Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA TUMPUL


THORAKS DI RUANG MAWAR RSD. dr SOEBANDI
KABUPATEN JEMBER
disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)
Stase Keperawatan Medikal Bedah

oleh :
Andriyani Dwi Wardani., S.Kep
NIM 092311101075

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

KONSEP PENYAKIT
a. Kasus
Trauma Tumpul Thoraks
b. Pengertian
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thoraks ataupun isi dari cavum
thoraks yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thoraks akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thoraks yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang
dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah mekanisme
yangpaling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme yang paling umum untuk
trauma tembus dada termasuk luka tembak dan luka tusuk (Brunnar& Suddart,
2001).

c. Etiologi dan Klasifikasi


Etiologi dan klasifikasi terdiri dari:
1.

Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke

2.

mediastinum/daerah jantung.
Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik

3.

atau spontan
Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga
dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif).

d. Anatomi dan Fisiologi

Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada, terdiri


atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan sternum. Tulang
iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan menyokong rongga thoraks.
Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang interkostalis dan diberi nomor
berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh: ruang intercostalis kedua berada
dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga
toraks dari abdomen dan digunakan selama inspirasi.
1. Dinding dada.
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding
dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula
dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta
pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.

2.

Dasar toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus.

Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta
esofagus

3.

Isi rongga torak.


Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh

pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah


dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan
bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang
mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga
dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan
diafragma,

yang

menyebabkan

rongga

dada

membesar

dan

paru-paru

mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.


Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali
dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen,
diafragma akan naik ketika m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga faktor
ini, yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan
intraabdomen, menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur
dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi
merupakan kegiatan pasif (Sjamsuhidajat, 2004).
e. Patofisiologi

f. Manifestasi Klinis
1. Tamponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
Gelisah.
Pucat,
Keringat dingin.
Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
Pekak jantung melebar.

Bunyi jantung melemah.


Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
ECG terdapat low voltage seluruh lead.
Perikardiosentesis keluar darah

2. Hematotoraks :
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
Gangguan pernapasan
3.

Pneumothoraks :
Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
Gagal pernapasan dengan sianosis.
Kolaps sirkulasi.

yang

Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
terdengar
jauh
atau
tidak
terdengar
sama
sekali.

pada auskultasi terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun
terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat
penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal.
g. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan diagnostik awal yang dilakukan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rontgen dada
HSD
Urinalisis
Elektrolit dan osmolalitas
Saturasi oksigen
Gas darah arteri
EKG
CT Scan juga dpt dilakukan

b. Penatalaksanaan Medis

PATHWAY

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen


(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan
dan eloktrolit

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik

(Sumber : Mansjoer, 2001)

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1) PENGKAJIAN
Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip prinsip
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A
(Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen
harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak
terpaku pada abdomennya saja.
Anamnesa
1. Biodata
2. Keluhan Utama
- Keluhan yang dirasakan sakit.
- Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
3 Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
- Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
- Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat
jatuh.
- Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
- Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada
quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
4 Riwayat Penyakit yang lalu
- Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
- Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan
faal hemostasis.
5 Riwayat psikososial spiritual
- Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
- Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
- Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).

Pemeriksaan Fisik
1 Sistim Pernapasan
- Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta
jalan napasnya.
- Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan
tertinggal.
- Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
- Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2 Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
- Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah
abdominal dan adakah anemis.
- Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara
detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
3 Sistim Neurologis (B3 = Brain)
- Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
- Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
- Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow
Coma Scale (GCS)
4 Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)
- Pada inspeksi :
Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum
abdomen.
Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan
adanya abdomen iritasi.
- Pada palpasi :
Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.

- Pada perkusi :
Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
Kemungkinan kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum
abdomen.
- Pada Auskultasi :
Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau
menghilang.
- Pada rectal toucher :
Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
5 Sistim Urologi ( B5 = bladder)
- Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada
daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
- Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
- Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
6 Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.
Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
Pemeriksaan Penunjang :
1 Radiologi :
- Foto BOF (Buick Oversic Foto)
- Bila perlu thoraks foto.
- USG (Ultrasonografi)
2 Laboratorium :
- Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)
Disini terpenting Hb serial jam sekali sebanyak 3 kali.
- Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
3 Elektro Kardiogram
- Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI :
Jakarta
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai