Anda di halaman 1dari 3

Macam - Macam Air dan Pembagiannya

1. Air yang suci dan menyucikan


Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan (membersihkan) benda yang
lain. Yaitu air yang jatuh dari langit atau terbit dari bumi dan masih tetap (belum berubah)
keadaannya, seperti air hujan, air laut, air sumur, air es yang sudah mencair kembali, air embun, dan
air yang keluar dari mata air.

Firman Allah SWT :

)‫(االنفل اا‬‫سماءماءلّيطهركمبه‬
ّ ‫ال‬ ّ
ّ ‫وينزل عليكم‬
‫من‬
"Dan Allah menurunkan kepdamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu." (Al-
Anfal: 11).

Rasulullah SAW bersabda :

‫سلَّ َم فَقَا َل‬


َ ‫ص َّل هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫سأ َ َل َر ُج ٌل َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ :‫ضى هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫َع ْن ا َ ِب ْي ُه َري َْرة َ َر‬
‫س ْول‬ ُ ‫ار‬
َ ‫َي‬
‫ت َ َوضَّأْنَابِ ِه‬ ‫فَا ِْن‬ ِ ‫ْال َم‬
.‫اء‬ َ‫ِمن‬ ‫ْالقَ ِل ْي َل‬ ‫َمعَنَا‬ ‫ْالبَ ْح َر َون َْح ِم ُل‬ ‫ب‬ُ ‫هللاِ اِنَّان َْر َك‬
ِ ‫عط ْشنَاأَفَنَت َ َوضَّأُبِ َم‬
‫اء ْالبَ ْح ِر؟‬ ِ
)‫(رواه الترمذى وقال حسن‬ ُ‫الط ُه ْو ُر َما ُؤهُ ْال ِح ُّل َم ْيتَتُه‬
َّ ‫ ُه َو‬:ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫فَقَا َل َر‬
Dari Abu Hurairah r.a. Telah bertanya seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW. Kata laki-
laki itu, "Ya Rasulullah, kami berlayar di laut dan kami hanya membawa air sedikit, jika kami
pakai air itu untuk berwudhu, maka kami akan kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan
air laut?" Jawab Rasulullah SAW, "Air laut itu suci lagi menyucikan, bangkainya halal
dimakan." (Riwayat lima ahli hadits. Menurut keterangan Tirmizi, hadis ini sahih).
Perubahan air yang tidak menghilangkan keadaan atau sifatnya "suci menyucikan" -
walaupun perubahan itu terjadi pada salah satu dari semua sifatnya yang tiga (warna, rasa,
dan baunya)- adalah sebagai berikut:
a) Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang atau mengalir di batu belerang.
b) Berubah karena lama tersimpan karena lama tersimpan.
c) Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah disebabkan ikan atau
kiambang.
d) Berubah karena tanah yang suci, begitu juga segala perubahan yang sukar
memeliharanya, misalnya berubah karena daun-daunan yang jatuh dari pohon-pohon yang
berdekatan dengan sumber atau tempat-tempat air itu.

2. Air suci, tetapi tidak menyucikan


Zatnya suci, tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu. Yang termasuk dalam
bagian ini ada tiga macam air, yaitu :
a) Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena tercampur dengan suatu benda yang
suci, selain perubahan yang tersebut di atas, misalnya : air kopi, air teh, dan sebagainya.
b) Air sedikit, kurang dari dua kulah (air dua kulah adalah : kalau tempatnya persegi
panjang, maka panjangnya 1 1/4 hasta, lebar 1 1/4 hasta, dan dalamnya 1 1/4 hasta. Kalau
tempatnya bundar, maka garis tengahnya 1 hasta, dalam 2 1/4 hasta dan kelilingnya 3 1/7
hasta), sudah terpakai untuk menghilangkan hadas atau menghilangkan hukum najis,
sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya.
c) Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, misalnya : air yang keluar dari tekukan pohon
kayu (air nira), air kelapa, dan sebagainya.

3. Air yang bernajis


air yang termasuk bagian ini ada dua macam :
a) Sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh dipakai lagi, baik airnya
sedikit ataupun banyak, sebab hukumnya seperti najis.
b) Air bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Air ini kalau sedikit -berarti kurang
dari dua kulah- tidak boleh dipakai lagi, bahkan hukumnya sama dengan najis. Kalau air itu
banyak, berarti ada dua kulah atau lebih, hukumnya tetap suci dan menyucikan.
Rasulullah SAW bersabda :

)‫(رواه ابن ماجه والبيهقى‬ ‫ط ْع ِم ِه ا َ ْولَ ْونِ ِه ا َ ْو ِري ِْح ِه‬ َ َ‫َي ٌءا َِِّل َما َغل‬
َ ‫ب َعلَى‬ ُ ‫ا َ ْل َما ُء ََليُن ِ َِّج‬
ْ ‫سهُ ش‬
"Air itu tidak dinajisi sesuatu, kecuali apabila berubah rasa, warna, atau baunya."(Riwayat
Ibnu Majah dan Baihaqi).

)‫(رواه الخمسه‬ َ ُ‫اِ َذا َكانَ ْال َما ُءقُلَّتَي ِْن لَ ْم يُن ِ َِّج ْسه‬
.‫ش ْي ٌء‬
"Apabila air cukup dua kulah, tidaklah dinajisi oleh sesuatu apapun." (Riwayat lima ahli
hadits)

4. Air yang makruh


Yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas atau perak. Air ini
makruh dipakai untuk badan, tetapi tidak makruh untuk pakaian; kecuali air yang terjemur di
tanah, seperti air sawah, air kolam, dan tempat-tempat yang bukan bejana yang mungkin
berkarat.
Rasulullah SAW bersabda :

‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫ف ال‬
َ ‫ش ْم ِس فَقَا َل‬ ْ ‫س َّخن‬
ِ ‫َت َما ًء‬ َ ‫ى هللاُ َع ْن َهااَنَّ َها‬
َ ‫ض‬ َ ‫َع ْن َعا ِئ‬
ِ ‫س ِة ِر‬
‫اَلت َ ْفعَ ِلى‬
َ ‫لَ َه‬
)‫(رواه البىهقى‬ َ ‫ث ْالبَ َر‬
.‫ص‬ ُ ‫يَا ُح َمي َْرا ُء فَ ِانَّهُ يُ ْو ِر‬
Dari Aisyah. Sesungguhnya ia telah memanaskan air pada cahaya matahari, maka
Rasulullah SAW berkata kepadanya. "Janganlah engkau berbuat demikian, ya Aisyah.
Sesungguhnya air yang dijemur itu dapat menimbulkan penyakit sopak." (Riwayat
Baihaqi).

Anda mungkin juga menyukai