Motif hias tumbuhan terdiri atas beberapa unsur, antara lain ; daun, tangkai/cabang, dan bunga.
Nah untuk membuat motif-motif hias harus dilakukan stilasi. Stilasi yang dimaksud adalah
menyederhanakan atau menggayakan bentuk realistis /benda (obyek) yang ada di sekeliling kita
menjadi bentuk dekoratif. Berikut adalah beberapa contoh bentuk-bentuk stilasi yang mengambil
obyek tumbuhan dan binatang.
a. Ornamen
Merupakan unsur pokok dalam motif berupa gambar dengan bentuk tertentu yang berukuran cukup
besar atau dominan dalam sebuah pola. Ornamen ini disebut juga ornamen pokok. Berikut adalah
ornamen-ornamen pokok tradisional klasik yang antara lain terdiri atas: Meru, Pohon Hayat, Tumbuhan,
Garuda, Burung, Candi atau Perahu (Bangunan), Lidah api, Naga, Binatang dan Kupu-kupu.
1. Meru adalah bentuk seperti gunung, kadang digambarkan dengan rangkaian tiga gunung dengan
gunung yang di tengah sebagai gunung puncak. Dalam pengertian indonesia kuno, gunung
melambangkan unsur ‘bumi’ atau ‘tanah’ yang merupakan salah satu elemen dari ‘empat unsur hidup’
yaitu Bumi, Geni, Banyu dan Angin. Dalam kebudayaan Jawa-Hindu, meru menggambarkan puncak
gunung yang tinggi tempat bersemayamnya para dewa. Kini karena kurangnya pengetahuan para
pembatik atas arti dan bentuk ornamen semula, Meru juga mengalami perubahan seperti digabung
dengan bagian tumbuhan, dibentuk hingga bentuk asal tidak nyata lagi.
4. Garuda digambarkan sebagai bentuk stilir dari burung garuda, atau rajawali atau kadang seperti
burung merak. Garuda adalah makhluk khayalan yang perkasa dan sakti, kendaraan Dewa Wisnu juga
digambarkan sebagai Garuda.
5. Burung. Ada tiga macam ornamen burung
dalam batik yaitu burung merak, burung phoenix, yang terakhir adalah burung aneh atau burung
khayalan. Ornamen burung juga digunakan sebagai ornamen pengisi selain ornamen pokok.
6. Bangunan. Adalah ornamen yang
menggambarkan bagian bangunan terdiri atas lantai atau dasar dan atap.
7. Lidah api. Ornamen lidah api digambarkan
dalam 2 macam bentuk yaitu sebagai deretan nyala api sebagai hiasan pinggir atau batas, dan berupa
deretan ujung lidah api memanjang. Zaman dulu api melambangkan kekuatan sakti yang dpat
mempengaruhi kepribadian manusia, yang kalau dikuasai dapat menjadi pemberani dan pahlawan,
namun bila tidak menjadi angkara murka.
8. Naga adalah makhluk khayalan berupa ular
besar yang mempunyai kekuatan luar biasa dan sakti. Sebagai ornamen naga digambarkan dengan
bentuk seperti kepala raksasa dengan mahkota, kadang bersayap, kadang bersayap dan berkaki.
9. Binatang (berkaki empat). Binatang yang
sering digunakan sebagai ornamen adalah lembu, kijang, gajah, singa atau harimau, dan digambarkan
secara unik misalnya gajah bersayap atau mempunyai ekor berbunga.
b. Ornamen pengisi
Seperti namanya, ornamen ini digunakan sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara
keseluruhan. Ornamen ini berukuran lebih kecil dan berbentuk lebih sederhana dibanding ornamen
pokok. Contoh ornamen pengisi adalah ornamen berbentuk burung, daun, kuncup, sayap dan daun.
Ornamen Pengis
c. Isen
Berfungsi sebagai pengisi atau pelengkap ornamen. Berbentuk kecil dan sederhana misalnya berupa
titik-titik. Isen yang masih berkembang sampai saat ini antara lain adalah cecek-cecek, cecek pitu, sisik
melik, cecek sawut, cecek sawut daun, herangan, sisik, gringsing, sawut, galaran, rambutan dan rawan,
sirapan, cacah gori.
Dalam proses membuat batik telah disebutkan bahwa terdapat dua macam cara untuk melukis ragam
hias batik, yaitu dengan mengecap atau menulis. Mengecap menggunakan cap akan menghasilkan batik
cap, menulis menggunakan canting akan menghasilkan batik tulis. Artikel ini akan membahas lebih detil
tentang kedua proses tersebut. Kedua proses tentunya sama-sama menggunakan lilin yang dipanaskan
dalam wadah logam, perbedaannya adalah, pada pembuatan batik cap, di dalam wadah lilin diletakkan
bantalan kain yang berfungsi seperti alas stempel.
Dalam proses melukis pada kain, batik cap dibuat dengan meletakkan kain pada meja yang agak
dimiringkan, permukaannya diberi bantalan, dan dibungkus dengan kain yang telah dilapisi dengan
larutan tertentu agar lilin tidak menempel pada permukaan kain tersebut. Dalam pembuatan batik tulis,
kain diletakkan pada rangka kayu sehingga posisi kain seperti tergantung.
Dan berikut inilah perbedaan yang paling mendasar antara batik tulis dan batik cap. Setelah kain siap,
dalam pembuatan batik tulis, canting dicelupkan ke dalam wadah lilin kemudian canting digunakan
seperti kuas atau pena, melukiskan lilin sesuai ragam hias yang direncanakan pada kain, titik demi titik,
garis demi garis satu persatu hingga menjadi ornamen kemudian menjadi motif. Diperlukan keahlian
khusus untuk menggunakan canting, karena apabila lilin terlalu panas lilin akan mengalir terlalu cepat
dan apabila terlalu dingin akan menghambat atau memampatkan saluran lilin. Setelah satu sisi kain
selesai, giliran sisi lain untuk mengalami proses yang sama, batik yang bagus adalah yang sangat serupa
tampak ragam hias di kedua sisinya bulak balik.
Dalam proses batik cap, cap yang berbentuk satu ornamen dicelupkan ke dalam wadah lilin dan ditekan
pada bantalan kain, kemudian diangkat dan dipastikan lilin tidak terlalu banyak sehingga merusak
bentuk elemen, setelah memastikan posisi yang tepat pada kain, kemudian cap ditekan pada kain. Sama
seperti pada batik tulis, proses pengecapan harus dilakukan bulak balik, karenanya satu macam elemen
harus memiliki sepasang cap bulak balik. Tentu dapat dibayangkan perbedaan berapa lama pengerjaan
kedua macam batik tersebut. Batik tulis tentunya sangat menghabiskan waktu dan memerlukan keahlian
dan kesabaran tinggi, dan didominasi oleh pembatik wanita, sedangkan pembuatan batik cap lebih cepat
dan efisien dan umumnya dikerjakan oleh pria.
Dalam bukunya Indonesian Textiles, Michael Hitchcock menulis bahwa produksi batik meninggkat
diakhir abad ke 19, penggunaan cap memungkinkan pembatik membatik beberapa lembar kain dalam
satu hari. Batik tulis memakan jauh lebih banyak waktu dan biaya, namun sentuhan keterampilan tangan
pada akhirnya membuat nilai batik tulis jauh lebih tinggi dibanding batik cap.
Adapun batik print adalah batik yang dibuat dengan menggunakan metode sablon, dengan
menggunakan klise dan pewarna pasta, seperti layaknya pada kaus/t-shirt, tapi menggunakan motif
batik, sama sekali tidak mengunakan lilin atau malam. Menggunakan metode ini tentunya menghasilkan
produksi jauh lebih cepat lagi dibanding batik cap.
Kelemahan utama batik print adalah tidak adanya desain dengan sentuhan khusus karena diproduksi
dalam jumlah massal. Penggunaan metode ini masih dipertanyakan karena dianggap merusak tatanan
seni batik, karenanya seniman dan pengrajin batik lebih menyebutnya sebagai kain bermotif batik. [Olin]
Sesuai yang diceritakan dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia oleh S.K. Sewan Susanto, S.Teks.
pengerjaan mori batik menjadi kain batik dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pekerjaan persiapan
dan membuat batik:
Persiapan
Yaitu mempersiapan mori menjadi kain yang siap untuk dibuat menjadi kain batik. Pekerjaan ini
antara lain meliputi:
a. Memotong kain mori
b. Nggirah (mencuci) atau Ngetel
c. Nganji (menganji)
d. Ngemplong (menyetrika)
Membuat Batik
Yaitu pekerjaan pembuatan batik setelah kain dipersiapkan, yang terdiri dari 3 pekerjaan utama:
1.
Menulis atau mengecap dengan lilin batik, yaitu melekatkan lilin batik untuk membuat ragam hias
yang dikehendaki. Ragam hias batik tulis dibuat menggunakan canting sedangkan batik cap dengan
menggunakan cap.
2. Pewarnaan batik, dapat dilakukan dengan mencelup atau dengan melukis. Pewarnaan dilakukan
tanpa pemanasan agar tidak melarutkan lilin yang telah ditulis pada tahap sebelumnya.
3.
Melorod
Menghilangkan lilin, yaitu menghilangkan lilin yang dilukiskan pada tahap pertama membuat batik
secara sebagian, disebut cara ’ngerok’, atau secara keseluruhan yang disebut juga ’melorod’. Cara
ngerok dilakukan dengan menggunakan alat seperti pisau, sedangkan melorod dilakukan dengan
merendam kain dalam air panas untuk batik mori katun, sedangkan batik sutra menggunakan
bensin.
Berdasarkan 3 proses utama dalam membuat batik tersebut di atas, terdapat beberapa jenis teknik
yang merupakan dari variasi kombinasi dan pengulangan dari 3 proses utama.
Teknik tersebut antara lain adalah:
a. Batik Kerokan
b. Batik Lorodan
c. Batik Bedesan
d. Batik Radioan
e. Batik Kelengan
f. Batik Monochrome
g. Batik Modern [Olin]
Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat batik seperti yang ditulis oleh S.K. Sewan
Susanto, S. Teks. dalam bukunya Seni Kerajinan Batik Indonesia, yaitu kain, lilin, zat pewarna dan zat
pembantu:
Kain
Kain yang biasa dijadikan kain batik adalah kain putih yang disebut kain mori, atau nama lainnya adalah
muslim atau cambric. Kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau tiruan, namun katun lebih
banyak digunakan. Mori dari katun berdasarkan kehalusannya terdiri atas 4 golongan yaitu:
a. Primissima, golongan yang sangat halus
Kata ‘Primissima’ mungkin berasal dari kata primus atau prima yang artinya kelas satu. Mori yang paling
halus ini biasanya digunakan untuk membuat batik tulis, jarang digunakan untuk batik cap. Mori
golongan ini dulu diimport dari Belanda dan Jepang. Sejak 1970 di Indonesia juga didirikan pabrik yang
memproduksi yang kualitasnya mendekati golongan Primissima.
b. Prima, golongan yang halus
Kata ‘Prima’ juga berasal dari kata prime atau kelas satu. Seperti golongan pertama, kain ini biasa
didapatkan secara import, namun kini Indonesia sudah memproduksi kain yang mendekati kualitas
golongan Prima.
Blaco
Lilin
Wax
Lilin adalah bahan batik yang digunakan untuk menutupi permukaan kain yang tidak diwarnai sesuai
ragam hiasnya. Sebelum menggunakan lilin pembatik sempat menggunakan bubur ketan. Setelah
diketemukannya lilin, bubur ketan tidak digunakan lagi. Awalnya pembatik di Jawa mendapatkan lilin
tawon (beewax) dari Sumatra, Sumbawa dan Timor. Pada akhir abad ke 19 mereka mulai menggunakan
ozokerite dari Eropa. Kini, sesuai yang tercantum dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia, bahan
pokok lilin yang digunakan adalah campuran dari lilin/malam tawon, gondorukem, damar mata kucing,
parafin, microwax, dan kendal. Jumlah dan perbandingan bahan bermacam macam, dan sering kali
dirahasiakan. Berikut penjelasan lebih lanjut atas bahan-bahan pokok lilin batik tersebut: a.
Lilin/Malam Tawon
Bahan ini biasanya didapatkan dari Timor dan Palembang. Berwarna kuning suram, sifatnya mudah
meleleh dengan titik didih rendah, mudah melekat pada kain, tahan lama dan mudah dilepaskan dari
kain dengan menggunakan air panas
b. Gondorukem
Berasal dari getah pinus merkusi, digunakan agar lilin menjadi lebih keras dan tidak menjadi cepat
membeku.
c. Damar Mata Kucing
Didapatkan dari pohon Shorea, digunakan agar lilin dapat membentuk bekas atau garis-garis lilin yang
baik, melekat pada kain dengan baik
d. Parafin
Bahan ini berwarna putih atau kuning muda, digunakan agar lilin batik memiliki daya tahan tembus
basah yang baik dan mudah dilepas dari kain, serta bahannya relatif lebih murah dibanding bahan-bahan
yang lain.
e. MicrowaxMerupakan jenis parafin yang lebih halus, digunakan agar lilin lemas (ulet) dan mudah
lepas.
f. KendalKendal atau gajih atau lemak binatang disebut juga lemak atau vet. Berwarna putih dan
biasanya didapatkan dari daging lembu atau kerbau. Digunakan untuk merendahkan titik didih,
melemaskan lilin dan mudah dilepas dari kain.
a. Pewarna dari bahan alami, didapat dari bagian-bagian tumbuhan seperti akar, batang, kayu, kulit,
daun dan bunga, atau dari getah buang (Lac Dye) binatang. Contohnya antara lain: daun pohon nila,
kulit pohon soga tinggi, kunir, daun teh, blendok trembalo (getah buang kutu Tachardia Iacca yang
hidup di pohon kesambi).
b. Pewarna sintetis/buatan. Merupakan pewarna yang dapat digunakan dalam suhu yang tidak merusak
lilin, yang termasuk golongan pewarna tersebut adalah: indigo, indigosol, naptol dan rapid, cat soga,
cat basis, cat Indanthreen, cat belerang dan procion dingin (cat kreatif).
Zat Pembantu
Yang dimaksud dengan zat adalah zat-zat yang digunakan sebagai penyempurnaan proses pembatikan,
yaitu antara lain: caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat,
tawas, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang.
a. Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik.
b. Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk membuat alkali pada
air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol.
c. Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk
mencuci kain yang akan di cap.
d. Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap.
e. Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk
menghilangkan kanji mori.
f. Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol, membuat TRO.
i. Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin.
j. Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya
serapnya. [Olin]
1. Bak pengetel (bak bundar atau wajan) untuk mempersiapkan dan mewarnai kain batik
5.
Canting
Canting untuk melukis di atas kain seperti pena. Canting terdiri dari pegangan dan wadah lilin seperti
mangkok dengan lubang atau moncong/carat untuk mengalirkan lilin ke kain di ujung pegangan.
Pegangannya terbuat dari kayu atau bambu, dan wadah lilin terbuat dari tembaga. Canting dibuat
dengan berbagai ukuran dan jenis. Ukuran kecil dan besar carat atau lubang wadah lilin bervariasi
seperti layaknya kuas untuk melukis, kemudian ada canting dengan bercarat lebih dari satu (biasanya
canting mempunyai satu sampai tujuh carat) untuk membuat pola dengan titik-titik yang berdekatan
6.
Cap Batik
Cap Batik adalah berupa stempel dari logam berbentuk satu elemen ragam hias digunakan seperti
sablon untuk membuat batik cap (bukan batik tulis dimana semua ragam hias di lukis satu persatu
dengan canting)