Anda di halaman 1dari 23

K.D 3.

7 MELEKATKAN MALAM MENGGUNAKAN CANTING (NGRENGRENG)

Oleh Zanuar Didik Bintoro  Mei 16, 2019  Posting Komentar


DAFTAR ISI(SHOW)
MELEKATKAN MALAM MENGGUNAKAN  CANTING (NGRENGRENG). Setelah
mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu melekatkan malam menggunakan canting
(ngrengreng) dengan benar.

Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi melekatkan


malam menggunakan canting (ngrengreng) ini guna memfasilitasi peserta latih
sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Melaksanakan persiapan ngrengreng menggunakan canting termasuk Instruksi
kerja diidentifikasi dengan teliti, Peralatan kerja disiapkan, Bahan disiapkan dan
Lingkungan kerja ditata sesuai dengan kebutuhan
2. Melekatkan malam pada motif menggunakan canting termasuk Ukuran canting
tulis dipilih sesuai kebutuhan, Malam dipanaskan sampai suhu yang sesuai
untuk membatik, Malam cair dituliskan dengan canting pada tepi motif
batik(nglowong), Malam cair dituliskan untuk mengisi ornamen motif / latar
(ngiseni), Pelekatan malam pada bagian belakang kain (nerusi) dilakukan, dan
Kesempurnaan hasil pekerjaan melekatkan malam dipastikan
3. Menyelesaikan pekerjaan ngrengreng menggunakan canting termasuk Tempat
kerja dibersihkan dan Bahan dan peralatan dikembalikan dengan rapi pada
tempat penyimpanan

Jenis-jenis Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam melakukan persiapan ngrengreng menggunakan canting adalah
sebagai berikut :
Cara menyiapkan peralatan kerja :

1) Periksalah keadaan kompor batik, cek sumbu pada kompor batik dan cek
apakah bocor atau tidak.
2) Periksalah alat canting tulis sebelum digunakan, kontrol apakah sudah
bersih dan pastikan tempat untuk membatik sudah rapi dan siap dipakai.
3) Periksalah perlengkapan batik tulis sesuai dengan prosedur dalam
pembatikan.
4) Tes dan uji coba terlebih dahulu sebelum bekerja pada benda kerja yang
sebenarnya.
5) Pada waktu bekerja pakailah peralatan keselamatan kerja
Cara menyiapkan bahan
Bahan yang perlu disiapkan :
a. Kain yang sudah dipola
Kain yang digunakan untuk membatik ada macam-macam, misalnya kain
prima, kain paris, kain santung, kain primissima dll. Tentunya kain yang
digunakan untuk membatik yaitu kain yang sudah dipola/sudah ada motifnya
b. Malam
Ada 3 jenis macam malam : malam klowong, malam tembok dan malam
biron.
Cara menyiapkan bahan :
1) Periksalah kain yang akan dibatik apakah sudah terpola semua sesuai
dengan pola.
2) Periksalah malam yang akan digunakan mulai dari malam klowong, malam
tembok dan malam biron

Cara memilih ukuran canting tulis sesuai kebutuhan

Canting Batik dan Bagiannya

Canting berasal dari bahasa Jawa yang berarti alat untuk melukis batik tulis. Canting
batik terdiri dari tiga bagian yaitu cucuk, nyamplung dan pegangan. Cucuk atau
carat fungsinya seperti mata pena sebagai ujung keluarnya cairan malam (lilin).
Supaya keluarnya lebih lancar, ujung cucuk ini ditiup dahulu untuk mendinginkan
suhu malam. Nyamplung fungsinya sebagai tempat untuk memasukkan malam
panas. Cucuk dan nyamplung terbuat dari tembaga, karena tembaga merupakan
material yang baik sebagai penghantar panas.
Bagian canting batik yang ketiga adalah pegangan canting batik yang terbuat dari
bambu. Pada umumnya canting batik terbuat dari tembaga, dalam
perkembangannya fungsi tembaga digantikan dengan teflon. Bahkan saat ini
ada canting batik elektrik yang pemanasnya langsung ke nyamplung canting, jadi
tidak perlu di panaskan di dalam wajan.
Bentuk dan bagian-bagian canting batik :

1. Gagang terong, yaitu tangkai canting batik yang terletak pada bagian belakang
untuk ditancapkan pada tangkai yang sebenarnya dan umumnya terbuat dari
bambu.
2. Nyamplungan, yaitu badan utama canting batik dan berbentuk oval agak pipih.
Fungsinya untuk menciduk dari tempat cairan malam. Dinamakan nyamplungan
karena bentuk dan besarnya menyerupai nyamplung yaitu nama buah-buahan.
3. Carat/cucuk, carat atau cucuk terletak pada bagian paling depan dan berbentuk
seperti pipa melengkung. Fungsinya untuk jalan keluarnya cairan malam.
Sebagai alat untuk melukis batik, canting batik dibedakan menjadi beberapa
macam, canting batik menurut fungsinya, canting menurut besar kecilnya cucuk,
dan canting batik menurut banyaknya cucuk atau carat.

1. Canting Batik Menurut Fungsinya


a. Canting Batik Rengreng (Klowong)
Canting batik ini mempunyai cucuk tunggal dan tidak terlalu besar, diameter 1-
2.5 mm. Fungsinya untuk membuat pola pertama pada batik tulis atau terkenal
dengan istilah merengreng (nglowong). Pola pertama atau dasar tidak terlalu
rumit karena belum ada isian maupun tembokan atau pulasan pada kain.
b. Canting Batik Isen
Canting batik isen mempunyai cucuk tunggal dan banyak sesuai dengan motif
yang diinginkan, diameter canting ini lebih kecil 0.5-1.5 mm.

2. Canting Batik Menurut Ukurannya

a. Canting Batik Cucuk Kecil


Adalah canting batik bercucuk kecil digunakan untuk membuat isen pada pola
batik yang telah direngreng.
b. Canting Batik Cucuk Sedang (Klowong)
Canting batik ini digunakan untuk membuat pola pertama sebagai pola dasar
dalam pembuatan batik tulis.
c. Canting Batik Cucuk Besar
Digunakan untuk membuat pola-pola yang berukuran besar. Pola tersebut
dipilih untuk membuat perbedaan antara pola utama dan pola tambahan. Tapi
tidak semuanya pola diperlakukan seperti itu karena akan memakan waktu
yang lebih lama untuk memilih pola yang akan diperbesar. Di daerah Trusmi,
Cirebon canting batik ini digunakan untuk membuat tembokan atau pulasan
pada kain, biasanya ujung cucuk ditambah dengan balutan kain sehingga
diameter yang didapat lebih besar.

3. Canting Batik Menurut Banyaknya Cucuk atau Carat

a. Canting cecekan
Canting cecekan bercucuk satu (tunggal), kecil, dipergunakan untuk membuat
titik- titik kecil (Jawa : cecek). Orang membuat titik-titik dengan canting
cecekan disebut “nyeceki”. Selain untuk membuat titik-titik kecil sebagai
pengisi bidang, canting cecekan dipergunakan juga untuk membuat garis-garis
kecil.
b. Canting loron
Loron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting ini bercucuk
dua,berjajar atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis rangkap.
c. Canting telon
Telon dari kata telu yang berarti tiga. Canting ini bercucuk tiga dengan
susunan bentuk segi tiga. Kalau canting telon dipergunakan untuk membatik,
maka akan terlihat bekas segi tiga yang dibentuk oleh tiga buah titik, sebagai
pengisi.
d. Canting prapatan
Prapatan dari kata papat yang berarti empat. Maka canting ini bercucuk
empat, dipergunakan untuk membuat empat buah titik yang membentuk
bujursangkar sebagai pengisi bidang.
e. Canting liman
Liman dari kata lima. Canting ini bercucuk lima untuk membuat bujursangkar
kecil yang dibentuk oleh empat buah cicik dan sebuah titik ditengahnya.
f. Canting byok
Canting byok ialah canting yang bercucuk tujuh buah atau lebih dipergunakan
untuk membentuk lingkaran kecil yang terdiri dari titik-titik, ; sebuah titik atau
lebih, sesuai dengan banyaknya cucuk, atau besar kecilnya lingkaran. Canting
byok biasanya bercucuk ganjil.
g. Canting renteng atau galaran
Galaran berasal dari kata galar, suatu alat tempat tidur terbuat dari bambu
yang dicacah membujur. Renteng adalah rangkaian sesuatu yang berjejer ;
cara merangkai dengan sistem tusuk. Canting galaran atau renteng selalu
bercucuk genap ; empat buah cucuk atau lebih : biasanya paling banyak enam
buah, tersusun dari bawah ke atas.

2. Cara memanaskan malam sampai suhu yang sesuai untuk membatik

Malam dipanaskan sampai cair/meleleh dengan api kompor yang tidak terlalu
besar/sedang. Apabila api kompor terlalu besar, maka malam akan terlalu cair
dan apabila ditorehkan di kain akan meleber. Cairan malam / lilin harus tetap
terjaga pada kondisi suhu 70 derajat celcius.

Cara menuliskan malam cair dengan canting pada motif batik (nglowong)

Nglowong yakni proses pelekatan malam yang pertama pada kain dengan
mengikuti pola yang sudah ada. Pelekatan malam menggunakan canting
klowong. Sifat lilin yang digunakan dalam proses ini harus cukup kuat dan
renyah. Jenis malam ini digunakan agar supaya lilin mudah dilepaskan dengan
cara dikerok karena bekas gambar dari lilin ini nantinya akan diberi
warna. Nglowong ada dua tingkatan yaitu: ngéngréng (menorehkan padapola) dan nerusi
(menorehkan malam pada bagian belakang kain yang belum
tembus).

Cara menuliskan malam cair untuk mengisi ornament motif/latar


(ngiseni)

Ngisen-iseni dari kata isi. Maka ngisen-iseni berarti memberi isi atau mengisi.
Ngisen-iseni dengan mempergunakan canting cucuk kecil disebut juga Canting
Isen.Tetapi sepotong mori belum tentu mempergunakan seluruh macam canting isen,
tetapi tergantung pada motif yang akan dibuat. Umpama memerlukan
bermacam-macam canting isen karena beraneka motif; tetapi membatik harus
satu persatu, dan setiap bagian harus selesai sebelum bagian yang lain
dikerjakan dengan canting lain misalnya kalau nyeceki (membuat motif yan
terdiri dari titik-titik ), bagian cecekan harus selesai seluruhnya. Kegiatan
mengerjakan bagian-bagian mempunyai nama masing-masing ; nama tersebut
menurut nama canting yang dipergunakan. Proses pemberian nama ialah denganmengubah nama
benda (nama canting) menjadi kata kerja, sedang hasil
kerjanya diambil dari nama canting yang di pergunakan. Nama canting yang
digunakan :
a. Nyeceki yaitu mempergunakan canting cecekan, hasilnya nama cecekan.
b. Neloni ialah mempergunakan canting Telon, hasilnya disebut Telon.
c. Mrapati ialah mempergunakan Canting Prapatan, hasilnya bernama Prapatan
dan seterusnya.
d. Nggalari yaitu mempergunakan canting galaran atau renteng, dan tidak
pernah disebut ngrentengi; sedang hasilnya selalu disebut galaran, tidak
pernah disebut rentengan.

Cara mengunakan canting bertahap itu banyak keuntungannya. Keuntungannya :


a. canting dapat dipergunakan bergantian dalam satu rombongan pengobeng
(pembatik) yang berbeda-beda tugasnya (berbeda tahap batikan yang
dikerjakan);
b. mengurangi jumlah canting yang semacam meskipun anggota pengobeng
cukup banyak.
Kalau dua orang bersamaan akan mengunakan canting semacam, sedangkan
canting hanya sebuah, maka salah satu dapat menundanya dan mengerjakan
bagian lain dengan canting lain. Demikian seterusnya. Batikan yang lengkap
dengan isen-isen disebut reng-rengan. Oleh karena namanya reng-rengan, maka
pengobeng yang membatik sejak permulaan sampai penyelesaian (akhir)
memberi isen-isen disebut ngengreng. Jadi ngengrengan merupakan kesatuan
motif dari keseluruhan yang dikehendaki. Hal itu merupakan penyelesaian yang
pertama.
K,D 8 Ketahui Proses Membuat Batik dan Cara Mewarnainya
Konten ini diproduksi oleh kumparan

Baju batik di Pasar Sentono (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)


Siapa tidak kenal batik? Sejak ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, nama batik semakin dikenal oleh masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Apa sih sebenarnya batik itu? Banyak orang masih salah mengartikan batik. Dari segi bahasa, kata
“batik” berasal dari Bahasa Jawa “tik”yang berarti titik. Kata batik bisa diartikan sebagai pembuatan
titik yang memang merujuk pada motif batik yang pada dasarnya terdiri dari garis dan titik.
Tetapi kata “batik” yang dipatenkan oleh UNESCO ternyata bukan motifnya, tetapi definisi batik
yang merujuk para proses pembuatannya. Batik adalah teknik pewarnaan dengan perintang pewarna
menggunakan lilin atau malam panas. Jadi, yang disebut batik sebenarnya adalah prosesnya dan
bukan motifnya.

Siswa Rumah Batik menggambar pola (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)


Untuk membuat batik diperlukan waktu yang relatif lama, tergantung dari tingkat kesulitan dan
ukuran kain yang akan dibatik. Untuk batik tulis dengan ukuran standar (220 cm x 150 cm)
dibutuhkan waktu sekitar dua hari hingga satu bulan lebih. Sedangkan untuk batik cap yang prosesnya
lebih sederhana, bisa dilakukan dalam satu hari saja.
ADVERTISEMENT
Sebelum melewati proses pembatikan, pertama kita harus menggambar pola yang akan kita buat pada
sebuah kertas pola. Kertas itulah yang akan menjadi patokan ketika kita ingin menggambar pola yang
sama pada lebih dari satu kain. Setelah itu, pola yang sudah kita gambar kita jiplak dengan
menggunakan kertas karbon pada kain.

Meniup canting sebelum digunakan (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)


Langkah kedua adalah proses pembatikan dengan menggunakan canting maupun cap. Lilin yang
digunakan terbuat dari lilin pada sarang tawon atau lanceng yang dicampur dengan beberapa bahan
seperti gondorukem (getah pohon pinus), damar mata kucing (getah pohon meranti) dan minyak
hewan atau minyak kelapa. Lilin yang digunakan harus dalam keadaan panas agar bisa menembus
serat kain.
Canting cap untuk membuat batik (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Selanjutnya, jika malam sudah mongering dilakukan proses pewarnaan. Proses ini bisa dilakukan
hingga puluhan kali tergantung intensitas dan jumlah varian warna yang akan digunakan. Semakin
banyak dan semakin gelap warnanya, tentu prosesnya akan lebih panjang.
ADVERTISEMENT
Siswa Rumah Batik TBiG mencolet warna (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Ada dua jenis cara mewarnai batik yaitu celup dan colet. Celup biasa digunakan untuk mewarnai
bagian kain yang luas seperti background. Satu kali pencelupan, hanya bisa satu warna.  Sedangkan
colet, digunakan untuk mewarnai bagian batik yang lebih detail dan membutuhkan banyak warna.
Caranya mirip seperti melukis dengan kuas, hanya saja media yang diwarnai hanya bagian tertentu
saja.
Proses terakhir adalah pelorotan atau peluruhan lilin dari kain. Kain akan direndam dalam air
mendidih yang sudah dicampur dengan soda ash. Soda ash atau dikenal juga dengan soda api
berfungsi untuk membantu proses peluruhan. Tapi hati-hati, jika terkena kulit bisa menyebabkan
iritasi. Proses ini bisa berlangsung berkali-kali tergantung kebutuhan. Setelah dilorot, kain akan
dibilas dengan air biasa dan di jemur hingga kering sebelum akhirnya bisa digunakan.
ADVERTISEMENT
Batik kreasi Rumah Batik TBiG (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Bagaimana? Panjang, ‘kan proses pembuatannya? Dengan prosesnya yang panjang, rumit dan butuh
ketelitian serta ketelatenan yang tinggi, tidak heran kain batik bisa dibanderol dengan harga yang
tinggi bahkan puluhan juta rupiah per helainya.

Cara Menggunakan Pewarna Indigosol pada Batik


 Admin Batik Merang  12:49  Batik Merang , Tips & Tricks  5 Comments
Cara menggunakan pewarna indigosol dalam proses mewarnai kain batik dianggap sebagai salah
satu cara yang cukup mudah.
Selain kemudahan dalam proses penggunaannya, pewarna batik indigosol sendiri dalam pewarnaan
batik juga terkenal sebagai jenis pewarna yang paling bagus dan tahan lama.
Contoh beberapa nama pewarna Indigosol serta hasil warnanya/Doc pribadi/Em

Dalam artikel ini kami ingin menyampaikan sebuah tips cara membuat larutan pewarna indigosol
beserta penguncinya.

Sebelumnya, jika pembaca ingin tahu lebih banyak tentang pewarna indigosol bisa
mengunjungi tautan ini. Kami sudah mengulas cukup detail dalam artikel tersebut mengenai kualitas
pewarna indigosol.

Nah, untuk artikel sederhana ini kami hanya ingin menyampaikan hal yang berkaitan dengan tata cara
membuat larutan pewarna indigosol. Jika pembaca belum sempat membeli pewarna atau pengunci
warna untuk indigosol, bisa membeli pada kami dengan menghubungi kontak yang sudah kami
terakan dalam laman berikut ini.

Yak, langsung saja kita mulai langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat larutan pewarna
indigosol ini. Berikut adalah beberapa langkah yang dimaksud:

Pertama, sediakan semua bahan-bahan yang diperlukan yaitu;


1. Bubuk pewarna indigosolnya.
Kunjungi laman ini untuk mengenal nama-nama pewarna indigosol.

2. Pengunci warna
Pengunci warna untuk indigosol ini yaitu sodium nitrit dan air keras

3. Air panas baru mendidih


Sediakan air panas ini minimal separuh takaran. Misal untuk membuat larutan pewarna 1 liter maka
sediakanlah setidaknya setengah liter air panas baru mendidih.

4. Wadah atau tempat larutan


Sesuaikan ukuran wadah ini, kalau misalkan untuk 1 liter pakailah ember dan sejenisnya yang
memuat air sedikitnya 1 liter air. Kalau cuman mau bikin larutan sedikit saja misalnya 200 ml, maka
bisa menggunakan gelas plastik atau sejenisnya.
5. Kuas untuk mencolet jika diperlukan
Buat sendiri dengan mengikat perca kain pada ujung suatu lidi/kayu kecil. Buatlah dengan rajin.
Namun kalau keperluannya untuk mtode celup, maka kuas ini tidak diperlukan.

Ke dua, takar bubuk pewarna terlebih dahulu. Untuk hasil maksimal, ambil 50 gr bubuk pewarna
untuk 1 liter air.

Ke tiga, masukkan bubuk pewarna yang sudah ditakar ke dalam wadah. Lalu berikan air panas
separuh dulu, aduk sampai semua bubuk larut dalam air panas tersebut. Jika sudah, tambahkan
separuh lagi air dingin (air adem biasa).
Ke empat, kuaskan atau coletkan larutan pewarna ini pada kain yang ingin diwarnai. Atau kalau
metode pencelupan, kain batik mentah yang akan diwarnai dengan pewarna indigosol bisa langsung
dicelupkan ke dalam larutan pewarnanya.

Ke lima, angin-anginkan hasilnya terlebih dahulu. Biarkan sampai pewarna yang dicoletkan atau
dicelupkan mengering. Untuk metode pencelupan, setelah dicelup dan kondisi kain masih kuyup,
sebaiknya dikibas-kibaskan dengan cara dibentangkan oleh dua orang dari dua sisi berlawanan. Kibas-
kibaskan sejenak di bawah terik matahari. Kalau sudah dirasa tidak lagi kuyup, bisa kemudian
dijemur biasa. Tunggu hingga kering.

Ke enam, fiksasi
Fiksasi di sini yaitu kita harus membuat larutan penguncinya terlebih dahulu dengan menggunakan
sodium nitrit dan air keras. Untuk mempermudah pencelupan pada pengunci ini, ada baiknya
pengunci untuk fiksasi ini dibuat dengan volume yang cukup banyak sekira 10-20 liter.

Adapun resep membuat pengunci pewarna indigosol ini yaitu takar nitrit seberat 25 gram, larutkan
kedalam 5 liter air. Lalu tambahkan air keras 25 gram juga, kemudian tambahi air 5 liter lagi.

Jika sudah, kain batik yang sudah diwarna tadi tinggal dicelupkan dan direndam sesaat pada larutan
pengunci tersebut. Saat direndam itu, harusnya sudah nampak hasil pewarnaannya. Dan ketika
diangkat, warna sudah benar-benar nampak dengan jelas.

Ke tujuh, cuci hasilnya


Setelah melalui tahap pewarnaan (baik dengan metode coletan maupun dicelupkan), serta sudah
melewati proses fiksasi pada larutan pengunci, selanjutnya tinggal dicuci dengan air bersih. Sebaiknya
direndam beberapa saat sebelum dikeringkan atau dilorod.

Nah, itulah cara penggunaan warna indigosol yang dapat kami sampaikan. Kurang dan lebihnya kami
memohon dengan hormat agar dimaklumi adanya. Sekian dulu dari kami.
Wassalam, semoga bermanfaat, dan bagi pembaca yang ingin membeli pewarna indigosol bisa
mengunjungi toko online kami di tokopedia berikut: Pelengkap Batik Merang
3.9 PEWARNAAN KAIN BATIK

 Indonesia   English

 Daftar

 Login

Keranjang

0
 HOME
 KATEGORI PRODUK
o
o
o
o
o
o
 DETAIL UKURAN
o
o
 CARA PESAN
 JURNAL
 TESTIMONI
 KONTAK KAMI
 TENTANG KAMI
 CEK RESI JNE
 TERMS & CONDITIONS

1. Home

2. List Artikel

3. Proses pewarnaan batik


PROSES PEWARNAAN BATIK
 Oleh Admin  Jum'at, 18 Desember 2015

Batik tidak terlepas dari berbagai warna. Warna yang digunakan untuk membatik terdiri dari
beberapa macam. Berikut penjelasannya:

Pewarna Alami
        Batik tidak luput dari proses pewarnaan, salah satunya melalui proses pewarna alami. Zat
pewarna alami untuk bahan tekstil biasanya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian
tumbuhan seperti kayu, akar, daun, biji dan bunga. Dari berbagai bagian tumbuhan tersebut
dapat menemukan berbagai warna yang berbeda. Para pengrajin batik telah mengenal berbagai
tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna tekstil, diantaranya: daun pohon nila (indofera), kulit
pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit
(Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum
ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava).
Agar bahan-bahan tersebut dapat menempel kuat pada kain , proses pewarnaan dibantu dengan
fiksasi. Jenis-jenis bahan fiksasi ada 3 yaitu: 
1. Kapur      : untuk menghasilkan warna yang muda atau terang.
2. Tawas       : untuk memperoleh warna dasar atau asalnya.
3. Tunjung    : agar menghasilkan warna yang lebih tua.
               Kekurangan menggunakan pewarna alami adalah konsentrasi pigmen yang rendah,
stabilitas pigemn yang rendah dan keseragaman warna kurang baik dan spectrum warna tidak
seluas pewarna sintetik. Terlepas dari kekurangan tersebut, batik dengan pewarna alami juga
memiliki keunggulan dan memiliki daya tarik global dengan karakteristik yang unik, etnik dan
eksklusif.

Pewarna sintetis
             Sama halnya dengan bahan tekstil lain, proses pewarnaan pada kain batik juga ada
yang menggunakan pewarna sintetis. Zat pewarna sintetis adalah zat pewarna yang dibuat
menggunakan zat-zat kimia tertentu. Namun, tidak semua pewarna sintetis dapat digunakan
untuk batik karena proses pewarnaan batik saat pencelupan harus berada pada suhu kamar.
Berikut berbagai macam zat pewarna sintetis untuk batik:

1.Zat warna Naphtol


Zat pewarna ini memiliki 2 komponen yaitu sebagai komponen dasar dan komponen
pembangkit. Zat pewarna ini juga tidak larut dalam air. Pencelupan naphtol dikerjakan dalam 2
tingkat. Tingkat pertama, pencelupan dengan naphtolnya sendiri. Pada proses pertama ini belum
menghasilkan warna apapun. Setelah itu tahap kedua, dibangkitkan dengan larutan azodium
yang berfungsi untuk memunculkan warna yang diinginkan. Dalam pewarnaan menggunakan zat
ini dapat dihasilkan warna-warna tua/dop dan digunakan dengan proses pencelupan. Tua atau
muda warna tergantung pada banyaknya naphtol yang diserap oleh serat.

2.Zat warna Rapid


Zat pewarna ini adalah campuran antara komponen naphtol dan garam diazonium yang
distabilkan. Warna yang sering dipakai yaitu rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak
ditemu pada zat pewarna lain. Untuk memunculkan warna harus difixasi dengan asam sulfat
atau asam cuka. Zat warna ini hanya digunakan untuk pewarnaan batik coletan. Coletan adalah
proses pewarnaan batik dengan alat dari rotan/kuas dengan cara digambarkan pada motif
tertentu yang telah dibatasi oleh garis-garis malam sehingga warna tidak akan berceceran.

3.Zat warna Indigosol


Zat pewarna ini adalah salah satu zat yang memiliki ketahanan luntur yang baik, berwarna rata
dan cerah. Zat pewarna ini dapat dipakai secara pencelupan dan coletan. Warna yang
ditimbulkan dari zat warna indigosol ini adalah cenderung menghasilkan warna lembut/pastel.
Kelebihan yang diperoleh dari zat pewarna sintetis ini adalah mempunyai kekuatan warna lebih
kuat, lebih stabil, lebih murah dan mudah didapat. Selain itu menggunakan pewarna sintetis juga
memiliki kekurangan yaitu, pengolahan limbah yang rumit.

Ketahui 3 Teknik Pewarnaan Batik


Berbahan Sintetis yang 'Mendobrak'
Tradisi
Selama ini yang kita sering tahu, motif batik dibuat menggunakan teknik tulis, cap,
campuran tulis dan cap, maupun cetak. Umumnya tradisi membatik tersebut
memanfaatkan lilin malam dan bahan pewarna alami, meskipun tidak menutup
kemungkinan adanya penggunaan zat pewarna sintetis. Setelah motif terbentuk,
batik kemudian diwarnai dengan mencelupkannya ke dalam larutan pewarna yang
telah dipersiapkan.

Selain teknik celup, ada pula 3 teknik lain yang lebih inovatif karena memanfaatkan
alat yang sebelumnya jarang digunakan untuk mewarnai produk tekstil. Ketiga teknik
berikut ini menggunakan pewarna batik sintetis bersifat kimiawi seperti remasol,
indigosol, napthol, dan rapid. Sebelum Anda bingung, mari simak penjelasan kami
mengenai teknik pewarnaan batik yang ‘mendobrak’ tradisi ini!

Teknik semprot

Teknik semprot menggunakan kompresor. (Sumber: Antara Jateng)


Teknik semprot menggunakan airbrush yang biasa digunakan untuk mengecat
kendaraan kini bisa menjadi alternatif pewarnaan batik. Penggunaan airbrush dan
kompresor menghasilkan warna yang unik dan menarik dalam waktu yang relatif
cepat. Warna yang muncul pada batik menjadi lebih beragam sekaligus terlihat
natural dan nyeni. Gunakan napthol untuk warna gelap dan indigosol untuk warna
terang. Di balik kemudahan tekniknya, sayangnya keberagaman warna tersebut
hadir secara tumpang tindih, tidak merata, dan terkesan memudar.

Teknik coletan
CARA PEWARNAAN BATIK

Kembali pada pengertian batik yaitu pemberian motif pada kain dengan penghalang warna
berupa lilin / malam. Bagian yang kena malam tidak kena warna, bagian kain yang terbuka kena
warna.
Ada beberapa cara pewarnaan batik yang dilakukan, yaitu :
1. celupan, kain yang sudah diberi motif dicelup ke dalam larutan pewarna, biasanya
dilakukan untuk mendapatkan warna solid, digunakan pewarna naphtol - garam / base
dan indigosol 
2. coletan atau kuas pada bidang  - bidang khusus yang dipilih, biasanya yang tertutup atau
dibatasi lilin.Kain diletakkan di atas meja atau dibentangkan pada bingkai khusus.
3. celupan dan dilanjutkan dengan dijemur di bawah sinar matahari dengan kain dibuat
berkerut secara beraturan, sebagian orang menyebutnya smook. Yang banyak
digunakan adalah reaktif golongan vinyl sulfone.
4. kain diikat atau jumputan, sebelum diwarnai. 
5. Kain dikuas atau dispon secara beraturan atau acak dengan komposisi warna tertentu.
Beberapa jenis pewarna yang umum digunakan dalam cara pewarnaan batik adalah :
1. Indigosol, bisa digunakan untuk coletan, tau celupan untuk mendapatkan warna yang
solid, memiliki range warna yang tidak terlalu luas, terutama tidak ada warna merah yang
tua, dan warna warna cerah seperti stabilo, turquise, pink cerah tidak bisa didapatkan
dengan Indigosol.
2. Naphtol - Garam atau Naphtol - Base, pewarna yang paling banyak digunakan untuk
mendapatkan warna - warna yang tua, gelap, dan mudah dalam cara pewarnaan batik.
Resiko belang saat pencelupan tidak terlalu besar, tetapi kain denga pewarnaan naphtol
tidak kuat dengan panas atau sinar yang terlalu kuat. Macam warna hijau tidak banyak,
hanya yellowishgreen, hijau cerah atau muda tidak bisa dihasilkan dengan warna
naphtol.
3. Reaktif, bisa digunakan untuk celupan, coletan, kuas, dan smook juga ikat - warna
(jumputan). Range warna luas, warna cenderung bright / terang. 
Mewarnai batik membuatnya hidup
Cara pewarnaan batik banyak cara dan jenisnya.
Beberapa yang umum dilakukan adalah :
1. pencelupan yaitu kain batik dicelupkan ke dalam larutan zat warna tertentu, lalu diikuti dengan
dicelupkan ke larutan yang memfiksasi pewarna atau yang memunculkan warna. Ada beberapa
warna yang umum digunakan untuk pencelupan batik cap atau batik tulis, naphtol - garam,
indigosol, reaktif, dan sebagainya.
2. mencolet, yaitu mewarnai batik cap atau tulis pada bagian-bagian tertentu dari motif, yang
digunakan adalah obat indigosol, reaktif, alat yang digunakan adalah kuas, penjalin / rotan, atau
bambu.
3. mengkuas atau spon, kain yang akan diwarnai dibentangkan di alat seperti plangkan dengan
posisi horizontal lalu pewarna di spon atau kuas dengan merata. Pewarna yang umumnya
digunakan adalah reaktif. Fiksasi reaktif digunakan sodium silikat / Waterglass.

4. di smook atau di warna abstrak, pada intinya kain dicelup, tetapi setelah itu kain dibawa ke
area terbuka, di bawah sinar matahari, lalu dikerut - kerutkan secara teratur dan akan
menciptakan efek gradasi warna setelah kering, biasa juga ditaburi zat kimia yang menimbulkan
efek pada pewarnaan abstrak ini, misal soda ash, waterglass, hidrosulfid, dan lain - lain.
5. abstrak pola dengan kuas, mirip dengan nomor 3, bedanya adalah digunakan lebih dari 1
warna, biasanya digunakan 3 warna sehingga timbul perpaduan 3 warna dan tumpukan warna
yang terjadi.
6. pewarnaan dengan sistem ikat, biasanya digunakan untuk menambah motif di kain, digunakan
pada umumnya obat reaktif.
Banyak teknik pengembangan cara pewarnaan batik, seiring dengan kreatifitas dan usaha
menanggulangi kendala di pewarnaan dan juga efisiensi tapi berkualitas.

Membatik dengan coletan. (Sumber: Beritadaerah)


Sebenarnya teknik pewarnaan coletan ini sudah cukup lama dikenal dan sering
digunakan pada batik pesisiran berwarna cerah. Proses pewarnaan yang
menyerupai kegiatan melukis ini menggunakan sejenis rotan atau kuas sebagai
alatnya. Pewarna seperti indigosol atau remasol langsung dicoletkan di atas motif
batik utama yang sudah dibatasi oleh malam agar tidak meluber ke bagian lain.
Dengan teknik ini, sehelai batik bisa memiliki bermacam warna, motif yang akan
dicolet pun bisa dipilih. Meskipun begitu, teknik ini bisa memakan waktu lama
apabila motif yang dicolet berjumlah banyak.

Teknik usap
Contoh batik yang diwarnai dengan teknik usap. (Sumber: Batik Kirani)
Teknik yang satu ini menarik karena bisa menghasilkan warna-warna yang
bergradasi. Masih menggunakan bahan sintetis seperti indigosol dan napthol, alat
yang berupa spon dicelupkan ke dalam larutan pewarna kemudian diusapkan ke
atas motif batik. Beberapa warna yang berbeda bisa dicampurkan dan diusap
sekaligus sehingga dibutuhkan kreativitas tinggi untuk memadupadankannya agar
didapatkan hasil yang indah dilihat. Kelemahan dari teknik ini adalah warnanya yang
tidak terlalu melekat pada kain.

Dari ketiga teknik inovatif di atas, menurut Anda teknik manakah yang mampu
menghasilkan batik dengan warna yang paling menarik di mata? Tentu semua
tergantung pada selera masing-masing, ya. :)

 Share

Anda mungkin juga menyukai