Anda di halaman 1dari 12

Blok Diagram Pemancar FM Stereo

Posted by oprekzone
APR

21

Blok diagram Pemancar FM Stereo. Dalam sebuah pemancar FM (Frequency Modulation), proses
modulasi mengakibatkan perubahan frekuensi sinyal pembawa berupa deviasi frekuensi yang
besarnya sebanding dengan amplitudo sinyal pemodulasi (pesan). Berbeda dengan pemancar AM
pada umumnya, pemodulasian dilakukan pada tingkat modulator yang merupakan awal dari
tingkat osilator.
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan blok diagram sebuah pemancar FM sederhana :

Blok Diagram Pemancar FM Stereo


1. Encoder
Bagian ini merupakan tahap awal masukan yang berasal dari audio-prosessor dan hanya ada pada
sistem pemancar FM stereo. Pada sistem pemancar mono bagian ini tidak ada. Encoder mengubah
sinyal perbedaan L dan R menjadi sinyal komposit 38 kHz termodulasi DSBSC. Lebih jelasnya
silahkan baca artikel saya mengenai Sistem Pemancar FM Stereo.
2. Modulator FM/PM
Modulator FM (Frequency Modulation) atau dapat juga berupa modulator PM (Phase Modulation).
Prinsip dasarnya adalah sebuah modulator reaktansi. Pada FM, sinyal audio level daya rendah
mengguncang reaktansi kapasitif dari varaktor deoda untuk menghasilkan deviasi frekuensi
osilator. Amplitudo tertinggi sinyal audio berakibat pada turunnya nilai kapasitansi (naiknya
reaktansi kapasitif) varaktor sehingga frekuensi osilator berada pada nilai tertinggi. Sebaliknya,
pada level terendah sinyal pemodulasi, berakibat pada naiknya kapasitansi (turunnya reaktansi
kapasitif) varaktor sehingga frekuensi osilator berada pada nilai terendah. Lebar deviasi tidak lebih
dari 75 kHz untuk setiap sisi atau 150 kHz secara keseluruhan.
3. Osilator
Membangkitkan getaran frekuensi tinggi sesuai dengan frekuensi lingkar tala dari generator tala
yang pada umumnya menggunakan resonator paralel berupa LC jajar. Nilai C dibangun sebagian

atau keseluruhan menggunakan varaktor deoda yang ada pada bagian modulator (untuk tipe
modulator dengan varaktor). Pada FM komersial, frekuensi kerja osilator mulai 87,50 MHz s/d
108,50 MHz untuk FM II dan 75,50 MHz s/d 96,50 MHz untuk FM I.
4. Buffer (Penyangga)
Penyangga (buffer) berfungsi menguatkan arus sinyal keluaran dari osilator. Sebuah penyangga
identik dengan rangkaian dengan impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah
sehingga sering digunakan emitor follower pada tahap ini.
5. Driver (Kemudi)
Rangkaian driver berfungsi mengatur penguatan daya (tegangan dan arus) sinyal FM dari
penyangga sebelum menuju ke bagian penguat akhir. Pada sistem pemancar FM sering digunakan
penguat kelas A untuk menjamin linieritas sinyal keluaran. Mengingat efisiensi penguat kelas A
yang rendah (hanya sekitar 30%), maka perlu beberapa tingkatan driver sebelum penguat akhir
(final amplifier). Pada tahap driver, penggunaan tapis -lolos-bawah sangat dianjurkan untuk
menekan frekuensi harmonisa.
6. Penguat Akhir (Final Amplifier)
Bagian penguat akhir merupakan unit rangkaian penguat daya RF efisiensi tinggi, untuk itu sering
dan hampir selalu digunakan penguat daya RF tertala kelas C karena menawarkan efisiensi daya
hingga 100%. Bagian akhir dari penguat akhir mutlak dipasang filter untuk menekan harmonisa
frekuensi.
7. Antena
Mengubah getaran listrik frekuensi tinggi menjadi gelombang elektromagnetik dan
meradiasikannya ke ruang bebas. Jenis antena sangat berpengaruh pada pola radiasi pancaran
gelombang elektromagnetik.
8. Catu Daya (Power Supply)
Catu daya harus mempu mensuplay kebutuhan daya listrik mulai dari tingkat modulator osilator
sampai tingkat penguat akhir daya RF. Pemasangan shelding pada blok pen-catu daya merupakan
hal penting untuk sistem pemancar FM, selain itu pemakaian filter galvanis sangat dianjurkan
untuk menekan sinyal gangguan pada rangkaian jala-jala dan sebaliknya.
Dalam sebuah blok diagram pemancar FM stereo seperti gambar di atas, untuk dapat bekerja
dengan baik, diperlukan penalaan rangkaian. Dalam sistem pemancar FM modern, tingkat encoder
sampai dengan driver telah tersedia dalam bentuk modul yang dikenal dengan istilah Excitter FM
Stereo. Pada modul semacam itu tidak diperlukan penalaan rangkaian secara manual karena
rangkaian tala sudah dirancang sedemikian rupa untuk dapat bekerja pada bidang yang lebar,
sehingga penalaan hanya dilakukan pada bagian input dan output penguat akhir daya RF.

Penerima FM
Penerima FM memiliki konsep yang sama dengan AM untuk mengetahui lebih jelas prinsip dari
penerima FM dapat dilihat pada gambar berikut :

Fungsi tiap bagian pada blok diagram radio penerima FM supereheterodyne diatas
dapat diuraikan sebagai berikut.
1.

Antena penerima (Receiving Antena) : berfungsi menangkap gelombang


elektromagnetik termodulasi yang bersal dari antena pemancar radio.

2.

Penguat RF (RF Amplifier) : berfungsi unutk menguatkan sinyal yang


ditangkap oleh antena sebelum diteruskan ke bagian Mixer (pencampur).

3.

Oscilator lokal (Local Oscilator) : berfungsi untuk mebangkitkan gelombang


frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi sinyal keluaran RF (10,7 MHz lebih
tinggi dari RF). Dimana hasilnya akan diteruskan ke bagian Mixer.

4.

Mixer (pencampur) : Berperan untuk mencampurkan kedua frekuensi yang


berasal dari RF Amplifier dan Osilator Lokal. Hasil dari pencampuran sinyal
pada mixer adalah Intermediate Frequency (IF) dengan besar 10,7 MHz.

5.

Penguat IF (IF Amplifier) : digunakan untuk menguatkan Frekuensi


Intermediet (IF) sebelum diteruskan ke blok limiter.

6.

Limiter (pembatas) : berfungsi unutk meredam amplitudo gelombang yang


sudah termodulasi (sinyal yang dikirim pemancar) agar terbentuk sinyal FM
murni (beramplitudo rata).

7.

AGC Detector (Automatic Gain Control / Pengendali Penguatan Otomatis) :


berfungsi unutk mengatur tegangan output limiter secara otomatis agar tetap
stabil.

8.

Discriminator (Detektor FM) : berfungsi untuk membuang frekuensi


termodulasi dan mengambil isyarat informasi untuk diteruskan ke penguat
audio dengan cara mendeteksi perubahan frekuensi bermodulasi, menjadi
sinyal informasi (Audio).

9.

De-emphasis : berfungsi untuk menekan frekuensi audio yang besarnya


berlebihan (tinggi) yang dikirim oleh pemancar.

10.

Penguat Audio (Audio Amplifier) : berfungsi untuk menguatkan level sinyal


audio dan kemudian diteruskan ke suatu pengeras suara.

11.

Speaker (pengeras suara) : berfungsi untuk mengubah sinyal atau getaran


listrik dengan frekuensi audio (AF) menjadi getaran suara yang dapat
didengar oleh telinga manusia.

PEMANCAR DAN PENERIMA FM

1.

Pemancar FM

Blok Diagram Pemancar FM

a.

Penjelasan :
Encoder

Gambar 1. Blok Diagram Pemancar FM


(Sumber: www.oprekzone.com)

Tahap awal masukan yang berasal dari audio-prosessor dan hanya


ada pada sistem pemancar FM stereo. Pada sistem pemancar mono
bagian ini tidak ada. Encoder mengubah sinyal perbedaan L dan R

menjadi sinyal komposit 38 kHz termodulasi DSB-SC (Double Sideband


Suppressed Carrier).

b.

Modulator FM/PM

Modulator FM (Frequency Modulation) atau dapat juga berupa


modulator

PM

(Phase

modulator

reaktansi.

Modulation).
Pada

FM,

Prinsip

sinyal

dasarnya

audio

adalah

sebuah

daya

rendah

level

mengguncang reaktansi kapasitif dari varaktor deoda untuk menghasilkan


deviasi frekuensi osilator. Amplitudo tertinggi sinyal audio berakibat pada
turunnya nilai kapasitansi (naiknya reaktansi kapasitif) varaktor sehingga
frekuensi osilator berada pada nilai tertinggi. Sebaliknya, pada level
terendah

sinyal

pemodulasi,

berakibat

pada

naiknya

kapasitansi

(turunnya reaktansi kapasitif) varaktor sehingga frekuensi osilator berada


pada nilai terendah. Lebar deviasi tidak lebih dari 75 kHz untuk setiap sisi
atau 150 kHz secara keseluruhan.

c.

Osilator

Membangkitkan getaran frekuensi tinggi sesuai dengan frekuensi


lingkar tala dari generator tala yang pada umumnya menggunakan
resonator paralel berupa LC jajar. Nilai C dibangun sebagian atau
keseluruhan

menggunakan

varaktor

deoda

yang

ada

pada

bagian

modulator (untuk tipe modulator dengan varaktor). Pada FM komersial,


frekuensi kerja osilator mulai 87,50 MHz s/d 108,50 MHz untuk FM II dan
75,50 MHz s/d 96,50 MHz untuk FM I.

d.

Buff er (Penyangga)

Penyangga (buff er) berfungsi menguatkan arus sinyal keluaran dari


osilator. Sebuah penyangga identik dengan rangkaian dengan impedansi

masukan

tinggi

dan

impedansi

keluaran

rendah

sehingga

sering

digunakan emitor follower pada tahap ini.

e.

Driver

Rangkaian driver berfungsi mengatur penguatan daya (tegangan


dan arus) sinyal FM dari penyangga sebelum menuju ke bagian penguat
akhir. Pada sistem pemancar FM sering digunakan penguat kelas A untuk
menjamin linieritas sinyal keluaran. Mengingat efisiensi penguat kelas A
yang rendah (hanya sekitar 30%), maka perlu beberapa tingkatan driver
sebelum penguat akhir (final amplifier). Pada tahap driver, penggunaan
tapis -lolos-bawah sangat dianjurkan untuk menekan frekuensi harmonisa.

f.

Penguat Akhir (Final Amplifier)

Bagian penguat akhir merupakan unit rangkaian penguat daya RF


efisiensi tinggi, untuk itu sering dan hampir selalu digunakan penguat
daya RF tertala kelas C karena menawarkan efisiensi daya hingga
100%. Bagian akhir dari penguat akhir mutlak dipasang filter untuk
menekan harmonisa frekuensi.

g.

Antena

Mengubah

getaran

listrik

frekuensi

tinggi

menjadi

gelombang

elektromagnetik dan meradiasikannya ke ruang bebas. Jenis antena


sangat

berpengaruh

pada

elektromagnetik.

h.

Catu Daya (Power Supply)

pola

radiasi

pancaran

gelombang

Catu daya berfungsi untuk mensuplay kebutuhan daya listrik mulai


dari tingkat modulator osilator sampai tingkat penguat akhir daya RF.
Pemasangan shelding pada blok pen-catu daya merupakan hal penting
untuk sistem pemancar FM, selain itu pemakaian filter galvanis sangat
dianjurkan untuk menekan sinyal gangguan pada rangkaian jala-jala dan
sebaliknya.

Blok Diagram Penerima FM

Gambar 2. Blok Diagram Penerima FM Stereo

Fungsi Blok Penerima FM :

a.

Antena

Berfungsi menangkap sinyal-sinyal bermodulasi yang berasal dari


antena pemancar.

b.

Penguat RF

berfungsi unutk menguatkan sinyal yang ditangkap oleh antena


sebelum diteruskan ke blok Mixer (pencampur).

c.

OSC (Osilator Lokal)

berfungsi unutk mebangkitkan getaran frekuensi yang lebih tinggi


dari frekuensi sinyal keluaran RF. Dimana hasilnya akan diteruskan ke
blok Mixer.

d.

Mixer (pencampur)

Berperan untuk mencampurkan kedua frekuensi yang berasal dari


RF

Amplifier

dan

Osilator

Lokal.

Hasil

dari

olahan

mixer

adalah

Intermediate Frequency (IF) dengan besar 10,7 MHz.

e.

Penguat IF

digunakan untuk menguatkan Frekuensi Intermediet (IF) sebelum


diteruskan ke blok limiter.

f.

Limiter (pembatas)

berfungsi

unutk

meredam

amplitudo

gelombang

yang

sudah

termodulasi (sinyal yang dikirim pemancar) agar terbentuk sinyal FM


murni (beramplitudo rata).

g.

Detektor FM

digunakan

untuk

mendeteksi

perubahan

frekuensi

bermodulasi,

menjadi sinyal informasi (Audio).

h.

De-emphasis

berfungsi untuk menekan frekuensi audio yang besarnya berlebihan


(tinggi) yang dikirim oleh pemancar.

i.

AFC (Automatic Frequency Control / Pengendali Frekuensi Otomatis)

berfungsi unutk mengatur frekuensi osilator local secara Otomatis


agar tetap stabil.

j.

Dekoder Stereo

digunakan

unutk

memproses

sinyal

Stereo,

diteruskan pada 2 buah penguat AF (FM Stereo).

k.

Penguat Audio

sehingga

hasilnya

digunakan

untuk

menyearahkan

getaran/

sinyal

AF

serta

meningkatkan level sinyal audio dan kemudian diteruskan penguat AF ke


suatu pengeras suara.

l.

Speaker (pengeras suara)

digunakan untuk mengubah sinyal atau getaran listrik berfrekuensi


AF menjadi getaran suara yang dapat didengar oleh telinga manusia
IMPLEMENTASI IPV6

2.

Kelebihan FM dibandingkan dengan AM

Jika dibandingkan dengan sistem AM, maka FM memiliki beberapa


keunggulan, diantaranya (Smber: http://fauzyalfalasany.blogspot.com) :

a.

Lebih Tahan Noise

Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 88


108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari
gangguan baik atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan.
Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada
sistem

modulasi

AM

dimana

panjang

gelombangnya

lebih

panjang.

Sehingga noise yang diakibatkan oleh penurunan daya hampir tidak


berpengaruh karena dipancarkan secara LOS (Line Of Sight).

b.

Bandwith yang Lebih Lebar

Saluran siar FM standar menduduki lebih dari sepuluh kali lebar


bandwidth (lebar pita) saluran siar AM. Hal ini disebabkan oleh struktur
sidebandnonlinear

yang

lebih

kompleks

dengan

adanya

efek-efek

(deviasi) sehingga memerlukan bandwidth yang lebih lebar dibanding


distribusi linear yang sederhana dari sideband-sideband dalam sistem AM.
Band siar FM terletak pada bagian VHF (Very High Frequency) dari
spektrum frekuensi di mana tersedia bandwidth yang lebih lebar daripada
gelombang dengan panjang medium (MW) pada band siar AM.

c.

Fidelitas Tinggi

Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada


interval 50 Hz sampai 15 KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi)
dengan amplitudo sangat rendah, tingkat noise yang sangat rendah, dan
respon transien yang bagus sangat diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang
baik. Pemakaian saluran FM memberikan respon yang cukup untuk
frekuensi audio dan menyediakan hubungan radio dengan noise rendah.
Karakteristik yang lain hanyalah ditentukan oleh masalah rancangan
perangkatnya saja.

d.

Transmisi Stereo

Alokasi saluran yang lebar dan kemampuan FM untuk menyatukan


dengan

harmonis

beberapa

saluran

audio

pada

satu

gelombang

pembawa, memungkinkan pengembangan sistem penyiaran stereo yang


praktis.

Ini

merupakan

sebuah

cara

bagi

industri

penyiaran

untuk

memberikan kualitas reproduksi sebaik atau bahkan lebih baik daripada


yang tersedia pada rekaman atau pita stereo. Munculnya compact disc
dan perangkat audio digital lainnya akan terus mendorong kalangan
industri peralatan dan teknisi siaran lebih jauh untuk memperbaiki kinerja
rantai siaran FM secara keseluruhan.

e.

Hak komunikasi Tambahan

Bandwidth yang lebar pada saluran siar FM juga memungkinkan


untuk memuat dua saluran data atau audio tambahan, sering disebut
Subsidiary

Communication

Authorization

(SCA),

bersama

dengan

transmisi stereo. Saluran SCA menyediakan sumber penerimaan yang


penting bagi kebanyakan stasiun radio dan sekaligus sebagai media
penyediaan jasa digital dan audio yang berguna untuk khalayak.

Anda mungkin juga menyukai