Anda di halaman 1dari 8

Cara mendidik Anak Ala Rasulullah

CARA MENDIDIK ANAK ALA RASULULLAH - BAGAIMANA CARA RASULULLAH MENDIDIK ANAKNYA AGAR MENJADI BAIK
DAN BENAR?

Rasulullah SAW adalah teladan umat muslim sedunia yang merupakan insan yang paling sempurna
akhlaknya. Sehingga dikatakan bahwa beliau Rasul adalah al-Qur'an berjalan. Setiap orang tua
pastinya menginginkan anaknya menjadi insan yang shaleh dan berpendidikan. yang menjadi
permasalahannya adalah "Bagaimana cara Rasulullah mendidik anaknya agar menjadi baik
dan benar???". Berikut ini merupakan salah satu contoh yang mungkin bisa menjadi teladan buat kita
semua. Yaitu cara-cara mendidik anak yang dilakukan oleh Rasululah Nabi Muhammad SAW. Banyak
orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada anak-anaknya sehingga mereka
hidup tanpa tuntunan. Padahal agama memberikan panduan lengkap mendidik anak. Nah, lewat
tulisan ini saya akan memberikan gambaran jelas tentang cara mendidik anak ala Rasullulah SAW.
Semoga menjadi Kisah teladan yang bermanfaat bagi kita semua.

Baca juga :

Travel Umroh

Travel Umroh Jakarta

Paket Umroh Ramadhan 2014

Paket Umroh Desember

Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtua sangatlah vital.
Karena melalui orangtualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak.Rasulullah SAW, sebagai
teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Dan
hal yang paling penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus
dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah
memberikan contoh konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan,
dan masyarakat.
Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan
pembentukan kepribadian secara Islami. Semua itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga
pendidikan Islam di dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling dini
adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah pertama dalam kehidupan individu.
Selain itu juga masjid, sebagai lembaga agama yang berperan mendidik individu dalam meningkatkan
kualitas iman kepada Allah SWT dan menumbuhkan perilaku baik di dalam dirinya. Juga sekolah,
sebagai lembaga pendidikan yang berperan membekali individu dengan keterampilan-keterampilan
yang harus dimiliki dalam kehidupan ini.
Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluarga
sangat bertanggung jawab dalam mengajari anak tentang berbagai macam perilaku Islami. Keluarga
juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan sosial yang baik.
Yang harus diperhatikan dan sangat penting dalam kehidupan anak yaitu pendidikan aqidah, lalu
pendidikan rukun iman, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlaq. Sangat penting diajarkan kepada
anak bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempunyai akhlaq yang mulia. Dan itu juga
ditopang dengan contoh yang mereka temukan di dalam keluarga dan lingkungan.
Setiap anak muslim hendaknya diajari untuk selalu berakhlaq baik, seperti sikap ihsan, amanah,
ikhlas, sabar, jujur, tawadhu, malu, saling menasihati, adil, membangun silaturahim, menepati janji,
mendahulukan kepentingan orang lain, suci diri, dan pemaaf.
Akhlaq yang baik merupakan fondasi dasar dalam ajaran Islam. Dan akhlaq yang baik diperoleh
dengan berjuang untuk menyucikan jiwa, mengarahkannya untuk berbuat , dan menjauhkan diri dari
perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu perbuatan ibadah tidak lain merupakan sarana untuk
mencapai akhlaq yang baik. Dalam hal ini Rasulullah SAW adalah contoh yang paling baik, teladan
yang paripurna, dunia akhirat.

Allah SWT berfirman; Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al
Qalam:4).
Rasulullah SAW bersabda; Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. (HR Al-Bukhari).
Ihsan
Ihsan

adalah

perbuatan

manusia

dalam

melaksanakan

seluruh

ibadahnya

secara baik

dan

menjalankannya secara benar. Perbuatan ihsan juga terdapat dalam bentuk interaksi dengan siapa
pun makhluk Allah SWT. Ihsan mempunyai beberapa pengertian: Bersungguh sungguh dalam belajar
dan profesional dalam bekerja. Membalas keburukan orang-orang yang berlaku salah dengan kebaikan
atau menerima permintaan maaf dari mereka. Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan
memendam amarah (Setiap anak didik harus belajar memaafkan orang lain dan memberikan nasihat
yang baik dengan penuh hikmah). Mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam memiliki nilai moral
yang tinggi dan menjadikannya contoh utama dalam kehidupan ini.
Sebagaimana firman Allah SWT, Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (OS AnNahl: 90).
Rasulullah SAW juga bersabda, Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat balk dalam berbagai
hal. Seandainya kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik; dan seandainya kalian
menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya salah seorang di antara kalian
mempertajam mata pisaunya dalam membunuh binatang sembelihannya. (HR Muslim).
Amanah
Amanah adalah menyampaikan hak hak kepada orang yang memilikinya tanpa mengulur-ulur waktu.
Sikap amanah dalam dunia ilmu pengetahuan berarti belajar dengan tekun dan rajin, sedangkan sikap
amanah dalam berinteraksi dengan sesama manusia adalah dengan menjaga rahasia-rahasia mereka.
Sebelum Rasulullah SAW menjadi nabi, masyarakat Jahiliyah yang hidup di sekitar Rasulullah SAW
selalu menjuluki beliau dengan kata-kata Al-Amin, orang yang terpercaya. Itu karena para rasul
memang memiliki sikap amanah, begitu pula dengan hamba-hamba Allah yang shalih.
Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa, Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya.
Rasulullah SAW bersabda, Jadilah kalian orang yang amanah bagi orang orang yang telah
mempercayaimu, dan janganlah kalian mengkhianati orang yang mengkhianatimu. (HR Daraquthni).
Ikhlas
Seorang anak harus diajari untuk berbuat ikhlas, baik dalam melaksanakan pekerjaannya maupun
proses belajarnya. Semua itu harus mereka laksanakan dengan ikhlas, demi mendapatkan ridha Allah
SWT. Jangan sampai perbuatan tersebut dilandaskan pada sifat munafik, riya, atau hanya
mendapatkan pujian dari orang-orang.

Sabar
Seorang anak harus belajar bahwa kesabaran adalah mendapatkan sesuatu yang tidak disenangi
dengan jiwa yang lapang dan bukan dengan kemarahan atau keluhan. Sikap sabar dapat
termanifestasi melalui sikap, baik dalam melaksanakan ibadah maupun muamalah, serta menjauhkan
diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
Oleh karena itu seorang mualim yang sabar akan menerima hal buruk dan siksaan terhadap dirinya
dengan sikap yang tetap sabar.
Allah

SWT

berfirman,

Hai

orang-orang

yang

beriman,

bersabarlah

kamu

dan

kuatkanlah

kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung. (QS Ali Imran: 200).
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman, Sesugguhnya hanya orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala tanpa batas. (QS Az-Zumar: 10).
Rasulullah SAW bersabda, Betapa menakjubkannya perkara orang-orang beriman, segala perkara
mereka baik, dan hal itu tidak didapatkan kecuali oleh orang beriman. Apabila mendapatkan
kebahagiaan, ia akan bersyukur dan itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Begitu pula apabila
ditimpa kesedihan, ia akan bersabar dan hal itu adalah yang terbaik bagi dirinya. (HR Muslim).
Jujur
Dalam menjalankan ibadah, muamalah, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, seorang
mualim hendaklah berlaku jujur,hanya untuk mengharapkan ridha Allah SWT.
Seorang anak hendaknya diajarkan untuk memiliki sifat jujur, baik di dalam perkataan maupun
perbuatannya, sehingga setiap ucapan yang keluar dari mulutnya sesuai dengan realitas yang ada.
Tidak berbohong di hadapan orang lain, karena sifat bohong adalah satu ciri orang munafik.
Sifat jujur akan mendatangkan keberkahan dalam rizqi serta dapat membantu seseorang mualim
untuk meraih nurani yang tenteram dan jiwa yang damai.
Allah SWT berfirman dalam AlQuran, Di antara orang-orang mukmin itu ada orang yang menepati apa
yang mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka
ada pula yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah janjinya. (QS AlAhzab:
23).
Rasulullah SAW bersabda, Hendaknya kalian berlaku jujur. Karena kejujuran akan menunjukkan
seseorang pada perbuatan baik, dan perbuatan baik akan membawa seseorang kepada surga.
Seseorang yang memiliki sifat jujur dan terus mempertahankan kejujurannya, di sisi Allah akan
tercatat sebagai orang yang jujur. Dan hendaknya kalian menjauhkan diri dari sifat bohong. Karena
kebohongan akan menyeret seseorang pada dosa, dan dosa akan mengantar manusia ke pintu
neraka. Seseorang yang berbuat bohong dan masih terus melakukan kebohongan, di sisi Allah akan
tercatat sebagai pembohong. (HR Muslim).

Tawadhu
Seorang anak hendaknya diajari bahwa tawadhu atau rendah hati hanya dapat dicapai dengan
menjauhkan diri dari sifat sombong di hadapan hamba Allah yang lain. Jalinlah hubungan dengan fakir
miskin, karena doa mereka mustajab. Dan bergaullah dengan baik dengan siapa saja.
Usahakan untuk menjauhkan diri dari sikap angkuh, mengagung-agungkan diri, baik dengan
memperlihatkan harta, mahkota, maupun ilmu pengetahuan. Jangan suka dengan puji-pujian yang
berlebihan atau penghormatan di luar batas.
Salah satu sikap tawadhu Rasulullah SAW, beliau sangat tidak suka orang-orang memberikan pujian
kepada beliau atau berdiri untuk memberi penghormatan kepada beliau. Tidak hanya itu, Rasulullah
SAW juga tidak pernah membedakan diri beliau dengan para sahabat beliau sehingga beliau pun
mengerjakanapa yang para sahabat kerjakan. Rasulullah pun terbiasa bercanda dengan para sahabat,
mendatangi mereka, bermain dengan putra-putra mereka, dan memulai untuk mengucapkan salam
atau menjabat tangan para sahabat terlebih dahulu.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Furqan: 63, Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan, Yang
Maha Penyayang, adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati; dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.
Begitu juga dalam firman lainnya. Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah
untuk orang-orang yang bertaqwa. (QS Al-Qashash: 83).
Malu
Seorang anak hendaknya diajari bahwa malu adalah bagian dari iman, yang dapat mendekatkannya
pada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
Sikap malu akan mencegah seorang mualim untuk melakukan perbuatan dosa. Selain itu juga akan
menjadikan seorang mualim untuk berbicara benar dalam berbagai kondisi. Rasulullah SAW adalah
orang yang,sangat pemalu, sehingga beliau tidak pernah berbicara kecuali yang baik-baik saja.
Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa tidak memiliki rasa malu, maka ia tidak memiliki keimanan.
(HR Bukhari Muslim).
Saling Menasihati
Seorang anak hendaknya diajari bahwa nasihat adalah perkataan yang tulus, terlepas dari maksudmaksud tertentu ataupun hawa nafsu. Maka seorang mualim hendaknya memberikan nasihat kepada
mualim lainnya. Karena nasihat dapat melepaskan seseorang dari api neraka. Sering memberi nasihat
juga bagian dari akhlaq para nabi dan rasul.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ashy ayat 3, Demi masa, sesungguhnya manusia itu benarbenar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan aural shalih dan
nasih-menasihati supaya menetapi kesabaran.

Rasulullah SAW juga bersabda, Agama adalah sebuah nasihat.


Para sahabat bertanya, Bagi siapa, wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab, Bagi (milik) Allah, para rasul, dan seluruh kaum mualimin. (HR Muslim).
Adil
Seorang

anak

haruslah

diajari

bahwa

keadilan

adalah

sifat

utama,

yang

mana

seseorang

menempatkan sesuatu pada tempatnya. la haruslah menjunjung tinggi sifat kebenaran dan membela
mereka yang terzhalimi.
Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan. (QS An-Nahl: 90).
Rasulullah SAW bersabda, Orang orang sebelum kalian telah hancur; karena apabila mereka yang
terhormat mencuri, mereka akan membiarkannya, tetapi apabila ada orang lemah yang mencuri,
mereka menerapkan hukum kepadanya. (HR Al-Bukhari).
Membangun Silaturahim
Silaturahim adalah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua serta kaum kerabat. Di samping itu
juga menjaga hak-hak para tetangga dan orangorang lemah. Semua itu dilakukan untuk mempererat
ikatan hubungan di antara keluarga dan untuk menumbuhkan rasa cinta di antara manusia. Yang
termasuk dalam bagian silaturahim adalah berlaku baik dan sopan ketika bertemu dengan kaum
kerabat, serta menyambut kedatangan mereka dengan suka cita.
Silaturahim juga dapat diartikan sebagai mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui cara
mengikatkan tali kekeluargaan, menyambut kedatangan para tetangga dengan suka cita, dan
menampakkan wajah senang ketika bertatap muka dengan mereka.
Tidak hanya itu, silaturahim juga dapat termanifestasi melalui menjenguk orang yang sakit, dan
membantu meringankan beban mereka.
Allah SWT berfirman, Dan orangorang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS Ar-Rad:
21).
Menepati Janji
Tanamkan rasa percaya kepada anak bahwa menepati janji yang telah dibuatnya merupakan salah
satu tanda orang beriman, dan Allah SWT menyukai hal itu. Kalau ia tidak mampu menepatinya,
ajarkan pula untuk minta maaf.
Menyalahi janji termasuk dalam kategori perbuatan hina, karena perbuatan itu hanya akan
menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat.

Tidak hanya itu, perbuatan tersebut juga akan melahirkan kemurkaan Allah. Allah SWT berfirman,
Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya. (QS Al-Isra: 34).
Mendahulukan Kepentingan Orang Lain
Ikhlas berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain termasuk dalam perbuatan-perbuatan
yang utama dalam ajaran Islam. Sikap ini terimplementasi dalam bentuk mencintai orang lain,
melayani kebutuhan kaum mualimin, berkorban demi kepentingan mereka, dan memiliki keyakinan
bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam dan mendahulukan kepentingan sesama saudara mualim
merupakan akhlaq mulia.
Oleh karena itu marilah bersegera melaksanakan perbuatan wajib demi mendapat ridha Allah SWT
tanpa harus menunggu ucapan terima kasih. Dan mulailah mendahulukan kepentingan orang lain,
karena sifat itu dapat membebaskan seorang mualim dari sifat egois.
Allah SWT berfirman, Dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri,
sekalipun mereka memerlukan spa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang yang beruntung. (QS Al-Hasyir: 9).
Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah beriman seseorang sebelum mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri.
Mari kita ajarkan kepada anak-anak kita untuk berkasih sayang dengan sesama, terutama kepada
orang-orang lemah dan tertindas. Tidak merendahkan atau menyakiti, apalagi mencela mereka.
Hendaklah kita selalu bersikap lemah lembut kepada makhluk Allah yang lain. Kasih sayang akan
mendatangkan cinta dan menyatukan hati. Sikap keras hanya akan memisahkan hati dan
menumbuhkan kebencian.
Marilah kita membiasakan diri untuk meminta maaf kepada orang lain, memberikan pertolongan dan
manfaat untuk sesama dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.
Allah SWT berfirman, Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan sating berpesan untuk
berkasih sayang. (QS Al-Salad 17).
Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi. (HR Bukhari
Muslim).
Suci Diri
Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan. Islam sangat menganjurkan kepada setiap
individu mualim agar selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal masingmasing.
Seorang mualim hendaknya menyucikan diri dari najis dan kotoran yang menempel pada pakaian atau
badan,

karena

ketika

menghadap

Allah

SWT

seseorang

diharuskan

bersuci.

Ajaran

Islam

menganjurkan mempergunakan pakaian yang bersih dan yang terbaik untuk bersujud menghadap
Allah SWT.

Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai
dengan kedua mata kaki; dan jika kamu junub, mandilah. (QS AI-Maidah: 6).
Pemaaf
Sifat utama lain yang kita ajarkan kepada anak-anak adalah murah hati, pemaaf, dan berani karena
benar.
Pengetahuan ihwal Akhlaq yang Buruk
Kita juga harus memberi tahu kepada anak-anak kita ihwal akhlaq yang buruk. Diharapkan dengan
pengetahuan itu anak-anak bisa menghindar dari hal tersebut.
Sifat yang jelek itu seperti ghibah atau ngerumpi, yakni membicarakan keburukan-keburukan
saudaranya sesama mualim dan orang yang dibicarakan itu tidak ada di hadapannya. Perbuatan
ghibah itu bisa dalam bentuk perkataan, perbuatan, isyarat, ataupun sindiran.
Kemudian namimah, yaitu perbuatan seseorang yang menukil perkataan seseorang dan kemudian
menyampaikannya kepada orang lain dengan tujuan mengobarkan api permusuhan di antara kedua
orang tersebut.
Akhlaq tercela lainnya seperti riya, hasad, ucapan keji, sombong, penyindir, pemalas, marah, kikir,
bohong, tamak.
Mereka yang berakhlaq baik biasanya hatinya akan dicondongkan kepada ajaran agama. Mudah bagi
mereka menerima nasihat, dan selalu melakukan evaluasi diri. Anak-anak yang tumbuh di tengah
keluarga yang istiqamah mengerjakan perintah Allah SWT dan menghindari larangan-Nya insya Allah
akan selalu dituntun-Nya dalam pendidikan dan kasih sayang-Nya.
Itulah

tadi

salah

satu

dan jawaban Bagaimana

contoh kisah
cara

teladan Cara

Rasulullah

mendidik

mendidik
anaknya

Anak
agar

Ala

Rasulullah -

menjadi

baik

dan

benar? yang akan sangat baik bila kita mengambil nilai-nilai positif dari kisah tersebut. Semoga dapat
bermanfaat positif bagi anda yang Kisah Teladan ini.

- See more at: http://za-enal.blogspot.co.id/2012/08/cara-mendidik-anak-alarasulullah.html#sthash.MyL1Bu1C.dpuf

Anda mungkin juga menyukai