung.”
39
Maka Hatim pun melihat ke langit, dia bersyukur sekali kepada Allah. Lalu
dia berdoa, “Yaaa Allah, Engkau telah tunjukan kebesaranMu dengan memberi
saya kemampuan untuk berhaji ditengah jalan. Maka tunjukan juga kasih
sayangMu kepada keluarga yang saya tinggalkan.”

Di rumah Hatim, istri dan anak-anak Hatim hidup dengan segala


keprihatinan mereka punya bekal yang ditinggalkan oleh Hatim hanya untuk 3 hari
saja. Setelah 3 hari berlalu, hari ke 4 mereka mulai kebingungan karena anak-
anaknya Hatim yang kecil mulai menangis karna lapar.

Lalu istri Hatim menyalahkan putrinya, yang paling besar, yang sulung,
yang paling semangat mendorong Ayahnya untuk berangkat haji. Istri Hatim
mengatakan kepada putri sulungnya, “Wahai putriku, sekarang bagaimana dengan
kita? Bekal makanan kita sudah habis, sedangkan Ayah kita sudah pergi jauh. Apa
yang akan kita makan? Siapa yang akan menafkahi kita sekarang?”

Ketika istri Hatim memarahi putrinya, putri sulungnya justru tersenyum


sehingga ibunya malah bingung dan bertanya, “Wahai putriku kenapa engkau
malah tersenyum? Bukankah kita sedang kelaparan sekarang?”

Maka putrinya dengan tenang bertanya kepada Ibundanya, “Yaa Ummah,


wahai Ibu, Ayah itu Ar-Razzaq au aqilurizq, pemberi rizqi atau pemakan rizqi?”

Ibunya dengan spontan menjawab, “Ayah itu pemakan rizqi sedangkan


pemberi rizqi adalah Allah.”
40
Maka putrinya dengan tenang mengatakan, “Wahai Ibu, yaa Ummah
pemakan rizqi itu telah pergi sedangkan pemberi rizqi bersama dengan kita. Dan
tidak akan meninggalkan kita.”

Tiba-tiba terdengarlah seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Lalu dari


dalam istri Hatim bertanya, “Siapa?”

Lalu utusan itu mengatakan, “Saya utusan raja yang ingin meminta minuman
kepada kalian”

Akhirnya istri Hatim memberikan air kepada utusan tersebut. Lalu ketika
utusan itu memberi air kepada raja,raja meminumnya ternyata rasa air itu sangatlah
nikmat bagi raja. Sampai raja bertanya, “Ini kamu dapatkan air darimana? Saya
belum pernah meminum air senikmat ini.”

Lalu utusan tersebut mengatakan, “Dari rumah Hatim, dari sumurnya


Hatim.”

“Hatim siapa?” Kata raja.

“Hatim Al Ashom, Hatim si tuli.” Jawab utusannya.

Maka kemudian sang raja mulai mengingat, karna nama Hatim termasuk
nama yang cukup terkenal diantara nama orang-orang shalih. Akhirnya raja ini
melepaskan sabuk pinggangnya, yang di dalamnya ada emas dan permata dan

41
memberikan kepada utusan mengatakan, “Berikan ini sebagai hadiah dan ucapan
terimakasih kepada Hatim Al Ashom.”

Lalu raja ini mengatakan lagi kepada pejabat-pejabatnya, “Siapa diantara


kalian yang mencintai saya, maka lakukanlah seperti yang saya lakukan.”

Akhirnya pejabat-pejabat raja ini juga ikut membuka sabuk mereka dan
memberikan hadiah kepada keluarga Hatim, tapi tiba-tiba diantara rombongan raja
ada seorang laki-laki yang kaya, pedagang yang sukses, dia mengatakan, “Biar
saya beli semua sabuk pinggang itu.”

Lalu setelah dibeli dengan emas, maka sabuk itu diberikan kembali kepada
raja, karna dia ingin menghargai rajanya. Dan emas itu diberikan kepada keluarga
Hatim Al Ashom. Tahukah kita seberapa banyak emas yang diberikan itu? Hampir
memenuhi seluruh ruangan di dalam rumah Hatim Al Ashom, dan emas itu bisa
dipakai untuk mereka makan dan hidup sampai akhir hayat mereka.

Setelah mendapat banyak kebaikkan ini tiba-tiba putri sulungnya Hatim Al


Ashom menangis, Ibunya malah semakin bingung, “Yaa bunayyati, wahai putriku
kenapa engkau menangis?”

Putri sulung ini mengatakan, “Yaa Ummah, manusia biasa, hamba biasa
begitu baik hati dan merasa kasihan kepada kita, lalu memberikan kita semua harta
ini.Aku hanya membayangkan bagaimana Allah nanti di hari kiamat ketika melihat

42
kita, sedangkan Allah adalah rajanya para raja yang lebih Rahman dan lebih Rahim
daripada semua raja.”

Inilah contoh diantara kebaikan-kebaikan yang muncul dengan tawakal


kepada Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala dengan tawakal yang benar, makanya Nabi
mengatakan dalam sebuah hadits, “Lau annakum kuntum tatawaqalluna
‘alallahahi haqqo tawaqullih laarziqtum kama yurzaquthoir taghdu ghimashon wa
taruhubithonan, seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal, menyerahkan
hidup kalian kepada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki
sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada seekor burung, ia pergi di pagi hari
dalam keadaan lapar dan dia kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.”

(HR. Tirmidzi)

Allah juga berfirman didalam sebuah ayat tentang tawakal, kata para ulama
tafsir ayat ini adalah ayat inti dari tawakal yang ada di dalam Al-Quran. Surat At-
Talaq ayat 2 dan 3dimana Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman :

“Wa may yattaqillaaha yaj'al lahuu makhrojaa, wa yarzuq-hu min haisu laa
yahtasib, wa may yatawakkal 'alallohi fa huwa hasbuh, innalloha baalighu amrih,
qod ja'alallohu likulli syai`ing qodroo, barang siapa yang bertakwa kepada Allah
maka Allah akan memberikan baginya jalan keluar dan Dia akan memberikan
untuknya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang
bertawakal atau menyerahkan hidupnya kepada Allah, niscaya Allah akan
43
mencukupkan segala keperluannya, sesungguhnya Allah melaksanakan urusanNya
dengan baik. Sesungguhnya Allah telah menjadikan segala sesuatu itu ada
ukurannya.”

Inilah ayat tentang tawakal, dimana Allah berjanji siapa yang menyerahkan
urusannya atau tawakal kepada Allah, fa huwa hasbuh, Allah akan mencukupkan
segala urusannya. Allah akan mencukupkan dia, akan mencukupkan segala
kebutuhannya, segala hajatnya, segala masalahnya akan Allah cukupkan
pertolongan untuk dia.

Selama dia bisa bertawakal kepada Allah, dengan sebenar-benar tawakal.


Allah ngga akan kecewakan dia, selalu ada berita baik. Pertanyaannya adalah, apa
itu tawakal yang sebenar-benarnya, haqquttawaqullih?

Kata para ulama, tawakal yang sebenar-benarnya, haqquttawaqullih itu ada


2 syaratnya. Pertama, atsiqohbillah. Atsiqoh artinya kita percaya bahwa Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala ngga bakal ninggalin kita. Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala
ngga bakal ngecewain kita. Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala ngga mungkin akan
membiarkan tawakal kita, kepasrahan kita itu menjadi sia-sia. Itu ngga mungkin,
ini namanya atsiqohbillah.

Syarat yang kedua adalah kita tidak menyimpang dari jalan Allah, ketika
kita sedang menunggu datangnya pertolongan Allah, ngga berputus asa. Ngga

44
mungkin seseorang mengatakan,”Saya serahkan urusan saya kepada Allah, tetapi
dia mengambil jalan yang berseberangan dengan syariat Allah, itu ngga mungkin.

Misalnya, dia berdagang dengan mengatakan, “Saya serahkan rizki saya


kepada Allah.” Tetapi dia berdagangnya curang, dia korupsi, dia menzolimi orang
lain. Dia mengambil hak orang lain. Maka itu bukan tawakal, orang yang seperti
ini tidak akan pernah melihat keajaiban dari pertolongan Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala dalam hidupnya.

Maka, perhatikan syarat yang kedua dari tawakal. Tidak keluar dari batasan
Allah. Atau dalam bahasa lain disebut dengan tidak berputus asa. Sehingga dia
mengambil jalan lain selain jalan yang sudah Allah gariskan.

Ada poin penting tentang tawakal, bahwa tawakal itu bukan berarti kita tidak
berikhtiar. Karna ikhtiar adalah ibadah fisik, zahir yang Allah perintahkan kepada
kita. Sedangkan tawakal adalah ibadah batin, hati, yang Allah juga perintahkan
kepada jiwa kita.

Maka pertanyaannya, apakah kita sudah tawakal dalam urusan-urusan hidup


kita? Untuk mendapatkan sebuah pertolongan dari Allah, mendapat keajaiban dari
Allah, agar Allah cukupkan segala kebutuhan kita.

Apakah kita sudah tawakal dalam urusan jodoh? Apakah kita sudah benar-
benar tawakal dalam urusan pekerjaan kita? Seandainya kita benar-benar tawakal
dalam urusan jodoh, pekerjaan, karir dan seterusnya harusnya kita bisa ngerasain
45
hati kita itu, hati yang tenang. Orang yang masih galau tentang masalah jodoh,
setelah mungkin ikhtiarnya maksimal, berarti ada masalah dengan tawakal di
hatinya.

Maka yuk teman-teman yang baik hati, kita belajar tawakal menyerahkan
urusan hidup kita kepada Allah, sehingga nanti kita akan ngeliat keajaiban terjadi
di dalam hidup kita dengan seizin Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

46
Cara Curhat ke Allah
Saat Baper

Hal pertama yang perlu kita tahu dan kita belajar yakin adalah Allah itu
senang kalau kita curhat kepadaNya. Ketika kita sedang curhat kepada Allah,
sungguh Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala memandang kita dengan pandangan kasih
sayang.

Allah lebih pengasih, lebih gampang kasihan kepada hambaNya, daripada


seorang ibu kepada anak-anaknya. Jadi kebayang ngga temen-temen? Kalau
misalnya kita lagi pengen curhat sama ibu kita atau sama ayah kita, ketika kita ada
masalah. Seberapa ngga teganya orangtua kita untuk membiarkan kita sendiri
dalam masalah. Allah lebih ngga tega.

47
Seberapa gampangnya orangtua kita kasihan, sehingga akhirnya dia mau
berdamai dengan segala kekurangan kita atau mau berdamai dengan
kekecewaannya, karna sifat kasihannya yang lebih besar daripada marahnya.
Sungguh, Allah lebih besar sifat kasihan daripada seorang ibu kepada anaknya. Ini
hal yang perlu kita tahu.

Makanya Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman di dalam surat An-Naml


ayat 62 : “Am may yujiibul-mudhthorro idzaa da'aahu wa yaksyifus-suuu. Siapakah
yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepadaNya dan kemudian Ia menghilangkan kesusahan darinya.”

Ini adalah firman Allah, janji Allah kepada kita saat kita lagi dalam keadaan
susah, lagi baper, lagi lemah, maka Allah mengatakan, “Am may yujiibul-
mudhthorro idzaa da'aah.” Siapa yang akan menjawab orang yang sedang dalam
keadaan mudhthor. Mudhthor itu dalam keadaan yang sangat terdesak. Pernah
ngga kita ngerasa terdesak banget dengan suatu urusan, terdesak banget dengan
sikap orang lain, merasa sangat terpukul dengan ucapan-ucapan orang lain. Maka
am may yujiibul-mudhthor, siapa yang bisa menjawab doa atau memperkenankan
harapan orang yang dalam keadaan terdesak seperti itu selain Allah.

Jadi, Allah itu senang kalau kita meminta kepadaNya. Makanya berkali-kali
di dalam Al-Quran Allah berjanji untuk memperkenankan doa dan curhat
hambaNya. Allah mengatakan : “Wa izaa sa`alaka 'ibaadii 'annii fa innii qoriib,

48
ujiibu da'watad-daa'i izaa da'aan. Kalau hambaKu bertanya kepadamu tentang
Aku, katakana Aku dekat.”

Jadi, Allah itu pengen kita tahu bahwa Allah itu dekat banget sama kita.
Sehingga kita ngga perlu mencari Allah susah payah. Kita ngga perlu nelfon Allah,
lalu di reject atau ngga nyambung. Kita ngga perlu japri Allah, kemudian ngga di
read. Allah itu dekat sekali dengan kita, bahkan kata Allah: “Wa nahnu aqrobu
illaihi min hablil warid. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat nadinya atau
urat lehernya.”

Ini menunjukan bahwa, Allah itu seneng kalau kita lagi ada masalah, lagi
sedih, lagi baper, lagi terdesak, kita ngomong sama Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.
Allah seneng banget kalo kita curhat kepadaNya, Allah seneng kalau kita sering-
sering berdoa kepadaNya. Justru, Allah itu ngga suka kalau kita ada masalah terus
kita ngga ngomong sama Allah.

Makanya, Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :


“Manlamyasanillah yaghdhob ‘alaih, siapa yang tidak meminta kepada Allah,
Allah marah sama dia. Laa’ta’jidu fii du’a fainnahu laa yahlilkamaa du’alihad,
janganlah kalian merasa lemah dengan doa, maka sesungguhnya tidak ada
seseorangpun yang celaka ketika dia berdoa. Laa yaruddulqodhoo illadu’aa, tidak
ada yang bisa merubah ketentuan atau qodho atau takdir, kecuali dengan doa.”

49
Ini menunjukan bahwa, Allah itu suka banget kalau kita curhat sama Dia.
Allah itu menunggu kita curhat ketika kita ada masalah. Sampai Allah sendiri yang
membangunkan hambaNya untuk berdoa. Bahkan dalam sebuah hadits, Nabi
menyampaikan : “Setiap malam Allah turun ke langit dunia.”

Kebayang ngga? Allah sendiri yang turun menyapa kita. Ibaratnya Allah
datang ke rumah kita, nanya : “Wahai hambaKu, ada masalah apa? Curhat sama
Aku.” Allah turun ke langit dunia, menyapa kita.

Apa kata Allah di langit dunia 1/3 malam terakhir?

“Halmiin dzihaajah? Adakah hambaKu yang butuh pertolongan?” Allah


pengin kita berdoa kepadaNya. Dan Allah itu ngga pernah ngecewain hamba yang
curhat kepadaNya. Jadi kalau kita curhat sama Allah udah pasti kita akan ditolong
oleh Allah.

Curhat kepada manusia itu bisa mengurangi kesedihan kita, tetapi ngga
selalu bisa ngedapetin solusi. Kalau curhat sama Allah? Mungkin kita ngga bisa
dengar secara langsung Allah bicara dengan kita, tapi dalam diam Allah memberi
keaiaiban dan pertolongan untuk kita.

Makanya selain curhat kepada manusia, curhat kepada Allah. Dan curhat
kepada Allah itu jauh lebih mudah daripada curhat ke manusia. Manusia kadang
capek dengar curhat kita, tetapi Allah engga. Allah malah seneng. Jadi ketika kita
curhat sama Allah, Allah itu lebih seneng daripada genk kita yang dengerin curhat
50
kita, atau yang lagi dengerin obrolan-obrolan yang seru diantara kita. Nah, Allah
lebih suka daripada dia mendengar curhat kita temen-temen.

Kita membaca dalam banyak cerita para anbiya tentang curhat-curhat


mereka kepada Allah. Salah satu yang terkenal itu adalah Nabi Yaqub Alaihi
Salam. Ketika beliau kehilangan Yusuf Alaihi Salam, kemudian beliau sakit, beliau
larut dalam kesedihan, sampai mata beliau buta karna menangis.

Anak-anaknya Yaqub bertanya kepada ayah mereka, kata anak-anaknya,


“Wahai ayah, sampaikan kepada kami apa masalah ayah? Curhatlah kepada kami.”
Apa jawaban Nabi Yaqub Alaihi Salam? “Innama atskubatsi wa huzni ilallah.
Sesungguhnya saya hanya akan mengadukan kesusahan dan kesedihan saya kepada
Allah.”

Jadi, Nabi Yaqub ngga curhat kepada anaknya bahkan. Kenapa? Karena
Nabi Yaqub ngga mau ngebebanin anak-anaknya. Makanya Nabi Yaqub curhat,
“Innama atskubatsi wa huzni ilallah. Jadi aku mengadukan kesedihan dan
kesusahanku hanya kepada Allah.” Itu contoh bagaimana Nabi Yaqub itu seneng
curhat kepada Allah.

Atau coba misalnya kita renungkan, nasehat Nabi Shalallahu Alaihi


Wassalam kepada ponakan beliau, yaitu Abdullah Ibnu Abbas. Saat Nabi sedang
dalam perjalanan dengan Abdullah Ibnu Abbas, maka Nabi mengatakan kepada
Abdullah : “Idzaa saalta fastalillah, waa idzaas ta’anta fastangin billah. Wahai
51
Ibnu Abbas, kalau kamu meminta sesuatu mintalah kepada Allah. Kalau kamu
membutuhkan pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala.”

Jadi disini Nabi juga lagi ngajarin kepada Abdullah Ibnu Abbas untuk kalau
curhat, minta tolong, ngadu masalah kita itu ke Allah aja jangan kepada makhluk.
Boleh kepada makhluk seperti ke orangtua, ke pasangan halal, ke temen dekat, tapi
jangan sampai itu lebih kita dahulukan daripada Allah. Pokoknya ketika kita lagi
ada masalah, Allah dulu yang kita curhatin, baru makhluk.

Dan curhat kita kepada Allah sekali lagi adalah jalan datangnya pertolongan
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Makanya tadi saya (Ustadz Hanan Attaki) bacakan
hadits Nabi tentang bagaimana doa itu bisa merubah takdir, bagaimana Allah
berjanji tidak akan celaka orang yang berdoa, bahkan Allah marah kalau kita ngga
berdoa kepadaNya. Terus Nabi juga bilang : “Laaisyaa syaai’un akrom ‘alallah
minadu’aa. Ngga ada yang lebih istimewa bagi Allah daripada doa.” Ini
menunjukan bahwa kalau kita emang butuh pertolongan yaudah minta aja sama
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Yang terakhir coba temen-temen renungkan curhat Nabi Shalallahu Alaihi


Wassalam ketika Nabi pulang dari Thoif. Kita tahu cerita di Thoif, Nabi itu dihina,
dicela, diusir, dilempari batu oleh penduduk Thaif. Sampai beliau terluka bahkan
mengeluarkan darah di pelipisnya.

52
Nah, ketika dalam keadaan seperti itu Nabi lagi sedih banget, Nabi lagi
terpukul banget, Nabi lagi dalam keadaan sangat lemah. Nabi sembunyi di sebuah
kebun kurma, kemudian beliau berdoa kepada Allah :

“Allahumaa ilayka atskusdhoo fa’ kuwwati, kepada


Engkaulah aku adukan lemahnya kekuatanku. Waa qilaa
takhilaathi, dan sedikitnya kemampuanku,

Waa hawaani, dan kehinaan diriku,

’Alannas, didepan manusia,

Yaa arhamaroohimiin, wahai Zat Yang Maha Penyayang


diantara yang penyayang,

Anta robbulmustaq’afiin, Engkaulah Tuhannya orang-


orang yang lemah,

Wa anta robbi, dan Engkaulah Tuhanku,

Illa man takilunii, kepada siapakah Engkau akan


menyerahkanku?

Illa ba’idin yataa jahamunii, apakah kepada orang jauh


yang akan menghinakanku?

53
Auu illa ‘aduwiin malaqtahuu amri, atau kepada musuh
sedangkan Engkau menguasai urusanku,

Illamyakunn bii ghodoobun ‘alayya falaa ubali, apapun


itu seandainya Engkau tidak marah kepadaku maka aku
tidak peduli,

Walaa qin’afiyyatakahiyaa ausaah ulii, akan tetapi


maafMu dan kasih sayangMu dialah yang paling aku
harapkan,

A’udubinuuri wajhikaa, aku berlindung dengan cahaya


wajahMu,

Alladzi asyroqoqduluumat, cahaya yang menerangi segala


kegelapan,

Waa sholluhaa ‘alahihi amrut dunyaa wal akhiroh,


cahaya yang dengannya menjadi baik semua urusan dunia
dan akhirat. Aku berlindung agar Engkau tidak marah
kepadaku, dan Engkau tidak murka kepadaku,

Walaa hawlaa wallaa quwwata illa biika, dan tidak ada


daya dan upaya kecuali dengan Engkau yaa Allah.”

54
Inilah doa Nabi Shalallahu „Alaihi Wassalam ketika beliau pulang dari Thoif
dalam keadaan terusir. Beliau curhat pajang kepada Allah. Ada satu kalimat yang
bisa kita renungkan disitu teman-teman.

Nabi bilang apa? “Yaa Allah, kepada siapa Engkau akan serahkan aku?
Kepada orang jauh yang tidak mengenalku dan akan menghinakanku? Atau kepada
musuh sedangkan Engkau menguasai urusanku? Apapun itu keputusanMu, asal
Engkau tidak marah kepadaku. Aku tidak peduli yaa Allah.” Lihat,betapa
indahnya curhat Nabi.

Ini namanya curhat teman-teman, mengadu kepada Allah, mengiba kepada


Allah, menyampaikan masalah kita kepada Allah. Sehingga muncul rasa kedekatan
kita dengan Allah, inni qoriiib. Maka saat seperti itulah kita akan melihat, Allah
terlibat turun tangan menyelesaikan masalah kita. Mudah-mudahan, mulai malam
ini, kita akan lebih tenang, lebih rileks, ketika kita sedang curhat sama Allah.

Kita sampaikan masalah kita satu per satu kepada Allah. Ngga usah
sungkan, ngga usah canggung sama Allah, Allah itu lebih tahu segala aib kita
daripada orangtua kita. Jadi udahlah, kita sampaikan saja segala rahasia kita
kepada Allah, supaya kita bisa merasa dekat dengan Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala.

55
Read dong Chatnya

Kali ini akan bahas tentang, adab atau etika ketika kita sedang ngambek
dengan pasangan. Atau ketika kita sedang ngambek dengan teman, ataupun dengan
orang-orang yang dekat dengan kita. Judul kita adalah, “Read dong japrinya,
jangan dilewat. Etika japrian sama suami ala Sayyidah Aisyah.”

Suatu ketika, Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam pernah sambil santai ngobrol
sama Sayyidah Aisyah, Nabi bilang gini : “Wahai Aisyah, aku tahu loh kapan
kamu sedang dalam keadaan nyaman kepadaku. Dan kapan kamu sedang dalam
keadaan tidak nyaman.” Kalau bahasa kita lagi bete.

Aisyah penasaran terus nanya, “Apa bedanya?” Kata Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam : “Kalau kamu sedang nyaman dengan aku, maka saat berbicara kamu
akan mengatakan „Waa robbi Muhammad, demi Tuhannya Muhammad.‟ Tapi
kalau kamu lagi ngga nyaman sama aku, saat berbicara kamu akan bilang, „Waa
robbi ibrohim, demi Tuhannya Ibrohim.‟”

56
Kemudian Aisyah Radhiallahu „Anha tersenyum dan beliau mengatakan,
“Laa ahjuruu illa ismak, wahai Rasulullah saya ngga akan ninggalin engkau,
kecuali hanya namamu.” Apa maksud dari kata-kata ini?

Ternyata, Aisyah itu punya sebuah kebiasaan, atau punya sebuah sikap
ketika beliau sedang ngambek sama Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dan
itu hal yang masih wajar, normal, karna semua orang ada masa-masanya happy,
ada juga masa-masanya lagi ngga karuan perasaannya. Apalagi cewe kalau lagi
datang waktu periode haidnya.

Sikap atau kebiasaan Aisyah itu ketika beliau sedang ngambek adalah
Aisyah mengganti nama Nabi dalam sumpahnya dari kalmiat, waa robbi
Muhammad menjadi waa robbi ibrohim. Lalu kata Aisyah, “Aku ngga akan
ninggalin engkau yaa Rasulullah ketika ngambek, aku hanya mengganti namamu.”

Ini adalah teladan yang sangat indah dari keluarga romantisnya Nabi dan
Aisyah. Artinya, Aisyah ngga pernah ninggalin Nabi walaupun sedang ngambek,
dia tetap menemani Nabi, dia tetap menunaikan kewajiban dan hak Nabi, dia tetap
berbicara dengan Nabi. Hanya, dia mengganti nama Nabi dalam sumpah-
sumpahnya. Karna orang Arab itu suka bersumpah, walaupun sumpahnya tidak
dimaksudkan untuk sumpah yang serius, lebih ke kayak penegasan sebuah berita.

Maka Aisyah mengganti nama Nabi dengan nama Nabi Ibrohim hanya itu
yang beliau lakukan. Ngga pernah tuh Aisyah lagi ngambek terus ngga mau
57
ngomong sama Nabi, atau malah menghindar dan pergi dari Nabi. Enggak.
Kenapa? Karna Aisyah perempuan sholihah. Tau hak suaminya, dia ngga mau
ninggalin suaminya walaupun dia sedang dalam keadaan ngga nyaman.

Sekali-kalinya Aisyah ngga bareng dengan Nabi karna sedih dan sakit
adalah saat Aisyah difitnah selingkuh. Aisyah minta izin itu juga kepada Nabi
untuk pulang ke rumah Abu Bakar, ayahnya. Dan Nabi mengizinkan. Sisanya
Aisyah ngga pernah ninggalin Nabi. Selalu berusaha untuk tetap berbuat baik
kepada suami, walaupun sedang dalam keadaan bete. Cuman ganti nama doang.
Nah apa pelajarannya buat kita temen-temen? Dan ini bukan hanya berlaku dari
seorang istri ke suami. Begitu juga sebaliknya atau lebih luas lagi kita dengan
keluarga kita, sahabat kita.

Banyak dari istri yang ketika lagi bete tuh mereka ngga mau baca WA, ini
mungkin suami-suami juga pernah ngerasa. Dia online, tapi dia ngga mau nge read
gitu. Sengaja dibiarin aja sampai beberapa hari. Pernah juga mungkin ada seorang
istri yang nge block suaminya. Sehingga ngga bisa japrian. Ngga bisa ditelfon.
Atau mungkin di rumah, dia itu diem terus ketika suaminya berbicara. Nah
sebetulnya ini adalah sikap yang kalau ditimbang dari kacamata syariat ini keliru.
Ini berlaku untuk istri dan suami yah.

Makanya, usahakan jangan sampai kita mendiamkan pasangan kita. Apalagi


orangtua kita, ibu kita. Kalau kita mendiamkan sahabat masih wajar, itupun ada

58
batasnya. Karna Nabi mengatakan : “Ngga boleh seorang mukmin itu mengabaikan
saudaranya lebih daripada 3 hari.” Ngga boleh, kenapa?

Karna ketika kita mengabaikan saudara kita, keluarga kita, atau sahabat kita
lebih dari 3 hari, berarti kita telah memutuskan silaturrahim dan merusak ukhuwah.
Makanya, cobalah berusaha untuk berdamai dengan cara menahan diri atau
berusaha untuk tetap berbuat baik, walaupun itu mungkin harus melawan ego kita
sendiri. Karna insyaAllah, “Hal jazaa ul ihsan illal ihsan. Adakah balasan
kebaikkan kecuali kebaikkan.” Jadi ngga mungkin kita melawan ego untuk berbuat
baik, terus kita jadi konyol ngga dapat apa-apa. Ngga mungkin. Allah yang akan
menyenangkan hati kita, dan membahagiakan hidup kita.

Jadi, temen-temen sekalian, yuk kita belajar untuk tetap buka japri-an,
nerima telfon, atau berkomunikasi walaupun kita dalam keadaan bete, seperti yang
dicontohkan Sayyidah Aisyah. Kalaupun kita misalnya, kalau lagi bete
ngomongnya mungkin udah ngga manggil sayang, udah ngga terlalu banyak
gimmick nya.

Yang penting tetap komunikasi, dan jangan sampai kita memutuskan


komunikasi atau hubungan dengan seseorang lebih daripada 3 hari. Mudah-
mudahan ini bisa memperbaiki perilaku kita.

59
Amalan Menjemput
Jodoh Secara Ajaib

Penantian adalah sebuah ujian. Karna penantian membutuhkan kesabaran.


Penantian, sesuatu yang berat untuk dijalani. “Saya (Ustadz Hanan Attaki) tahu
artinya penantian itu bagi teman-teman yang masih single. Karna saya (Ustadz
Hanan Attaki) juga pernah mengalaminya dulu, seorang pemuda, menjalani hari-
harinya dalam keadaan sendiri. Dengan segala macam ujian-ujian yang ada di
sekitarnya, itu ngga mudah. Bahkan jika seeorang tidak kuat, akan mungkin banget
dia untuk putus asa atau mengambil jalan yang salah.

Itulah kenapa Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam memberikan banyak nasehat


kepada para pemuda, agar mereka bisa istiqomah di jalan Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala. Karna Nabi tahu, masa-masa muda. Masa-masa single adalah masa-masa

60
yang penuh ujian. Masa-masa ketika dia harus bersabar dengan kesabaran yang
besar.

Nabi tahu banget, betapa besarnya keinginan dalam diri seorang pemuda
untuk punya pasangan yang halal. Betapa besarnya keinginan dari seorang
perempuan yang single, untuk mendapatkan perhatian, mendapatkan kasih sayang
dan ditemani hari-harinya. Sehingga ujian itulah yang menjadikan Nabi memberi
nasehat yang banyak dan istimewa untuk para pemuda.

Salah satunya adalah hadits Nabi tentang 7 golongan manusia di Padang


Mahsyar yang akan mendapatkan naungan Allah secara khusus dan istimewa.
Ketika banyak manusia kepanasan, kehausan. Maka Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala
memberikan naunganNya kepada beberapa golongan manusia. Sehingga mereka
tidak akan kehausan. Mereka tidak akan kepanasan. Siapakah 7 golongan yang
sangat istimewa ini? Yang mendapatkan senyuman dari Allah, kasih sayang dari
Allah. Perhatian dari Allah. Pandangan yang penuh dengan cinta dari Allah di
Padang Mahsyar. Siapakah mereka yang sangat istimewa itu?

Tahukah kita? Salah satu diantara 7 golongan itu adalah, syaabun nasyaa’a
fii ‘ibadatillah, pemuda yang tumbuh dalam keadaan taat kepada Allah. Para ulama
hadits sepakat, pemuda yang dimaksud di dalam hadits ini adalah mereka yang
masih single. Karna pada masa itu ujiannya paling berat. Pada masa itu fitnah-
fitnah yang ada di sekeliling mereka begitu luar biasa.

61
Maka buat temen-temenku yang merasakan ujian ini di dalam hatinya. Yang
merasa ingin segera memiliki pasangan halal. Yang merasa hampir berputus asa
untuk menanti jodoh yang datang mengetuk pintu orangtuanya. Yang merasa ingin
mengambil jalan pintas dengan cara berpacaran. Karna sudah lelah menunggu
jodoh dengan cara yang halal.

Bersabarlah, ingatlah nasehat Nabi kita. Nabi yang sangat pengertian kepada
ummatnya, Nabi yang menjadi teladan kita untuk menuntun kita sampai kepada
Allah dalam keadaan selamat. Nabi yang mendapatkan wahyu langsung dari Allah,
dan berita-berita yang kita ngga tahu. Ingatlah nasehat Nabi kita, ingatlah apa yang
dijanjikan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam kepada kalian. Rasul
berpesan khusus untuk kalian.

Teman-temanku yang masih single. Kata Nabi, “Kalian akan menjadi salah
satu, dari 7 golongan hamba-hamba Allah yang istimewa yang akan mendapatkan
naungan Allah di Padang Mahsyar. Yang akan mendapatkan perhatian khusus dari
Allah di Padang Mahsyar.” Apabila kalian bersabar temen-temen.

Bersabar untuk ngga pacaran, bersabar untuk tidak memberikan hati kalian
kepada orang yang belum halal bagi kalian. Bersabar, mengikhtiarkan pasangan
halal dengan cara-cara yang Allah ridhai. Bersabar, menunggu datangnya seorang
pangeran mengetuk pintu orangtua kalian dengan cara yang terhormat.

62
Bersabar, dengan tetap berpegang kepada janji Allah. Bahwa Allah
menciptakan semua hambaNya berpasang-pasangan. Waa khalaqnakuum azwajaa,
Kami ciptakan kalian berpasang-pasangan. Itu artinya kita harus yakin, bahwa kita
punya pasangan terbaik dari Allah dalam kehidupan kita.

Hanya mungkin kita belum bertemu dengannya hari ini, tapi mungkin besok,
tapi mungkin bulan depan, tapi mungkin tahun depan. Ini hanya soal waktu, bukan
soal ada ataupun tiada. Maka bersabarlah, karna dia pasti ada. Itu takdir yang
sudah Allah tetapkan untuk kehidupan kita. Waa khalaqnakuum azwajaa.

Kalau demikian, kenapa banyak orang yang meninggal dalam keadaan


single ustadz, berarti dia tidak punya jodoh dalam kehidupannya? Ngga gitu, kalau
dia meninggal dalam keadaan sendiri dan belum menikah, itu artinya jodohnya
sedang menunggunya di surga.

Itu artinya, Allah sendiri yang ingin menikahkan dia dengan pasangan
terbaiknya di dalam surga. Allah sendiri yang akan menjadi walinya. Allah sendiri
yang akan berjabatangan dengan calon suaminya. Dengan mengatakan, “Aku
nikahkan hambaKu denganmu.” Adakah wali yang lebih baik daripada Allah?
Allahu waliyyuladzi naa amanu, Allah-lah wali bagi orang-orang yang beriman.

Sehingga bersabarlah, semua orang punya jatah jodohnya masing-masing.


Bagaimana kalau jodohnya ternyata ngga seperti yang dia harapkan ustadz?

63
Bagaimana kalau jodohnya ternyata justru mengecewakan dan menyakitinya
ustadz? Ada 2 kemungkinan.

Kemungkinan pertama, Allah sedang menitipkan hambaNya kepada kita


agar melalui kita, Allah berikan dia petunjuk dan kebaikkan. Atau kemungkinan
yang kedua, dia adalah jalan kita untuk meraih keistimewaan disisi Allah dengan
sabar sehingga setelah itu kelak Allah akan nikahkan kita dengan orang yang lebih
baik dari dia, karna Allah ingin memberikan balasan kepada kita terhadap
kesabaran kita selama ini, maka bersabarlah.

Malam ini saya (Ustadz Hanan Attaki) ingin menyampaikan kepada temen-
temen, 3 amalan yang diajarkan Nabi dan para ulama untuk menjemput jodoh.
Selain kita berikhtiar dengan ikhtiar yang baik, para ulama juga memberi nasehat
kepada kita agar melakukan 3 amalan ini. Yang mudah-mudahan dengan 3 amalan
istimewa ini, Allah akan menyegerakan pertemuan kita dengan pasangan hidup
kita.

Khususnya perempuan yang mungkin memiliki keterbatasan dalam mencari


jodoh, dia hanya bisa menanti di rumahnya dengan sabar, sambil berdoa kepada
Allah. Agar pasangannya, imamnya, segera datang mengetuk pintu rumah
orangtuanya. Apa aja 3 amalan yang diajarkan Nabi dan para ulama kepada kita?
Agar kita bisa mendapatkan jodoh dengan cara yang lebih mudah.

64
Yang pertama, setiap kali teman-teman melakukan shalat, baik itu shalat
wajib maupun shalat sunnah. Terutama shalat tahajud di 1/3 malam terakhir
menjelang sahur. Ketika kita sujud, bacalah doa berikut ini : “Rabbi, laa tadzarni
fardan wa anta khairul warisin. Wahai Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku
sendiri. Sedangkan, Engkau sebaik-baik pemberi keluarga, pasangan dan
keturunan.”

Baca doa ini ketika sujud kita, terutama di sujud terakhir atau didalam shalat
tahajud kita. Setelah kita membaca doa sujud, : “Subhana robbiyal a’la wa
bihamdii, lalu bacalah doa ini, : “Rabbi, laa tadzarni fardan wa anta khairul
warisin.” Dawamkan, lakukan doa ini setiap hari, setiap malam, setiap sujud. Doa
ini adalah doanya para Anbiya, doanya Nabi Zakaria Alaihi Salam. Sehingga Allah
berikan kepada beliau keturunan terbaik, bahkan setelah istrinya sudah lanjut usia.

Doanya Nabi Ibrahim Alaihi Salam, sehingga Allah berikan kepadanya


keturunan yang shalih-shalih dari 2 istrinya, Sarah dan Hajar. Allah berikan kepada
Nabi Ibrahim, Ismail dan Ishaq. Dari Ishaq, Allah berikan cucu kepada Nabi
Ibrahim, Ya‟qub. Dari Ya‟qub, Allah berikan cicit kepada Ibrahim, yaitu Yusuf.
Semuanya para Nabi yang shalih, kenapa? Karna keajaiban dari doa, : “Rabbi, laa
tadzarni fardan wa anta khairul warisin.”

65
Doa ini bisa dibaca oleh teman-teman yang single, yang mengharapkan
seorang pasangan halal. Atau bisa juga dibaca oleh temen-temen yang sudah punya
pasangan, dan mengharapkan keturunan-keturunan yang shalih. Itu yang pertama.

Yang kedua, bacalah surat Al-Insyirah atau surat As-Asyarh yaitu, : “A lam
nasyroh laka shodrok. Wa wadho'naa 'angka wizrok. Allaziii angqodho zhohrok.
Wa rofa'naa laka zikrok. Fa inna ma'al-'usri yusroo. Inna ma'al-'usri yusroo. Fa
izaa faroghta fangshob. Wa ilaa robbika farghob.”

Bacalah surat ini pada malam Jumat menjelang sahur, yaitu 1/3 malam
terakhir. Antara jam 02.00 sampai jam 03.30 sampai jam 04.00 subuh. Bacalah
surat ini sebanyak 314 kali pada malam Jumat. Kenapa 314 kali? Karna itu adalah
jumlah para mujahid, pejuang diantara para sahabat dalam perang Badar.

Lalu setelah kita membaca 314 kali surat Al-Insyirah ini, terakhir bacalah
kalimat, : “Allahummasyrah Sadra awladi Adam wa banati Hawwa. Yaa Allah
bukakanlah hati, putra-putranya Adam atau putri-putrinya Hawwa.”
Apa maksudnya? “Yaa Allah, bukakanlah hati untukku, dari hati keturunan
Adam agar menjadi imamku atau keturunan Hawwa agar menjadi makmumku.” Ini
doa meminta jodoh, doa ini diajarkan oleh seorang Syaikh yang sangat terkenal di
Mesir. Seorang ulama tafsir yang bernama, Syaikh Tisyiq.
Beliau cukup terkenal di Mesir pada masanya. Banyak sekali ulama-ulama
Al-Ahzar yang menjadi muridnya. Beliau mengatakan, “Baca Al-Insyirah pada

66
malam Jumat 1/3 malam terakhir sebanyak 314 kali. Kemudian setelah itu baca
doa, : “Allahummasyrah Sadra awladi Adam wa banati Hawwa.”
Yang terakhir, yang ketiga. Sama, di malam Jumat atau di malam-malam
lain di 1/3 malam terakhir saat tahajud. Semuanya di waktu tahajud, karna waktu
tahajud adalah waktu yang paling istimewa. Tidak ada doa yang ditolak di waktu
tahajud. Baca.
Pertama baca surat Al-Fatihah setelah selesai shalat tahajud dan witir. Baca
surat Al-Fatihah, lalu baca surat pilihan apapun yang kita suka. Bisa Ar-Rahman,
bisa Al-Mulk, bisa Al-Insyirah yang tadi, Al-Ikhlas, apapun. Setelah itu, baca doa
berikut ini, :
“Laa ilaaha illallahu alhalimul kariim
Subahanallaha rabbal arsyil azhim
Alhamdulillahi rabbil alamin
Allahuma ini as aluka mujibati rahmatik
Wa ‘azaima magfiratik
Wassalamata min kulli ism
Wal ghanimata min kulli birr
Wal ismata min kulli zammb
Laa tada’li Zamban illa gafartah
Wa laa karban illa farrajtah
Wa laa hajatan hiya laka ridhan illa qadhaitaha ya arhamarrahimin.”

67
Laa ilaah, tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah.
Alhalimul kariim, Yang Maha Sabar terhadap hambaNya dan Yang
Maha Mulia.
Subahanallah, Maha Suci Allah.
Rabbal arsyil azhim, Tuhan pemilik arash yang agung.
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah, Rabb-nya alam
semesta.
Yaa Allah, Allahuma ini as aluka, sesungguhnya aku memohon
kepadaMu.
Mujibati rahmatik, Engkau perkenankan rahmatMu untukku.
Wa ‘azaima magfiratik, dan agungnya ampunanMu.
Wassalamata min kulli ism, Engkau selamatkan aku dari setiap dosa.
Wal ghanimata min kulli birr, Engkau berikan kepadaku, keuntungan
kebaikan dari semua ibadah dan amal shalih.
Wal ismata min kulli zammb, dan terpelihara dari setiap dosa-dosa
besar.
Laa tada’li Zamban illa gafartah, jangan Engkau biarkan untukku ada
satu dosa kecuali Engkau ampuni.
Wa laa karban illa farrajtah, dan tidak Engkau biarkan untukku satu
musibah kecuali Engkau berikan jalan keluar.
Wa laa hajatan hiya laka ridhan illa qadhaitaha ya arhamarrahimin,
dan jangan Engkau biarkan aku memiliki satu harapan dan keinginan
68
yang Engkau ridhai, kecuali Engkau tunaikan dan perkenankan. Wahai
Tuhan Yang Maha Penyayang,
Baca doa ini ketika kita selesai tahajud. Insyaa Allah dengan begitu, Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala akan memudahkan teman-teman dalam mendapatkan
pasangan yang baik, atau keturunan yang baik. Jika sudah punya pasangan, semoga
dengan 3 amalan ini, Allah akan mejaga hubungan pernikahan kita seperti Rasul
dan Khadijah, Ali dan Fatimah. Dari dunia sampai ke surga.

69
3 Amalan Untuk
Mengetuk Pintu-Pintu
Rejeki

Bulan-bulan ini banyak dari kita yang sedang mengalami kesulitan dalam
urusan financial, dalam urusan pekerjaan, penghasilan, dalam urusan rizki.
Diantara kita ada yang di PHK dari pekerjaannya, ada yang usahanya mulai
kesulitan. Bahkan beberapa sampai harus menutup usaha-usahanya.

Saya (Ustadz Hanan Attaki) punya temen, dia sebelumnya adalah seorang
EO (Event Organizer) dia biasa membantu event-event yang diadakan secara off
air. Tetapi hari ini dia jualan tahu, karna banyak event yang terpaksa dibatalkan
karna kondisi pembatasan sosial seperti sekarang.

70
Saya (Ustadz Hanan Attaki) juga punya seorang teman yang tadinya dia
punya usaha advertising, tetapi sekarang dia harus mengganti usahanya menjual
sembako. Banyak dari kita atau orang-orang yang kita kenal, hari ini mengalami
ujian rizki yang luar biasa gara-gara covid-19 ini.

Maka saya (Ustadz Hanan Attaki) ingin berbagi 3 nasehat dari para ulama
agar menjadi kunci pembuka rezeki kita ketika kita mengalami kesulitan dalam
mendapatkan penghasilan atau rizki yang halal. Apa 3 nasehat yang diajarkan
ulama kepada kita untuk membuka pintu-pintu rizki bukan hanya 1 pintu, tapi
banyak pintu sesulit apapun masalah kita, seberat apapun ujian kita, sementok
apapun jalan keluar yang sedang kita cari. Maka para ulama mengatakan, :
“Ketuklah pintu-pintu rizki itu dengan 3 amalan ini.”

Bukan 1 pintu temen –temen, tapi banyak pintu yang akan terketuk dengan
amalan ini sehingga mudah-mudahan ketika kita mendawamkan 3 amalan ini, satu
persatu dari 3 pintu-pintu rizki itu akan Allah buka untuk kita.

Yang pertama, amalkanlah ayat 1000 dinar. Tahukah temen-temen apa itu
ayat 1000 dinar? Ayat 1000 dinar adalah ayat ada di dalam surat At-Thalaq ayat 2
dan 3. Perhatikan firman Allah didalam ayat itu : “Wa may yattaqillaaha yaj'al
lahuu makhrojaa, wa yarzuq-hu min haisu laa yahtasib, wa may yatawakkal
'alallohi fa huwa hasbuh, innalloha baalighu amrih, qod ja'alallohu likulli syai`ing
qodroo. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan berikan

71
untuknya jalan keluar, dan akan menganugerahkan kepadanya rizki dari jalan yang
tidak diduga-duga. Dan barang siapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah,
Allah akan akan mencukupkannya, Allah Maha Kuasa melakukan apapun yang
Dia inginkan.dan Allah telah memberikan ketetapan atas segala sesuatu sesuai
dengan kadarnya.” Inilah yang dikenal dengan ayat 1000 dinar. Kenapa? Karena
sebagian ulama mengatakan, : “Ayat ini adalah pintu untuk mendapatkan 1000
dinar.”

1000 dinar itu ungkapan tentang rizki yang berlimpah, harta yang banyak
sehingga siapa yang ingin dimudahkan rizkinya, dilapangkan pekerjaannya,
diberikan anugrah-anugrah rizki yang halal dari jalan yang tidak terduga-duga.
Dibukakan jalan keluar untuknya ketika dia mengalami masalah dalam pekerjaan.
Dicukupkan semua kebutuhannya ketika dia dalam kekurangan.

Allah berikan kepada dia rizki yang khusus dengan angka-angka yang Allah
tentukan. Maka amalkanlah ayat 1000 dinar ini. Bagaimana ustadz cara
mengamalkan ayat 1000 dinar ini?

Bukan hanya dengan membacanya, lakukan 2 hal yang Allah inginkan di


dalam 2 ayat ini. Satu takwa, kedua tawakal. Apa itu takwa? Tingkatkan amal
shaleh kita setiap kali kita mengalami masalah dalam urusan pekerjaan. Begitu ada
masalah dalam urusan pekerjaan, financial, rizki. Perpanjang sujud kita, tambah
jumlah rakaat shalat kita, tambah jumlah ayat yang kita baca, tambah sedekah

72
semampu kita. Bantu oranglain, lakukan sebanyak mungkin ketaatan. Karna
ketaatan itu adalah takwa.

Jangan khawatir, karna Allah itu As-Syakuur Yang Maha Menghargai. Allah
itu Al-Waafi‟ yang menunaikan hak-hak hambaNya secara sempurna tidak
mungkin dikurangi hak mereka. Maka tingkatkan dulu amal shalih kita kepada
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Allah yang akan membalas setiap amal shalih itu
dengan kebaikan-kebaikan dalam kehidupan kita. Baik itu rizki yang halal,
kebahagiaan, rumah tangga yang sakinah, anak-anak yang shalih, kesehatan dan
banyak lagi kebaikan lain. Tingkatkan dulu ketakwaan kita. Itu ayat 1000 dinar.

Lalu, tawakal. Serahkan urusan kita kepada Allah hasilnya. Apa arti
menyerahkan urusan kita kepada Allah? Serahkan pengharapan kita hanya kepada
Allah. Serahkan keyakinan kita hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk.

ferahkan kebergantungan kita hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk.


Saat kita berharap kepada Allah, Allah akan memberikan kepada kita apa yang kita
harapkan. Saat kita menyerahkan urusan kita kepada Allah, Allah yang akan
menyelesaikan urusan kita. Saat kita bergantung kepada Allah, Allah akan
memegang kita agar kita tidak terjatuh dan terpuruk.

Wamaa yu’min billah faa qodistamsaka bil’urwatil wutsqo lan fishoo


malahaa. Siapa yang berpegang kepada Allah dengan iman, dengan yakin. Maka

73
dia telah berpegang kepada tali yang amat kokoh dan ngga mungkin terputus.
Itulah tawakal.

Amalan yang kedua, yang diajarkan ulama kepada kita adalah


mendawamkan istighfar 1000 kali dalam sehari minimal. Kenapa? Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman didalam surat Nuh, : “Fakultustaghfiru
robbakum innahu kanaa ghofaroo, yursilisamaa’a alaykum midroroo, wa
yumdidkum bi awwali wa baniin, wa yaj ‘alakum jannati, wa yaj ‘alakum anhar.
Beristighfar meminta ampunlah kepada Rabb kalian karna Dia Maha Pengampun.
Dia akan mengirimkan awan-awan untuk menurunkan hujan kepada kalian secara
lebat, Dia akan memberikan kepada kalian harta dan keturunan. Dia akan
memberikan kepada kalian kebun dan mata air serta sungai yang mengalir.”

Ini adalah fadilah keutamaan dari istighfar. Jika kita beristighfar meminta
ampun dengan tulus, sungguh-sungguh dari hati kita kepada Allah, maka Allah
akan berikan apa yang Allah janjikan di surat Nuh tadi. Allah turunkan hujan,
Allah berikan keturunan. Allah berikan harta. Allah berikan kebun. Allah berikan
mata air dan sungai yang mengalir.

Artinya, keberlimpahan dan kebaikan dalam hidup. Allah berikan. Kepada


siapa? Mereka, yang sungguh-sungguh beristighfar. Kepada mereka, yang
bertaubat kepada Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Dawamkan 1000 sekali minimal
sehari istighfar kita. Kenapa?

74
Karna salah satu penghalang rizki kita itu adalah dosa. Makanya Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Barang siapa banyak beristighfar
memohon ampun kepada Allah, maka Allah akan menjadikan baginya dari setiap
kesusahan ada kemudahan. Dari setiap kesempitan ada kelapangan. Dan dia akan
mendapatkan karunia rizki dari jalan yang tidak dia sangka-sangka.” Hadits dari
Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma.

Rasulullah juga bersabda, : “Sesungguhnya seseorang itu akan diharamkan


dari rizki karna dosa yang dilakukannya.” Seseorang akan dijauhkan dari rizki
yang baik, karna dosa-dosa yang pernah dia lakukan. Maka, angkatlah penghalang
rizki kita yaitu dosa, dengan taubat dan istighfar. Itu amalan kedua.

Dan amalan yang ketiga, adalah amalan yang diajarkan Nabi kepada putri
beliau yang tercinta, Sayyidah Fatimah Radhiallahu Anha, doa, :

“Yaa hayyu Yaaa qoyyum birohmatika astagist aslihli syaa’ni kullah walaa
taqilni illa nafsih thorfata’ain.”

Yaa Hayyu Yaa Qoyyum, wahai Zat Yang Maha Hidup dan tidak butuh
kepada siapapun.

Birohmatika astagist, aku memohon kepada Engkau rahmarMu yaa Allah.

Aslihli syaa’ni kullah, perbaikilah urusanku yaa Allah.

75
Walaa taqilni illa nafsih thorfata’ain, uruslah kehidupanku yaa Allah,
jangan serahkan kehidupanku kepada diriku yang lemah, karna aku tidak
sanggup mengurus hidupku sendiri.

Baca doa ini, kata Nabi, : “Tidaklah seseorang membaca Yaa Hayyu Yaa
Qoyyum kemudian dia beristighosah birohmatika astagist kecuali Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala akan memberikan kepada dia, apapun yang dia minta.”
Minta rizki, minta jodoh, minta keturunan, minta diangkat musibah, apapun yang
dia minta yang baik-baik akan Allah perkenankan ketika dia mengatakan, “Yaa
Hayyu Yaa Qoyyum.” Panggil nama-nama Allah yang mulia.

Itulah temen-temen sekalian, 3 amalan yang diajarkan para ulama untuk


mengetuk pintu-pintu rizki kita. Semoga setelah kita mendawamkan ini, Allah
akan bukakan satu per satu dari pintu rizki itu sehingga kita menjadi orang yang
mendapatkan kehidupan yang berkah.

76
Menjaga Perasaan Adalah
Sunnah Nabi

“Laa qodjaa aakum rasuluminhum aanfusikum azizun ‘alahimaa


alitum harisun alaaykum bilmu’miniinaa roufurrohiim.”

Menjaga perasaan oranglain itu adalah sunnah Nabi, karna salah satu
diantara sifat Nabi yang mulia adalah beliau adalah seorang laki-laki yang sangat
peka dan menjaga perasaan oranglain. Makanya di dalam ayat yang tadi saya
(Ustadz Hanan Attaki) baca, surat At-Taubah ayat 128. Allah Subahanallahu Wa
Ta‟ala menyebutkan bahwa Nabi itu adalah seorang laki-laki yang roufun.

Laki-laki yang sangat peka dan selalu menjaga perasaan oranglain. Sehingga
para ulama mengatakan, “Kepekaan kita dalam menjaga perasaan oranglain itu
adalah salah satu diantara akhlak yang mulia dan sunnah Nabi Muhammad
Shalallahu Alaihi Wassalam.”
77
Didalam siroh kehidupan Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam kita akan
menemukan banyak sekali contoh-contoh bagaimana cara Nabi menjaga perasaan
oranglain. Baik itu keluarganya, ataupun sahabatnya, bahkan mejaga perasaan
orang yang belum beriman kepada ajaran beliau. Termasuk menjaga perasaan
hewan-hewan ataupun makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain selain manusia.

Suatu ketika disebutkan bahwa, Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersama


Abu Bakar As Sidiq dan 2 orang sahabat yang berasal dari Thaif sedang
melakukan perjalanan dan mereka melewati kota Thaif. Di tengah jalan,
rombongan Nabi melewati satu kuburan. Lalu Abu Bakar As Sidiq bertanya
kepada orang yang berasal dari Thaif, : “Kuburan siapakah ini?” Mereka
menjawab, : “Itu adalah kuburan Sa‟id bin ‟As.”

Sa‟id bin ‟As adalah salah satu diantara pemuka kabilah yang ada di Thaif.
Yang dulu pernah memusuhi, mengusir, dan menyakiti Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam ketika Nabi berdakwah ke Thaif kali pertama. Dan sejarah pengusiran
itu sangat terkenal, hanya beberapa saat saja sebelum terjadinya peristiwa Isra dan
Mi‟raj. Sa‟id bin ‟As adalah salah satu orang yang bertanggung jawab terhadap
kemakaran-kemakaran terhadap Nabi, ketika Nabi berdakwah di Thaif dahulu.

Sehingga ketika Abu Bakar mengetahui bahwa kuburan itu adalah milik
Sa‟id bin ‟As. Maka Abu Bakar mengatakan, “Semoga Allah melaknat Sa‟id bin

78
‟As.” Ucapan Abu Bakar ini terdengar oleh 2 anak Sa‟id bin ‟As yang kala itu
sudah menjadi muslim dan ikut dalam rombongan Nabi saaat itu.

Sehingga 2 anak Sa‟id bin ‟As itu datang kepada Nabi mengadukan rasa
sedih dan kecewa mereka akan ucapan-ucapan Abu Bakar As Sidiq terhadap ayah
mereka. Mereka menyebutkan bahwa ayah mereka lebih baik daripada ayahnya
Abu Bakar, yaitu Abu Kohafah. Mereka mengatakan,“Sesungguhnya ayah kami
Sa‟id bin ‟As lebih banyak membantu orang miskin daripada Abu Kohafah.”

Dan terus menerus mereka menyebutkan kebaikan-kebaikan ayah mereka,


dan membandingkan dengan kebaikkan ayahnya Abu Bakar As Sidiq sebagai
bentuk kecemburuan dan kemarahan mereka terhadap ucapan Abu Bakar As Sidiq
di depan kuburan ayah mereka.

Nabi mengerti perasaan mereka, kemudian Nabi menenangkan mereka.


Setelah itu Nabi datang kepada Abu Bakar secara diam-diam dan mengatakan, :
“Wahai Abu Bakar, bila engkau berbicara tentang orang kafir maka buatlah
kalimat yang umum. Bila engkau menyebut nama seseorang secara khusus, maka
anak-anak mereka tentu akan sedih dan kecewa.” Ini adalah salah satu diantara
nasehat Nabi kepada Abu Bakar, agar menjaga perasaan oranglain.

Begitulah harusnya kita hidup dengan manusia. Baik itu sesama muslim,
ataupun bergaul dengan saudara kita yang non muslim. Kita menjaga perasaan
mereka untuk menunjukan inilah akhlak yang diajarkan Nabi kita kepada
79
ummatnya. Kita menjaga perasaan mereka. Untuk menunjukan betapa islam itu
rahmatan lil ‘alamin.

Dalam cerita yang lain kita juga membaca kisah ketika Nabi melakukan
sebuah perjalanan. Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam berhenti di sebuah oasis
untuk berisitirahat. Tiba-tiba Nabi melihat ada seseorang laki-laki diantara sahabat,
yang berdiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri berkali-kali.

Nabi memperhatikan sahabat ini dan langsung faham, apa yang sedang
dialami oleh sahabat tersebut. Nabi paham, ternyata sahabat yang sedang menoleh
ke kanan dan ke kiri tadi itu adalah seorang laki-laki yang miskin dan dia sedang
lapar. Tetapi dia tidak mau meminta makan kepada orang-orang sekitarnya yang
sedang beristirahat dan membuka bekal makanan dari bawaan mereka masing-
masing.

Dia tidak meminta karna dia menjaga kehormatan yang dalam bahasa Al-
Quran disebut dengan Ta’afuf atau menjaga iffah menjaga kehormatan.
Yaahsabuhumul jaa hiluu aghniaa minata’afuf. Orang-orang yang tidak mengerti,
yang tidak mengenal mengira mereka adalah orang kaya. Saking mereka menjaga
kehormatan mereka untuk tidak meminta-minta.

Tetapi Nabi paham, Nabi mengerti sekali. Sehingga tiba-tiba Nabi berdiri
dan mengatakan, : “Siapa yang memiliki tunggangan hendaklah dia memberi

80
tumpangan kepada saudaranya. Siapa yang memiliki bekal, makanan dan selimut.
Hendaklah ia berbagi dengan saudaranya.”

Perhatikan kalimat Nabi, Nabi tau bahwa sahabat yang tadi berdiri sedang
lapar. Tetapi ketika Nabi menyampaikan sebuah anjuran, maka Nabi menggunakan
bahasa yang umum sekali. Nabi tidak mengatakan, : “Wahai Fulan berikanlah
makanan kepada saudaramu itu yang sedang lapar.” Tidak, karna Nabi tidak ingin
mempermalukan orang tersebut.

Maka Nabi seolah-olah membahas dulu sesuatu yang lain, sebelum kepada
intinya. “Siapa yang memiliki tunggangan hendaklah ia memberi tumpangan untuk
saudaranya.” Baru setelah itu Nabi katakan, : “Siapa yang punya bekal, makanan
ataupun selimut. Hendaklah ia berbagi dengan saudaranya.”

Akhirnya para sahabat saling memperhatikan orang di sekitarnya yang tidak


memiliki bekal yang cukup. Lalu mereka berbagi dengan bekal mereka untuk
saudaranya yang ada di sebelahnya. Ini adalah contoh ro’fah, sifat rouf nya Nabi,
sifat perhatian, pengertian, peka, peduli, menjaga perasaan Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam terhadap orang-orang yang di sekitar beliau.

Kita juga membaca kisah ketika Nabi melakukan ibadah shalat. Bahkan
didalam shalat pun Nabi menjaga perasaan oranglain. Ketika Nabi sedang shalat
berjamaah, Nabi membaca ayat yang panjang. Tetapi tiba-tiba beliau berhenti,

81
kemudian ruku, sujud, sampai selesai shalat dengan bacaan yang tidak panjang
seperti di awal.

Setelah selesai shalat, para sahabat bertanya karna merasa heran, “Yaa
Rasulullah ada apa?” Kata Nabi,: “Tadinya aku ingin memanjangkan ayat, tiba-tiba
aku mendengar ada seorang bayi menangis, dan aku khawatir bacaanku akan
menyusahkan ibu dari bayi tersebut.” Ini adalah kepekaan Nabi, bahkan di dalam
ibadah.

Saya (Ustadz Hanan Attaki) teringat dengan sebuah hadits yang di


riwayatkan oleh Abdullah Ibnu Mas‟ud Radhiallahu Anhu, tentang bagaimana
Nabi mengajarkan kita untuk menjaga perasaan ketika kita sedang nongkrong.
Jadi, nongkrongpun ada adab-adabnya. Ketika kita ngobrol dengan temen-temen
ada adabnya. Ketika kita sedang bermajelis ada adabnya. Ketika kita sedang di
grup WA ada adabnya. Apa kata Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam?

“Idzaa kuntum tsalatsah falaa yatanaa jatsnanidu naalakhor. Kalau kalian


sedang bertiga, jangan sampai 2 orang itu saling berbisik-bisik tanpa melibatkan
yang ketiga.” Jadi kalau kita lagi jalan bertiga, lagi nongkrong bertiga dengan
temen kita. Baik itu di tempat nongkrong, di tempat main, atau mungkin di dalam
majelis ilmu, di masjid dan dimanapun selama itu tongkrongan yang baik.

82
Maka jangan sampai kita berbisik hanya berdua. Tanpa melibatkan teman
kita yang ketiga, kenapa? Min ajlii anadzalikaa yuhzinuhuu, karna Nabi khawatir
hal itu bisa membuat hatinya sedih.

Saya (Ustadz Hanan Attaki) pernah di Mesir ketika sedang jalan bertiga, 2
orang Indonesia saya (Ustadz Hanan Attaki) sama teman saya (Ustadz Hanan
Attaki), satu lagi orang Mesir, orang Arab. Akhirnya ketika kita jalan bertiga, saya
(Ustadz Hanan Attaki) dan teman saya (Ustadz Hanan Attaki) bicara bahasa
Indonesia. Sehingga teman saya (Ustadz Hanan Attaki) yang orang Arab ngga
ngerti dan diam saja.

Lalu setelah kita selesai dalam perjalanan itu, dia bilang, : “Saya cuman
pengen ngasih tahu ke kalian tentang sebuah hadits Nabi, etika ketika kita sedang
berjalan bertiga kata Nabi, : „Janganlah kalian berbisik-bisik berdua tanpa
melibatkan orang yang ketiga.‟”

Dan termasuk berbisik-bisik adalah ketika kita bicara dengan bahasa yang
tidak dimengerti oleh orang ketiga sehingga membuat dia menjadi sedih. Hadits ini
saya (Ustadz Hanan Attaki) pernah dengar dari dia ketika di Mesir, sehingga saya
(Ustadz Hanan Attaki) langsung minta maaf, saya (Ustadz Hanan Attaki) jelaskan
kepada dia apa yang kami bicarakan dan tetap itu kesalahan kami dan kami minta
maaf.

83
Inilah hadits Nabi tentang menjaga perasaan. Sehingga ketika kita lagi di
grup WA jangan sampai grup itu rasanya cuma kita berdua dan yang lain ngga di
anggep. Berarti kita tidak menjaga perasaan oranglain yang ada di grup itu.
Kecuali kalo kita memang didalam sebuah tongkrongan, atau di grup itu semuanya
lagi pada sibuk berbicara maka wajar kala kita tektokan dengan satu orang teman
kita.Ini yang diajarkan Nabi tentang menjaga perasaan oranglain ketika bergaul.

Yang terakhir kisah Hasan dan Husein, cucu Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam. Menasehati seorang kakek tentang cara berwudhu. Suatu hari, Hasan
dan Husein kecil sedang melihat seorang kakek berwudhu, tetapi wudhu nya itu
salah. Sehingga akhirnya Hasan dan Husein diskusi mencari akal gimana cara
memberitahu kepada kakek itu, tanpa menyinggung perasaannya karna dia
orangtua.

Mereka anak kecil gimana cara ngasih tau orang yang lebih tua dari kita?
Tanpa menyinggung perasaannya, tetapi harus di kasih tau, kasian. Karna kalau
wudhunya salah, shalatnya tidak sah. Akhirnya Hasan dan Husein ini datang
kepada kakek tersebut, kemudian mereka bilang, “Kek, tolong perhatikan wudhu
kami, seandainya wudhu kami ada yang keliru. Tolong beri tahu, karna kami
sedang belajar.”

Akhirnya Husein dan Hasan wudhu di depan kakek tersebut, dengan wudhu
yang persis dicontohkan kakek mereka yaitu Rasulullah Shalallahu Alaihi

84
Wassalam. Setelah selesai wudhu, mereka minta pendapat kakek tersebut tetapi
kakek ini akhirnya sadar dan mengatakan, “Wahai anak-anakku, tidak ada yang
salah dengan wudhu kalian. Justru yang salah adalah wudhu kakek. Terimakasih
untuk nasehat yang kalian berikan kepada kakek, dengan penuh
kelembutan.barakallahufiikuma.” kata kakek tersebut.

Ini adalah teladan dari 2 cucu Nabi, sahabat Nabi yang belajar langsung
kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam tentang sifat ro’fah, tentang sifat
peka, menjaga perasaan orang lain bahkan ketika kita merasa tidak nyaman kepada
orang tersebut.

Maka pantaslah ketika Allah mengatakan, : “Waa innaka ‘ala hulukin


adziim, sesungguhnya engkau Muhammad, benar-benar memiliki akhlak yang
sangat agung.”

Mudah-mudahan jika kita mengaku cinta kepada Rasulullah Shalallahu


Alaihi Wassalam. Kita bisa meneladani akhlak Nabi, salah satunya adalah akhlak
menjaga perasaan.

Apakah kita sudah sepeka itu dalam memperhatikan perasaan orang-orang


terdekat kita?

Apakah kita sudah peka terhadap perasaan ibu kita?

Apakah kita hati-hati dalam menjaga perasaan ayah kita?

85
Apakah kita peka terhadap perasaan pasangan kita?

Apakah kita mampu menjaga kemuliaan dan harga diri anak-anak kita ketika
kita menasehati mereka?

Apakah kita termasuk teman yang asyik sehingga kita tidak menyinggung
perasaan sahabat kita?

Tidak mudah menghakimi mereka dengan ucapan-ucapan yang menyakiti


hati mereka. Jagalah perasaan orang-orang yang ada di sekitar kita, karna
sesungguhnya menjaga perasaan itu adalah sunnah Nabi.

86
Topik Chat Favorit
Agar Hubungan Menjadi
Awet

Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda, : “Khoirukum

khoirukum li ahli, waa ana khairukum li ahli. Sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik untuk keluarganya, dan aku adalah yang paling baik untuk keluargaku
diantara kalian.” Seseorang tidak dikatakan baik hanya ketika dia berbuat baik
kepada temennya, kepada partner kerjanya, kepada customer nya, kepada
tetangganya atau kepada orang yang baru dia kenal.

Karna kebaikan-kebaikan di luar rumah itu adalah kebaikan yang bisa di


ada-adakan. Seseorang baru dikatakan baik apabila dia berperilaku baik di

87
rumahnya. Berperilaku baik kepada kedua orangtuanya. Berperilaku baik kepada
pasangannya, anak-anaknya, dan keluarga besarnya.

Maka mari kita renungkan nasehat Nabi ini dalam kehidupan kita berumah
tangga atau kepada orangtua. Bagaimana harusnya kita menjaga sikap dan ucapan
kita, agar ucapan-ucapan kita itu selalu menyenangkan orang yang ada di
sekeliling kita. Karna sesungguhnya menyenangkan hati oranglain adalah ibadah.
Apalagi orang itu adalah keluarga kita sendiri. Menyenangkan hati orang-orang
yang ada di sekitar kita itu adalah amal yang paling disukai oleh Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Suatu ketika ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi, “Yaa Rasulullah,
ayyul a’mal ahabbu ilallah, amal apa yang paling disukai oleh Allah Subhanallahu
Wa Ta‟ala?” Nabi menjawab, : “Suruunun tudkhiluhu ‘alalqolbi musliim. Amal
yang paling disukai oleh Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala adalah menyenangkan hati
orang yang beriman.”

Maka dari sini kita mengerti bahwa, ucapan kita itu bisa menjadi amal
shalih, apabila ucapan-ucapan kita menyenangkan hati orang yang mendengar,
terutama keluarga kita. Sehingga dalam kesempatan ini saya (Ustadz Hanan
Attaki) ingin ngajak temen-temen semuanya, untuk memperhatikan kembali
kalimat-kalimat kita ketika kita berbicara dengan keluarga kita. Khususnya dengan

88
pasangan kita, tetapi bisa juga kepada orangtua kita, anak kita, saudara kita,
keluarga di dalam rumah kita.

Karna bisa jadi ketika kita memilih topik yang walaupun itu bukan secara
khusus tentang agama, asalkan topik itu sesuatu yang baik dan menyenangkan hati
orang yang mendengarnya, maka itu adalah amal yang paling disukai Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Coba kita renungkan tentang topik pembicaraan kita dengan pasangan


misalnya. Sering kali kita bersikap egois, berbicara tentang topik-topik yang kita
anggap penting yang kita anggap sesuatu yang serius. Padahal mungkin topik itu
tidak tepat untuk kita bicarakan dengan pasangan kita dalam kondisi tertentu ketika
dia sedang lelah, ketika dia sedang sensitif.

Kita malah membicarakan topik-topik yang kadang-kadang kurang peka


dengan perasaan dia. Harusnya kita mencari topik yang bisa menghibur hatinya,
yang bisa menyenangkan dia, yang kita bisa tektokan dengan dia sehingga dia
bersemangat untuk berbicara dengan topik itu. Sehingga dia lebih semangat untuk
ngobrol dengan kita. Kadang kala topik yang kita anggap ngga penting, tetapi
menyenangkan hati pasangan kita, itu adalah topik yang lebih Allah suka daripada
topik yang kita anggap serius tetapi dalam kondisi itu tidak menyenangkan hati
pasangan kita.

89
Kadang seorang istri senang kalau suaminya bicara tentang tanaman yang
ada di rumahnya, bicara tentang makanan yang baru saja dia masak, atau berbicara
tentang kenangan-kenangan indah yang pernah mereka alami bersama. Atau
apapun itu, selama topik itu adalah sesuatu yang baik dan menyenangkan hati
pasangannya.

Maka itu lebih Allah sukai, daripada tiba-tiba dia bicara tentang topik yang
serius, tentang politik misalnya, walaupun itu baik tetapi tidak nyambung dengan
suasana hati pasangannya. Maka Allah lebih suka kita menyenangkan hatinya
selama itu tidak melanggar syariah.

Disinilah kelihatan betapa bijak dan cerdasnya seorang suami kepada


istrinya. Ketika Nabi pulang ke rumah Sayyidah Aisyah, Nabi melihat Aisyah
sedang bermain-main dengan beberapa mainannya. Lalu Nabi duduk di sebelah
Sayyidah Aisyah dan ikut berbicara tentang permainan yang sedang dilakukan oleh
Aisyah. Sehingga Aisyah merasa nyaman berbicara dengan Nabi dan pembicaraan
mereka menumbuhkan kehangatan dan romantisme rumah tangga.

Inilah bukti bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam adalah suami


yang bijak, penyayang, dan cerdas. Begitu juga sebaliknya seorang istri kepada
suaminya. Seberapa cerdas kita memilih sebuah topik yang membuat suami kita
bergairah, yang bisa membuat suami kita merasa rehat sejenak setelah dia lelah
bekerja di luar dengan segala macam urusan-urusannya yang serius.

90
Kecerdasan seorang istri memilih topik yang menyenangkan hati suaminya,
yang menghilangkan lelah suaminya itu adalah ibadah yang paling Allah suka.
Mungkin selama ini kita anggap ini hal sepele, padahal ternyata ketika seorang
sahabat bertanya kepada Nabi, amal apa yang paling Allah suka? Ternyata
menyenangkan hati oranglain itulah amal yang paling Allah suka. Dan oranglain
yang paling berhak untuk kita senangkan hatinya adalah keluarga kita sendiri.

Seorang ayah yang paling baik kepada keluarganya adalah seorang ayah
yang mampu berbicara dengan anaknya, sesuai dengan umur dan usia mereka.
Kadang kita berbicara dengan anak kita dengan bahasa mereka, dengan wawasan
mereka, dengan logika mereka, dengan taste atau selera mereka itu adalah amal
shaleh seorang ayah kepada anak dalam percakapan.

Seorang anak kepada orangtua juga demikian, ketika anak berbicara dengan
ibunya yang sudah lanjut usia, atau ayahnya lalu dia menggunakan bahasa-bahasa
yang mudah bagi orangtuanya untuk mengerti, menyenangkan hati orangtuanya
dengan pujian, dengan candaan-candaan yang ringan dan membuat orangtuanya
merasa nyaman maka itu adalah birrul walidain, sebuah bakti dari anak kepada
orangtua.

Jangan remehkan ucapan-ucapan kita, pembicaraan kita, topik chat kita


dengan keluarga, karna disana ada amal yang paling Allah sukai diantara amal-
amal shalih. Maka belajarlah untuk mengenal keluarga kita lebih dekat, mengenal

91
pasangan kita. Ketika kita tahu ada topik yang dia sedang semangat
membicarakannya, maka responlah. Jangan cuekin pasangan kita yang lagi
bersemangat membicarakan suatu topik walaupun topik itu menurut kita ngga
penting-penting amat.

Responlah, berikanlah perhatian dan ekspresi antusias sehingga dia semakin


semangat membicarakan hal itu. Inilah amal shalih yang paling disukai Allah,
kenali pasangan kita, fahami topik-topik favoritnya. Kenali anak-anak kita, fahami
topik-topik yang mereka suka. Kenali orangtua kita, fahami topik pembicaraan
yang mereka suka.

Ini adalah adalah kecerdasan kita dalam berkomunikasi dengan mereka dan
landasannya adalah kata Nabi, : “Khairukum khairukum li ahlikum, sebaik-baik
kalian yang paling baik untuk keluarganya, dan aku yang paling baik untuk
keluargaku diantara kalian.” Sebaik-baik amal yang paling disukai Allah adalah
kata Nabi, : “Menyenangkan hati oranglain.”

92
3 Jenis Hati Manusia
Menurut Al Quran

Saya (Ustadz Hanan Attaki) pengen ngajak sahabat-sahabat sekalian untuk


muhasabah diri, untuk introspeksi diri kita tentang hal yang berkaitan dengan inti
dari kehidupan seseorang manusia, yaitu hatinya.

Saya (Ustadz Hanan Attaki) pengen ngajak sahabat-sahabat sekalian untuk


merenungkan bagaimana kondisi hati kita yang itu mempengaruhi kehidupan kita
secara utuh. Karna Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda dalam hadits
Bukhari dan Muslim, : “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal
daging, jika segumpal daging itu baik maka seluruh tubuhnya akan baik. Tetapi
jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuhnya akan rusak.”

Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati. Di dalam hadits ini Nabi
Shalallahu Alaihi Wassalam ngajarin kita, bahwa kehidupan kita tergantung
93
kepada hati kita. Tangan kita, kaki kita, mata kita, telinga, mulut, fikiran, semua
yang kita fikirkan, semua yang kita pandang, semua yang kita bicarakan, adalah
ekspresi dari apa yang ada di dalam hati kita.

Seolah-olah Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam ingin memberi kita sebuah


nasehat, bahwa kalau kita ingin memperbaiki hidup kita mulailah dari
memperbaiki hati kita. Kalau kita ingin memperbaiki perbuatan dan langkah-
langkah kita, kalau kita ingin memperbaiki ucapan kita, kalau kita ingin
memperbaiki fikiran kita, kalau kita ingin memperbaiki seluruh dari perilaku kita,
akhlak kita. Maka mulailah dari memperbaiki hati kita.

Karna jika hati kita baik, idzaa sholhat. Seluruh indera kita yang lain akan
mengekspresikan kebaikan. Tetapi wa idzaa fasadat, kalau hati kita itu rusak,
bermasalah, maka seluruh indera kita yang lain jasad organ kita yang lain, akan
mengekspresikan keburukan-keburukan.

Alaa wahiyaal qalb, intinya ada di dalam hati. Para ulama mengatakan
bahwa, hati manusia ini terbagi menjadi 3 jenis. Ada hati yang hidup dikenal
dengan istilah qalbun saliim. Ada hati yang sakit dikenal dengan istilah qalbun
marit. Dan ada hati yang mati disebut dengan istilah qalbuun mayyit.

Ada hati yang hidup, ada hati yang berpenyakit, bahkan ada hati yang sudah
mati. Coba kita renungkan keadaan hati kita dari 3 jenis hati yang disampaikan
oleh para ulama ini.
94
Pertama adalah hati yang hidup, qalbun saliim. Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala berfirman di dalam Al Quran surat Asy-Syu‟ara, surat 26 ayat 89. Kata
Allah, : “Wa laa tukhzinii yauma yub’asuun. Yauma laa yangfa’u maaluw wa laa
banuun illa man atallaha biqalbinsaliim. Duhai Allah, janganlah Engkau hinakan
aku pada hari berbangkit. Hari ketika tidak lagi berguna harta ataupun keturunan.
Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang hidup.”

Ini adalah jenis hati yang pertama dan hati yang paling baik, qalbun saliim.
Hati yang hidup. Hati yang selamat. Sehingga kalau hatinya adalah qalbun saliim,
maka seluruh kehidupannya adalah salaam, keselamatan. Karna kata saliim sama
dengan kata salaam. Sama dengan kata muslim. Sama dengan kata islam.

Sehingga orang yang masuk ke dalam surga, akan dipanggil oleh para
malaikat dengan kalimat, “Salamaan saalam.”

Tahu kenapa Allah menamakan agama terakhir ini agama yang paling agung
ini dengan nama agama islam? Karna bermakna keselamatan.

Orang yang memiliki hati qalbun saliim adalah orang yang paling selamat.
Apa ciri-ciri hati yang qalbun saliim sehingga mereka adalah orang yang bahagia
di dunia dan beruntung di akhirat?

Diantaranya kata para ulama, qalbun saliim adalah hati yang tsiqoh billah.
Yang selalu yakin dan bergantung kepada Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Dia
selalu percaya dengan semua janji-janji Allah. Dia percaya dengan semua jaminan
95
Allah. Dia percaya dengan pengaturan Allah. Dia percaya dan yakin dengan semua
kebaikan-kebaikan Allah. Dia percaya. Dia yakin. Dia berpegang teguh dengan itu.
Itulah qalbun saliim.

Jika ada kalimat lain yang bertentangan dengan kalimat Allah, maka dia
akan tinggalkan itu dan dia akan memegang kalimat Allah. Jika ada janji lain yang
bertentangan dengan janji Allah, dia akan mengabaikan janji-janji yang lain dan
dia hanya berpegang kepada janji Allah, qalbun saliim.

Allah menjanjikan bagi orang yang bertakwa, orang yang meninggalkan


dosa, kebaikan-kebaikan di sisi Allah, maka dia tinggalkan dosa untuk
mendapatkan janji Allah.

Allah menjanjikan, : “Siapa yang bisa meninggalkan zina, selingkuh,


pacaran. Maka Allah akan berikan kebahagiaan dalam rumah tangga.” Maka dia
akan tinggalkan dosa itu untuk meraih janji Allah. Dia tsiqoh, dia percaya kepada
Allah, qalbun saliim.

Para ulama juga mengatakan, “Qalbun saliim itu ciri-cirinya juga mencintai
Rasul dan mencintai agama.” Cinta kepada Rasul, suka bershalawat untuk Nabi,
senang membahas kisah-kisah Nabi. Cinta dengan syariat Allah, agama Allah,
islam. Dia ingin mengamalkan syariat itu satu per satu dalam kehidupannya.

Diantara ciri qalbun saliim juga ketika seseorang lebih mencintai surga
daripada dunia. Lebih mencintai akhirat daripada dunia. Sebaliknya apabila orang
96
lebih mencintai dunia daripada akhirat, surga Allah. Sehingga dia mengabaikan,
meinggalkan surga demi meraih dunia, maka hatinya bermasalah.

Orang yang qalbun saliim, adalah orang yang senang beribadah, khusyuk.
Bisa menikmati ibadahnya. Suka membantu oranglain. Akhlaknya santun, mulia.
Dan dia ridha dengan ketetapan Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Itulah qalbun
saliim. Dia ngga protes, “Yaa Allah kenapa begini, kenapa begitu.” Enggak.

Dia katakan, “Radhitubillahirobba, saya ridha dengan ketentuan Allah.”


Qalbun saliim. Orang yang memiliki qalbun saliim juga bisa dilihat dari betapa
mudahnya dia tersentuh dengan bacaan Al Quran dan zikir-zikir dengan nama
Allah.

Wa idzaa dzukirallah wajilaat qulubuhum, hatinya bergetar ketika disebut


nama Allah. Hatinya menjadi khusyuk, tunduk, menangis ketika mendengar
bacaan-bacaan ayat Allah. Qalbun saliim.

Bukankah kita kadang pernah merasa tiba-tiba tersentuh dengan suatu


nyanyian, bahkan hampir membuat kita menangis?

Apakah kita juga merasakan tersentuh seperti itu ketika kita mendengar
bacaan Al Quran? Maka, kalau kita merasakan itu mudah-mudahan, kita memiliki
qalbun saliim.

97
Yang kedua, kata para ulama adalah hati yang berpenyakit. Amrodhul qulub,
qalbun marit. Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman, : “Fii quluubihim
marodhun fa zaadahumullahu marodho. Di dalam hati mereka ada penyakit dan
Allah menambahkan penyakit itu untuk mereka.”

Apa penyakit hati? Banyak.

Ragu kepada Allah, tidak percaya dengan syariat Allah, agama Allah, tidak
tersentuh dengan Al Quran, suka berdusta dan munafik. Suka berburuk sangka
kepada oranglain, penuh curiga, suka meng ghibah, memfitnah, mengadu domba,
mencela, dengki, ghillan, ngga suka kepada orang shalih, ngga suka kepada orang
yang beriman.

Mudah tersinggung, baperan, tidak suka kepada nasehat agama ketika di


nasehati dia tersinggung, dia baper, tidak mampu memahami kebenaran ketika
disampaikan kepadanya ilmu-ilmu agama dia tidak suka dan tidak mengerti.

Suka berkeluh kesah tentang urusan dunia, ngga pernah menerima ketentuan
Allah dalam kehidupanya, selalu mengeluh, ngga qonaah, ngga bisa merasa cukup,
kufur nikmat. Buruk akhlaknya kepada orangtua, kepada keluarga, kepada
pasangan, kepada oranglain, kepada tetangga, licik dan suka merencanakan
keburukan-keburukan.

Itulah contoh-contoh qalbun marit, hati yang berpenyakit. Kalau salah satu
diantara contoh-contoh tadi, pernah kita yang dirasakan di dalam hati. Kadang ragu
98
kepada janji Allah, ragu kepada kebenaran agama Allah, tidak tersentuh dengan
Al Quran, suka berdusta, suka bermuka dua, munafik, suka berburuk sangka,
curiga, meng ghibah, memfitnah, mengadu domba, mencela, dengki, ngga suka
kepada orang shalih, baperan, dan tidak suka dinasehati, tidak mau mendengar
ilmu, suka berkeluh kesah, ngga ridha dengan takdir, kufur terhadap nikmat Allah,
akhlak buruk kepada keluarga, suka merencanakan keburukan.

Kalau itu salah satunya ada dalam hati kita, banyak istighfar kepada Allah.
Karna bisa jadi ada banyak penyakit di dalam hati kita yang mempengaruhi
ekspresi kehidupan kita. Mempengaruhi mata kita, mulut kita, fikiran kita, tangan
dan kaki kita. Orang yang hatinya berpenyakit, fasadaat jasadukullu, semua
ekspresi kehidupannya juga akan bermasalah.

Dan yang terakhir, yang paling menyedihkan adalah qalbun mayyit. Hati
yang telah mati, keras seperti batu. Khotamallahu ‘alaa quluubihim, sudah tertutup
hatinya. Kalaa bal roona ‘ala quluubihim, hatinya sudah ditutup rapat.

Apa ciri-ciri hati yang sudah mati dan tertutup?

Dia menolak agama, dia menolak nasehat, dia menolak ilmu, dia menolak
syariat. Dia merasa nyaman dengan dosa-dosa besar. Dia tidak merasa gelisah dan
sedih ketika melakukan satu dosa besar. Udah nyaman dengan dosa-dosa. Nyaman
dengan zina, nyaman dengan minum, nyaman dengan riba, nyaman dengan
meninggalkan shalat, nyaman dengan berbuat durhaka kepada orangtua.
99
Terus bermaksiat siang dan malam, dan dia nyaman dengan dosa-dosa itu.
Sudah mati hatinya. Tidak takut kepada neraka dan azab Allah. Malah dia
mentertawakan ayat-ayat dan nasehat-nasehat tentang neraka dan azab Allah.
Dianggap itu hanyalah dongeng-dongeng yang tidak pernah terjadi.

Tergila-gila terhadap kehidupan dunia sampai dia merasa akan hidup


selamanya tidak akan pernah binasa. Sombong. Arrogant, merasa dirinya hebat
merasa tidak butuh lagi kepada Allah. Ini qalbuun mayyit. Khotamallahu ‘alaa
quluubihim. Naudzubillahimindzalik.

Mari sama-sama kita minta kepada Allah, agar Allah berikan kepada kita
hati yang hidup. Agar Allah bukakan hati kita untuk mendapatkan hidayah-hidayah
Allah.

Mari kita berusaha untuk menghidupkan hati kita dengan dzikrullah, zikir
kepada Allah. Hidupkan hati kita dengan ayat-ayat Allah. Hidupkan hati kita
dengan berteman kepada orang-orang shalih. Hidupkan hati kita dengan ilmu.
Hidupkan hati kita dengan empathy dan menolong oranglain.

Hidupkan hati kita, sehingga ketika hati itu sehat, hidup, saliim. InsyaaAllah
kita menjadi muslim dan di akhirat kita menjadi orang yang salamaan salam.
Menjadi orang yang selamat.

100
Cara Nge Block Dosa

Kita sering ngrasa bahwa kita belum benar-benar mampu meninggalkan


dosa. Kita sering mengeluh, “Kenapa sulit sekali untuk meninggalkan dosa dan
bertaubat dengan taubatan nasuha.”

Kadang kita hampir berputus asa untuk meminta ampun kepada Allah karna
malu. Malu setelah bertaubat meminta ampun, beristighfar, keesokan harinya kita
melakukan lagi dosa yang sama.

Kita sering seperti kehabisan akal, untuk menghindar dari dosa-dosa yang
sudah menjadi kebiasaan dan habbit kita. Kita sering sedih, merasa tidak berdaya
di hadapan hawa nafsu dan bisikan-bisikan syaithon.

Lalu bagaimana cara kita nge block dosa?

Supaya kita bisa bener-bener meninggalkan dosa itu selama-lamanya.


Supaya kita bener-bener meraih taubatan nasuha, taubat yang Allah sukai. Seperti
ketika kita nge block nomor seseorang maka kita tidak bisa menghubunginya dan
101
dia tidak bisa menghubungi kita. Kita nge block akun seseorang sehingga kita ngga
bisa DM (Direct Message) dia dan dia ngga bisa DM kita.

Gimana cara nge block dosa biar ngga ada lagi akses antara kita dengan dia?

Seperti seseorang laki-laki yang mentalak istrinya dengan talak 3 yang tidak
mungkin lagi rujuk.

Gimana cara kita mentalak dosa dengan tolakuun bilaa rujuu’. Talak 3 yang
ngga bisa lagi rujuk.

Para ulama mengajarkan kepada kita, 3 kunci kalau kita pengen nge block
dosa. Kalau kita pengen mentalak dosa dan kebiasaan buruk kita dengan talak 3.

Yang pertama, block jalan masuknya syaithon ke dalam hati kita. Karna
sesungguhnya semua dosa yang kita lakukan itu idenya dari setan, gagasannya dari
setan, bisikannya wasawis nya dari syaithon.

Makanya dalam bahasa Indonesia kita mengenal istilah was-was, yang


dalam bahasa Al Quran disebut dengan waswasah. Aladzii yuwaswisufii
suduurinnas, yang memwas-waskan, yang membisikan, yang membuat hati kita
ngga tenang, syaithon.

Maka tutup jalan masuknya syaithon, yang bisa memberi kita ide-ide untuk
berbuat dosa, keinginan untuk berbuat dosa, bisikan untuk berbuat dosa, tutup
jalannya. Tutup jalan itu dengan ta’awudz, a’udzuubillahi minassyaithonir-rojiim.
102
Setiap kali terbesit fikiran-fikiran tentang dosa katakan, “A’udzuubillahi
minassyaithonir-rojii.” Maka tertutuplah pintu-pintu setan untuk terus membisiki
kita sampai kita ngga berdaya.

Tutup jalan masuknya syaithon lewat menyendiri, karna sebagian besar dari
menyendiri itu adalah jalan masuknya syaithon. Jangan menyendiri. Carilah teman
untuk menemani kita agar kita tidak perlu melakukan dosa secara diam-diam.

Tutuplah pintu syaithon itu dari makanan haram, karna salah satu jalan
masuknya syaithon ke dalam tubuh kita adalah lewat makanan-makanan haram
yang kita makan. Atau makanan halal tetapi kita makan tidak dengan menyebut
nama Allah. Itu jalan masuknya syaithon.

Tutup jalan masuknya syaithon lewat marah, jangan marah. Karna ketika
seseorang marah dan marahnya menguasai dirinya maka syaithon akan mudah
sekali membisikan dia kepada keburukan-keburukan yang selama ini tidak pernah
terbayangkan oleh dia.

Dan tutuplah pintu masuknya syaithon lewat dosa-dosa kecil yang


menumpuk. Makanya Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Jauhilah
dosa-dosa yang dianggap remeh, karna ketika dosa-dosa itu berkumpul, terhimpun
pada seseorang maka dosa itu akan membinasakannya.” Kata Nabi, hadits riwayat
Ahmad.

103
Pintu masuknya syaithon salah satunya adalah lewat dosa-dosa kecil yang
terus menerus kita lakukan. Itu nasehat pertama dari para ulama-ulama yang shalih
agar kita bisa nge block dosa.

Nasehat yang kedua kata para ulama, tinggalkanlah pertemanan yang buruk.
Karna Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Al mar’u ‘ala diini kholiili.”
Seseorang itu tergantung dengan agama temannya. Agama sahabatnya, siapa yang
dia following, di dalam grup apa dia berada, itu sangat mempengaruhi kita.

Sehingga kalau pertemanan kita hanyalah pertemanan yang membuat kita


semakin senang berbuat dosa, semakin nyaman berbuat dosa, semakin lalai dan
semakin jauh dari Allah. Kita ngga mungkin bisa nge block dosa.

Ada orang yang sudah bertaubat tetapi dia masih dekat dengan teman-teman
yang suka mengajak dia kepada dosa-dosa di masa lalu. Ngga mungkin dia bisa
mendapatkan taubatan nasuha, karna dia masih lemah.

“Bagaimana kalau kita hanya ingin mengajak mereka untuk taubat bareng
ustadz?”

Boleh, tetapi bukan berarti kita akrab dengan mereka. Mengajak adalah satu
kebaikan, tetapi berteman akrab lagi dengan mereka ini menjadi jalan untuk kita
gagal dalam proses hijrah dan taubatan nasuha.

104
Tinggalkan pertemanan yang buruk, yang bisa mempengaruhi kita lagi
kepada dosa-dosa. Masih ingat? Cerita seorang yang membunuh 100 orang, ketika
dia ingin bertaubat apa nasehat dari ulama yang mengajarkan dia tentang taubat?

Kata ulama itu, “Tinggalkanlah negeri yang buruk ini dan hijrahlah ke
negeri dimana disana banyak orang-orang shalih.” Maka laki-laki inipun hijrah.
Kenapa dia disuruh untuk meninggalkan negeri yang dia tinggal itu?

Karna di negeri itu dia punya banyak teman yang bisa mengajaknya untuk
kembali merampok, membunuh, berbuat dosa. Dia harus tinggalkan pertemanan
yang buruk itu, kalau dia ingin memperbaiki dirinya dan mentalak dosa dengan
talak 3.

Tinggalkan pertemanan yang akrab dengan orang-orang yang bisa


mempengaruhi kita kepada keburukan. Cukup jadikan mereka sebagai teman biasa
yang kita berkomunikasi sesekali saja untuk tidak memutuskan silaturahim tapi
ngga boleh akrab lagi dengan mereka.

Dan yang ketiga kata ulama, “Bersahabatlah dengan orang shalih.” Kita
selalu berusaha untuk ada bersama orang shalih. Kita datangi mereka, kita
silaturahim dengan mereka. Kita duduk dalam majelis mereka. Kita berkomunikasi
dengan mereka, meminta nasehat mereka. Meneladani kebaikan mereka.
Bersahabat sedekat mungkin dengan mereka. Jadikan mereka sahabat kita.

105
Cari pertemanan yang shalih. Mencari orang shalih bukan mencari orang
sempurna, karna kita ngga bakal ketemu dengan orang yang sempurna. Pasti ada
kurangnya, tetapi setidaknya dia lebih baik dari kita. Dia lebih taat daripada kita.
Dia lebih ahli ibadah daripada kita. Dia lebih semangat berbuat amal shalih
daripada kita.

Sehingga semangatnya, teladannya, akhlaknya, nasehatnya, ucapannya.


Akan mempengaruhi kita kepada kebaikan-kebaikan untuk meninggalkan dosa
selama-lamanya.

Carilah orang shalih, carilah orang yang lebih baik dari kita dalam urusan
shalatnya, supaya kita tergerak untuk melakukan shalat lebih baik. Carilah orang
yang lebih baik daripada kita dalam tilawahnya. Carilah orang yang lebih baik
daripada kita dalam kedermawanannya.

Carilah orang yang lebih baik daripada kita dalam akhlaknya kepada
keluarga, kepada istri, suami, orangtua, berbakti kepada ibu. Carilah orang-orang
yang memiliki amal shalih yang lebih baik daripada kita dan jadikan mereka
sahabat kita.

Inilah nasehat ulama tentang cara 3 nge block dosa, cara mentalak dosa
dengan talak 3 yang ngga mungkin rujuk selama-lamanya. Tutup jalan masuknya
syaithon, tinggalkan pertemanan yang buruk, bersahabatlah dengan orang-orang
shalih.
106
Istighfar Para Nabi

Istighfar-istighfar yang pernah dibaca oleh para Anbiya dalam sejarah

mereka. Sebagaimana yang kita tahu bahwa istighfar adalah salah satu kalimat
yang paling Allah cintai dari hambaNya.

Tidak ada kalimat yang lebih Allah cintai dari hambaNya setelah kalimat,
“Laa illaha ilallah.” Daripada kalimat meminta ampun atau kalimat istighfar.
Makanya Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala menyediakan banyak sekali kebaikan-
kebaikan dan rahmatnya untuk siapapun dari hambaNya yang mengatakan kalimat
istighfar.

Salah satu dari sekian banyak kebaikan itu adalah ketika seorang hamba
mengatakan kalimat istighfar. Maka Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala langsung jatuh
hati dan mencintai hamba tersebut.

Begitu pemurahnya Allah kepada kita, ketika kita banyak dosa bertahun-
tahun bermaksiat kepada Allah. Bertahun-tahun meninggalkan shalat mengabaikan

107
panggilan Allah. Bertahun-tahun jauh dari Allah, tetapi ketika sekali saja kita
mengatakan kalimat istighfar dengan tulus dari hati.

Maka langsung Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala akan jatuh cinta kepada kita.
Ini sebagai bukti bahwa kalimat istighfar adalah kalimat yang paling berharga di
sisi Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Sebagaimana yang kita tahu dari hadits yang sering dibahas saat Nabi
Shalallahu Alaihi Wassalam menyampaikan sebuah analogy seperti apa senangnya
Allah kepada kalimat istighfar dan taubat dari hambaNya.

Yaitu tentang seorang laki-laki yang sedang melakukan perjalanan


mengendarai onta, tiba-tiba di tengah padang pasir laki-laki ini saat sedang
istirahat dia kehilangan onta dan juga bekal-bekalnya.

Sehingga setelah seharian dia mencari onta tersebut di padang pasir, dia pun
hampir berputus asa karna dia tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Dia tertidur
karna lelah, saat dia bangun tiba-tiba dia melihat ontanya beserta dengan bekal-
bekalnya ada di sisinya.

Saking senangnya hati laki-laki tadi, maka dia berteriak sambil melihat ke
langit dan mengatakan, “Yaa Allah, Engkaulah hambaku dan akulah Tuhanmu.”
Dia salah menyebut kalimat tersebut saking senangnya

108
Maka sesungguhnya Allah Subahanallahu Wa Ta‟ala lebih senang daripada
laki-laki itu terhadap istighfar atau taubat hambaNya. Ini adalah sebuah ilustrasi
dari Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam tentang betapa senangnya Allah kepada kita
ketika kita mengucapkan kalimat istighfar atau kalimat taubat.

Maka yuk kita belajar bentuk-bentuk kalimat istighfar yang pernah dibaca
oleh para Anbiya, sehingga Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala mengampuni dosa-dosa
mereka dan langsung mencintai mereka dengan cinta yang besar.

Yang pertama adalah kalimat istighfar yang dibaca oleh Nabi Adam. Setelah
Nabi Adam melakukan dosa dengan memakan buah yang dilarang oleh Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Ketika Nabi Adam di turunkan oleh Allah ke dunia karna dosa beliau itu,
maka Nabi Adam meminta ampun kepada Allah dengan membaca kalimat,
“Robbana dzolamna anfusanaa wa illamtaghfirlana watar-hamnaa lanaku nannaa
minal-khoosirin.”

Yaa Robbana Tuhan kami.

Dzolamna angfusanaa, kami telah menzolimi diri kami sendiri.

Wa illamtaghfirlana watar-hamnaa, jika Engkau tidak mengampuni dosa


kami dan menyayangi kami.

109
Lanaku nannaa minal-khoosirin, sungguh kami pasti akan menjadi orang-
orang yang merugi. Surat Al A‟raf ayat 23.

Ini adalah doa istighfar yang dibaca oleh Nabi Adam ketika beliau turun ke
dunia. Sehingga setelah Allah mendengar doa ini dibaca berulang kali oleh Nabi
Adam.

Maka Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala mengampuni dosa Adam dan


menyayangi Adam. Menjadikannya termasuk diantara hamba-hambaNya yang
mulia.

Apa yang terkandung didalam doa istighfarnya Nabi Adam ini?

Yang pertama, didalam doa istighfar ini kita melihat kalimat penyesalan
yang luar biasa. “Robbana dzolamna angfusanaa, yaa Robbana kami telah
menzolimi diri kami sendiri.” Ini adalah kalimat penyesalan.

Sehingga para ulama mengatakan, “Attaubatu hiyanadam wa nadamu


huwattaubah, taubat itu intinya adalah penyesalan dan penyesalan itu adalah ciri
orang yang bertaubat.

Sehingga di dalam kalimat istighfar yang dibaca oleh Nabi Adam ini kita
belajar tentang betapa dalamnya penyesalan Nabi Adam terhadap dosa yang beliau
lakukan.

110
Maka siapapun yang ingin membaca doa ini untuk istighfarnya, meminta
ampun kepada Allah. Sertakanlah didalam hati kita, annadam. Penyesalan yang
dalam. Sehingga semakin dalam penyesalan kita terhadap dosa yang pernah kita
lakukan. Maka semakin besar rasa sayang Allah kepada kita dan semakin cepat
datangnya ampunan Allah untuk kita. Robbana dzolamna anfusanaa.

Yang kedua yang terkandung didalam doa ini adalah kalimat memohon
kasih sayang kepada Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala dengan harapan yang besar.
Wa illamtaghfirlana watar-hamnaa, lanaku nannaa minal-khoosirin, kalau Engkau
tidak mengampuni kami dan menyayangi kami pasti kami termasuk orang yang
rugi.

Disini Nabi Adam memohon kepada Allah, akan kasih sayang Allah. Karna
Nabi Adam takut, termasuk di antara hamba-hamba Allah yang merugi seperti
syaithon dan seperti iblis. Sehingga dengan pengharapan yang begitu besar kepada
Allah agar Allah mengampuni dan menyayangi beliau.

Maka Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala pun mengampuni dan menyayangi


Nabi Adam Alaihi Salam. Jadi disini ada anadamu wa rojaa, ada penyesalan dan
pengharapan yang begitu luar biasa.

Maka yuk kita jadikan istighfar Nabi Adam sebagai kalimat-kalimat taubat
yang kita baca ketika kita ingin meminta ampun kepada Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala.
111
Selanjutnya adalah yang terkenal doa istighfarnya Nabi Yunus Alaihi Salam.
Ketika Nabi Yunus meninggalkan suatu kaum yang zolim, untuk mencari kaum
yang lain dalam berdakwah.

Ternyata Allah tidak ridho dengan keputusan Nabi Yunus, sehingga Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala memberikan ujian kepada Nabi Yunus dengan
ditenggelamkan dan dimakan oleh hut, ikan paus.

Di dalam perut ikan itulah Nabi Yunus menyesali dosanya kemudian


meminta ampun kepada Allah dengan kalimat, “Laa illaha illa anta subhanaka
inni kuntu minadzolimin. Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin.
Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin. Tidak ada Tuhan yang
patut disembah selain Engkau Yaa Allah, Maha Suci Engkau, sungguh aku
termasuk orang-orang yang zolim.”

Nabi Yunus membaca kalimat ini berulangkali di dalam perut ikan dengan
suara lirih, tetapi hatinya penuh dengan pengharapan. Penuh dengan penyesalan.
Sehingga dengan penyesalan dan harapan yang luar biasa itu, walaupun doa Nabi
Yunus itu terdengar lirih.

Tetapi doa ini begitu luar biasa sehingga mengguncang arash Allah.
Malaikat-malaikat yang ada di arash bertanya kepada Allah, “Yaa Robbana, yaa
Allah suara siapakah yang begitu sedih, dan begitu lirih ini sehingga membuat
kami merasa kasihan kepadanya.”
112
Kata Allah,: “Itu suara hambaKu Yunus yang meminta ampun kepadaKu.”
Maka kemudian malaikat-malaikat di langit memohon kepada Allah, “Yaa Allah
kasihanilah dia, ampunkanlah dosanya.”

Sehingga Allah kemudian mengatakan,: “Aku telah mengampuni dosa-dosa


hambaKu itu.” Maka setelah Allah mengampuni dosa Nabi Yunus, Allah pun
menyelamatkan Nabi Yunus dengan mengeluarkannya dari perut ikan dan
kemudian Allah memberikan rahmat kebaikan berupa ummat-ummat yang banyak
kepada Nabi Yunus.

Ini juga doa istighfar yang sangat ajaib, saking ajaibnya sampai
menggetarkan arash Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Kalimatnya sederhana, ada di
surat Al Anbiya ayat 87. Mudah dihafal, bahkan sebagian besar dari kita mungkin
hafal. Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin.Tetapi kalimat yang
singkat ini mampu menggetarkan langit. Kenapa? Karna dibaca dengan hati yang
penuh penyesalan dan pengharapan.

Kemudian yang terakhir yang ketiga adalah doa istighfar yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Sebagaimana beliau adalah
Sayyidul Anbiya, pemimpinnya para Nabi. Maka semua ajarannya adalah ajaran
yang terbaik diantara ajaran-ajaran baiknya para Nabi.

Semua teladan akhlaknya adalah akhlak yang paling istimewa diantara


akhlak-akhlak baiknya para Nabi. Termasuk kalimat istighfar, jika kita tadi
113
membaca kalimat istighfar yang baik dari Nabi Adam, kalimat istighfar yang
dahsyat dari Nabi Yunus.

Maka sekarang kita coba dengarkan kalimat Sayyidul Istighfar,


pemimpinnya istighfar yang diajarkan oleh Sayyidul Anbiya, pemimpinnya para
Nabi yaitu Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Maka seandainya doa Nabi Adam itu membuat Allah langsung jatuh cinta
dan kasihan kepada Nabi Adam, seandainya istighfar Nabi Yunus yang begitu
dahsyat menggetarkan arash dan langit.

Maka bagaimana dengan doa istighfar sayyidul istighfar yang diajarkan


Nabi, lebih dahsyat dari semua istighfar-istighfar yang pernah dibaca oleh para
Anbiya. Maka hafalah doa ini, apa doanya?

Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Sesungguhnya istighfar yang


paling baik adalah seorang hamba yang mengucapkan kalimat : Allahuma anta
robbi laa illaha illa anta kholaqtani wa anna ‘abduka wa anna ‘ala ‘ahdika
wawa’dika mastatho’tu audzubika min syari ma sona’tu abu’u laka bini’matika
‘alaiyya wa abu’u bidzambih faghfirli fa innahu laa yaghfiru dzunuba illa anta.”

Allahuma anta robbi, duhai Allah Engkau adalah Rabb-ku.

Laa illaha illa anta, tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Engkau.

114
Kholaqtani wa anna ‘abduk, Engkau yang telah menciptakanku dan aku
adalah hambaMu.

Wa anna ‘ala ‘ahdika wawa’dika mastatho’tu, aku menepati perjanjian


denganMu dan janjiMu sesuai dengan kemampuanku.

Audzubika min syari ma sona’tu, aku berlindung kepadaMu dari buruknya


perbuatanku.

Abu’u laka bini’matika ‘alaiyya, dan aku mengakui nikmatMu kepadaku.

Wa abu’u bidzambih, dan aku mengakui akan dosaku.

Faghfirli, maka ampunkanlah dosaku.

Fa innahu laa yaghfiru dzunuba illa anta, maka sesungguhnya tidak ada
yang bisa mengampuni dosa yang besar kecuali Engkau yaAllah.

Maka Nabi mengatakan, : “Barang siapa yang mengucapkan doa ini di


waktu siang dengan penuh keyakinan, lalu dia meninggal pada hari itu sebelum
waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang membaca doa
ini di waktu malam penuh dengan keyakinan, lalu dia meninggal sebelum waktu
fajar, maka dia termasuk penghuni surga.” (HR.Bukhori)

115
Ini yang diajarkan Nabi kepada kita tentang sayyidul istighfar, pemimpinnya
istighfar. Istighfar yang paling luar biasa. Lebih dahsyat daripada istighfarnya Nabi
Adam dan Nabi Yunus. Walaupun semuanya adalah kalimat-kalimat yang baik.

Maka siapa yang membaca doa ini di waktu siang, karna dia menyesali dosa-
dosanya jika dia wafat waktu siang itu, maka dia termasuk ahli surga. Jika dia
membaca doa ini di waktu malam karna menyesali dosa-dosanya, maka jika dia
meninggal di malam itu dia termasuk ahli surga.

Apa yang terkandung didalam doa istighfar ini sehingga begitu istimewanya
kalimat ini sampai dijuluki dengan sayyidul istighfar?

Istilah sayyidul istighfar bukan istilah dari ulama tetapi Nabi sendiri yang
menamakannya dengan nama sayyidul istighfar. Apa yang terkandung
didalamnya?

Pertama didalamnya terkandung kalimat, uluhiyyah dan rububiyah. Ada


kalimat tauhid didalamnya. Allahuma anta robbi laa illaha illa anta kholaqtani wa
anna ‘abduka, disitu ada kalimat tauhid. Pengakuan i’tirof seorang hamba tentang
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Dan ini adalah kalimat yang paling baik yang Allah suka dari kita.
Kemudian disitu juga ada pengakuan bahwa kita adalah hamba Allah, kita adalah
ciptaan Allah, Allah yang menciptakan kita, menghidupkan kita dan mematikan
kita.
116
Sehingga disitu ada semacam kalimat pasrah, penyerahan diri, islam. Dan itu
juga kalimat yang sangat baik. Kalimat-kalimat pembuka istighfar ini adalah
kalimat tauhid. Dan tidak ada yang lebih baik dari kalimat tauhid yang diucapkan
seorang hamba.

Yang kedua didalam doa istighfar ini ada janji dari seorang hamba kepada
Rabb-nya. Wa anna ‘ala ‘ahdika wawa’dika mastatho’tu, aku tetap dalam
perjanjianMu yaa Allah, beriman kepadaMu yaa Allah. Melaksanakan ketaatan
kepadaMu yaa Allah. Melaksanakan perintah-perintahMu semampuku yaa Allah.
Ini adalah janji jika kita berjanji kepada Allah dengan hati yang tulus.

Kita berazzam, berniat, bertekad bahwa setelah ini kita akan lebih baik.
Setelah ini kita akan menjalankan perintah Allah semampu kita. Maka itu adalah
kalimat yang paling istimewa dari hamba.

Tetapi kita ngga bisa membohongi Allah, Allah ‘alimuun bidzaatissudur,


Allah tahu isi hati hambaNya. Makanya kata Nabi tadi, : “Siapa yang membaca
kalimat ini dengan sungguh-sungguh.” Artinya dengan jujur dengan tulus. Maka
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala akan menjaminkan untuknya surga.

Selanjutnya adalah kalimat syukur. Abu’u laka bini’matika ‘alaiyya, aku


mengakui akan besarnya nikmatMu kepadaku yaa Allah. Dan Allah Subhanallahu
Wa Ta‟ala berfirman, : “Laa insyakartum laa azidannakum, kalau kalian bersyukur
kepadaKu pasti Aku akan tambakan nikmatKu untuk kalian.”
117
Ada kalimat syukur yang luar biasa didalam sayyidul istighfar ini.. lalu
setelah kalimat syukur ada kalimat pengakuan akan dosa diri kita. Wa abu’u
bidzambih, dan aku mengakui kesalahan-kesalahanku.

Banyak orang yang ngga merasa berdosa di hadapan Allah. Merasa dirinya
baik-baik saja bahkan merasa dirinya suci, itu adalah kesombongan yang Allah
tidak suka dari seorang hamba.

Ketika dia ngga berhijab, dia ngga merasa salah. Dia makan harta oranglain,
riba, harta anak yatim, harta waris secara tidak adil. Dia ngga merasa bersalah.
Ketika dia menceritakan aib oranglain, meng ghibah. Dia ngga merasa bersalah.
Itulah sombong.

Abu’u bidzambih, aku mengakui kesalahanku yaa Allah. Allah suka jika kita
i’tirof mengakui kesalahan kita, maka setelah semua kalimat-kalimat yang
istimewa ini ditutup dengan permohonan ampun dari hamba kepada Rabb-nya.

Faghfirli fa innahu laa yaghfiru dzunuba illa anta, maka yaa Allah
ampunkanlah dosaku tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.
Itulah kandungan dari kalimat sayyidul istighfar yang kata Nabi, : “Siapa yang
membacanya di siang atau malam hari Allah pasti akan menjadikan dia termasuk
ahli surga.”

Semoga dengan 3 kalimat-kalimat istimewa tentang istighfar ini kita udah


punya content baru secara daily untuk membasahi lisan kita dengan kalimat-
118
kalimat yang mulia. Sehingga setiap hari Allah jatuh cinta kepada kita,
mengampuni dosa-dosa kita dan semoga Allah menjaminkan untuk kita surga.

119
Tips Sabar Menjalani
Ujian Hidup

“Wa lanabluwannakum bisyai`im minal-khaufi wal-jụ'i wa naqṣim


minal-amwali wal-anfusiwas-samarot,wabasysyiriṣ-ṣobirin. Alladzina
idza asobat-hum muṣibah, qolu inna lillahi wa inna ilaihi roji'ụn.
Ula`ika 'alaihim ṣolawatum mir robbihim wa roḥmah, wa ula`ika
humul-muhtadụn.”

Di dalam surat Al Baqarah ayat 155 sampai 157 tadi Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala menyampaikan sebuah berita tentang, bahwa semua orang yang hidup di
dunia ini pasti diuji.

Ada yang diuji dengan harta, ada yang diuji dengan perasaan, ada yang diuji
dengan kehilangan, dan seterusnya. Bahkan Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala
menyampaikan banyak kalimat penegasan di dalam ayat-ayat ini.
120
Agar kita sadar bahwa, ngga ada satupun yang hidup di muka bumi kecuali
dia pasti diuji. Setelah Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala menyampaikan berita
tentang fitrah kehidupan, bahwa semuanya pasti akan diuji.

Kemudian Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala menyampaikan semacam berita


gembira. Wabasysyiriṣ-ṣobirin, sampaikan kabar gembira kepada orang yang
bersabar.

Jadi Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala tidak hanya memberikan ujian sebagai


fitrah kehidupan tetapi Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala menyampaikan takdir yang
lain, yang menjadi harapan dan berita baik bagi orang yang beriman.

Apa berita baiknya?

Wabasysyiriṣ-ṣobirin, sampaikan berita gembira kepada orang yang sabar.


Bahwa seolah-olah Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala ingin mengatakan justru di
dalam ujian-ujian ini Allah menyediakan banyak kejutan.

Syaratnya cuman satu, dia menjadi hamba yang bersabar terhadap ketentuan
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Sehingga dengan syarat itu dia akan mendapatkan
bushro, berita gembira.

Lalu dikalimat berikutnya Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala mengajarkan


kepada kita tentang cara bersabar. Ini adalah salah satu diantara bukti bahwa Allah
itu Rahman dan Rohim.

121
Allah bukan hanya membuat goresan takdir bahwa kehidupan ini penuh
dengan ujian. Tetapi Allah juga menyediakan di dalam ujian itu kebaikan-kebaikan
dan kejutan-kejutan.

Dan Allah menyempurnakan ayat-ayatnya dengan memberi kita petunjuk,


dengan mengajarkan kita tentang bagaimana cara mendapatkan kejutan-kejutan itu.
Karna memang Al Quran adalah kitab petunjuk. Dia bukan hanya wawasan atau
sebuah berita.

Tetapi dia mengajarkan kepada hamba-hamba Allah yang beriman untuk


mendapatkan kebaikan-kebaikan di dunia maupun di akhirat. Serta mendapatkan
kemuliaan di sisi Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Apa petunjuk yang Allah berikan di dalam ayat ini?

Allah berfirman, : “Alladzina idza asobat-hum muṣibah, qolu inna lillahi wa


inna ilaihi raji'ụn. Orang yang sabar yang akan mendapatkan berita gembira dan
kebaikan-kebaikan adalah orang-orang yang apabila ditimpa dengan suatu musibah
mereka mengatakan inna lillah wa inna ilaihi raji'ụn.”

Pasti kita ngga asing dengan kalimat ini. Tetapi tahukah kita makna dari
kalimat ini?

122
Kalimat ini bukan hanya kalimat yang dibaca untuk menunjukan sebuah
empathy kita kepada orang yang sedang kena musibah. Tapi lebih dalam dari itu,
kalimat ini adalah kalimat ridho.

Kalimat ketika seorang hamba menerima ketentuan Allah, walaupun itu


sesuatu yang membuat dia menangis atau bersedih. Tetapi dia terima. Ini adalah
kalimat ketika seorang perempuan merasa sedih karna kehilangan pasangannya.
Karna dikhianati, ditinggalkan, meninggal dunia.

Ketika seorang suami merasa kecewa kepada istrinya. Ketika seorang ayah
dan ibu kehilangan putra putrinya. Ketika seseorang yang bekerja keras tetapi
kemudian mendapatkan kerugian dan berbagai macam lagi musibah-musibah,
kejadian-kejadian hidup yang membuat kita merasa sedih.

Lalu orang yang mendapatkan ujian itu dengan penuh keridhoan


mengatakan, : “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'ụn.” Kita ini milik Allah, artinya
Allah yang menciptakan kita. Allah juga yang menentukan jalan takdir kehidupan
kita.

Ada kalanya senang, ada kalanya susah. Ada kalanya bahagia, ada kalanya
bersedih. Kita ini milik Allah bukan milik kita. Ketika kehilangan sesuatu kita
katakan, “Inna lillah.” Bahwa apa yang ada dalam kehidupan kita selama ini bukan
milik kita, tetapi milik Allah.

123
“Wa inna ilaihi roji'ụn.” Dan apa yang menjadi milik Allah kembali kepada
Allah. Dan kita ridho dengan ketentuan itu. Harta kita milik Allah, kembali kepada
Allah ketika kita kehilangan.

Keluarga kita milik Allah, kembali kepada Allah kepada pemiliknya ketika
diantara mereka ada yang wafat. Kebahagiaan kita milik Allah, dan dia kembali
kepada pemiliknya lalu berganti dengan kesedihan.

Semua yang ada dalam kehidupan kita milik Allah. Dan kapanpun Allah
berhak untuk mengambilnya kembali. Inilah inti dari inna lillahi wa inna ilaihi
roji'ụn. Sehingga siapapun yang bisa mengucapkan kalimat, “Inna lillahi wa inna
ilaihi roji'ụn.” Dengan hati yang ridho, pasrah, menerima, tahu diri, rela dengan
pengaturan Allah, maka dia termasuk orang yang sabar.

Yang kata Allah, : “Wabasysyiriṣ-ṣobirin. Sampaikan berita gembira kepada


orang yang sabar.” Lalu apalagi yang kita dapatkan ketika kita bersabar, selain
kejutan dan kebaikan yang Allah simpan?

Allah berfirman, : “Ula`ika 'alaihim ṣolawatum mir robbihim wa roḥmah,


wa ula`ika humul-muhtadụn. Mereka itulah orang-orang yang sabar, orang-orang
yang ridho, mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan ṣolawatum mir
robbihim wa roḥmah, ampunan dari Allah dan kasih sayang dari Allah.”

Makanya Nabi mengatakan kepada orang yang sedang sakit, : “Laa ba’sa
thohuruun insyaaAllah, ngga papa bersabarlah sakit ini adalah penggugur dosa.”
124
Karna sejatinya ketika Allah memberikan suatu ujian dalam kehidupan hambaNya,
Allah sedang membersihkan hamba itu dari dosa-dosa di masa lalu.

Agar dengan itu Allah mengangkat derajatnya, dan mengatakan dia


termasuk diantara hamba-hamba Allah yang mulia dan istimewa.

Intinya kalau kita mau belajar menjadi orang yang bersabar terhadap ujian,
Allah memberi kita petunjuk di dalam paragraf ini belajarlah memahami kalimat
“Inna lillahi wa inna ilaihi roji'ụn.” Pahamilah kalimat itu dengan hati, bukan
dengan fikiran, bukan dengan lisan, tetapi dengan hati dan perasaan.

Sampai kita mampu merasakan ridho, rela, menerima, bahwa kita ini milik
Allah. Apa yang ada dalam kehidupan kita milik Allah, dan kapanpun Allah
berhak untuk mengambilnya kembali.

Tetapi Allah tidak pernah mengambil sesuatu yang baik dari kehidupan kita,
kecuali Allah akan memberikan ganti yang kebih baik, jika kita bersabar.

125
Syukur itu Sayap Untuk
Terbang ke Langit

Setelah malam kemarin kita membahas tentang masalah sabar, maka pada
malam ini kita akan membahas tentang syukur. Karna para ulama mengatakan,
“Sabar dan syukur itu bagi orang beriman adalah 2 sayapnya untuk terbang ke
surga.”

Seseorang yang memiliki sabar berarti dia seperti burung yang memiliki
sebelah sayap untuk terbang. Lalu ketika dia memiliki syukur, maka dia memiliki
sayap yang sempurna sebelahnya lagi.

Sehingga dia bisa terbang dengan tinggi dan mudah. Maka seorang mukmin
yang ingin terbang ke langit bertemu dengan Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala dalam
keadaan Allah ridho dan dia pun ridho mengetuk pintu surga. Mendengar ucapan
selamat-selamat dari para malaikat penghuni surga.
126
Maka untuk sampai ke tempat-tempat yang tinggi itu dia membutuhkan
sayap yang sempurna, dan sayap itu adalah sabar dan syukur. Nabi Shalallahu
Alaihi Wassalam bersabda, : “ ‘Ajaban lii amril mu’min ; Menakjubkan sekali
keadaan orang yang beriman. Inna amrohu kulluhu khair ; Keadaannya semua
adalah baik. Inashobathu syarro syakaro fa kanna khairullah ; Kalau dia
mendapatkan satu nikmat dia bersyukur dan itu adalah kebaikan baginya. Wa
inashobathu dhorro shobaro fa kanna khairullah ; Dan kalau dia ditimpa dengan
kesusahan maka dia bersabar dan itupun kebaikan baginya.”

Inilah salah satu hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam yang


menggabungkan 2 sayap orang yang beriman, yaitu syukur dan sabar. Sehingga
dengan syukur dan sabar ini seorang mukmin keadaannya selalu dalam kebaikan.
Kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.

Setelah malam kemarin kita membahas tentang hakikat dari kesabaran,


bagaimana cara untuk bisa bersabar. Coba kita renungkan malam ini tentang
syukur. Kenapa Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam mengatakan bahwa syukur itu
adalah kebaikan? Seberapa dahsyatnya syukur itu bagi orang yang beriman?

Simaklah firman Allah di dalam surat Ibrahim ayat ke 7 ketika Allah berjanji
kepada kita : “La insyakartum la ‘a dzidannakum. Jika kalian bersyukur maka pasti
Aku akan tambahkan nikmat itu untuk kalian.”

127
Sehingga di dalam ayat ini Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala seolah-olah
menegaskan kepada kita untuk menambah nikmat dalam kehidupan kita, ternyata
bukan dengan cara berkeluh kesah tetapi dengan bersyukur.

Ketika kita mendapatkan satu kebaikan walaupun kecil, rizki yang sedikit,
pasangan yang pas-pasan, kehidupan yang tidak terlalu berlimpah, fisik yang
mungkin tidak seperti oranglain.

Tetapi kita menerima nikmat pemberian Allah itu dengan senyum di dalam
hati, dengan ucapan alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas nikmat ini. Maka
Allah berjanji, : “La ‘a dzidannakum. Pasti akan Aku tambahkan untuk kalian
nikmatKu.”

Jemputlah nikmat-nikmat yang lebih besar dalam kehidupan kita dengan


syukur. Makin besar rasa syukur kita kepada Allah, makin besar pula nikmat yang
Allah berikan untuk kita. Jadi kalau ingin nikmat bertambah, tambah syukur.

Bagaimana cara menambah syukur ustadz?

Tambah kualitas syukur kita dengan memperbaiki ibadah kita kepada Allah.
Kalau biasanya kita melakukan ibadah yang wajib, tambah dengan ibadah yang
sunnah. Sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah.

128
Makanya Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala mengatakan, : “Daud Alaihi Salam
adalah hamba yang paling pandai dalam bersyukur.” Nabi Daud adalah contoh
hamba Allah yang paling pandai bersyukur.

Apa bentuk syukur Nabi Daud kepada Allah sehingga Allah memuji
syukurnya?

Nabi Daud terkenal dengan puasa, satu hari berpuasa, satu hari berbuka. Dan
Nabi Daud terkenal dengan tahajudnya, dimana beliau membagi malam beliau
menjadi 3 bagian. Tidur, bangun kemudian tidur lalu setelah itu melaksanakan
shalat subuh.

Sebaik-baik ibadah sunnah yang dilakukan untuk mensyukuri nikmat Allah


adalah yang dicontohkan oleh Nabi Daud Alaihi Salam. Itulah kualitas syukur
Nabi Daud. Beliau melakukan ibadah-ibadah sunnah sesering mungkin.

Dengan berpuasa selang-seling, dengan tahajud diantara 2 waktu tidurnya.


Sehingga Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berkenan dengan syukurnya Nabi Daud.
Menambahkan untuk Nabi Daud nikmat-nikmat yang sangat besar.

Salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada Daud Alaihi Salam
adalah Allah anugerahkan untuknya anak yang shalih. Yang kelak menjadi Nabi
juga yang bernama Nabi Sulaiman Alaihi Salam.

129
Atau renungkanlah ekspresi syukurnya Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassalam. Ketika suatu malam Bilal bertanya kepada baginda ketika melihat
baginda Nabi sedang melakukan ibadah yang sangat panjang, sujud yang sangat
lama, berdiri yang sangat lama sampai kaki beliau bengkak.

Sampai air mata beliau membahasahi seluruh janggutnya yang mulia. Bilal
bertanya, “Ya Rasulullah bukanlah Allah berjanji akan mengampuni semua
dosamu dan menjamin engkau masuk ke dalam surgaNya. Lalu kenapa engkau
melakukan ibadah seberat ini?”

Nabi menatap wajah Bilal dengan tersenyum dan mengatakan, : “Wahai


Bilal, tidakkah pantas jika aku menjadi hamba yang bersyukur?”

Artinya bukankah semua nikmat itu istimewa sehingga aku layak bersyukur
dengan cara yang istimewa? Maka ibadah-ibadah Nabi yang luar biasa itu adalah
bentuk syukur beliau terhadap nikmat yang Allah berikan kepada beliau.

Sehingga Allah tambahkan lagi nikmat untuk beliau. Innaaa a’thoinakal-


kausar.

Yuk kita terbang menemui Rabb kita mengetuk pintu-pintu surga dengan 2
sayap kita, sabar dan syukur. Belajarlah sabar yang indah, shabran jamiila. Dan
syukur yang terbaik seperti syukurnya Nabi Daud dan Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wassalm.

130
Di Like Sama Allah

Pernah ngga kita merasa senang ketika ada postingan kita di like sama
seseorang yang menurut kita istimewa. Ketika postingan kita di like oleh seorang
selebgram, di like oleh seorang public figure, di like oleh seorang tokoh, atau di
like oleh seseorang yang kita punya perasaan kepada dia.

Pernah ngga kita merasa senang ketika kita broadcast sesuatu di grup lalu
yang lain semuanya memberi kita emoticon senyum, atau jempol. Mereka
merespon broadcast kita dengan respon-respon yang menyenangkan hati.

Bukankah kita suka jika apa yang kita posting, apa yang kita broadcast
tentang apa yang kita lakukan dan kita ucapkan kemudian di respon dengan baik
oleh oranglain?

Lalu bagaimana jika apa yang kita lakukan dan kita ucapkan itu di like oleh
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala? Disebut-sebut, di mention oleh Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala di dalam majelis Allah yang lebih mulia.

131
Di repost oleh Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala diantara para malaikat. Di
story oleh Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala diantara penduduk-penduduk surga.

Bagaimana jika apa yang kita lakukan kemudian di live oleh Allah? Lalu
disaksikan oleh para penduduk-penduduk langit dengan ketakjuban.

Inilah like yang paling berharga bagi orang yang beriman. Inilah keadaan
yang paling istimewa bagi seorang yang beriman. Inilah sebuah keberuntungan
bagi seorang hamba Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Apabila kehidupannya, perilakunya, ucapannya, di like oleh Rabb pemilik


alam semesta. Dipertontonkan, di repost, di live kepada penduduk langit dan
penduduk surga.

Sehingga tiba-tiba dia menjadi seorang yang terkenal di langit. Dia menjadi
selebgram di surga. Semua penduduk surga menyebut namanya, memanggil-
manggil namanya, sehingga kelak ketika dia masuk ke dalam surga semua orang
akan menyambutnya dengan penuh suka cita.

Inilah yang paling beruntung diantara hamba-hamba Allah Subhanallahu Wa


Ta‟ala, lebih beruntung daripada seorang selebgram yang mendapatkan like
banyak di postingan-nya, viewer banyak, subscriber banyak, followers banyak.

Ngga ada apa-apanya dibandingkan dengan ketika seorang hamba di like, di


follow oleh para penduduk surga dan penduduk langit.

132
Apa amalan yang membuat Allah menyebut-nyebut kita, me-mention kita,
membanggakan kita diantara penduduk surga dan penduduk langit?

Ada 2.

Yang pertama adalah zikir. Sebagaimana firman Allah Subhanallahu Wa


Ta‟ala, : “Fadzkuruni adzkurkum. Mention Aku, maka Aku akan mention kalian.”
Ketika kita mengawali sesuatu kita mention Allah dengan bismillah dan
menyudahinya dengan alhamdulillah.

Kita mention Allah dengan kalimat subhanallah, masyaaAllah, fadzkuruni


adzkurkum. Semakin sering kita mention Allah, semakin sering Allah akan mention
kita di majelisnya yang lebih mulia.

Bukankah Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam menyampaikan sebuah hadits


qudsi dimana Allah berfirman, : “Aku tergantung prasangka hambaKu kepadaKu.
Jika dia menyebut namaKu dalam dirinya, maka Aku akan sebut namanya didalam
majelis yang lebih baik daripada majelisnya.”

Maka belajarlah untuk lebih sering me-mention Allah dalam ucapan kita.
Kita katakan, barakallah, masyaaAllah, subhanallah, laa illahailallah, dan masih
banyak kalimat-kalimat zikir lainnya yang baik yang mengandung nama diantara
nama-nama Allah yang mulia.

133
Sehingga kita akan menjadi orang yang di like oleh Allah, di mention oleh
Allah, dibanggakan oleh Allah, di repost ucapan-ucapan kita dalam bentuk pujian
oleh Allah diantara penduduk-penduduk langit dan penghuni-penghuni surga.

Amalan kedua jika kita ingin dapat like dari Pencipta langit dan bumi adalah
renungkan hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam kata Nabi, : “Ahabbunassi
ilallahi ta’ala anfauhum linnas. Manusia yang paling disukai, yang paling dicintai
di like oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Wa
ahabbul a’mal ilallah azza wajal sururuun yudhkhiluhu ‘ala muslim auyak-syifu
‘anhu qurbatan auyak-dhi’anhu dainan auyak-rudhu’anhu jaw’an. Dan perbuatan
yang paling dicintai oleh Allah adalah menggembirakan hati seorang muslim, atau
menghilangkan salah satu kesusahannya, atau membantu membayarkan hutang-
hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya.”

Lalu Nabi melanjutkan, : “Sungguh berjalan bersama seorang saudaraku


untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku sukai daripada beri‟tikaf di masjid
Nabawi selama 1 bulan. Barangsiapa yang menahan marahnya, maka Allah akan
menutupi aibnya. Barangsiapa yang menahan marahnya ketika dia bisa
menumpahkan marah itu, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhoan di
hari kiamat. Barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai mampu memenuhi
segala kebutuhan saudaranya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya
untuk melintasi sirot di hari ketika banyak kaki yang tergelincir ke dalam api
neraka.” (HR. At-Thabrani) dengan derajat shahih.
134
Maka kita udah ngerti perbuatan apa yang paling di like oleh Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala. Ternyata menjadi orang yang paling bermanfaat.
Menjadi orang yang paling bermanfaat dengan cara menyenangkan hati oranglain.
Menghilangkan kesusahan oranglain dari kehidupan oranglain. Membayarkan
hutang saudaranya. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan saudaranya. Menahan
amarahnya dari oranglain sehingga tidak menyakiti oranglain.

Semua itu adalah perbuatan yang paling di like oleh Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala. Sehingga Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala akan memberikan untuknya
kebaikan-kebaikan yang istimewa di Padang Mahsyar, di sirot, di dalam surga.

Yuk kita jadikan 2 amalan ini sebagai amalan favorit kita sehari-hari.
Banyaklah berzikir kepada Allah, supaya Allah juga akan sering berzikir dengan
nama kita diantara para malaikat. Lalu jadilah orang yang paling banyak
membantu oranglain, bermanfaat bagi oranglain, sehingga Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala akan mengangkat derajat kita.

135
3 Sifat Pasangan yang
Dibenci Allah

3 tipe pasangan yang Allah ngga suka dan Rasul ngga suka. Saya (Ustadz
Hanan Attaki) sengaja memilih ini bukan bermaksud pengen agar kita bisa men-
judge oranglain apalagi menilai pasangan kita, bukan.

Tujuan saya (Ustadz Hanan Attaki) memilih tema ini tuh biar kita lebih bisa
introspeksi diri karna dengan kita tahu tipe-tipe pasangan yang Allah dan Rasul
ngga suka, kita bisa mencoba untuk menghindar sifat-sifat yang tidak baik itu dan
menjadi pasangan yang lebih ideal untuk pasangan kita. Seorang suami yang lebih
ideal buat istrinya atau istri yang lebih ideal buat suaminya.

Apa aja sih 3 tipe pasangan yang Allah tuh ngga suka dan Rasul juga ngga
suka?

136
Yang pertama adalah 3 tipe cowok yang Allah ngga tuh suka. 3 tipe suami,
ayah, lelaki, yang dibenci oleh Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Yang pertama
adalah cowok yang suka mentelantarkan hak-hak keluarganya.

Artinya apa?

Artinya dia tuh ngga bisa menjalankan perannya sebagai qowwam di rumah
tangganya. Qowwam itu artinya yang memberi nafkah dan yang mentakdib
mendidik keluarganya, baik untuk istri maupun anak-anaknya.

Ar-rijalu qowwamuna ‘alan-nisa. Laki-laki itu adalah qowwam terhadap


perempuan. Bima faddalallahu ba’dohum ‘ala ba’ wa bima anfaqu min
amwalihim. Kenapa laki-laki itu diberi tugas qowwam oleh Allah? Karna dia
diberikan kelebihan daripada perempuan dalam satu hal, yaitu fisik yang lebih
kuat, kemudian yang lebih dominan logika daripada perasaan.

Sebaliknya kalo perempuan secara fitrah lebih dominan perasaan daripada


logika. Sehingga dengan potensi itu, Allah memberi amanah untuk jadi qowwam,
penegak di rumahnya.

Yang menegakan rumah tangga itu dengan nafkahnya, dan menegakan


rumah tangga itu dengan pendidikannya. Dia yang mencari rizki, dia yang mencari
nafkah, dia yang mencari kebutuhan keluarganya. Supaya rumah tangga itu tegak
dengan hak-hak mereka, tegak dengan nafkah-nafkah yang halal. Keluarganya

137
hidup nyaman karna mendapatkan nafkah dan rizki yang baik dari seorang suami
atau seorang ayah.

Dan juga karna suami ini menjadi pendidik yang menegakan syariat Allah di
dalam rumah tangganya. Yang menegakan agama Allah kepada istri dan anaknya,
selain pastinya kepada dirinya sendiri.

Inilah peran qowwam-nya seorang laki-laki. Makanya Allah mengatakan, :


“Ar-rijalu qowwamuna ‘alan-nisa.” Laki-laki itu qowwam, laki-laki itu penegak.
Kalau dalam sebuah bangunan itu, qowwam itu adalah tiangnya. Sehingga ketika
tiangnya patah, maka seluruh bangunan itu akan ikut roboh.

Ini menunjukan bahwa Allah ngga suka sama laki-laki yang ngga
mengambil peran qowwam di rumahnya. Satu, untuk menafkahi keluarganya. Dua,
untuk mendidik keluarganya.

Makanya kita sebagai cowok tuh harus pride, harus bangga kalo kita bisa
ngasih rizki atau nafkah kepada istri kita dan kepada anak-anak kita. Jangan
sampai kita menjadi seorang laki-laki yang kikir terhadap keluarga.

Kikir terhadap mertua, kikir terhadap orangtua, kikir terhadap istri, kikir
terhadap anak-anak sendiri. Termasuk kepada pembantu, kepada supir. Kepada
orang yang berada di rumah kita. Jangan kikir, kenapa?

138
Karna apa yang kita berikan kepada mereka itu secara halal adalah infaq
terbaik di sisi Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Jadilah seorang qowwam yang bisa
mencari rizki bagi keluarganya.

Kita tuh harusnya malu kalo kita ngga bisa ngasih nafkah buat keluarga kita,
walaupun istri kita memiliki penghasilan sendiri. Itu ngga boleh kita merasa
nyaman dengan hal yang kayak gitu, kenapa?

Karna itu ngga fitrah, fitrahnya laki-laki itu memberi nafkah. Nafkah bukan
soal berapa angkanya, banyak atau sedikit, bukan. Lebih kepada izzah, maka
kemuliaan atau izzah-nya laki-laki adalah ketika dia bisa memberikan nafkah
kepada keluarganya.

Sebagaimana juga arti qowwam adalah ta’dib. Maka kita sebagai cowok
harusnya bener-bener faham batasan-batasan agama, syariat Allah. Sehingga kita
bisa mengajarkan itu, menerapkan itu, minimal di rumah tangga kita.

Walaupun yang mendidik anak itu lebih banyak ibunya, tetapi yang akan
menegakan, mengawasi, mengevaluasi, memantau, bahwa semua itu berjalan
dengan baik adalah seorang ayah.

Sehingga kalau seorang ayah mulai melemah terhadap pendidikan anak, dan
dia mentolerir banyak dosa-dosa yang dilakukan di rumahnya, berarti laki-laki itu
sudah tidak lagi menjalankan perannya sebagai qowwam. Itu satu.

139
Kedua sifat laki-laki yang dibenci oleh Allah adalah dayyus. Apa itu dayyus?
Kata Nabi, : “Ada 3 orang yang Allah haramkan masuk kedalam surga, pertama
pecandu khamr, kedua orang yang durhaka kepada orangtua, dan yang ketiga
adalah dayyus.”

Para sahabat bertanya, “Yaa Rasulallah, siapa itu dayyus?”

Kata Nabi, : “Laki-laki yang tidak punya sifat cemburu sehingga dia diam
dan setuju ketika keluarganya melakukan perkara yang keji.” (HR. Ahmad)

Itulah yang dimaksud dengan dayyus di dalam hadits riwayat Ahmad, ketika
seorang laki-laki tidak punya rasa cemburu dan rasa tidak nyaman, melihat istrinya
atau anak perempuannya berinteraksi dengan laki-laki lain secara berlebihan.

Lewat telfon, ngomongnya mungkin terlalu akrab, banyak bercanda,


menggunakan bahasa-bahasa yang tidak pantas untuk oranglain yang harusnya
hanya untuk keluarga. Kemudian curhat-curhatan atau chat yang sampe malem.
Atau vidcall (Video Call), atau berkomunikasi di kantor dengan laki-laki lain
secara berlebihan. Terlalu memancing perhatian, dan seterusnya.

Laki-laki kalo melihat ini kepada anak-anak dan istrinya , tidak cemburu
berarti dia dayyus dan Allah sangat tidak suka kepada dayyus. Atau ketika seorang
laki-laki membiarkan istrinya dan putrinya keluar rumah tanpa berhijab. Dan dia
ngga merasa risih dengan kondisi itu.

140
Dia merasa itu hal yang wajar, dan dia bahkan kadang bangga ketika istrinya
atau anaknya bisa memperlihatkan kecantikan mereka kepada orang di luar rumah.
Bahkan sekarang yang lebih mengkhawatirkan lagi ketika seorang ayah
membolehkan untuk pacaran, dibawa, dibonceng oleh laki-laki lain yang bukan
muhrimnya sedangkan ayah ini merasa bangga kalau anaknya udah punya pacar.
Ini nauzubillah. Ini termasuk diantara perkara, sifat laki-laki yang paling dibenci
Allah.

Sampe Nabi mengatakan, : “Dia termasuk satu diantara 3 orang diharamkan


masuk ke dalam surga.” Nauzubillahimindzalik.

Jadi sifat cemburu seorang laki-laki itu adalah penjaga bagi istri dan anak-
anak perempuannya. Sehingga kalau seorang suami ngga pencemburu kepada
istrinya, ngga pencemburu kepada anak perempuannya, dengan cemburu yang
diajarkan oleh Allah dan Rasul maka keluarga itu sudah kehilangan perisai atau
penjaga.

Yang ketiga, laki-laki yang dibenci oleh Allah dan Rasul adalah seorang
laki-laki yang pemarah dan suka menyakiti keluarga secara fisik dan perasaan.
Makanya Nabi bersabda, : “Istausu bin nisa’i khairon. Perlakukanlah perempuan
itu dengan baik-baik. Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk,
dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau ingin
meluruskannya dengan cara memaksa, maka engkau mematahkannya. Jika engkau

141
membiarkan, maka dia tetap bengkok. Maka perlakukanlah perempuan itu secara
baik-baik.”

Apa maksud dari hadits ini?

Maksudnya memang laki-laki itu adalah qowwam, yang mendidik, yang


menegakan syariat untuk keluarganya. Tetapi tetep dia ngga boleh menegakan itu
dengan paksaan apalagi dengan cara-cara yang bisa menyakiti mereka secara fisik
dan perasaan.

Dia ngga bisa menegakan syariat di rumahnya dengan sebuah paksaan.


Tetapi dengan sebuah penyadaran, dengan sebuah pendidikan, dengan ketegasan.
Sehingga ketika dia marah, lalu menyakiti istrinya, marah kemudian dengan
menyakiti anak perempuannya maka dia adalah laki-laki yang dibenci oleh Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala. Innalillah wa inna ilaihi rojiun.

Semoga kita sebagai cowok-cowok bisa terhindar dari 3 sifat ini. Pertama,
tidak bertanggungjawab yaitu dengan mentelantarkan keluarganya, tidak mendidik
keluarganya, tidak menjalankan peran qowwam. Yang kedua, laki-laki yang tidak
punya sifat cemburu atau dayyus. Yang ketiga, laki-laki yang pemarah dan suka
menyakiti keluarganya secara fisik dan perasaan. Nauzubillahimindzalik.

Kemudian yang berikutnya adalah 3 sifat perempuan yang dibenci oleh


Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

142
Yang pertama, perempuan yang suka tabaruj. Suka berdandan bukan untuk
suaminya. Saya (Ustadz Hanan Attaki) bukan mau men-judge tetapi saya (Ustadz
Hanan Attaki) pengen kita bertanya ke dalam diri masing-masing dan kita sendiri
yang akan menjawabnya. Untuk siapa selama ini kita berdandan?

Jawablah dengan jujur, tidak perlu diomongin, jawab di dalam hati. Karna
kita ngga mungkin membohongi diri kita sendiri.

Untuk siapa kita berdandan?

Untuk suami kita? Atau untuk oranglain?

Kita pengen dapet perhatian dan apresiasi siapa ketika kita berdandan?

Pengen terlihat cantik didepan siapa saat kita berdandan?

Pengen dipuji oleh siapa saat kita berdandan?

Pengen diterima dalam sebuah pergaulan oleh siapa saat kita berdandan?

Coba kita tanya pada diri kita masing-masing. Kalau kita berdandan untuk
suami kita yang halal, untuk menyenangkan hatinya, untuk terlihat cantik di
depannya supaya dia lebih cinta kepada kita, supaya kita bisa menjadi ratu di
hatinya. Maka berdandannya kita adalah ibadah di sisi Allah.

Kita pake segala macem skincare, kalau buat suami itu ibadah. Kita pake
segala macem make up kalo buat suami, itu ibadah. Kita pake OOTD (Outfit Of
143
The Day) yang paling keren, yang paling matching dari atas sampai bawah, kalau
buat suami itu ibadah.

Berdandan bukan untuk suaminya berarti termasuk tabaruj jahiliyah.


Berdandan dengan cara jahiliyah, Allah ngga suka. Termasuk ada istilah di dalam
hadits itu, kasiat ariyat. Haditsnya gini, Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam
bersabda, : “Ada 2 golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat.”
Kata Nabi.

“Yang pertama suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk
memukul manusia. Dan yang kedua, para wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Kasiat ariyat mailat mumilat. Wanita seperti itu tidak akan pernah masuk surga
dan tidak akan mencium aroma surga walaupun harumnya surga itu tecium dari
perjalanan jarak sekian dan sekian” (HR. Muslim)

Apa itu istilah kasiat ariyat mumilat mailat. Ada 4 istilah kasiat ariyat
mumilat mailat, apa artinya?

Kasiat itu artinya menutup. Artinya dia memakai pakaian yang tertutup,
hijab dan seterusnya. Tetapi ariyat, telanjang. Apa maksudnya? Terlalu ketat,
transparan, membentuk lekuk tubuh.

Sehingga walaupun dia menutup, kalo itu membentuk lekuk tubuhnya secara
jelas. Atau bahannya transparan sehingga terlihat lehernya, tengkuknya,
telinganya, terlihat lengannya, terlihat kakinya. Maka dia termasuk kasiat ariyat.
144
Yang menutup tetapi maaf, telanjang, kata Nabi. Ini termasuk diantara cara
berpakaian perempuan yang sangat tidak disukai oleh Allah dan Rasul.

Kemudian mumilat mailat, artinya apa?

Dia memancing perhatian laki-laki lain dan dia senang kalo orang itu
memperhatikan dia. Ini sifat perempuan yang ada di hadits tadi. Dia suka mancing
perhatian oranglain dengan ekspresinya di depan kamera, ekspresi-ekspresi yang
seperti ini ketika dia keluarkan ke sosial media, kepada orang di luar rumahnya,
kepada selain suaminya.

Maka namanya mumilat, memancing perhatian. Lalu ketika orang nge-like,


orang comment, orang bilang cantik, orang bilang lucu, orang bilang cute, orang
bilang apa segala macem. Dia merasa nyaman, itu berarti mailat.

Suka memancing perhatian oranglain, dan dia merasa nyaman kalo oranglain
itu, laki-laki lain itu memperhatikan dia. Kata Nabi, : “Perempuan seperti ini Allah
ngga suka, sehingga tidak akan pernah masuk ke dalam surga Allah Subhanallahu
Wa Ta‟ala.”

Saking Allah ngga sukanya, jangankan masuk surga. Mencium aroma


harumnya surga aja dia ngga akan dapat. Nauzubillahimindzalik. Yang perempuan,
perhatikan cara kita berpakaian.

145
“Ustadz kadang-kadang kita udah berpakaian longgar, dengan bahan yang
ngga transparan. Tapi namanya sedang beraktifitas, lagi jalan, lagi naik sepeda,
lagi naik motor, lagi lari, lagi apa, kadang-kadang kebentuk juga.”

Laa yukallifhu nafsan illa wus’aha. Kalo kita udah memperbaiki cara
berpakaian kita, tapi masih tetap membentuk lekuk tubuh kita. Atau kadang-
kadang tersingkap tanpa kita sengaja, Allah memaafkan sesuatu yang diluar batas
kemampuan kita. Selama kita udah berusaha yang terbaik.

Yang kedua, perempuan yang tidak disukai oleh Allah itu adalah kuffur
i’yal. Perempuan yang durhaka kepada suami. Dengan cara banyak berkeluh kesah,
mengeluh tentang nafkah suami, mengeluh tentang kekurangan-kekurangan suami,
membicarakan aib-aib suami kepada temen-temennya genk-nya, membuka aib
keluarga, terus berkeluh kesah tentang suami. Perempuan yang menolak nasehat
dari suaminya ketika dinasehati, alasannya seringnya, “Ah suami saya juga belum
sholeh.”

Dia menolak nasehat yang baik dari suaminya, dan dia tidak ridho, tidak
merasa cukup dengan apa yang sudah diberikan suami kepada dia, merasa bahwa
suaminya itu ngga ada apa-apanya. Terus mengeluh. Ini namanya, kuffur i’yal.
Termasuk diantara durhaka yang Allah ngga suka seperti seorang anak yang
durhaka kepada orangtuanya.

146
Dan yang ketiga adalah seorang perempuan yang tidak mampu menjaga diri
ketika dia tidak bersama dengan suaminya. Dia tidak hafidhotun lilghaib, dia tidak
menjaga amanah suami ketika dia lagi ngga bersama dengan suaminya.

Ketika suaminya ngga di rumah, dia memasukan laki-laki yang bukan


muhrimnya ke dalam rumah. Ketika suaminya ngga bareng dengan dia, dia telfon-
telfonan, dia chat dengan laki-laki lain secara berlebihan.

Dia jalan, dia makan, berkomunikasi, berinteraksi dengan laki-laki lain.


Padahal ngga ada suaminya bersama dengan dia. Dia ketika chat ngeluarin banyak
emoticon buat oranglain, yang harusnya itu hanya untuk suaminya. Ini namanya
tidak hafidhotun lilghaib, tidak menjaga kehormatan dirinya saat dia tidak bersama
dengan suaminya. Ini Allah ngga suka.

Makanya Allah sampaikan di surat An Nisa, perempuan yang Allah suka itu
ada 3 cirinya sholihatun, qonitatun, hafidhotun.

Sholehah artinya dia selalu menyenangkan bagi suaminya. Qonitatun artinya


dia suka beribadah kepada Rabbnya dan hafidhotun artinya dia menjaga
kehormatannya. Terutama ketika suaminya tidak ada bersama dengan dia.

Inilah perempuan yang Allah ridho dan Allah cintai diantara perempuan-
perempuan yang ada.

147
Maka, yuk kita belajar dari 3 sifat suami atau istri, ayah atau ibu yang sudah
saya (Ustadz Hanan Attaki) sampaikan tadi agar kita bisa memperbaiki diri biar
kita ngga termasuk diantara 3 sifat yang dibenci Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Mudah-mudahan sharing ini bermanfaat buat semuanya.

148
Agar Doa Menjadi
Senjata

“Doa itu adalah senjata bagi orang yang beriman.” Kata Nabi
Artinya ketika orang beriman merasa lemah, maka doa adalah penguat
baginya. Ketika orang beriman merasa terancam, merasa tidak berdaya, merasa
takut, maka doa itu adalah perisai yang akan melindunginya. Ketika orang yang
beriman merasa khawatir dan gelisah, maka doa itu harusnya menjadi jaminan
baginya.

Karna itulah Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam mengatakan, : “Ad-dua


silahul mu’min. Doa itu adalah senjata bagi orang yang beriman.”

149
Banyak sekali keajaiban-keajaiban yang kita baca dalam sejarah, terjadi
dengan doa-doa orang yang beriman. Salah satunya adalah kisah keajaiban dari
doa Umar Ibn Khatab ketika Mesir dilanda dengan kekeringan yang panjang.

Waktu itu yang menjadi gubernur Mesir adalah Amru bin „As. Amru bin „As
mengirim surat kepada khalifah Umar bin Khatab di Madinah, untuk meminta
bantuan pangan kepada amirul mukminin Umar bin Khatab atas musibah
kekeringan yang terjadi di Mesir.

Maka Umar bin Khatab mengirim surat kepada Amru bin „As yang isinya
adalah doa. Kata Umar bin Khatab, “Kalau engkau menerima suratku ini, maka
bacakanlah surat ini di depan penduduk Mesir.” Lalu ketika surat itu sampai
kepada Amru bin „As di Mesir.

Amru bin „As mengumpulkan penduduk Mesir, penduduk kota Kairo.


Kemudian mereka melakukan shalat istisqa. Setelah selesai shalat istisqa, maka
Amru bin „As membuka surat dari amirul mukminin Umar bin Khatab, dan
membacakan isi surat tersebut di hadapan penduduk Mesir.

Apa isi dari surat tersebut?

Isinya Umar menuliskan sebuah kalimat doa, “Bismillahirahmanirahim, Yaa


Allah yang menciptakan langit dan bumi. Yang mengatur alam semesta. Yang
menggilirkan malam dan siang. Yang menurunkan hujan, turunkanlah hujan dan
rahmatMu kepada penduduk Mesir.”
150
Setelah selesai Amru bin „As membaca doa yang isinya kurang lebih adalah
meminta rahmat dan hujan kepada Allah. Maka tiba-tiba Allah datangkan awan
yang sangat gelap kemudian Allah turunkan hujan kepada penduduk Mesir.
Sampai Sungai Nil meluap masuk ke ladang-ladang gandumnya penduduk Mesir.
Sehingga penduduk Mesir bersorak gembira, bertakbir, sujud syukur atas limpahan
rahmat hujan yang Allah berikan kepada mereka.

Ini adalah keajaiban dari doa seorang khalifah, seorang kepala negara,
seorang amirul mukminin, Umar Ibn Khatab.

Masih banyak cerita-cerita tentang keajaiban doa yang terjadi dalam sejarah
orang-orang shalih. Yang intinya adalah doa itu bener-bener bisa jadi andalan
orang yang beriman dalam suasana dan kondisi apapun kalau mereka yakin akan
keajaiban doa.

Untuk itu kita belajar, bukan hanya tentang lafadz doa, bukan hanya tentang
text doa. Tetapi dalam berdoa kita belajar yakin. Bahwa doa itu bukan sekedar
basa-basi. Doa itu bukan sekedar curhat yang didengar belum tentu dijawab. Doa
itu bukan sekedar text yang kita kirim dan belum tentu di read. Doa itu bukan
sekedar caption yang belum tentu di like.

Doa itu adalah senjata. Doa itu adalah untuk menjemput keajaiban. Doa itu
adalah pertolongan Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Makanya kalo kita bisa belajar

151
yakin tentang keajaiban doa, maka kita akan melihat banyak sekali kejutan-kejutan
dalam kehidupan kita setelah berdoa. Belajar yakin.

Yang kedua setelah belajar yakin, supaya doa kita itu ajaib maka iringilah
doa kita dengan menyebut kebesaran-kebesaran Allah didalam asmaullahilhusna.
Sebut nama-nama Allah.

“Walillahi asmaulhusna fadu’hubiha. Allah itu punya nama-nama yang


mulia maka berdoalah dengan nama-nama itu.” Kata Allah.

Sehingga siapa yang meminta kepada Allah dengan memanggil salah satu
diantara nama-nama Allah yang mulia, maka Allah pasti akan mendengar dan
memperhatikan permintaannya.

Dan yang terakhir, salah satu adab doa diantara supaya diijabah supaya
menjadi ajaib doa kita, maka tutuplah doa kita dengan shalawat kepada Nabi.
Kenapa?

Kata Nabi : “Mansholla ‘alayya sholatan shalallahu ‘alaihi ‘asyron. Siapa


yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bersholawat untuknya
sepuluh kali.” Sholawat Allah untuk hambaNya berarti Allah akan menurunkan
kasih sayang kepada dia dan mengangkat derajatnya.

Mudah-mudahan dengan sedikit tips doa yang ajaib ini kita bisa lebih PD
(Percaya Diri) dalam doa, lebih yakin, lebih bisa termotivasi lagi dalam menjalani

152
hidup karna kita punya sesuatu yang lebih berharga daripada apapun yang tidak
dimiliki oleh orang yang tidak beriman.

Kita punya doa dan doa itu adalah senjata. Doa itu adalah keajaiban. Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala tidak pernah menolak doa.

153
Saat Ribut Dengan
Pasangan

Nasehat yang menjadi solusi dalam masalah rumah tannga. Dan nasehat ini
bisa menjadi bekal bagi kita yang masih single agar kelak ketika kita memiliki
pasangan kita bisa menjadikan ini sebagai hikmah untuk menyelesaikan masalah-
masalah rumah tangga kita ke depan.

Nasehat ini adalah tentang apa yang harus kita lakukan ketika kita
mengalami keributan dalam rumah tangga?

Ketika seorang suami marah kepada istrinya atau ketika seorang istri
kecewa dan sakit hati terhadap suaminya. Kadang ada keributan yang kita masih
mampu menahan diri sehingga kita lebih memilih untuk diam. Ada keributan yang
kadang membuat kita merasa sangat sedih dan terpukul selama berhari-hari. Tapi

154
ada juga keributan yang kadang membuat kita lemah dan akhirnya berfikir untuk
berpisah.

Maka apa nasehat dari Allah? Agar kita bisa tetep mempertahankan rumah
tangga kita seberat apapun ujian keributan pasangan di dalam rumah tangga itu

Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala mengajarkan kita tentang cara menyelesaikan


masalah rumah tangga itu di dalam Al Quran surat An Nisa ayat 35 dimana Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman, : “Wa in khiftum syiqooqo bainihimaa fab
‘asuuhakamam min ahlihii wa hakamam min ahlihaa iy yuriidaaa ishlaahay
yuwaffiqillaahu bainahumaa innalloha kaana ‘aliiman khobiroo. Jika kalian takut
terjadi perceraian diantara mereka berdua maka utuslah seorang yang bijak dari
pihak suami dan seorang yang bijak dari pihak istri. Jika keduanya menginginkan
perdamaian diantara suami istri itu maka Allah akan memberikan petunjuk kepada
mereka berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Shodaqallahuladziim

Saya (Ustadz Hanan Attaki) pernah menyampaikan bahwa ketika punya


masalah jika kita bingung dalam menentukan pilihan dalam masalah-masalah
hidup kita itu lakukanlah 3 hal.

Yang pertama istikharah, mintalah petunjuk kepada Allah Subhanallahu Wa


Ta‟ala dengan shalat istikharah. Yang kedua istisyarah, mintalah nasehat-nasehat
yang baik kepada orang yang lebih bijak yang kita kenal dan kita percaya. Dan
155
yang ketiga istifta, mintalah fatwa tentang urusan fikih kepada ulama-ulama yang
mengerti tentang masalah fikih.

Seperti yang diceritakan di dalam surat Al Mujadalah atau Al Mujadilah


ketika ada seorang sahabiyat perempuan di kalangan sahabat. Di zihar oleh
suaminya. Zihar itu adalah model talak yang terjadi pada masa Jahiliyah. Yaitu
dengan mengatakan, “Istri bagi dia adalah seperti ibu.” Artinya sudah menjadi
haram selamanya.

Maka perempuan ini datang kepada Nabi untuk istifta, meminta fatwa
kepada Nabi. Apakah ucapan suaminya tersebut sudah menjatuhkan talak 3 untuk
dirinya atau tidak.

Maka ketika dia datang kepada Nabi, dan Nabi adalah orang yang laa
yantiqu ‘anilhawaa inhuwaa illa wahyun yuuha. Yang tidak berbicara dengan
emosi, hawa nafsu, tetapi berbicara dengan wahyu. Menyampaikan keputusan
fatwa terhadap keadaan perempuan ini bersama dengan suaminya sesuai dengan
wahyu yang diturunkan Allah kepada beliau di dalam surat Al Mujadalah atau Al
Mujadilah. Itu namanya istifta.

Makanya penting bagi kita untuk meminta pendapat fikih dari para ulama-
ulama fikih. Tentang masalah pribadi kita, masalah kehidupan kita, rumah tangga
kita ataupun pekerjaan kita. Lalu setelah kita meminta fatwa dari mereka kita ikuti,

156
insyaaAllah dengan begitu Allah akan berikan kepada kita jalan keluar dalam
masalah kita.

Nah dari 3 sikap yang kita lakukan untuk menentukan pilihan-pilihan hidup
tadi, yang nomer 2 nya adalah istisyarah. Inilah yang dimaksud dalam surat An
Nisa ayat 35. Meminta pertolongan kepada orang yang lebih bijak, apakah sekedar
meminta nasehat, atau bahkan sampai meminta mereka untuk menjadi wakil kita
dalam mneyelesaikan masalah antara kita dengan seseorang.

Maka salah satu poin penting yang muncul dari nasehat ini adalah kita harus
berteman dekat dengan orang shalih. Kita harus kenal sebanyak mungkin orang
yang lebih shalih dari kita, orang yang lebih bijak dari kita, orang yang lebih
banyak pengalaman hidupnya dari kita, dan kita menjadi orang yang bersahabat
dengan dia. Agar ketika kelak kita punya masalah, dia insyaaAllah akan menolong
kita dengan sepenuh hati.

Inilah pentingnya memiliki teman yang shalih, teman yang punya ilmu
agama. Teman yang lebih baik akhlaknya, teman yang lebih bijaksana daripada
kita. Karna mereka adalah lentera bagi kita ketika kita kehilangan cahaya dalam
kehidupan.

Sehingga ketika di dunia saja kita merasakan betapa pertolongan mereka itu
penting dalam menyelesaikan masalah hidup kita apalagi kelak di akhirat. Orang

157
yang shalih ketika dia masuk ke dalam surga, dia akan mencari sahabat-sahabatnya
selama hidup di dunia agar bisa menikmati surga secara bersama-sama.

Kalau dia tidak menemukan sahabatnya di dalam surga, maka dia akan
meminta kepada Allah agar diperkenankan menolong sahabatnya supaya bisa
masuk surga bersama dengan dia.

Itulah pentingnya berteman dengan orang shalih. Jadi coba kita renungkan
firman Allah di dalam surat An Nisa ayat 35 ini agar menjadi bekal kita dalam
berumah tangga. Dan bagi yang sudah berumah tangga menjadi nasehat untuk
menyelesaikan masalah rumah tangganya.

158
Nasehat Nabi Agar
Tidak Marah

“Wa saari’uuu ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin

‘ardhuhas-samaawaatu wal-ardhu u’iddat lil-muttaqiin. Alladziina


yunfiquuna fis-sarrooo’i wadh-dhorrooo’i wal-kaazhimiinal-ghoizho
wal-‘aafiina ‘anin-naas wallohu yuhibbul-muhsiniin.”

Suatu ketika seorang laki-laki datang kepada Nabi dan meminta nasehat. Dia
mengatakan, “Yaa Rasulallah, ausinii. Beri saya nasehat.” Kemudian Nabi
Shalallahu Alaihi Wassalam menjawab, : “Laa taghdob, janganlah engkau marah.”

Kemudian laki-laki itu mengulang kembali permintaannya untuk meminta


nasehat. Nabi kembali menjawab, : “Laa taghdob, jangan marah.” Diantara sekian
banyak nasehat-nasehat yang Nabi bisa saja menyampaikan kepada orang tersebut,

159
ternyata Nabi memilih nasehat dengan kalimat, : “Laa taghdob, janganlah engkau
marah.”

Hadits ini menunjukan bahwa ternyata ketika seseorang bisa terhindar dari
kemarahan atau emosi yang berlebihan, maka dia bisa mendapatkan kebaikan yang
sangat banyak.

Sebaliknya ketika seseorang dikuasai oleh emosi dan marahnya, maka dia
akan terjebak kepada kesalahan dan dosa yang sangat banyak. Sehingga ketika
Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam ingin memberi satu nasehat yang sederhana
tetapi mencakup segala kebaikan dan menghindarkan dari segala keburukan, maka
Nabi mengatakan kepada laki-laki itu dengan kalimat, : “Jangan engkau marah.”

Salah satu diantara keistimewaan Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam dalam


berucap adalah Nabi memiliki kemampuan untuk menyampaikan satu kalimat yang
mengandung makna yang sangat luas dan menyeluruh yang dikenal oleh para
ulama dengan istilah jawaami’ul kaliim. Jawaami’ itu dari kata jama, yang artinya
menyeluruh atau banyak. Kaliim adalah ucapan dimana ucapan Nabi mengandung
makna yang sangat banyak, menyeluruh dan luas.

Sehingga ketika Nabi mengatakan, : “Laa taghdob, janganlah engkau


marah.” Sebagai sebuah pesan atau nasehat. Maka kalimat yang cuman terdiri dari
2 kata ini, mengandung makna yang luar biasa.

160
Bahwa ternyata nasehat yang sangat sederhana ini mengandung banyak
kebaikan di dalamnya, untuk menghindarkan seseorang dari banyak keburukan
dengannya. Maka mari kita renungkan tentang kehidupan kita sehari-hari.

Berapa kali kita marah dalam satu hari? Kepada pasangan kita, kepada
orangtua kita, kepada sahabat, kepada anak. Berapa kali kita marah dalam sehari?

Sehingga disitu kita bisa menilai tentang kualitas hidup dan diri kita. Semaki
sering kita marah, semakin renggang hubungan kita dengan orang-orang yang ada
di sekeliling kita.

Semakin sering kita marah, maka pasti semakin banyak dosa yang kita
lakukan tanpa kita sadari. Semakin sering kita marah, maka semakin keras hati kita
dan semakin jauh kita dari rahmat Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Itulah kenapa Nabi mengatakan, : “Laa taghdob, jangan marah.” Selain Nabi
melarang seseorang untuk tidak marah, Nabi juga memberikan janji yang sangat
indah kepada orang yang bisa menahan dirinya dari marah.

Diantaranya kata Nabi, : “Laa taghdob falakal jannah. Janganlah engkau


marah, maka engkau mendapatkan surga.” Kalimat ini sangat relevan dengan ayat
yang tadi saya (Ustadz Hanan Attaki) baca diawal. Yang Allah berfirman didalam
surat Al Imron ayat 133 : “Bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian,
dan surga yang luasnya seluas langit-langit dan bumi. Dan disiapkan untuk orang
yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menginfakan hartanya dalam keadaan
161
senang ataupun dalam keadaan susah. Dan orang-orang yang menahan amarahnya,
dan orang-orang yang senantiasa memberi maaf kepada manusia. Dan Allah
mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Di dalam ayat ini Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala menjanjikan ampunan dan


surga, salah satunya adalah kepada orang yang mampu menahan amarahnya. Wal-
kaazhimiinal-ghoizh, dan Allah memilih istilah kaazhimiinal-ghoizh, yang kalo
kita terjemahkan secara bahasa artinya orang yang mengigit emosinya, orang yang
mengigit amarahnya.

Saking dia menahan dirinya, maka dia mengigit amarah itu agar amarah
tersebut tidak keluar dari dirinya dalam ekspresi-ekspresi yang tidak baik. Saking
dia berusaha untuk menahan amarahnya, maka seolah-olah Allah menggambarkan
ilustrasi dia seperti sedang mengigit sesuatu.

Ini adalah salah satu diantara golongan yang Allah janjikan di ayat itu
mendapatkan ampunan di sisi Allah dan surga yang luasnya seluas langit-langit
dan bumi. Maka Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam mengatakan, : “Janganlah
engkau marah, maka surga bagimu.”

Lalu setelah kita tahu betapa istimewanya menahan amarah. Maka


bagaimana cara kita menjaga diri dari marah?

Bukankah kita sering berniat untuk tidak marah dalam satu hari, tetapi
terjadi?
162
Bukankah kita pernah berfikir terkadang ketika kita ingin pulang ke rumah
kita ingin tersenyum kepada pasangan kita, orangtua kita, anak-anak kita. Kita
ngga pengin marah, tapi ternyata diluar kendali kita akhirnya kita marah juga dan
kita menyesal setelahnya.

Bukankah kita pernah mencoba untuk ber-azzam, bertekad keluar rumah di


jalan raya. Kita mengendarai mobil atau motor. Kita bertekad hari itu apapun yang
terjadi kita tidak akan marah. Tetapi kenyataannya kita sering kepancing dan
akhirnya kita gagal. Ada 5 nasehat Nabi untuk menahan amarah.

Yang pertama, ketika kita mulai merasakan emosi, amarah memuncak,


menggumpal di dalam diri kita. Seperti segumpal batu yang berat yang membuat
kita kesulitan untuk bernafas. Maka kata Nabi, : “Bacalah taawudz.”

Seorang sahabat yang bernama Sulaiman bin Sud Radhiallahu Anha berkata,
“Aku pernah duduk di samping Nabi, saat dua orang lelaki tengah saling mencaci.
Salah seorang dari mereka telah memerah wajahnya dan urat lehernya menjadi
tegang. Kemudian beliau bersabda : „Aku benar-benar mengetahui perkataan yang
bila diucapkannya niscaya akan hilang emosi yang ia rasakan. Andai ia akan
mengatakan, audzubillahiminasyaithonirojiim. Maka pastilah akan lenyap emosi
yang ada pada dirinya.‟” (HR. Bukhori dan Muslim)

Hadits ini pun ternyata relevan dengan firman Allah di dalam surat Al A‟raf
ayat 200, dimana Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berfiman, : “Wa imam
163
yanzaghonnaka minasy-syaithooni nazghun fasta’iz billaah, innahuu samii’un
‘aliim. Dan jika setan datang untuk menguasai atau menggodamu, maka
berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”

Yang kedua, kata Nabi, : “Berwudhulah ketika kita sedang marah.”


Diriwayatkan oleh Attiyah As Sa‟di Radhiallahu Anha, ia berkata, “Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda, : „Sesungguhnya amarah itu dari
syaithon dan syaithon diciptakan dari api. Api akan padam dengan air apabila salah
seorang dari kalian marah, hendaklah ia berwudhu.‟”

Dan yang ketiga, kata Nabi, : “Diamlah ketika kita sedang marah.” Seperti
hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma, “Idzaa
ghodiba ahadukum falyaskut. Kalau kalian sedang marah, hendaklah diam.”

Kalau kita marah di sosmed, diam. Jangan comment, jangan reply comment-
nya. Kita marah di grup whatsapp, diam. Jangan ikut-ikutan berdebat di dalam
grup whatsapp. Kita marah kepada keluarga karna sesuatu menurut kita
menganggu perasaan kita, maka diamlah.

Bahkan para ulama mengatakan, “Kalau kita mendapatkan ucapan-ucapan


yang tidak baik dari oranglain, yang membuat hati kita terasa mendidih, janganlah
engkau membalas ucapan-ucapan tersebut saat itu juga.” Kenapa? Sama seperti
orang yang ketika diberikan air panas, janganlah dia meminum air itu dalam
164
keadaan panas. Tunggulah sebentar sampai air itu menjadi hangat atau dingin,
barulah dia minum dan itu akan baik untuk dirinya.

Begitu juga dengan ucapan oranglain, ketika kita merasa ada ucapan ,
perlakuan oranglain yang membuat hati kita mendidih. Jangan kita langsung
menelan ucapan itu, kemudian kita membalasnya. Tetapi tunggu, maka ketika hati
kita mulai terasa nyaman, tidak lagi panas. Lalu kita membalas ucapan dan
perlakuan oranglain pastilah sikap kita akan lebih baik. Ini nasehat dari Rasul dan
ulama, agar kita diam. Diam disini bukan hanya lisan, tetapi juga diam dalam
bentuk perilaku kita, sikap kita.

Kemudian yang keempat, kata Nabi, : “Lakukanlah sesuatu yang lain yang
bisa membuat kita berpaling dari kemarahan.” Disebutkan oleh Abu Zar Al Ghifari
Radhiallahu Anha dari Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam beliau bersabda, : “Jika
salah seorang dari kalian marah saat dia berdiri hendaklah ia duduk. Kalau
amarahnya belum hilang, hendaklah ia berbaring.”

Maksudnya bukan sekedar merubah posisi, tetapi kata para ulama hadits
maksudnya adalah mencoba melakukan sesuatu yang lain yang bisa membuat kita
terhindar dari hal-hal yang bisa memancing emosi kita. Ini adalah sunnah Nabi.

Yang kelima, kata Nabi, : “Ketika kita sedang emosi maka ingatlah
keutamaan-keutamaan yang Allah dan Rasul janjikan apabila kita mampu menahan
amarah.”
165
Coba kita ingat kembali apa yang dijanjikan Allah didalam surat Al Imron,
apa yang dijanjikan oleh Nabi di dalam hadits yang pertama saya (Ustadz Hanan
Attaki) sampaikan ketika seseorang bisa menahan amarah, maka Allah
menjanjikan baginya ampunan dosa, Allah menjanjikan kerajaan di surga yang
lebih luas daripada langit-langit dan bumi. Dan dia menjadi raja atau ratu di dalam
kerajaan tersebut.

Ingat keutamaan dari menahan amarah. Sehingga kita akan bisa menimbang,
kira-kira lebih untung mana. Saya marah dan saya diam?

Oh ternyata dengan saya menahan amarah Allah akan menjaga hubungan


keluarga saya. Dengan saya menahan amarah, Allah akan sayang kepada saya.
Dengan saya tahan amarah, saya tidak akan melukai perasaan anak-anak saya.

Dengan saya tahan amarah, saya tidak akan berjarak dengan sahabat saya.
Dengan saya tahan amarah, Allah akan mengangkat kemuliaan dan kehormatan
saya. Dengan saya tahan amarah, Allah akan golongkan saya termasuk diantara
penduduk surga yang mulia.

Inilah 5 nasehat Nabi kepada kita, agar kita bisa mampu menahan diri dari
amarah dan menjadi seorang muslim yang lebih baik akhlaknya.

166
Berakad dengan Allah

Suatu ketika Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman kepada Nabi Musa


dan Nabi Harun, : “Laa takhoofaaa innii ma’akumaaa asma’u wa aroo. Janganlah
kalian berdua takut wahai Musa dan Harun untuk menghadapi Fir‟aun.
Sesungguhnya Aku bersama kalian berdua mendengar dan melihat.”

Inilah nasehat Allah kepada Musa dan Harun, ketika Allah mengutus Musa
dan Harun untuk berdakwah kepada Fir‟aun yang kejam. “Idzhab illa fir’aun
innahu thoghoo, pergilah dakwahi Fir‟aun karna dia seorang laki-laki yang
durhaka dan kejam.”

Maka setelah Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala memberikan nasehat dalam


bentuk sebuah jaminan, supaya Nabi Musa dan Nabi Harun tidak usah khawatir
dalam menghadapi Fir‟aun, menghadapi kekejamannya, menghadapi kelicikan
Haman, menghadapi tentara-tentaranya yang bengis.

167
Allah mengatakan, : “Laa takhoofaaa, jangan khawatir, jangan takut kalian
berdua. Innii ma’akumaaa, Aku bersama dengan kalian berdua.” Kalimat ini
adalah kalimat jaminan ketika Allah mengatakan, : “Innii ma’akumaaa, Aku
bersama dengan kalian.”

Ini semacam akad dari Allah, sehingga siapapun yang mendapat akad
ma’iyyah, Allah membersamainya maka selesai semua urusannya. Ketika Allah
berakad dengan Nabi Musa dan Harun bahwa Allah akan menyertai mereka, Allah
akan mendukung mereka, Allah akan menjaga, melindungi, memelihara mereka.
Allah akan menyelamatkan mereka maka itu adalah akad yang menjadi modal
perjuangan Musa dan Harun.

Seberat apapun ujiannya, sebesar apapun masalah yang akan dihadapi,


selama sudah berakad dengan Allah maka Allah Maha Besar. Seberat apapun
masalah, maka Allah Maha Kuasa. Semenakutkan apapun ancamannya, maka
Allah Maha Melindungi.

Yang menjadi modal dari langkah-langkah perjuangan Musa itu adalah akad
bahwa Allah membersamai mereka. Innii ma’akumaaa asma’u wa aroo. Maka
setelah itu Musa dan Harun pun berangkat dengan mengucapkan bismillah untuk
menghadapi Fir‟aun.

Satu demi satu ujian mereka lalui,

Satu demi satu tantangan mereka hadapi,


168
Satu demi satu kesulitan mereka lewati, sampai akhirnya kita tahu puncak
dari perjuangannya adalah ketika Musa dan pengikutnya lari keluar dari Mesir
menuju ke Palestina. Lalu di tengah jalan mereka dikejar oleh tentara Fir‟aun yang
dipimpin langsung oleh Fir‟aun sendiri.

Sampailah Musa dan pengikutnya di laut merah. Dihadapan mereka lautan,


dibelakang mereka musuh yang sangat banyak. Maka saat itulah pengikut-pengikut
Musa dari Bani Israil mengatakan, “Yaa Musa, sekarang bagaimana? Dihadapan
kita laut dan tidak mungkin kita menyeberangi lautan itu dengan jumlah kita yang
sangat banyak. Ngga ada kapal yang muat untuk mereka semuanya, dibelakang
kita musuh dan mereka mengendarai kuda-kuda yang cepat dan kita hari ini ngga
akan bisa selamat dari mereka. Sekarang bagaimana wahai Musa?”

Apa jawaban Musa?

“Kalla inna-ma’iyya robbi sayahdiin. Ngga, sesunguhnya Tuhanku


membersamaiku dan Dia akan memberiku jalan keluar.” Kata Musa

Sama sekali Musa tidak terlihat panik, dia dengan tenang mengatakan, :
“Kalla. Ngga mungkin. Sungguh Tuhanku membersamaiku dan Dia akan
memberiku petunjuk”

Kenapa Musa begitu tenang mengatakan ini?

169
Karna Musa pernah berakad dengan Allah, diawal perjuangannya ketika
Allah mengatakan, : “Laa takhoofaaa innii ma’akumaaa asma’u wa aroo.
Janganlah kalian takut wahai Musa dan Harun, karna sesungguhnya Aku akan
membersamai kalian, mendengar dan melihat.”

Sehingga akhirnya Allah berfirman kepada Musa di depan laut merah, :


“Wahai Musa, hentakan tongkatmu ke atas batu itu.”

Lalu Musa menghentakan tongkatnya ke atas batu karang, tiba-tiba dengan


seizin Allah laut itu terbelah, seolah-olah memberi jalan kepada Musa dan
pengikutnya untuk melanjutkan perjalanan mereka. Akhirnya Musa dan
pengikutnya berjalan diantara tebing-tebing air laut yang tinggi. Inilah bukti bahwa
Allah membersamai Musa dan pasti akan menunjukan jalan keluar kepada Musa
dari setiap masalahnya.

Berakadlah dengan Allah dalam setiap aktifitas kita, lakukanlah sesuatu


yang Allah sudah menjamin akan membersamai kita. Maka laa takhoof, jangan
takut. Karna Inna ma’iyya robbi sayahdiin, sungguh Allah membersamai kita dan
akan memberikan kita jalan keluar.

170
Serahin Aja Sama Allah,
Pasti Beres

Kita bicara tentang tawakal, ngomongin masalah tawakal ini sebetulnya


dalam islam adalah pembicaraan yang sangat-sangat besar. Pembicaraan tentang
hakikat iman. Karna ngga akan disebut seseorang itu beriman, kalau dia belum
mau menyerahkan hidupnya kepada Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Seseorang ngga bisa disebut dia beriman walaupun dia mengatakan,


“Ashadualla illahailllah wa ashaduanna muhammadarasulullah.” Sebelum hatinya
berserah kepada Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Makanya ngomongin tentang masalah tawakal itu sebetulnya ngomongin


tentang hakikat iman. Dan kita bisa mengukur keimanan kita masing-masing
dengan mengukur seberapa besar dan seberapa kuatnya tawakal kita kepada Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala.
171
Coba kita renungkan beberapa tulisan para ulama tentang masalah tawakal.
Agar kita bisa belajar memaksimalkan dan mengutuhkan tawakal kita kepada
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Para ulama mengatakan, “Tawakal itu diambil dari
kata wukul, yang artinya mempercayakan atau menyerahkan.”

Seperti kalimat, “Wakaltu amri ila fulan. Saya mempercayakan urusan saya
kepada fulan.” Sama dengan kata wakil, artinya orang yang dipercaya. Sehingga
dari pemaknaan ini kita belajar bahwa makna dan hakikat dari tawakal itu adalah
ketika hati kita bisa tenang menyerahkan urusan hidup kita kepada Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Ketika kita bener-bener bisa meyakini, bahwa ngga ada yang bisa ngasih
kita sesuatu, menghalangi kita dari sesuatu, kecuali Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.
Apabila hati kita sudah bener-bener bisa meyakini bahwa Allah-lah yang bisa
memberi kita kebaikan, yang bisa menghalangi kita dari keburukan, lalu setelah itu
kita menjadi tenang, maka saat itulah kita mulai bertawakal kepada Allah.

Namun ketika seseorang mengatakan, “Saya telah bertawakal kepada Allah,


saya udah serahkan hasil ini kepada Allah.” Sedangkan hatinya belum merasa
tenang maka dia belum benar-benar bertawakal. Karna tawakal bukan ibadah
zhahir, tetapi dia amal batin.

Tawakal ngga bisa diukur dengan kata-kata yang kita ucapkan secara lisan.
Tetapi dia diukur dari rasa tenang yang ada di hati seorang hamba. Makanya salah
172
satu pendidikan penting yang diajarkan Nabi kepada keluarga beliau adalah belajar
tawakal kepada Allah.

Ketika suatu hari Nabi sedang berkendara dengan ponakan beliau yang
bernama Abdullah Ibnu Abbas, seorang anak kecil dari keluarga besar beliau.
Yang tumbuh di dalam rumah Nabi, yang tumbuh dengan tarbiyah-nya nabawiyah.

Nabi mengajarkan kepada Abdullah Ibnu Abbas sejak kecil, apa arti
tawakal. Ketika Nabi bersabda kepada Abdullah, : “Yaa ghulam, wahai anak kecil.
Ihfazillah yaa fazkaa. Jagalah Allah, Allah akan menjagamu. Ihfazillah tajidhu
tujahak. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati Allah selalu menyertaimu.
Wa’lam anannas lawijtama’u alla ayaa-dhuruk laa ya dhuruka illa bima
kataballahu ‘alaik. Wa anannas lawijtama’u alla ayyanfa’uk laa yanfa’uka illa
bima kataballahulak. Ketahuilah bahwa sesungguhnya jika manusia semuanya
berkumpul untuk mencelakai kamu, maka mereka tidak akan dapat mencelakai
kamu kecuali dengan ketentuan Allah terhadap dirimu. Dan pahamillah, bahwa
seandainya manusia berkumpul untuk menolong kamu, maka mereka pun tidak
dapat menolong kamu kecuali dengan ketentuan Allah yang berlaku untukmu.
Sesungguhnya pena untuk menulis takdir itu telah diangkat. Dan lembaran-
lembaran takdir itu telah mengering,”

Inilah nasehat yang disampaikan Nabi kepada seorang anak kecil dari
keluarga beliau, yang bernama Abdullah Ibnu Abbas. Yang isinya adalah

173
pendidikan tentang tawakal kepada Allah. Disini kita jadi faham ternyata tawakal
ini bukan sekedar materi untuk orang dewasa. Bukan materi yang berat, tetapi dia
materi pokok dalam agama. Materi inti dari keimanan, dan harus kita ajarkan
secara bertahap kepada anak-anak kita sejak mereka masih kecil.

Sehingga ketika hati seseorang telah faham arti berserah kepada Allah, maka
dia akan bisa hidup dengan kehidupan yang bahagia dan baik. Terus kira-kira apa
aja kebaikan yang Allah sediakan kepada hamba-hambaNya yang mampu
bertawakal? Karna hanya orang yang bertawakal inilah yang sangat istimewa di
sisi Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Yang pertama, kata para ulama. Tawakal itu adalah pembuka pintu-pintu
rizki. Sebagaimana firman Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala di dalam surat At
Thalaq, : “Wamayyatawakal ‘alallah fahuwa hasbuh, siapa yang bertawakal
kepada Allah. Maka Allah akan cukupkan segala kebutuhannya.”

Dan Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam juga bersabda, : “Lau annakum


tatawakalluna ‘alallahi haqquttawakullih laa rozaqokum kama yarzukuthoir
taghdu himaason wa taruhuu bi thonaa. Seandainya kalian bertawakal kepada
Allah dengan sungguh-sungguh maka Allah akan memberikan kepada kalian
rezeki sebagaimana Allah berikan kepada burung. Dia pergi di waktu pagi dalam
keadaan perutnya kosong, dan kembali di waktu sore dalam keadaan kenyang.”

174
Inilah janji Allah kepada hamba yang bertawakal kepadanya. Tidak akan
kecewa orang yang menyerahkan urusan hidupnya kepada Allah, karna Allah
menjamin fahuwa hasbuh. Allah sendiri yang akan mencukupkan segala keperluan
hidupnya.

Yang kedua, orang yang mampu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-
benar tawakal, maka Allah akan memasukan dia ke dalam surga tanpa hisab tanpa
azab.

Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda, : “Yadhkhulul jannata


min ummati sab’unaa alfan bighoiri hisab. Ada 70.000 orang dari ummatku yang
akan masuk surga tanpa hisab.”

Lalu para sahabat bertanya, : “Manhuum yaa Rasulallah, siapa mereka yaa
Rasulallah?”

Nabi menjawab, : “Humulladina laayastarkun walaa yatatoyarun-wa’ala


robbihim yatawakalun. Mereka adalah orang-orang yang tidak datang ke dukun
untuk dijampi-jampi atau menjampi-jampi, tidak percaya kepada ramal, dan
mereka adalah orang yang senantiasa bertawakal kepada Rabb-nya.” Ternyata
orang yang mampu bertawakal kepada Allah sepanjang hidupnya, Allah janjikan
dia akan masuk surga tanpa hisab tanpa azab.

175
Yang terakhir, ada satu pertanyaan yang sering sekali muncul ketika kita
mambahas tentang tawakal. Banyak orang yang bertanya apakah tawakal itu berarti
kita tidak perlu berikhtiar?

Kalo kita merenungkan hadits Nabi tentang burung tadi. Bahwa jika
seseorang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, Allah akan
berikan kepadanya rizki seperti Allah berikan rizki kepada burung. Dia pergi di
waktu pagi dalam keadaan lambungnya kosong dan kembali di waktu sore dalam
keadaan lambungnya terisi. Apa maksud dari hadits ini?

Ternyata Nabi ingin menggambarkan kepada kita tentang makna tawakal


yang utuh. Tawakal bukan hanya ketika hati kita berserah kepada Allah, tetapi juga
menurut hadits ini ada ikhtiar.

Seperti seekor burung yang berikhtiar dengan cara keluar dari sarangnya,
terbang di waktu pagi dan kembali di waktu petang. Itu adalah ikhtiar. Tetapi
bukan berarti kita bergantung kepada sebab dan ikhtiar. Hati kita harus senantiasa
bergantung kepada Allah. Walaupun tangan dan kaki kita berusaha mencari yang
terbaik dalam kehidupan kita.

Maka marilah kita belajar untuk menyerahkan urusan hidup kita kepada
Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala dengan yakin. Apabila kita mampu bersandar dan
menyerahkan hidup kita kepada Allah. Maka Allah ngga mungkin mengecewakan

176
kita. Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’mannasir, cukup bagi kami
Allah sebaik-baik wakil, sebaik-baik tuan, dan sebaik-baik penolong.

177
Senangkan Hati
Ibu dan Ayahmu

Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda, : “Siapa yang ingin


dipanjangkan usianya dan dilapangkan rizkinya maka hendaklah ia berbakti kepada
kedua orangtuanya dan menyambung tali silaturahim.” (HR. Imam Ahmad)

Ini adalah satu dari sekian banyak hadits tentang berbakti kepada kedua
orangtua. Bahkan kalau kita membaca di dalam Al Quran, Allah sering kali
menyampaikan perintah untuk berbakti kepada kedua orangtua disandingkan
dengan perintah untuk tauhid kepada Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Diantaranya adalah firman Allah di dalam surat Al Isra ayat 23, : “Wa qodo
robbuka allata’budu illa iyyahu wa bil-walidaini ihsana. Dan Tuhanmu telah

178
memerintahkan kepada engkau, supaya kalian tidak menyembah kecuali hanya
Allah saja. Dan hendaklah kalian berbuat baik kepada kedua orangtua kalian.”

Kenapa Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala menyandingkan perintah berbuat


baik kepada kedua orangtua dengan perintah untuk tauhid kepadaNya? Agar kita
paham bahwa ternyata berbakti kepada kedua orangtua itu adalah sesuatu yang
sangat penting dalam agama. Seperti halnya tauhid kepada Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala.

Seolah-olah Allah pengen ngasih tahu kepada kita, bahwa Allah ngga rela
kalo kita hanya memperbaiki urusan ibadah kita kepada Allah. Shalat kita, puasa
kita, tilawah kita, sedangkan kita durhaka kepada orangtua. Jadi, ngga akan
sempurna agama seorang hamba yang dia baik dalam ibadahnya kepada Allah
tetapi dia durhaka kepada kedua orangtua.

Coba kita renungkan beberapa nasehat Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam


tentang berbakti kepada kedua orangtua. Ketika seorang sahabat yang bernama
Abdullah Ibnu Mas‟ud bertanya kepada Nabi, “Yaa Rasul, amal apa yang paling
disukai oleh Allah?”

Nabi bersabda, : “Amal yang paling disukai oleh Allah adalah shalat tepat
pada waktunya yaitu shalat berjamaah.”

Abdullah kembali bertanya, “Kemudian apalagi ya Rasul?”

179
Kata Nabi, : “Kemudian berbakti kepada kedua orangtua.”

“Kemudian apalagi ya Rasul?” tanya Abdullah

“Jihad fii sabilillah.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Coba kita perhatikan hadits ini, Nabi meletakan urutan berbakti kepada
orangtua di dalam hadits ini sebelum jihad di jalan Allah. Padahal kita tahu bahwa
jihad itu adalah amal yang paling istimewa di sisi Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Tetapi kata Nabi, ketika ditanya amal apa yang paling disukai Allah? Sholat
tepat waktu berjamaah. Kemudian apa? Berbakti kepada orangtua. Kemudian apa?
Jihad fii sabilillah.

Ini menunjukan bahwa apapun yang kita lakukan diantara amal-amal shalih
dalam kehidupan kita, kalo kita masih menyakiti hati ibu dan ayah kita maka
semua itu tidak bernilai apa-apa di sisi Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Masih ingat dengan cerita seorang tabiin yang bernama Uwais Al Qarani?
Seorang laki-laki dari Yaman yang tidak terkenal diantara manusia tetapi dikenal
diantara penduduk langit. Kenapa?

Apakah dia seorang ahli jihad? Bukan.

Apakah dia seorang ahli ilmu seperti Hasan Al Bashri? Juga bukan.

180
Apakah dia seorang pemimpin yang adil seperti Umar bin Abdul Aziz? Dia
ngga punya jabatan.

Terus apa yang menjadikannya terkenal diantara penduduk langit?

Ternyata dia memiliki seorang ibu, yang dia selalu menyenangkan hatinya.
Itulah yang membuat dia istimewa dan terkenal diantara penduduk langit. Bukan
hanya terkenal, tetapi juga Allah memperkenankan semua doa yang dia panjatkan.

Tidaklah seorang Uwais mengangkat tangannya, kecuali Allah Subhanallahu


Wa Ta‟ala akan memberikan apapun yang dia minta. Sehingga Nabi Shalalllahu
Alaihi Wassalam pernah berwasiat kepada Umar bin Khatab agar menemui laki-
laki yang bernama Uwais dari desa Qaran, Yaman. Dan kalo bertemu dengan dia,
Nabi meminta kepada Umar untuk menyampaikan salam dari Nabi dan
mengatakan, : “Mintalah doa kepada Uwais karna Allah tidak akan pernah
menolak doa dari Uwais.”

Inilah istimewanya menyenangkan hati kedua orangtua kita. Buat temen-


temen yang masih single, sebelum kelak harus berbagi perasaan, waktu, perhatian
dengan pasangan halalnya. Mumpung sekarang masih sendiri berikanlah perasaan,
perhatian yang sebesar-besarnya untuk ibu kalian, untuk ayah kalian.

Karna itulah yang akan menjadi jalan datangnya kebaikan-kebaikan dari


langit untuk kehidupan kalian. Itulah yang akan menjemput rizki Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala berlimpah dalam kehidupan kalian.
181
Dan itu juga yang menjadikan seorang hamba itu istimewa di sisi Allah dan
terkenal diantara penduduk langit. Senangkan hati mereka, berikan mereka
makanan terbaik yang lebih daripada apa yang kita makan. Ucapkan untuk mereka
ucapan yang baik seperti seorang budak yang berbicara kepada tuannya. Atau
seorang rakyat yang berbicara kepada rajanya.

Perlakukan mereka dengan penuh pemuliaan dan penghargaan. Rendahkan


suaramu dihadapan mereka, jangan sampai suara kita lebih tinggi daripada suara
mereka,

Jadi sebelum kita bicara tentang cinta kepada pasangan, kita punya
kewajiban untuk menunaikan hak-hak cinta orangtua kita. Walaupun tidak terputus
kewajiban itu dengan kita menikah.

Tetapi sebelum kita menikah, kita punya banyak kesempatan dan waktu
untuk memperlakukan orangtua kita dengan perlakuan yang terbaik. Maka
perbaikilah hubungan kita dengan orangtua kita, sehingga Allah Subhanallahu Wa
Ta‟ala akan memperbaiki kehidupan kita.

182
Belajar dari 10 Sahabah
yang Dijamin Surga

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Abubakrin fil jannah


wa ‘umaru fil jannah wa ‘ustmanu fil jannah wa ‘aliyu fil jannah wa tholhatu fil
jannah wa zubairu fil jannah wa ‘abnurahman ibnu’auf fil jannah wa sa’dun fil
jannah wa sa’idun fil jannah wa abu ubaidah ibnuljarroh fil jannah rohut
turmudzi. Abu Bakar ada di dalam surga, Umar di dalam surga, Ustman di dalam
surga, Ali di dalam surga, Tholhah di dalam surga, Zubair di dalam surga,
Abdurahman bin „Auf di dalam surga, Sa‟ad di dalam surga, Sa‟id di dalam surga,
Abu Ubaidah bin Jarroh di dalam surga.” (HR. Tirmidzi)

Inilah hadits yang sangat terkenal tentang 10 nama sahabat yang dijamin
masuk surga oleh Allah dan RasulNya. Alangkah beruntungnya mereka,

183
disebutkan namanya secara jelas di dalam hadits Nabi dengan kalimat fil jannah,
mereka di dalam surga.

Kalimat “di dalam surga” ini artinya mereka dijamin masuk surga. Mereka
ngga mungkin masuk neraka, mereka pasti selamat dunia dan akhirat. Ketika nanti
dibangkitkan, pintu surga akan terbuka untuk mereka dan penduduk-penduduk
surga akan menyebut-nyebut nama mereka.

“Ahlan bii abibakr ahlan bii ‘umar ahlan bii ustman ahlan bii ‘ali ahlan bii
tholhah ahlan bii zubair ahlan bii ‘abdirahman ahlan bii sa’ad ahlan bii sa’id
ahlan bii ‘abiubaidah salaman salaman. Selamat datang wahai Abu Bakar, Umar,
Ustman, Ali, Tholhah, Zubair, Abdurahman, Sa‟ad, Sa‟id, Abu Ubaidah semoga
keselamatan terlimpah untuk kalian semua.”

Inilah keberuntungan yang didapatkan oleh 10 orang sahabat yang mulia dan
dijamin masuk surga. Apa yang menjadikan mereka begitu beruntung dan
istimewa? Sehingga Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam menyebut nama mereka
secara jelas di dalam satu hadits.

Pasti ada kesamaan antara mereka satu dengan yang lain karna kalau tidak,
mungkin Nabi akan menyebut nama mereka di dalam hadits-hadits yang berbeda.
Ketika Nabi menyatukan 10 nama itu di dalam satu hadits pasti ada satu kemiripan
diantara mereka selain keistimewaan-keistimewaan mereka secara khusus.

184
Para ulama sejarah mengatakan, “Yang paling mirip antara mereka satu
dengan yang lain bahwa mereka itu adalah orang-orang yang paling banyak
berkorban untuk agama Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.”

Mereka adalah orang yang telah menjual dirinya dan hartanya kepada Allah,
sehingga Allah menerima perdagangan mereka dan memberi kepada mereka
balasan yang paling istimewa yaitu jaminan surga.

Itu yang paling mirip diantara mereka selain keistimewaan-keistimewaan


mereka secara khusus seperti Abu Bakar yang istimewa karna kelembutannya,
Umar dengan ketegasannya, Ustman dengan kecerdasannya, Ali dengan
kebijaksanaanya, Tholhah, Zubair dengan kesetiaannya, Abdurahman dengan
kekayaannya, Sa‟ad dengan ketangguhannya, Sa‟id dengan ketulusannya, Abu
Ubaidah dengan amanahnya.

Semua mereka punya keistimewaan masing-masing secara khusus, tetapi


mereka juga punya kesamaan antara satu dengan yang lain. Apa kesamaannya?
Tathiyah, pengorbanan.

Pengorbanan mereka diantara seluruh sahabat yang berjumlah lebih dari


100.000 adalah pengorbanan yang paling besar. 10 orang sahabat yang paling
banyak berkorban untuk membantu agama Allah dalam perjuangan dakwah, adalah
10 nama ini.

185
Sehingga kalo kita pengen belajar dari mereka bersepuluh tentang 1 hal
yang paling istimewa. Yang ada pada setiap diri mereka adalah :

Belajar berkorban untuk agama Allah,

Belajar berkorban untuk taat kepada Allah,

Belajar berkorban dalam menuntut ilmu agama Allah,

Belajar berkorban dalam berdakwah di jalan Allah,

Belajar berkorban untuk mengajak saudara-saudara kita, temen-temen kita,


genk kita mendekat kepada Allah,

Belajar berkorban untuk meninggalkan dosa-dosa yang selama ini kita


lakukan,

Belajar berkorban untuk hijrah kepada apa yang Allah lebih cintai,

Belajar berkorban dalam kebaikan-kebaikan. Karna melakukan kebaikan itu


tidak selalu mudah, kadang kala untuk melakukan suatu kebaikan kita harus
berkorban. Berkorban harta, berkorban waktu, berkorban tenaga, dan yang paling
berat adalah berkorban dengan perasaan.

Sehingga ketika kita makin sering berkorban untuk Allah, berkorban karna
pengen lebih dekat kepada Allah, berkorban bersungguh-sungguh untuk menjadi
yang lebih baik dihadapan Allah. Maka Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala
186
sebagaimana pernah mengistimewakan 10 nama-nama itu maka Allah-pun akan
mengistimewakan kita seperti mereka.

Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman dalam sebuah ayat dengan bahasa


syarat, Allah mengatakan, : “Intansurrullaha yansurkum. Kalau kalian menolong
agama Allah, Allah akan menolong kalian.”

Ini adalah kalimat syarat. Apa maksudnya?

Kalo kita pengen ditolong oleh Allah dengan pertolongan yang ajaib di
dunia dan di akhirat. Dengan pertolongan yang besar, dengan pertolongan yang
istimewa, seperti Allah pernah menolong mereka bersepuluh. Dengan Allah
turunkan malaikat untuk membela mereka, Allah berikan kemuliaan kepada
mereka, Allah angkat derajat mereka, Allah jaminkan mereka surga, Allah jamin
mereka terbebas dari api neraka, semua pertolongan dan keistimewaan yang Allah
berikan ini syaratnya adalah menolong agama Allah.

Gimana cara kita menolong agama Allah?

Dalam konteks kita yang baru belajar, yang baru berhijrah, yang baru faham
agama sedikit-sedikit, menolong agama Allah bukan dengan ceramah tetapi
menolong agama Allah dengan men-support dakwah di jalan Allah Subhanallahu
Wa Ta‟ala.

187
Masing-masing ustadz itu punya program dakwah. Ada yang membuat
pesantren, ada yang membangun masjid, ada yang membuat gerakan dakwah
lingkungan, sosial seperti saya (Ustadz Hanan Attaki) bersama dengan para asatidz
di BBN (Barisan Bangun Negeri) kita membuat program lingkungan yaitu less
waste, program sosial health care, covid-19, banjir dan seterusnya. Kemudian kita
bikin pesantren tahfidz, dan seterusnya.

Semua para ustadz-ustadz ini rata-rata punya program dakwah untuk


menegakan agama Allah. Maka support lah itu dengan apapun yang kita bisa, kita
bisa men-support dengan infaq harta terbaik kita, kita bisa men-support dengan
ide, kita bisa men-support dengan tenaga, kita bisa men-support dengan mengajak
oranglain untuk sama-sama men-support. Mungkin kita hanya bisa ngasih 100.000
, 50.000 infaq kita, tapi nilainya di sisi Allah adalah 1.000.000 kenapa?

Karna kita mengajak 10 teman kita untuk ikut men-support program-


program dakwah. Ini yang disebut dengan menolong agama Allah. Atau bahkan
sekedar me-repost program tersebut di sosial media, content tersebut di sosial
media, atau nge japri temen kita, atau share link kepada temen-temen kita maka
kita telah menolong agama Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala.

Yang penting jangan diam. Jangan hijrah kemudian beribadah sendiri, bukan
itu yang dilakukan oleh 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga. Mereka tidak

188
beribadah sendiri, mereka tidak menikmati kedekatan dengan Allah sendiri.
Mereka tidak mengasingkan diri dan mencari kenyamanan dalam spiritual, nggak.

Mereka adalah orang yang setelah masuk islam maka mereka terlibat dengan
jiwa dan raga mereka untuk membantu agama Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala. Jadi
siapapun diantara temen-temen yang punya masalah dan pengen ditolong oleh
Allah, tolonglah agama Allah.

Dengan apapun yang kita bisa, walaupun infaq seharga Rp. 10.000.
Walaupun cuma ide, walaupun cuma nge-repost, walaupun cuma nge-like,
walaupun cuma nge-share link.

Apapun bentuk support kita menolong agama Allah, itu menjadi syarat agar
Allah menolong kita. Makin besar pertolongan kita untuk agama Allah, maka
makin besar pula pertolongan Allah untuk menyelesaikan masalah kita. Itulah yang
istimewa dari 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga.

189
Belajar Memaafkan dari
Abu Bakr

Suatu ketika Abu Bakar pernah sakit hati kepada seorang keluarganya.
Orang yang selama ini sering dibantu Abu Bakar As Sidiq, tetapi ternyata dia
termasuk salah satu orang yang ikut menyebarkan fitnah atau berita bohong.
Tuduhan selingkuh kepada Sayyidah Aisyah Radhiallahu Anha.

Sehingga setelah Abu Bakar tahu ternyata orang ini menyebarkan fitnah
terhadap anaknya, Abu Bakar merasa sangat kecewa dan sakit hati kepada dia.
Lalu Abu Bakar bersumpah, bahwa beliau tidak akan lagi membantu orang itu
selama-lamanya.

Ngga lama setelah itu Allah turunkan ayat di dalam surat An Nur, ayat 22
dimana Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala berfirman, : “Wa laa ya’tali ulul-fadhli
minku was-sa’ati ayyu’tuuu ulil-qurbaa wal-masaakiina wal-muhaajiriina fii
190
sabilillahi walya’fuu walyashfahuu alaa tuhibbuuna ay yaghfirollahu lakum
wallohu ghofuurur rohiiim. Janganlah orang yang memiliki kelebihan harta
diantara kalian dan kelapangan rizki bersumpah bahwa dia tidak akan lagi memberi
pertolongan kepada keluarga dan orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di
jalan Allah. Hendaklah mereka memberi maaf dan berlapang dada. Tidakkah
kalian suka jika Allah mengampuni dosa-dosa kalian? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini turun tepat setelah Abu Bakar As Sidiq bersumpah untuk ngga lagi
membantu saudaranya yang pernah menyakiti perasaan Sayyidah Aisyah. Sudah
bertahun-tahun Abu Bakar membantu orang itu, menolong orang itu, perhatian
terhadap kebutuhan orang tersebut dan keluarganya.

Tetapi yang membuat Abu Bakar sangat kecewa adalah tega-teganya orang
tersebut membalas semua kebaikan Abu Bakar dengan sebuah fitnah. Membalas
semua perhatian Abu Bakar dengan permusuhan, sehingga Abu Bakar yang
kecewa dan marah itupun bersumpah tidak akan lagi menolong orang itu selama-
lamanya.

Setelah ayat ini turun kepada Nabi, Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam
memanggil Abu Bakar, : “Yaa Aba Bakr, telah turun padaku satu ayat yang sangat
mulia.” Kemudian Nabi membaca ayat tersebut di depan Abu Bakar.

191
Mendengar ayat ini dibacakan, Abu Bakar menitikan air mata. Abu Bakar
menangis, kemudian ketika Nabi sampai di akhir ayat. Dimana ada kalimat
pertanyaan dari Allah, : “Alaa tuhibbuuna ay yaghfirollahu lakum wallohu
ghofuurur rohiiim. Tidakkah kalian suka jika Allah mengampuni dosa-dosa kalian.
Sedangkan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang?”

Abu Bakar langsung mengangguk-ngangguk dan menjawab, “Balla yaa


Rabb, balla yaa Rabb. Tentu yaa Allah, tentu yaa Allah. Saya suka jika Engkau
mengampuni dosa saya. Kami suka jika Engkau memaafkan kesalahan kami. Tentu
yaa Allah, tentu. Ngga mungkin ngga.”

Kemudian Abu Bakar berpamitan kepada Nabi langsung ia pulang ke


rumahnya mengumpulkan gandum, roti dan segala kebaikan yang ada di
rumahnya. Lalu dia bawa ke rumah orang yang pernah dia sumpahin tadi.

Disana, dia yang meminta maaf kepada mereka kemudian dia katakana,
“Apapun yang kalian butuhkan, sampaikan kepadaku. Aku akan penuhi kebutuhan
kalian.”

Inilah iman, iman yang dicontohkan oleh seorang sahabat yang mulia, Abu
Bakar As Sidiq. Iman yang begitu cepat dan spontan merespon tawaran dari Allah
Subhanallahu Wa Ta‟ala, walaupun dengan hati yang berat. Iman yang bisa
mengalahkan ego dan kemarahan. Itulah iman.

192
Sekarang kalau kita mau bertanya kepada diri kita masing-masing. Apakah
saya adalah orang yang beriman? Maka lihat, seberapa mudah kita memaafkan
kesalahan orang kepada kita. Disitulah kita bisa mengukur keimanan kita.

Karna keimanan tidak diukur dengan kata-kata. Tetapi keimanan diukur


dengan ketaatan zhahir dan bathin. Keimanan diukur dengan perasaan didalam hati
sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Ketika Allah meminta kepada Abu Bakar, : “Maafkanlah, berlapang


dadalah.” Apa maksudnya?

Maafkan artinya lupakan kesalahan mereka. Berlapang dada artinya berikan


kebaikan untuk mereka. Udah ngasih maaf, disuruh berbuat baik lagi kepada orang
tersebut. Ini namanya walya’fuu walyashfahuu, hendaklah kamu memaafkan
mereka lupain semua kesalahan mereka. Walyashfahuu, udah gitu berikan
kebaikan-kebaikan kepada mereka seperti yang selama ini kamu lakukan.

Ini sebuah perintah yang sangat berat untuk orang yang sedang kecewa dan
marah seperti Abu Bakar. Tetapi ketika Allah mengatakan, : “Alaa tuhibbuuna ay
yaghfirollahu lakum. Tidakkah kamu suka jika Allah mengampuni dosamu?”

Abu Bakar langsung menitihkan air mata, sedih, nangis, merasa menyesal
pernah bersumpah untuk tidak lagi membantu mereka. Sampai Allah menegur
beliau dengan Al Quran dan Allah juga menawarkan suatu kebaikan berupa

193
ampunan dosa, maka seketika Abu Bakar mengatakan, “Balla yaa Rabb. Tentu yaa
Allah, tentu ampunanMu lebih berharga daripada dunia dan seisinya.”

Sehingga Abu Bakar langsung pamit kepada Nabi, pulang ke rumahnya


mengambil semua kebaikan yang ada di rumahnya dan dia serahkan sebagai hadiah
kepada orang tadi.

Inilah iman, inilah inti dari keimanan sehingga kalau kita merasa berat untuk
memaafkan, merasa berat untuk melupakan kesalahan orang, merasa berat untuk
berbuat baik setelah kita disakiti, pasti ada masalah keimanan di dalam hati kita.

Perbaiki iman itu, perbaiki keyakinan kita kepada janji Allah. Coba nilai
dengan hati kita jika kita beriman. Mana lebih untung,orang yang menyimpan
dendam di hatinya lalu tidak mau lagi berbuat baik kepada orang yang telah
menyakitinya. Atau orang yang memaafkan, melupakan kesalahan orang lain
sehingga Allah memberikan kebaikan di sisinya yang lebih besar untuk orang ini.

Mana yang lebih untung?

Jawab dengan iman kita.

Kalau hati kita mengatakan yang kedua lebih beruntung karna mendapatkan
balasan yang terbaik langung dari Allah Yang Maha Penyayang, maka ikutilah
kata hati kita. Tetapi kalau hati kita mengatakan, “Saya ngga rela, saya masih sakit
hati.” Berarti kita perlu memperbaharui iman kita.

194
Istiqomah

“Innaladzina qooluu robbunallohu tsummastaqoomuu tatanazzalu

‘alaihimul-malaaa’ikatu allaa takhoofuu wa laa tahzanuu wa absyiruu bil-


jannatillati kuntum tuu’aduun. Nahnu auliyaaa’ukum fil-hayaatid-dun-yaa wa fil-
aakhiroh wa lakum fiihaa maa tasytahiii anfusukum wa lakum fiihaa maa
tadda’uun. Nuzulam min ghofuurir rohiim.”

Ini adalah booster terakhir untuk jilid pertama dari program Pesantren
Online Podcast UHA kita, di sesi yang terakhir ini saya (Ustadz Hanan Attaki)
pengen ngajak temen-temen untuk merenungkan tentang pentingnya istiqomah.

Sebagaimana firman Allah Subhanallahu Wa Ta‟ala di dalam surat Fussilat


ayat 30 tadi, : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah
Allah kemudian mereka istiqomah turun kepada mereka malaikat-malaikat seraya
berkata, : „Janganlah kalian takut dan janganlah kalian bersedih dan bergembiralah
kalian dengan surga yang telah dijanjikan untuk kalian. Kami adalah pelindung
atau penolong-penolong bagi kalian di dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Dan
195
bagi kalian di dalam surga itu ada kenikmatan-kenikmatan yang kalian suka dan
bagi kalian di dalamnya ada apa yang kalian inginkan. Itulah tempat kembali yang
disediakan oleh Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.‟”

Suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada Nabi Shalallahu Alaihi


Wassalam tentang amal yang paling disukai Allah. Nabi menjawab, :
“Adwamuhuwainqolla. Amal yang paling Allah suka adalah amal yang dawam,
amal yang konsisten, istiqomah, walaupun sedikit.”

Ayat dan hadits ini menjelaskan kepada kita diantara sekian banyak amal
yang kita lakukan Allah paling suka amal yang kita lakukan secara terus-menerus.
Artinya Allah akan mencintai seorang hamba dengan satu amalan, bukan karna
amalan itu besar atau kecil, tetapi karna amalan itu dilakukan secara istiqomah
dalam waktu yang lama.

Coba kita tanya kepada diri kita masing-masing. Dari sekian banyak amal
sholih, ibadah yang selama ini kita lakukan dalam kehidupan kita, kira-kira amal
apa yang sudah bertahan lebih dari 1 tahun?

Kalo kita ngga punya sama sekali 1 amalan yang kita jaga selama bertahun-
tahun, berarti kita belum menunjukan keistiqomahan atau dawam dalam 1
kebaikan.

Karna para ulama mengatakan, “Sesuatu itu tidak akan membentuk


seseorang apabila hanya dilakukan sekali dua kali, sesuatu yang baik atau yang
196
buruk itu akan membentuk seseorang apabila dia melakukannya secara dawam
atau istiqomah dalam waktu yang lama.”

Coba kita bandingkan dalam hidup kita, kira-kira mana yang lebih dawam
antara dosa dengan ibadah kita selama ini. Berapa tahun kita berbuat dosa yang
sama? Lalu berapa tahun kita lakukan ibadah yang sama?

Kalau kita timbang-timbang jangan-jangan kita termasuk orang yang lebih


istiqomah berbuat dosa daripada istiqomah melakukan suatu kebaikan. Maka dari
itu Allah menyuruh kita untuk dawam. Untuk sabar dalam 1 kebaikan, sampai
kebaikan itu membentuk karakter kita. Kebaikan itu membentuk pola fikir kita.
Kebaikan itu menjadi rasa yang kuat di hati kita.

Barulah kita termasuk orang-orang yang dijanjikan Allah di dalam surat


Fussilat, : “Jangan takut, wahai hamba Allah. Jangan sedih, wahai hamba Allah.
Bergembiralah, wahai hamba Allah. Kami yang akan menolong kalian di dunia
dan di akhirat sehingga kalian mendapatkan kebaikan-kebaikan di sisi Allah
Subhanallahu Wa Ta’ala.”

Allah yang akan menjamin hambaNya yang istiqomah dengan jaminan dunia
dan akhirat, sehingga kalau kita sekarang alhamdulillah sudah bisa ikut bareng
dalam keluarga baru ini Program Pesantren Online maka tugas kita berikutnya
adalah menjaga semangat ini. Menjaga konsistensi kita dalam belajar agama ini
untuk waktu yang lebih lama, bukan hanya sehari dua hari bukan hanya sebulan.
197
Tetapi kita mencoba untuk meniti tahapan demi tahapan, jilid demi jilid dari
proses ini. Agar kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan berhenti, yuk
kita lanjutkan proses belajar online kita ini dalam jilid kedua agar kita bisa
mengenal Allah lebih dekat lagi. Agar kita bisa lebih semangat lagi beribadah
kepada Allah. Agar karakter kita lebih terbentuk lagi. Agar kita bisa charging iman
setiap hari untuk modal hidup kita di dunia dan di akhirat.

Dengan bersama-sama kita bisa saling watawaashou bil-haqqi watawaashou


bish-shobr. Saling mengingatkan, saling menyemangati, saling menguatkan.
Sehingga kita bisa mendawamkan terus amal itu dalam waktu yang lama. Tapi
kalau kita sendiri, saat kita lemah ngga ada yang menyemangati kita.

Bismillah, mudah-mudahan apa yang sudah saya (Ustadz Hanan Attaki)


sampaikan selama satu bulan ini bermanfaat, dan sampai bertemu lagi di jilid
berikutnya.

198

Anda mungkin juga menyukai