Anda di halaman 1dari 8

Makalah PBL Blok 7

Penyebab Muntah dan Pernapasan Lambat dari Ibu Hamil


Margarita Terfina Masneno
102013317
F7
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat

Pendahuluan
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang merupakan hasil dari metabolisme
tersebutyang kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Dalam proses pertukaran gas O2
dan CO2 ini, ada suatu proses yang berperan yaitu proses difusi. Selain pernapasan, dalam
tubuh kita memerlukan keseimbangan asam-basa supaya dapat menjaga kestabilan pH darah
dalam tubuh. Sesuai dengan skenario, seorang ibu hamil mengalami muntah-muntah 5
kali/hari yang akan mengakibatkan ketidak seimbangannya asam-basa dalam tubuh dan tidak
terjadi difusi dan mekanisme pernapasan tidak bekerja secara normal sehingga
mengakibatkan pernapasan menjadi lambat.

Mekanisme Pernapasan
Udara masuk dan keluar dari paru-paru dengan dasar hukum yang sama seperti halnya cairan,
baik dalam bentuk cair maupun gas, yaitu mengalir dari satu tempat ke tempat lainnya karena
adanya perbedaan tekanan. Adanya perbedaan tekanan ini (tekanan gradien) menyebabkan
cairan mengalir atau berpindah. Cairan selalu mengalir dari tempat dengan tekanan yang
tinggi ke tempat dengan tekanan yang rendah. Dalam kondisi sadar, udara atmosfir
mengeluarkan tekanan 760mmHg. Udara dalam alveoli pada akhir suatu ekspirasi dan
sebelum dimulai inspirasi berikutnya juga mengeluarkan tekanan 760mmHg. Itulah sebabnya
pada titik ini, udara tidak memasuki dan tidak meninggalkan paru-paru. Mekanisme yang
menyebabkan ventilasi pulmonal adalah mekanisme yang menimbulkan tekanan gradien
antara udara atmosfir dan udara alveolar.1
Fakultas Kedokteran Ukrida

Page 1

Inspirasi
Tepatnya proses inspirasi adalah sebagai berikut: diafragma berkontraksi, bergerak ke arah
bawah dan mengembang rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal
menarik iga ke atas dan ke luar, yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan
kanan serta ke depan dan ke belakang.1
Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan intrapleura
menjadi negatif karena bentuk isapan singkat antara membran pleura. Perlekatan yang
diciptakan oleh cairan serosa, memungkinkan pleura viseral untuk mengembang juga dan hal
ini juga mengembangkan paru-paru. Dengan mengembangkan paru-paru, tekanan
intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir dan udara memasuki hidung dan terus
mengalir melalui saluran pernapasan sampai ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut
sampai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir, ini merupakan inhalasi normal.
Tentu saja inhalasi dapat dilanjutkan lewat dari normal, yang disebut sebagai napas dalam.
Pada napas dalam diperlukan kontraksi yang lebih kuat dari otot-otot pernapasan untuk lebih
mengembangkan paru-paru, sehingga memungkinkan masuknya udara lebih banyak.1
Ekspirasi
Ekspirasi atau disebut ekshalasi dimulai ketika diafragma dan otot-otot interkosta rileks.
Karena rongga dada menjadi sempit, paru-paru terdesak dan jaringan ikat elastiknya yang
meregang sampai inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan meningkatnya
tekanan intrapulmonal di atas tekanan atmosfir, udara didorong ke luar paru-paru sampai
kedua tekanan sama kembali. Inhalasi merupakan proses yang aktif yang memerlukan
kontraksi otot, tetapi ekshalasi yang normal adalah proses pasif., bergantung pada besarnya
regangan pada elastisitas normal paru-paru yang sehat. Dengan kata lain, dalam kondisi
normal kita harus mengeluarkan energi untuk inhalasi tetapi tidak untuk ekshalasi. Kita juga
dapat mengalami ekshalasi diluar batas normal, seperti ketika sedang berbicara, bernyanyi
atau meniup balon. Ekshalasi tersebut adalah proses aktif yang membutuhkan kontraksi otototot lain.1
Difusi Oksigen (O2) dan Karbondioksida (CO2)
Secara umum, difusi adalah peristiwa pertukaran atau perpindahan molekul dari suatu daerah
yang kosentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang kosentrasi molekulnya rendah. Peristiwa
difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Peristiwa difusi yang
Fakultas Kedokteran Ukrida

Page 2

terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintas
membran kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya menembus dinding
sel darah merah dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan
hemoglobin. Membran kapiler alveolar sangat tipis yaitu 0,1 mikrometer atau sepertujuh
puluh dari tebal butir darah merah sehingga molekul udara tidak mengalami kesulitan untuk
menenbusnya. Peristiwa difusi selain oksigen adalah perpindahan molekul karbondioksida
dari darah ke udara alveol. Oksigen dan karbondioksida menembus dinding alveolus dan
kapiler pembuluh darah dengan cara difusi. Berarti molekul kedua gas bergerak tanpa
menggunakan tenaga aktif. Urutan proses difusi meliputi:2
Difusi pada fase gas
Udara admosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat, ketika dekat alveoli
kecepatannta berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang baru masuk dnegan cepat
berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan gas berdifusi
di sini berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen mempunyai molekul gas
oksigen lebih cepat dibandingkan dengan gerak molekul gas karbondioksida sehingga
kecepatan difusi oksigen juga lebih cepat. Percampuran antara gas yang baru saja masuk ke
dalam paru dengan yang lebih dahulu masuk akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik.
Hal semacam ini terjadi pada alveoli yang normal, sedangkan pada alveoli yang tidan normal
seperti pada emfisema, percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di
alveoli lebih lambat.2
Difusi menembus membran pembatas
Proses difusi yang melewati membran pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah
meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini, pembataspembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah (endotel), lapisan
plasma pada kapiler, dna dinding butir darah merah (eritrosit). Kecepatan difusi melewati
face cairan tergantung kepada kelarutan gas ke dalam cairan. Kelarutan karbondioksida lebih
besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen sehingga kecepatan difusi karbondioksida di
dalam fase cairan 20 kali lipat kecepatan difusi oksigen. Semakin tebal membrana pembatas
halangan bagi proses difusi semakin besar.2
Pada keadaan tertentu, gradien kosentrasi oksigen dan karbonbioksida antara darah dan
alveolus mungkin meningkat atau menurun. Gradien kosentrasi memengaruhi kecepatan
Fakultas Kedokteran Ukrida

Page 3

difusi gas. Sebagai contoh, selama olahraga kosentrasi di dalam darah yang masuk ke kapiler
paru mungkin kurang dari 40 mmHg karena otot-otot yang bekerja meningkatkan konsumsi
oksigen. Kosentrasi karbondioksida akan lebih besar dalam darah yang mengalir ke paru dari
jaringan yang aktif karena produksi metabolisme meningkat. Dalam keadaan ini, kecepatan
difusi kedua gas tersebut akan meningkat sehingga lebih banyak oksigen yang berdifusi ke
dalam darah dan lebih banyak karbondioksida berdifusi keluar dari darah. Kecepatan difusi di
tentukan oleh beberapa faktor, yaitu:3
Ketebalan Membran
Semakin tebal membran alveolus, maka proses difusi semakin sulit. Tebalnya membran
alveolus misalnya oleh karena edema paru. Akibatnya gas-gas pernapasan haris berdifusi
tidak hanya melalui membran alveolus melainkan cairan tersebut.3
Luas Permukaan Membran Alveolus
Penurunan luas permukaan paru-paru akan mengakibatkan kemampuan par-paru untuk
berdifusi pun menurun. Hal tersebut berarti semakin luas permukaan membran alveolus maka
akan semakin banyak gas-gas pernapsan yang berdifusi dan begitu pun sebaliknya.
Penurunan luas permukaan paru akan mengganggu pertukaran gas pernapasa.3
Perbedaan Tekanan antara Kedua Sisi Membran
Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran merupakan perbedaan antara tekanan parsial
gas dalam alveolus lebih besar daripada tekanan gas dalam darah, maka terjadi difusi dari
alveolus ke dalam darah dan begitu sebaliknya. Tekanan gas yang tinggi dalam alveolus
adalah tekanan oksigen sedangkan tekanan yang tinggi pada kapiler darah adalah tekanan
karbondioksida. Hal tersebut akan mengakibatkan oksigen berdifusi ke kapiler darah dan
karbondioksida berdifusi ke alveolus.3
Suhu
Penurunan suhu akan menurunkan kecepatan difusi oksigen dan karbondioksida. Peningkatan
suhu akan meningkatkan kecepatan difusi kedua gas. Hal ini mungkin berperan dalam
memenuhi kebutuhan metabolik yang meningkat selama demam. Peningkatan suhu dna
peningkatan jumlah zat-zat yang diproduksi sel darah merah selama proses glikolisis, 2,3diphosphoglycerate (DPG). Afinitas oksigen menurun dapat diartikan bahwa hemoglobin
melepas oksigen ke jaringan lebih cepat. Peningkatan ion hidrogen, suhu, dna DPG terjadi
Fakultas Kedokteran Ukrida

Page 4

selama periode peningkatan metabolisme, oleh sebab itu penurunan afinitas hemoglobin
melepaskan lebih banyak oksigen ke sel dan memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme yang meningkat.3
Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa. Dalam keadaan normal pH cairan
tubuh 7,35-7,45. Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme
dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan sistem regulasi
(pengaturan di ginjal). Ada 3 macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan
bikarbonat, larutan buffer fosfat dan larutan buffer protein. Sistem buffer ini terdiri atas
natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3).4
Pengaturan asam basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan
kelebihan H2CO3 dari darah yang dapat meningkatkan pH menjadi standar (normal).
Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2 demikian
juga pembuangan O2. Pembuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan CO2
agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapt mempertahankan kadar PCO2 sebesar
40mmH.4
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, kosentrasinya dalam cairan ekstrasel juga
meningkat. Sebaliknya penurunan metabolisme memperkecil kosentrasi CO2, jika kecepatan
ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan ini menurunkan
jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi
alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan PCO2 menurunkan
pH sebaliknya PCO2 meningkatkan CO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi
alveolus juga akan mengubah kosentrasi ion H, sebaliknya kosentrasi ion H+ dapat
mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah, kosentrasi
ion IP yang tinggi di sebut asidosis sebaliknya pH yang tinggi kosentrasi ion H+ rendah
disebut alkalosis.4
Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat
disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain
natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah
yang dapat mengambil ion H dan cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H
Fakultas Kedokteran Ukrida

Page 5

diperoleh dari asam karbonat H2CO3) yang mana terurai menjadi CO3- (bikarbonat) dan H+.
Selain sistem pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam
basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk ion
bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion
hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.4,5
Ada kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendali pH yang bisa menyebabkan
kelainan dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis dan alkalosis: Asidosis adalah suatu
keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (terlalu sedikit mengandung basa)
dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat
darah terlalu banyak mengandung basa (terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah. Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu
penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan
alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi atau respiratorik, tergantung pada penyebab
utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernapasan.5
Asidosis Respiratorik
Merupakan keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam
darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernapasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernapasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida pH darah akan turun dan darah
menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernapasan sehingga pernapasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam. Penyebabnya jika
paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada
penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti Emfisema, Bronkitis kronis,
Pneumonia berat, Edema pulmoner dan Asma. Asidosis juga dapat terjadi bila penyakitpenyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernapasan
dan akibat narkotika atau obat tidur yang kuat yang menekan pernapasan.5

Asidosis Metabolik
Fakultas Kedokteran Ukrida

Page 6

Merupakan keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar
bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah
akanbenar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernapasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam
darah dengan cara menurunkan jumlah karbondioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air
kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma. Penyebab asidosis metabolik ini dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama, yaitu jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis
bila dimakan dianggap beracun. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme dan asidosis metabolik dapat terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam jumlah yang semestinya. Adapun penyebab utama dari asidosis metabolik, yaitu
gagal ginjal, bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida dan kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui
saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.5
Alkalosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernapasan yang cepat dan
dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebabnya pernapasan yang cepat dan dalam (hiperventilasi), yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling ditemukan adalah kecemasan. Adapun penyebab lain dari alkalosis
respitatorik, yaitu rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah yang rendah, demam dan
overdosis aspirin.5
Alkalosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar
bikarbonat. Alkalosis metabolik ini terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedaan perut). Selain itu juga,
alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang
Fakultas Kedokteran Ukrida

Page 7

banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa


darah. Penyebab utama alkalosis metabolik adalah penggunaan diuretik, kehilangan asam
karena muntah atau pengosongan lambung dan kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindrom
cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).5
Kesimpulan
Ibu hamil tersebut mengalami muntah-muntah karena terganggunya keseimbangan asam basa
yaitu alkalosis metabolik, yang terjadi karena tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Dan
pernapasan ibu hamil tersebut menjadi lambat karena mekanisme pernapasan dan difusi O2
dan CO2 tidak bekerja secara normal.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.

Asin N, Effendy C. Keperawatan medikal bedah. Edisi 2. Jakarta 2002. h.10-12


Djojodibroto D. Respirologi (respiratory medicine). Edisi 1. Jakarta 2007. h.25-7
Cowin E.J. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta 2009. h.525-8
Horne M.M, Swearingen P.L. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Edisi
2. Jakarta 2000. h.125-6

5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi 1. Jakarta 2003. h.333-4

Fakultas Kedokteran Ukrida

Page 8

Anda mungkin juga menyukai