Anda di halaman 1dari 2

BISA MAIN MATA

Oleh: Prof.Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag


Khutbah Jum’at di Masjid Bulog Jatim Surabaya 16/11/2018
ُ ‫هللا َوبَ َركَاتُه‬ ِ ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمة‬ َ ‫اَلس َََّل ُم‬
‫س ِي ِدنَا‬
َ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬ َ ‫ل‬ ‫ص‬
ِ َ َّ ُ ‫م‬ ‫ه‬ ‫لل‬ َ ‫ا‬ َ‫ْن‬ ‫ي‬ ِ‫ث َرحْ َمةً ل ِْلعَالَم‬ ُ ‫س ْولُهُ ْال َم ْبع ُ ْو‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫ب ْالعَالَمِ يْن ا َ ْش َه ُدا َ ْن الَاِلَهَ اِالَّ هللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ُّق ْال ُم ِبيْنُ َوا َ ْش َه ُد ا َ َّن ُم َح َّمدًا‬ ِ َّ ِ ‫ا َ ْل َح ْمد‬
ِ ‫ُّلِل َر‬
‫هللا َح َّق‬َ ‫وا‬ ُ ‫ق‬َّ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ ُ
ْ َ‫ن‬‫م‬ َ ‫ا‬ َ‫ْن‬ ‫ي‬‫ذ‬ِ َّ ‫ال‬ ‫ا‬‫ه‬َ ُّ ‫ي‬َ ‫ا‬‫آ‬َ ‫ي‬ ‫ى‬َ ‫ل‬‫ا‬ ‫ع‬َ
َ ُ ‫ت‬ ‫هللا‬ ‫ل‬َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ َ‫ن‬‫و‬ ُ
ْ ُ‫ق‬َّ ‫ت‬‫م‬ ْ
‫ال‬ َ‫از‬َ ‫ف‬ ْ
‫د‬ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ِ
‫هللا‬ ‫ى‬ ‫و‬ ْ
‫ق‬ َ ‫ت‬‫ب‬ ‫َّاي‬
َ ِ َ َ ْ ِ ْ ‫ي‬ِ ‫ا‬‫و‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ي‬
ْ ‫ص‬ ‫و‬ُ ‫ا‬ ِ
‫هللا‬ ‫د‬
َ ‫ا‬َ ‫ب‬‫ع‬ِ ‫ا‬َ ‫ي‬َ ‫ف‬ ‫د‬
ُ ‫ع‬
ْ َ ‫ب‬‫ا‬‫م‬َّ َ ‫ا‬ ‫ي‬
َ‫ْن‬ ‫ع‬
ِ ‫م‬
َ ْ‫ج‬َ ‫ا‬ ‫ه‬
ِ ‫ب‬ ْ‫ح‬
ِ َ َ‫ص‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ل‬
ِ َ ‫ا‬ ‫ى‬َ ‫ل‬‫ع‬َ َ ‫ُم َح َّم ٍد‬
‫و‬
َ‫تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن ا َِّال َوا َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬
Para hadirin yang terhormat.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 74:
‫شقَّقُ فَيَ ۡخ ُر ُج مِ ۡنهُ ۡٱل َما ٓ ۚٗ ُء َو ِإ َّن‬ ٗۚ َٰ
َ ‫ش ُّد قَ ۡس َوة َو ِإ َّن مِ نَ ۡٱلحِ َج‬
َّ َ‫ار ِة لَ َما يَتَفَج َُّر مِ ۡنهُ ۡٱۡل َ ۡن َٰ َه ۚٗ ُر َو ِإ َّن مِ ۡن َها لَ َما ي‬ َ ‫ي ك َۡٱلحِ َج‬
َ َ ‫ار ِة أ َ ۡو أ‬ َ ‫س ۡت قُلُوبُ ُكم ِم ۢن بَعۡ ِد ذَلِكَ فَ ِه‬
َ َ‫ث ُ َّم ق‬
٧٤ َ‫ع َّما ت َعۡ َملُون‬ ‫ِل‬ ‫ف‬َ َٰ
‫غ‬ ‫ب‬ ‫ٱّلِل‬
َ ٍ ِ ُ َّ َ َ ‫َ ِ َّ ه‬ ‫ا‬‫م‬ ‫و‬ ِ
‫ٱّلِل‬ ‫ة‬ ‫ي‬ ۡ
‫َش‬ ‫خ‬ ‫ن‬ۡ ُ
‫ط‬
ِ‫مِ َ َ َ ِ م‬ ‫ب‬ ۡ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬‫ه‬ ۡ
‫ن‬
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Dan sungguh
di antara batu-batu itu ada sungai-sungai yang mengalir darinya, dan di antara batu-batu itu,
benar-benar ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air dari padanya, dan di antara batu-batu itu
pula, benar-benar ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Baqarah [02]: 74).
Ayat di atas menjelaskan adanya hati yang mati dan mengeras bagaikan batu, sehingga tidak
dapat tertembus cahaya Allah. Bandingkan dengan hati yang lunak dan siap manerima cahaya
Allah, sebagaiman dijelaskan dalam Al Qur’an, “Sungguh orang-orang mukmin adalah mereka
yang jika disebut nama Allah, hati mereka bergetar, apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, iman
mereka bertambah, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal” (QS. Al Anfal [08]: 02).
Para hadirin yang terhormat.
Lama Anda mencari jawaban, mengapa pasangan hidup Anda, anak-anak Anda, atau bahkan
Anda sendiri susah dinasihati orang. Sekarang Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Adh-Dhabi’i,
penulis buku Sanaabilul Khair menjawabnya, bahwa ada beberapa sebab mengapa hati
seseorang membatu. Pertama, bicara lebih dari yang diperlukan, apalagi tentang hal yang tidak
penting, bohong dan menimbulkan konflik di antara manusia, baik secra langsung ataupun
melalui media sosial. Hanya orang bodoh dan tak beriman yang melakukan hal ini, sebab Nabi
SAW sudah mengingatkan, “Berbicaralah yang baik. Jika tidak, maka diamlah.” Nabi SAW juga
berpesan bahwa tanda kesempurnaan iman adalah selektif kata dan tindakan. Kita diperintah
untuk mengucapkan atau melakukan hal yang benar-benar bernilai. Jika kebiasaan buruk itu
tidak dihentikan, kata Adh-Dhabi’i, jangan heran lambat laun, hati Anda membatu, sulit menerima
nasihat dari siapapun, termasuk sabda Allah Rasul-Nya.
Kedua, shalat yang sering ditunda-tunda, kecuali jika ada alasan yang darurat dan rasional.
“Hatimu akan membatu, jika engkau melanjutkan tidurmu di saat azan dikumandangkan,” kata
Adh-Dhabi’i. Anda berharap Allah selalu merespon doa Anda, tapi Anda tidak merespon
panggilan-Nya. Nilai Anda di depan Allah, ditentukan bagaimana nilai Allah di hati Anda.

Ketiga, makan dan minum yang melebihi kebutuhan tubuh. Rosyadi Achmad memberi nasihat,
“Makan Anda yang pertama ketika lapar adalah kebutuhan, sedangkan makan kedua adalah
nafsu yang akan membuat Anda bodoh, malas dan berpenyakit, sebab akan menghasilkan
lemak yang tersimpan di bawah permukaan kulit.” Jangan seperti hewan yang hanya berhenti
mengunyah makanan ketika tidur. Kata Umar bin Khattab r.a, “Jika engkau tidak berlatih
menahan hawa nafsu mulai dari makanan, apakah mungkin engkau bisa melawan hawa nafsu
yang lebih membahayakan.” Makanan halal yang berlebih bisa mengeraskan hati, maka tentu
akan lebih dahsyat dampak negatifnya, jika makanan itu bersumber dari korupsi, atau cara-cara
yang haram lainnya. Makanlah secukupnya dan belanjakan uang secara hemat, agar Anda
memiliki sisa dana untuk membantu lebih banyak orang yang membutuhkan. Kata nabi SAW,
“Engkau tidak berhak menyebut diri sebagai orang beriman, jika engkau kenyang di tengah
orang-orang yang lapar.”
Keempat, introspeksi yang diabaikan. Setiap muslim harus menyediakan waktu untuk introspeksi
secara rutin. Rukuk dan sujudlah yang lebih lama untuk bertasbih dan memohon pertolongan
Allah untuk berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk. I’tikaf di masjid antara lain dimaksudkan
untuk introspeksi atas dosa-dosa kita. Semakin jarang introspeksi dilakukan, semakin cepat hati
Anda mengeras dan membatu.
Kelima, mainan atau game, musik dan video yang tidak mendidik. Kita diajari Nabi SAW untuk
berdoa, “Wahai Allah, berikan cahaya-Mu pada pendengaran dan penglihatanku.” Artinya, kita
meminta Allah untuk dijauhkan dari pendengaran dan penglihatan yang negatif. Untuk hiburan
sejenak tidaklah dilarang, asal tidak berlebihan dan tidak merusak akhlak. Sering terjadi
kriminalitas dan kejahatan seksual yang dilakukan akibat video-video yang tidak edukatif. Allah
SWT mengingatkan, “Sungguh, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya harus
dipertanggungjawabkan” (QS.Al Isra [17]: 36).
Keenam, tawa atau bergurau yang berlebihan, bahkan terbahak-bahak persis gelak-tawa setan.
Anas r.a bercerita, “Rasulullah SAW pernah berkhutbah dengan berapi-api, cara yang belum
pernah saya saksikan sebelumnya. Beliau berkhutbah, “Lau ta’lamuna ma a’lam ladlahiktum
qalilan walabakaitum katsira” (andaikan kalian mengetahui apa yang telah saya ketahui, niscaya
kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Para sahabat langsung menutup muka
sambil sesenggukan menangis” (HR. Bukhari Muslim). Imam Hasan Al Bashri menegur pemuda
yang terbahak-bahak, ”Wahai anak muda, bagaimana kalian bisa tertawa seperti itu, padahal
tidak ada jaminan bahwa engkau masuk surga dan selamat dari siksa?” Sejak itu, pemuda
tersebut bertaubat dan menjadi orang yang saleh.
Para hadirin Yth.
Sekali lagi, marilah kita menjauhi enam sebab kebekuan hati, yang saya singkat BISA MAIN
MATA, yaitu (1) bicara yang berlebihan, (2) shalat yang ditunda-tunda, (3) makan yang
berlebihan, (4) introspeksi yang diabaikan, (5) mainan yang tidak mendidik, dan (6) tawa yang
berlebihan. Kita memohon kepada Allah semoga Allah menyinari hati kita, sehingga mudah
tersentuh dengan firman Allah dan sabda rasul-Nya. Lunakkan hati, nyalakan pelita di dada
dengan cahaya Nabi tercinta.
َّ ‫هللا لِى َولَ ُك ْم اِنَّهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر‬
‫الرحِ ْي ُم‬ َ ‫اَقُ ْو ُل قَ ْولِى هَ َذا َوا َ ْست َ ْغف ُِر‬
Referensi: (1) Kementerian Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Al Jumanatul ‘Ali, Bandung,
2005; (2) Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Adh Dhabi’i, Sanabilul Khair, Investasi Akhirat,
terjemah: Tsaniananda Fidyatul Ch, Penerbit: Tinta Medina, Creative Imprint of Tiga Serangkai,
Solo, Cet. I, 2016, hlm. 72-73; (3) Rosyadi Achmad, Terapi Sapu Jagad, Penerbit: Sapu Jagad
Corp, Sidoarjo, cet.1.2015; (4) As Samarqandy, Syekh Nashr bin Muhammad bin Ibrahim,
Tanbighul Ghafilin, Maktabah wa Mathba’ah Al Hidayah, Surabaya, t.t. hlm. 70; (5) Khalid
Muhammad Khalid, Ma’a Umar (Umar Ibnul Khattab Mukmin Perkasa), terj. Abu Syauqi
Baya’syud dan Mustafa Mahdami, Penerbit Media Idaman, Surabaya, 1989, cet. II (6) Hamka,
Tafsir Al Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985

Anda mungkin juga menyukai