Anda di halaman 1dari 22

Makalah Farmasi

DENGUE HAEMORHAGE FEVER (DHF)

Oleh:
Egtheastraqita Chitihvema G99142091

KEPANITERAAN KLINIK UPF/ LABORATORIUM FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manisfestasi klinis demam, nyeri otot
dan atau nyerisendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti
yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Infeksi virus
dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic Fever (DHF),
dan Dengue Shock Syndrom (DSS).2
Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban
udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes
akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan
kelembaban tidak sama disetiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak
berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai
awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan
April-Mei setiap tahun1,2,3,4.5)
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan
dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
tanda renjatan atau syok dapat berakibat fatal. Kegawatdaruratan DBD dinyatakan
sebagai salah satu masalah kesehatan global.

BAB II
DENGUE SYOK SINDROME

A. DEFINISI
Demam

dengue/DF

dan

demam

berdarah

dengue/DBD

(dengue

haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus


dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai

lekopenia,

ruam,

limfadenopati,

trombositopeniadan

diathesis

hemoragik...(1,2,3)
B. ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. keempatnya ditemukan
di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehinggatidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya.Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia,pengamatan virus dengue yang
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkanbahwa keempat
serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan menunjukkan manifestasi klinik yang
berat. (1,2,3)
C. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS DBD
Ada dua patofisiologi yang utama pada DBD :
1. Meningkatnya permeabilitas kapiler yang menghasilkan kebocoran plasma dan
ini menyebabkan hipovolemia, hemokonsentrasi, serta renjatan.

2. Adanya hemostasis yang abnormal melibatkan perubahan pembuluh darah,


trombositopenia, dan koagulopati.
Hemostasis yang abnormal menyebabkan bermacam-macam manifestasi
perdarahan. Penyebab perdarahan pada DBD sangat komplek dan mungkin
melibatkan satu atau lebih dari trombositopenia, kerusakan pembuluh darah kecil,
ganguan fungsi trombosit, dan disseminated intravascular disease (DIC).
Kerusakan trombosit dapat secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu,
pasien dengan trombosit kurang dari 100.000/mm3 mungkin didapat waktu
perdarahan yang memanjang. DIC terjadi pada renjatan berkepanjangan dan berat
serta menyebabkan perdarahan hebat dan irreversible shock dengan prognosis
buruk.7
D. MANIFESTASI KLINIK
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus dengue juga
merupakan suatu self limiting infecting disease yang akan berakhir sekitar 2-7
hari.4
Gambaran klinis yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Panas
DBD didahului oleh panas tinggi yang timbul mendadak dan terus
menerus dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap
pemberian antipiretik (mungkin hanya turun sedikit kemudian naik kembali).
Panas ini biasanya berlangsung 2-7 hari. Bila tidak disertai syok maka panas akan
turun dan penderita sembuh sendiri.10
2.

Tanda perdarahan
a.

Perdarahan karena manipulasi

Uji tornikuet / rumple leed test yaitu dengan mempertahankan manset


tensimeter selama 5 menit, kemudian dilihat apakah timbul petekie atau tidak di
daerah volar lengan bawah. Sekarang ini banyak dianut RL (+) bila dalam 1 inchi
persegi petekie berjumlah > 10 bukan 20 seperti sebelum tahun 1975.9

Uji tornikuet sebagai manifestasi perdarahan yang paling ringan dapat


dinilai sebagai uji presumtif oleh karena uji ini positif pada hari-hari pertama
demam. Pada DBD, uji tornikuet pada umumnya memberikan hasil positif.
Pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif atau positif lemah selama masa
syok.3
b.

Perdarahan spontan: Petekie, Perdarahan gusi, Epistaksis, Hematemesis

dan melena
3.

Pembesaran hepar
Hepar yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan

penyakit dan pembesaran hepar ini tidak sejajar dengan berat penyakit. Nyeri
tekan seringkali ditemukan tanpa disertai ikterus.3
4.

Syok

Manifestasi syok pada anak terdiri atas :


a. Kulit pucat, dingin, dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan,
dan hidung, sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi yang
insufisien yang menyebabkan peninggian aktivitas simpatikus secara reflek.
b. Anak yang semula rewel, cengeng, dan gelisah lambat laun
kesadarannya menurun menjadi apati, sopor, dan koma. Hal ini disebabkan
kegagalan sirkulasi serebral
c. Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi
cepat dan lembut sampai tidak teraba oleh karena kolaps sirkulasi.
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang
e. Tekanan sistolik anak menurun menjadi 80 mmHg atau kurang
f. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang melalui
arteri renalis.8
Untuk gambaran laboratoris biasanya kelainan hematologis yang paling
sering adalah kenaikan hematokrit 20 % atau lebih melebihi nilai hematokrit
penyembuhan,

tombositopenia,

leukositosis

ringan,

perpanjangan

waktu

perdarahan dan penurunan kadar protrombin. Kadar fibrinogen mungkin


subnormal dan produk-produk pecahan fibrin naik.10

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk screening dengan periksa kadar
hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), trombosit, leukosit. Pemeriksaan sediaan apus
darah tepi menunjukkan limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma
biru. Kadar leukosit dapat normal atau menurun Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% jumlah leukosit total) disertailimfosit plasma biru (LPB
>15% total leukosit) yang pada fase syok akan meningkat. Trombosit
umumnya menurun pada hari ke-3 hingga ke-8. Pemeriksaan hematokrit untuk
menentukan kebocoran plasma dengan peningkatan kadar hematokrit >20%
kadar hematokrit awal.(1,2)
Diagnosis pasti dapat tegak bila didapatkan hasil isolasi virus dengue (cell
culture) ataudeteksi antigen virus RNA dgn teknik Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction namun teknik ini rumit. Pemeriksaan lain yaitu tes
serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue. Berupa
antibodi total, IgM yang terdeteksi mulai hari ke-3 sampai ke-5,meningkat smpai
minggu 3, dan menghilang setelah 60-90 hari. IgG terbentuk pada hari ke-14 pada
infeksi primer, dan terdeteksi pada hari ke-2 pada infeksi sekunder.(1)
Pemeriksaan lain menunjukkan SGOT dan SGPT dapat meningkat.
Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis
dan ganggungan koagulasi tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin,
faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III. aPTT dan PT memanjang pada
sepertiga sampai setengah kasus DBD. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN
ditemukan pada syok berat. (1,2)
Pada pemeriksaan radiologis pada posisi lateral dekubitus kanan bisa
ditemukan efusipleura, terutama sebelah kanan. Berat-ringannya efusi pleura
berhubungan dengan berat-ringannya penyakit. Pada pasien syok, efusi pleura
F.

dapat ditemukan bilateral.(1,2)


DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis berdasarkan kriteria WHO tahun 1997(1,2,4)
1. Demam Dengue
a. Probable
Demam akut disertai dua atau lebih manifestasi klinis berikut; nyeri
kepala, nyeri belakang mata, miagia, artralgia, ruam, manifestasi
perdarahan, leukopenia, uji HI >_ 1.280 dan atau IgM anti dengue

positif, atau pasien berasal dari daerah yang pada saat yang sama
ditemukan kasus confirmed dengue infeksi.
b. Corfirmed
Kasus dengan konfirmasi laboratorium sebagai berikut deteksi
antigen dengue,peningkatan titer antibodi > 4 kali pada pasangan
serum akut dan serum konvalesens, danatau isolasi virus.
2. Demam Berdarah Dengue
Diagnosis tegak bila semua hal dipenuhi :
a. Demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
1) uji tourniquet positif
2) petekie, ekimosis, atau purpura
3) perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
4) hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) peningkatan nilai hematrokrit > 20 % dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin.
2) penurunan nilai hematokrit > 20 % setelah pemberian cairan yang
adekuat
3) efusi pleura, asites, hipoproteinemi
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD(4) disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan nadi < 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab.
Karena spektrum klinis infeksi virus dengue yang bervariasi, derajat klinis
perlu ditentukan sehubungan dengan tatalaksana yang akan dilakukan.(2,4)
Perbedaan gejala dan tanda klinis pada setiap derajat terbagi dalam tabel berikut :

Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak, terusmenerus, < 7 hari tidak disertai ISPA,
badan lemah/lesu

PENATALAKSANAAN
AdaG.
kedaruratan
Terdapat 5 hal yang harus dievaluasi
Tanda syok muntah terus menerus,
kebocoran plasma, perdarahan
kesadaran menurun

Tidak ada
kedaruratan
yaitu
keadaan

umum, renjatan,

terutama
perdarahan
gastrointestinal dan
Periksa
uji tourniquet

komplikasi. Pada dasarnya terapi DBD bersifat suportif yaitu mengatasi

Kejang, muntah darah, berak darah, berak


hitam
kehilangan cairan plasma akibat
Uji Tourniquet (+)
perdarahan.
(Rumplee Leede)

peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat


Uji tourniquet (-)
(Rumplee Leede)

Adapun penatalaksanan DBD menurut derajatnya adalah sebagai berikut :


Jumlah trombosit

Jumlah trombosit

< 100.000/ul

> 100.000/ul

Rawat jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam hilang

PENATALAKSANAAN KASUS TERSANGKA


Nilai tanda klinis & jumlah

RawatDEMAM
Inap
trombosit,
BERDARAH DENGUE DBD
(Bagan 1)Ht bila masih
demam hari sakit ke 3

Rawat Jalan
Minum banyak,
Parasetamol bila perlu
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht,
Trombosit.
Perhatikan untuk orang tua pesan bila
Lab :Hb/Ht naik dan trombosit turun
timbul tanda syok : gelisah, lemah, kaki

kencing berkurang

PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAD I (Bagan 2)


DBD Derajad I

Gejala klinis : demam 2-7 hari


Uji tourniquet positif
Lab. hematokrit tidak
meningkat trombositopeni
(ringan)

Pasien Masih dapat minum

Pasien tidak dapat minum

Beri minum banyak 1-2 liter/hari


atau 1 sd. mkn tiap 5 menit.

Pasien muntah terus menerus

Jenis minuman; air putih teh manis,


sirup, jus buah, susu, oralit
Bila suhu > 38,5 derajad celcius
beri parasetamol
Bila kejang beri obat antikonvulasif

Pasang infus NaCl 0,9%:


Dekstrosa 5% (1:3) tetesan
rumatan sesuai berat badan
Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 612 jam

Ht naik dan atau


trombositopeni
Perbaikan klinis dan
laboratoris

Infus ganti ringer asetat


(tetesan disesuaikan, lihat

Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distress pernafasan

PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAD II (Bagan 3)


DBD Derajat II
DB Derajad I + perdarahan spontan
Hemokonsentrasi & Trombositopeni
Cairan awal RA/NaCl 0,9% atau
RAD5%/NaCl 0,9 + D 5% 6 7
ml/kgBB/jam
Monitor Tanda Vital/Nilai Ht & trombosit tiap
6 jam

Tidak Ada
Perbaikan

Perbaikan
Tidak gelisah

Gelisah

Nadi kuat

Distres pernafasan

Tek Darah stabil

Fre. nadi naik

Diuresis cukup

Tetesan dikurangi
5 ml/kgBB/jam

Tanda Vital
memburuk

Ht tetap tinggi/naik

Ht meningkat

Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam

Perbaikan

Evaluasi 12-24 jam

Perbaikan
Tanda vital tidak
stabil

Sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam

IVFD stop setelah 24-48 jam


apabila tanda vital/Ht stabil
dan diuresis cukup

Keterangan : 1 CC = 15 Tetes

Distress
pernafasan Ht
Naik
Koloid
20-30 ml/kgBB

Ht turun

Transfusi darah
segar 10 ml/kgBB
Perbaikan

PENATALAKSANAAN KASUS DSS ATAU DBD DERAJAD III DAN IV (Bagan 4)


DBD Derajad III & IV
DBD Derajad II + Kegagalan
sirkulasi
Oksigenasi (berikan O2 2-4/menit)
Penggantian volume plasma segera (cairan
kristaloid isotonis) RingerAsetat/ NaCl 0,9 %
10-20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30
menit)
Evaluasi 30 menit, apakah syok
teratasi ?
Pantau tanda vital tiap 10 menit
Cacat balans cairan selama pemberian
Syok
teratasi
Kesadaran membaik

Syok tidak
teratasi
Kesadaran menurun

Nadi teraba kuat

Nadi lembut / tidak teraba

Tekanan nadi > 20 mmHg

Tekanan nadi < 20 mmHg

Tidak sesak nafas /


Sianosis

Distres pernafasan /
sianosis

Cairan & tetesan


disesuaikan

Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam

Evaluasi
ketat
Tanda vital
Tanda
perdarahan

Stabil dalam 24
jam
Tetesan 5
ml/kgBB/jam
Tetesan 3
ml/kgBB/jam

Tambahan koloid/plasma
Dekstran 40/FFP
Syok
teratasi

10-20 (max 30) ml/kgBB


Syok belum teratasi

Ht turun
Transfusi darah segar 10
ml/kgBB
Dapat diulang sesuai

Ht tetap
tinggi/naik
Koloid
20 ml/kgBB

Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk
menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah :
-

Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih
sering sampai syok teratasi.

Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil.

Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan mengenai jenis cairan, jumlah, dan
tetesan untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.

Jumlah dan frekuensi diuresis.1

XI. KRITERIA PEMULANGAN PASIEN


Pasien dapat dipulangkan apabila :
-

Bebas panas 2 hari

Nilai trombosit > 50.000 / ul

Tidak didapatkan komplikasi.8

BAB III

ILUSTRASI KASUS

I.

ANAMNESA
A. Identitas Penderita
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku
Pekerjaan
Pendidikan
Status
Alamat
No. RM
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT

B.

: Nn. A
: 19 tahun
: Perempuan
: Islam
: Jawa
: Pelajar
: SMA
: Belum menikah
: Jebres, Surakarta
: 01299331
: 45 kg
: 160 cm
: 17.57 kg/cm2 (normoweight)

Data Dasar
Autoanamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8
Maret 2016.
Keluhan Utama
Demam sejak 5 hari
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam. Demam dikeluhkan sejak 5 hari SMRS,
demam dirasakan mendadak naik, demam terus menerus sepanjang hari, demam
turun dengan obat penurun demam, tapi demam naik lagi. Demam tidak pernah
hilang sama sekali. Demam disertai dengan keringat sekujur tubuh. Demam tidak
diikuti batuk dan pilek. Demam juga tidak diikuti dengan kejang.
Pasien juga mengeluh pegal linu di seluruh persendian tubuhnya yang
dikeluhkan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan sakit
kepala berdenyut, yang dirasakan terutama nyeri di belakang mata sejak 4 hari yang
lalu, namun pandangan tidak terganggu. Nyeri berkurang dengan istirahat dan
memberat saat aktivitas. Pasien juga mengeluh mual dan muntah 4 hari SMRS.
Muntah didahului oleh mual yang timbul terutama bila melihat makanan dan saat

makan. Muntah dalam sehari mencapai 3 4 kali, yang berisi makanan dan minuman
yang dikonsumsi, volume sekitar - 1 gelas belimbing.
Pasien juga mengeluhkan timbul bintik bintik merah di badan dan tangan
bagian atas 4 hari SMRS. Bintik-bintik tidak hilang dengan penekanan dan muncul
terus-menerus. Tidak dirasakan nyeri di sekitar bagian yang berbintik-bintik. Pasien
juga mengeluhkan lemas, lemas yang dirasakan terus menerus, terutama jika
beraktivitas. Lemas tidak berkurang dengan pemberian makanan dan minuman, dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Pasien tidak mengeluhkan adanya mimisan
maupun gusi berdarah.
BAK dalam sehari 4 5 kali, masing-masing sekitar - 1 gelas belimbing,
warna kuning jernih, BAK anyang-anyangen (-), BAK nanah (-), BAK merah (-),
nyeri ketika BAK (-). BAB sehari sebanyak 1 kali, konsistensi lunak, warna kuning,
darah (-), lendir (-). Penurunan berat badan (-). Pasien menyangkal berpergian keluar
jawa sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat tekanan darah tinggi
2. Riwayat sakit gula
3. Riwayat asma
4. Riwayat alergi
5. Riwayat sakit jantung
6. Riwayat sakit ginjal
7. Riwayat mondok
8. Riwayat sakit liver
9. Riwayat operasi

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak diketahui
Riwayat Lingkungan Sekitar
Pasien tinggal di Penumping dan memiliki tetangga yang mondok dengan DBD
Riwayat Alergi
Tahun

Riwayat Alergi
Bahan/Obat

Gejala

Riwayat Kebiasaan
Jamu
Merokok
Alkohol
Olahraga

Disangkal
Disangkal
(-)
(-)

Riwayat Gizi
Pasien tinggal bersama keluarga. Pasien makan sebanyak 3 kali sehari, dengan
nasi, sayur, dan lauk pauk.
II.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 31 agustus 2015 dengan hasil sebagai berikut:
1.
Keadaan umum
: Tampak lemah, kesan sakit sedang, compos mentis, GCS

5.

E4/V5/M6, kesan gizi cukup.


Tanda Vital

Tensi
: 120/ 80 mmHg

Nadi
: 96x/ menit

Frekuensi nafas : 20x/ menit

Suhu
: 38,8o C
VAS skor
: 4-6
Status gizi

BB
: 45 kg

TB
: 160 cm

BMI
: 17.57 kg/cm2

Kesan
: Normoweight
Kulit
: Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), kering (-),

6.

Kepala

teleangiektasis (-), ikterik (-)


: Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok (-), luka (-),

Mata

atrofi m. Temporalis (-).


: Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik

2.

3.
4.

7.

(-/-),

perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3 mm/3


mm), reflek cahaya
8.
9.

Telinga
Hidung

(+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-),

katarak DM (-/-)
: Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)

10.
11.

Mulut

: Sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-),

Leher

luka pada sudut bibir (-), oral thrush (-)


: JVP R +2 cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-), distensi vena-vena

12.

Thorax

leher (-), kaku kuduk (-)


: Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi
intercostal (-), pernafasan abdominothorakal, sela iga melebar (-),
pembesaran KGB axilla (-/-).

13.

Jantung

Inspeksi

Palpasi

: Ictus kordis tidak tampak


: Ictus kordis tidak kuat angkat, teraba di 1 cm sebelah medial SIC

V linea medioclavicularis sinistra.


Perkusi
:
Batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah: SIC V 1 cm medial linea medioklavicularis
sinistra
Pinggang jantung : SIC III lateral parasternalis sinistra
konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-),
gallop (-).

13. Pulmo
a.
Depan

Inspeksi
Statis
-

Dinamis

: Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak


mendatar
: Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)

Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan

: Simetris
: Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
: Sonor, redup pada batas relatif paru-hepar pada SIC
VI linea medioclavicularis dextra, pekak pada batas

Kiri

absolut paru hepar


: Sonor, sesuai batas paru jantung pada SIC VI linea
medioclavicularis sinistra

Auskultasi
Kanan

: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan


wheezing(-), ronkhi basah kasar(-), ronkhi basah halus

Kiri

(-), krepitasi (-)


: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah
halus (-), krepitasi (-)

b.

Belakang

Inspeksi
Statis
-

Dinamis

: Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga


tidak mendatar
: Pengembangan dada simetris kanan=kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)

Palpasi
Statis
: Simetris
Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan
: Sonor.
Kiri
: Sonor.
Peranjakan diafragma 5 cm
Auskultasi
Kanan
: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan
wheezing(-), ronkhi basah kasar(-), ronkhi basah halus
-

Kiri

(-), krepitasi (-)


: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan
wheezing(-), ronkhi basah kasar(-), ronkhi basah halus
(-), krepitasi (-)

14.

15.

Abdomen

Inspeksi

: Dinding perut sejajar dinding thorak, ascites (-), venektasi (-),

sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-), ikterik (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal, bising epigastrium (-)

Perkusi
: Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)

Palpasi
: Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
Tanda meningeal : Kaku kuduk (-), brudzinsky I (-), brudzinsky II (-), brudzinsky III
(-)

16.

Ekstremitas
Akral

dingin

_
_

_
_

Oedem

Petechie

+
+
5
5

Sensorik

III.

IV.

+
+
5
5

Pulsasi
Motorik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium Darah
-

Leukosit 11.900/L

Eritrosit 5.500/ L

Trombosit 95.000/L

Hb 11,4 g/dL

Hct 41,5 %

RENCANA PEMECAHAN MASALAH


Diagnosis Kerja : DHF Grade II
Diagnosis Banding : DHF, Typhoid
Rencana Diagnostik:

V.

1.

Mondok bangsal

2.

Diet lunak TKTP 1900 kkal, tidak merangsang lambung

3.

Inf. RL 30 tpm

4.

Paracetamol 3 x 500 mg, bila suhu > 38o

TATALAKSANA
Tujuan Penatalaksanaan
-

mengatasi kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler


mengatasi gejala simptomatis

1. Medikamentosa

O2 2L/menit, nasal
IVFD RL 30 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg PO bila suhu > 38oC

2. Non Medikamentosa
- Bedrest (tirah baring)
- Minum air yang banyak
- Mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD
dengan 3M, yaitu menutup, menguras, mengubur barang-barang yang dapat
VI.

menampung air.
Menjaga asupan nutrisi yang seimbang.
PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sanactionam : bonam

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

1.
2.

Keluhan utama: Demam 5 hari


Anamnesis:
Pasien datang dengan keluhan demam. Demam dikeluhkan sejak 5
hari SMRS, demam dirasakan mendadak naik, demam terus menerus
sepanjang hari, dapat turun dengan obat penurun demam lalu naik lagi.
Pasien juga mengeluh lemas dan pegal linu di seluruh persendian
tubuhnya yang dikeluhkan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala berdenyut, yang dirasakan
terutama nyeri di belakang mata sejak 4 hari yang lalu, namun pandangan
tidak terganggu.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah 4 hari SMRS. Muntah
didahului mual dalam sehari mencapai 3 4 kali, yang berisi makanan
dan minuman yang dikonsumsi, volume sekitar - 1 gelas belimbing.
Pasien juga mengeluhkan timbul bintik bintik merah di badan dan
tangan bagian atas, tidak hilang dengan penekanan dan tidak nyeri.

3.

Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/80 mmHg;
nadi 80x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup; RR 20x/menit,
thorakoabdominal; dan suhu 38,80 C. Petechie di ekstremitas superior (+).
Conjungtiva pucat (-/-). Pemeriksaan pulmo (N). Pemeriksaan Cor (N).
Pemeriksaan abdomen (N).

4.

Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium: Leukosit 11.900/L, Eritrosit 5.500/ L, Trombosit

95.000/L, Hb 11,4 g/dL, Hct 41,5 %


DAFTAR PUSTAKA

1.

Suhendro,

Nainggolan L,

Chen K,

Pohan HT.

2006.

Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid III.
Perhimpunan Dokter Spesialis PenyakitDalam Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2.

Depkes RI. 2005. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana

3.

Pelayanan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.


Gubler DJ. 1998. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. Clinical Microbiology

4.

Reviews.Vol 11, No 3 ;480-496


Dengue Haemorrhagic Fever : Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.
Edition II. Geneva : World Health Organization. 1997. Available from
htttp://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication.

5.

Accessed September 2015


Soegianto S, Chilvia E. 2013. Update Management Dengue Shock Syndrome in
Pediatric Cases. Indonesian Journal of Tropical and Infectious Diseases. Vol. 4 No.

6.

4 ; 9-22
Cook GC. 2008. Manson's Tropical Diseases. 22th Edition. United Kingdom :

7.

Elsevier Health Sciences.


Soegeng, S., 2002. Ilmu Penyakit Anak : Demam Berdarah Dengue. Jakarta:

8.

Salemba Medika.
Sumarmo,S., 2002. Infeksi dan Penyakit Tropis : Infeksi Virus Dengue. Jakarta:

9.

IDAI.
Rampengan, T.H., 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak : Demam Berdarah

10.

Dengue. Jakarta: EGC.


Behrmen RE, Kliegman RM. 2000. Nelson Texbook of Pediatrics, Vol II E/15 WB
Saunders, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai