Anda di halaman 1dari 12

1.

Motif Batik Sidomukti

Batik Sidomukti

Sidomukti sebagai simbol pengharapan dan doa yang dituangkan dalam


ornamen pengisi dan sen-isennya. Sido berasal dari kata bahasa Jawa
berarti benar-benar terjadi, terkabul keinginannya. Mukti berasal dari
bahasa Jawa yang berarti kebahagiaan, berkuasa, disegani, tidak
kekurangan sesuatu.
Ornamen Utama Bergambar Kupu-kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang
indah dan tinggi. Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan
berwarna indah, dan dapat terbang tinggi sebagai simbol pengharapan
yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia
atas dan angin, dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan
simbol sifat adil dan berperikemanusiaan yang diwakili warna putih.

Ornamen Utama Berbentuk Sayap Kupu-kupu


Ornamen Utama Berupa Bangunan Berbentuk Tahta atau
Singgasana
Ornamen singgasana menggambarkan kedudukan dan tahta yang tinggi.
Singgasana sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan derajat
yang tinggi, mulia dan dihormati banyak orang seperti halnya seorang
pemimpin atau raja.
Ornamen Utama Berbentuk Meru
Meru adalah gunung, tanah juga bumi. Ornamen berbentuk gunung
simbol kemegahan, keagungan seperti sebuah gunung yang besar dan
terlihat gagah meskipun tampak dari kejauhan, berasal dari ajaran empat
unsur kehidupan yang disebut sangkan paraning dumadi atau asal mula
kehidupan, disamping api, air dan udara. Pada kebudayaan Hindu Jawa,
meru untuk menggambarkan puncak gunung yang tinggi tempat
bersemayam Dewa-dewi. Meru diwakili oleh warna hitam, jika tidak
terkendali akan memunculkan angkara murka, bila terkendali menjadi
sifat kemakmuran abadi.

Ornamen Utama Berbentuk Bunga


Bunga sebagai simbol keindahan dan kecantikan. Bentuk bunga terdapat
pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena
mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai
pijakan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh
dan kuat pondasi serta pegangan hidupnya, seperti halnya bunga tetap
indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau diterpa angin atau
kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Isen-isen Pada Motif Sidomukti
Isen-isen pada motif berupa titik-titik, gabungan titik dan garis, serta
garis-garis berfungsi mengisi ornamen dan motif atau mengisi bidang
antara motif dan ornamen. Adapun isen-isen pada Sidomukti antara lain:

 Sawut yakni garis-garis lembut yang berjajar rapat sebagai pengisi


dedaunan, ekor burung dan sebagainya.
 Cecekan yakni titik-titik kecil rapat maupun renggang yang
memenuhi bidang ornamen.
 Ukel yakni lingkaran kecil mengeriting dan sebagainya yang
menyerupai.
 Cecek pitu yakni titik-titik yang mengumpul berjumlah tujuh buah
biasanya berbentuk melingkar.

Warna pada kain Sidomukti adalah warna soga atau coklat merupakan
warna batik klasik atau seperti aslinya, yang dimaksud seperti aslinya
yaitu Sidomukti merupakan perkembangan motif batik Sidomulya latar
putih berasal dari zaman Mataram Kartasura, diganti dengan latar ukel
oleh Paku Buwono IV.
Pada awalnya warna soga sebagai pengganti warna oranye yakni
perpaduan antara merah dan kuning. Sebelum terdapat pewarnaan kimia,
warna pada kain batik menggunakan pewarnaan alami dari
tumbuhtumbuhan yang hanya dapat menghasilkan warna merah
kecoklat-coklatan yang mendekati oranye. Warna merah kecoklatan di
dapat dari kulit pohon mengkudu, tingi, tegeran, jambal dan sebagainya
disebut dengan soga.
Unsur warna merah dalam konsep kiblat papat lima pancer
melambangkan hawa nafsu, yang dimaksud hawa nafsu bukan hanya
berhubungan dengan keburukan tapi juga dapat diartikan sebagai hawa
nafsu untuk melakukan perbuatan baik dengan semangat yang tinggi dan
gagah berani

2. Motif Batik Sidoluhur


Batik Sidoluhur

Kain batik ini mempunyai makna dan penggunaan yang sama dengan
kain batik sidomukti dalam upacara lurub layon yaitu sebagai alas
berbaring jenazah, perbedaannya hanya sedikit saja yaitu pada pengisian
dan warna latar. Latar pada kain batik ini bewarna hitam, dan hanya
dipakai dalam upacara pemakaman dan upacara sadranan, yang berarti
untuk menghormat pada leluhur (arwah).
Unsur motif yang terdapat pada batik sidoluhur ini adalah sebagai
berikut :
Ornamen utama bangunan/ tahta
Ornamen bangunan/ tahta menggambarkan kedudukan dan tahta yang
tinggi. Singgasana sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan
derajat yang tinggi, mulia dan dihormati banyak orang seperti halnya
seorang pemimpin atau raja.
Ornamen utama Garuda/ Lar
Ornamen Garuda/ lar digambarkan dengan bentuk garuda satu sayap
seperti gambaran dari samping, dengan bentuk sayap tertutup. Motif ini
melambangkan Matahari dan tatasurya. Melambangkan tentang watak
surya brata atau watak matahari, yaitu melambangkan sifat ketabahan.
Ornamen Utama Burung
Digambarkan dengan bentuk tipe burung merak yang sederhana dan
kadang-kadang seperti kupu-kupu. Motif ini melambangkan tentang dunia
atas atau udara, melambangkan sifat bayu brata atau anila brata, yaitu
watak luhur yang tidak ditonjol-tonjolkan.
Ornamen utama Bunga
Bunga sebagai simbol keindahan dan kecantikan. Bentuk bunga terdapat
pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena
mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai
pijakan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh
dan kuat pondasi serta pegangan hidupnya, seperti halnya bunga tetap
indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau diterpa angin atau
kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Ornamen utama Baito/ Kapal
Barang yang bergerak pada air, dapat dianggap lambang dari pada air
atau banyu. Pada motif yang lain air ini dilambangkan dengan binatang-
binatang yang hidup dalam air, seperti katak, ular, siput, dan sebagainya.
Melambangkan kelapangan hati, ketenangan.
Ornamen utama Kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang
indah dan tinggi. Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan
berwarna indah, dan dapat terbang tinggi sebagai simbol pengharapan
yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia
atas dan angin, dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan
simbol sifat adil dan berperikemanusiaan yang diwakili warna putih.
Ornamen tumbuhan
Ornamen tumbuhan digambarkan sebagai bentuk lung-lungan yang
mengisi bidang dan mengelilingi ornamen pokok lainnya, sebagai
ornamen pengisi
Isen-Isen Pada Motif Batik Sidoluhur
Isen-isen pada motif berupa titik-titik, gabungan titik dan garis, serta
garis-garis berfungsi mengisi ornamen dan motif atau mengisi bidang
antara motif dan ornamen. Adapun isen-isen pada Sidoluhur antara lain:

 Sawut yakni garis-garis lembut yang berjajar rapat sebagai pengisi


dedaunan, ekor burung dan sebagainya.
 Cecekan yakni titik-titik kecil rapat maupun renggang yang
memenuhi bidang ornamen.
 Cecek pitu yakni titik-titik yang mengumpul berjumlah tujuh buah
biasanya berbentuk melingkar
Warna pada kain Sidoluhur adalah warna soga atau coklat. Pada awalnya
warna soga sebagai pengganti warna oranye yakni perpaduan antara
merah dan kuning. Sebelum terdapat pewarnaan kimia, warna pada kain
batik menggunakan pewarnaan alami dari tumbuh-tumbuhan yang hanya
dapat menghasilkan warna merah kecoklat-coklatan yang mendekati
oranye. Warna merah kecoklatan di dapat dari kulit pohon mengkudu,
tingi, tegeran, jambal dan sebagainya disebut dengan soga.
Unsur warna merah dalam konsep kiblat papat lima pancer
melambangkan hawa nafsu, yang dimaksud hawa nafsu bukan hanya
berhubungan dengan keburukan tapi juga dapat diartikan sebagai hawa
nafsu untuk melakukan perbuatan baik dengan semangat yang tinggi dan
gagah berani.
Batik ini dalam tradisi jawa dipakai untuk semua golongan tua dan muda.

3. Batik Parang Kusumo (Kusuma)

Batik Parang Kusumo artinya secara literal sangat indah. Seperti yang
sudah saya bahas sebelumnya, Parang itu artinya lereng. Nah, Kusumo /
Kusuma itu artinya adalah “bunga”. Sehingga apabila digabungkan
artinya menjadi lereng yang berbunga. Bagus kan?

Batik Parang Kusumo


Karena artinya adalah bunga, makna dari motif Parang Kusumo ini
berhubungan harumnya nama seseorang. Jadi ketika manusia hidup,
sebaiknya ia berjuang pantang menyerah dan bekerja dengan gigih,
sampai lahir dan batinnya harum seperti bunga. Dalam budaya Jawa
keharuman nama seseorang adalah sesuatu yang sangat penting, jangan
sampai meninggalkan norma dan tata krama yang ada. Jangan sampai
kepribadian yang harum hanya tinggal nama dan tertimpa bencana lahir
dan batin.

Batik Parang Kusumo jenis lain

Hal ini memang pada kehidupan sulit untuk direalisasikan, namun pada
umumnya orang Jawa selalu berharap dan berusaha hidup yang
sempurna lahir dan batin. Namun rasanya, semua suku di Indonesiapun
begitu ya?

4. Batik Motif Truntum

Barangkali bukan pengetahuan yang baru bagi para pecinta batik, bahwa
motif truntum memiliki makna yang sakral. Ia melambangkan cinta yang
bersemi kembali. Di dalam batik truntum, tersimpan realita, CLBK tidak
hanya terjadi pada mereka yang pacaran, tapi juga yang telah menikah.
Mengingat bahwa kadang yang asli justru cepat layu, seperti halnya
bunga, maka kita mesti sanggup membuatnya tetap tumbuh dan
berbunga sepanjang waktu.
Hal itu bermula pada sejarah ketika batik jenis truntum ini pertama kali
diciptakan. Sekitar tahun 1749–1788 M, seorang permaisuri bernama
Ratu Kencono atau Ratu Beruk, merasa diabaikan oleh suami karena
kesibukan dan sebab ia harus memerhatikan selir barunya. Ratu Kencono
yang merupakan permaisuri Paku Buwono III Surakarta Hadiningrat itu,
mendekatkan diri pada Sang Pemberi Hidup pada suatu malam. Hingga
datanglah sebuah gagasan. Katakanlah semacam inspirasi. Ia melihat
langit yang cerah dan bertabur bintang, dan kerlip bintang itulah yang
menemani kesepiannya. Ia pun mencium harum bunga tanjung
berjatuhan di kebun persinggahannya sebagai bagian dari ide. Ia terus
berupaya mendekatkan diri pada Tuhan sambil mulai membuat karya
batiknya demi mengisi kekosongan. Membatik baginya seperti halnya
berdzikir.

Selang berapa lama kemudian, sang raja menemukan permaisurinya


tengah membatik sebuah kain yang indah. Hari demi hari, sang raja pun
memerhatikan kesibukan baru sang permaisuri dan kain indah yang
dihasilkan. Teriring juga perasaan kasih sayang yang kembali muncul.
Itulah mengapa banyak yang menyebut truntum sebagai simbol cinta raja
yang bersemi kembali.

Secara etimologi, truntum itu sendiri berasal dari isitlah teruntum–


tuntum (bahasa Jawa) artinya tumbuh lagi. Taruntum memiliki arti
senantiasa bersemi dan semarak lagi. Batik truntum memiliki pola yang
halus dan sederhana. Bermotif seperti taburan bunga-bunga abstrak
kecil, atau menyerupai kuntum bunga melati. Terkadang berbentuk
seperti bintang yang bertaburan di langit. Dilihat dari bentuknya,
tentunya butuh waktu sangat lama melukiskan motif truntum dalam
selembar kain. Motif truntum menggambarkan bunga dilihat dari depan
terletak pada bidang berbentuk segi empat. Biasanya menggunakan
warna hitam sebagai dasar.
Karena nilai sejarah dan ajaran moralnya, motif truntum menjadi salah
satu jenis pola batik terkenal di Solo—tempat asal motif batik ini
diciptakan pertama kali. Motif tersebut akhirnya menjadi populer di Pulau
Jawa. Termasuk juga di daerah Pekalongan.

Hingga hari ini, motif batik yang bermakna kesetiaan itu, akan kita
temukan dalam upacara perkawinan adat tradisional, baik di Yogyakarta
maupun Solo. Sebab membawa pesan dan harapan: bahwa kelak kedua
mempelai dapat menjalani hidup dengan harmonis dan langgeng.
Masyarakat kebudayaan Jawa memiliki ajaran demikian: dalam
perkawinan, keluarga inti yang berjalan damai akan berpengaruh positif
pada hubungan yang rukun antarkeluarga, dan juga mempengaruhi
hubungan yang selaras dengan masyarakat di sekitarnya. Dan dalam
hubungan yang harmoni tersebut, pengaruh penting juga berasal dari
hubungan personal terhadap Tuhan. Seperti halnya ketika inspirasi itu
muncul yang dimulai ketika sang permaisuri yang memohon petunjuk
kepada Tuhan dalam kesunyiannya. Hingga proses membuatnya yang
tentu dengan sabar dan telaten, hingga diibaratkan seperti menjaga
sebuah hubungan dalam pernikahan.

Biasanya batik jenis truntum ini dipakai oleh pengantin perempuan dalam
acara midodareni, dipakai juga pada acara panggih. Di samping itu, batik
tersebut juga digunakan sebagai kain oleh kedua orang tua mempelai
ketika resepsi pernikahan, sebagai wujud bahwa orang tua berperan
penting dalam memberi pengetahuan dan menuntun anak-anaknya ke
gerbang rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah.
Sayang di zaman sekarang batik yang menyimpan makna filosofi itu pun
semakin dilupakan. Digantikan oleh kain jenis modern dan praktis, hingga
masyarakat pun lama-kelamaan melupakan pesan penting yang hendak
disampaikan nenek moyang terdahulu.
5. Kain Songket Motif Gajah

Motif Ragam Hias Gajah


Ragam hias gajah merupakan salah satu bentuk ragam hias fauna atau
hewan. Ragam hias ini menggunakan gajah sebagai objek utama. Motif
ragam hias fauna khususnya gajah ini merupakan ragam hias yang
biasanya berasal dari Lampung
Gambar di atas merupakan salah satu contoh motif ragam hias gajah.
Ragam hias fauna di atas diselingi dengan ragam hias lain yaitu ragam
hias flora. Gajah sebagai objek utama umumnya diambil untuk
mengenalkan kearifan lokal daerah khususnya daerah Lampung. Ragam
hias ini dapat ditemukan pada kain sulam, kain tenun, maupun anyaman.
benang perak.

6. KainSongket Motif Kerbau


Motif ragam hias hewan atau lebih dikenal sebagai ragam hias fauna.
Ragam hias jenis ini menggunakan hewan sebagai objek pembuatan
motif. Namun, kadang kala motif ragam hias hewan tidak sepenuhnya
menggunakan objek hewan, di kombinasikan dengan beberapa motif lain.
Hewan sebagai objek umumnya telah mengalami perubahan visualisasi.
Gambar di atas merupakan salah satu jenis motif ragam hias fauna
dengan hewan yang digunakan sebagai objek adalah jerapah, gajah, dan
sapi. Motif di atas juga merupakan campuran dari beberapa motif lain
seperti motif ragam flora dan motif geometris pada bagian tepi. Hal
tersebut membuat ragam hias semakin cantik dan elok.

7. Kain Songket Motif Swastika

Motif Ragam Hias Geometris


Ragam hias geometri merupakan salah satu jenis motif ragam hias tertua
sejak zaman prasejarah. yang berupa pengembangan dari bentuk-bentuk
geometris kemudian di modifikasi atau di percantik sesuai selera dan
imajinasi sang kreator. Motif ini banyak diterapkan pada kain tenun, kain
sulam, kain bordir, kerajinan tangan, dan lain sebagainya.
Gambar di atas merupakan salah satu contoh dari motif ragam hias.
Ragam hias terbentuk dari campuran beramacam unsur garis mulai dari
garis lurus, garis lengkung, zig zag, spiral, layang-layang, lingkaran,
persegi panjang, segi empat, trapesium, jajar genjang, belah ketupat
yang disusun berulang-ulang membentuk satu motif bernama geometris.
Beberapa ragam hias nusantara yang dikenal ialah motif ceplok, motif
gonggong, motif parang dan lereng, motif banji, swastika (berbentuk
dasar huruf Z yang berlawanan), pilin (berbentuk dasar huruf S),
meander (bentuk dasar huruf T), kawung (bentuk menyerupai buah aren
yang dipotong melintang), dan tumpat (berbentuk segitiga sama kaki).

Anda mungkin juga menyukai