Oleh:
Egtheastraqita Chitihvema G99142091
BAB I
PENDAHULUAN
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manisfestasi klinis demam, nyeri otot
dan atau nyerisendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti
yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Infeksi virus
dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic Fever (DHF),
dan Dengue Shock Syndrom (DSS).2
Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban
udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes
akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan
kelembaban tidak sama disetiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak
berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai
awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan
April-Mei setiap tahun1,2,3,4.5)
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan
dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
tanda renjatan atau syok dapat berakibat fatal. Kegawatdaruratan DBD dinyatakan
sebagai salah satu masalah kesehatan global.
BAB II
DENGUE SYOK SINDROME
A. DEFINISI
Demam
dengue/DF
dan
demam
berdarah
dengue/DBD
(dengue
lekopenia,
ruam,
limfadenopati,
trombositopeniadan
diathesis
hemoragik...(1,2,3)
B. ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. keempatnya ditemukan
di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehinggatidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya.Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia,pengamatan virus dengue yang
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkanbahwa keempat
serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan menunjukkan manifestasi klinik yang
berat. (1,2,3)
C. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS DBD
Ada dua patofisiologi yang utama pada DBD :
1. Meningkatnya permeabilitas kapiler yang menghasilkan kebocoran plasma dan
ini menyebabkan hipovolemia, hemokonsentrasi, serta renjatan.
Tanda perdarahan
a.
dan melena
3.
Pembesaran hepar
Hepar yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan
penyakit dan pembesaran hepar ini tidak sejajar dengan berat penyakit. Nyeri
tekan seringkali ditemukan tanpa disertai ikterus.3
4.
Syok
tombositopenia,
leukositosis
ringan,
perpanjangan
waktu
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk screening dengan periksa kadar
hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), trombosit, leukosit. Pemeriksaan sediaan apus
darah tepi menunjukkan limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma
biru. Kadar leukosit dapat normal atau menurun Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% jumlah leukosit total) disertailimfosit plasma biru (LPB
>15% total leukosit) yang pada fase syok akan meningkat. Trombosit
umumnya menurun pada hari ke-3 hingga ke-8. Pemeriksaan hematokrit untuk
menentukan kebocoran plasma dengan peningkatan kadar hematokrit >20%
kadar hematokrit awal.(1,2)
Diagnosis pasti dapat tegak bila didapatkan hasil isolasi virus dengue (cell
culture) ataudeteksi antigen virus RNA dgn teknik Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction namun teknik ini rumit. Pemeriksaan lain yaitu tes
serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue. Berupa
antibodi total, IgM yang terdeteksi mulai hari ke-3 sampai ke-5,meningkat smpai
minggu 3, dan menghilang setelah 60-90 hari. IgG terbentuk pada hari ke-14 pada
infeksi primer, dan terdeteksi pada hari ke-2 pada infeksi sekunder.(1)
Pemeriksaan lain menunjukkan SGOT dan SGPT dapat meningkat.
Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis
dan ganggungan koagulasi tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin,
faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III. aPTT dan PT memanjang pada
sepertiga sampai setengah kasus DBD. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN
ditemukan pada syok berat. (1,2)
Pada pemeriksaan radiologis pada posisi lateral dekubitus kanan bisa
ditemukan efusipleura, terutama sebelah kanan. Berat-ringannya efusi pleura
berhubungan dengan berat-ringannya penyakit. Pada pasien syok, efusi pleura
F.
positif, atau pasien berasal dari daerah yang pada saat yang sama
ditemukan kasus confirmed dengue infeksi.
b. Corfirmed
Kasus dengan konfirmasi laboratorium sebagai berikut deteksi
antigen dengue,peningkatan titer antibodi > 4 kali pada pasangan
serum akut dan serum konvalesens, danatau isolasi virus.
2. Demam Berdarah Dengue
Diagnosis tegak bila semua hal dipenuhi :
a. Demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
1) uji tourniquet positif
2) petekie, ekimosis, atau purpura
3) perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
4) hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) peningkatan nilai hematrokrit > 20 % dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin.
2) penurunan nilai hematokrit > 20 % setelah pemberian cairan yang
adekuat
3) efusi pleura, asites, hipoproteinemi
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD(4) disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan nadi < 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab.
Karena spektrum klinis infeksi virus dengue yang bervariasi, derajat klinis
perlu ditentukan sehubungan dengan tatalaksana yang akan dilakukan.(2,4)
Perbedaan gejala dan tanda klinis pada setiap derajat terbagi dalam tabel berikut :
Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak, terusmenerus, < 7 hari tidak disertai ISPA,
badan lemah/lesu
PENATALAKSANAAN
AdaG.
kedaruratan
Terdapat 5 hal yang harus dievaluasi
Tanda syok muntah terus menerus,
kebocoran plasma, perdarahan
kesadaran menurun
Tidak ada
kedaruratan
yaitu
keadaan
umum, renjatan,
terutama
perdarahan
gastrointestinal dan
Periksa
uji tourniquet
Jumlah trombosit
< 100.000/ul
> 100.000/ul
Rawat jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam hilang
RawatDEMAM
Inap
trombosit,
BERDARAH DENGUE DBD
(Bagan 1)Ht bila masih
demam hari sakit ke 3
Rawat Jalan
Minum banyak,
Parasetamol bila perlu
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht,
Trombosit.
Perhatikan untuk orang tua pesan bila
Lab :Hb/Ht naik dan trombosit turun
timbul tanda syok : gelisah, lemah, kaki
kencing berkurang
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distress pernafasan
Tidak Ada
Perbaikan
Perbaikan
Tidak gelisah
Gelisah
Nadi kuat
Distres pernafasan
Diuresis cukup
Tetesan dikurangi
5 ml/kgBB/jam
Tanda Vital
memburuk
Ht tetap tinggi/naik
Ht meningkat
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
Perbaikan
Perbaikan
Tanda vital tidak
stabil
Sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam
Keterangan : 1 CC = 15 Tetes
Distress
pernafasan Ht
Naik
Koloid
20-30 ml/kgBB
Ht turun
Transfusi darah
segar 10 ml/kgBB
Perbaikan
Syok tidak
teratasi
Kesadaran menurun
Distres pernafasan /
sianosis
Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
Evaluasi
ketat
Tanda vital
Tanda
perdarahan
Stabil dalam 24
jam
Tetesan 5
ml/kgBB/jam
Tetesan 3
ml/kgBB/jam
Tambahan koloid/plasma
Dekstran 40/FFP
Syok
teratasi
Ht turun
Transfusi darah segar 10
ml/kgBB
Dapat diulang sesuai
Ht tetap
tinggi/naik
Koloid
20 ml/kgBB
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk
menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah :
-
Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih
sering sampai syok teratasi.
Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil.
Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan mengenai jenis cairan, jumlah, dan
tetesan untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
I.
ANAMNESA
A. Identitas Penderita
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku
Pekerjaan
Pendidikan
Status
Alamat
No. RM
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
B.
: Nn. A
: 19 tahun
: Perempuan
: Islam
: Jawa
: Pelajar
: SMA
: Belum menikah
: Jebres, Surakarta
: 01299331
: 45 kg
: 160 cm
: 17.57 kg/cm2 (normoweight)
Data Dasar
Autoanamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8
Maret 2016.
Keluhan Utama
Demam sejak 5 hari
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam. Demam dikeluhkan sejak 5 hari SMRS,
demam dirasakan mendadak naik, demam terus menerus sepanjang hari, demam
turun dengan obat penurun demam, tapi demam naik lagi. Demam tidak pernah
hilang sama sekali. Demam disertai dengan keringat sekujur tubuh. Demam tidak
diikuti batuk dan pilek. Demam juga tidak diikuti dengan kejang.
Pasien juga mengeluh pegal linu di seluruh persendian tubuhnya yang
dikeluhkan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan sakit
kepala berdenyut, yang dirasakan terutama nyeri di belakang mata sejak 4 hari yang
lalu, namun pandangan tidak terganggu. Nyeri berkurang dengan istirahat dan
memberat saat aktivitas. Pasien juga mengeluh mual dan muntah 4 hari SMRS.
Muntah didahului oleh mual yang timbul terutama bila melihat makanan dan saat
makan. Muntah dalam sehari mencapai 3 4 kali, yang berisi makanan dan minuman
yang dikonsumsi, volume sekitar - 1 gelas belimbing.
Pasien juga mengeluhkan timbul bintik bintik merah di badan dan tangan
bagian atas 4 hari SMRS. Bintik-bintik tidak hilang dengan penekanan dan muncul
terus-menerus. Tidak dirasakan nyeri di sekitar bagian yang berbintik-bintik. Pasien
juga mengeluhkan lemas, lemas yang dirasakan terus menerus, terutama jika
beraktivitas. Lemas tidak berkurang dengan pemberian makanan dan minuman, dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Pasien tidak mengeluhkan adanya mimisan
maupun gusi berdarah.
BAK dalam sehari 4 5 kali, masing-masing sekitar - 1 gelas belimbing,
warna kuning jernih, BAK anyang-anyangen (-), BAK nanah (-), BAK merah (-),
nyeri ketika BAK (-). BAB sehari sebanyak 1 kali, konsistensi lunak, warna kuning,
darah (-), lendir (-). Penurunan berat badan (-). Pasien menyangkal berpergian keluar
jawa sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat tekanan darah tinggi
2. Riwayat sakit gula
3. Riwayat asma
4. Riwayat alergi
5. Riwayat sakit jantung
6. Riwayat sakit ginjal
7. Riwayat mondok
8. Riwayat sakit liver
9. Riwayat operasi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
Bahan/Obat
Gejala
Riwayat Kebiasaan
Jamu
Merokok
Alkohol
Olahraga
Disangkal
Disangkal
(-)
(-)
Riwayat Gizi
Pasien tinggal bersama keluarga. Pasien makan sebanyak 3 kali sehari, dengan
nasi, sayur, dan lauk pauk.
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 31 agustus 2015 dengan hasil sebagai berikut:
1.
Keadaan umum
: Tampak lemah, kesan sakit sedang, compos mentis, GCS
5.
Tensi
: 120/ 80 mmHg
Nadi
: 96x/ menit
Suhu
: 38,8o C
VAS skor
: 4-6
Status gizi
BB
: 45 kg
TB
: 160 cm
BMI
: 17.57 kg/cm2
Kesan
: Normoweight
Kulit
: Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), kering (-),
6.
Kepala
Mata
2.
3.
4.
7.
(-/-),
Telinga
Hidung
katarak DM (-/-)
: Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
10.
11.
Mulut
: Sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-),
Leher
12.
Thorax
13.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
13. Pulmo
a.
Depan
Inspeksi
Statis
-
Dinamis
Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan
: Simetris
: Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
: Sonor, redup pada batas relatif paru-hepar pada SIC
VI linea medioclavicularis dextra, pekak pada batas
Kiri
Auskultasi
Kanan
Kiri
b.
Belakang
Inspeksi
Statis
-
Dinamis
Palpasi
Statis
: Simetris
Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan
: Sonor.
Kiri
: Sonor.
Peranjakan diafragma 5 cm
Auskultasi
Kanan
: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan
wheezing(-), ronkhi basah kasar(-), ronkhi basah halus
-
Kiri
14.
15.
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi
: Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
Tanda meningeal : Kaku kuduk (-), brudzinsky I (-), brudzinsky II (-), brudzinsky III
(-)
16.
Ekstremitas
Akral
dingin
_
_
_
_
Oedem
Petechie
+
+
5
5
Sensorik
III.
IV.
+
+
5
5
Pulsasi
Motorik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium Darah
-
Leukosit 11.900/L
Eritrosit 5.500/ L
Trombosit 95.000/L
Hb 11,4 g/dL
Hct 41,5 %
V.
1.
Mondok bangsal
2.
3.
Inf. RL 30 tpm
4.
TATALAKSANA
Tujuan Penatalaksanaan
-
1. Medikamentosa
O2 2L/menit, nasal
IVFD RL 30 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg PO bila suhu > 38oC
2. Non Medikamentosa
- Bedrest (tirah baring)
- Minum air yang banyak
- Mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD
dengan 3M, yaitu menutup, menguras, mengubur barang-barang yang dapat
VI.
menampung air.
Menjaga asupan nutrisi yang seimbang.
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam : bonam
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1.
2.
3.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80 mmHg;
nadi 80x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup; RR 20x/menit,
thorakoabdominal; dan suhu 38,80 C. Petechie di ekstremitas superior (+).
Conjungtiva pucat (-/-). Pemeriksaan pulmo (N). Pemeriksaan Cor (N).
Pemeriksaan abdomen (N).
4.
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium: Leukosit 11.900/L, Eritrosit 5.500/ L, Trombosit
1.
Suhendro,
Nainggolan L,
Chen K,
Pohan HT.
2006.
Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid III.
Perhimpunan Dokter Spesialis PenyakitDalam Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2.
3.
4.
5.
6.
4 ; 9-22
Cook GC. 2008. Manson's Tropical Diseases. 22th Edition. United Kingdom :
7.
8.
Salemba Medika.
Sumarmo,S., 2002. Infeksi dan Penyakit Tropis : Infeksi Virus Dengue. Jakarta:
9.
IDAI.
Rampengan, T.H., 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak : Demam Berdarah
10.