Anda di halaman 1dari 9

1.

Golongan Gamelan Golongan Tua : Gender Wayang

Gender Wayang Adalah barungan alit yang merupakan gamelan pewayangan (Wayang
Kulit dan Wayang Wong). Gamelan gender wayang diklarifikasikan kedalam musik golongan tua
dengan instrumen pokoknya yang terdiri dari 4 tunggah gender berlaras slendro (lima nada) .
keempat gender ini terdiri dari sepasang gender pemade (nada agak besar) dan sepasang kantilan
(nada agak kecil). Keempat gender, masing masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang
dimainkan dengan mempergunakan 2 panggu.
Gender Wayang ini juga di pakai untuk mengiringi upacara manusa yadnya (Potong gigi)
dan upacara pitra yadnya (Ngaben). untuk kedua upacara ini dan untuk mengiringi Wayang
Lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang di pergunakan. Untuk upacara ngaben, 2
gender di pasang di kedua sisi bade (Pengusung Mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju
kuburan. Untuk mengiringi pertunjukan Wayang Kulit Ramayana, Wayang Wong Ramayana,
maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi sepasang kendang kecil, sepasang
cengceng kecil, sebuah kempul, kelenang, dan beberapa instrumen instrumen lainya, sehingga
melahirkan

sebuah

barungan

yang

disebut

dengan

Batel

Gender Wayang

Dan

didalam pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasanya memakai kurang lebihnya 10 jenis
motif gending. Dan ada pun jenis-jenis gending tersebut yaitu:
1. Petegak : Di dalam gending-gending petegak ini terdiri dari berjenis-jenis komposisi Kuna
dan Baru : gending Sekati, Sekar Genota, Sekar Sungsang, dan lain-lain.
2. Pemungkah : Gending ini sangat panjang biasanya dari 45-60 menit dan terdiri dari
bermacam-macam gending seperti : Gending Brayut, Tulang-Lindung, Jojor, Omang-omang.
Pemungkah ini mengiringi dalang di dalam melakukan hal-hal seperti : pesembahyangan,

pemungkah kropak, dalang memulai pertunjukan Wayang, dan dalang menaruh gunug di sebelah
kanan.
3. Petangkilan : Dalam pertunjukan lengkapan dengan dua gending yaitu : Arum dan Rundah.
4. Pengalang Ratu : Merupakan pendahuluan dan pengenalan masing-masing tokoh didalam
pewayangan dan di pakai sebelum di alog di mulai.
5. Angkatan-angkatan : Gending yang bebrbentuk astinato dan terdiri dari 8 ketut.
6. Rebong : Sebagai eksprisi romantic di dalam pewayangan, yang terdiri dari 2 yaitu tenang dan
hidup.
7 .Tangis : Dalam mengiri suasana sedih dan ada dua macam yaitu : Masem yaitu gending
suasana sedih dan Bendhu Semara, yaitu untuk mengiri tokoh keras dan gagah.
8. Tunjang : Gending-gending ini berkarakter keras dan dipakai untuk mengiri para raksasa.
9. Banttel :

Lagu ini berbentuk ostinato yang terdiri dari dua nada. Suasanya sangat

bersemangat dan di pakai untuk mengiri adengan perang.


10. Panyudamala : Gending ini di mainkan setelah pertunjukan wayang, untuk pengeruwatan dan
biasannya diawali dengan sebuah gending tabuh gari. (Bandem Imade. 1986: 19-21).

2. Golongan Gamelan Golongan Madya : Semar Pagulingan

Semar Pagulingan adalah relasi untuk Raja-raja jaman dulu, teletak antara gamelan
Gambuh dan Legong. Smarpegulingan di pakai untuk mengiringi Raja-raja sewaktu di peraduan
yang juga mengiringi tari Legong dan Gandrung yang semula di lakuakan oleh abdi-abdi Raja.
Gamelan Smarpegulingan memakai laras pelog 7 nada, terdiri dari 5 nada pokok dan 2 nada
pemero. (Bandem Imade. 1986:52).
Kesamaan unsur-unsur gamelan pegambuhan dengan gamelan smar pagulingan yang
paling menonjol adalah kesamaan ini secara otomatis menyangkut sebagian besar unsur musikal
terutama unsur lagu , pola melodi dan ritme,dinamika juga pola permainan instrumen-instrumen
pengatur matra dan instrumen-instrumen ritmis. Kesamaan yang lain adalah penggunaan
sebagian besar instrumen ritmis dan pengatur matra. Beda penggunaan instrumen dalam
gamelan smarpagulingan dengan gamelan pengambuhan hanya terletak pada instrumeninstrumen melodisnya. Kalau gamelan pengambuhan menggunakan suling besar, gamelan
smarpagulingan menggunakan trompong dan keluarga gang ( saron yang digantung) sebagai
instrumen melodis. Rebab yang dalam gamelan pengambuhan sebagai pemegang melodi pokok
bersama-sama suling, dalam gamelan smarpagulingan hanya untuk memperkaya dan
memperpanjang durasi melodi. Pola permainan rebab dan suling dalam gamelan smar pagulingan
telah mempunyai pola tersendiri dalam merealisasi melodi-melodi pokok yang dimainkan oleh
trompong.
Trompong dan Gangsa sebagai instrumen melodis dalam gamelan Smarpagulingan
dapat digunakan untuk memainkan hampir semua repertoar pengambuhan berikut dengan ragam
patetnya. Trompong adalah instrumen bermoncol (masuk keluarga gong), yang ditempatkan

berjejer mulai dari yang bernada rendah hingga yang tertinggi. Dalam satu pangkon terdiri dari
14-16 moncol satu nada. Gamelan Smarpagulingan juga memiliki sistem pelarasan pelog tujuh
nada ( saih pitu),ini berarti ada dua oktaf (gemyangan) nada dalam instrumen trompong
tersebut.instrumen instrumen keluarga gangsa mulai yang bernada terendah seperti
jegogan,jublag,gangsa pemade,dan gangsa kantilan dalam satu pangkon hanya terdiri dari tujuh
bila nada.
Kesamaan jenis, bentuk fisik, ukuran instrumen dan fungsi terhadap perangkatnya
secara langsung menyebabkan cara memainkannya juga sama. Lain halnya dengan instrumen
melodis pada gamelan Smarpagulingan sangat berbeda dengan instrumen melodis gamelan
pengambuhan, yang ini tentu menyebabkan cara permainan instrumen yang berbeda pula. Kalau
dalam gamelan pengambuhan instrumen melodis pokok dimainkan dengan cara ditiup,dalam
gamelan Smar Pagulingan instrumen melodis pokok(trompong) dimainkan dengan cara dipukul
dengan sepasang panggul (alat pemukul) .
Kesamaan bentuk musikal terutama repertuar lagu dan hubungkait antara gamelan
Smarpegulingan dengan gambelan pegambuhan juga diperkuat oleh deskripsi yang terdapat
dalam lontar Prakempa dan Aji Gurnita sebagai berikut:nyata gegambelan semar pegulingan
ngaran semara aturu,gendingnya pegambuhan maka gegambelan barong singa(Dan itu gamelan
semar pegulingan artingya atau bernama semara aturu,lagunya pegambuhan untuk mengiringi
tari barong singa). gamelan semar pegulingan di Bali bukanlah gamelan khusus iringan tari
tertentu. Gamelan semar pegulingan biasanya dimainkan sebagai musik protokoler pada upacaraupacara adat dan keagamaan selain itu tari barong singa.
Adanya kesamaan hampir semua repertuar lagu pegambuhan dengan gamelan semar
pegulingan bukan berarti gamelan semar pegulingan tidak memiliki ciri musikal. Perbedaaan
jenis, bentuk, bahan, dan tekhnik permainan instrumen-instrumen melodi Smarpegulingan
menyebabkan lagu-lagu pegambuhan menyesuaikan diri dengan medianya yang baru.
Gamelan pegambuhan dan semar pegulingan sama-sama menganut sistem pelarasan
pelog tujuh nada. Apabila gamelan pegambuhan mampu menurunkan lima macam patutan
(patet). Kelima patet tersebut memiliki nama yang sama dengan tetekep yang ada pada gamelan
pegambuhan yaitu patet slisir, tembung, sundaren, baro, dan patet lebeng. Prinsip patet kedua
gamelan pada dasarnya sama, yaitu pada nada yang jumlahnya tujuh terbagi menjadi dua macam

yaitu lima nada pokok dan dua nada pemero. Karakter masing-masing patet dalam gamelan
Smarpegulingan kendatipun telah berbeda warna musikalnya dengan pegambuhan ternyata juga
dapat menampilkan kesan yang serupa. Seperti misalnya patet slisir berkarakter halus,tembung
berkarakter keras,dan patet sundaren berkarakter antara halus dan keras.
Jadi banyaknya unsur kesamaan antara gamelan Smarpegulingan dan gamelan
Pegambuhan menyebabkan gamelan Smarpegulingan ini juga sering digunakan untuk mengiringi
drama tari Gambuh. Bila dari fungsinya antara Smarpagilingan dengan Gambuh, yaitu Gamelan
yang ditujukan guna mengiri Drama Tari dalam Gamelan Pegambuhan dan untuk mengiringi
Raja-raja dalam Smarpagulingan. Makna di antar keduanya memilki kesamaan dan dapat pula
Smarpagulingan di pakai mengiri Drama Tari, seperti saat raja keluar.

3. Golongan Gamelan Golongan Baru : Gong Kebyar

Gong Kebyar adalah sebuah barungan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada
barungan ini (Kebyar yang bermakna cepat, tiba-tiba dan keras) gamelan ini menghasilkan
musik-musik keras dan dinamis. Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-tarian atau
memainkan tabuh-tabuhan instrumental. Secara fisik Gong Kebyar adalah pengembangan
kemudian dari Gong Gede dengan pengurangan peranan, atau pengurangan beberapa buah
instrumennya. Misalnya saja peranan trompong dalam Gong Gebyar dikurangi, bahkan pada
tabuh-tabuh tertentu tidak dipakai sama sekali,gangsa jongkoknya yang berbilah 5 dirubah
menjadi gangsa gantung berbilah 9 atau 10 . cengceng kopyak yang terdiri dari 4 sampai 6
pasang dirubah menjadi 1 atau 2 set cengceng kecil. Kendang yang semula dimainkan dengan
memakai panggul diganti dengan pukulan tangan.
Secara

konsep Gong

Kebyar adalah

perpaduan

antara Gender

Wayang, Gong

Gede dan Pelegongan. Rasa-rasa musikal maupun pola pukulan instrumen Gong Kebyar ada
kalanya terasa Gender Wayang yang lincah, Gong Gedeyang kokoh atau Pelegonganyang
melodis. Pola GaginemanGender Wayang, pola Gegambangan dan pukulan Kaklenyongan Gong
Gede muncul dalam berbagai tabuh Gong Kebyar.
Gamelan Gong Kebyar adalah produk kebudayaan Bali modern. Barungan ini
diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915. Desa yang sebut-sebut sebagai asal
pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar.
Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di
desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada

tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Mario dari Tabanan yang
menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong.
Gong Kebyar berlaras pelog lima nada dan kebanyakan instrumennya memiliki 10
sampai

12

nada,

karena

konstruksi

instrumennya

yang

lebih

ringan

jika

dibandingkandengan Gong Gede. Tabuh-tabuh Gong Kebyar lebih lincah dengan komposisi yang
lebih bebas, hanya pada bagian-bagian tertentu saja hukum-hukum tabuh klasik masih
dipergunakan, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu dan sebagainya. Lagu-lagunya
seringkali merupakan penggarapan kembali terhadap bentuk-bentuk (repertoire) tabuh klasik
dengan merubah komposisinya, melodi, tempo dan ornamentasi melodi. Matra tidak lagi
selamanya ajeg, pola ritme ganjil muncul di beberapa bagian komposisi tabuh. Barungan. Gong
Kebyar bisa diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. Utama = Yang besar dan lengkap
2. Madya = Yang semi lengkap
3. Nista = Yang sederha
Barungan yang utama terdiri dari:

Jumlah
10
2
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1-3
1

Satuan Instrumen
gangsa berbilah (terdiri dari 2 giying / ugal, 4 pemade,
buah
4 kantilan)
buah jegogan berbilah 5 6
buah jublag atau calung berbilah 5 - 7
tungguh reyong berpencon 12
tungguh terompong berpecon 10
kendang besar (lanang dan wadon) yang dilengkapi
buah
dengan 2 buah kendang kecil
pangkon cengceng
buah kajar
buah gong besar (lanang dan wadon)
buah kemong (gong kecil)
buah babende (gong kecil bermoncong pipih)
buah kempli (semacam kajar)
buah suling bamboo
buah rebab

DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made. 1986. Gamelanan Bali. Denpasar : Bali Post.


www.smarpegulingan.com
http://www.smarpagulingan.isi-dps.ac.id
https://adhiwiguna.wordpress.com/category/ragam-kesenian-karawitan-bali/gender-wayang/

TUGAS SENI BUDAYA


Nama : Ni Putu Sri Wahyuni
Kelas : XI Farmasi 1
No Absen : 26

Anda mungkin juga menyukai