Anda di halaman 1dari 14

Struktur dan Mekanisme Pernapasan pada Manusia

Maria Agustina Dee


102013075
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Email : mariaagustinadee@yahoo.co.id

Pendahuluan
Sistem pernapasan adalah proses masuknya oksigen ke dalam tubuh. System ini sangat
penting karena tanpa oksigen yang masuk ke bagian tubuh manusia dari proses yang
dihasilkan pada system pernapasan, maka aktifitas dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat
berlangsung. System pernapasan merupakan system utama sehingga apabila system ini tidak
berfungsi, system yang lain juga tidak akan berfungsi. Untuk mengahasilkan system
pernapasan manusia yang sempurna, diperlukan organ-organ penunjang yang dikenal dengan
alat-alat pernapasan pada manusia. Di organ-organ tersebut tentunya akan berhubungan
dengan bagian-bagian lain yang kemudian akan membentuk suara, berperan dalam proses
menelan dan sebagainya. Adapun jika ada yang terganggu pada organ-organ tersebut bisa
menyebabkan berbagai penyakit seperti batuk dan sesak napas.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, alat-alat pernapasan ini juga harus dalam
kondisi baik. Meskipun demikian, pada perjalanannya alat-alat penunjang system pernapasan
manusia ini kadang mengalami malfungsi baik karena factor ketidaksengajaan ataupun factor
yang kita tahu dapat membahayakan fungsi alat-alat pernapasan. Penyebab rusaknya system
pernapasan manusia, pada intinya adalah rusaknya alat-alat pernapasan yang mengganggu
proses berjalannya system pernapasan secara keseluruhan.

Pembahasan
Struktur Organ Pernapasan
Secara sistematis, system pernapasan dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan
saluran pernapasan bawah. Organ saluran pernapasan atas terletak di luar toraks atau pada
1

rongga dada sementara saluran pernapasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks.
Saluran pernapasan atas terbagi atas bagian hidung, nasofaring, orofaring, laringofaring, dan
laring. Saluran pernapasan bagian bawah terbagi atas trakea, semua segmen percabangan
bronkus dan paru-paru. Sedangkan jika dilihat dari fungsinya, system pernapasan juga
mencakup beberapa struktur aksesori termasuk rongga mulut, sangkar iga dan diafragma.

I. Saluran Pernapasan Atas


Saluran nafas bagian atas ini berfungsi untuk menghangatkan, menyaring, dan
melembabkan udara yang masuk ke dalam tubuh. Organ saluran nafas bagian atas adalah
sebagai berikut:
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat
(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal didalam cavum nasi
yang disebut vestibulum yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama
udara. Didinding lateralnya terdapat tiga tonjolan tulang yaitu chonca nasalis superior (epitel
khusus), chonca nasalis medius dan chonca nasalis inferior (epitel bertingkat thorak bersilia
2

goblet). Dimana chonca nasalis inferior terdapat banyak plexus venosus yang disebut sweet
bodies yang berfungsi untuk menghangatkan udara pernapasan melalui hidung. Disebelah
posterior rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut
choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan lubang hidung anterior atau kearah wajah
disebut nares.

Penyangga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan hialin.

Rangka bagian tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis os maxillaris dan bagian nasal
os frontalis. Rangka tulang rawan hialinnya terdiri dari cartilago septum nasi, cartilago
lateralisnasi dan cartilago ala nasi major at minor.1
Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusun dari
musculus nasalis dan musculus depressor septum nasi. Perdarahan hidung bagian luar
disuplai oleh cabang-cabang arteri facialis, arteri dorsalis nasi cabang arteri opthalmika dan
arteri infra orbitalis cabang arteri maxillaris interna.Pembuluh baliknya menuju vena facialis
dan vena opthalmica. Sedangkan perdarahan untuk rongga hidung terdiri dari arteri
ethmoidalis anterior dan posterior, arteri sphenopalatina cabang maxillaris interna, arteri
palatina mayor dan arteri labialis superior. Dan vena-vena pada rongga hidung akan
membentuk plexus cavernosus yang terdiri dari vena sphenopalatina, vena facialis dan vena
ethmoidalis anterior dan berakhir di vena opthalamica.1
Persarafan otot-otot hidung oleh nervus facialis pada bagian motoriknya. Kulit sisi medial
punggung hidung sampai ujung hidung dipersarafi oleh cabang-cabang infra trochlearis dan
nasalis externus nervus opthalmicus atau N. V.1; kulit sisi lateral hidung dipersarafi
olehcabang infra orbitalis nervus maxillaris atau N. V. 2. Sedangkan untuk rongga hidung
dipersarafi oleh nervus 1, nervus V, nervus ethmoidalis anterior, nervus infra orbitalis dan
nervus canalis pterygoidei.1
Kemoreseptor penghidu terletak di epitel olfaktorius atau N. 1 yaitu suatu daerah khusus
dari membran mukosa yang terdapat pada pertengahan kavum nasi dan pada permukaan
chonca nasalis superior. Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat torak bersilia yang terdiri
atas 3 jenis sel yaitu sel ofaktorius, sel penyokong dan sel basal. Dari nervus olfaktorius ini
akan membentuk bulbus olfaktorius dengan bersinaps pada dendrit-dendrit sel mitral
membentuk glomerulus olfaktorius dan akson sel mitral membentuk traktus olfaktorius. Dari
traktus olfaktorius impuls penghidu dihantarkan kepusat penghidu dikorteks serebri yaitu
uncus dan bagian anterior gyrus hipokampus dan terakhir ke hipotalamus dan sistem limbic.1
2. Nasofaring
3

Nasofaring bersama orofaring, dan laringofaring merupakan bagian dari faring.Faring


sendiri merupakan percabangan dua saluran yakni traktus digestivus dan traktus respiratorius.
Faring berperan dalam proses menelan makanan. Rongga nasofaring initidak pernah tertutup,
berbeda dari orofaring dan laringofaring. Nasofaring berhubungandengan rongga hidung
melalui choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan orofaring melalui isthimus
pharingeum. Pada nasofaring ini terdapat pharyngeal tonsil dan tuba eustachius. Nasofaring
ini tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.1
3. Orofaring
Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat
pula pangkal lidah. Pada dinding lateralnya terdapat tonsilla palatina yang masing-masingnya
terletak

disinus

tonsillaris.

Berhubungan

dengan

rongga

mulut

melalui

isthmus

oropharingeum. Makanan dalam bentuk bolus dari rongga mulut didorong masuk ke
orofaring. Bolus menekan uvula (tekak) sehingga menutup saluran menuju ke hidung. Halini
menjaga supaya makanan yang masuk tidak keluar ke hidung. Proses dilanjutkan dengan
menurunnya epiglotis yang menutup glotis. Bolus melalui laringofaring dan masuk ke
esophagus. Orofaring tersusun atas epitel berlapis gepeng tidak bertanduk.1

4. Laringofaring
Pada laringofaring ini terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan.
Laringofaring terdiri dari epitel bervariasi tetapi sebagian besar terdiri dari epitel berlapis
gepeng tidak bertanduk. Laringofaring akan berhubungan dengan laring melalui aditus
laringis. Aditus laringis ini biasa disebut sebagai pintu masuk.1
4

5. Faring
Pada faring terdapat tiga otot lingkar atau sirkular yakni musculus contrictor pharingis
inferior, musculus contrictor pharingis medius dan musculus constrictor pharingis superior,
serta tiga otot yang masing-masing turun dari processus styloideus, torustubarius cartilaginis
tubae

auditiva

dan

palatum

molle,

yakni

musculus

stylopharingeus,

musculus

salpingopharingeus dan musculus palatopharingeus.1


Perdarahan pada faring berasal dari arteri pharingea ascendens, arteri palatina ascendens
dan ramus tonsillaris cabang arteri facialis, arteri palatina major dan arteri canalis pterygoidea
cabang arteri maxillaris interna dan ramus dorsales linguae cabang arteri lingualis. Pembuluh
balik membentuk sebuah plexus yang keatas berhubungan dengan plexus pterygoidea
dan kearah bawah bermuara kedalam vena jugularis interna dan vena

facialis.

Persarafan

pada faring berasal dari plexus pharingeus yang terdiri dari nervus palatina minor dan nervus
glossopharing.2
6. Laryng
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukan salah satu fungsinya,yaitu
berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakea. Laring
memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak
masuk ke dalam trakea. Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.
Terdiri atas cartilago threoidea, cartilago cricoidea dan cartilago arytaenoid yang merupakan
tulang rawan hialin dan cartilago epiglotis, cartilago cuneiformis dan cartilago corniculata
yang merupakan tulang rawan elastis. 1
Laring berada diantara orofaring dan trakea, dianterior laringofaring. Tersusun atas epitel
bertingkat thorak bersilia bersel gepeng kecuali ujing plika vokalis meerupakan epitel
berlapis gepeng tidak bertanduk. Laring dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis). Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas bentuknya
seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring
bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah
masuknya makanan atau cairan ke dalam laring.2
Dibagian bawah epiglotis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke arah lumen
laring. Pasangan lipatan mukosa bagian atas menutupi ligamentum ventriculare dan
membentuk plica vestibularis, celah antara kedua plica ventricularis disebut rimavestibuli.
Pasangan lipatan mukosa dibagian bawah menutupi ligamentum vocale dan membentuk plica
vocalis yang berkaitan dengan pembentukan suara. Kedua plica vocalisini bersama
permukaan medial kedua cartilago arytaenoid membentuk rima glotidis/glotis. Dimana
5

terdapat bagian yang sejajar dengan ligamentum vocale terdapat otot skelet yang disebut
musculus vokalis yang berfungsi untuk mengatur ketegangan pita suara dan ligamentum
sehingga udara yang melalui pita suara dapat menimbulkan suara dengan nada yang berbedabeda.2
Otot pada laring terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok ekstrinsik dankelompok
intrinsik.

Otot-otot

ekstrinsik

menghubungkan

laring

dengan

sekitarnya

dan berperan dalam proses menelan, dan yang termasuk otot-otot tersebut adalah musculus
sternothyreoideus, musculus thyreohyoid dan musculus constrictor pharingis inferior.
Sedangkan musculus intrinsik laring berperan untuk fonasi. Otot yang termasuk dalam
musculus intrinsik laring adalah musculus cricoarytaenoid posterior, musculuscricoarytaenoid
lateral,

musculus

arytaenoid

obliqus,

musculus

arytaenoid

transversus,

musculus

thyreoarytaenoid, musculus aryepigloticcus dan sekitarnya.1


Perdarahan utama laring berasal dari cabang-cabang artery thyreodea superior dan arteri
thyroidea inferior. Persarafan berasal dari cabang-cabang internus dan externus nervus
laringeus superior dan nervus reccurent dan saraf simpatis.1
II. Saluran Pernapasan Bawah
1. Trakea
Trakea merupakan pipa silinder dengan panjang kurang lebih 11cm, berbentuk cincin
tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastik yang
menempel pada bagian depan oesophagus. Trakea berjalan dari cartilage cricoidea ke bawah
pada bagian depan leher dan di belakang manubrium sterni berakhir pada setinggi angulus
sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) tempatnya berakhir, membagi menjadi
bronkus kiri dan kanan. Didalam leher, trakea disilang dibagian depan oleh isthmus glandula
thyroidhea dan beberapa vena.Trakea terdiri dari16-20 cartilago berbentuk C yang
dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Konstruksi trakea sedemikian rupa sehingga tetap terbuka
pada semua posisi kepala dan leher.2
Trakea diperdarahi oleh arteri thyreoidea inferior sedangkan ujung thoracalnya didarahi
oleh cabang arteri bronchiales. Persarafan trakea berasal dari cabang tracheal nervus vagi,
nervus recurrens dan truncus symphaticus.2
2. Bronkus
Trakea yang berbifurkasio menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Bronkus kanan lebih lebar, pendek, dan lebih vertikal dari bronkus kiri.Setiap bronkus
6

sekitar setengah dari diameter trakea dan terdiri dari kartilago yang sama, hanya dengan
skala lebih kecil, yang dihubungkan dengan jaringan fibrosa. Dindingnya dilapisi hanya
sedikit otot polos dan dilapisi epitel bersilia yang mengandung kelenjar mukus dan serosa.
Struktur bronkus sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus, kedudukan bronkus kiri
lebih mendatar dibandingkan bronkus kanan sehingga bronkus kanan lebih mudah terserang
penyakit.2
Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra
torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan di lapisioleh jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping kearah tampak paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yangkiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yangdisebut bronkus pulmonaris. Trakea
terbelah menjadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru,
bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran besar yang
mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa
berotot yahng mengandung bahantulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil
salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot
dan lapisan silia.3
Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan
disini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya, lapisan epithelium bersilia diganti
dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan di dalam
dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau alveoli itu terdiri atas
satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan
dengan udara suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas
pun terjadi.3
3. Bronkiolus
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus dandindingnya lebih
tipis. Bronkiolus kiri berjumlah dua. Sedangkan bronkiolus kanan berjumlah tiga.
Percabangan ini membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.2
Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat pernapasan dihangatkan dan di
lembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui bronkiolus
terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveolus. Antara
trakea dan sakus alveolaris terdapat 23 kali percabangan pertama saluran udara. 16
percabangan pertama saluran udara merupakan zona konduksi yangmenyalurkan udara
7

kelingkungan luar. Bagian ini terdiri dari bronkus, bronkiolus terminanalis. Tujuh
percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dari zona respirasi, tempat terjadinya
pertukaran gas dan terdiri dari bronkiolus respiratorius duktus alveolaris, sakus alveolaris dan
alveoli.2
Dinding bronkus dan bronkiolus dipersarafi oleh susunan saraf otonom.Ditemukan banyak
reseptor

muskarinik

dan

perangsangan

kolinergik

mengakibatkan bronkokontriksi.

Disel mast, otot polos dan epitel bronkus didapatkan reseptor adregenik 1 dan 2. Banyak
dari reseptor tersebut tidak mempunyai persarafan. Sebagian reseptor terletak pada ganglia
ujung saraf kolinergik dan menghambat penglepasan asetilcolin.2
4. Paru-Paru
Paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dijaga oleh
sangkar iga. Bagian dasar paru terletak diatas diafragma; bagian apeks paru (ujung superior)
terletak setinggi klavikula. Paru-paru kanan terdiri dari tigalobus (superior, medial dan
inferior). Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus (superior daninferior). Selaput pembungkus
paru-paru disebut pleura.3
Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian
memisahkan lobus saru dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah
tampak paru-paru dan membentuk

pleura

parietalis, dan

melapisi bagian dalam

dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi
diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura
servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran supra pleuralis
(fasia sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia.3
Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya
dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas
bergerak. Dalam keadaan sehat, kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat bersentuhan.
Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak
normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya menja dijelas.
Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan serat elastin dan kolagen dan sel fibroblas,
dilapisi oleh sel mesotel.3
Mekanisme Pernapasan

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur
sekalipun karna sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat
terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan
luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara
dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan
yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam
paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan
udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk.
Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Mekanisme pernafasan dibagi ke dalam berbagai aspek yaitu:4
1. Kapasitas dan Volume Paru
Jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap inspirasi (atau jumlah udara yang keluar dari
paru setiap ekspirasi) dinamakan volume alun napas ( tidal volume / TV). Jumlah udara yang
masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maximal, setelah inspirasi biasa disebut
volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume / IRV). Jumlah udara yang dapat
dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontrkasi otot ekspirasi, setelah ekspirasi
biasa disebut volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reservevolume / ERV), dan udara yang
masih tertinggal di dalam paru setelah ekspirasi maksimal disebut volme residu (residual
volume / RV). Nilai normal berbagai volume dan istilah yang digunakan untuk kombinasi
berbagai volume paru tersebut. Ruang didalam saluran napas yang tidak ikut serta dalam
proses pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi pernapasan.
Pengukuran kapasitas vital, yaitu jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari paruparu setelah inspirasi maximal, seringkali digunakan diklinik sebagai indeks fungsi paru.
Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot
pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain. Fraksi volume kapasitas vital yang
dikeluarkan pada satu detik pertama melalui ekspirasi paksa dapat memberikan
informasi tambahan, mungkin diperoleh nilai kapasitas vital yang normal pada nilai FEV
menurun pada penderita penyakit seperti asma, yang mengalamai peningkatan tahanan
saluran udara akibat konstriksi bronkus. Pada keadaan normal, jumlah udara yang
dinspirasikan selama 1 menit sekitar 6 L. Ventilasi volunter maximal atau yang dahulu
disebut kapasitas pernapasan maximum adalah volume gas terbsesar yang dapat dimasukkan

dan dikeluarkan selama 1 menit volunter. Pada keadaan normal, MVV berkisarkan antara
125-170 L/menit.4
2. Otot-Otot Pernapasan
Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratorakal sebesar 75 % selama
inpirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekeliling bagian dasar rongga toraks, membentuk
kubah di atas hepar dan bergerak kebawah seperti piston pada saat berkontrkasi. Jarak
pergerakan diafragma berkisar antara 1.5 sampai 7 cm saat inpirasi dalam. Diafragma terdiri
atas 3 bagian : bagian kostal, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari iga-iga sekeliling
bagian dasar rongga toraks, bagian krural, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari
ligamentum sepanjang tulang belakang, dan tendon sentral, tempat bergabungnnya seratserat kostal dan krural. Serat-serat krural melintasi kedua sisi esophagus. Tendon sentral juga
mencakup bagian inferior pericardium. Bagian kostal dan krural diafragma dipersarafi oleh
bagian lain dari nervus prenicus dan dapat berkontraksi secara terpisah. Sebagai contoh, pada
waktu muntah dan bersendawa tekanan intra

abdominal meningkat akibat kontraksi serat

kostal diafragma, sedangkan serat-serat krural tetap lemas, sehingga memungkinkan


bergeraknya berbagai bahan dari lambung kedalam esophagus.3
Otot inspirasi penting lainya adalah muskulus interkostalis eksternus yang berjalan dari iga
ke iga secara miring kearah bawah dan kedepan. eksternus Iga-iga berputar seolah-olah
bersendi dibagian punggung, sehingga ketika otot interkostalis berkontraksi, iga-iga
dibawahnya akan terangkat. Gerakan ini akan mendorong sternum keluar dan memperbesar
diameter anteroposterior rongga dada. Diameter transversal boleh dikatakan tidak berubah.
Masing-

masing otot interkostalis eksternus maupun diafragma dapat mempertahankan

interkasi yang kuat pada keadaan istirahat. Potongan melintang medulla spinalis diatas
segmen servikalis ketiga dapat berakibat fatal bila tidak diberikan pernapasan buatan, namun
tidak demikian halnya bila dilakukan pemotongan di bawah segmen servikalis ke lima,
karena nerfus frenikus yang mempersarafi diafragma tetap utuh, nervus frenicus timbul dari
medulla spinalis setinggi segmen servikal 3-5. Sebaliknya, pada penderita dengan
paralisis bilateral nervus frenikus yang mempersarafi diafragma tetap utuh, pernapasan
agak sukar tetapi cukup kuat untuk mempertahankan hidup. Muskulus skalenus dan
sternokleidomastoideus di leher merupakan otot-otot inspirasi tambahan yang ikut membantu
mengangkat yang sukar dan dalam.4
Apabila otot ekspirasi berkontrakasi, terjadi penurunan volume intratorakal dan ekspirasi
paksa. Kemampuan ini dimiliki oleh otot-otot interkostalis internus karena otot ini berjalan
10

miring kearah bawah dan belakang dari iga ke iga, sehingga pada waktu berkontraksi akan
menarik rongga dada kebawah, kontraksi otot dinding abdomen anterior juga ikut membantu
proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga kebawah dan kedalam serta dengan
meningkatkan tekanan intra abdominal yang akan mendorong diafragma keatas.4
Pengaturan Pusat Pernapasan
Pusat kontrol pernapasan yang terdapat di batang otak menghasilkan pola napas yang
berirama.

Pusat

control

pernapasan

primer,

pusat

respirasi

medulla,

terdiri

dari beberapa agregat badan saraf ke otot-otot pernapasan. Selain itu, dua pusat pernapasan
lain terletak lebih tinggi di batang otak di pons pusat pneumostatik dan pusat apneustik.
Kedua pusat di pons ini mempengaruhi sinyal keluar dari pusat pernapasan di medulla. Disini
dijelaskan bagaimana berbagai region ini berinterkasi untuk menghasilkan irama pernapasan.
Neuron Inspirasi dan ekspirasi terdapat di pusat medula. Kita menghirup dan
menghembuskan napas secara ritmis karena kontrakasi dan relaksasi bergantian otot-otot
inspirasi yaitu diafragma dan otot interkostal eksternal,yang masing-masing disarafi oleh
saraf frenikus dan saraf interkostal. Badan-badan sel dari serat-serat saraf yang membentuk
saraf ini terletak di medulla spinalis. Impuls yang berasal dari pusat di medulla berakhir
di badan badan sel neuron motorik ini. Ketika neuron motorik diaktifkan maka neuron
tersebut sebaliknya mengaktifkan otot-otot pernapasan, menyebabkan inspirasi; ketika
neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls maka otot inspirasi melemas dan
berlangsunglah ekspirasi.6
Pusat pernapasan medulla terdiri dari dua kelompok neuron yang dikenal sebagai
kelompok repiratorik dorsal dan kelompok repiratorik ventral.

Kelompok respiratorik dorsal (KRD) terutama terdiri dari neuron inpiratorik yang
serat-serat desendens berakhir di neuron motorik yang menyarafi otot inspirasi. Ketika
neuron-neuron KRD ini melepas muatan maka terjadi inspirasi, ketika mereka tidak
menghasilkan sinyal terjadilah ekspirasi. Ekspirasi diakhiri karena neuron-neuron
inpiratorik kembali mencapai ambang dan melepaskan muatan. KRD memiliki

hubungan penting dengan kelompok respiratorik ventral.5


Kelompok respiratorik ventral (KRV) terdiri dari neuron inspiratorik dan neuron
respiratorik yang keduanya tetap inaktif selama bernapas normal tenang. Bagian ini
diaktifkan oleh KRD sebagai mekanisme penguat selama periode-periode saat
kebutuhan akan ventilasi meningkat. Hal ini terutama penting pada ekspirasi aktif.
Selama bernapas tenang tidak adaimpuls yang dihasilkan di jalur desendens oleh
11

neuron ekspiratorik. Hanya ketika ekspirasi aktif barulah neuron ekspiratorik


merangsang neuron motorik yang menyarafi otot-otot ekspirasi. Selain itu, neuronneuronin spiratorik KRV, ketika dirangsang KRD, memacu aktivitas inspirasi ketika
kebutuhan akan ventilasi tinggi.5
Transport O2 dan CO2
Tujuan utama bernapas adalah secara kontinyu memasuk O 2 segar untuk diserap oleh
darah dan mengeluarkan CO2 dari darah. Darah bekerja sebagai sistem trnaspor untuk O2 dan
CO2 antara paru dan jaringan, dengan sel jaringan mengekstraksi O2 dari darah dan
mengeliminasi CO2 ke dalamnya.4

Gas Mengalir Menuruni Gradient Tekanan Parsial


Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara difusi
pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradient tekanan parsial.4
Tekanan Parsial
Udara atmosfer adalah campuran gas : udara kering tipikal mengandung 79%nitrogen
(N2) dan 21% O2, dengan presentasi CO2, uap H2O, gas-gas lain dan polutanhampir
dapat diabaikan. Secara keseluruhan, gas-gas ini menimbulkan tekanan atmosfer total
sebesar 760 mmHg di permukaan laut. Tekanan total ini sama dengan jumlahtekanan
yang disumbangkan oleh masing-masing gas dalam campuran. Tekanan yang
ditimbulkan oleh gas tertentu berbanding lurus dengan presentasi gas tersebut dalam
campuran udara total. Setiap molekul gas, berapapun ukurannya, menimbulkan
tekanan yang sama; sebagai contoh, sebuah molekul N2 menimbulkan tekanan yang
sama dengan sebuah molekul O2. Karena 79% udara terdiri dari N 2, maka 79% dari
760 mmHg tekanan atmosfer, atau 600 mmHg, ditimbulkan oleh molekul-molekul N 2,
demikian juga karena O2 membentuk 21% atmosfer, maka 21% dari 760 mmHg
tekanan atmosfer, atau160 mmHg, ditimbulkan oleh O 2. Tekanan yang ditimbulkan
secara independen oleh masing - masing gas dalam suatu campuran gas yang disebut
gas parsial, yang dilambangkan oleh P gas, Karena itu tekanan parsial O 2 dalam udara
atmosfer , PO2, normalnya 160 mmHg. Tekanan parsial CO 2 atmosfer, PCO2, hampir
dapat diabaikan(0.23 mmHg). Gas-gas yang larut dalam cairan misalnya darah /
cairan tubuh lain juga menimbulkan tekanan parsial. Semakin besar tekanan parsial

suatu gas dalam cairan, semakin banyak gas tersebut terlarut.4


Gradien Tekanan Parsial
Perbedaan tekanan parsial antara darah kapiler dan struktur sekitar dikenal dengan
nama gradient tekanan parsial. Terdapat gradient tekanan parsial antara udara alveolus
dan darah kapiler paru. Demikian juga terdapat gradient tekanan parsial antara darah
12

kapiler sistemik dan jaringan sekitar. Suatu gas selalu berdifusi menuruni gradien
tekanan 15 parsialnya dari daerah dengan tekanan parsial tinggi ke daerah dengan
tekanan parsial rendah, serupa dengan difusi menuruni gradient konsentrasi.4
PO2 dan PCO2 Alveolus
Komposisi udara alveolus tidak sama dengan komposisi udara atmosfer karena dua alasan.
Pertama, segera setelah udara atmosfer masuk ke saluran napas, pajanan ke salurannapas
yang lembab menyebabkan udara tersebut jenuh dengan H 2O. Seperti gas lainnya, uapair
menimbulkan tekanan parsial. Pada suhu tubuh, tekanan parsial H2O adalah 47 mmHg.
Humidifikasi udara yang dihirup ini pada hakekatnya mengencerkan tekanan parsial gasgas inspirasi sebesar 47 mmHg. Karena jumlah tekanan-tekanan parsial harus sama
dengan760 mmHg. Dalam udara lembab, PH 2O = 47 mmHg, PN2= 53 mmHg dan PO2= 150
mmHg.5
Kedua PO2 alveolus juga lebih rendah daripada PO 2 atmosfer karena udara segar yang
masuk bercampur dengan sejumlah besar udara lama yang tersisa dalam paru dan dalam
ruang rugi pada akhir ekspirasi sebelumnya. Pada akhir inspirasi, kurang dari 15% udara di
alveolus adalah udara segar. Akibatnya pelembapan dan logis jika kita berpikir bahwa PO 2
akan meningkat selama inspirasi karena datangnya udara segar dan menurun selama
ekspirasi. Namun

fluktuasi yang

terjadi kecil

saja karena

dua sebab.

Pertama, hanya

sebagian kecil dari udara alveolus total yang dipertukarkan setiap kali bernapas. Volume
udara inpirasi kaya O2 yang relative lebih kecil cepat bercampur dengan volume udara
alveolus yang tersisa dengan jumlah yang jauh lebih banyak. Karena itu, O2 udara inspirasi
hanya sedikit meningkatkan kadar PO 2 alveolus total. Bahkan peningkatan PO2yang kecil ini
berkurang oleh sebab lain. Oksigen secara terus menerus berpindah melalui difusi pasif
menuruni gradien tekanan parsialnya dari alveolus ke dalam darah. O2 yang tiba di alveolus
dalam udara yang baru di inpirasikan hanya mengganti O2 yang berdifusi keluar alveolus
masuk ke kapiler paru. Karena itu, PO2 alveolus relative konstan pada setiap 100 mmHg
sepanjang siklus pernapasan. Karena PO2 darah paru seimbang dengan PO2 alveolus, maka
PO2 darah yang meninggalkan

paru juga cukup konstan pada nilai yang sama ini.

Karena itu, jumlah O2 dalam darah yang tersedia ke jaringan hanya bervariasi sedikit selama
siklus pernapasan.6
Situasi serupa namun terbalik terjadi pada CO2. Karbon dioksida yang secara . secaratetap
ditambahkan ke darah di tingkat kapiler sistemik. Di kapiler paru, CO 2 berdifusi menuruni
gradient tekanan parsialnya dari darah ke dalam alveolus dan kemudian dikeluarkan dari

13

tubuh sewaktu ekspirasi. Seperti O2, PCO2 alveolus relative tetap konstan sepanjangsiklus
pernapasan tetapi dengan nilai yang lebih rendah yaitu 40 mmHg.6
Kesimpulan
Batuk, sesak napas serta bunyi napas wheezing pada seseorang dikarenakan adanya berbagai
macam factor. Diantaranya adalah, adanya gangguan pada struktur dari pernapasan seperti
otot-otot pernapasan, persarafan yang dilalui dalam proses penapasan dan perdarahan dalam
proses pernapasan. Persarafan yang terganggu nervus frenikus yang mempersarafi diafragma
tetap utuh, pernapasan agak sukar atau bisa menimbulkan sesak napas. Selain itu, karena
terganggunya mekanisme pergerakan udara dalam proses pernapasan dan mekanisme
pengendalian pusat pernapasan.

Daftar Pustaka
1. Asih NGY, Effendy C. Keperawatan medical bedah : klien dengan gangguan system
2.
3.
4.
5.
6.

pernafasan. Jakarta : EGC;2004


Singh I. Teks dan atlas histology manusia. Jakarta : Binarupa Aksara; 2006.h. 115-20
Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta : EGC; 2004.h. 266-8
Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta : EGC;2003
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC;2006.h.498-9
Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC;2008.h. 669-708

14

Anda mungkin juga menyukai