Anda di halaman 1dari 23

BAB I

A. Ragam Hias Geometris

Ragam hias geometris adalah ragam hias yang menggunakan beraneka ragam unsur-
unsur garis, seperti garis lurus, lengkung, zigzag, spiral, dan berbagai bidang seperti segi
empat, persegi panjang, lingkaran, layang-layang, dan bentuk lainnya sebagai motif bentuk
dasarnya. Ragam hias geometris merupakan motif tertua dalam ornamen karena sudah
dikenal sejak jaman prasejarah. Motif geometris berkembang dari bentuk titik, garis, atau
bidang yang berulang dari yang sederhana sampai dengan pola yang rumit. Ragam hias
geometris, flora, dan fauna banyak di terapkan pada kain tenun, kain batik, kain sulam, kain
bordir, bangunan rumah, candi-candi, ukiran, perabotan rumah tangga, kerajinan tangan,
dan sebagainya. Berikut ini beberapa motif dasar ragam hias geometris nusantara:
1. Swastika adalah motif hias berbentuk dasar huruf Z yang saling berlawanan. Di dalam
batik, motif swastika biasanya digunakan sebagai hiasan pinggir.

2. Banji adalah motif swastika berkait atau saling berhubungan. Motif ini digunakan
sebagai penghias bidang. Motif banji lengkap dengan motif isen-isen dan motif pengisi
lainnya.

3. Pilin Pilin adalah ragam hias yang memiliki bentuk dasar huruf S. Dalam variasinya juga
berbentuk SS (pilin ganda). Motif ini berfungsi untuk hiasan pinggir dan pengisi bidang.

1
4. Meander, Motif hias meander adalah motif yang memiliki bentuk dasar huruf T. Motif
ini biasanya digunakan untuk membuat hiasan pinggir.

5. Kawung, Motif hias kawung ialah motif hias berbentuk dasar lingkaran. Kawung berarti
aren atau kolang-kaling. Motif kawung menyerupai buah aren (kolang-kaling) yang
dipotong melintang sehingga kelihatan empat potongan bijinya. Motif hias kawung
digunakan untuk hiasan pinggir. Namun lebih banyak digunakan untuk hiasan bidang.

6. Tumpal, Motif hias tumpal adalah ragam hias yang mempunyai bentuk dasar segitiga.
Ragam hias ini digunakan untuk hiasan pinggir.

7. Ceplokan, Motif hias ceplokan adalah ragam hias yang terdiri atas satu motif dan
disusun berulang-ulang. Motif hias ini disebut juga motif kertas tempel.

2
B. Ragam Hias Non Geometris

Tahukah kalian cara belajar yang paling menyenangkan dan mudah diingat ? Cara
belajar yang paling menyenangkan dan mudah diingat adalah dengan memperoleh
pengalaman secara langsung. Artinya untuk memperoleh pengalaman langsung kalian dapat
melakukannya ke tempat produksi batik. Tempat-tempat seperti ini dapat kita temukan di
wilayah Pekalongan. Di tempat produksi tersebut kalian dapat menanyakan banyak hal
tentang batik.

Pada pembahasan yang lalu kita telah menyinggung bahwa motif hias batik tradisional
terdiri atas motif geometris dan non geometris.

1. Pengertian Ragam Hias Non Geometris, Ragam hias non geometris adalah ragam hias
yang tidak menggunakan unsur garis dan bidang geometri sebagai bentuk dasarnya.
Secara garis besar bentuk motif hias non geometris terdiri atas motif tumbuhan dan
motif binatang.
a. Ragam ( Motif Hias ) Tumbuhan, Banyak unsur tumbuhan dapat dijadikan motif seni
batik seperti ; daun, tangkai, kuncup, bunga, sulur, dan sebagainya. perhatikan
gambar di bawah ini

b. Ragam ( Motif Hias ) Binatang, Seperti halnya pada motif tumbuhan, motif binatang
yang dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan motif batik juga banyak,
antara lain kupu-kupu, burung, sayap, kijang, dan lain sebagainya. perhatikan
contoh di bawah ini :

3
4
BAB II

Unsur - Unsur Pola Batik

Pola Batik adalh susunan motif hias batik secara keseluruhan. Pola batik merupakan
susunan dari unsur-unsur tertentu sehingga menjadi satu kesatuan yang baru. Untuk
mengetahui tentang pola batik, kita harus mengetahui unsur-unsur tersebut. Pola batik
tradisional biasanya terdiri atas tiga unsur pokok, yaitu motif pokok, motif pengisi bidang,
dan motif isen (isian).

A. Motif Pokok
Motif Pokok adalah motif yang menjadi motif inti dari keseluruhan pola pada batik.
Biasanya motif pokok menjadi nama dari jenis batik, misalnya motif pokok bunga
buketan menjadi nama batik buketan. Motif pokok terdiri atas motif-motif inti hiasan
batik. Contoh di bawah ini berbentuk motif buketan. Motif dalam keadaan kosong
seperti ini disebut klowongan. Motif pokok berbentuk klowongan kemudian diisi
dengan motif-motif isen. Batik motif pokok yang diberi motif isen disebut batik reng-
rengan. Pada gambar di bawah motif isen-isen yang dipakai adalah cecek-cecek (titik-
titik), sawut (garis), cecek sawut (titik dan garis), serta manggaran.

B. Motif Pengisi Bidang

Motif pengisi bidang adalah motif di luar motif pokok yang mengisi bidang secara
keseluruhan. Motif pengisi bidang bentuknya lebih kecil daripada motif pokok. Motif pokok
yang telah diisi dengan motif isen selanjutnya dilengkapi dengan motif isian bidang di luar
motif pokok. Bentuk motif isian bidang ada beberapa macam, antara lain titik, ukel,
laseman, dan lain-lain.

5
C. Motif Isen Motif isen adalah motif yang berfungsi untuk mengisi (melengkapi) motif
pokok. Motif isen biasanya berbentuk garis-garis dan titik-titik. Berikut adalah beberapa
contoh bentuk Isen-isen.

6
BAB III

Prosedur Pembuatan Batik

Pada materi yang lalu kita telah mengenal beberapa teknik pokok batik, yaitu batik
tulis dan batik cap. Batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan canting tulis. Batik cap
adalah batik yang dikerjakan dengan teknik cap. Namun ada juga batik yang dikerjakan
dengan gabungan dua teknik tersebut, yaitu gabungan teknik tulis dengan cap. Batik seperti
ini disebut dengan batik kombinasi. Banyaknya proses pengerjakan batik tergantung dari
jumlah pewarnaan (celup). Batik monokrom dikerjakan dengan sekali proses (mbabar
sepisan). Untuk batik dengan dua warna dikerjakan dengan dua kali proses (mbabar pindo).
Sementara batik tiga warna dikerjakan dengan tiga kali proses atau disebut batik tiga negeri
sebagai salah satu ciri batik pesisiran. Setiap proses pembatikan pada dasarnya mengalami
proses yang sama, sebagai berikut :

A. Pemalaman

Membatik adalah pekerjaan yang saling berurutan, artinya satu langkah dapat
dikerjakan jika langkah sebelumnya telah selesai dikerjakan. Setiap tahap dapat dikerjakan
oleh orang yang berbeda. Sepotong mori tidak dapat dikerjakan oleh beberapa orang dalam
waktu yang sama untuk beberapa tahapan. Tahapan-tahapan pemalaman dengan canting
tulis adalah sebagai berikut ;

1. Membuat Kerangka

Membuat kerangka (mola), adalah membuat kerangka pola secara garis besar.
Pembuatan pola dengan menggunakan pensil disebutmola. Pembuatan pola dengan pensil
hanya untuk batik tulis, sedangkan untuk batik cap tidak dibutuhkan pembuatan pola
dengan pensil. Hal itu karena motif hias sudah ada pada permukaan canting cap.

Pembuatan pola tanpa melalui pembuatan pola dengan pensil atau membuat pola
langsung dengan menggunakan canting disebut dengan istilah ngrujak. Pekerjaan ini hanya
dilakukan oleh orang yang sudah mahir (profesional). Dan hasil pekerjaan ini disebut batikan
klowongan atau klowongan. Bentuk batik klowongan adalah motif pokok. Canting yang
digunakan adalah canting klowongan yang memiliki cucuk ukuran sedang.

2. Ngisen-isen

Ngisen-isen adalah melengkapi pola yang masih berbetuk kerangka (klowongan) atau
motif pokok dengan motif isen-isen, seperti sawut, ukel, dan sebagainya. Ngisen-iseni
menggunakan canting khusus seperti canting cecekan, canting prapatan, atau canting piton.
Setiap pekerjaan ngisen-iseni memiliki nama sendiri-sendiri. Pemberian nama pada
pekerjaan ngisen-iseni tergantung dari jenis canting yang digunakan.

7
Nama jenis canting diubah menjadi kata kerja dan dijadikan nama pekerjaan, sedangkan
nama hasil pekerjaan diambil dari nama canting yang digunakan. Misalnya pekerjaan
nyeceki adalah pekerjaan yang menggunakan canting cecekan. Hasil pekerjaannya disebut
cecekan. Pekerjaan neloni adalah pekerjaan yang menggunakan canting telon. Hasil
pekerjaannya disebut neloni. Pekerjaan mrapati dilakukan dengan canting prapatan. Hasil
pekerjaannya disebut prapatan. Kain batik yang telah dikerjakan gambar kerangkanya
(mola) dan dilengkapi dengan isen-isennya disebut dengan nama reng-rengan.

3. Nerusi

Pekerjaan nerusi merupakan pekerjaan penyelesaian kedua. Nerusi adalah membuat


pola dan isen-isen di sebaliknya kain reng-rengan. Caranya adalah batik reng-rengan dibalik,
kemudian di bagian belakang tersebut dibatik dengan pola yang sama dengan batikan reng-
rengan. Dengan demikian, batikan bagian muka dan belakang kain mori akan sama. Proses
ini sangat penting untuk membuat fungsi lilin malam sebagai perintang warna akan menjadi
sempurna karena warna antarpola tidak merembes dan bercampur.

4. Nembok

Nembok dilakukan dalam batik dengan proses beberapa kali pewarnaan. Ketika sebuah
batikan tidak seluruhnya akan diberi warna karena suatu bagian akan diberi warna lain maka
bagian yang tidak akan diberi warna ditutup dengan malam. Pemalaman seperti ini disebut
nembok. Cara nembok seperti membatik bagian tertentu dengan canting tembokan.
Pekerjaan nembok biasanya menggunakan jenis malam dengan kualitas rendah.

5. Mbliriki

Mbliriki adalah proses nerusi, namun untuk bagian-bagian tembokan. Mbliriki memiliki
fungsi yang sama dengan nerusi, yaitu membuat batikan dibagian belakangmori, namun
berbeda bagian. Hasil pekerjaan mbliriki disebut blirikan. Seperti nembok blirikan juga
menggunakan canting tembokan dan caranya seperti nemboki.

B. Teknik dan Istilah Pewarnaan Batik

Proses selanjutnya setelah proses pembuatan pola yaitu pemberian warna. Pemberian
warna ini pada tempat atau bagian kain yang terbuka sedangkan pada bagian kain yang
tertutup lilin malam tidak terkena warna atau tidak berwarna. Oleh karena itu jumlah
pemberian lilin malam tergantung dari jumlah warna yang digunakan.

Di dalam proses pewarnaan batik dikenal beberapa istilah. Macam-macam istilah


pewarnaan tersebut, antara lain medel, celupan warna dasar, menggadung, coletan atau
dulitan, dan menyoga.

1. Medel

8
Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowongan dan di
cap tembok atau selesai di tulis. Untuk kain sogan kerokan, medel merupakan warna
pertama yang diberikan pada kain. Medel dilakukan secara celupan. Dahulu bahan yang
dipakai untuk medel adalah nila dari daun indigofera (daun tom) karena cat pewarna ini
mempunyai daya pewarnaan lambat sehingga celupan dilakukan berulang-ulang.
Selanjutnya untuk medel dipakai zat pewarna indogo synthetis. Cara pencelupannya sama
dengan indigo alam. Medel dengan zat warna naphtol cara pencelupannya lebih cepat. Hal
ini karena pencelupan hanya dilakukan satu kali.

2. Celupan Warna Dasar

Teknik celupan warna dasar digunakan pada proses membatik yang tidak dilakukan pada
kain mori yang masih berwarna putih. Artinya ketika proses pemalaman kain sudah diberi
warna dasar. Oleh karena itu batik ini sering disebut batik berwarna. Batik-batik berwarna
seperti batik Pekalongan, batik cirebon, dan batik banyumas tidak di wedel, tetapi sebagai
gantinya diberi warna yang lain, seperti warna-warna hijau, violet, merah, kuning, orange,
dan warna-warna yang lain. Agar warna dasar pada pewarnaan berikutnya tidak berubah
atau tidak tertindih warna lain, maka perlu ditutup dengan lilin batik. Oleh karena itu zat
warna yang dipakai adalah yang mempunyai ketahanan yang baik, seperti ; indigosol,
naphtol, atau indanthreen.

3. Menggadung

Menggadung adalah menyiram kain dengan larutan zat pewarna. Kain diletakkan
terbuka rata di atas papan atau meja, kemudian di siram dengan larutan pewarna. Cara
pewarnaan ini menghemat zat warna, tetapi hasil warnanya kurang rata sehingga larutan
cat itu diratakan dengan disapu-sapu. Pewarnaan batik secara menggadung ini dikerjakan
oleh para pembuat batik Pekalongan untuk memberi warna pada kain batik sarung atau
batik buketan.

4. Coletan atau Dulitan

Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik
setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan di daerah yang diwarnai
dengan dibatasai oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak menerobos daerah yang lain.
Biasanya untuk coletan dipakai cat rapid atau indigosol. Di daerah pantai utara Jawa, seperti
Gresik, pewarnaan semacam ini disebut dulitan dan kain batik yang dihasilkan disebut kain
dulitan. Hal ini sudah dikerjakan sejak dahulu. Di daerah Pekalongan, coletan ini banyak
digunakan pada batik buketan.

5. Menyoga

Menyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan
Solo, menyoga merupakan pewarnaan terakhir. Dahulu warna coklat atau warna soga

9
dibuat dari zat pewarnaan tumbuh-tumbuhan, antara lain kulit pohon soga sehingga sampai
sekarang mencelup batik dengan warna ini disebut menyoga dan warna coklat pada kain b
atik disebut warna soga. Warna soga dapat diperoleh dengan zat-zat warna dari tumbuhan
yang disebut soga Jawa dan zat warna soga synthetis, seperti soga Ergan, soga Chroom, soga
Kopel, zat warna Napthol, zat warna indigosol, atau kombinasi (campuran)dari beberapa zat
warna tersebut.

Tahap pewarnaan ini tidak dapat dipisahkan dengan tahap pemalaman. Setiap tahapan
diberi warna, seperti pewarnaan satu, pewarnaan dua, pewarnaan tiga dan seterusnya. Di
dalam batik pewarnaan dengan satu warna dilakukan sekali proses yang disebut dengan
babar sepisan (babar sekali). Pewarnaan dengan dua warna disebut babar pindo (babar dua
kali), dan tiga kali pewarnaan disebut babar tiga negeri.

Pewarnaan teknik celup adalah mencelupkan seluruh bagian kain batik ke dalam larutan
warna. Untuk penggunaan warna dari napthol dibutuhkan dua kali pencelupan. Celupan
pertama disebut celupan napthol. Pada celupan pertama warna yang dikehendaki belum
muncul. Baru pada celupan kedua warna akan muncul. Pencelupan kedua disebut
penggaraman karena yang digunakan adalah zat kimia garam (RC). Celupan kedua berfungsi
untuk memunculkan dan menguatkan warna yang dikehendaki.

C. Penghilangan Lilin (Pelorodan)

Menghilangkan lilin (malam) pada batik dapat bersifat menghilangkan sebagian atau
menghilangkan keseluruhan lilin. Menghilangkan sebagian atau setempat adalah melepas
lilin pada tempat atau bagian-bagian tertentu dengan cara mengerok dengan alat sejenis
pisau. Pekerjaan dengan cara mengerok ini disebut ngerok ataungerik. Pekerjaan ini
dilakukan setelah kain di wedel untuk batik sogan dari Solo atau Yogyakarta. Maksud dari
pekerjaan ini ialah membuka lilin klowongan, dimana pada bekas lilin yang dikerok ini
nantinya akan diberi warna soga.

Penghilangan lilin secara keseluruhan dapat dilakukan pada pertengahan maupun akhir
proses pembuatan kain batik Penghilanagn lilin secara keseluruhan disebut pelorodan.
Pada batik Pekalongan proses ini sering dilakukan. Pelorodan yang dilakukan ditengah
proses pembatikan biasanya dilakukan untuk memberikan warna lain pada jejak lilin yang
dilorod. Pada bagian-bagian pola yang diinginkan, dibiarkan putih dicanting (ditutup)
ditutup kembali dengan lilin. Sementara bagian lain yang akan diwarna tertentu dibiarkan
tanpa ditutup lilin.

Pelorodan pada akhir proses pembuatan batik disebut dengan mbabar atau ngebyok.
Pelepasan dilakukan dengan menggunakan air panas. Lilin akan meleleh dalam air panas
sehingga terlepas dari kain. Untuk kain dengan pewarnaan dari bahan alam, air panas diberi
kanji. Sementara untuk pelorodan kain batik dengan pewarnaan dengan warna sintetis air

10
panasnya diberi soda abu. Lilin dapat dihilangkan dengan menyeterika. Penghilangan lilin
malam dengan seterika dilakukan sebagai berikut ;

1. Siapkan meja kerja dengan alas koran bekas.


2. Siapkan pula kertas koran lain dan kertas tisu.
3. Letakkan kain batik yang akan dihilangkan lilin malamnya di atas kertas koran bekas. Di
atas kain diletakkan kertas tisu beberapa lembar sesuai kebutuhan.
4. Letakkan lagi (di atas tisu) selembar kertas koran.
5. Setelah seterika panas, letakkan di atas kertas koran paling atas. Gosok-gosokkan
seterika beberapa saat.
6. Angkat kertas koran paling atas dan kertas tisu. Dengan pemanasab seterika tersebut,
lilin malam akan meleleh dan menempel pada kertas tisu.

11
BAB IV

Membuat Pola Batik

Dalam membatik dibutuhkan keluwesan dan kecepatan membentuk suatu motif.


Selain itu diperlukan daya cipta dan kreativitas dalam membuat gambar (pola) dengan
canting di atas kertas atau kain. Dalam membuat pola batik, dikenal tiga tingkatan latihan,
yaitu tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga.

Tingkat Pertama yaitu melatih tangan mencapai keluwesan dan kecepatan membuat
garis dan bentuk tertentu. Bentuk latihan dengan membuat garis dan bentuk dengan pensil
di atas kertas. Tingkat Kedua yaitu melatih daya cipta atau kreativitas. Latihan yang
dilakukan adalah membuat stilasi benda-benda yang ada di sekitar. Kemudian latihan di
tingkatkan dengan menggambar benda-benda khayalan. Latihan berikutnya adalah
menggabungkan unsur-unsur gambar dalam sebuah komposisi bidang. Tingkat
ketiga dengan membuat gambar (pola) menggunakan canting di atas kain. Dalam membatik
dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan. Membuat pola ada tiga langkah yaitu membuat
pola pokok, membuat motif isen, dan membuat motif pengisi bidang.

A. Membuat Pola Pokok

Di dalam membuat pola batik, langkah pertama adalah membuat pola pokok. Pada
latihan ini kita mengambil contoh pola pokok motif hias kawung. Tebali titik-titik di bawah
ini sehingga menjadi garis. Pada pola hias kawung di atas dihiasi dengan motif pengisi.
Banyak variasi motif pengisi yang dapat dibuat. Kalian daopat membuat variasi sendiri
untuk motif isen, atau mootif pengisi bidang yang ada.

B. Membuat Motif Pengisi Bidang dan Isen


1. Motif Pilin Berganda
Lengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok motif pilin berganda di
bawah ini dengan ragam hias pengisi bidang sesuai dengan kreasimu sendiri.
2. Motif Tumpal
Lengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok motif tumpal dibawah
ini dengan ragam hias pengisi bidang sesuai dengan kreasimu !
3. Motif Banji
Lengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok banji di bawah ini
dengan ragam hias pengisi bidang !

Sebelum memulai berlatih menggambar pola batik kita harus mengetahui lebih dulu
bagian-bagian gambar motif dalam sebuah pola batik, yaitu :

1. Ornamen Pokok

12
Yang dimaksud gambar ornamen pokok yaitu bagian pola yang akan dijadikan pola
utama, misalnya Di dalam batik yang berpola buketan maka pola pokoknya adalah
berupa garis-garis gambar buket.
2. Ornamen Isian (isen-isen)
Isian adalah gambar-gambar yang berfungsi untuk mengisi dan melengkapi gambar
ornamen pokok. Ornamen isian atau isen dalam batik terdiri dari garis-garis dan titik-
titik Isian (isen) yang berbentuk garis-garis disebut dengan sawut. Isian (isen) yang
berbentuk titik-titik disebut dengan cecek.Sehingga isen yang terdiri dari titik dan garis
disebut dengan sawut cecek. Selain dari dua bentuk di atas, juga ada jenis isian batik
yang lain diantaranya :
a. Sisik
b. sisik melik
c. herangan
d. gringsing
e. sirapan
f. cacah gori
3. Ornamen Pengisi

Yaitu pola-pola batik yang berfungsi mengisi bidang kain diluar ornamen pokok.
Biasanya pola-pola pengisi bidang dibuat dengan ukuran kecil menyebar diseluruh dasar
kain. Ornamen pengisi ini bisa berbentuk motif tumbuhan, binatang, ceplokan, atau motif
geometris lainnya. Jadi di dalam membuat gambar pola batik langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Membuat gambar ornamen pokok terlebih dahulu.


2. Gambar ornamen pokok yang sudah jadi diberi isen-isen pada setiap bagiannya.
3. Bidang-bidang kain yang diluar motif pokok atau disekeliling yang masih kosong
dilengkapi dengan ornamen pengisi sesuai keinginan kita.

Berikut beberapa bentuk-bentuk motif Isian (isen-isen) :

Cacah gori Cecek

Cecek Pitu Gelaran

13
Gringsing Herangan

Kembang Cengkeh Kembang Jeruk

Kembang Lombok Manggaran

Mata Deruk Rambutan

Sawut Sawut Cecek

Sirapan Sisik

Sisik Melik Ukel

Berikut adalah gambar bagian-bagian ornamen pada sebuah pola motif batik :

14
BAB V

Batik Cap

Masih ingat dengan batik Cap ? Batik cap adalah batik yang pembuatannya atau
penempelan lilin malamnya menggunakan canting cap. Cara kerja canting cap adalah seperti
ketika kita menggunakan stempel. Dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba berlatih
membuat batik cap dengan alat dan bahan sederhana. Canting cap ini kta ganti dengan
bahan alam seperti pelepah pisang, ketela, belimbing, daun-daunan, tangkai daun pepaya
dan sebagainya. Untuk pengganti lilin malamnya kita gunakan cat air atai pewarna makanan.
Dan sebagai ganti wajan kita gunakan tatakan yang diberi kapas atau kain. Motif yang dapat
kita buat untuk cap sederhana ini umumnya lebih banyak ke motif buketan. Apa itu motif
buketan ? Motif buketan adalah motif yang berbentuk rangkaian bunga. Motif ini sangat
terkenal sebagai salah satu motif batik Pekalongan. Sangat mudah bukan ??

Berikut adalah contoh hasil batik cap sederhana

15
A. Pengertian Batik Cap

Batik Cap adalah batik yang proses pembatikannya menggunakan canting cap. Canting
cap dibuat dengan lempengan kecil bahan tembaga membentuk corak atau motif pada
salah satu permukaannya. Pembuatan canting cap dilakukan oleh orang yang memang ahli
dalam hal tersebut. Permukaan canting cap menggunakan bahan lempengan tembaga tipis
dengan alasan bahwa tembaga memiliki sifat lentur, mudah dibuat pola dan tahan
terhadap panas.

Permukaan canting cap tersebut dirangkaikan dengan struktur plat dari besi tipis dan
kuat. Cara kerja canting cap ini sama dengan ketika menggunakan stempel. Hanya saja kita
tidak menggunakan tinta sebagai jejak perintangnya, namun yang digunakan adalah cairan
lilin (malam). Pada perkembangannya canting cap banyak mendapat pengaruh dari India
dan Cina, bahkan sekarang sebagaian orang ada yang menggunakan cukilan kayu sebagai
canting cap. Tentu dengan pertimbangan keunikan efek yang dihasilkan pada corak atau
motif yang dihasilkan.

Pada awalnya canting cap hanya digunakan untuk pola-pola atau motif pinggiran,
namun kini canting cap juga digunakan untuk mencetak pola pada seluruh permukaan kain.
Hal ini karena dengan cara seperti ini akan dihasilkan pekerjaan yang lebih cepat, efektif
dan efisien. Proses pemalaman (pengecapan) atau perintangan ini tentu saja tidak
sesederhana yang diterangkan di atas. Pemalaman (pengecapan) dapat dilakukan beberapa
kali tergantung jumlah warna yang dikehendaki. Setiap perajin yang ingin menghadirkan
warna tertentu dalam batik maka bagian lain yang tidak akan diwarnai harus ditutup
dengan malam. Proses pemalaman ini akan diikuti dengan proses pelorodan, yaitu proses
melepaskan malam dari permukaan kain.

Proses pembatikan dengan canting cap sama dengan proses menggunakan canting tulis.
Makin banyak warna yang dibutuhkan makin sering pula proses pemalaman, pencelupan,
dan pelorodan dilakukan. Namun dalam hal kerumitan, ketelitian, dan kesinambungan
keseluruhan coraknya, hasil batikan canting cap tidak sebaik dan sehalus batik yang
dikerjakan dengan canting tulis. Proses membatik terbagi atas tahap pemalaman,
pewarnaan, dan penghilangan malam. Tahap-tahap tersebut didahului oleh persiapan kain
yang harus memenuhi kualitas kehalusan, daya serap serat kain terhadap zat warna, daya
tahannya terhadap zat kimia dan perubahan suhu. Kelebihan batik cap ini selain
pengerjaannya lebih cepat, juga dapat membuat batik dengan motif yang sama secara
massal atau bersama-sama dalam jumlah yang banyak. Dan hal tersebut tidak dapat
dilakukan dalam batik tulis. Selain itu batik cap memiliki harga yang lebih murah jika
dibandingkan dengan batik tulis.

B. Struktur Canting Cap

16
Sebagaimana di awal sudah dijelaskan mengenai canting cap. Pada awal sejarahnya
canting cap (penera) yang dipakai bahannya terbuat dari kayu atau cukilan kayu. Namun
dalam perkembangannya canting cap dari cukilan kayu tidak digunakan lagi hal ini
dikarenakan kayu tidak bisa tahan lama dan mudah rusak. Maka sebagi gantinya digunakan
tembaga yang ternyata memiliki daya tahan lama dan kuat baik terhadap panas maunpun
zat kimia. Umumnya ukuran canting cap adalah 20 cm x 20 cm, atau 24 cm x 24 cm
(menurut bentuk motifnya).Canting cap atau penera ini dibuat rangkap 2, satu untuk
sisi bagian atas kain dan dua untuk sisi bagian belakang kain. Jadi ketika dilakukan
pekerjaan nerusi maka digunakan canting cap yang pola motifnya kebalikan (terbalik) dari
canting yang ke satu. Ini biasanya diterapkan pada canting cap yang memiliki pola motif
non geometris ( hewan dan tumbuhan). Sebaliknya ada juga canting cap yang bisa
digunakan bolak-balik pada kedua sisi kain. Dan ini umumnya canting cap yang memiliki
pola motif geometris (memiliki bentuk berupa bidang-bidang). Gambar berikut adalah
bagian-bagian canting cap :

Keterangan

1. Permukaan / penampang canting cap


2. Penahan permukaan canting cap
3. Konstruksi Penguat
4. Gagang canting cap
5. Kayu pegangan canting cap

17
C. Raport Motif Cap

Raport (Sanggit : bahasa Jawa) adalah susunan dari pola motif batik yang saling menyambung
sisi-sisinya ada 5 macam sesuai dengan cara menjalankan canting cap diantaranya adalah :

1. Raport Tubrukan
2. Raport Onda onde
3. Raport Lereng
4. Raport Mubeng
5. Raport Mlampah Sareng
D. Alat Membatik Cap

Pada dasarnya alat dan bahan membatik cap dengan membatik tulis hampir sama.
Perbedaannya hanya pada alat cantingnya dan wajan. Kalau dalam batik cap
digunakan canting yang cara kerjanya mirip dengan stempel. Wajan yang digunakan pada
batik cap mempunyai bentuk pipih dan datar, tidak seperti wajan pada batik tulis yang
mempunyai bentuk cekung dan bundar.

Kompor termasuk alat utama dalam proses membatik dengan canting cap maupun tulis.
Kompor berfungsi untuk mencairkan atau melelehkan lilin (malam). Selanjutnya pada wajan
yang digunakan untuk membatik cap diletakkan kain goni di atas permukaannya, tujuannya
agar cairan lilin malam dapat menempel secara merata pada penampang canting cap.

18
Meja cap yang digunakan dalam membuat batik cap terbuat dari kayu, yang pada
bagian permukaan meja dilapisi dengan busa (spoon) yang sudah dilapisi dengan plastik
perlak untuk mengoptimalkan hasil cap-capan dan sekaligus menghindari agar malam tidak
lengket pada meja maka busa (spoon) harus dalam keadaan basah.

E. Teknik Mengecap

Pada awal pembahasan telah dijelaskan bahwa ada beberapa cara menjalankan canting
cap, sesuai dengan raport yang dikehendaki. Ada yang disebut dengan tubrukan, onda-
onde, Lereng, mlampah sareng dan yang lainnya. Secara teknis disini akan dijelaskan
bagaimana tahapan atau langkah yang harus diperhatikan pada saat mengecap secara urut
sebagai berikut :

Sebelum untuk mengecap canting cap ditempelkan


pada lembaran kain goni yang telah dipenuhi lelehan
cairan lilin malam. Fungsi kain goni disini adalah agar
cairan lilin malam dapat menempel pada penampang
atau permukaan canting cap secara merata. Sebagai
catatan usahakan agar nyala api kompor tidak terlalu
besar atau panas yang dapat mengakibatkan lilin
malam terlalu panas dan mudah menetes atau
mleber pada kain sebelum dilakukan pengecapan.

Agar cairan lilin malam tidak banyak yang terangkat


dalam permukaan canting cap yang dapat
mengakibatkan hasil cap-capan kurang sempurna
maka canting cap dikibaskan ke atas wajan. Denga
demikian cairan lilin malam yang berlebihan tersebut
akan kembali ke wajan.

Bantalan yang terbuat dari busa dilapisi plastik tebal


atau perlak yang selalu dibasahi agar lembab. Pada
jaman dulu bantalan ini terbuat dari karung goni
yang diisi sekam (dedak) dan di atasnya dilapisi
kupasan batang pohon pisang sebagai peredam
panas, sehingga cairan lilin malam cepat mengering.

19
Proses membuat batik dengan canting cap adalah
menyusun motif berdasarkan raport canting cap yang
dipakai.

Untuk memberi tekanan agar motif canting cap


menempel pada kain mori secara merata, perajin
sering memukul dengan tangan kirinya. Kekuatan
tekanan ini didasarkan pada penghalaman.

BAB VI

Membuat Batik Cap Sederhana

Kita tentu masih ingat tiga langkah pokok teknik membuat batik yaitu, pemalaman
(perintangan), pewarnaan, dan pelepasan lilin malam. Dalam materi ini akan diuraikan cara
membuat batik cap sederhana.

A. Cap Sederhana

Teknik batik cap sederhana dapat dibuat dengan berbagai macam media. Media yang di
maksud di sini adalah alat cap. Alat cap sederhana dapat dibuat dari berbagai bahan,
seperti bambu, rotan, kayu, dan tripleks. Yang terpenting dalam pembuatan alat cap
sederhana adalah dengan membuat pola benda ke atas kain. Permukaan potongan bambu
untuk membuat motif dapat berupa lingkaran, lengkungan, dan sebagainya.
Untuk mempermudah memahami alat cap sederhana ini dapat kita bandingkan ketika kita
melakukan cetak tinggi dengan bahan ketela, wortel, pelepah pisang, belimbing, dan
sebaginya.

B. Membuat Batik Sederhana

Seabelum praktik dilakukan, kalian harus membuat perencanaan. Perencanaan ini


berfungsi sebagai pedoman. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan akan terarah.
Terarah artinya kegiatan yang tidak menyimpang dari rencana. Perencanaan sederhana
contohnya seperti berikut :

1. Nama Kegiatan : membuat batik sederhana

20
2. Motif Yang direncanakan : abstrak (kreasi baru)
3. Teknik yang dipilih : cap dan lukis
4. Teknik pewarnaan : celup
5. Pelepasan lilin malam : lorod rebus

Dari perencanaan sederhana di atas kalian dapat memulai langkah selanjutnya, yaitu
menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Bahan yang digunakan antara lain sebagai
berikut ;

1. Kain mori : 50 cm x 50 cm
2. Lilin malam : secukupnya
3. Zat pewarna : naphtol kering + garam (AS)
4. Soda abu : secukupnya
5. Air : secukupnya
6. Kain tebal : 15 cm x 15 cm

Alat yang digunakan antara lain sebagai berikut ;

1. Wajan datar (dari tutup kaleng)


2. Kompor kecil
3. Kuas ukuran sedang
4. Potongan bambu atau gelas kertas
5. Kawat kecil
6. Kertas koran bekas
7. Ember ukuran sedang

Prosedur pembuatannya sebagai berikut :

1. Perintangan (Pemalaman)
a. Siapkan kompor, wajan kecil, dan lilin malam.
b. Nyalakan kompor dengan api sedang
c. Letakkan wajan di atas kompor dengan lilin malam di dalamnya. Biarkan sampai
lilin malam mencair. Perhatikan bongkahan lilin malam jangan terlalu besar.
Sesuaikan dengan kapasitas wajan agar tidak tumpah. Jika sudah mencair, api
kompor di kecilkan.
d. Siapkan selembar kain mori putih di atas meja kerja yang sudah dilapisi koran
bekas. Rapikan kain mori jangan sampai terlipat. Kerapian akan mempengaruhi
hasil.
e. Letakkan kain tebal di permukaan wajan. Fungsi kain tebal ini adalah sebagai
tempat canting cap mengambil cairan lilin malam . Caranya dengan
menempelkan permukaan canting cap ke permukaan kain tebal yang sudah
terlumuri cairan lilin malam. Dengan demikian cairan lilin malam yang menempel
pada canting cap tidak terlalu banyak.

21
f. Ambil alat yang akan digunakan sabagai canting cap. Kalian dapat menggunakan
potongan bambu atau gelas kertas (bekas gelas mie). Tempelkan permukaan cap
tersebut ke kain tebal yang ada di wajan.
g. Permukaan canting yang sudah mengandung cairan lilin malam itu segera
ditempelkan pada permukaan mori yang sudah disiapkan.
h. Kalian dapat menambah motif dengan kuas atau menggunakan alat lain.
i. Jika motif sudah sesuai dengan yang kita inginkan, mori diangkat dan diangin-
anginkan. Biarkan sampai lilin pada kain mengering kembali.
2. Pewarnaan

Pada perencanaan telah ditentukan pewarnaan menggunakan naphtol kering. Perlu


di ketahui bahwa warna naphtol kering tidak langsung menghasilkan warna yang
dikehendaki. Warna baru muncul jika hasil pencelupan dengan naphtol dicelup kembali
ke dalam cairan garam. Garam yang dimaksud adalah zat kimia khusus untuk
memunculkan warana naphtol. Kamu dapat membelinya di toko-toko obat batik. Setiap
jenis warna naphtol memiliki kode kimia tersendiri. Demikian pula garamnya. Oleh
karena itu ketika membelinya harus memberitahu jenis warna yang diinginkan. Pada
praktik kali ini kita akan mencoba menggunakan naphtol AS dengan garam RD. Warna
yang dihasilkan adalah merah cerah. Perbandingan naphtol dan garam dengan air adalah
sebagai berikut :

a. 7 gram naphtol AS untuk setiap 1 liter air.


b. 18 gram garam RD untuk setiap 1 liter air
3. Pencelupan
a. Larutkan naphtol AS ke dalam air dengan perbandingan 7 gram untuk setiap 1
liter air.
b. Larutkan pula garam RD dalam air dengan perbandingan 18 gram untuk 1 liter.
c. Celupkan kain yang sudah dibatik ke dalam larutan naphtol AS. Usap-usaplah kain
dengan telapak tangan untuk membantu warna masuk dalam serat kain. Jika
sudah rata, kain diangkat. Pada tahap ini warna yang diinginkan belum muncul.
d. Kain yang sudah dicelup larutan naphtol kemudian dicelup dengan larutan garam
RD. Pada tahap ini warna yang diinginkan baru muncul. Lakukan pencelupan
sampai warnanya merata.
e. Cucilah kain dengan air bersih kemudian tiriskan.
4. Pelorodan (Pelepasan) Lapisan lilin malam

Pelepasan malam dengan teknik kerokan dilakukan dengan alat sejenis pisau tumpul.
Alat dikerokkan pada lapisan lilin malam sedikit demi sedikit hingga semua lilin terlepas.
Untuk membersihkan sisa-sisa lilin malam pada kain dilakukan dengan lorod rebus.
Lorod rebus yaitu kain direbus dalam air panas sambil dibolak-balik.

C. Menyiapkan Celupan Warna

22
Pada pelajaran ini kita sudah menentukan bahan pewarna batik, yaitu bahan sintetis.
Bahan warna disebut pula ubar. Bahan warna sintetis adalah bahan warna kimia buatan
pabrik tertentu. Kita akan berkenalan dengan bahan pewarna naphtol. Naphtol adalah
zat warna tekstil untuk celup batik secara cepat. Naphtol memiliki warna yang kuat. Oleh
karena itu, batik modern banyak menggunakan jenis pewarna ini. Pewarna naphtol
terdiri atas dua unsur, yaitu naphtol AS sebagai dasar warna dan garam diazonium
sebagai pembangkit warna. Garam diazonium biasa disebut garam saja.

BAB VII

Membuat Desain Motif Tumbuhan/ Binatang

Batik ada yang bermotif tumbuhan dan binatang. Bagaimana cara membuat motif
batik tersebut? Pada kesempatan ini saya akan coba menunjukkan cara membuat motif hias
tumbuhan dan binatang.

Motif hias tumbuhan terdiri atas beberapa unsur, antara lain ; daun, tangkai/cabang,
dan bunga. Nah untuk membuat motif-motif hias harus dilakukan stilasi. Stilasi yang
dimaksud adalah menyederhanakan atau menggayakan bentuk realistis /benda (obyek)
yang ada di sekeliling kita menjadi bentuk dekoratif. Berikut adalah beberapa contoh
bentuk-bentuk stilasi yang mengambil obyek tumbuhan dan binatang.

23

Anda mungkin juga menyukai