Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia aplastik merupakan suatu kegagalan anatomi dan
fisiologi dari sumsum tulang yang mengarah pada

suatu

penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentuk darah


dalam sumsum tulang. Hal ini khas dengan penurunan produksi
eritrosit akibat pergantian dari unsur produksi eritrosit dalam
sumsum oleh jaringan lemak (Sacharin,2002)
Anemia aplastik adalah anemia normokromik- normositik yang disebabkan
disfungsi sumsum tulang sehingga sel-sel darah yang mati tidak diganti. Anemia
aplastik biasanya dihubungkan dengan defisiensi sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit, meskipun jarang mungkin hanya mengenai sel-sel darah merah
(Corwin,2009)
Anemia aplastik terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk
sel-sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sel stem
mengakibatkan

pansitopenia

(anemia,

leukopenia

serta

trombositopenia).

Pemakaian istilah anemia aplastik yang tepat adalah pansitopenia

yang

disebabkan oleh penurunan kapasitas sumsum tulang yang mengalami hipoplasia


dan berubah menjadi jaringan lemak. Gangguan ini umumnya menimbulkan
perdarahan atau infeksi yang fatal (Kowalak and dkk,201)
Anemia aplastik dapat pula diturunkan seperti anemia
Fanconi genetik dan dykeratosis congenital, dan sering berkaitan

dengan anomali fisik khas dan perkembangan pansitopenia


terjadi

pada

umur yang lebih

muda, dapat

pula

berupa

kegagalan sumsum pada orang dewasa yang terlihat normal.


Diantara gangguan pada darah, anemia merupakan
kejadian yang paling banyak, terutama
1
terjadi pada negaranegara berkembang termasuk indonesia dimana insidennya 30%
pada setiap individu diseluruh dunia. Menurut WHO (2008),
prevalensi kejadian anemia didunia antara tahun 1993 sampai
tahun 2005 sebanyak 24,8% dari total penduduk dunia (hampir
dua milyar penduduk dunia). Departemen kesehatan (Depkes)
tahun 2008 dalam riset kesehatan dasar menyatakan bahwa
prevalensi anemia di Indonesia adalah 14,8%. Proporsi pada
anak-anak terdapat sebanyak 70,1% sedangkan pada laki-laki
dewasa 33,4%, dan pada wanita dewasa 59,9%
Berdasarkan data di Irna C Penyakit dalam RSUP Dr.
M.Djamil Padang pada 24-30 maret 2014, bahwa pada ruangan
HCU yang menderita anemia sebanyak 7 orang. Interne pria (IP)
sebanyak 15 orang dan Interne Wanita (IW) sebanyak 12 orang.
Melihat tingginya prevalensi anemia di Indonesia,
khususnya RSUP M.Djamil padang maka penulis tergerak untuk
melakukan study kasus tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Anemia
B. TUJUAN
1. Tujuan umum

a. Mampu

mengetahui

konsep

dasar

dan

asuhan

keperawatan pada klien dengan Anemia aplastik dibangsal


Interne Wanita RSUP Dr. M. Djamil padang.
b. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar anemia aplastik
b. Melakukan pengkajian pada klien dengan anemia aplastik
dibangsal Interne Wanita RSUP Dr. M. Djamil padang
c. Menganalisa dan mengakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
anemia aplastik dibangsal Interne Wanita RSUP Dr. M. Djamil
padang
d. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan anemia aplastik
dibangsal Interne Wanita RSUP Dr. M. Djamil padang
e. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun sesuai dengan
rencana keperawatan pada klien dengan anemia aplastik dibangsal
Interne Wanita RSUP Dr. M. Djamil padang
f. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan

yang

telah

dilaksanakan pada klien dengan anemia aplastik dibangsal Interne


Wanita RSUP Dr. M. Djamil padang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Defenisi
Anemia

aplastik

adalah

anemia

normokromik-

normositik

yang

disebabkan disfungsi sumsum tulang sehingga sel-sel darah yang mati tidak
diganti. Anemia aplastik biasanya dihubungkan dengan defisiensi sel darah merah,
sel darah putih, dan trombosit, meskipun jarang mungkin hanya mengenai sel-sel
darah merah (Corwin,2009)
Anemia aplastik adalah gangguan akibat kegagalan sumsum tulang yang
menyebabkan penipisan semua unsur sumsum (Betz and sowden,1996)
Anemia aplastik terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk
sel-sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel
mengakibatkan

pansitopenia

(anemia,

leukopenia

serta

trombositopenia).

Pemakaian istilah anemia aplastik yang tepat adalah pansitopenia

yang

disebabkan oleh penurunan kapasitas sumsum tulang yang mengalami hipoplasia


dan berubah menjadi jaringan lemak. Gangguan ini umumnya menimbulkan
perdarahan atau infeksi yang fatal (Kowalak and dkk,2011)
2. Etiologi
Penyebab umum pada anemia adalah :
a. Hilangnya sel darah merah
b. Menurunnya produksi sel darah merah
c. Meningkatnya kerusakan sel darah merah
Pada anemia aplastik disebabkan oleh :

a. kongenital
b. Kanker sumsum tulang
c. Perusakan sumsum tulang oleh proses autoimun

d.
e.
f.
g.
h.

Defesiensi vitamin
Kemoterapi, radioterapi
Toksik kimia
Obat-obatan (chloromphenikol, sulfonam)
Infeksi virus termasuk hepatitis dan AIDS. Akan tetapi anemia aplastk sering

kali tidak diketahui penyebabnya dengan pasti (Tarwoto & Wartonah,2008)


3. Patofisiologi
Anemia aplastik disebabkan oleh kongenital, Kanker sumsum tulang,
Perusakan sumsum tulang oleh proses autoimun, Defesiensi vitamin, Kemoterapi,
radioterapi, Toksik kimia, Obat-obatan (chloromphenikol, sulfonam), Infeksi virus
termasuk hepatitis dan AIDS. Apabila pajanan dilanjutkan setelah pajanan
hipoplasia muncul, maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik
dimana terjadi kegagalan sempurna dan ireversibel. Disinilah pentingnya
pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada pasien yang mendapat
pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang dapat
menyebabkan anemia aplastik.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi
sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu
dilakukan biopsy untuk menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal
dan pergantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, eritrosit
dan trombosit, akibatnya terjadi pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Penurunan sel darah merah (anemia) ditandai dengan menurunnya
tingkat hemoglobin dan hematokrit.

Penurunan sel darah merah (hemoglobin) menyebabkan penurunan jumlah


oksigen yang dikirmkan ke jaringan, biasanya ditandai dengan kelemahan,
kelelahan, dispnea, takikardie, ekstremitas dingin dan pucat.
Kelainan kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau menurunnya jumlah
sel darah putih (leukosit) kurang dari 4500-10000/mm3 penurunan sel darah putih
ini akan menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi.
Respon inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan penurunan system
imunitas fisis mekanik dimana dapat menyerang pada selaput lendir, kulit, silia,
saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya yang terkena maka akan
mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring, sehingga mengalami
kesulitasn dalam menelan dan menyebabkan penurunan masukan diet dalam
tubuh.
Kelainan

ketiga

anemia

dan

leukopenia

yaitu

trombositipenia,

trombositopenia didefenisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3.


Akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie, epistaksis, perdarahan
mukosa seperti gusi dan stomatitis. Perdarahan akibat trombositopenia
mengakibatkan aliran darah ke jaringan menurun (Brunner and Suddarth,2002).
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada anemia aplastik :
1) Kelemahan serta rasa mudah lelah yang meningkat secara progresif, sesak
nafas, sakit kepala, pucat, dan akhirnya takikardi serta gagal jantung akibat
hipoksia dan peningkatan aliran vena balik.
2) Petekie dan perdarahan, khususnya dari membran mukosa (hidung, gusi,
rektum, vagina) atau kedalam sistem saraf pusat yang disebakan oleh
trombositopenia

3) Infeksi (demam, ulkus oral serta rektal, nyeri tenggorok) tanpa disertai
inflamasi yang khas (Kowalak and dkk,2011)
5. Komplikasi
Perdarahan pada membran mukosa dapat membawa kematian (Kowalak and
dkk,2011)
6. Pemeriksaan penunjang
1) Jumlah sel darah merah hanya 1 juta/ul atau kurang dengan warna dan besar
2)
3)
4)
5)
6)

normal.
Jumlah absolut retikulosit sangat menurun
Penurunan kadar besi serum, kecuali bila terjadi perdarahan
Penurunan jumlah trombosit, neutrofil dan limfosit
Dry top (tidak ada sel) pada hasil aspirasi sumsum tulang dibeberapa tempat
Biopsi yang memperlihatkan sumsum tulang yang aplastik (Kowalak and

dkk,2011)
7. Penatalaksanaan
1) Tansplantasi sumsum tulang
2) Transfusi darah
3) Makanan
4) Istirahat
5) Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang mungkin efektif
6) Imunosupresi jika disebabkan penyakit autoimun (Corwin,2009)

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi nama, umur, no MR, pekerjaan, agama, status
perkawinan, alamat, penanggung jawab, alasan masuk RS
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada perdarahan, malnutrisi, gangguan sistem imun dan obatobatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien biasanya pucat, kelmahan, letih, kehilangan produktivitas,
penurunan semangat kerja
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dari anggota keluarga pernah mengalami penyakit yang
sama.

c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda tanda vital
Tekanan darah : biasanya TD menurun
Nadi
: biasanya frekuensi nadi nadi meningkat
Suhu
: biasanya meningkat
Pernafasan
: meningkat
2) Tinggi badan : normal
Berat badan
: biasanya mengalami penurunan
Lila
: biasanya kecil
3) Kepala
Rambut
: biasanya normal
Mata
: konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Hidung
: keadaan bentuk hidung, mukosa

hidung,

penciuman biasanya tidak ada kelainan


Mulut
: membran mukosa kering
Telinga
: bentuk dan disfungsi pendengaran tidak ada
kelainan
4) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, tidak
ada distensi vena jugularis
5) Thorak
I : pergerakan dada biasanya cepat, pernafasan cepat irama tidak
teratur
P : fremitus meninggi
P : sonor
A: vesikuler
Jantung
I : ictus cordis tampak di RIC V
P : batas jantung normal
P : sinus
A: irama jantung tidak teratur
6) Abdomen
I : abdomen cekung
P : pembesaran pada hati, nyeri

P : tympani
A: bising usus normal
7) Ekstremitas
Kekuatan otot : terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus
otot kurang
Inspeksi : lemah
Palpasi : akral dingin
7) Integumen
8) Neurologi
Status mental
Saraf cranial
Refleks fisiologi
Refleks patologi
9) Mamae : simetris kiri dan kanan, tidak ada massa
10) Urogenital :
Laki-laki: testis sudah turun kearah scratum
Perempuan
: labia minora tertutup labia mayora
11) Anus
Keadaan anus baik
d. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anorexia, diet
yang harus dijalani pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika
ada
2) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan frekuensi, konsistensi biasa
3) Aktivitas perawatan diri
Aktivitas dapat terganggu sehubungan dengan kelemhan fisik
4) Istirahat dan pola tidur
Biasanya pola tidur terganggu
e. Riwayat sosial ekonomi
Meliputi siapa yang mengasuh klien di RS, kebersihan didaerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien, bagaimana keadaan ekonomi
klien
f. Data psikologis
Akibat dampak hospitalisasi yang dirasakan klien selama di rawat di RS
g. Data spritual

10

Meliputi agama, kepercaayaan, adat


h. Pemeriksaaan penunjang
Sesuai dengan klasifikasi anemia
i. Pengobatan
2. Kemungkinan diagnosa yang muncul
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler O2 ke jaringan
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan tubuh
c. Gangguan nutrisi kuran dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
d. Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan masukan
diet, perubahan proses pencernaan.
e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder in
adekuat

11

No
1.

Diagnosa keperawatan
Gangguan perfusi

Tujuan /kriteria
Tujuan :
Perfusi jaringan tidak

Intervensi (NOC dan NIC)


1) Monitor TTV
2) Observasi keadaan kulit,

jaringan berhubungan
dengan penurunan
komponen seluler O2 ke

terganggu
Kriteria hasil :
1) Ttv stabil
2) Membran

membran mukosa.
3) Atur posisi semi fowler
4) Pantau status cairan
meliputi asupan dan

sel

mukosa
kemerahan
3) Output
seimbang

haluaran
5) Berikan tarnsfusi darah
sesuai program terapi
6) Batasi aktivitas klien

dengan intake
kesadaran
normal/baik
2.
Tujuan :

1) Tentukan motivasi klien

3.
Nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
Perubahan nutrisi kuran

untuk mengubah
kebiasaan makan
2) Ketahui makanan

1) Berat badan
dari kebutuhan tubuh b/d
intake in adekuat

klien meningkat
2) Nilai

kesukaan klien
3) Tentukan kemampuan
pasien untuk memenuhi

laboratorium
normal
3) Klien tidak

kebutuhan nutrisi
4) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk memenuhi

lemah
4) Konjungtiva
tidak anemis
5) Nafsu makan
klien meningkat

kebutuhan nutrisi klien


5) Menganjurkan kepada
keluarga untuk
memberikan camilan

12

bergizi, tinggi protein,


kalori, makanan sedikit
tapi sering

13

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama
b. No .MR
c. Umur
d. Pekerjaan
e. Agama
f. Status perkawinan
g. Alamat
h. Penanggung jawab
i. Alamat
j. Tanggal masuk RS
k. Cara masuk RS
l. Alasan masuk RS

: Ny.P
: 00.86.32.25
: 58 tahun
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Kawin
: Wonorego muaro killis tengah ilir tebo kerinci
: suami klien
: Wonorego muaro killis tengah ilir tebo kerinci
: 24 maret 2014
: klien masuk dari IGD rujukan dari RS kerinci
: klien datang ke RS dengan perdarahan gusi,

pusing, lemah, serta adanya bercak merah pada kulit sejak 5 hari yang
lalu
m. Riwayat alergi
Obat
: klien tidak ada alergi pada obat
Makanan
: klien tidak ada alergi pada makanan
n. Alat bantu di pakai : klien terpasang IVFD Nacl 0,9%
2. Riwayat kesehatan
16
a. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami
perdarahan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan saat ini klien merasa pusing, Klien merasa
pusing pada bagian kepala, klien merasa pusing saat klien duduk atau
berganti posisi.
Klien juga mengatakan saat ini badan terasa lemah, Klien merasa
lemah diseluruh badan klien. Klien juga mengatakan kepala sakit, klien

14

merasa sakit ketika klien ingin duduk. Klien juga mengatakan badan
terasa panas, badan klien kadang panas kadang turun, tidak ada waktu
yang menentukan. Klien mengatakan nafsu makan menurun semenjak
sakit, klien mengatakan saat ini gusi nya masih berdarah.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit anemia.
3. Pemeriksaan fisik
a. TTV
TD : 100/60 mmHg
nadi : 98x/menit
Suhu : 37,59
RR :24x/menit
b. Tinggi badan :
Berat badan : 70 kg (sehat) 64kg (sakit)
LILA
:
c. Kepala
: bentuk kepala normal tidak ada lesi, tidak ada
Rambut
Mata

pembengkakan, tidak ada nyeri tekan pada kepala


: rambut klien hitam, ikal, dan tidak ada ketombe
: bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak

Mulut
Hidung

ikterik
: membran mukosa kering
: bentuk hidung simetris, penciuman normal, tidak ada

Telinga

cairan yang keluar dari hidung, polip (-)


: bentuk telinga simetris, pendengaran baik, serumen (ada),
peradangan (-)

d. Leher
Trakea

: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah

bening
e. Thorak
I

: bentuk thorak simetrsi kiri dan kanan, frekuensi

pernapasan 24x/menit

15

: getaran dinding dada kiri dan kanan sama

: sonor (suara perkusi paru normal ) tidak terdapat cairan

dalam paru
A
Jantung
I

: vesikuler

P
P

: ictus cordis tidak teraba


: kanan atas : RIC II linea para sternalis Dextra
Kanan bawah : RIC IV linea para sternalis dextra
Kiri atas : RIC II linea para sternalis sinistra
Kiri bawah : RIC IV linea media clavikularis sinistra
: bunyi jantung 1 dan 2 normal, reguler

: ictus cordis tidak terlihat

f. Abdomen
I

: abdomen tidak tampak membuncit

: tidak ada nyeri tekan pada daerah ulu hati,

: tympani

: bising usus normal 25x/menit

g. ekstremitas
kekuatan otot : sedang
h.Integumen
I
P

555

555

444

444

: kulit pucat
: kulit teraba hangat, CRT > 2 detik

i. Neurologi
Kesadaran compos mentis dengan GSC :15
E4 : spontan membuka mata
M6 : spontan/mengikuti perintah
V5 : orientasi baik

16

j. Mamae

: payudara simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri

tekan
k. Urogenital
l. Anis

: bersih, tidak ada kelainan


: bersih, tidak ada kelainan

4. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan
a) Sehat : klien tidak ada diet pada saat sehat, makan 3x sehari
dengan porsi yang cukup, tidak ada keluhan saat makan
b) Sakit : kliet mendapat diet MB (makanan biasa) TKTP, frekuensi
makan 3x sehari, klien hanya menghabiskan porsi setengah dari
yang diberikan, klien mengatakan nafsu makan menurun
2) Minum : klien minum 3-4 liter /hari.
b. Eliminasi
1) Miksi
a) Sehat
: frekuensi miksi 4-5x/hari, dengan warna dan bau
yang khas, tidak ada keluhan saaat miksi
b) Sakit
: frekuensi miksi 3-4 x/hari dengan bau dan warna
yang khas, tidak ada kelainan pada saat miksi
2) Defekasi
a) Sehat
: frekuensi defekasi 1x sehari, dengan konsistensi
yang lembek, warna yang khas, tidak ada keluhan saat defekasi.
b) Sakit
: frekuensi defekasi 1x sehari, terkadang tidak
lancar , konsistensi lembek, warna khas.
c. Aktivitas perawatan diri
1) Sehat : klien mandi 2x sehari, rambut dicuci saat mandi, mampu
berhias sendiri
2) Sakit
: selama sakit klien belum mandi, klien hanya dilap dengan
air hangat oleh perawat dan keluarga. Klien tidak mampu untuk
berhias secara mandiri.
d. Istirahat dan tidur
1) Sehat : klien tidur 6-7 jam/hari, klien susah untuk tidur

17

2) Sakit

: selama sakit, kondisi tidur klien terganggu dengan suasana

RS, klien hanya tidur malam kadang kadang 4-5 jam/hari


5. Data sosial ekonomi
Klien mengatakan kepala terasa pusing karena klien memikirkan biaya
kebutuhan selama dirawat di RS. Klien mengatakan berada pada ekonomi
kelas menengah
6. Data psikologis
Klien mengatakan merasa cemas dengan kondidi penyakitnya, klien selalu
memikirkan kondisi penyakitnya.
7. Data spritual
Klien mengatakan semenjak sakit, ibadah klien terganggu, klien tidak bisa
melakukan ibadah seperti biasanya.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik ; pemeriksaan labor rutin , pt.aptt
b. Pemeriksaan laboratorium tanggal 25 maret 2014
Hemoglobin

: 5,1 gr/dl (N: 12-14 gr/dl)

Leukosit

:4.840/ul ( N : 5000-10.000 /mm3)

Trombosit
Retikulosit
MCV
MCHC
Gula darah
Kalium darah
Natrium darah
Gula darah sewaktu
Ureum darah

:5.000/mm3 (N : 150.000-400.000)
:9,78 /ul
:82,6 fl
:29,8 gr/dl
:105 mmol/L (90-150 mg/dl)
:3,3 mmol/L
:135 mmol/L
:29 mg/dl (90-150 mg/dl)
:19 mg/dl (N : 10-50 mg/dl)

Creatinin darah

:0,7 mg/dl (N : 0.7-1.1)

9. Pengobatan tanggal 25 maret 2014


IVFD nacl 0,9%
NTR 2x1 mg
Sikne 3x 500 mg
transfusi

18

ANALISA DATA

Nama klien
Ruang rawat
No.MR
No
1.

: Ny.P
: Interne Wanita
: 00.86.32.25

Data penunjang
DO :
DS :
-

klien tampak lemah


klien tampak pucat
konjungtiva anemis
warna kulit pucat
membran mukosa kering
gusi klien berdarah
Hb : 5,1 gr/dl

Masalah keperawatan
Gangguan perfusi

Etiologi
Penurunan

jaringan

konsentrasi
hemoglobin
dalam darah

Klien mengatakan badan

terasa lemah
Klien mengatakan sakit

kepala jika duduk


Klien tidak bisa dibawa
beraktivitas

DO :
-

Klien mengalami penurunan


BB
Sehat 70 kg
Sakit 64 kg
Klien tampak tidak
mengabiskan porsi makannya

2.

setengah dari yang diberikan


Wajah klien pucat
Mukosa bibir kering
Hb : 5,1 gr/dl
TD : 100/60 mmHg

Klien mengatakan tidak nafsu

DS

Perubahan nutrisi kurang

Hilangnya nafsu

dari kebutuhan tubuh

makan

19

makan
Klien mengatakan badan
terasa lemah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
N
O
1

Diagnosa keperawatan
Gangguan perfusi jaringan

Tanggal
muncul
25 maret 2014

berhubungan dengan

TTD

Tanggal
teratasi
30 maret
2014

Penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah
Perubahan nutrisi kurang dari
2
kebutuhan tubuh b/d hilangnya
nafsu makan

25 maret 2014

28 maret
2014

TTD

20

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi adalah
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Berdasarkan

pengkajian

didapatkan,

bahwa

Ny.P

mengalami anemia aplastik dengan keluhan merasa pusing, badan


terasa lemah, kepala sakit, badan terasa panas, nafsu makan menurun dan
mengalami perdarahan pada gusi semnjak sakit. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hemoglobin

menurun, leukosit menurun dan

trombosit menurun. Pada penatalaksanaan diberikan obat, transfusi darah dan


IVFD Nacl 0,9%
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat dalam kasus ini ada dua diagnosa,
diagnosa diangkat sesuai dengan masalah prioritas pasien yaitu :
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu
makan

40

21

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat berdasarkan teori yang ada dan
disesuaikan dengan kasus pada klien saat ini.
4. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun yang disesuaikan dengan kondisi pada kasus
dan teori Ca Mammae.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan dengan hasil diagnosa
dapat diatasi.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas izinkan penulis memberikan beberapa
saran pada asuhan keperawatan klien dengan Ca Mammae Di ruangan CW bedah
RSUP Dr. M.Djamil padang, yaitu :
1. Bagi penulis
Agar lebih banyak belajar dan membaca literatur yang terbaru tentang Ca.
Mammae sehingga pada saat melakukan asuhan keperawatan pada klien Ca
Mammae semakin lebih baik.
2. Bagi RSUP Dr. M.Djamil Padang
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
bermanfaat bagi perawat yang berada di RSUP Dr. M.Djamil Padang agar

22

dapat menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan


Ca. Mammae
3. Bagi klien
Dengan adanya studi kasus tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Ca Mammae, diharapkan klien mendapatkan asuhan keperawatan yang baik
bagi tenaga perawat

Anda mungkin juga menyukai