Anda di halaman 1dari 12

FLORA DAN FAUNA YANG TERDAPAT PADA ARCA DAN RELIEF

DI SITUS CANDI BUMI AYU

Disusun Oleh :

Nama : Kurnia Pratama

NIM : 06041381520038

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena atas izin dan kehendakNya juga
makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia 1 adapun yang kami
bahas dalam makalah ini mengenai FLORA DAN FAUNA YANG TERDAPAT PADA ARCA
DAN RELIEF DI CANDI BUMI AYU.

Dalam penulisan makalah ini kami menemukan berbagai hambatan yang


dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal yang berkenaan dengan
penulisan makalah ini, oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterimakasih kepada dosen
pengampuh mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia 1 Ibu Dr. Hudaidah, M.Pd. yang telah
memberikan limpahan ilmunya yang sangat berguna bagi kami untuk menyelesaikan
makalah ini semaksimal mungkin, dan kami ucapkan juga terimakasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari kemampuan kami yang masih kurang sempurna dalam pembuatan
makalah ini dan kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil terbaik
dalam menyelesaikan makalah imi, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang, kami juga
mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Palembang, Desember 2018

Kurnia Pratama
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ……………………………………………………………….............

PEMBAHASAN …………..………………………………….………………..............

- FLORA DAN FAUNA YANG TERDAPAT PADA ARCA BUMI AYU

KESIMPULAN …………..………………………………….…………….…............

DAFTAR PUSTAKA …………..………………………………….………………..............


PENDAHULUAN

Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang
beragam di setiap kabupatennya. Sumatera Selatan merupakan provinsi yang terletak di
bagian Selatan pulau Sumatera. Masyarakat Sumatera Selatan sangat menjaga hubungan
sosial karena didasari oleh semangat kebangsaan, walaupun dalam kehidupan sehari-hari
sangat dipengaruh adat istiadat. Rumah adat yang terdapat di Sumatera Selatan yaitu
rumah limas serta suku yang mendiami wilayah Sumatera Selatan yaitu suku Melayu yang
terdiri dari Melayu Palembang, Pasemah, Lematang, Empat lawang, Musi Banyuasin serta
Semendo selain suku Melayu terdapat juga suku Jawa Komering serta Sunda. Sehingga
dapat membuat kebudayaan Sumatera Selatan menjadi kaya serta unik. Budaya Sumatera
Selatan banyak peninggalan sejarah yaitu candi Bumiayu yang terletak di desa Bumiayu
Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Candi Bumiayu merupakan peninggalan
kebudayaan Hindu yang tersingkir oleh kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha dan lari
kepedalaman pada abad 9 Masehi dan mendirikan bangunan suci keagamaan.

Situs Bumiayu yang merupakan salah satu bukti kejayaan agama Hindu di Sumatera
Selatan. Di situs Bumiayu terdapat tiga kompleks percandian beserta komponennya. Di
kompleks percandian Bumiayu 1 dan 3 banyak arca dewa, hewan dan ukiran tumbuhan
atau fauna. Selain candi dan arca candi Bumiayu juga ditemukan keramik
asing.Berdasarkan keberadaan temuan-temuan tersebut diduga dahulu merupakan atau
memiliki hubungan dagang dan kesenian Kemudian dalam sejarah masa kerajaan Sriwijaya
para penguasa keagamaan dan kesenian banyak didirikan 58 percandian pembuatan arca
untuk peribadatan.Termasuk di dalamnya kompleks percandian Bumiayu yang mendapat
dukungan dengan penguasa Sriwijaya. Kompleks percandian Bumiayu selain mendapat
pengaruh agama Budha ada juga yang mendapat pengaruh aliran Tantrayana yang
termasuk dalam aliran Budha Mahayana yang mempunyai bahwa seorang penganut dalam
mencapai moksa (pelepasan dari keduniawian) dengan menggunakan sihir dan
mengucapkan mantra-mantra.Hal ini yang mempengaruhi keunikan dari candi Bumiayu
karena dipengaruhi oleh dua atau tiga aliran kepercayaan dalam suatu kompleks
percandian. Yang terpenting yang akan dibahas adalah motif flora dalam percandian
Bumiayu yang memiliki kesamaan dengan candi yang ada di Jawa Kegiatan ekskafasi
(penggalian tanah yang dilakukan secara sistematis) yang dilakukan di candi Bumiayu 3
terdapat hiasan motif flora yang dipahatkan pada bangunan candi. Motif ini beragam
walaupun pada dasarnya hanya sulur atau bonggol yang dipahatkan yaitu pada variasi satu
dipahatkan pada antefik berpuncak tiga dengan ukuran 22 cm lebar 16 cm dan tebal 14 cm.
Penggambaran ragam hias ini didominasi oleh sulur daun yang rangkaian hiasnya
ditempatkan secara berurutan dari bawah ke atas yaitu diawali ragam hias bonggol yang
menyerupai vas bunga dan kemudian diakhiri hiasan sulur daun bercabang dua yang
menjalari sehingga memenuhi bagian atas dan samping badan hiasnya.
PEMBAHASAN
Ragam hias pada candi Bumiayu disusun dari beberapa motif yang telah dipolakan
hingga membentuk satu kesatuan. Motif-motif yang diterapkan pada ragam hias candi
tersebut adalah motif tumbuh-tumbuhan yang pada umumnya mengacu pada alam seperti
kumpulan daun, rangkaian bunga, karena mendapatkan sugesti dari alam, dan pada
dasarnya dapata diklasifikasikan ke dalam 2 motif yaitu : (a) motif tumbuh-tumbuhan (flora)
dan (b) motif binatang (fauna).

A. MOTIF TUMBUH-TUMBUHAN (FLORA)


Ada beberapa motif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Motif Bunga Teratai

Bunga teratai memiliki peran yang penting,yang kuntum bunganya merah disebut
padma yang biru disebut utpala dan yang putih disebut kumuda. Motif hias bunga teratai
melambangkan kemurnian dan kesucian dalam kepercayaan Bhudda teratai juga
merupakan simbol kemurnian karena muncul tidak tercela meskipun dari dalam lumpur.
Delapan helai mahkota bunganya merupakan simbol delapan sikap kesusilaan.
Di China motif bunga hias teratai banyak digunakan dan merupakan lambang lima
buah tanda pengenal mengenai perwujudan, yakni pikiran perasaan, penglihatan,
kebijaksanaan, dan kesadaran.
2. Motif Bunga Antefiks
Hiasan antefiks ini biasanya terdapat di bagian atap candi yang berdasarkan
keletakannya dapat dibagi menjadi antefiks sisi dan antefiks sudut. Pada beberapa
bangunan candi, antefiks atau simbar ini juga ditemukan pada bagian dasar candi,
diperkirakan menghiasi atap candi.

3. Motif Bunga Matahari

Motif bunga matahari pada candi bumi ayu memiliki makna dan filosofi tersendiri.
Filosofi bunga matahari pada ukiran candi Bumi Ayu memiliki arti kesetiaan, dan juga
memiliki arti kehangatan dan juga kebahagiaan

4. Motif Daun Sulur


Ragam hias sulur variasi 1
Gambar diatas merupakan bentuk penggambaran motif ragam hias berbentuk
figur manusia berdiri kangkang dipenuhi dengan lidah api terletak pada dinding kaki
sebelah kanan pintu utama masuk Candi Bumiayu III.
Ragam hias sulur variasi 1 di atas memiliki motif yang terdiri dari;
1. Motif utama adalah motif manusia berdiri kangkang.
2. Motif selingan atau motif pendukungnya adalah motif hias lidah api yang mendukung
motif utama.
3. Motif isen adalah motif hias lidah api yang terdapat pada bagian bawah kangkang
motif figur manusia.

Ragam hias sulur variasi 2

Pada motif ragam hias sulur variasi 2 di atas letaknya pada dinding kaki sebelah
kiri pintu utama masuk Candi Bumiayu III dan ragam hias sulur dan bunga variasi 2
tersebut patah di bagian sudut kiri bawah. Ragam hias sulur variasi 2 merupakan ragam
hias distilasikan dengan berbagai gaya yang memenuhi bidang dengan komposisi
membentuk keseimbangan, keselarasan, dan kesatuan. Adanya penggambaran bunga
berkelopak empat yang sedang mekar merupakan penarik suatu kekuatan/energi dari
empat mata angin yaitu utara, selatan, barat dan timur dan berdampingan dengan motif
hias permata serta motif hias sulur daun membentuk sebuah harmonisasi yang selaras
dan indah.
Ragam hias sulur variasi 2 di atas memiliki 4 motif yang terdiri dari;
1. Motif utamanya adalah motif bunga berkelopak empat.
2. Motif selingan atau motif pendukung adalah motif hias permata yang mendukung motif
utama.
3. Motif isen adalah motif hias sulur daun yang terdapat pada bagian atas motif bunga
berkelopak empat dan motif hias permata.
Ragam hias sulur variasi 3

Berkaitan dengan motif ragam hias sulur variasi 3 pada dinding kaki bagian
belakang candi diatas merupakan perpaduan dari beberapa motif yang disusun mengisi
seluruh bidang empat persegi panjang.

Ragam hias sulur variasi 3 memiliki enam kelopak bunga yang mekar dengan
jenis motif sulur yang berbeda dan merupakan motif yang digayakan sehingga
menambah penampilan yang indah dan kesemuanya dari variasi 1, 2 dan variasi 3
merupakan seolah menarik energi/kekuatan bagi penikmat maupun bagi senimannya
yang tujuannya adalah merupakan bentuk dari penggambaran agar kita sesama manusia
selalu mendapat berkah dan anugerah dari sang Pencipta, memiliki kekuatan iman untuk
menuju kehidupan yang abadi sesuai keyakinan dan kepercayaan terhadap agama yang
dipanut.

B. MOTIF BINATANG (FAUNA)

1. Motif Burung Nuri


Penggambaran motif ragam hias binatang dihadirkan secara stilasi melalui pola-
pola motif, pahatan dalam bentuk binatang yang ditemukan seluruhnya berbentuk burung
nuri variasi pertama menggambarkan burung nuri dalam posisi terbang dan variasi kedua
menggambarkan burung nuri dalam posisi hinggap tetapi dengan sayap masih
mengembang.
Ragam hias burung nuri memiliki tiga motif yaitu;
1. Motif utamanya adalah motif hias burung nuri.
2. Motif selingan atau motif pendukung adalah motif hias stilasi ekor bentuk motif daun.
3. Motif isen adalah motif hias tangkai bentuk busur.
Motif ragam hias burung nuri merupakan isyarat untuk sesama manusia yang
terdiri dari beberapa suku dan adat yang berbeda-beda, tersebar luas diseluruh
nusantara yaitu dari Sabang sampai Merauke, mengajak untuk saling bekerja sama,
gotong royong, saling sayang menyayangi, berkomunikasi dalam bidang apapun yang
sifatnya sama-sama menguntungkan dan saing pada hal-hal yang positif.
2. Arca Nandi

Arca Nandi berwujud seekor lembu. Tokoh ini merupakan kendaraan dewa siwa.
Posisi arca digambarkan sedang mendekam dengan kaki bagian depan dan belakang
yang terlipat. Sebuah punuk terdapat dipunggungnya, dengan lehernya dihiasi kalung
manik-manik yang berjumlah 24 buah. manik-manik ini diselingi dengan untaian yang
berbentuk hati dan bulat-bulatan.
3. Motif Ular

Makna simbol ular dalam agama Hindu yaitu :

1. Ananta (kekekalan)
Dalam Bhagavadgita, Ananta atau Adisesha adalah ular ilahi yang tidak terbatas
dengan lilitan tak berujung dilautan, dimana Ananta terlibat materialitas abadi yang
tak terbatas atau energi dasar (Prakriti). Ananta juga dikenal dengan nama Adisesha.
Oleh karena itu, dewa Wisnu disebut Anantasayana (yang melawan diatas naga
Ananta).

2. Benang suci dan ornamen keilahian


Dalam gambar dewa-dewi Hindu, seperti Ganesha, ular digambarkan sebagai
benang suci. Benang dalam bentuk tubuh dari tubuh, pengetahuan, kesempurnaan,
dan ketahanan diri.
KESIMPULAN

Candi Bumiayu, Kabupaten Muara Enim merupakan peninggalan masa Kerajaan


Sriwijaya. Pada dasarnya dilatari oleh agama Hindu-Budha mulai abad ke-7 Masehi dan
dilatarbelakangi oleh kebudayaan Hindu-Budha.

Dilihat dari konteks, struktur bangunan Candi Bumiayu mengandung pengertian


bahwa di dalam candi terdapat suatu pengorganisasian, perataan yang secara kontruksi
menghasilkan keutuhan bentuk atau hubungan yang bermakna (relevan) antar bagian,
sehingga tercipta suatu keseimbangan (balance) seperti juga halnya pada bangunan-
bangunan lainnya.

Ditinjau dari konteks fungsional dan pemaknaannya mengalami perubahan yang


awalnya hanya berupa simbol keagamaan yang kemudian menjadi sesuatu pemenuhan
kebutuhan estetika.
DAFTAR PUSTAKA

Sondang Martini Siregar Interview., 20 November 2018


Flora dan Fauna yang terdapat pada Arca dan Relief di Situs Candi Bumi Ayu, Candi Bumi Ayu
Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Pali.

Balai Arkeologi Palembang., 2018. Keterangan Patung Nandi di Museum Balaputra Dewa.
Kunjungan di Museum Balaputra Dewa Palembang, 7 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai