Anda di halaman 1dari 20

FRAKTUR PELVIS

I.

PENDAHULUAN

Fraktur merupakan terjadinya kerusakan dalam kontinuitas daripada


tulang. Dapat dalam bentuk retakan maupun terpecah. Dalam beberapa kasus
lebih banyak ditemukan dalam bentuk yang komplit dan fragmen-fragmen tulang
bergeser. Apabila kulit masi intak merupakan fraktur tertutup sedangkan apabila
telah berhubungan dengan tulang merupakan fraktur terbuka. Fraktur pelvis
sendiri merupakan salah satu fraktur musculoskeletal dengan jumlah sekitar 5
persen dari semua jenis cedera pada sistem musculoskeletal, namun merupakan
jenis cedera yang sangat penting dikarenakan tingginya insidensi terjadinya cedera
pada jaringan lunak disekitarnya dan resiko terjadinya kehilangan darah, syok,
sepsis, dan adult respiratory distress syndrome (ARDS).
Insidensi terjadinya fraktur pelvis di Amerika Serikat terjadi pada 37 kasus
pada 100.000 populasi setiap tahunnya. Dimana sekitar2/3 nya terjadi diakibatkan
oleh kecelakaan lalu lintas, dengan lebih dari 10 persennya berkaitan dengan
terjadinya cedera visceral dan angka kematian sekitar 10 persen. Pada pasien usia
dibawah 35 tahun prevalensi jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada
perempuan dengan penyebab terbanyak dikarenakan high energy mechanism.
Sedangkan pada usia diatas 35 tahun prevalensinya memberikan hasil yang
bertolakbelakang dengan penyebab minimal trauma.
II.

ANATOMI

Pelvis merupakan bagian dari batang tubuh yang terletak di bawah rongga
abdomen. Pelvis disusun dari empat tulang yang meliputi dua tulang panggul yang
menyangga bagian lateral dan anterior serta tulang sacrum dan coccygeus. 2
innominent bone ini merupakan gabungan dari tiga tulang yakni ilium, ischium
dan pubis. (handbook)Secara umum rongga pelvis dibagi menjadi dua yakni false
pelvis dan true pelvis yang dipisahkan oleh pelvic brim yang disusun oleh sacral
promontory (anterior and upper margin dari first sacral vertebra) di belakang,
iliopectineal lines di bagian lateral, dan simpisis pubis di bagian anterior. False
pelvis di bagian atas dan true pelvis di bagian bawahnya. Dinding pelvis terdiri
dari dinding anterior yang meliputi pubic bone, pubic rami dan simpisis pubis.
Sedangkan dinding posterior meliputi os sacrum dan coccygeus. (snell) Untuk
dinding lateral dari pelvis dibentuk oleh tulang panggul yang ada dibawah dari
pelvic inlet, membran obturator dan ligament sacrotuberous dan sacrospinosus,

otot obturator internus, dan dilapisi oleh fascia, sedangkan untuk dinding
posterior, dibentuk pelvic diaphragm.

Persarafan daripada pelvis berasal dari plexus sacral dan cabang dari
lumbar plexus. Sacral plexus terletak di posterior dari dinding pelvis di depan dari
otot piriformis. Ini disusun dari anterior rami cabang 4 dan 5 dari nervus lumbar
yang bersatu di lumbosacral trunk dan anterior rami cabang 1,2,3,4 dari nervus
sacral. Cabang dari nervus sacral menuju extremitas inferior yang melewati
greater sciatic foramen meliputi sciatic nerve, superior gluteal nerve, inferior
gluteal nerve, saraf-saraf menuju otot quadratus femoris, saraf-saraf menuju otot
obturator internus, dan nervus posterior cutaneus. Sedangkan cabang-cabang yang
menuju otot pelvis, fiscera pelvis dan perineum meliputi pudendal nerve, saraf
menuju otot piriformis, dan pelvic splanchnic nerves. Untuk cabang dari lumbar
plexus, terdiri dari lumosacral trunk dan obturator nerve.

Aliran darah di bagian pelvis diperdarahi oleh common iliac artety yang
bercabang menjadi external iliac artery serta internal iliac artery. External iliac
artery berjalan pada batas medial dari otot psoas mengikuti pelvic brim kemudian
berjalan nantinya menjadi arteri femoralis. Internal iliac artery bersama dengan
superior rectal artery, ovarian artery dan median sacral artery merupakan aliran
darah yang masuk kedalam cavitas pelvis. Internal iliac artery sendiri bercabang
anterior dan posterior, dimana umbilical artery, obturator artery, inferior vesical
artery, middle rectal artery, internal pudendaal artery, inferior gluteal artery,

uterine artery serta vaginal artery pada wanita. Sedangkan bagian posterior terdiri
dari iliolumbar artery, lateral sacral artery dan superior gluteal artery.
III.

Mekanisme Trauma

Secara umum, mekanisme trauma pada rongga pelvis dibedakan menjadi


dua yakni yang disebabkan oleh low energy dan high energy. Low energy dapat
disebabkan karena kontraksi cepat dari otot-otot, jatuh dengan energy yang
lemah, serta tipe straddle yang menimbulkan fraktur pada individual bone saja.
Sedangkan untuk yang high energy, dapat terjadi pada kecelakaan pengendara
motor, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggianm ataupun tabrakan.
Terdapat berbagai bentuk fraktur yang disebabkan oleh jenis trauma yang
didapatkan meliputi:
1. Anteroposterior force (pada kecelakaan sepeda motor) dapat terjadi
rotasi eksternal dari hemipelvis dimana pelvis ring terbuka dan terjadi
kontak dengan ligament posterior
2. Lateral compression forces (pada tabrakan kendaraan bermotor). Ini
merupakan penyebab terbanyak dan menimbulkan impaksi pada tulang
melewati sendi sacroiliac dan sacrum.Lokasi cederanya berdasarkan
letak dari traumanya, misalkan pada posterior half dari ilum akan
menimbulkan gangguan dari jaringan lunak. Sedangkan pada bagian
pertengahan anterior dari iliac wing dapat membuat hemipelvis
mengalami rotasi, sehingga menimbulkan gangguan pada kompleks
ligament sacroiliaca posterior. Apabila menekan hemipelvis pada
bagian kontralateralnya maka dapat menimbulkan hemipelvis pada
kontralateral akan mengalami eksternal rotasi sehingga menimbulkan
lateral compression pada sisi ipsilateral dan external rotasi pada bagian
kontralateralnya. Apabila terjadi pada region greater trochanteric maka
dapat menimbulkan fraktur acetabulum.
3. External rotation abduction force (pada kecelakaan sepeda motor)
dimana trauma menimbulkan gangguan pada femoral shaft and head
dimana bagian kaki mengalami eksternal rotasi dan abduksi.
Disamping menimbulkan robekan pada hemipelvis dari sacrum.
4. Shear force ditandai dengan fraktur pada bagian triplanar meliputi
gangguan pada sacrospinous, sacrotuberous dan ligament sacroiliaca.

IV. PENILAIAN KLINIS


Fraktur pelvis harus dicurigai pada setiap pasien dengan cedera ekstremitas atau
cedera perut serius. Mungkin ada riwayat kecelakaan di jalan atau jatuh dari ketinggian

atau luka tabrakan. Pasien seringkali mengeluh nyeri hebat dan merasa seolah-olah telah
jatuh terpisah, dan mungkin terdapat bengkak atau memar dari perut bagian bawah, paha,
perineum, skrotum atau vulva. Semua daerah ini harus cepat diperiksa, juga cari bukti
dari ekstravasasi urin. Namun, prioritas utama selalu, adalah untuk menilai kondisi umum
pasien dan mencari tanda-tanda kehilangan darah. Mungkin perlu untuk memulai
resusitasi sebelum pemeriksaan selesai.
Abdomen harus dipalpasi dengan hati-hati. Tanda-tanda dari iritasi dapat
dipertimbangkan kemungkinan adanya perdarahan intraperitoneal. Cincin pelvis dapat
lembut dikompresi dari sisi ke sisi dan kembali ke depan. Nyeri tekan di daerah sacroiliac
sangat penting dan mungkin menandakan adanya gangguan bridge posterior.
Pemeriksaan rectal toucher harus dilakukan dalam setiap kasus fraktur pelvis.
sacrum dan coccyx dapat dipalpasi dan ditest adanya rasa nyeri. Jika prostat teraba,
seringkali sulit menilainuakarena rasa sakit dan pembengkakan yag terjadi, posisinya
harus tetap diukur; prostat yang tingginya abnormal menunjukkan terjadinya cedera
uretra.
Tanyakan pada pasien ketika buang air kecil apakah urin bercampur dengan darah
urin untuk mencari perdarahan di meatus eksternal. Ketidakmampuan untuk
mengeluarkan urin dan darah di meatus eksternal adalah tanda klasik dari ruptur uretra.
Namun, tidak adanya darah pada meatus tidak menyingkirkan adanya ruptur dari uretra,
karena akibat spasme dari sfingter eksternal, dapat menghentikan pengeluaran darah dari
lokasi yang cedera. Dengan demikian setiap pasien yang memiliki fraktur pelvis harus
dianggap beresiko ruptur urethra. Pasien dapat di bantu untuk buang air kecil; jika ia
mampu melakukannya, maka urethra masih intak dan mungkin hanya sedikit
kemungkinan kerusakan yang terjadi sehingga tidak menggangu keluarnya urin. Tidak
ada diharuskan untuk dilakukan pemasangan kateter, karena hal ini dapat uretra tear
parsial menjadi komplit. Jika dicurigai cedera uretra, ini dapat didiagnosis lebih akurat
dan lebih aman dengan urethrography retrograde.
Buli-buli yang ruptur dapat dicurigai pada pasien yang tidak berkemih atau bulibuli yang tidak dapat teraba setelah penggantian cairan yang cukup. Palpasi ini sering
sulit dilakukan karena dinding abdomen yang hematoma. Pemeriksaan fisik awal bisa
menjadi minimal, dengan suara usus normal, sebagai ekstravasasi urin steril
menghasilkan sedikit iritasi peritoneal. Hanya sebagian kecil pasien dengan buli-buli

pecah

dapat

hipotensi,

jadi

jika

seorang pasien hipotensi penyebab


lain harus dicari penyebab lainya.
Pemeriksaan

neurologi

penting;

mungkin ada kerusakan pada lumbar


atau pleksus sakral. Jika pasien tidak
sadar, prosedur yang sama tetap
diikuti. Namun, pemeriksaan awal xray dalam kasus ini sangat esensial.

V. TIPE FRAKTUR
Fraktur pelvis dibagi ke dalam
empat kelompok: (1) Fraktur isolated
dengan cincin pelvis intak; (2) Fraktur dengan cincin yang rusak - dapat stabil atau tidak
stabil; (3) fraktur acetabulum - meskipun terdapatg fraktur cincin, keterlibatan sendi
menimbulkan masalah-masalah khusus dan karena itu mereka dianggap secara terpisah;
dan (4) fraktur sacrococcygeal
1. Fraktur Isolated
2. Fraktur avulsion
Sebagian tulang tertarik akibat kekuatan otot yang berkontraksi; ini biasanya
terlihat pada olahragawan dan atlet. Sartorius dapat tertarik dari spina iliaka anterior
superior, rektus femoris anterior rendah spina iliaka, adduktor longus sepotong pubis, dan
paha belakang bagian dari iskium tersebut. Semua pada dasarnya merupakan cedera otot,
yang hanya membutuhkan istirahat selama beberapa hari. Nyeri bisa sampai sebulan dan
kemudian menghilang, karena seringkali tidak ada riwayat dampak dari cedera, biopsi
dari kalus dapat menyebabkan diagnosis yang salah dari tumor. Sangat jarang, avulsi dari
apophysis iskiadika dikarenakan oleh hamstring sehingga menyebabkan gejala persisten,
dalam beberapa kasus reduksi terbuka dan fiksasi internal diindikasikan (Wootton, Salib
dan Holt, 1990).
3. Fraktur langsung

Sebuah pukulan langsung ke pelvis, biasanya setelah jatuh dari ketinggian,


mungkin patah iskium atau pisau iliaka. Istirahat sampai mereda nyeri biasanya semua
yang diperlukan.
4. Fraktur stres
Fraktur dari rami kemaluan yang cukup umum (dan sering cukup menyakitkan)
pada pasien malacic parah osteoporosis atau osteo. Lebih sulit untuk mendiagnosa adalah
patah tulang stres di sekitar sendi sacroiliac; ini jarang menyebabkan 'sacroiliac' nyeri
pada lansia osteo individu porotic dan pelari jarak jauh. Fraktur stres jelas yang terbaik
ditunjukkan oleh radioisotop scan.

Patanh Tulang Cincin Panggul


Telah berpendapat bahwa, kekakuan panggul pada satu titik di dalam cincin
disertai dengan gangguan pada titik kedua terdapat pengecualian adanya patah tulang
akibat pukulan langsung (termasuk patah tulang dari acetabular), atau patah tulang cincin
pada anak-anak, pada pubis dan sendi sacroiliac. Seringkali bagaimanapun pada saat
istirahat kedua tidak terlihat baik karena mengurangi dan sendi sacroiliac sebagian
terganggu.

Mekanisme Cedera
Mekanisme dasar cedera cincin panggul adalah kompresi antero posterior,
kompresi lateral, geser vertikal dan kombinasi ini.
Kompresi anteroposterior, cedera ini biasanya disebabkan oleh tabrakan frontal
antara pejalan kaki dan mobil. Rami kemaluan yang retak atau tulang innominate yang
bermunculan terpisah dan eksternal diputar, dengan gangguan simfisis disebut 'buku yang
terbuka' cedera. Ligamen sacroiliac anterior yang tegang dan dapat robek, atau mungkin
ada patah tulang bagian posterior dari ilium tersebut.

KOMPRESI LATERAL, sisi ke sisi kompresi panggul menyebabkan cincin gesper dan
istirahat. Hal ini biasanya disebabkan karena sisi atas dampak dalam kecelakaan jalan
atau jatuh dari ketinggian. Anterior rami kemaluan pada satu atau kedua sisi retak, dan
posterior ada regangan sacroiliac berakibat parah atau tulang sakrum, tulang pangkal
paha, baik pada sisi yang sama seperti tulang kemaluan rami yang retak atau di sisi
berlawanan dari panggul. Jika cedera sacroiliac banyak, menyebabkan panggul tidak
stabil.

GESER VERTIKAL, Tulang innominate di satu sisi adalah pemindahan secara vertikal,
kepatahan tulang rami pubis dan mengganggu daerah sacroiliac di sisi yang sama. Hal ini
terjadi biasanya ketika seseorang jatuh dari ketinggian ke satu kaki. Ini biasanya parah,
luka yang tidak stabil dengan robeknya

jaringan lunak dan terjadi perdarahan

retroperitoneal.

KOMBINASI CEDERA, Dalam melayani cedera panggul ada mungkin sebuah


kombinasi di atas.

FRAKTUR STABIL DAN TIDAK STABIL


Cedera cincin panggul stabil biasanya didefinisikan sebagai salah satu yang akan
(secara teoritis) memungkinkan berat tubuh penuh tanpa risiko deformitas panggul. Tentu
saja kita tidak bisa benar-benar melakukan tes pada pasien cedera akut. Namun, karena
mekanisme yang menyebabkan cedera ini cukup konsisten, pola yang khas dan
penempatan dis didefinisikan yang memungkinkan untuk menyimpulkan mekanisme
cedera, jenis kerusakan ligamen dan tingkat ketidakstabilan panggul. Kadang-kadang
keputusan pada stabilitas tidak dapat dibuat sampai pasien diperiksa di bawah anestesi.
Beberapa klasifikasi yang digunakan. Yang disajikan di sini didasarkan pada yang
Muda dan Burgess (1986-1987).

CEDERA KOMPRESI ANTEROPOSTERIOR (APC)


Pola buku terbuka muncul sebagai salah diastasis dari simfisis pubis atau patah
rami pubis sebagai panggul yang bermunculan terbuka, posterior (sacroiliac) elemen juga
yang tegang. Pola umum ini disubklasifikasikan sesuai dengan tingkat keparahan cedera:

Dalam cedera APC-I, mungkin ada hanya sedikit (kurang dari 2 cm) diastasis dari
simfisis Namun, meskipun tak terlihat pada x-ray, akan hampir pasti ada beberapa strain
ligamen sacroiliac anterior. Cincin panggul stabil.

Dalam cedera APC-II, diastasis lebih ditandai dan ligamen sacroiliac anterior (sering
juga ligamen spinosus sakro tuberous dan sacro) yang robek. CT dapat menunjukkan
sedikit pemisahan sendi sacroiliac di satu sisi. Namun demikian, cincin panggul masih
stabil.

Dalam cedera APC-III, ligamen anterior dan posterior sacroiliac yang robek. CT
menunjukkan pergeseran atau pemisahan sendi sacroiliac satu hemipelvis secara efektif
terputus dari yang lain anterior dan posterior dari sakrum. Cincin tidak stabil.

CEDERA KOMPRESI LATERAL (LC)


Ciri khas dari cedera ini adalah fraktur melintang dari ramus pubis (atau rami),
sering terlihat baik pada pandangan inlet x-ray. Ada juga mungkin fraktur kompresi
sakrum. Dalam bentuk yang paling sederhana ini akan diklasifikasikan sebagai cedera
LC-I. Cincin stabil.

LC-II cedera, lebih berat selain fraktur anterior, mungkin ada fraktur sayap iliac di sisi
dampak. Namun, cincin tetap stabil.

LC-III cedera, adalah lebih buruk lagi, gaya tekan lateral pada satu iliac dalam
anteroposterior pada ilium yang berlawanan, menyebabkan pola cedera khas untuk
mekanisme itu.

CEDERA GESER VERTICAL (VS)


Panggul Hemi dipindahkan dalam arah kranial, dan sering di posterior juga,
menghasilkan penampilan asimetris dari panggul. Seperti cedera APC-III, panggul hemi
benar-benar terputus dan cincin panggul tidak stabil.

CEDERA KOMBINASI
Pola kombinasi yang utama, klasifikasi di atas mendefinisikan jenis yang paling
umum dari cedera. Pola LC-II terkait dengan perut, kepala dan luka dada semua pola
stabil membawa risiko tinggi perdarahan parah dan mengancam kehidupan (Dalal et al
1989).

GAMBARAN KLINIS
Cedera cincin stabil Pasien tidak sangat terkejut tetapi memiliki rasa sakit saat mencoba
untuk berjalan. terlokalisasi lembut tapi jarang kerusakan organ panggul, Sinar X-ray
polos menunjukkan patah tulang.

Cedera cincin tidak stabil Pasien sangat terkejut, sangat kesakitan dan tidak mampu
berdiri. Dia juga mungkin tidak dapat buang air dan mungkin ada darah di meatus
eksternal. Kelembutan tersebar luas, dan mencoba untuk memindahkan satu atau kedua
dari ilium yang rasanya sangat sakit. Penilaian klinis untuk stabilitas sulit beberapa pasien
akan memungkinkan menarik atau mendorong untuk menggerakan abnormal vertikal
(Olson dan Pollack 1996). Satu kaki mungkin sebagian anestesi karena cedera saraf
siatik.

Ketidakstabilan hemodinamik, fraktur energi tinggi dari panggul yang cedera sangat
serius, membawa risiko besar kerusakan terkait viseral, perut intra dan retroperitoneal
perdarahan, shock, sepsis dan ARDS angka kematian cukup besar. Pasien harus berulang
kali dinilai dan kembali dinilai untuk tanda-tanda kehilangan darah dan hipovolemia.
Ingatlah bahwa, meskipun panggul menjadi fokus perhatian utama, perdarahan dapat
terjadi juga di daerah di luar pelvis.

VI. DIAGNOSIS

Hal ini mungkin menunjukkan patah tulang kemaluan, patah tulang ipsilateral
atau kontralateral dari elemen posterior, pemisahan simfisis, gangguan sendi sacroiliac
atau kombinasi dari cedera ini. Film-film seringkali sulit untuk menafsirkan, dan CT scan
adalah cara terbaik untuk memvisualisasikan sifat cedera.

PATAH TULANG DARI ACETABULUM


Fraktur acetabulum terjadi ketika kepala tulang paha didorong ke dalam panggul.
Hal ini disebabkan baik (seperti jatuh dari ketinggian) atau dengan pukulan di bagian
depan lutut, biasanya dalam cedera dashboard ketika tulang paha juga dapat retak. Fraktur
acetabular menggabungkan kompleksitas dari patah tulang panggul (terutama frekuensi
cedera jaringan lunak) dengan gangguan sendi (yaitu, artikular kerusakan tulang rawan,
non kongruen dan osteoarthritis sekunder).

POLA FRAKTUR
Beberapa klasifikasi Patah Tulang acetabular yang sedang populer (Letournel
1981 Muller et al 1991 Tile, 1995). Semua menggunakan deskripsi anatomi yang serupa,
tetapi klasifikasi yang universal Tile memiliki banyak untuk memuji itu untuk
kesederhanaan. Fraktur tulang dibagi menjadi empat jenis utama meskipun mereka
dibedakan atas dasar anatomi, sangat penting untuk mengenali bahwa mereka juga
berbeda dalam kemudahan pengurangan, stabilitas mereka setelah pengurangan dan
prognosis jangka panjang mereka.

Fraktur dinding acetabular, Patah tulang bagian anterior atau posterior rim acetabular
mempengaruhi kedalaman soket dan dapat menyebabkan ketidakstabilan pinggul kecuali
mereka mengurangi gerak dan tetap.

KOLOM PATAH TULANG

Kolom anterior meluas dari simfisis pubis, sepanjang ramus pubis superior, di
acetabulum ke bagian anterior dari ilium tersebut. Pada x-ray yang terlihat pada profil
oleh garis iliopektinealis dalam tampilan miring. Kolom patah tulang anterior jarang
terjadi, tidak melibatkan daerah berat tubuh dan memiliki prognosis yang baik.

Kolom posterior memanjang dari iskium, di seluruh aspek posterior soket acetabular
untuk skiatik takik dan bagian posterior dari tulang innominate. Dalam x-ray miring
iliaka terlihat di profil sebagai garis ilioischial. Fraktur posterior kolom biasanya berjalan
ke atas dari foramen obturatorius ke skiatik, memisahkan kolom posterior ischiopubic
dari tulang dan melewati bagian acetabulum. Hal ini biasanya berhubungan dengan
dislokasi posterior pinggul dan dapat melukai saraf sciatic. Pengobatan lebih mendesak
dan biasanya melibatkan fiksasi internal untuk dapat stabil.

FRAKTUR TRANSVERSAL
Fraktur ini melintang melalui acetabulum, yang melibatkan kolom anterior dan
posterior, dan memisahkan bagian iliaka dari bagian atas kemaluan dan ischial bawah.
perpecahan vertikal ke dalam foramen obturatorius dapat melekat berpasangan sehingga
menghasilkan T-fracture. Perhatikan bahwa dalam kedua melintang dan T-jenis fraktur,
sebagian dari acetabulum tetap melekat ilium tersebut. Patah tulang ini biasanya sulit
untuk untuk menahan.

PATAH TULANG KOMPLEKS


Patah tulang acetabular banyak luka-luka kompleks yang merusak kolom anterior
atau posterior (atau keduanya) serta dinding acetabulum. Dari catatan khusus, dan
kadang-kadang sebagai penyebab kebingungan, kolom kedua fraktur ini benar-benar
varian dari T-fractur dua kolom yang terlibat tetapi bagian melintang dari 'T' terletak tepat
di atas acetabulum, efektif , tidak ada bagian dari acetabulum tetap terhubung ke seluruh
panggul. kebingungan muncul ketika istilah kolom kedua digunakan untuk merujuk
kepada fraktur transversal mungkin istilah 'T hight' akan lebih baik, adapun pola fraktur
Kompleks sebagai fitur berikut: (1) cedera parah, (2 ) permukaan sendi terganggu, (3)
mereka biasanya membutuhkan pengurangan operasi dan fiksasi internal dan (4) hasil
akhirnya mungkin akan kurang sempurna, kecuali restorasi bedah telah tepat.

GAMBARAN KLINIS
Biasanya ada cedera parah baik kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.
Fraktur terkait yang tidak biasa dan karena mereka mungkin lebih jelas bertanggung
jawab untuk mengalihkan perhatian dari cedera panggul. Setiap kali femur retak, cedera
lutut yang parah atau calcaneum retak adalah di diagnosis pinggul juga harus rontgen.
Pasien mungkin sangat terkejut, dan komplikasi yang terkait dengan semua patah tulang
panggul harus disingkirkan. Pemeriksaan dubur sangat penting, Mungkin ada memar di
sekitar pinggul dan tungkai mungkin terletak pada rotasi internal (jika pinggul yang
terkilir). Tidak ada upaya harus dilakukan untuk memindahkan pinggul. Pemeriksaan

neurologis yang cermat sangat penting, menguji fungsi dari sciatic, femoral, obturator dan
saraf pudenda

VII.

GAMBARAN RADIOLOGI
1. Pencitraann Pelvis
Selama survei awal pada setiap pasien yang mengalami luka parah, sebuah foto

polos anteroposterior pelvis/panggul harus diperoleh, pada saat yang sama foto polos
dada/toraks. Dalam kebanyakan kasus foto tersebut akan memberikan informasi yang
cukup untuk membuat diagnosis awal fraktur pelvis/panggul. Sifat dari cedera dapat
dijelaskan dengan radiografi yang lebih spesifik setelah dipastikan bahwa pasien dapat
mentolerir periode posisi dan reposisi yang lebih lama di meja x-ray. Lima pandangan
diperlukan: anteroposterior, pandangan ke dalam (tabung cephalad ke panggul dan miring
30 ke bawah), pandangan ke luar (tabung caudad ke panggul dan miring 40 ke atas),
dan pandangan miring kanan dan kiri.
Jika ada kecederaan serius dicurigai, CT scan (pemindaian CT) pada tingkat yang
sesuai sangat membantu (sebagian orang akan mengatakan penting). Hal ini terutama
berlaku untuk disrupsi cincin panggul posterior dan fraktur kompleks acetabulum, yang
tidak dapat dievaluasi secara tepat dengan x-ray polos / roentgen polos.
Pemindaian

reformasi

(pembentukan

ulang)

Tiga-dimensi

CT

pada

pelvis/panggul memberikan gambaran paling akurat dari cedera; Namun, dengan praktek
hampir serupa banyak informasi yang bisa diperoleh dari satu set yang baik dari
radiografi polos dan gambar CT standar.
2. Pencitraan Traktus Urinarius
Jika ada bukti cedera abdomen bagian atas, dan pasien ada hematuri, sebuah
urogram intravena dilakukan untuk menyingkirkan cedera ginjal. Ini juga akan
menunjukkan apakah ada kerusakan besar pada ureter atau kandung kemih(vesica
urinaria). Dalam kasus uretra pecah, dasar kandung kemih dapat naik tinggi (dislokasi
prostat) atau mungkin ada kelainan teardrop(titis air mata) dari kandung kemih karena
kompresi oleh darah dan urin yang terektravasasi (prostat-in-situ).

Jika sepertinya ada cedera uretra, sebuah urethrogram harus dilakukan


menggunakan 25-30 ml agen kontras yang larut dalam air dengan teknik aseptik yang
cocok. Sebuah foto harus diambil selama injeksi agen kontras untuk memastikan bahwa
uretra mengembang sepenuhnya. Teknik ini akan mengkonfirmasi robekan di uretra dan
akan menunjukkan apakah ianya lengkap(komplit) atau tidak lengkap(inkomplit).
Pada pasien dengan kemungkinan adanya ruptur kandung kemih/vesica urinaria
(selama tidak ada bukti dari cedera uretra) cystogram harus dilakukan.
VIII.

PENATALAKSANAAN
Manajemen yang direkomendasikan pada patah tulang panggul bervariasi dari

institusi ke institusi, sebuah temuan menyoroti bahwa ini adalah cedera yang sulit untuk
diobati dan memerlukan pendekatan algoritmik
Tindakan Non-operatif
Fraktur yang sesuai/cocok untuk pengobatan nonoperatif termasuk:

Sebagian besar fraktur LC-1 dan APC-1.


Celah/Jarak/Renggang dari simfisis pubis <2,5 cm.

Rehabilitasi
o

Melindungi

penanggung

berat

biasanya

dengan

walker

atau

kruk/penopang pada awalnya.


Radiografi Serial diperlukan setelah mobilisasi dimulai untuk memantau

dislokasi/displasemen berikutnya.
Jika dislokasi sekunder dari cincin posterior > 1 cm dicatat, penanggung
berat harus dihentikan. Tindakan operasi harus dipertimbangkan untuk
dislokasi/displasemen yang jelek.

Indikasi Absolut Untuk Tindakan Operasi

Fraktur pelvis/panggul terbuka atau mereka yang ada perforasi viseral terkait

yang memerlukan intervensi operasi.


Fraktur terbuka atau fraktur vertikal tidak stabil dengan pasien yang mempunyai
hemodinamik yang tidak stabil.

Indikasi Relatif Untuk Tindakan Operasi

Diastasis simfisis > 2,5 cm (hilangnya stabilitas mekanik)


Ketidakcocokan dari panjang kaki > 1,5 cm
Deformitas akibat Rotasi
Dislokasi sakrum > l cm.
Nyeri keras

Teknik Operasi
Fiksasi eksternal: Ini dapat diterapkan sebagai konstruksi pemasangan dua
sampai 3 pin 5-mm dengan spasi 1 cm terpisah sepanjang krista iliaka anterior, atau
dengan menggunakan pin tunggal ditempatkan di daerah supra-acetabular dengan arah
AP (frame Hanover ). Fiksasi eksternal adalah fiksasi resusitasi dan hanya dapat
digunakan untuk fiksasi definitif kecederaan pelvis/panggul anterior; ianya tidak dapat
digunakan sebagai fiksasi definitif pada cedera posterior yang tidak stabil.
Fiksasi Interna: Ini secara signifikan meningkatkan kekuatan yang ditantang oleh
cincin panggul dibandingkan dengan fiksasi eksternal.

Fraktur sayap lliaka: Reduksi terbuka dan fiksasi stabil interna dilakukan dengan

menggunakan sekrup lag dan plate netralisasi.


Diastasis dari simfisis pubis: Plat fiksasi yang paling sering digunakan. Adanya
cedera

terbuka,

cedera

rektum

atau

kandung

kemih(vesica

urinaria),

membutuhkan koordinasi layanan antara ortopedi, trauma, dan bedah

genitourinari untuk mengidentifikasi rencana perawatan yang terbaik.


Fraktur sakrum: Fiksasi Bar Trans-iliaka mungkin tidak memadai atau dapat
menyebabkan cedera neurologis akibat kompresi; dalam kasus ini, piring fiksasi

atau sekrup fiksasi non-kompresi iliosakral dapat diindikasikan.


Dislokasi sakroiliaka unilateral: fiksasi langsung dengan sekrup iliosakral atau
plat sakroiliaka anterior digunakan. Disrupsi bilateral posterior tidak stabil:
Fiksasi bagian dislokasi dari panggul ke corpus sakrum dapat dicapai dengan
fiksasi sekrup posterior. Selain itu, fiksasi lumbopelvik dapat digunakan dalam
kasus ini.

Pertimbangan Khusus

Fraktur Terbuka: Selain stabilisasi fraktur, kontrol perdarahan, dan resusitasi,


prioritas harus diberikan pada evaluasi anus, rektum, vagina, dan sistem

urogenital.
o Luka Anterior dan lateral yang umumnya dilindungi oleh otot dan tidak
o

terkontaminasi oleh sumber-sumber internal.


Luka posterior dan perineum mungkin terkontaminasi oleh robekan

rektum dan vagina dan cedera urogenital.


Kolostomi mungkin diperlukan untuk perforasi usus besar atau luka pada
daerah anorektal. Kolostomi diindikasikan untuk setiap cedera terbuka di
mana aliran tinja bisa kontak daerah terbuka.

Cedera Urologi

Kejadian ini hingga 20%


Darah di meatus atau prostat naik tinggi dapat ditemukan.
Retrograde urethrogram diindikasikan pada pasien dengan kecurigaan cedera
urologi, tetapi harus memastikan stabilitas hemodinamik karena embolisasi

mungkin sulit dideteksi karena ektravasasi pewarna.


Ruptur kandung kemih/vesika urinaria intraperitoneal diperbaiki. Ruptur

ekstraperitoneal mungkin dapat diamati.


Cedera uretra diperbaiki secara perlahan.

Kecederaan Neurologi

L2 sampai 54 yang mungkin.


L5 dan S1 yang paling umum.
Cedera neurologis tergantung

dislakasi/displasemen.
o Fraktur sakrum: cedera neurologis
o Lateral dari foramen (Denis ll: cedera 6%)
o Melalui foramen (Denis lll: cedera 28%)
o Medial dari foramen (Denis llll: cedera 57%)
Dekompresi dari foramen sakrum dapat diindikasikan jika hilangnya fungsi saraf

pada

lokasi

fraktur

secara progresif terjadi.


Ini bisa memakan waktu hingga 3 tahun untuk pemulihan.
Syok hipovolemik: Sumber
Perdarahan Intra-toraks
Perdarahan intraperitoneal
o Tabel diagnostik
o USG
o Ketukan Peritoneum
o Pemindaian CT
Perdarahan retroperitoneum

dan

jumlah

Kehilangan darah dari luka terbuka


Perdarahan dari fraktur tulang ekstremitas yang multiple

Cedera AP berhubungan dengan jumlah kehilangan darah dan kematian terbesar.


Manajemen pascaoperasi: Secara umum, mobilisasi dini yang diinginkan.

Toilet paru agresif(metode membuang dahak dan sekret dari saluran pernafasan)
harus dikejar dengan spirometri insentif, mobilisasi dini, mendorong inspirasi

dalam dan batuk, dan penyedotan atau terapi fisik dada, jika perlu.
Profilaksis terhadap fenomena tromboemboli harus dilakukan, dengan kombinasi
stoking elastis, alat kompresi berurutan, dan kemoprofilaksis jika status

hemodinamik dan status cedera memungkinkan.


Pasien berisiko tinggi yang tidak dapat diberi antikoagulan kimiawi harus
menjalani pemasangan filter vena cava.
Desain baru bisa didapatkan kembali sampai 6 bulan setelah pemasangan.

Status Penanggung Beban dapat dilanjut sebagai berikut:


o Penanggung Beban penuh di tungkai bawah / sisi sakrum tidak terlibat
o

terjadi dalam beberapa hari.


Penanggung beban parsial pada sisi terlibat direkomendasikan selama

minimal 6 minggu.
Penanggung beban penuh pada sisi yang terkena tanpa kruk/penopang

ditunjukkan dengan 12 minggu.


Pasien dengan fraktur panggul bilateral tidak harus dimobilisasi dari
tempat tidur ke kursi dengan toilet paru agresif sampai bukti radiografi
penyembuhan fraktur dicatat. Penanggung beban parsial pada sisi
"kurang" cedera umumnya ditoleransi oleh L2 minggu

IX.

KOMPLIKASI
Infeksi: Insiden tersebut bervariasi, mulai dari 0% sampai 25%, meskipun adanya
luka infeksi, tidak menghalangi hasil yang sukses. Kehadiran memar atau cedera
geser pada jaringan lunak (lesi Morel) merupakan faktor resiko terjadinya infeksi
jika pendekatan posterior digunakan. Risiko ini diminimalkan oleh fiksasi cincin

posterior perkutan.
Tromboemboli: Disrupsi dari pembuluh darah vena pelvis/panggul dan
imobilisasi merupakan faktor resiko utama untuk pengembangan trombosis vena
dalam.

Malunion: Kecacatan yang signifikan dapat terjadi, dengan komplikasi termasuk


sakit kronis, panjang tungkai tidak sama, gangguan gaya berjalan, kesulitan

duduk, nyeri pinggang, dan obstruksi pelvis.


Nonunion: Ini jarang terjadi, meskipun cenderung terjadi lebih pada pasien yang
lebih muda (usia rata-rata 35 tahun) dengan kemungkinan gejala sisa dari rasa
sakit, kelainan gaya berjalan, dan kompresi akar saraf atau iritasi. Fiksasi stabil

dan cangkok tulang biasanya diperlukan untuk penyatuan.


Kematian
o Pasien dengan Hemodinamik stabil 3%
o Pasien dengan Hemodinamik tidak stabil 38%
o LC: cedera kepala penyebab utama kematian
o APC: penyebab utama kematian adalah cedera pelvis/panggul dan
o
o

viscera.
AP3 (ketidakstabilan posterior komprehensif): 37%: kematian
VS: 25% kematian

Anda mungkin juga menyukai