Anda di halaman 1dari 13

Mekanisme pada Sistem Pencernaan

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bahwa manusia memerlukan energi dalam berbagai proses yang terjadi
di dalam tubuh manusia agar dapat beraktifitas yang dapat diperoleh melalui pasokan nutrisi dan
mineral, yang kemudian akan dipecah menuju bentuk yang paling sederhana dan diolah menjadi
sumber energi yang dapat digunakan oleh tubuh.
Oleh karena itu pemebelajaran mengenai bagaimana proses pencernaan yang terjadi di
tubuh sangatlah dibutuhkan.
Pembahasan
Struktur Makroskopis
Organ-organ yang akan dibahas adalah mulut, esofagus, gaster, hepar dan pankreas, usus
halus (duodenum, jejunum, ileum), kolon dan rektum.
Mulut (Cavum Oris)
Di dalam mulut dijumpai geligi, palatum, lidah dan kelenjar saliva.

Gigi
Fungsi gigi: incisivus untuk memotong makanan, caninus untuk memutuskan makanan
yang keras, dan molar untuk mengunyah makanan.1,2
Lidah dibagi atas 2 bagian;2

Bagian oral (apex dan corpus) selaput lendir yang mengandung banyak tonjolan
yaitu papilla linguales (filiformis, fungiformis, foliat-kelenjar getah beninae,
vallatae).

Bagian pharyngeal mengandung banyak kelenjar-kelenjar getah bening (tonsilla


lingualis) yang bersama-sama tonsilla palatina dan tonsilla pharyngea membentuk
cincin Waldeyer.

Esofagus
Esofagus merupakan sebuah tabung otot yang dapat kolaps, panjangnya sekitar 25 cm,
yang menghubungkan pharynx dengan gaster.. Di anterior esofagus berhubungan dengan facies
posterior lobus hepatis sinister dan di posterior dengan crus sinistrum diaphragma.

Gambar 5. Esofagus
Lambung (Gaster)
Gaster adalah kelanjutan dari esofagus, berbentuk seperti kantung. Gaster dapat
menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding gaster disusun oleh otot-otot polos
yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3
jenis otot polos yang menyusun gaster, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot
menyerong. Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus
Hati (Hepar)
Seluruh hepar dikelilingi oleh capsula fibrosa, tetapi hanya sebagian ditutupi
oleh peritoneum. Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena centralis pada masing-masing
lobulus bermuara ke vena hepaticae. Di dalam ruangan di antara lobulus-lobulus terdapat cananis
2

hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah
cabangductus choledochus (trias hepatis).

Gambar 6. Hati (Hepar)


Kantung Empedu (Vesica Biliaris)
Corpus vesicae biliaris terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar dan
arahnya ke atas, belakang, dankiri. Collum vesicae biliaris melanjutkan diri sebagai ductus
cysticus, yang berbelok ke dalam omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus
hepaticus communis untuk membentuk ductus choledochus.6

Gambar 7. Kantung Empedu

Caput pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung
duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan vena mesenterica superior serta
dinamakan processus uncinatus. Collum pancreatis merupakan bagian pancreas yang mengecil
3

dan menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal
vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta.
Corpus pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan melintang
sedikit berbentuk segitiga. Cauda pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenale
dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.

Gambar 8. Pankreas
Duodenum
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm yang
merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Dudoneum melengkung di sekitar caput
pancreatis. Satu inci (2,5 cm) pertama duodenum menyerupai gaster, yang permukaan anterior
dan posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus yang melekat pada
pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat pada pinggir bawahnya. Bursa omentalis
terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum yang lain terletak retroperitoneal,
hanya sebagian saja yang diliputi oleh peritoneum.6
Duodenum terletak pada regio epigstrica dan umbilicalis dan untuk tujuan deskripsi
dibagi menjadi empat bagian:
1. Pars Superior Duodenum panjangnya 5 cm, mulai dari pylorus dan berjalan ke atas dan belakang
pada sisi kanan vertebra lumbalis l. Jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum.
2. Pars Descendens Duodenum, bagian kedua duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan vertikal ke
bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira
pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus
menembus dinding duodenum. Kedua ductus ini bergabung untuk membentuk ampula
hepatopancreatica yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Ductus pancreaticus

acessorius, bila ada, muara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi, yaitu pada papilla duodeni
minor.
3. Pars Horizontalis Duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada planum
subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.
4. Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cm dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura
duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz, yang melekat
pada crus dextrum diaphragma.
Jejunum dan Illeum
Jejunum dan ileum panjangnya 6 meter, dua per lima bagian atas merupakan jejunum.
Masing- masing bagian mempunyai gambaran yang berbeda, tetapi dapat perubahan
yang bertahap dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Jejunum dimulai pada duodenojejunalis
dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.
Pembuluh arteri yang mendarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang arteria
mesenterica superior. Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteria dan berjalan didalam
mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh-pembuluh ini beranastomis satu dengan yang lain
untuk membentuk serangkaian arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi juga oleh arteria
ileocolica. Vena sesuai dengan cabang-cabang arteria mesenterica superior dan mengalirkan
darahnya ke dalam vena mesenterica superior. Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan
parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior.

Gambar 9. Duodenum, Jejenum, dan Illeum


Perbedaan antara jejunum dan ileum pada orang yang masih hidup sebagai berikut.6

1. Lengkung-lengkung jejunum terletak pada bagian atas cavitas peritonealis di bawah sisi kiri
mesocolon transversum; ileum terletak pada bagian bawah cavitas peritonealis dan didalam
pelvis.
2. Jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dibandingkan ileum. Dinding
jejunum terasa lebih tebal; karena lipatan yang lebih permanen pada tunica mucosa, plicae
circulares lebih besar, lebih banyak, dan tersusun lebih rapat pada jejunum; sedangkan pada
bagian atas ileum plica circulares lebih kecil dan lebih jarang; dan di bagian bawahileum tidak
ada plicae circulares.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan kiri aorta, sedangkan
mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua arcade dengan cabangcabang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding intestinum tenue. Ileum menerima banyak
pembuluh darah pendek yang berasal dari tiga atau empat atau lebih arcade.1.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat radix dan jarangditemukan di dekat
dinding jejunum. Pada ujung mesenterium ileum, lemak disimpan di seluruh bagian sehingga
lemak ditemukan mulai dari radix sampai dinding ileum.
Instestinum Crassum
Intestinum crassum terbentang dari ileum sampai anus, Intestinum crassum terbagi
menjadi caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon descendens,
dan
Pars terminalis ileum masuk ke intestinum crassum pada tempat pertemuan caecum
dengan colon ascendens. Lubangnya mempunyai dua katup yang membentuk sesuatu yang
dinamakan papilla ilealis. Appendix vermiformis berhubungan dengan rongga caecum melalui
lubang yang terletak di bawah dan belakang ostium ileale.
Kolon, yang membentuk sebagain besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus
tetapi terdiri dari tiga bagian relatif lurus, yaitu kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon
descendens. Bagian terakhir kolon descendens membentuk huruf S, membentuk kolon sigmoid,
kemudian lurus membentuk rektum.7
Saluran usus ini mempunyai panjang sekitar 1,5 m, diameternya dua kali lipat intestinum
tenue. Tidak ada plica circularis dan juga vili intestinalis, sehingga permukaan dalamnya tampak
lebih halus. Glandula intestinal lebih panjang dan rapat. Epitel yang melapisi tunika mucosanya
pada umumnya sejenis.

Struktur Mikroskopis

Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi epitel berlapis gepeng, berlapis tanduk (keratin), atau tanpa lapisan

tanduk bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi mukosa mulut terhadap
kerusakan selama mengunyah dan hanya terdapat di gigi dan palatum durum. Lamina
proprianya memiliki sejumlah papila dan langsung melekat pada jaringan tulang. Epitel
berlapis gepeng tanpa laipsan tanduk menutupi palatum molle, bibir, dan dasar mulut.
Lamina proprianya memiliki papila, mirip derimis kulit, dan menyetu dengan submukosa
yang mengandung kelenjar liur kecil yang difus. Pada bibir, daerah peralihan epitel mulut
yang tidak berlapis tanduk menjadi epitel kulit.8
Atap rongga mulut terdiri atas palatum durum dan platum mole, yang dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng sejenis. Pada palatum durum membran mukosa melekat pada jaringan
tulang. Bagian pusat palatum mole adalah otot rangka dengan banyak kelenjar mukosa dalam
submukosa.
Uvula palatina adalah sebuah tonjolan berbentuk kerucut kecil yang menjulur ke bawah
dari bagian tengah batas bawah palatum mole. Bagian pusatnya adalah otot dan jaringan ikat
areolar yang ditutupi oleh mukosa mulut biasa.

Gigi
Pada orang dewasa normal terdapat 32 gigi tetap (permanen), tersebar dalam 2 lengkung

simetris bilateral dalam tulang maksila dan mandibula, dengan 8 gigi pada pada setiap
kuadrannya: 2 insisivus, 1 kaninus, 2 premolar dan 3 molar. Gigi tetap didahului oleh 20 gigi
susu (desidua). Ke 12 gigi molar tetap tidak memiliki pendahulu gigi desiduanya.
Setiap gigi terdiri atas bagian yang menonjol di atas gingiva (gusi), bagian mahkota
(korona), satu atau lebih radiks di bawah gingiva yang menahan gigi dalam soket tulang yang
disebut alveolus.3-4 Korona ditutupi oleh email yang sangat keras, sedangkan radiks oleh
sementum. Kedua pelapis ini bertemu pada bagian leher (serviks gigi). Bagian dalam gigi
mengandung materi lain yang disebut dentin, yang mengelilingi rongga berisi jaringan yang
dikenal sebagai rongga pulpa. Rongga pulpa meluas ke apeks radiks (saluran radiks), tempat
7

sebuah muara (foramen apikal) memungkinkan masuk dan keluarnya pembuluh darah,
pembuluh limfe dan saraf dari rongga pulpa. Ligamen (membran periodontal) adalah struktur
fibrosa berkolagen yang tertanam dalam sementum yang berfungsi menahan gigi dengan erat
pada soket tulangnya (alveolus).

Faring
Faring merupakan rongga peralihan antara rongga mulut, sistem pernapasan dan sistem

pencernaan, membentuk hubungan antara bagian nasal dan faring. Faring dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah bagian respirasi yang tidak mengalami
gesekan. Daerah terakhir ini dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet.
Faring mengandung tonsila, mukosa faring memiliki banyak kelenjar mukosa kacil dalam
lapisan jaringan ikat padat. Muskular konstriktor dan longitudinalis faring terletak di luar
lapisan ini.

Oesophagus
Pada lamina proprianya didapati sel mucus sebagai proteksi dari makanan yang berbenda

tajam, bagian atasnya tersusun dari otot lurik, tengahnya campuran otot polos dan lurik,
sedangkan bawahnya otot polos yang tidak dapat dikendalikan.

Gaster
Seluruh permukaan dari gaster terdapat foveola gastrica, epitel mukosanya selapis torak

tanpa sel goblet.


Terdapat 3 daerah kelenjar yaitu:
1. Cardia dan pylorus sekresikan mucus, jumlahnya namun hanya sedikit. Kelenjar
pylorus relative pendek, simpleks dan tubulosa bercabang. Mucus dari kelenjarkelenjar melindungi lambung dari autodigestion.
2. Fundus, dimulai dari dasar foveola gastrica ke seluruh lamina propria hingga
tunika muskularis mukosa. Kelenjar fundus ini hampir memenuhi seluruh Lamina
propria.3
Usus Halus
8

1. Usus dua belas jari (duodenum)


Secara histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua
belas jari tersusun atas lapisan-lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa
otot.Usus

dua

belas

jari

dibagi

menjadi

empat

bagian

untuk

mempermudah

pemaparan.Bagian pertama, yaitu pars superior dimulai dari akhir pilorus. Kemudian saluran
akan membelok ke lateral kanan.

Gambar 4. Struktur Mikroskopik Duodenum


2. Usus kosong ( jejenum)
Usus kosong terletak di antara usus 12 jari dan usus penyerapan. Panjangnya sekitar 2,5 m.
Di dalam usus kosong masih terjadi proses pencernaan kimiawi. Dinding usus kosong
mempunyai kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan, tetapi tidak sebanyak di usus 12 jari.
Berikut adalah histologi jejenum.

Gambar 5. Struktur Mikroskopik Jejunum (villi intestinal dan sel panneth)


3. Usus penyerapan ( ileum )
Sari makanan adalah makanan yang telah dicerna secara sempurna.Usus penyerapan sarisari makanan.Terdapat ujung-ujung pembuluh darah pada seluruh permukaan dinding
usus.Sari makanan diserap oleh pembuluh darah sehingga masuk ke dalam aliran darah.
Kemudian, darah membawa sari makanan tersebut ke seluruh bagian tubuh.

Gambar 6. Struktur Mikroskopik Ileum (Peyers Patches)


Absorbsi Usus Halus
Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit,
vitamin dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan
berlangsung di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ilieum.
a. Penyerapan Garam dan Air
10

Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui
osmosis.Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel epitel melalui bagian basal
dan sisi dinding sel masuk ke dalam ruang paraseluler. Sebagian Na diabsorpsi bersama
dengan ion klorida, damana ion klorida bermuatan negatif secara pasif ditarik oleh
muatan listrik positif ion natrium.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa.Disakaridase
yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat
diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh
transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.
c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap
menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk melalui bantuan
pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di
brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di
dalam vilus.
Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan sistem
transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi
serta kotransportasi Na.
d. Penyerapan Lemak
Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas, keduanya akan
larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapat larut dalam kimus.
Dalam bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan
mikrovili brush border sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk diantara
mikrovili yang bergerak.Dari sini keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke
bagian dalam sel epitel. Proses ini meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus,
yang

selanjutnya

akan

melakukan

fungsinya

berkali-kali

membantu

absorpsi

monogliserida dan asam lemak.


e. Penyerapan Vitamin
Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan yang larut
dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan lemak.
11

f. Penyerapan Besi dan Kalsium


Absorpsi besi dan kalsium tergantung pada kebutuhan tubuh akan elektrolit tersebut.
Enzim-Enzim dalam Pencernaan Karbohidrat, Protein, dan Lemak
Pada hakikatnya, sistem pencernaan atau sistem digesti tubuh kita berupa saluran pipa
yang panjang dan berkelok-kelok mulai dari mulut, lambung, intestin sampai anus. Makanan
yang akan dicerna bergerak sepanjang saluran tersebut. Banyak enzim dan zat kimia lain yang
berasal dari berbagai macam organ tubuh berada dalam saluran ini.
1. Pada rongga mulut
Pada rongga mulut menghasilkan enzim ptialin/amilase. Enzim ini merupakan enzim yang
dihasilkan pada rongga mulut melalui sekresi tiga pasang kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis,
submaksilaris, dan sublingualis. Fungsinya untuk mengkatalis hidrolisis atau pemecahan
makromolekul amilum.
2. Pada lambung
Pada lambung, terdapat berbagai macam sel sebagai penghasil getah dan enzim pencernaan.
Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan yaitu pepsin, renin, dan lipase. Selain itu, dalam
lambung juga dihasilkan asam klorida (HCl) yang berfungsi untuk aktivator pepsinogen menjadi
pepsin dan membunuh kuman-kuman atau bakteri yang masuk ke dalam lambung.
3. Pada usus halus
Pada usus halus bermuara dua saluran, yang satu berasal dari kantung empedu dan yang satu lagi
berasal dari pankreas. Getah usus halus mengandung enzim-enzim yang dihasilkan oleh kelenjarkelenjar yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim tersebut adalah :
a. Enterokinase, merupakan enzim yang berperan sebagai aktivator tripsinogen dan erepsinogen
b. Beberapa peptidase, seperti aminopeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase
c. Disakaridase-disakaridase yang memecah disakarida menjadi dua molekul monosakarida,
misalnya laktase, maltase, dan sakarase
d. Glukosidase dan Fosfatase.6
4. Enzim yang berasal dari pankreas
Enzim-enzim yang dimuntahkan dari

pankreas

ke

dalam

usus

halus

antara

lain

deoksiribonuklease, steapsin, amilopsin, dan tiga buah proenzim, yaitu tripsinogen,


kemotripsinogen, dan prokarboksipeptidase. Ketiga proenzim ini di dalam usus akan mengalami
aktivasi masing-masing berubah menjadi tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase.6

12

Daftar Pustaka
1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.2009.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.
3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC.2006.h.132-50.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2012.
5. Uliyah M, Hidayat AAA. Keterampilan dasar klinik. Jakarta: Salemba Medika.2006.
6. Moore KL , Anatomi Klinis Dasar. In : Agur AMR. Sistem Digestivus. Jakarta: EGC;
2002.

13

Anda mungkin juga menyukai