Anda di halaman 1dari 19

MOTIF PADA CANDI PRAMBANAN

Oleh

Nesya Mevinda Azbarienni


Fakultas Pendidikan Seni dan Desain
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak. Setiap candi memiliki motif dan coraknya sendiri. Dan motif itu adalah salah satu yang
membuat candi itu memiliki ciri khasnya tersendiri. Selain motif, dari entuk bangunan, arsitektur
juga coraknya memiliki ciri khas tersendiri. Kali ini saya akan membahas mengenai motif/ornamen
yang ada dalam candi prambanan sebagai candi peninggalan bercorak Hindu.

Kata Kunci: Candi, Corak, Motif, Hindu, Ornamen.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bangsa Indonesia ini tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang
melimpah, tetapi juga keindahan alam yang memiliki daya tarik yang mengagumkan. Contohnya
terdapat terdapat bangunan yang disebut dengan candi. Candi merupakan sebuah bangunan
peninggalan dari peradaban agama Hindu di Indonesia yang saat ini masih terpelihara dan
merupakan tempat beribadah orang-orang yang beragama Hindu. Bangunan ini digunakan sebagai
tempat pemujaan dewa-dewi ataupun memuliakan Budha. Ada berbagai jenis candi yang bercorak
Budha di Indonesia diantaranya Candi Sewu dan Candi Borobudur. Sedangkan candi yang
bercorak Hindu di Indonesia diantaranya Candi Jago, Candi Bedongsongo, Candi Dieng, Candi
Penataran, Candi Singasari, Candi Kidal, Candi Perambanan, dan lain sebagainya. Salahsatu candi
yang ada di Indonesia adalah Candi Perambanan.
Candi Perambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar dan termegah di
Indonesia yang dibangun pada abad ke-19 Masehi tepatnya tahun 778 tahun Saka. Letaknya sangat
unik, Candi Perambanan terletak di wilayah administasi Desa Bokohavjo, Kecamatan
Perambanan, Kabupaten Seleman, Jawa Tengah. Sedangkan pintu masuk Candi Perambanan ini
terletak di wilayah administrasi Desa Tlogo, Kecamatan Perambanan, kabupaten Klaten, Jawa
Tengah. Ditemukan nama pikatan pada candi ini dibangun oleh rakai pikatan yang kemudian
diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan Prasasti Siwargha sebagai manifest politik untuk
meneguhkan kedudukannya sebagai Raja yang besar.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, harus bisa melestarikan
Candi Prambanan dengan mengenal candi ini lebih jauh lagi. Sehingga, kita bisa menyadari betapa
pentingnya warisan budaya bangsa kita ini.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja motif yang ada pada Candi Prambanan?


2. Apa makna motif-motif yang ada pada Candi Prambanan?

PEMBAHASAN

A. MOTIF ORNAMEN CANDI PRAMBANAN

Motif ornamen yang dipahatkan di Candi Prambanan adalah sangat mewah dan beraneka
ragam. Motif ini dikelompokkan menjadi: Motif Prambanan, flora, fauna.

 MOTIF PRAMBANAN
Terletak di antara bingkai bawah dan atas pagar langkan bagian luar kaki candi atau dinding
luar kaki candi. Motif ini salah satu keistimewaan terdapat di Candi Prambanan, dan tak ada
duanya pada candi-candi lain di Indonesia.
Pahatan dengan tingkat kehalusan yang tinggi dan imajinasi yang luar biasa berjumlah 135
panel, mengelilingi masing-masing pagar langkan di setiap bangunan candi yang ada di halaman
pusat:
 Candi Siwa – 32 panel
 Candi Brahma – 23 panel
 Candi Nandi – 19 panel
 Candi A (Garuda) – 19 panel
 Candi B (Angsa) – 19 panel

Di dalam satu motif Prambanan terdapat 3 relung berisi tokoh singa dalam posisi duduk
diapit 2 pohon Kalpataru. Unsur baku motif ini dibagi menjadi 2:
relung berisi ornamen Kalpataru dan pelengkapnya,
dan relung berisi singa dalam posisi duduk.

a. MOTIF FLORA
Motif dunia tumbuhan banyak terdapat di kaki maupun tubuh bangunan Candi Prambanan
berupa daun pepohonan dalam gaya naturalis, yang dibagi dalam:
Sulur-suluran, motif ini adalah hasil penggayaan daun padma. Bagian daun distilasi dan
dibelah sehingga menjadi bentuk ikal dan ujungnya berbalik ke arah berlawanan. Ada 3 variasi
sulur-suluran:
 Sulur yang keluar dari jambangan menjulur dan melingkar ke kanan kiri, banyak terdapat
di dinding kaki Candi Siwa bagian dalam, dinding luar kaki Candi Wahana, Candi Apit
dan Candi Perwara.
 Sulur yang keluar dari binatang, yakni dari mulut singa yang terbuka agak lebar, bentuknya
menjulur melingkar-lingkar banyak terdapat di pipi tangga masuk bagian luar Candi
Brahma, Candi Wisnu dan Candi Apit. Singa dalam posisi duduk. Sedangkan sulur lain
adalah sulur yang keluar dari atas kepala rusa, melingkar-lingkar memenuhi pintu penampil
Candi Siwa. Rusa dalam posisi berbaring dengan keempat kakinya ditekuk.
 Sulur yang keluar dari padmamula yang menyerupai bonggol, bentuknya lingkaran-
lingkaran ke atas yang terdapat di dinding bilik pintu dan tubuh Candi Siwa. Sulur ini
menciptakan kesan bangunan kelihatan langsing.
Ceplok Bunga, relief bunga mekar dengan kelopak secara utuh. Mahkota bunga berbentuk
bulat dengan garis petak-petak di dalamnya. Motif ini biasanya menghiasi bidang tegak maupun
pelengkap pada motif yang berdiri sendiri seperti motif Prambanan. Banyak terdapat di bagian
kaki dan tubuh Candi Siwa, Brahma dan Wisnu.
Kertas Tempel atau sering disebut motif permadani. Bentuknya merupakan hasil
penggayaan dari bunga teratai sehingga berbentuk subang. Keteraturan penyusunan dan
keseimbangan antara jarak masing-masing motif ini memberi kesan indah pada bidang bujur
sangkar. Motif ini terdapat di pintu bagian kanan kiri Candi Siwa.
Bunga Teratai terdiri dari 3 variasi, yakni: teratai merah (padma), teratai biru (utpala) dan
teratai putih (kumuda). Motif ini tidak berdiri sendiri di satu panel, melainkan selalu terkait dengan
relief atau adegan lain, misal bunga teratai lambang Dewi Sita, Dewa Lokapala dan motif
Prambanan. Seorang ahli dari negeri Belanda, van der Hoop menguraikan ketiga variasi itu.

b. MOTIF FAUNA
Motif binatang hanya terdapat di kaki Candi Siwa, Wisnu, Brahma, Wahana dan Apit.
Motif ini dalam gaya naturalis sebagai pelengkap dan pendukung motif lain seperti motif sulur-
suluran dan relief Ramayana, untuk jenis binatang: angsa, anjing, ayam, bajing, buaya, elang,
gajah, ikan, harimau, kadal, kakak tua, kalajengking, katak, kera, keledai, keong, gagak, kepiting,
kuda, merpati, burung, nuri, rusa, sapi, tikus, singa, dan ular.

o Candi siwa
Sebagaimana filosofi agama Hindu, Dewa Siwa adalah dewa perusak yang sangat ditakuti,
maka Candi Siwa adalah candi terbesar dan terpenting di dalam kompleks Candi Prambanan, yang
letaknya berada di tengah-tengah antara Candi Brahma dan Candi Wisnu berhadapan dengan candi
Nandi, kendaraannya, di halaman I dengan luas dasar 34 m² dan ketinggian 47 meter.
Tokoh-tokoh arca dewa yang terdapat di Candi Siwa adalah: arca Siwa Mahadewa di dalam
bilik yang menghadap ke timur atau pintu utama, arca Agastya atau Siwa Mahaguru di dalam bilik
yang menghadap ke selatan, arca Ganesha di dalam bilik yang menghadap ke barat, dan arca istri
Siwa, Dewi Durga Mahisasuramardhini atau Rara Jonggrang di dalam bilik yang menghadap ke
utara. Ada pula arca dewa Mahakala, Nandiswara, arca Dikpalaka atau Lokapala, arca Penari dan
Pemusik. Secara pradaksina atau berjalan menganankan candi dari pintu utama, dapat diikuti kisah
Ramayana yang termashur berupa peziarahan Rama di dunia sebagai jelmaan Dewa Wisnu
(Ramachandra avatara). Relief ini diukir indah di dinding langkan sebelah dalam. Urutan kisah
selanjutnya dipahatkan di Candi Brahma, sisi selatan Candi Siwa. Sebagai candi Hindu terindah
dan termegah, Candi Siwa memaparkan pahatan relief ragam hias dekoratif dalam berbagai motif
di dinding-dinding dan kakinya.

o Candi brahma
Letaknya di sisi selatan Candi Siwa menghadap ke timur. Luas dasar 20 m² dan tinggi 37
m. Secara pradaksina atau berjalan menganankan candi dari pintu utama, dapat diikuti lanjutan
kisah Ramayana yang termashur berupa peziarahan Rama di dunia sebagai jelmaan Dewa Wisnu
(Ramachandra avatara), cerita yang bermula di Candi Siwa. Relief ini diukir indah di dinding
langkan sebelah dalam. Di dalam bilik satu-satunya terdapat arca Dewa Brahma, atau yang sering
disebut Svayambhu, dewa pencipta dunia (uttpati). Istri atau sakti-nya bernama Saraswati, dewi
kecantikan dan kesenian. Data arkeolog menerangkan bahwa arca Brahma tidak banyak
ditemukan, hal ini membuktikan bahwa Dewa Brahma tidak banyak penganutnya di dalam
masyarakat Jawa Kuno.
Karena kedudukannya sebagai pencipta dunia, dipandang pekerjaannya sudah selesai maka
Dewa Brahma tidak ditakuti sebagaimana Dewa Siwa. Kendaraannya adalah seekor angsa.
Memiliki empat wajah dengan roman muka bahagia dan penuh kedamaian, mata tertutup sebagai
gambaran dalam suasana meditasi. Keempat wajahnya menunjukkan ke-empat Weda yang
terdapat dalam kitab agama Hindu:
 Rig Weda – menghadap ke timur
 Yajur Weda – menghadap ke selatan
 Sama Weda – menghadap ke barat
 Atharwa Weda – menghadap ke utara
Sebagai komponen candi Hindu terindah dan termegah di kompleks Candi Prambanan,
Candi Brahma memaparkan pahatan relief ragam hias dekoratif dalam berbagai motif di dinding
dan kakinya.

o Candi wisnu
Letaknya di sebelah utara Candi Siwa menghadap ke timur. Luas dasarnya 20 m² dan tinggi
37 m. Sebagai komponen candi Hindu terindah dan termegah, Candi Wisnu memaparkan pahatan
relief ragam hias dekoratif dalam berbagai motif di dinding-dinding dan kakinya. Hiasan dinding
luarnya sama dengan Candi Brahma. Kendaraannya adalah burung garuda bernama, Suparna. Di
dalam Kitab Rig Weda, Suparna adalah atribut matahari, yang menunjukkan asal-usul Wisnu
sebagai Dewa Matahari, mempunyai istri atau sakti, Laksmi atau Dewi Sri (Dewi Kebahagiaan).
Dewa Wisnu sebagai Dewa pemelihara, penyelenggara dan pelindung dunia ia digambarkan selalu
siap menghadapi marabahaya. Upaya pemberantasan kejahatan yang akan menghancurkan dunia,
Wisnu selalu turun ke dunia dalam bentuk penjelmaan (avatara) sesuai dengan jenis
marabahayanya. Menurut Kitab Bagawatapurana terdapat dua puluh dua avatara Wisnu,
sedangkan dalam naskah lain disebutkan ada dua puluh empat avatara (caturvimçatimarttayah).
Namun, dari berbagai versi pada umumnya dikenal sepuluh avatara (daçaavatara) Wisnu yang
dipandang penting dari sekian banyak avatara. Konon, sembilan dari daçaavatara itu telah terjadi,
sedangkan avatara yang kesepuluh belum terjadi.
 Matsya avatara, menjelma sebagai ikan (matsya) menolong Manu, manusia pertama, untuk
menghindarkan diri dari air bah yang akan menelan dunia.
 Kurma avatara, menjelma sebagi kura-kura (kurma) yang berdiri di atas laut sebagai alas
gunung Mandara yang dipakai para dewa mengaduk laut dalam usaha mencari air amerta.
 Waraha avatara, menjelma menjadi babi hutan (waraha) untuk mengangkat dunia kembali
ke tempat semula, karena telah tertelan laut dan ditarik ke dalam kegelapan patala (dunia
bawah).
 Narasimha avatara, menjelma menjadi manusia berkepala singa (narasimha) untuk
mengalahkan raksasa Hiranyakasipu yang sangat sakti dan rakus untuk menguasai dunia.
Raksasa itu tidak dapat mati baik itu siang atau malam hari. Narasimha membunuhnya
pada saat senja hari.
 Wamana avatara, menjelma menjadi orang kerdil (wamana) menghadap kepada raja Daitya
Bali, penguasa dunia yang sangat bengis, untuk meminta tanah seluas 3 langkah. Ketika
permintaannya dikabulkan, maka dengan 3 langkah (triwikrama) ia menguasai dunia,
angkasa dan surga. Tampaklah bahwa Wisnu sebagai dewa matahari yang menguasai dunia
dengan 3 langkahnya, waktu terbit, tengah hari dan waktu terbenam.
 Parasurama avatara, menjelma sebagai Rama bersenjatakan kapak (parasu) untuk
menggempur golongan kesatria sebagai balas dendam terhadap penghinaan yang dialami
ayahnya yang juga kesatria keturunan raja.
 Rama avatara, menjelma sebagai Rama yang terkenal dengan kisah Ramayana untuk
memberantas keangkara-murkaan Rahwana atau Dasamuka.
 Kresna avatara, menjelma sebagai Kresna yang terkenal dalam cerita Mahabarata untuk
membantu Pandawa menuntut keadilan atas Kurawa.
 Buddha avatara, menitis sebagai Buddha untuk menyiarkan agama palsu, agar
menyesatkan dan melemahkan manusia yang memusuhi para dewa.
 Kalki avatara, dikisahkan dunia akan mengalami kekacauan tanpa dapat diatasi sehingga
keselamatan dunia terancam musnah. Dalam hal ini Wisnu akan menjelma sebagai Kalki,
dengan mengendarai kuda putih bersenjatakan pedang terhunus. Kemudian Kalki dengan
segala kemampuannya menyelamatkan, menegakkan kembali keadilan dan kesejahteraan
dunia beserta isinya.
Secara pradaksina atau berjalan menganankan candi dari pintu utama Candi Wisnu, dapat
diikuti kisah Kresnayana atau Kresna avatara, berupa peziarahan Kresna di dunia sebagai jelmaan
Dewa Wisnu. Relief ini diukir indah di dinding langkan sebelah dalam.

o Candi nandi
Memiliki satu ruangan berisi Arca Nandi menghadap arah Candi Siwa. Posisi arca Nandi
(lembu jantan) panjang ± 2 m berbaring di atas umpak berbentuk empat persegi panjang. Jumlah
kakinya empat, sedangkan posisi kepala menghadap ke depan.
Di belakang kiri arca Nandi terdapat arca Dewa Candra naik kereta ditarik 10 ekor kuda,
di belakang kanan terdapat arca Dewa Surya naik kereta ditarik 7 ekor kuda. Denah ukurannya
16,71 meter x 15,21 meter dan tinggi bangunan 27,06 meter.

o Candi wahana
Di komplek Candi Rara Jonggrang terdapat Candi Wahana yang letaknya berhadapan
dengan candi induknya.
 Candi Nandi
Memiliki satu ruangan berisi Arca Nandi menghadap arah Candi Siwa.
 Candi Wahana A (Garuda ?)
Memiliki satu ruangan kosong, yang diyakini berisi sebuah arca. Denah ukurannya
14,37 meter x 14,37 meter dan tinggi bangunan 24,53 meter, berhadapan dengan
Candi Wisnu, di sisi utara.
 Candi Wahana B (Angsa ?)
Memiliki satu ruangan kosong. yang diyakini berisi sebuah arca. Denah ukurannya
14,41 meter x 14,37 meter dan tinggi bangunan 24,36 meter, berhadapan dengan
Candi Brahma di sisi selatan.

o Candi Apit
Luas dasarnya 6 m² dan tinggi 16 m, berbilik kosong. Kemungkinan candi ini dipergunakan
untuk bersamadi sebelum memasuki candi-candi induk.

o Candi Kelir
Luas dasarnya 1,55 m² dan tinggi 4,1 m. Tanpa fasilitas tangga masuk. Fungsinya sebagai
tolak bala.

o Candi Sudut
Ukuran luas dan ketinggian sama dengan Candi Kelir, luas dasarnya 1,55 m² dan tinggi 4,1
m. Fungsinya sebagai batas atau pathok.

o Relief ramayana
Relief kisah Ramayana terdiri dari 54 panel diukir indah pada dinding langkan dalam Candi
Siwa dan dilanjutkan di Candi Brahma. klik untuk detail setiap panel

o Gambar tanggalan
Panel pertama mulai dari selatan pintu masuk secara pradaksina, atau berjalan menganankan
candi Siwa hingga panel ke-24. Panel ke-25 hingga ke-54 berada di dinding langkan dalam Candi
Brahma.
Kisah ini berasal dari Kitab Ramayana karangan Walmiki sekitar awal tarikh Masehi, terdiri
atas tujuh jilid atau kanda, dan digubah ke dalam bentuk syair sebanyak 24.000 çloka. Ketujuh
kanda itu adalah:
1. Bala – Kanda
Di negeri Kosala dengan ibu kotanya Ayodhya, berkuasalah raja Daçaratha.
Ia mempunyai 3 orang istri: Kausalya beranak Rama (anak tertua), Kaikeyi beranak
Bharata, dan Sumitra beranak Laksmana, dan Çatrughna. Dalam swayamwara di
Wideha Rama berhasil memperoleh Sita, anak raja Janaka, sebagai istri.

2. Ayodha – Kanda
Daçaratha merasa sudah tua. Maka ia bermaksud menyerahkan mahkotanya
kepada Rama, datanglah Kaikeyi mengingatkan Daçaratha bahwa ia berhak atas
dua permintaan yang harus dikabulkan raja. Permintaan pertama, Bharatalah yang
harus naik takhta kerajaan, bukan Rama. Permintaan kedua, agar Rama dibuang ke
hutan selama 14 tahun. Daçaratha terikat janji. Sebagai raja tak mungkin ia ingkar
janji dengan menolak permintaan istrinya itu. Ia sangat bersedih hati. Sebaliknya
Rama dengan ikhlas hati melepas haknya atas takhta kerajaan dan pergi ke hutan
selama 14 tahun dengan diikuti istrinya, Sita, dan adiknya, Laksmana, pergi
meninggalkan Ayodhya. Tidak lama kemudian Daçaratha wafat. Bharata menolak
dinobatkan menjadi raja. Ia ke hutan mencari Rama. Bharata membujuk kakaknya,
namun Rama tetap dengan pendiriannya mengembara di hutan hingga 14 tahun.
Pulanglah Bharata ke Ayodhya membawa terompah Rama. Terompah diletakkan
di singgasana sebagai lambang bahwa Rama adalah raja yang sah, dan ia
memerintah Ayodhya atas nama Rama.

3. Araya – Kanda
Di hutan, Rama selalu membantu para pertapa yang sering diganggu
raksasa. Suatu ketika Rama berjumpa raksasa perempuan, Çurpanakha, yang
kemudian jatuh cinta pada Rama. Oleh Laksmana, Çurpanakha dipotong telinga
dan hidungnya. Çurpanakha terhina dan mengadu kepada kakaknya, Rawana, raja
raksasa berkepala sepuluh dan memerintah di Langka, disamping itu Çurpanakha
menceritakan tentang betapa cantiknya istri Rama. Rawana mendatangi tempat
tinggal Rama di hutan dengan maksud menculik Sita sebagai pembalasan atas
penghinaan terhadap adiknya.
Marica, raksasa teman Rawana, menjelma menjadi seekor kijang emas
berlari-lari kecil di depan perkemahan Rama. Sita sangat tertarik dan meminta
Rama supaya menangkap kijang itu. Ternyata kijang itu tidak sejinak yang
disangka, Rama makin lama makin jauh mengejarnya. Akhirnya kijang itu dipanah,
seketika berubah menjadi raksasa dan menjerit keras-keras. Jeritan itu dikira Sita
jeritan suaminya, Rama. Maka disuruhnyalah Laksmana untuk segera memberi
pertolongan. Sebelum Laksmana pergi, ia buat lingkaran di tanah sebagai garis
batas pelindung Sita dari marabahaya. Tinggalah Sita sendirian di dalam lingkaran
pembatas itu. Tiba-tiba datanglah seorang brahmana mendekati Sita meminta
sedekah makan. Sita mengingatkan sang brahmana untuk tidak melampaui
lingkaran pembatas dari pada dirinya mendapat celaka, maka ketika Sita
mengulurkan tangannya saat memberikan sedekah makanan, direnggutlah tangan
itu oleh sang brahmana yang ternyata jelmaan Rawana, yang kemudian Sita
dibawanya terbang. Ketika Rama dan adiknya kembali ke perkemahan, keadaan
sepi dan kosong. Mereka bersedih hati dan berusaha mencari jejak Sita. Dalam
pencarian yang tidak menentu itu, mereka menjumpai Burung Jatayu yang tengah
terpuruk kesakitan. Burung itu kawan baik raja Daçaratha, menceritakan baru saja
menghalangi Rawana yang menculik Sita, tetapi ia kalah dalam pertempuran.
Sayap-sayapnya dipatahkan Rawana dan jatuh tak berdaya. Setelah memberikan
penjelasan kepada Rama, sang Jatayu mati.

4. Kiskindha – Kanda
Rama bertemu Sugriwa, raja kera, yang kerajaan dan istrinya direbut
saudaranya sendiri bernama, Walin. Rama membantu Sugriwa mendapatkan
kembali kerajaan dan istrinya. Kiskindha digempur, Walin mati dipanah Rama.
Sugriwa kembali menjadi raja Kiskindha. Anggada, anak Walin diangkat menjadi
yuwaraja (putera mahkota).
Pasukan kera berangkat ke Langka. Di tepi pantai, selat antara Langka dan India,
pasukan kera itu berhenti dan mencari akal bagaimana dapat menyeberangi selat
itu.

5. Sundara – Kanda
Seekor kera putih anak Dewa Angin, Hanuman, kera kepercayaan Sugriwa
mendaki gunung Mahendra dan melompat menyeberangi selat hingga kerajaan
Langka. Ia jelajahi Langka hingga masuk ke istana Rawana. Ia menjumpai Sita.
Kepadanya Hanuman menjelaskan bahwa tidak lama lagi Rama akan
menjemputnya. Hanuman ditawan tentara Langka. Ia diikat dan kemudian dibakar.
Loncatlah Hanuman ke atap rumah-rumah, dengan ekornya yang menyala ia
menimbulkan kebakaran seluruh kota. Kemudian Hanuman melesat melompati
selat menghadap Rama untuk melaporkan keadaan Langka.

6. Yuddha – Kanda
Dengan bantuan Dewa laut pasukan kera membangun jembatan ke Langka.
Rawana mengetahui negaranya terancam musuh. Wibhisana, adik Rawana,
menasehatkan agar Sita dikembalikan saja kepada Rama dan tidak perlu berperang.
Rawana murka mendengarnya maka Wibhisana diusir dari Langka kemudian ia
bergabung dengan Rama. Pertempuran berlangsung sengit. Indrajit dan
Kumbhakarna gugur, Rawana terjun ke dalam kancah peperangan. Ia mati terbunuh
oleh Rama. Usai pertempuran, Wibhisana dinobatkan sebagai raja Langka, Sita
bertemu kembali dengan suaminya, Rama. Rama tidak mau menerima kembali
Sita, karena ia sudah sekian lama tinggal di istana Langka, dan tidak mungkin ia
masih tetap suci. Sita merasa sedih sekali, lalu ia membuat api unggun dan
menerjunkan diri ke dalam api. Tampaklah Dewa Agni di dalam api itu yang
kemudian menyerahkan Sita kepada Rama.
Rama menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak sangsi akan kesetiaan Sita,
akan tetapi sebagai pemaisuri ia harus membuktikan kesuciannya di mata rakyat.
Diiring tentara kera, Rama beserta Sita dan adiknya kembali ke Ayodhya. Mereka
disambut Bharata, yang kemudian menyerahkan takhta kerajaan kepada Rama.
7. Uttara – Kanda
Duapertiga kanda (jilid) ini isinya berbagai cerita yang tidak ada kaitannya
dengan riwayat Rama. Sepertiga sisanya baru menceritakan lanjutan riwayat Rama,
tetapi agak bertentangan dengan bagian akhir Yuddha – kanda. Ada dugaan kuat
bahwa kanda ke-7 ini adalah tambahan.

o ARCA SIWA MAHADEWA


Arca Siwa Mahadewa di Candi Prambanan terdapat pada bilik induk Candi Siwa
menghadap ke timur atau pintu utama. Posisi arca berdiri tegak di atas alas berbentuk yoni.
Siwa sebagai Mahadewa merupakan Siwa berkedudukan paling tinggi, sebagai raja para
dewa beristri atau sakti, Dewi Uma, atau Parwati. Dalam Trimurti, Siwa dikenal sebagai
dewa perusak dunia atau pralina, biasanya ia berujud Dewa Rudra dengan istri atau sakti,
Dewi Durga. Sebagai dewa perusak, Siwa yang berkendaraan nandi atau lembu adalah
dewa yang paling ditakuti dan banyak dipuja masyarakat Jawa kuno. Arca ini menjadi satu
dengan stela berbentuk lengkung pada bagian atasnya. Di belakang kepala terdapat
sirascakra, lambang kedewaan. Jumlah tangannya empat, kedua tangan belakang ditekuk
ke atas.
Tangan kanan depan ditekuk di muka dada, tangan kiri depan ditekuk di muka
perut. Tangan kanan belakang memegang tasbih dari untaian manik-manik yang disebut
aksamala, tangan kiri belakang memegang kelut atau camara. Telapak tangan kiri depan
dalam posisi terbuka menghadap ke arah atas, sedangkan di atas telapak tangan terdapat
benda semacam kuncup bunga. Arca Siwa Mahadewa berkepala satu dalam posisi tegak,
dengan mata ketiga atau disebut urna di dahinya. Kepala memakai hiasan mahkota
berbentuk jatamakuta yang menggambarkan keabsolutan, dan berhiaskan
ardhacandrakapala atau tengkorak dan bulan sabit di bagian depan. Hiasan kepala memakai
sumping, anting-anting dan kalung bersusun tiga.
Upawita berbentuk ular menjulur dari bahu kiri ke pinggang kanan. Perhiasan lain
berupa ikat dada, kelat bahu berhias kala, gelang tangan dan gelang kaki, ditutup dengan
kain berupa kulit harimau hingga batas lutut, yang melambangkan nafsu. Ikat pinggangnya
ganda, memakai sampur terurai di kanan dan kiri pinggang. Kedua ikat pinggang atau uncal
menjulur ke bawah di bawah sampur.
o ARCA SIWA MAHAGURU (AGASTYA)
Arca Agasyta atau Siwa Mahaguru terdapat di bilik selatan Candi Siwa, Candi
Prambanan, menghadap ke selatan. Agastya menggambarkan seorang resi yang
menyebarkan agama Hindu dari India Utara ke India Selatan. Berkat jasanya itu, Agastya
dianggap sebagai salah satu aspek Dewa Siwa, dengan sebutan Siwa Mahaguru. Ia anak
Dewa Varuna dengan Dewi Urvasi. Arca ini berdiri di atas umpak berbentuk yoni yang
dipahatkan menjadi satu dengan stela berbentuk lengkung. Stela pertama memuat tokoh,
di muka stela kedua. Di belakang kepala terdapat sirascakra, di dahi terdapat urna. Karakter
lain berperut buncit, berkumis berjenggot, bertangan dua, tangan kanan diletakkan di muka
dada, tangan kiri di samping pinggul. Atribut tangan kanan berupa aksamala, tangan kiri
membawa kendi air amerta atau kamandalu, melambangkan ketiga fungsi dewa, yakni
mencipta – memelihara – merusak, dan ketiga guna, yakni sattva – rajas – tamas. Selain itu
terdapat kelut atau camara, yang menempel pada bahu kiri. Hiasan kepala berupa
jatamakuta, sumping, anting-anting dan kalung. Ikat bahu atau upawita berbentuk untaian
tasbih dipakai di atas selempang. Dewa ini dilengkapi kelat bahu ganda, gelang tangan,
ikat pinggul, sampur, kain panjang, uncal dan gelang kaki.

o ARCA GANSEHA
Terdapat di bilik barat Candi Siwa menghadap ke barat. Ia dipuja sebgai dewa ilmu
pengetahuan dan penolak marabahaya. Oleh karena itu Ganesha selalu disebut pertama kali
dalam setiap upacara keagamaan dan kurban.
Ganesha adalah anak Dewa Siwa dengan Dewi Uma atau Parwati, yang memiliki
banyak nama,yaitu: Ganapati, Lambodara, Surpakarna dan Ikadanta dan berkendaraan
tikus. Arca ini berkepala gajah, tubuhnya seperti orang kerdil, berperut buncit, dan bersila
di atas padmasana dengan kedua telapak kakinya saling bertemu.
Arca Ganesha ini dipahatkan di stela berbentuk lengkung, bersandar pada stela
kedua. Di Kanan kiri stela belakang bagian bawah ada hiasan makara. Di bawah padmasana
berupa umpak berbentuk yoni dengan hiasan sulur gelung di sisi depan. Berkepala satu
berhiaskan sirascakra dan memiliki mata ketiga atau urna. Ujung belalai berada di dalam
tempurung yang disangga dengan tangan kirinya. Ia bertangan empat, kedua tangan depan
ditekuk ke muka di atas lutut, tangan kiri menyangga tempurung. Sedangkan kedua tangan
belakang ditekuk ke atas, tangan kanan memegang aksamala, tangan kiri memegang kapak
perang atau parasu. Kepala memakai jatamakuta berhiaskan ardhacandrakapala. Upawita
berbentuk ular, memakai ikat dada, kalung ganda, kain panjang, ikat pinggang, uncal,
sampur, kelat bahu ganda, gelang tangan dan kaki.

o ARCA RARA JONGGRANG (DURGA MAHISASURAMARDHINI)


Arca Durga atau Rara Jonggrang berada di bilik sisi utara Candi Siwa menghadap
ke utara. Berkepala satu memiliki mata ketiga atau urna pada dahinya, berdiri di atas seekor
lembu dengan latar belakang dua buah stela, dan bertangan delapan. Empat tangan
kanannya, yang pertama memegang cakra melambangkan perputaran dunia atau roda
dharma, yang kedua memegang pedang atau khadga sebagai simbol penerangan akal budi,
yang ketiga memegang bana atau anak panah, dan yang keempat memegang ekor Mahisa.
Empat tangan kirinya, yang pertama memegang terompet dari kerang atau disebut cangka,
yang kedua memegang perisai atau khetaka yang menggambarkan dharma, yang ketiga
memegang busur atau dhanus, dan yang keempat memegang rambut asura.
Di dalam bilik tersebut terdapat juga raksasa memegang gada berdiri di atas kepala
Mahisa. Di belakang kepala berhiaskan sirascakra. Sedangkan hiasan kepala berupa
jatamakuta dengan jamang tunggal, sumping, anting-anting, dan kalung ganda. Upawita
berupa untaian manik-manik berpilin, di bawahnya terdapat untaian permata sebagai ikat
dada, berkain panjang mulai di pinggang hingga pergelangan kaki, ikat pinggang, ikat
pinggul untaian permta, sampur bersusun dua, salah satunya di atas uncal, berkelat bahu
berbentuk simbar, gelang tangan dan kaki.

o ARCA MAHAKALA dan NANDISWARA


Kedua arca ini berada di bagian bilik kanan kiri pintu masuk Candi Siwa sebagai
dewa penjaga pintu atau dwarapala. Mahakala berada di bilik kanan pintu masuk. Arca ini
sebagai aspek Dewa Siwa dalam bentuk krodha. Roman mukanya berujud raksasa dengan
senjata gada di tangan kanannya, berdiri di atas padmasana dan bersandarkan stela.
Belakang kepala terdapat sirascakra. Hiasan kepala berupa mahkota, anting-anting dan
kalung.
Mahakala adalah simbol penguasa dewa waktu. Nandiswara atau sering disebut
Nandikesvara ada di bilik kiri pintu masuk sebagai pengiring Dewa Siwa, atau duplikat
Dewa Siwa yang bergelar Adhikaranandin.
Nandiswara atau sering disebut Nandikesvara ada di bilik kiri pintu masuk sebagai
pengiring Dewa Siwa, atau duplikat Dewa Siwa yang bergelar Adhikaranandin. Berdiri di
atas padmasana, bersandarkan stela. Belakang kepala terdapat sirascakra. Jumlah
tangannya dua, telapak tangan kanan terbuka menghadap ke depan yang di atasnya terdapat
benda semacam bunga. Tangan kiri memegang kelut atau camara. Perhiasan kepala berupa
jatamakuta, anting-anting dan kalung.

o LOKAPALA
Arca-arca Lokapala atau Dikpalaka adalah dewa-dewa penjaga mata angin.
Dipahatkan di dinding kaki Candi Siwa di tingkat satu semua penjuru mata angin.
Jumlahnya 24 buah, secara garis besar nama dewa dan posisi mata angin adalah sebagai
berikut:
 Lokapala Laksana / Simbol Tangan Arah
 Indra wajra & teratai 2 timur
 Agni trisula, waramudra 2 tenggara
 Yama kumuda 2 selatan
 Niruti kumuda 2 barat daya
 Baruna pasa & teratai 2 barat
 Bayu trisula 2 barat laut
 Kuwera padma, cangka & pundi-pundi 2 utara
 Isana trisula, padma & tengkorak 2 timur laut

Mitologi Hindu menyebutkan bahwa matahari terbit dari timur merupakan sumber
kekuatan, oleh karena itu para dewa tinggal di sebelah timur, dan Dewa Indra sebagai
penguasa arah timur. Arah selatan dipandang sebagai tempat kemalangan. Kematian adalah
kemalangan terbesar, oleh karena itu Yama sebagai dewa kematian menjadi pengawal arah
selatan. Baruna, dewa air menjadi pengawal arah barat karena barat dianggap lautan luas
dan dalam. Para Yaksha dianggap bermukim di utara, oleh karena itu penjaga utara adalah
Dewa Kuwera.

o ARCA PENARI dan PEMUSIK


Letaknya di bawah ratna pagar langkan Candi Siwa dinding luar. Panel arca penari
dan pemusik berjumlah 132 buah disusun berjajar mengelilingi langkan Candi Siwa.
Ekspresi penari yang lemah gemulai dan dinamis menampilkan tarian: samabhanga,
abhanga, tribhanga, alidha dan patyalidha. Peralatan musik sebagai iringan, antara lain:
seruling, kecrek, kendang dan kecapi.

o ARCA DEWA BRAHMA


Arca Brahma berdiri di atas umpak berbentuk yoni di dalam bilik Candi Brahma.
Jumlah tangannya 4 lengan menggambarkan arah mata angin, utara, timur, selatan, dan
barat. Kedua tangan belakang ditekuk ke atas tanpa atribut, kedua tangan depan dalam
posisi sedikit ditekuk ke muka di kanan kiri pinggul. Tangan kanan depan membawa
semacam bunga, tangan kiri depan membawa kamandalu. Mata ketiga atau urna pada
dahinya yang menghadap ke depan. Aksesori kepala berupa jatamakuta, anting-anting
panjang, kalung ganda, upawita berupa untaian permata, ikat dada, kelat bahu ganda,
gelang tangan, berkain panjang hingga pergelangan kaki, dilengkapi ikat pinggul, sampur
ganda, uncal dan gelang kaki.

o ARCA BRAHMA SEBAGAI RESI


Berada di atas pagar langkan atau di bawah ratna Candi Brahma. Panel-panel arca
di dalam relung disusun berjajar mengelilingi langkan candi dinding luar. Arca Brahma
sebagai resi dengan sikap duduk bersila sejumlah 76 buah, mencerminkan wajah yang
tenang tanpa beban keduniawian.

o ARCA DEWA WISNU


Di dalam bilik Candi Wisnu kompleks Candi Rara Jonggrang sisi utara terdapat
satu-satunya arca Dewa Wisnu, dewa pemelihara atau sthiti yang melangsungkan
kehidupan alam semesta. Arca ini berdiri di atas umpak batu berbentuk yoni, bersandarkan
pada stela berbentuk melengkung bagian atasnya. Bertangan 4 lengan, kedua tangan
belakang ditekuk ke atas, kedua tangan depan berada di kanan kiri pinggul, sedikit ditekuk
ke depan.Tangan kanan belakang membawa cakra, tangan kirinya memegang cangka
bersayap yang menggambarkan langit. Tangan kanan depan membawa gada, tangan
kirinya memegang kuncup teratai.Berkepala satu dengan hiasan jatamakuta, jamang
bersimbar lima, sumping, anting yang menjulur ke bahu, kalung bersusun dua, ikat dada,
upawita berupa untaian berpilin, berkain panjang sampai pergelangan kaki, dilengkapi ikat
pinggang ganda, sampur ganda, uncal dan gelang kaki.

o ARCA WISNU SEBAGAI PENDETA


Arca ini berada di pagar langkan dinding luar Candi Wisnu sebanyak 72 buah.
Posisi duduk bersila, bermahkota dan masing-masing arca memakai atribut bunga padma,
tasbih, dan cakra.

o ARCA GANA
Arca yang terdapat di pilar pintu masuk gapura Candi Siwa, Wisnu, Brahma dan
Apit dengan bentuk tubuh gemuk, pendek dan berperut gendut, kadang arca ini dengan
roman muka seperti raksasa. Selain itu terdapat pula di sekeliling atap candi di bawah ratna
dengan posisi jongkok menyangga ratna , berambut lurus, dan berwajah tenang. Arca Gana
dikenal sebagai pengiring atau pelayan Dewa Siwa, dan sering disebut sebagai Siwaduta.

SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat sisimpulkan bahwa:

1. Candi Prambanan memiliki dua motif, yaitu motif flora dan fauna.

2. Macam-macam Candi Prambanan:

- Candi Siwa
- Candi Wisnu
- Candi Brahma
- Candi Wahana
- Candi Apit
- Candi Penjaga

3. Macam-macam Arca Candi Prambanan:

- ARCA SIWA MAHADEWA


- ARCA SIWA MAHADEWA
- ARCA GANESHA
- ARCA RARA JONGGRANG (DURGA MAHISASURAMARDHINI)
- ARCA MAHAKALA dan NANDISWARA
- LOKAPALA
- ARCA PENARI dan PEMUSIK
- ARCA DEWA BRAHMA
- ARCA BRAHMA SEBAGAI RESI
- ARCA DEWA WISNU
- ARCA WISNU SEBAGAI PENDETA
- ARCA GANA

SARAN
Perlu peningkatan minat membaca dan mencari tahu mengenai sejarah pada para generasi
penerus bangsa Indonesia agar mengetahui lebih dalam lagi mengenai candi-candi bercorak Hindu
ini, salah satunya Prambanan, sehingga bisa melestarikan dan memberitahu kepada orang lain yang
bukan berasal dari Indonesia berhargaanya situs peninggalan jaman dahulu ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Juni, 16, 2010. Candi-Candi Peninggalan Hindu. Diperoleh dari


https://dkyogaku.wordpress.com/2010/06/16/candi-candi-peninggalan-hindu/

Virga, Ridwan. 2014 . Candi Prambanan. Diperoleh dari


http://tugasfiles.blogspot.com/2014/05/makalah-candi-prambanan.html#

Anda mungkin juga menyukai