TRAUMA THORAX
1. Jenis trauma toraks yang harus dikenali, karena apabila tidak dikenali akan menyebabkna
kematian dengan cepat. Dibagi dalam 2 manifestasi dinataranya :
Manfiestasi Gangguan Airway ( Obstruksi ) : Misalnya fraktur sternum biasanya
penderita terdengar suara stridor saat inspirasi perlu jalan nafas definitive
*Dibelakang sternum → trakea
Manifestasi Gangguan Breathing ( sesak ) ada 4 gangguan breathing :
- Open pneumothorax : dapat timbul karena trauma benda tajam, luka yang
besar pada dinding dada akan menyebabkan pneumothorax terbuka. Ciri khas
pada penderita open pneumothorax pada saat inspirasi terdengar suara
sucking chest wound
Penatalaksanaan : Langkah awal pada pasien open pneumothorax
adalah menutup luka dengan kassa oklusif yang diplester hanya pada
3 sisinya saja. Setelah itu konsulkan ke dokter untuk pemasangan Chest
Tube / WSD ( udara → 1 botol, dan udara + cairan → 2 botol )
- Tension Pneumothorax : Penyebab tersering dari tension pneumothorax adalah
komplikasi penggunaan ventilasi mekanik dan pada pasien dengan cidera tulang
belakang akibatnya mengalami kebocoran udara yang berasal dari paru –
paru atau dari dinding luar, masuk ke rongga pleura paru dan udara tidak
dapat keluar lagi
Penatalaksanaan : Tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan
dekompresi memakai jarum besar ( needle thoraco centesis ) menusuk
dengan jarum besar dilakukan diruang intercostal 2 ( ics 2 ) pada garis
mid – klavikula serta memasang ventilator
“ hipersonor ( suara ikut masuk ) : bergaung mendekati bunyi tympani
- Massive hematothorax : Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat didalam
rongga dada. Pada perkusi dada akan redup karena darah dalam rongga pleura,
tidak banyak yang dapat dilakukan pra RS, satu-satunya cara adalah dengan
mengganti darah hilang dengan pemasangan infus
Tindakan yang dilakukan setelah pemberian O2 : yaitu kolaborasi
dokter untuk tindakan pemasangan chest tube ( wsd / water side
drainase : udara → 1 botol, dan udara + cairan → 2 botol )
- Flail chest : Terjadinya flail chest karena fraktur iga multiple pada dua atau
lebih tulang dengan dua atau lebih fraktur. Kelainan ini akan menggangu
ventilasi, namun yang lebih diwaspadai adalah adanya kontusio paru yang
terjadi
Tindakan setelah pemberian O2 : adalah pemberian analgetik dan
kolaborasi pemasangan airway definitive, diberi ETT / Intubasi
*Cek RR, SO2, jika makin parah berikan BVM
2. Algoritme penilaian pernapasan + oksigenasi / ventilasi
- Breathing : nilai cek RR → beri O2
- NRM : ≤ 90 % SpO2 / pulse oxymetri
- BVM : ETT
3. Nilai frekuensi pernafasan, kemudian berikan oksigen bila ada masalah pilihlah :
Canul : 2 - 6 LPM
Face Mask / RM : 6 - 10 LPM
NRM : 10 - 12 LPM
BVM : Bila pernapasannya tidak adekuat atau apneu dengan tekning bagging
4. Jika frekuensi pernapasam pasien semakin bertambah atau sesak maka langkah berikutnya
cari penyebabnya menggunakan pemeriksaan IAPP :
- Look / inspeksi : buka baju yang menutup pada dada pasien, lihat ada jejas ? Nilai
pergerakan simetris / tidak
- Listen / auskultasi ( dengan stetoscop ) : kedua sisi dada yang sehat maupun yang
sakit
- Listen / perkusi : perkusi kedua sisi dada
- Feel / palpasi : ada krepitasi ( berderak atau suara kisi disebabkan oleh tulang yg
bergesekan satu sama lain, juga disebut sendi berderit )
5. 4 masalah yang mengancam nyawa
Tension pneumothoraks ( terperangkapnya udara didalam rongga pleura ) dengan
pemeriksaan IAPP temukan tanda :
- Pasien sangat sesak, frekuensi nafas cepat dan dangkal
- Ekspansi dinding dada tidak simetris disertai jejas
- Hasil auskultasi negative
- Hasil perkusi hypersonor
- Trakhea bergeser
- Distensi vena jugularis
Open peneumothorax ( luka terbuka pada thorax ) temukan tanda gejalanya sebagai
berikut :
- Pasien sangat sesak, frekuensi napas cepat dan dangkal
- Ekspansi dinding dada tidak simetris
- Luka terbuka / tembus pada thorax
- Hasil perkusi hypersonor
- Terdengar suara sucking chest wound
Massive haematothorax ( perderahan di rongga pleura atau thorax ) dengan
pemeriksaan IAPP temukan tanda gejalanya sebagai berikut :
- Pasien sangat sesak frekuensi napas cepat dan dangkal
- Ekspansi dinding dada tidak simetris disertai jejas atau fraktur
- Hasil auskultasi negative
- Hasil perkusi dullness / redup
- Terdapat tanda-tanda shock hemoragic dengan perdarahan >1500 cc
Flail chest dengan kuntusio paru ( fraktur pada costae lebih dari 2 segmen ) dengan
pemeriksaan IAPP temukan tanda dan gejalanya :
- Pasien sangat sesak, frekuensi napas cepat dan dangkal
- Ekpansi dinding dada paradoksal
- Pasien nyeri hebat saat bernafas
TRAUMA ABDOMEN
19. Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap
stabil selama pertolongan pertama
20. Tujuan :
Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak
Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil
Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
Menjaga agar perdarahan tidak bertambah
Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk
lagi
21. Teknik pemindahan Korban ( Tanpa alat )
I. Tanpa peralatan satu penolong
- Human Crutch / Memapah korban
- Cara Drag ( Diseret ) / Tarikan pada Lengan, siku, dan selimut
- Cara Cradle ( Membopong Korban )
- Pick A Back / Menggendong Korban
II. Tanpa peralatan dua Penolong
- The Two – Handed Seat (Ditandu dengan kedua lengan penolong )
- The Fore and Aft Carry
III. Tanpa peralatan tiga penolong
- Step 1 : berlutut disebelah kanan korban
- Step 2 : sisipkan tangan ke tubuh korban
- Step 3 : berikan aba – aba saat mengangkat
- Step 4 : miringkan tubuh ke arah penolong
22. Teknik pemindahan Korban ( Menggunakan alat )
I. Melakukan Log Roll
II. Prehospital care of suspected spine injury
23. Cara Melepas Helm
1) Cari Bantuan
2) Log Roll
3) Korban Terlentang
4) Mulai melepas
24. Ambulan Darurat
Waktu berangkat mengambil penderita, ambulan jalan paling cepat 60 km/jam.
Lampu merah ( rorator ) dinyalakan, “sirine“ kalau perlu di bunyikan
Waktu kembali kecepatan maksimum 40 km/jam, lampu merah ( rorator )
dinyalakan dan “ sirine “ tidak boleh dibunyikan
TRAUMA SERVIKAL