Anda di halaman 1dari 5

JENIS BATIK NON GEO METRIS

Contoh Motif Batik Meru Asal Daerah Yogyakarta


adalah bentuk seperti gunung, kadang digambarkan
dengan rangkaian tiga gunung dengan gunung yang di
tengah sebagai gunung puncak. Dalam pengertian
indonesia kuno, gunung melambangkan unsur bumi atau
tanah yang merupakan salah satu elemen dari empat
unsur hidup yaitu Bumi, Geni, Banyu dan Angin. Dalam
kebudayaan Jawa-Hindu, meru menggambarkan puncak
gunung yang tinggi tempat bersemayamnya para dewa.
Kini karena kurangnya pengetahuan para pembatik atas
arti dan bentuk ornamen semula, Meru juga mengalami perubahan seperti digabung dengan
bagian tumbuhan, dibentuk hingga bentuk asal tidak nyata lagi.
Pohon Hayat
Contoh Motif Batik Pohon Hayat Asal Daerah Lampung

disebut juga Pohon Surga, merupakan suatu bentuk


pohon khayalan yang bersifat perkasa dan sakti, dan
merupakan lambang kehidupan. Pohon ini digambarkan
terdiri atas batang, dahan, kuncup, daun, berakar
tunjang atau sobrah. Pohon ini hampir terdapat di semua
daerah di Indonesia dengan berbagai variasi. Di seni
anyaman Kalimantan, pohon ini disebut Batang Garing.
Dalam seni wayang disebut Gunungan atau Kayon. Pohon ini terdapat di relief Candi Jago
dan di percaya telah ada sejak abad ke 13, namun bukti yang paling jelas adalah pohon ini
terdapat di relief kompleks makam Ratu Kalimanyat yang bertuliskan tahun 1559.
Tumbuhan
Contoh Motif Batik Tumbuhan Asal Daerah Banyuwangi
digambarkan sebagai salah satu bagian seperti bunga,
sekelompok daun atau kuncup, atau rangkaian dari
bunga dan daun. Tumbuhan kadang digambarkan
sebagai lung-lungan, yaitu tanaman menjalar bentuk
berlengkung-lengkung. Pada motif batik klasik ornamen
berperan sebagai ornamen pokok maupun ornamen
pengisi.

Garuda
Contoh Motif Batik Gurdo atau Garuda Asal Daerah Yogyakarta

digambarkan sebagai bentuk stilir dari burung


garuda, atau rajawali atau kadang seperti burung
merak. Garuda adalah makhluk khayalan yang
perkasa dan sakti, kendaraan Dewa Wisnu juga
digambarkan sebagai Garuda. Burung. Ada tiga
macam ornamen burung dalam batik yaitu
burung merak, burung phoenix, yang terakhir
adalah burung aneh atau burung khayalan.
Ornamen burung juga digunakan sebagai ornamen pengisi selain ornamen pokok
Bangunan.
Contoh Motif Batik Bangunan Asal Daerah Semarang
Adalah ornamen yang menggambarkan bagian
bangunan terdiri atas lantai atau dasar dan atap.
Lidah api. Ornamen lidah api digambarkan dalam 2
macam bentuk yaitu sebagai deretan nyala api sebagai
hiasan pinggir atau batas, dan berupa deretan ujung
lidah api memanjang. Zaman dulu api melambangkan
kekuatan sakti yang dpat mempengaruhi kepribadian
manusia, yang kalau dikuasai dapat menjadi
pemberani dan pahlawan, namun bila tidak menjadi
angkara murka.
Naga
Contoh Motif Batik Bangunan Asal Daerah Cirebon
adalah makhluk khayalan berupa ular besar yang
mempunyai kekuatan luar biasa dan sakti. Sebagai
ornamen naga digambarkan dengan bentuk seperti
kepala raksasa dengan mahkota, kadang bersayap,
kadang bersayap dan berkaki.
Binatang (berkaki empat). Binatang yang sering
digunakan sebagai ornamen adalah lembu, kijang,
gajah, singa atau harimau, dan digambarkan secara
unik misalnya gajah bersayap atau mempunyai
ekor berbunga
Kupu-kupu. Ornamen ini biasanya digambarkan
dengan sayap terkembang dari atas, dan

Corak hias non geometris antara lain : semen, lung - lungan, buketan dinamis.
Corak Semen, ragam hias utama yang merupakan ciri corak semen adalah meru, suatu
gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama Gunung Mahameru. Hakikat Meru
adalah gunung atau tempat tumbuh - tumbuhan bertunas(bersemi) hingga corak ini disebut
semen. Semen berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah garuda, sawat,
lar, maupun mirong. Contoh corak semen adalah semen jolen dan semen gurdha.
Corak lung - lungan, sebagian besar corak lung - lungan mempunyai ragam hias serupa
dengan corak semen. Berbeda dengan corak semen, ragam hias corak lung - lungan tidak
selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Corak lung - lungan diantaranya
adalah grageh waluh dan babon angrem.
Corak buketan, mudah dikenali lewat rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupu kupu, burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai
unsur tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu kesatuan corak.
Corak Pinggiran, disebut corak pinggirankarena unsur hiasannya terdiri atas ragam hias
yang biasa digunakan untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki
hiasan dan bidang kosong pada dodot, kemben, dan udheg.
Pola Non-geometri Dalam Batik
Selain pola geometri seperti motif ceplok, parang dan lereng (lihat tulisan sebelumnya),
dalam bentuk dan gaya batik juga dikenal pola non-geometri. Pola non-geometri terbagi ke
dalam kelompok semen, lung-lungan, buketan, dan pinggiran. Pola kelompok non-geometri
didominasi oleh pola semen dan lung-lungan yang memang sangat banyak ragamnya.
Pinggiran.
Disebut pola pinggiran karena unsur hiasan pola ini
umumnya terdiri dari ragam hias atau motif khas yang
biasa digunakan sebagai hiasan pinggir atau hiasan
pembatas kain batik pada umumnya.

Semen.
Semen termasuk pola kuno, terutama yang mengandung ragam
hias garuda, sawat, mirong, dan lar, yang semuanya
merupakan stilasi (gubahan bentuk) ragam hias garuda, yang di
masa lalu merupakan ikon hias khusus untuk raja dan
keluarganya.

Buketan.
Istilah buketan berawal dari kata buket yang berarti
ikat / rangkai, karena pola ini amat mudah dikenali
dengan tampilan ragam hias bunga atau kelopak
bunga, dengan imbuhan daun-daun sulur, kepak
kupu-kupu dan burung, ataupun satwa kecil lainnya.
Ragam elemen gambar atau motif itu disusun
sedemikian rupa dalam kesatuan bentuk selaras.
Beberapa bentuk buketan, sering tampil ibarat lukisan bunga pada kain batik. Pola buketan
banyak terdapat pada batik pesisiran, meski juga ditemukan di daerah pedalaman.

Lung-lungan.
Lung-lungan juga termasuk pola kuno yang sebagian
besar memiliki ragam hias atau motif utama yang
serupa dengan ragam hias utama pola semen.
Bedanya, ragam hias utama lung-lungan tidak selalu
lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru.
Ragam pola lung-lungan antara lain babon anggrem
atau dalam Bahasa Jawa berarti ayam betina yang
sedang mengerami telor, dan grageh waluh (sulursulur pohon labu).

TUGAS SB ( SENI BUDAYA)

NAMA : AMBROSIUS FANTINUS AFIANDRI


KELAS : VII

SMPK VIFI
MAUMERE

Anda mungkin juga menyukai