Anda di halaman 1dari 20

Ahlak Mulia Rasulullah SAW

27 Votes
Firman Allah SWT dalam Alquran
68.4. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Ayat di atas memuat pujian Allah SWT kepada Rasul pilihan-Nya Muhammad SAW.
Bahwa memang tidak ada manusia yang lebih sempurna akhlaknya daripada beliau dan
merupakan suatu anugerah dari Allah SWT yang telah memberi taufik kepadanya.
Tidak ada satu pun kebagusan dan kemuliaan melainkan didapatkan pada diri beliau
dalam bentuk yang paling sempurna dan paling utama. Hal ini pun diakui
oleh para sahabat yang menyertai hari-hari beliau sebagaimana dinyatakan Anas
bin Malik radhiyallahu anhu:
Adalah Rasulullah SAW manusia yang paling bagus akhlaknya.
Bagaimana Anas tidak memberikan sanjungan yang demikian sementara ia telah
berkhidmat pada beliau sejak usia sepuluh tahun dan terus menyertai beliau selama
sembilan tahun. Dan tidak pernah sekalipun ia mendapat hardikan dan kata-kata kasar
dari Nabi nan mulia ini.
Aku berkhidmat kepada beliau ketika safar maupun tidak. Demi Allah
terhadap suatu pekerjaan yang terlanjur aku lakukan, tidak pernah beliau
berkata Kenapa engkau lakukan hal tersebut demikian? Sebalik bila ada
suatu pekerjaan yg belum aku lakukan tidak pernah beliau berkata
Mengapa engkau tdk lakukan demikian?. Demikian pengakuan Anas
radhiyallahu anhu.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha ketika ditanya oleh Sad bin Hisyam bin
Amir tentang akhlak Rasulullah SAW ia menjawab:
Akhlak beliau adalah Al-Qur`an. Tidakkah engkau membaca firman Allah
SWT Sungguh engkau berbudi pekerti yang agung?

Bahwa gambaran apa saja yg diperintahkan Al-Qur`an pasti beliau lakukan. Dan apa
saja yang dilarang Al-Qur`an beliau tinggalkan. Selain memang Allah SWT telah
menciptakan beliau dengan sebaik-baik tabiat dan akhlak seperti rasa malu, dermawan,
berani, penuh pemaaf, sangat sabar dan lain sebagai dari perangai-perangai yg baik.
Kebagusan akhlak ini tampak dari diri beliau ketika bergaul dengan istri sanak family
sahabat masyarakat bahkan dengan musuhnya. Tidak heran masyarakat Quraisy yang
paganis ketika itu memberi gelar pada beliau Al-Amin, yakni orang yang terpercaya,
jujur, tidak pernah dusta, lagi amanah, sebagai bentuk pengakuan terhadap salah satu
pekerti beliau yang mulia.
Ahlak Rasulullah SAW Bersama Istrinya
Keberadaan Rasulullah SAW sebagai pemimpin tiap hari tersibukkan dengan beragam
persoalan umat, mengurusi dan membimbing mereka bukanlah menjadi alasan beliau
untuk tidak meluangkan waktu membantu istri di rumah.
Bahkan didapati beliau adalah orang yang perhatian terhadap pekerjaan dalam rumah.
Sebagaimana persaksian Aisyah radhiyallahu anha ketika ditanya tentang apa
yang dilakukan Rasulullah SAW ketika di rumah.
Aisyah radhiyallahu anha mengatakan: Beliau biasa membantu istrinya. Bila
datang waktu shalat beliau pun keluar untuk menunaikan shalat.
Beliau ikut turun tangan meringankan pekerjaan yang ada,
Beliau manusia sebagaimana manusia yang lain. Beliau membersihkan
pakaian memerah susu kambing dan melayani diri sendiri.
Sifat penuh pengertian kelembutan kesabaran dan mau memaklumi keadaan istri amat
lekat pada diri Rasul. Aisyah radhiyallahu anha berbagi cerita tentang kasih sayang dan
pengertian beliau SAW:
Rasulullah SAW masuk ke rumahku sementara di sisiku ada dua budak
perempuan yang sedang berdendang dengan dendangan Buats. Beliau
berbaring di atas pembaringan dan membalikkan wajahnya. Saat itu
masuklah Abu Bakr. Ia pun menghardikku dengan berkata Apakah
seruling setan dibiarkan di sisi Nabi SAW? Rasulullah SAW menghadap ke
arah Abu Bakr seraya berkata Biarkan keduanya. Ketika Rasulullah telah
tertidur aku memberi isyarat kepada kedua agar menyudahi dendangan
dan keluar. Kedua pun keluar.

Termasuk akhlak Nabi SAW beliau sangat baik hubungan dengan para
istri beliau. Wajahnya senantiasa berseri-seri suka bersenda gurau dan
bercumbu rayu bersikap lembut terhadap mereka dan melapangkan
mereka dalam hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya.Sampaisampai beliau pernah mengajak Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu
anha berlomba lari utk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau
terhadapnya.
Ummul Mukminin Shafiyyah radhiyallahu anha berkisah bahwa suatu malam
ia pernah mengunjungi Rasulullah SAW saat sedang itikaf di masjid pada sepuluh hari
yang akhir di bulan Ramadhan. Shafiyyah berbincang bersama beliau beberapa waktu.
Setelah ia pamitan untuk kembali ke rumahnya. Rasulullah SAW pun bangkit untuk
mengantarkan istrinya. Hingga ketika sampai di pintu masjid di sisi pintu rumah
Ummu Salamah lewat dua orang dari kalangan Anshar kedua mengucapkan salam lalu
berlalu dgn segera.
Melihat gelagat seperti itu Rasulullah SAW menegur kedua Pelan-pelanlah kalian
dalam berjalan tdk usah terburu-buru seperti itu karena tidak ada yang
perlu kalian khawatirkan. Wanita yg bersamaku ini Shafiyyah bintu Huyai
istriku. Kedua menjawab Subhanallah, wahai Rasulullah tidaklah kami
berprasangka jelek padamu. Beliau menanggapi Sesungguhnya setan
berjalan pada diri anak Adam seperti beredarnya darah dan aku khawatir
ia melemparkan suatu prasangka di hati kalian.
Aisyah radhiyallahu anha pernah ditanya: Apakah yang dilakukan Rasulullah
SAW di dalam rumah? Ia radhiyallahu anha menjawab: Beliau SAW
adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah
susu dan melayani diri beliau sendiri. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Dari rumah beliau yang penuh berkah itulah memancar cahaya Islam, sedangkan beliau
sendiri tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal perut beliau. An-Numan
bin Basyir menuturkan kepada kita keadaan Rasulullah SAW:
Aku telah menyaksikan sendiri keadaan Rasulullah SAW, sampai-sampai
beliau tidak mendapatkan kurma yang jelek sekalipun untuk mengganjal
perut. (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu anha menuturkan:

Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah menya-lakan tungku masak


selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air. (HR. AlBukhari)
Tidak ada satu perkara pun yang melalaikan Rasulullah SAW dari beribadah dan
berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah mengumandangkan azan; Marilah
tegakkan shalat! Marilah menggapai kemenangan! beliau segera
menyambut seruan tersebut dan meninggalkan segala aktifitas duniawi.
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: Aku pernah bertanya kepada
Aisyah radhiyallahu anha: Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah SAW
di rumah? Aisyah radhiyallahu anha menjawab: Beliau biasa membantu
keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk
menunaikan shalat). (HR. Muslim)
Tidak satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau mengerjakan shalat fardhu
di rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau SAW pernah terserang demam yang
sangat parah. Sehingga sulit baginya untuk keluar rumah, yakni sakit yang mengantar
beliau menemui Allah SAW.
Tawadhu Rasulullah SAW di hadapan istri-istri beliau
Rasulullah SAW bersikap tawadhu (rendah diri) dihadapan istri-istrinya, sampaisampai beliau membantu istri-istrinya dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga
meskipun ditengah kesibukan beliau menunaikan kewajiban beliau untuk
menyampaikan risalah Allah atau kesibukan mengatur kaum muslimin-.
Aisyah berkata, Rasulullah SAW dalam kesibukan membantu istrinya, dan
jika tiba waktu sholat maka beliaupun pergi sholat. (HR Al-Bukhari V/2245 no
5692)
Imam Al-Bukhari membawakan perkataan Aisyah ini dalam dua bab yaitu Bab tentang
bagaimanakah seorang (suami) di keluarganya (istrinya)? dan Bab seseorang
membantu istrinya

Urwah berkata kepada Aisyah, Wahai Ummul Mukminin, apakah yang


dikerjakan oleh Rasulullah SAW jika ia bersamamu (di rumahmu)?,
Aisyah berkata, Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah
seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki

sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember. (HR Ibnu


Hibban (Al-Ihsan XII/490 no 5676, XIV/351 no 6440),)
Dalam buku Syamail karya At-Thirmidzi, Dan memerah susu kambingnya
(Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di As-Shahihah 671)
Berkata Ibnu Hajar, Hadits ini menganjurkan untuk bersikap rendah diri dan
meninggalkan kesombongan serta seorang suami yang membantu istrinya. (Fathul
Bari II/163)
Hal ini tidak sebagaimana yang kita lihat pada sebagian suami yang merasa terhina jika
melakukan hal-hal seperti ini, merasa rendah jika membantu istrinya mencuci,
meneyelesaikan beberapa urusan rumah tangga, apalagi jika mereka adalah para
suami berjas (alias kantoran). Maka seakan-akan pekerjaan seperti ini tidak pantas
mereka kerjakan. Atau mereka merasa ini hanyalah tugas ibu-ibu dan para suami tidak
pantas dan tidak layak untuk melakukannya.
Berikut ini beberapa kisah yang menunjukan tawadunya Rasulullah SAW
dihadapan istri-istrinya
Dari Anas bin Malik berkata, Suatu saat Nabi SAW di tempat salah seorang
istrinya maka salah seorang istri beliau (yang lain) mengirim sepiring
makanan. Maka istri beliau yang beliau sedang dirumahnyapun memukul
tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan pecah (sehingga makanan
berhamburan). Lalu Nabi SAW mengumpulkan pecahan piring tersebut
dan mengumpulkan makanan yang tadinya di piring, beliau berkata, Ibu
kalian cemburu. (HR Al-Bukhari V/2003 no 4927)
AKHLAK RASULULLAH SAW, MENOLAK KEJAHATAN DENGAN
KEBAIKAN.
Rasulullah SAW adalah sosok pribadi yang dalam prilaku kesehariannya selalu
mencerminkan akhlakul karimah.
Berikut ini adalah realitas kehidupan Rasulullah yang dapat menjadi renungan kita
semua dan dapat kita jadikan sebagai suri tauladan
Tatkala seorang pandir Quraisy mencegat rasulullah di tengah jalan, lalu
menyiramkan tanah di atas kepala beliau. Muhammad SAW diam menahan pedih.
kemudian pulang ke rumah dengan tanah yang masih menempel di kepala. Fatimah,

putrinya, kemudian datang mencucikan tanah di kepala ayahnya itu. Ia


membersihkannya sambil menangis. Tak ada yang lebih pilu rasanya dalam hati
seorang ayah daripada mendengar tangis sang anak. Lebih-lebih anak perempuan.
Setitik air mata kepedihan yang mengalir dari kelopak mata seorang putri adalah
sepercik api yang membakar jantung. Beliau pun tak kuasa menahan getir, lalu
menangis tersedu-sedu di sisi sang putri. Juga, secercah duka yang menyelinap ke
dalam hati adalah rintihan jiwa yang terasa mencekik leher, dan hampir pula menyuluti
emosinya untuk membalas. Tetapi Rasul Muhammad adalah seorang yang sabar dan
pemaaf. lalu, apakah yang beliau lakukan dengan tangis putrinya yang baru saja
kehilangan sang ibu tercinta itu?
Rasulullah Muhammad SAW hanya bisa menghadapkan jiwanya kepada Allah, seraya
memohon dikuatkan batinnya untuk menerima perlakuan keji itu. Jangan menangis
anakku ucap sang ayah kepada putrinya yang sedang berlinang air mata itu. Tuhan
akan melindungi ayahmu.
Inilah akhlak cantik yang telah diperlihatkan oleh Rasul kepada kita semua, menolak
kejahatan dengan kebaikan meskipun ajaran agama memberikan kesempatan
pada rasul yang telah diperlakukan secara tidak manusiawi (dzalim) untuk mengadakan
perlawanan demi membela diri, bahkan, apabila mau bisa membalas . namun rasulullah
memilih sabar dan memaafkan perbuatan keji tersebut.
Sungguh, membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama, tidak dikenakan sanksi
dosa, karena dosa itu hanya berlaku bagi orang-orang yang berbuat aniaya (dzalim)
tanpa berpijak pada logika kebenaran, namun agama lebih mengutamakan sikap sabar
dan saling memaafkan ketimbang sikap saling membalas dan saling
memusuhi.Kejahatan hendak dibalas dengan kejahatan, tentulah bukan sebuah pilihan
yang baik bagi responsibiliti moral sebuah agama.
Dan, kalau kamu hendak melakukan pembalasan, balaslah seperti yang
mereka lakukan kepadamu. Tetapi, kalau kamu bersabar, maka
kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan hendaklah kamu tabahkan
hatimu, karena berpegang kepada pertolongan Allah. Janganlah kamu
bersedih hati terhadap perbuatan mereka. Jangan pula engkau bersesak
dada terhadap apa yang mereka rencanakan. (QS. Al-Nahl: 126-127).
Rasulullah SAW benci kepada orang yang berdiri menghormatinya
Dari Anas bin Malik t berkata :

Tak seorangpun yang mereka cintai lebih dari cinta kepada Rasulullah
SAW tapi jika mereka melihat Rasululloh tidak berdiri menghormati beliau
karena mereka tahu bahwa beliau benci kepada hal yang yang serupa. (HR.
Ahmad dan Turmudzi).
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti
Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad SAW hingga salah seorang isteri beliau,
Sayyidatina Aisyah Rodhiyallahuanha mengatakan bahawa akhlak Rasulullah adalah
Al-Quran.
Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau,
melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku
seharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu yang
tiada tandingnya.
Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh isterinya.
Dalam berkeluarga, beliau adalah seorang yang ringan tangan dan tidak segan-segan
untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur.
Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang
tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah seorang yang paling sabar
dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui hingga membekas
merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami shalat berjemaah, para
sahabat mendapati seolah-olah setiap kali beliau berpindah rukun terasa susah sekali
dan terdengar bunyi yang aneh. Selepas shalat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar
bin Khatthab bertanya,
Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung
penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah?
Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar. Jawab Rasulullah.
Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami
mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan?
Kami yakin baginda sedang sakit. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.

Akhirnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika


mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis tengah di lilit oleh sehelai
kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar.
Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh
Rasulullah SAW bergerak.
Para sahabatpun berkata, Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan
lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk
tuan?. Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, Tidak para sahabatku.
Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa
jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi
beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah
buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih
di akhirat nanti.
SIFAT DAN AKHLAK RASULULLAH S.A.W / CIRI-CIRI FISIK
Diriwayatkan oleh Yakub bin al-Fasawy dari Hassan bin Ali r.a, dia berkata, Pernah
aku tanyakan kepada bapa saudaraku yang bernama Hindun bin Abi Haala
kerana dia adalah seorang yang pandai sekali dalam menyifatkan tentang
peribadi Rasulullah SAW, dan aku sangat senang sekali mendengarkan
sifat Rasulullah SAW untuk aku jadikan bahan ingatan.
Maka katanya, Rasulullah SAW adalah agung dan diagungkan, wajahnya berkilauan
bagaikan bulan purnama, tingginya cukup (tidak pendek dan tidak jangkung), dadanya
lebar (bidang), rambutnya selalu rapi dan terbelah di tengahnya, rambutnya panjang
sampai pada hujung telinganya, dan berambut banyak, mukanya bergabung menjadi
satu, di antara kedua alisnya ada urat yang dapat dilihat pada waktu Baginda sedang
marah, hidungnya membungkuk di tengahnya dan kecil lubangnya, nampak sekali
padanya cahaya, sehingga orang yang memperhatikannya mengira hidung Baginda itu
tinggi (mancung).
Janggutnya (jambang) lebat, bola matanya sangat hitam sekali, kedua pipinya lembut
(halus), mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang, pada dadanya tumbuh bulu
halus, lehernya indah seperti berkilauan saja, bentuknya sedang, agak gemuk dan gesit
(lincah), antara perut dan dadanya sama (tegak), dadanya lebar, di antara dua bahunya
melebar, tulangnya besar, kulitnya bersih, antara dada sampai ke pusarnya ditumbuhi
bulu halus seperti garis, pada kedua teteknya dan pada perutnya tidak ada bulu,
sedangkan pada kedua hastanya dan kedua bahunya dan pada dadanya ditumbuhi bulu,

lengannya panjang, telapaknya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan
kakinya tebal berisi daging, panjang hujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak
terkena tanah apabila Baginda sedang berjalan, kedua telapak kakinya lembut (licin)
tidak ada lipatan dan kerutan.
Apabila berjalan derapan kakinya itu terangkat tinggi seolah-olah air yang sedang jatuh
(jalannya ringan, kakinya terangkat, tetapi tidak seperti jalannya orang yang sombong),
jalannya tunduk dan menunjukkan kehebatan, apabila berjalan, maka jalannya agak
cepat bagaikan dia turun dari tempat yang tinggi, apabila menoleh, Baginda
menolehkan seluruh badannya, matanya selalu tertunduk ke bawah, dan pandangannya
sentiasa memperhatikan sesuatu dengan bersungguh-sungguh, selalu berjalan dengan
para sahabatnya, dan selalu memulai dengan salam apabila Baginda berjumpa dengan
sesiapa pun.
KEBIASAAN RASULULLAH SAW
Kataku selanjutnya, Terangkanlah kepadaku tentang kebiasaannya. Maka
katanya,
Keadaan pribadi Rasulullah SAW itu biasanya tampak selalu kelihatan
seolah-olah selalu berfikir, tidak pernah mengecap istirahat walau sedikit
pun, tidak berbicara kecuali hanya apabila perlu, senantiasa diam, selalu
memulai berbicara dan menutupnya dengan sepenuh mulutnya (jelas),
apabila sedang berbicara Baginda selalu memakai kalimat-kalimat yang
banyak artinya (bijaksana), pembicaraannya itu jelas tanpa berlebihan
ataupun kurang, lemah lembut budi pekertinya, tidak kasar, tetapi
bukannya rendah, selalu mengagungkan nikmat Allah SAWWT walaupun
yang sekecil-kecilnya dan tidak pernah mencela-Nya sedikit pun.
RASULULLAH SAW APABILA DI LUAR
Kata Hassan selanjutnya, Kemudian aku tanyakan kepada ayahku
bagaimanakah keadaan Rasulullah SAW apabila berada di luar.
Maka jawabnya, Rasulullah SAW sentiasa menjaga lidahnya kecuali hanya
untuk berbicara seperlunya, apabila berbicara senantiasa berbicara dengan
halus (lemah-lembut) dan tidak pernah berbicara dengan kasar terhadap
mereka, dan senantiasa memuliakan terhadap orang yang terpandang
(berkedudukan) dan memperingatkan orang jangan sampai ada yang
bertindak menyinggung perasaannya dan perbuatannya. Kebiasaan
Baginda selalu menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya, dan Baginda

selalu memuji segala sesuatu yang baik dan membenci segala sesuatu yang
buruk.
Segala urusannya itu dibuatnya sebaik mungkin. Tidak pernah Baginda
lalai atau malas, demi menjaga jangan sampai mereka melalaikan dan
meremehkan. Segala sesuatu dipersiapkannya terlebih dahulu, dan tidak
pernah akan meremehkan (mengecilkan) kebenaran. Orang yang paling
terpandang menurut Rasulullah SAW ialah mereka yang paling baik
kelakuannya, orang yang paling mulia ialah mereka yang paling banyak
bernasihat (memberikan petunjuk) kepada orang lain, dan orang yang
paling tinggi sekali kedudukannya ialah orang yang selalu ramah-tamah
dan yang paling banyak menolong orang lain..
Kata Hasan, Kemudian aku tanyakan tentang duduknya Rasulullah SAW.
Jawabnya,
Kebiasaan Rasulullah SAW tidak pernah duduk ataupun berdiri
melainkan dengan berzikir, tidak pernah menguasai tempat duduk dan
Baginda melarang seseorang untuk menguasai tempat duduk, dan apabila
Baginda sampai pada tempat orang yang sedang berkumpul maka Baginda
duduk di mana ada tempat terluang (tidak pernah mengusir orang lain dari
tempat duduknya) dan Baginda juga menyuruh berbuat seperti itu.
Baginda selalu memberikan kepuasan bagi sesiapa saja yang duduk
bersama Baginda, sehingga jangan sampai ada orang yang merasa bahawa
orang lain dimuliakan oleh Baginda lebih daripadanya. Apabila ada yang
duduk di majlisnya, Baginda selalu bersabar sampai orang itu yang akan
bangkit terlebih dahulu (tidak pernah mengusir teman duduknya).
Dan apabila ada yang meminta pada Baginda sesuatu hajat maka Baginda
selalu memenuhi permintaan orang itu, atau apabila tidak dapat
memenuhinya Baginda selalu berkata kepada orang itu dengan perkataan
yang baik. Semua orang selalu puas dengan budi pekerti Baginda sehingga
mereka selalu dianggap sebagai anak Baginda dalam kebenaran dengan
tidak ada perbezaan sekikit pun di antara mereka dalam pandangan
Baginda.
Kemudian majlis Baginda itu adalah tempatnya orang yang ramah-tamah,
malu, orang sabar dan menjaga amanah, tidak pernah di majlisnya itu ada
yang mengeraskan suaranya, di majlisnya itu tidak akan ada yang mencela
seseorang jelek dan tidak akan ada yang menyiarkan kejahatan orang lain.
Di majlisnya itu mereka selalu sama rata, yang dilebihkan hanya ketakwaan

saja, mereka saling berlaku rendah diri (bertawadhu) sesama mereka,


yang tua selalu dihormati dan yang muda selalu disayangi, sedangkan
orang yang punya hajat lebih diutamakan (didahulukan) dan orang-orang
asing (ghorib) selalu dimuliakan dan dijaga perasaannya.
RASULULLAH SAW DI TENGAH PARA SAHABAT
Kata Hassan, Maka aku tanyakan tentang keadaannya apabila Baginda
sedang berada di tengah-tengah para sahabatnya.
Jawabnya, Rasulullah SAW sentiasa periang (gembira), budi pekertinya
baik, sentiasa ramah-tamah, tidak kasar maupun bengis terhadap
seseorang, tidak suka berteriak-teriak, tidak suka perbuatan yang keji,
tidak suka mencaci, dan tidak suka bergurau (olok-olokan), selalu
melupakan apa yang tidak disukainya, dan tidak pernah menolak
permintaan seseorang yang meminta.
Beliau meninggalkan tiga macam perbuatan :
Beliau tidak mau mencela seseorang atau menjelekkannya, dan tidak
pernah mencari-cari kesalahan seseorang, dan tidak akan berbicara kecuali
yang baik saja (yang bermanfaat).
Namun apabila Baginda sedang berbicara maka pembicaraannya itu akan membuat
orang
yang ada di sisinya menjadi tunduk, seolah-olah di atas kepala mereka itu ada burung
yang hinggap. Apabila Baginda sedang berbicara maka yang lain diam mendengarkan,
namun apabila diam maka yang lain berbicara, tidak ada yang berani di majlisnya untuk
memutuskan pembicaraan Beliau.
Beliau sentiasa ikut tersenyum apabila sahabatnya tersenyum (tertawa), dan ikut juga
takjub (hairan) apabila mereka itu merasa takjub pada sesuatu, dan Baginda sentiasa
bersabar apabila menghadapi seorang baru (asing) yang atau dalam permintaannya
sebagaimana sering terjadi.
Beliau bersabda, Apabila kamu melihat ada orang yang berhajat maka tolonglah orang
itu, dan Baginda tidak mahu menerima pujian orang lain kecuali dengan sepantasnya,
dan Baginda tidak pernah memotong pembicaraan orang lain sampai orang itu sendiri
yang berhenti dan berdiri meninggalkannya.
RASULULLAH SAW APABILA DIAM

Kata Hassan, Selanjutnya aku tanyakan padanya bagaimanakah peribadi


Rasulullah SAW apabila Baginda diam.
Jawabnya,
Diamnya Rassulullah SAW terbagi dalam empat keadaan : diam karena berlaku
santun, diam karenaa selalu berhati-hati, diam untuk mempertimbangkan sesuatu dan
diam karena sedang berfikir.
Adapun pertimbangannya berlaku untuk mempertimbangkan pendapat orang lain serta
mendengarkan pembicaraan orang lain, sedangkan pemikirannya selalu tertuju pada
segala sesuatu yang akan kekal dan sesuatu yang akan lenyap.
Pribadi Rasulullah sAW sentiasa berlaku santun dan sabar dan Baginda tidak pernah
membuat kemarahan seseorang dan tidak pernah membuat seseorang membencinya,
dan Baginda sentiasa berlaku hati-hati dalam segala perkara; selalu suka pada kebaikan,
dan berbuat sekuat tenaga untuk kepentingan dan demi kebaikan mereka itu baik di
dunia mahupun kelak di akhirat.
Rasulullah SAW adalah suri teladan kita. Beliau dijuluki sebagai The Living
Quran (Alquran hidup). Dan ini diperkuat oleh pernyataan Aisyah RA,
Akhlak beliau (Rasulullah) adalah Alquran. (HR Abu Dawud dan Muslim).
Sejak kecil Nabi Muhammad SAW hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan. Rumah
beliau di samping sebelah timur Masjid Nabawi, sangat kecil. Atapnya rendah terbuat
dari rumbia kurma yang bisa disentuh tangan karena pendeknya.
Di dalam rumah beliau nyaris tak ada perabot. Yang tampak hanya tempat minum
beliau yang terbuat dari kayu keras yang dipatri dengan besi dan sebuah baju besi yang
biasa dipakai beliau ketika berperang. Baju besi inipun konon menjelang Nabi SAW
wafat digadaikan kepada seorang Yahudi. Tempat tidur beliau selembar tikar dari
anyaman pelepah kurma.
Pernah seorang sahabat menawarkan tempat tidur yang lebih layak bagi seorang Rasul
Allah. Namun, beliau menjawab, Apalah artinya dunia bagiku bukankah engkau rela
mereka memperoleh dunia sedangkan kita memperoleh akhirat? Begitulah gambaran
kesederhanaan beliau yang tidak butuh dunia dan tidak silau dengan gemerlapnya
harta.

Rasulullah SAW juga sangat rendah hati. Walau seorang pemimpin agung, beliau tidak
mau disanjung dan dihormati serta dielu-elukan. Anas bin Malik RA berkata, Para
sahabat yang mau berdiri menyambut kehadiran Rasulullah, tidak jadi
berdiri, ketika tahu bahwa Rasulullah tidak mau dihormati seperti itu. (HR
Ahmad).
Walau beliau sibuk dengan pekerjaannya, tapi jika mendengar azan, beliau segera ke
masjid. Belum pernah Rasulullah shalat di rumah kecuali shalat sunah. Sifat Rasulullah
yang lain ialah mudah berkomunikasi dengan siapa pun, berlaku sopan, lemah lembut,
sabar, tidak pernah marah walau disakiti, namun wajah beliau akan berubah merah
padam bila melihat kemungkaran atau hak-hak Allah diinjak-injak dan dihina.
Sehingga, tidaklah berlebihan kalau Allah sendiri memujinya, Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah. (QS Al Ahzab [33]: 21).
AKHLAK RASULULLAH DIUNDANG MAKAN SEORANG BUDAK
Dan Rasulullah SAW tidak pernah mau mengecewakan orang lain, sebagaimana
diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa seorang wanita ( Barirah RA) seorang
budak wanita miskin dari Afrika, ia mengundang Rasul SAW karena diberi makanan
oleh salah seorang sahabat makanan yang sangat enak, maka ia tidak berani
memakannya karena sudah lama ingin mengundang Rasul SAW tapi malu tidak punya
apa-apa.
Maka ketika datang makanan enak sebelum ia ingin mencicipinya, seumur hidup dia
belum mencicipinya dia teringat kepada Rasul SAW, aku ingin Rasul datang mumpung
ada makanan yang enak padahal seumur hidup dia belum mencicipi makanan itu.
Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul SAW ke rumahnya, maka Rasul
SAW datang bersama para sahabat untuk menyenangkan Barirah RA seorang budak
wanita yang miskin, Rasul saw tidak ingin mengecewakan orang lain maka datang Sang
Nabi bersama para sahabat, para sahabat melihat makanan yang sangat enak dan mahal
tidak mungkin Barirah membelinya sendiri, maka berkata para sahabat :
Yaa Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau tidak boleh
memakan zakat dan shadaqah , kalau bukan makanan zakat ya makanan shadaqah,
tentunya kau tidak boleh memakannya

Berubahlah hati Barirah dalam kekecewaan, hancur hatinya dengan ucapan itu walau
ucapan itu benar Rasul SAW tidak boleh memakan shadaqah dan zakat, namun ia tidak
teringat akan hal itu karena memang ia di sedekahi makanan ini, hancur perasaan
Barirah RA dan bingung juga risau dan takut serta kecewa dan bingung karena sudah
mengundang Rasul SAW untuk makan makanan yang diharamkan pada Rasulullah
SAW.
Namun bagaimana manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana, maka
Rasul SAW berkata : Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan sudah
menjadi milik Barirah, Barirah menghadiahkan kepadaku maka aku
boleh memakannya , dan Rasul SAW pun memakannya.
Demikianlah jiwa yang paling indah tidak ingin mengecewakan para fuqara, itu
makanan sedekah betul untuk Barirah tapi sudah menjadi milik Barirah dan Barirah
tidak menyedekahkannya padaku ( Rasulullah SAW ) tapi menghadiahkannya kepadaku
demikian indahnya Sayyidina Muhammad SAW,
Dalam suatu peperangan
Seorang musuh ( Dathur ) dapat menghampiri Rasulullah yang sedang beristirahat.
Dengan pedang terhunus musuh berkata, Siapa lagi yang dapat menyelamatkan
engkau?
Dengan tenang Rasulullah menjawab, ALLAH!
Tiba-tiba pedang terlepas dari tangannya, sebagai satu mukjizat ALLAH pada
Rasulullah. Maka Rasulullah pun mengambil pedang itu dan mengangkatnya ke
hadapan musuh dan bertanya,
Siapa pula yang dapat menyelamatkan kamu sekarang?
Tiada siapa-siapa lagi jawabnya.
Lantas nabi pun memaafkannya. Sehingga karena itu orang tersebut berkata pada
kawan-kawannya, Aku baru kembali dari berjumpa sebaik-baik manusia.
Jika dinilai bahwa Rasulullah s.a.w. adalah sempurna di dalam kedua bentuk sifat
akhlak melalui pembuktian di atas, maka melalui itu dibuktikan juga keluhuran akhlak
para Nabi-nabi lainnya dan dengan demikian telah meneguhkan Kenabian mereka,
kitab-kitab yang mereka bawa serta kenyataan bahwa mereka semua adalah kekasih
Allah SWT.

Rasulullah dan Pengemis Buta


Di sebuah sudut Kota Madinah, selalu mangkal seorang pengemis Yahudi buta. Setiap
orang yang mendekati, ia selalu berkata, Wahai Saudaraku, jangan engkau dekati
Muhammad yang mengaku sebagai Rasul itu. Dia gila, pembohong, dan tukang sihir.
Jika kamu mendekatinya, dia akan memengaruhimu.
Walau begitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rasulullah selalu
membawakan makanan untuknya. Tanpa berkata, beliau menyuapi pengemis itu.
Rasulullah melakukan hal ini hingga wafat.
Ketika Abu Bakar berkunjung ke rumah Aisyah, beliau bertanya, Wahai anakku,
adakah sunah Rasulullah yang belum aku kerjakan? Aisyah menjawab, Wahai ayah,
engkau ahli sunah, hampir tidak ada sunah yang belum ayah lakukan, kecuali setiap
pagi Rasulullah pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang
pengemis Yahudi buta yang berada di sana.
Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan. Abu
Bakar memberikan makanan kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi, pengemis
marah sambil berteriak, Siapa kamu? Abu Bakar menjawab, Aku orang yang biasa.
Pengemis membantah, Engkau bukan orang yang biasa datang. Apabila orang itu
datang, tanganku tidak susah memegang dan mulutku tidak akan susah mengunyah.
Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkannya
kepadaku.
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur, Aku
memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang mulia itu
telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis Yahudi itu
mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata, Benarkah demikian? Selama ini
aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikit pun.
Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia. Pengemis
Yahudi buta tersebut akhirnya masuk Islam dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Itulah salah satu bentuk keagungan seorang Muhammad. Kebaikannya dan ketinggian
akhlaknya tidak terbendung oleh kebencian dan cercaan. Bahkan, beda keyakinan yang
notabene merupakan hal yang paling esensial, menjadi lebur di hadapan keluhuran

hatinya. Ini sebuah cermin dan teladan yang sangat dibutuhkan ketika saling
pengertian, toleransi, dan objektivitas menjadi barang mahal.

AKHLAK RASULULLAH TERHADAP ANAK YATIM


Fajar 1 Syawal menyingsing, menandai berakhirnya bulan penuh kemuliaan. Senyum
kemenangan terukir di wajah-wajah perindu Ramadhan, sambil berharap kembali
meniti Ramadhan di tahun depan. Satu persatu kaki-kaki melangkah menuju tanah
lapang, menyeru nama Allah lewat takbir, hingga langit pun bersaksi, di hari itu segenap
mata tak kuasa membendung airmata keharuan saat berlebaran. Sementara itu, langkah
sepasang kaki terhenti oleh sesegukan gadis kecil di tepi jalan.
Gerangan apakah yang membuat engkau menangis anakku? lembut menyapa suara
itu menahan beberapa detik segukan sang gadis.
Tak menoleh gadis kecil itu ke arah suara yang menyapanya, matanya masih
menerawang tak menentu seperti mencari sesosok yang amat ia rindui kehadirannya di
hari bahagia itu. Ternyata, ia menangis lantaran tak memiliki baju yang bagus untuk
merayakan hari kemenangan.
Ayahku mati syahid dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah, tutur gadis kecil
itu menjawab tanya lelaki di hadapannya tentang Ayahnya.
Seketika, lelaki itu mendekap gadis kecil itu. Maukah engkau, seandainya Aisyah
menjadi ibumu, Muhammad Ayahmu, Fatimah bibimu, Ali sebagai pamanmu, dan
Hasan serta Husain menjadi saudaramu? Sadarlah gadis itu bahwa lelaki yang sejak
tadi berdiri di hadapannya tak lain Muhammad Rasulullah SAW, Nabi anak yatim yang
senantiasa memuliakan anak yatim. Siapakah yang tak ingin berayahkan lelaki paling
mulia, dan beribu seorang Ummul Mukminin?
Begitulah lelaki agung itu membuat seorang gadis kecil yang bersedih di hari raya
kembali tersenyum. Barangkali, itu senyum terindah yang pernah tercipta dari seorang
anak yatim, yang diukir oleh Nabi anak yatim. Rasulullah membawa serta gadis itu ke
rumahnya untuk diberikan pakaian bagus, terbasuhlah sudah airmata. Lelaki agung itu,
shalawat dan salam baginya.

Sumamah adalah tokoh Hunaifiyah yang banyak membunuh para pemeluk agama
Islam. Namun pada akhirnya, ia tertangkap dan menjadi tawanan pihak muslim.
Tawanan itu pun diajukan ke hadapan Rasulullah. Segera setelah melihat Sumamah,
beliau memerintahkan para sahabat di sekelilingnya agar memperlakukannya dengan
baik. Sumamah sangat rakus bila makan, bahkan bisa melahap jatah makanan sepuluh
orang sekaligus tanpa merasa bersalah.
Setiap kali bertemu Nabi ia selalu mengatakan, Muhammad! Aku telah membunuh
orang-orangmu. Jika kamu ingin membalas dendam, bunuh saja aku! Namun jika kamu
menginginkan tebusan, aku siap membayar sebanyak yang kamu inginkan.
Rasulullah hanya mendengarkan ucapannya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Beberapa hari kemudian Rasulullah membebaskan Sumamah pergi. Setelah melangkah
beberapa jauh, Sumamah berhenti di bawah sebuah pohon. Ia selalu berpikir, berpikir,
dan berpikir. Kemudian ia duduk di atas pasir dan masih tetap tidak habis pikir. Setelah
beberapa lama ia bangkit, lalu mandi, dan mengambil air wudlu, kemudian kembali
menuju rumah Rasulullah. Dalam perjalanan menuju rumah Rasulullah ia menyatakan
masuk Islam.
Sumamah menghabiskan beberapa hari bersama Rasulullah dan kemudian pergi ke
Mekah untuk mengunjungi Kabah. Sesampainya di sana, Sumamah menyatakan
dengan suara lantang, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Saat itu Mekah masih berada di bawah kekuasaan Quraisy. Orang-orang
menghampirinya dan mengepung. Pedang sudah terayun-ayun mengintai kepala dan
lehernya. Salah seorang dari kerumunan itu berkata, Jangan bunuh dia! Jangan bunuh
dia! Dia adalah penduduk Imamah. Tanpa suplai makanan dari Imamah kita tidak akan
hidup.
Sumamah menimpali, Tetapi itu saja tidak cukup! Kalian telah sering menyiksa
Muhammad. Pergilah kalian menemuinya dan minta maaflah pada beliau dan
berdamailah dengannya! Kalau tidak, maka aku tidak akan mengizinkan satu biji
gandum pun dari Imamah masuk ke Mekah.
Sumamah kembali ke kampung halamannya dan ia benar-benar menghentikan suplai
gandum ke Mekah. Bahaya kelaparan mengancam peduduk Mekah. Para penduduk

Mekah mengajukan permohonan kepada Rasulullah, Wahai Muhammad! Engkau


memerintahkan agar berbuat baik kepada kerabat dan tetangga. Kami adalah kerabat
saudaramu, akankah engkau membiarkan kami mati kelaparan dengan cara seperti
ini?
Seketika itu pula Rasulullah menulis surat kepada Sumamah, memintanya untuk
mencabut larangan suplai gandum ke Mekah. Sumamah dengan rela hati mematuhi
perintah tersebut. Penduduk Mekah pun selamat dari bahaya kelaparan. Seperti yang
sudah-sudah, setelah mereka kembali menerima suplai gandum, mereka mulai
mempersiapkan rencana busuk untuk menyingkirkan Rasulullah.
***
Mengapa Sumamah masuk Islam? Sumamah masuk Islam karena ia mendapat
perlakuan baik dari Rasulullah dan para sahabat. Padahal, saat itu Rasulullah punya
kuasa untuk menghabisi nyawa Sumamah, baik dengan tangannya sendiri maupun
melalui para sahabat. Kalaupun Sumamah dibunuh, wajar karena ia telah membunuh
banyak orang dari kaum Muslim.
Namun, mengapa Rasulullah tidak berbalas dendam kepada Sumamah atas banyaknya
korban nyawa kaum Muslim? Di sinilah letak keluhuran budi Rasulullah. Untuk
menjinakkan hati seseorang, Rasulullah tidak dendam dengan melakukan tindak
kekerasan yang samaseperti yang pernah dilakukan oleh Sumamah terhadap kaum
Muslim. Rasulullah justru menunjukkan sikap baiknya dengan memberi makan
seperti yang disukai Sumamah. Karena telah menaruh simpati yang dalam terhadap
Rasulullah, ia masuk Islam dan ia memenuhi permintaan Rasululah Saw untuk
mencabut larangan suplai gandum bagi penduduk Mekah.
Keluhuran budi Rasulullah Saw. tak diragukan lagi, baik terhadap kawan maupun
lawan. Beliau adalah sosok ideal yang layak kita tiru, tidak terkecuali dalam dakwah.
Dengan sikap lembutnya, beliau mampu menyuguhkan dakwah memikat. Sejarah telah
membuktikan kepada kita betapa Rasulullah Saw selalu berhasil menaklukkan lawan
bicara dan akhirnya mereka tertarik serta masuk Islam dengan penuh kesadaran.
Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad Saw. dapat kita rasakan hingga hari ini di mana
Islam mampu menembus pelosok dunia yang semakin mengglobal.

Di antara akhlak Rasulullah terhadap Allah SWT, Aisyah menceritakan: Suatu ketika
ditengah malam Aisyah merasa kehilangan Rasulullah ditempat tidurnya,
setelah diraba-raba, tidak ditemukan, ternyata dijumpainya beliau sedang
shalat. Usai shalat, Aisyah bertanya: Ya Rasulullah Anda adalah orang
yang sudah dijamin oleh Allah dengan surgaNya, Anda juga mashum
(terjaga dari dosa), diampuni oleh Allah, namun kenapa anda terus
melakukan shalat sampai nyaris, kaki anda bengkak? Beliau menjawab:
afala uhibba, an akuuna abadan syakuuraa (apakah aku tidak senang,
kalau aku berpredikat sebagai hamba Allah yang pandai bersyukur?).
Jadi, cara bersyukur Rasulullah adalah dengan mengabdi dan beribadah kepada Allah
dengan sebanyak-banyaknya. Lalu bagaimana dengan kita, yang dosanya senantiasa
bertambah, sementara jaminan surga juga tidak ada?
Ibnu Umar juga pernah menanyakan kepada Aisyah: Ya Aisyah! beritahukan
kepadaku hal-hal yang menakjubkan pada diri Rasullulah SAW yang
pernah engkau saksikan. Aisyah sambil menangis menjawab: Kullu amrihi
kaana ajaban (semua urusan Rasulullah, semua hal ikhwal beliau sangat
mengagumkan). Suatu malam aku mendatangi beliau karena memang malam itu
giliranku. Aku menjumpai beliau, kulitku besentuhan dengan kulit beliau, kemudian
beliau bekata: Dzarinii ataabbadu lirobbi azza wajalla (biarkan aku beribadah
kepada Tuhanku yang Maha perkasa. Aisyah pun berkata: walloohi inii uhibbu
an tabudalloh (sungguh demi Allah aku senang melihat engkau mendekatkan
diri kepada Allah untuk beribadah).
Selanjutnya diceritakan, Rasulullah pun kemudian turun mengambil air wudlu,
mempergunakan air secukupnya. Menjelang subuh dia bangkit untuk menunaikan
shalat qoblal fajar, beliau menangis sehingga dagunya basah, ketika sujud beliaupun
menangis sehingga tempat sujudnya basah.
Lalu beliau berbaring menunggu waktu subuh, beliau tetap menangis, sampai bilal, sang
muadzin datang memberitahukan bahwa waktu subuh telah datang. Kemudian bilal
melihat wajah Rasulullah bengkak, sembab.
Dan bilal pun bertanya: wahai baginda Rasul, mengapa anda menangis? Bukankah
Allah telah mengampuni segala dosa anda yang dahulu maupun yang akan datang.
Beliau menjawab: Wahai Bilal, celakalah, mengapa aku tidak menangis, padahal
malam ini, Allah telah menurunkan kepadaku firmanNya (surat Ali-Imran ayat: 190)

Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Kemudian Rasulullah bersabda:
sungguh celaka orang yang membacanya tanpa memikirkan maknanya). Demikian
secuil dari akhlak Rasulullah terhadap Allah SWT.
Pada satu hari, hadir di dalam satu majlis makan seorang fakir yang hitam legam
kulitnya. Berkudis badannya. Para sahabat nampaknya kurang senang dan bimbang
kalau-kalau si fakir ini duduk bersebelahan dengan mereka.
Tetapi apa reaksi Rasulullah s.a.w? Baginda bangun dan pegang tangan si fakir,
dipimpin dan dibawa masuk ke dalam majlis dan dibawanya duduk betul-betul
bersebelahan dengan baginda. Maka makanlah baginda dengan si fakir itu bersamasama. Begitulah rendah diri dan tawadhuknya baginda terhadap manusia. Walhal nama
baginda diletakkan di sisi nama Allah, selaku manusia yang paling dikasihi oleh Allah.
Hingga kini nama itu masih disebut dan dilaungkan di seluruh dunia setiap masa dan
ketika. Namun begitu hatinya tetap merasakan dirinya hamba allah yang hina. Tidak
sedikit pun rasa sombong, angkuh dan takabbur. Sebab itu baginda boleh memegang
tangan si fakir yang kotor dan busuk itu untuk duduk bersebelahan dengan baginda.
Itulah akhlak yang menjadi contoh dan tauladan kita.
Rasulullah s.a.w pernah dicaci maki, dihalau dan dilontar dengan batu hingga mengalir
darah meleleh hingga ke kakinya oleh kaum Thaqif di Taif. Mereka itu marah dengan
Rasulullah karena baginda mengajak mereka kepada agama Islam.
Maka berlarilah Rasulullah s.a.w berlindung di sebalik bukit menyembunyikan diri.
Kemudian turunlah malaikat berkata kepada baginda : Wahai kekasih Allah, katakan
apa saja untuk kami lakukan terhadap kaum ini?. Maka Jawab baginda dengan jawaban
yang tidak pernah diduga oleh siapapun. Kata-kata yang lahir daripada jiwa yang benarbenar mulia lagi suci murni. Inilah akhlak baginda yang mesti menjadi panutan kita.
Baginda memaafkan kesalahan orang yang menzalimi baginda dengan katanya : Wahai
Tuhan! Berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka tidak mengetahui. Begitulah
baiknya Rasulullah s.a.w. Orang yang menyakitinya pun di doakannya. (Dirangkum
dari berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai