Anda di halaman 1dari 35

GUBERNUR BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI


NOMOR 8 TAHUN 2007
TENTANG
BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI,
Menimbang

: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (4)


Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 tentang
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup,
perlu menetapkan Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria
Baku Kerusakan Lingkungan Hidup;
b. bahwa Surat Rekomendasi dari Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi Bali tanggal 15 Januari 2007 Nomor
640/131/DPRD perihal Rekomendasi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria
Baku Kerusakan Lingkungan Hidup;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2604);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3274);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3699);
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4377);
6.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang - undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagiamana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3838);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang


Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
267, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4068);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4161 );

12.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2005 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
(Lembaran
Daerah Provinsi Bali Tahun 2005 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 5) ;

13.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 tentang


Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2005 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 3);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN


HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP.
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :
1. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.

2 Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk


hidup, zat energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
3. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
mahluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup.
4. Status mutu lingkungan adalah keterangan kondisi mutu
lingkungan yang menunjuk kondisi cemar atau baik pada suatu
lingkungan dalam waktu tertentu bila dibandingkan dengan
baku mutu lingkungan yang ditetapkan.
5. Air adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah
permukaan tanah, kecuali laut dan air fosil.
6. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda
tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup,
zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
8. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang
menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu
sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan
baku mutu air yang ditetapkan.
9. Baku mutu air laut adalah ukuran batas atas atau kadar mahluk
hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di
dalam air laut.
10. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat,
energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenngang keberadaannya
dalam udara ambien.

11. Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara di


suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi.
12. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang
dihasilkan dalam suatu kegiatan yang masuk dan/atau
dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai
dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
13. Baku mutu emisi adalah batas kadar maksimal dan/atau beban
emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan
ke dalam udara ambien.
14. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam
udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan.
15. Baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat
kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari
usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
16. Perusakan
lingkungan
hidup
adalah
tindakan
yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan.
17. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas
perubahan sifat fisik dan/atau hayati lingkungan hidup yang
dapat ditenggang.
18. Kerusakan lingkungan penambangan adalah berubahnya
karakteristik lingkungan penambangan sehingga tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
19. Kriteria baku kerusakan lingkungan penambangan adalah
berubahnya karakterisrik lingkungan penambangan yang
menunjukkan
indikatorindikator
terjadinya
kerusakan
lingkungan.
20. Status kerusakan lingkungan bagi kegiatan penambangan
bahan Galian C adalah kondisi tanah ditempat dan waktu
tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria baku kerusakan
lingkungan bagi kegiatan penambangan Galian C.

21

Kriteria baku kerusakan terumbu karang adalah ukuran batas


perubahan sifat fisik dan atau hayati terumbu karang yang
dapat ditenggang.

22. Status kondisi terumbu karang adalah kondisi terumbu karang


suatu lokasi dalam waktu tertentu yang dinilai berdasarkan
kriteria tertentu kerusakan terumbu karang dengan
menggunakan prosentase luas tutupan terumbu karang yang
hidup.
23. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan
yang berwujud cair.
24. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau
dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau
kegiatan.
25. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, selanjutnya
disebut penanggung jawab usaha adalah orang yang
melakukan kegiatan menghasilkan limbah yang berpotensi
mecemari dan/atau merusak lingkungan hidup.
Pasal 2
(1) Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan
Lingkungan Hidup meliputi:
a. Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas I s/d IV;
b. Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari;
c. Baku Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan;
d. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut;
e. Baku Mutu Air Limbah Domestik;
f. Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri Tekstil;
g. Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri Pelapisan
Logam;
h. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Minuman
Ringan;
i. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit;
j. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel ;
k. Baku Mutu Udara Ambien XI;
l. Baku Mutu Emisi untuk Kegiatan Lain kecuali Industri
Semen, Industri Pulp Kertas dan Industri Besi Baja;
m. Baku Mutu Tingkat Kebauan;
n. Baku Mutu Tingkat Kebisingan;

o.
p.
q.

Baku Mutu Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor


Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang
Diproduksi (Current Production);
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan
Penambangan Bahan Galian C Jenis Lepas di Daratan;
Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang .

(2) Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan


Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur ini.
Pasal 3
(1)

Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan


Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) dilarang dilampaui setiap saat.

(2)

Dalam hal Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku


Kerusakan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terlampaui karena keadaan tertentu atau kondisi
cuaca tertentu, penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
melaporkan dan menyampaikan kegiatan penanggulangan
pencemaran
atau
perusakan
lingkungan
kepada
Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur.
Pasal 4

(1)

Baku Mutu Lingkungan Hidup sebagai


menetapkan status mutu lingkungan.

ukuran

untuk

(2)

Status Mutu Lingkungan ditetapkan untuk menyatakan


kondisi cemar dan/atau rusak serta kondisi baik.

(3)

Kondisi cemar dan/atau rusak serta kondisi baik


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibandingkan
dengan Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku
Kerusakan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1).

Pasal 5
(1)

Setiap orang atau Penanggung Jawab Usaha yang


membuang limbah ke lingkungan harus mentaati Baku Mutu
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 3.

(2)

Setiap orang atau Penanggung jawab Usaha yang


kegiatannya menimbulkan kerusakan lingkungan harus
mentaati kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

(3)

Penanggung jawab usaha sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dan ayat (2), mempunyai kewajiban:
a. melakukan pengelolaan limbah sebelum dibuang ke
lingkungan sehingga
tidak melampaui Baku Mutu
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1);
b. mencegah terjadinya
kerusakan lngkungan;

pencemaran

dan/atau

c. menyampaikan laporan hasil pemantauan paling lama


6 (enam) bulan sekali kepada Gubernur dan Instansi
Teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan.
Pasal 6
Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku
Kerusakan
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
ditinjau secara berkala paling singkat dalam 5 (lima) Tahun.

Pasal 7
Bupati/Walikota dapat menetapkan Baku Mutu Lingkungan Hidup
dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup lebih ketat dari
ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 8
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Keputusan
Gubernur Bali Nomor 515 Tahun 2000 tentang Standar Baku Mutu
Lingkungan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 9
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita
Daerah Provinsi Bali.
Ditetapkan di
pada tanggal

Denpasar
1 Pebruari 2007

GUBERNUR BALI,

DEWA BERATHA
Diundangkan di Denpasar
pada tanggal 1 Pebruari 2007
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,

I NYOMAN YASA
BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2007 NOMOR 8

LAMPIRAN I

BAKU MUTU KUALITAS AIR BERDASARKAN KELAS

PARAMETER

SATUAN

KELAS
I

II

III

FISIKA
Temperatur
Residu terlarut
Residu tersuspensi

C
mg/L
mg/L

Deviasi 3
1000
50

Deviasi 3
1000
50

Deviasi 3
1000
400

pH

6-9

6-9

6-9

BOD
COD
DO
Total fosfat sbg P
NO3 sebagai N
NH3 - N

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

2
10
6
0,2
10
0,5

3
25
4
0,2
10
(-)

6
50
3
1
20
(-)

Arsen
Kobalt
Barium
Boron
Selenium
Kadmium
Kroom (VI)
Tembaga
Besi
Timbal

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,05
0,2
1
1
0,01
0,01
0,05
0,02
0,3
0,03

1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
0,05
0,02
(-)
0,03

1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
0,05
0,02
(-)
0,03

IV
Deviasi 5
2000
400

KETERANGAN
Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi 5000


mg/L
KIMIA ANORGANIK
5-9
Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan
kondisi alamiah
12
100
1
Angka batas minimum
5
20
(-)
Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka 0,02 mg/L
sebagai NH3
1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
1
0,02
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu 1 mg/L
(-)
Bagi pengolahan air minum secara konvensional Fe 5 mg/L
1
Bagi pengolahan air minum secara konvensional Pb 0,1 mg/L

PARAMETER

SATUAN

KELAS
I

II

KETERANGAN
III

IV

FISIKA
Mangan
Air Raksa
Seng
Khlorida
Sianida
Fluorida
Nitrit sebagai N
Sulfat
Khlorin bebas
Belerang sebagai H2S

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,1
0,001
0,05
600
0,02
0,5
0,06
400
0,03
0,002

(-)
0,002
0,05
(-)
0,02
1,5
0,06
(-)
0,03
0,002

(-)
0,002
0,05
(-)
0,02
1,5
0,06
(-)
0,03
0,002

(-)
0,005
2
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

MIKROBIOLOGI
- Fecal Coliform

Jml/100 ml

100

1000

2000

2000

- Total coliform

Jml/100 ml

1000

5000

- Gross - A
- Gross - B

Bq/L
Bq/L

0,1
1

0,1
1

Minyak dan lemak


Detergen sebagai MBAS
Senyawa fenol sebagai
fenol
BHC
Aldrin/Dieldrin
Chlordane
DDT

ug/L
ug/L
ug/L

1000
200
1

1000
200
1

10000
10000
RADIO AKTIVIATAS
0,1
0,1
1
1
KIMIA ORGANIK
1000
(-)
200
(-)
1
(-)

ug/L
ug/L
ug/L
ug/L

210
17
3
2

210
(-)
(-)
2

210
(-)
(-)
2

Keterangan :
- mg = miligram
- ug = mikrogram
- ml = mililiter
- l = Liter

Bq = Bequerel
MBAS = Methyne Blue Active Substance
ABAM = Air Baku Mutu untuk Air Minum

Bagi pengolahan air minum secara konvensional Zn 5 mg/L

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2 N 1 mg/L


Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S < 0,1
mg/L
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform 2000
jml/100 ml dan total coliform 10.000 jml/100 ml

(-)
(-)
(-)
2

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN II
BAKU MUTU KUALITAS AIR LIMBAH DOMESTIK

NO.

PARAMETER

FISIKA
1. Temperatur
2. Zat padat terlarut
3. Zat padat tersuspensi
KIMIA
1. pH
2. Besi terlarut (Fe)
3. Mangan terlarut (Mn)
4. Barium (Ba)
5. Tembaga (Cu)
6. Seng (Zn)
7. Krom Heksavalen (Cr)
8. Krom Total (Cr)
9. Cadmium (Cd)
10. Raksa (Hg)
11. Timbal (Pb)
12. Stanum (Sn)
13. Arsen (As)
14. Selenium (Se)
15. Nikel (Ni)
16. Cobalt (Co)
17. Sianida (CN)
18. Sulfida (H2S)
19. Flurida (F)
20. Klorin bebas (Cl2)
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

Amonia bebas (NH3N)


Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)
BOD
COD
Senyawa aktif biru meliten
Fenol total
Minyak Nabati
Minyak Mineral
Radioaktivitas
Pestisida termasuk PCB

SATUAN

KUALITAS AIR LIMBAH


DOMESTIK

C
Mg/L
Mg/L

38
2000
100

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

6-9
5
2
2
2
5
0,1
0,5
0,05
0,002
0,1
2
0,1
0,05
0,2
0,4
0,05
0,05
2
1

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

1
20
1
50
100
5
0,5
10
10

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN III

BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK PARIWISATA DAN REKREASI (MANDI, RENANG DAN SELAM

NO.
1
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.

PARAMETER

SATUAN

KADAR
MAKSIMUM

KETERANGAN

Cu

30
Alami
30
10
20
Nihil
Nihil
26-30

FISIKA
Warna
Bau
Kecerahan
Kekeruhan
Padatan tersuspensi
Benda Terapung
Lapisan minyak
Temperatur
KIMIA
pH
Salinitas
Oksigen terlarut (DO)
BOD 5
COD
Amonia bebas ( NH3-N)
Nitrit (NO2-N)
Sianida (CN)
Sulfida (H2S)
Minyak Bumi
Senyawa Fenol
Pestisida organoklorin (DDT)
Polikhorina ted bifenil (PCB)
Surfaktan (detergen)
Logam semi logam
- Raksa (Hg)
- Krom heksavalen (Cr)
- Arsen (As)
- Selenium (Se)
- Cadmium (Cd)
- Tembaga (Cu)
- Timbal (Pb)
- Seng (Zn)
- Nikel (Ni)
- Perak (Ag)
BIOLOGI
Koli tinja
Patogen
Plankton
RADIO NUKLIDA

Sr-90
Ra-226

m
Turbidity unit
Mg/L

6,5-8,5
alami
5
10
20
Nihil
Nihil
0,05
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil

/00
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L MBAS
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

0,0001
0,00004
0,0026
0,00045
0,00002
0,00
0,00002
0,002
0,007
0,0004

Sel/100 ml
Sel/100 ml
Individu

Nihil
Nihil
Tidak blooming

PCi/L
PCi/L
PCi/L
PCi/L

Nihil
Nihil
Nihil
Nihil

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN IV
BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK BIOTA LAUT (BUDIDAYA PERIKANAN)

NO.
1
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

1.
2.
3.

PARAMETER

SATUAN

BAKU MUTU
DIPERBOLEHKAN

KETERANGAN

Cu = Color unit

50
Alami
3
30
80
Nihil
Nihil
Alami

FISIKA
Warna
Bau
Kecerahan
Kekeruhan
Padatan tersuspensi
Benda Terapung
Lapisan minyak
Temperatur
KIMIA
pH
Salinitas
Oksigen terlarut (DO)
BOD 5
COD
Amonia bebas ( NH3-N)
Nitrit (NO2-N)
Sianida (CN)
Sulfida (H2S)
Minyak Bumi
Senyawa Fenol
Pestisida organoklorin (DDT)
Polikhorinated bifenil (PCB)
Surfaktan (detergen)
Logam semi logam
- Raksa (Hg)
- Krom heksavalen (Cr)
- Arsen (As)
- Selenium (Se)
- Cadmium (Cd)
- Tembaga (Cu)
- Timbal (Pb)
- Seng (Zn)
- Nikel (Ni)
- Perak (Ag)
BIOLOGI
Koli tinja
Patogen
Plankton

m
Turbidity unit
Mg/L

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

6,0-9,0
+ 10 % alami
4
45
80
1
Nihil
0,20
0,03
5
0,002
0,02
0,001
0,001
1,0
0,003
0,01
0,01
0,005
0,01
0,06
0,01
0,1
0,002
0,05

Jumlah/100 ml
Jumlah/100 ml
Individu

1.000
Nihil
Tidak blooming

PCi/L
PCi/L
PCi/L
PCi/L

1
100
1
3

/00
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L MBAS

RADIO NUKLIDA
1.
2.
3.
4.

Sr-90
Ra-226

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN V
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI TEKSTIL

NO.

PARAMETER

SATUAN

KADAR
MAKSIMUM

BEBAN
PENCEMAR
MAKSIMUM
(kg/ton)
5

C
Mg/L
Mg/L

38
2000
50

300
375

FISIKA
1. Temperatur
2. Zat Padat larut
*3. Zat Padat tersuspensi (TSS)
KIMIA
1. pH
2. Besi terlarut (Fe)
3. Mangan terlarut (Mn)
4. Barium (Ba)
5. Tembaga (Cu)
6. Seng (Zn)
*7. Krom Heksavalen (Cr)
*8. Krom Total (Cr)
9. Cadmium (Cd)
10. Raksa (Hg)
11. Timbal (Pb)
12. Arsen (As)
13. Selenium (Se)
14. Nikel (Ni)
15. Sianida (CN)
*16. Sulfida (H2S)
17. Flourida (F)
18. Klorin bebas (Cl2)
*19. Amonia bebas (NH3N)
20. Nitrat (NO3-N)
21. Nitrit (NO2-N)
*22. BOD5
*23. COD
24. Senyawa aktif biru meliten
*25. Fenol total
26. Minyak Nabati
*27. Minyak Mineral
Debit limbah maksimum
Keterangan :
Tanda * = wajib uji

6-9
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

5
2
2
2
5
0,1
1
0,05
0,002
0,1
0,1
0,05
0,05
0,05
0,3
2
1
8
20
1
60
250
5
0,5
3,0
3,0

0,75
0,30
0,30
0,30
0,75
0,015
0,075
0,0075
0,0030
0,015
0,015
0,0075
0,0075
0,0075
0,0075
0,30
0,15
0,15
3
0,15
12,75
37,50
0,75
0,075
0,75
1,50

150 m3 ton produk tekstil


GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN VI
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
PELAPISAN TEMBAGA

PELAPISAN NIKEL

NO.

PARAMETER

SATUAN

KADAR
MAKSIMUM

BEBAN
PENCEMAR
MAKSIMUM
(kg/ton)

KADAR
MAKSIMUM

BEBAN
PENCEMAR
MAKSIMUM
(kg/ton)

C
Mg/L

40
2000

4
200

40
2000

4
200

Mg/L

60

60

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

10
5
3
3
10
0,5
1
0,05
0,005
1
0,5
0,5
0,5
0,1
3
2
5
30
3
100
90
10

69
1
0,5
0,3
0,3
1
0,05
0,1
0,005
0,0005
0,1
0,05
0,05
0,05
0,01
0,3
0,2
0,5
3
0,3
10
9
1

10
5
3
3
10
0,5
1
0,05
0,005
1
0,5
0,5
0,5
0,1
3
2
5
30
3
100
90
10

1
0,5
0,3
0,3
1
0,05
0,1
0,005
0,0005
0,1
0,05
0,05
0,05
0,01
0,3
0,2
0,5
3
0,3
10
9
1

Mg/L
Mg/L
Mg/L

1
12
50

0,1
1,2
5

1
12
50

0,1
1,2
5

Mg/L

8
0,8
100 L per m2 produk
pelapisan logam

FISIKA
1. Temperatur
*2. Zat Padat larut
*3.

Zat Padat tersuspensi

KIMIA
*1. pH
2. Besi terlarut (Fe)
3. Mangan terlarut (Mn)
4. Barium (Ba)
*5. Tembaga (Cu)
6. Seng (Zn)
7. Krom Heksavalen (Cr)
8. Krom Total (Cr)
*9. Cadmium (Cd)
10. Raksa (Hg)
11. Timbal (Pb)
12. Arsen (As)
13. Selenium (Se)
*14. Nikel (Ni)
*15. Sianida (CN)
16. Sulfida (H2S)
17. Flurida (F)
18. Klorin bebas (Cl2)
19. Amonia bebas (NH3N)
20. Nitrat (NO3-N)
21. Nitrit (NO2-N)
22. BOD5
23. COD
24. Senyawa
aktif
biru
meliten
25. Fenol total
26. Minyak Nabati
27. Minyak Mineral
*28.

Logam Total
Debit Limbah maksimum

Keterangan :
Tanda * = wajib uji

8
0,8
100 L per m2 produk
pelapisan logam

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN VII
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI MINUMAN RINGAN

BEBAN PENCEMARAN MAKS. (GRAM/M3)


NO

PARAMETER

SATUAN

KADAR
MAKSIMUM

C
Mg/L
Mg/L

40
2000
30

1
1.
2.
*3.
*1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
*22.
23.
24.
25.
26.
27.
*28.
*29.

FISIKA
Temperatur
Zat Padat larut
Zat Padat tersuspensi (TSS)

KIMIA
pH
Besi terlarut (Fe)
Mangan terlarut (Mn)
Barium (Ba)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Krom Heksavalen (Cr)
Krom Total (Cr)
Cadmium (Cd)
Raksa (Hg)
Timbal (Pb)
Arsen (As)
Selenium (Se)
Nikel (Ni)
Sianida (CN)
Sulfida (H2S)
Flurida (F)
Klorin bebas (Cl2)
Amonia bebas (NH3N)
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)
BOD5
COD
Senyawa aktif biru meliten
Fenol total
Minyak Nabati
Minyak Mineral
Minyak & Lemak
Debit limbah maksimum

6-9
Mg/L
10
Mg/L
5
Mg/L
3
Mg/L
3
Mg/L
10
Mg/L
0,5
Mg/L
1
Mg/L
0,1
Mg/L
0,005
Mg/L
1
Mg/L
0,5
Mg/L
0,5
Mg/L
0,5
Mg/L
0,5
Mg/L
0,1
Mg/L
3
Mg/L
2
Mg/L
5
Mg/L
30
Mg/L
3
Mg/L
50
Mg/L
90
Mg/L
10
Mg/L
1
Mg/L
12
Mg/L
50
Mg/L
6
6 L per L produk minuman

DENGAN
PENCUCIAN
BOTOL &
DENGAN
PEMBUATAN
SIROP

DENGAN
PENCUCIAN
BOTOL &
TANPA
PEMBUATAN
SIROP

TANPA
PENCUCIAN
BOTOL &
DENGAN
PEMBUATAN
SIROP

TANPA
PENCUCIAN
BOTOL &
TANPA
PEMBUATAN
SIROP

105

84

51

36

6,0-9,0

6,0-9,0

6,0-9,0

6,0-9,0

175

140

85

60

21
3,5 L

17
2,8 L

10,2
1,7 L

7,2
1,2 L

Keterangan :
Tanda * = wajib uji

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN VIII
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

NO.

PARAMETER

SATUAN

KADAR
MAKSIMUM

KETERANGAN

30

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

30
80
30
0.1
2

Jumlah/100mL

10

Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L
Bq/L

7 x 102
2 x 103
3 x 102
7 x 104
1 x 103
4 x 103
7 x 103
3 x 103
1 x 104
7 x 104
1 x 104
1 x 105

1.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

FISIKA
Temperatur
KIMIA
BOD5
COD
TSS
NH3
PO4
MIKROBIOLOGIK
Total coliform
RADIOAKTIVITAS
32
P
35
S
45
Ca
51
Cr
67
Ga
85
Sr
99
Mo
113
Sn
125
I
131
I
192
Ir
201
TI

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN IX
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL

NO.

PARAMETER

SATUAN

KADAR
MAKSIMUM

KETERANGAN

C
Mg/L
Mg/L

35
1500
50

1.
2.
*3.
*1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
*22.
*23.
24.
25.
26.
27.

FISIKA
Temperatur
Zat Padat larut
Zat Padat tersuspensi
KIMIA
pH
Besi terlarut (Fe)
Mangan terlarut (Mn)
Barium (Ba)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Krom Heksavalen (Cr)
Krom Total (Cr)
Cadmium (Cd)
Raksa (Hg)
Timbal (Pb)
Arsen (As)
Selenium (Se)
Nikel (Ni)
Sianida (CN)
Sulfida (H2S)
Flurida (F)
Klorin bebas (Cl2)
Amonia bebas (NH3N)
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)
BOD5
COD
Senyawa aktif biru meliten
Fenol total
Minyak Nabati
Minyak Mineral

Keterangan :
Tanda * = wajib uji

6-9
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

1
0,5
1
1
2
0,05
0,1
0,01
0,001
0,03
0,05
0,01
0,1
0,02
0,01
1,5
0,5
0,02
10
0,06
30
50
0,5
0,01
1
1

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN X
BAKU MUTU UDARA AMBIEN

NO.

PARAMETER

2
1. SO2
(Sulfur Dioksida)

2. CO
(Karbon Dioksida)
3. NO2
(Nitrogen Dioksida)
4. O3
(Oksidan)
5. HC
(Hidro Karbon)
6. PM10
(Partikel < 10 m)
PM2,5
(Partikel < 2,5 m)
7. TSP
(Debu Total)
8. Pb
(Timah Hitam)
9. Dustfail
(Debu Jatuh)

WAKTU
PENGUKURAN
3

KADAR
MAKSIMUM
4

1 Jam
24 Jam
1 Tahun
1 Jam
24 Jam
1 Tahun
1 Jam
24 Jam
1 Tahun
1 Jam
1 Tahun
3 Jam

900 g/Nm3
365 g/Nm3
60 g/Nm3
30.000 g/Nm3
10.000 g/Nm3

24 Jam

150 g/Nm3

24Jam
1 Jam
24 Jam
1 Tahun
24 Jam
1 Tahun
30 Hari

65 g/Nm3
15 g/Nm3
230 g/Nm3
90 g/Nm3
2 g/Nm3
1 g/Nm3
10 ton/km2/bln
(Pemukiman)
20 ton/km2/bln
(Industri)

KETERANGAN
5

400 g/Nm3
150 g/Nm3
100 g/Nm3
235 g/Nm3
50 g/Nm3
160 g/Nm3

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XI
BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN KECUALI INDUSTRI SEMEN, INDUSTRI
PULP-KERTAS, DAN INDUSTRI BESI-BAJA

WAKTU
PENGUKURAN
3

KADAR
MAKSIMUM
4

1. Amoniak (NH3)

g/m3

0,5

2. Gas klorin (Cl2)

g/m3

10

3. Hidrogen Klorida (HCl)

g/m3

4. Hidrogen Fluorida (HF)

g/m3

10

5. Nitrogen Dioksida (NO2)

g/m3

1000

6. Opasitas

g/m3

30%

7. Partikel

g/m3

350

8. Sulfur Dioksida (SO2)

g/m3

800

9. Total Sulfur tereduksi (H2S)

g/m3

35

10. Air Raksa (Hg)

g/m3

11. Arsen (As)

g/m3

12. Antimon (Sb)

g/m3

13. Kadmium (Cd)

g/m3

14. Seng (Zn)

g/m3

50

15. Timah Hitam (Pb)

g/m3

12

NO.

PARAMETER

KETERANGAN
5

BUKAN LOGAM

(Total Reduced Sulphur)


LOGAM

Catatan :

Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 Atmosfir)

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XII
BAKU MUTU TINGKAT KEBAUAN

Bau dari Odoran Tunggal


WAKTU
PENGUKURAN
3

KADAR
MAKSIMUM
4

1. Aminiak (NH3)

ppm

2.0

2. Metil Merkaptan (CH3 SH)

ppm

0,002

3. Hidrogen Sulfida (H2S)

ppm

0,02

4. Metil Sulfida (CH3)2 - S

ppm

0,01

5. Stirena (C 5H5 CHCH2)

ppm

0,1

NO.

PARAMETER

Bau dari Odoran Campuran


Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai amabang bau
yang dapat diteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah
minimal 8 (delapan) orang.

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XIII
BAKU MUTU TINGKAT KEBISINGAN

A.

PERUNTUKAN KAWASAN/
LINGKUNGAN KEGIATAN
Peruntukan Kawasan

1.

Perumahan dan Pemukiman

55

2.

Perdagangan dan Jasa

70

3.

Perkantoran dan Perdagangan

65

4.

Ruang Terbuka Hijau

50

5.

Industri

70

6.

Pemerintahan dan Fasilitas Umum

60

7.

Rekreasi

70

8.

Khusus :

TINGKAT KEBISINGAN dB (A)

Pelabuhan Laut

70

Cagar Budaya

60

Bandar udara *)

70 75 WECPNL

B.

Lingkungan Kegiatan

1.

Rumah Sakit atau Sejenisnya

55

2.

Sekolah atau sejenisnya

55

3.

Tempat ibadah dan sejenisnya

55

Keterangan :
*)
= disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan.
dB(A) = Desibel
WECPNL = Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level
GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XIV
I.

AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU


KENDARAAN BERMOTOR YANG SEDANG DI PRODUKSI (CURRENT PRODUCTION)

DAN

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI L

NO.

KATEGORI

1. a. L1
b. L2
c. L3 < 150 cm2

d. L3 > 150 cm3

e. L4 dan L5 motor bakar cetus api

f. L4 dan L5 motor bakar penyalaan kompresi

Keterangan :
- L1
=

- L2

- L3

- L4

- L5

PARAMETER

CO
HC + NOX
CO
HC + NOX
CO
HC
NOX
CO
HC
NOX
CO
HC
NOX
CO
HC
NOX

NILAI
AMBANG
BATAS
(GRAM/KM)
1,0
1,2
3,6
1,2
5,5
1,2
0,3
5,5
3,0
0,3
7,0
1,5
0,4
2,0
1,0
0,65

METODE
UJI
ECE R 47
ECE R 47
ECE R 40

ECE R 40

ECE R 40

ECE R 40

Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas silinder mesin tidak lebih
dari 50 cm3 dan dengan desain kecepatan maksimum tidak lebih dari 50 km/jam
apapun jenis tenaga penggeraknya.
Kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan roda sembarang dengan
kapasitas silinder mesin tidak lebih dari 50 cm 3 dan dengan desain kecepatan
maksimum tidak lebih dari 50 km/jam apapun jenis tenaga penggeraknya.
Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas silinder mesin lebih dari
50 cm3 atau dengan desain kecepatan maksimum lebih dari 50 km/jam apapun
jenis tenaga penggeraknya.
Kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan roda asimetris dengan
kapasitas silinder mesin lebih dari 50 cm3 atau dengan desain kecepatan
maksimum lebih dari 50 km/jam apapun jenis tenaga penggeraknya (sepeda
motor dengan kereta).
Kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan simetris dengan kapasitas
silinder mesin lebih dari 50 cm3 atau dengan desain kecepatan maksimum lebih
dari 50 km/jam apapun jenis tenaga penggeraknya.

II. AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU DAN
KENDARAAN BERMOTOR YANG SEDANG DI PRODUKSI (CURRENT PRODUCTION) DENGAN
PENGGERAK MOTOR BELAKANG CETUS API BERBAHAN BAKAR BENSIN
KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M DAN N

NO.

CO
HC + NOX

NILAI
AMBANG
BATAS
(GRAM/KM)
2,2
0,5

A. KELAS I, RM(3) < 1250 KG

CO
HC + NOX

2,2
0,5

ECE R 83-04

B. KELAS II, 1250 KG<RM<1700 KG

CO
HC + NOX

4,0
0,6

ECE R 83-04

C. KELAS III RM>1700 KG

CO
HC + NOX

5,0
0,7

ECE R 83-04

KATEGORI(1)

1. M1, GVW(2) < 2,5 TON, TEMPAT DUDUK < 5


TIDAK
TERMASUK
TEMPAT
DUDUK
PENGEMUDI
2. M1, TEMPAT DUDUK 6 8 TIDAK
TERMASUK TEMPAT DUDUK PENGEMUDI
GVW > 2,5 TON ATAU N1, GVW < 3,5 TON

PARAMETER

METODE
UJI

ECE R 83-04

Keterangan :
- (1)
= Dalam hal jumlah penumpang dan GVW tidak sesuai dengan pengkategorian tabel
diatas maka nilai ambang batas mengacu kepada pengkategorian GVW
(2)
= GVW Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
(3)
= RM Reference Mass adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 Kg.
- M1
= Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang dan mempunyai tidak
lebih dari 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi.
- N1
= Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah
berat yang diperbolehkan (GVW) sampai dengan 3,5 ton.
Untuk kendaraan kategori O, O1, dan O2 metode uji dan nilai ambang batas mengikuti kategori
N1 ;
-O
= Kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau tempel.
- O1
= Kendaraan bermotor penarik dengan jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan
(GVW) tidak lebih dari 0,75 ton.
- O2
= Kendaraan bermotor penarik dengan jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan
(GVW) lebih dari 0,75 ton tetapi tidak lebih berat dari 3,5 ton.

III.

AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU DAN
KENDARAAN BERMOTOR YANG SEDANG DI PRODUKSI (CURRENT PRODUCTION)
DENGAN PENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN KOMPRESI (DIESEL)

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI BAHAN BAKAR DIESEL

CO
HC + NOX
PM

NILAI
AMBANG
BATAS
(GRAM/KM)
1,0
0,7 (0,9)(4)
0,08 (0,1) (4)

A. KELAS I, RM(3) < 1250 KG

CO
HC + NOX
PM

1,0
0,7 (0,9)(4)
0,08 (0,1)(4)

ECE R 83-04

B. KELAS II, 1250 KG<RM<1700 KG

CO
HC + NOX
PM

1,25
1,0 (1,3)(4)
0,12 (0,14)(4)

ECE R 83-04

C. KELAS III RM>1700 KG

CO
HC + NOX
PM

1,5
1,2 (1,6)(4)
0,17 (0,2)(4)

ECE R 83-04

CO
HC
NOX
PM

4,0
1,1
7,0
0,15

ECE R 49-02

KATEGORI(1)

NO.

1. M1, GVW(2) < 2,5 TON, TEMPAT DUDUK < 5


TIDAK
TERMASUK
TEMPAT
DUDUK
PENGEMUDI
2. M1, TEMPAT DUDUK 6 8 TIDAK
TERMASUK TEMPAT DUDUK PENGEMUDI
GVW > 2,5 TON ATAU N1, GVW < 3,5 TON

3. M2, M3, N2, N3, O3 DAN O4, GVW (2) > 3,5
TON

(1)

(2)

=
=
=

(3)
(4)

- M2

- M3

- N2

PARAMETER

METODE
UJI

ECE R 83-04

Dalam hal jumlah penumpang dan GVW tidak sesuai dengan pengkategorian tabel
diatas maka nilai ambang batas mengacu kepada pengkategorian GVW
GVW Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
RM Reference Mass adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 Kg.
Nilai ambang batas (untuk Diesel Injeksi Langsung) dan setelah 3 tahun nilai ambang
batasnya.
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang dan mempunyai lebih dari
8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi dan mempunyai jumlah
berat yang diperbolehkan (GVW) sampai dengan 5 ton.
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang dan mempunyai lebih dari
8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi dan mempunyai jumlah
berat yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 5 ton.
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah
berat yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 3,5 ton tetapi tidak lebih dari 5 ton.

- N3

- O3

- O4

Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah
berat yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 12 ton.
Kendaraan bermotor penarik dengan jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan
(GVW) lebih dari 3,5 ton tetapi tidak lebih dari 10 ton.
Kendaraan bermotor penarik dengan jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan
(GVW) lebih dari 10 ton.
GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XV
BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK WISATA BAHARI

NO.

PARAMETER

FISIKA
1. Warna
2. Bau
3. Kecerahana
4. Kekeruhana
5. Padatan tersuspensi totalb
6. Suhuc
7. Sampah
8. Lapisan Minyak5
KIMIA
1. pHd
2. Salinitase
3. Oksigen Terlarut (DO)
4. BOD5
5. Amoniak Bebas (NH3-N)
6. Fospat (PO4-P)
7. Nitrat (NO3-N)
8. Sulfida (H2S)
9. Senyawa Fenol
10. PAH (Poliaromatik hidrokarbon)
11. PCB (Poliklor Bifenil)
12. Surfaktan (detergen)
13. Minyak dan Lemak
14. Pestisidaf
LOGAM TERLARUT
1. Raksa (Hg)
2. Kromium Heksavalen (Cr(VI))
3. Arsen (As)
4. Cadmium (Cd)
5.
6.
7.
8.

Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Nikel (Ni)

BIOLOGI
1. E.Coliform (inecal)
2. Coliform (total)g

SATUAN

BAKU MUTU

Pt.Co
m
ntu
Mg/l
o
C
-

30
Tidak berbau
>6
5
20
Alami2
Nihil 1(4)
Nihil 1(5)

%o
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
ug/L
Mg/L(MBAS)
Mg/L
ug/L

7 8,5 (d)
Alami 3(e)
>5
10
Nihil1
0,015
0,008
Nihil1
Nihil1
0,003
Nihil1
0,001
1
Nihil1

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

0,002
0,002
0,025
0,002

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

0,050
0,005
0,095
0,075

MPN/100mL
MPN/100mL

200
1000

RADIO NUKLIDA
1. Komposisi yang tidak diketahui

Bq/L

Keterangan :
1. Nilai adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai
dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik
internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam
dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis
(thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.
a. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% kedalaman euophotic.
b. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% konsentrasi rata-rata
musiman.
c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2oC dari suhu alami.
d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 0,2 satuan pH.
e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% salinitas rata-rata musiman.
f. Berbagai jenis pestisida seperti : DDT, endrin, endosulfan, dan heptachlor.
g. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% konsentrasi rata-rata
musiman.
GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XVI
BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK PERAIRAN PELABUHAN

SATUAN

BAKU MUTU

m
Mg/l
o
C
-

>3
Tidak berbau
80
Nihil 1(4)
Alami3
Nihil 1(5)

%o
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
ug/L
Mg/L (MBAS)
Mg/L
ug/L

6,5 8,5 (d)


Alami 3(e)
0,3
0,03
1
0,002
0,01
1
3
0,01

LOGAM TERLARUT
1. Raksa (Hg)
2. Cadmium (Cd)
3. Tembaga (Cu)
4. Timbal (Pb)

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

0,003
0,001
0,05
0,05

5. Seng (Zn)

Mg/L

0,1

MPN/100mL

1000

NO.

PARAMETER

FISIKA
1. Kecerahana
2. Kebauana
3. Padatan tersuspensi totalb
4. Sampah
5. Suhuc
6. Lapisan Minyak5
KIMIA
1. pHd
2. Salinitase
3. Amonia total (NH3-N)
4. Sulfida (H2S)
5. Hidrokarbon total
6. Senyawa Fenol total
7. PCB (Poliklor Bifenil)
8. Surfaktan (detergen)
9. Minyak dan Lemak
10. TBT (tri butil tin)6

BIOLOGI
1. Coliform (total)

Keterangan :
1. Nilai adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai
dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik
internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam
dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis
(thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.
6. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal.
a. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% kedalaman euophotic.
b. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% konsentrasi rata-rata
musiman.
c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2oC dari suhu alami.
d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 0,2 satuan pH.
e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% salinitas rata-rata musiman.
f. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% konsentrasi rata-rata
musiman.
GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XVII
BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK BIOTA LAUT

NO.

PARAMETER

FISIKA
1. Kecerahana

2. Kebauan
3. Kekeruhana
4. Padatan tersuspensi totalb

5. Sampah
6. Suhud

7. Lapisan Minyak5
KIMIA
1. pHd
2. Salinitase

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Oksigen Terlarut (DO)


BOD5
Amoniak Bebas (NH3-N)
Fospat (PO4-P)
Nitrat (NO3-N)
Sulfida (H2S)
Senyawa Fenol
PAH (Poliaromatik hidrokarbon)
PCB (Poliklor Bifenil)
Surfaktan (detergen)
Minyak dan Lemak
Pestisidaf
TBT (tri butil tin)6

LOGAM TERLARUT
1. Raksa (Hg)
2. Kromium Heksavalen (Cr(VI))
3. Arsen (As)

SATUAN

BAKU MUTU

Coral >6
Mangrove
Lamun >3
Alami2
<5
Coral >20
Mangrove >80
Lamun >20
Nihil 1(4)
Alami3
Coral : 28-30
Mangrove : 33-34
Lamun : 28 30
Nihil 1(5)

ntu
Mg/l

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
ug/L
Mg/L(MBAS)
Mg/L
ug/L
ug/L

7 8,5 (c)
Alami3(e)
Coral : 33-34 (e)
Mangrove : 33-34 (e)
Lamun : 33 34 (e)
>5
20
0,3
0,015
0,008
0,5
0,01
0,003
0,002
0,01
1
0,01
0,01

Mg/L
Mg/L
Mg/L

0,001
0,005
0,012

%o

Keterangan :
1. Nilai adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai
dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik
internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam
dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis
(thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.
6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat
menyebabkan euthrofikasi.
7. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu,
kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri.
8. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal.
a. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% kedalaman euophotic.
b. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% konsentrasi rata-rata
musiman.
c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2oC dari suhu alami.
d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 0,2 satuan pH.
e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% salinitas rata-rata musiman.
f. Berbagai jenis pestisida seperti : DDT, endrin, endosulfan, dan heptachlor.
g. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% konsentrasi rata-rata
musiman.
GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XVIII
KRITERIA KERUSAKAN LINGKUNGAN BAGI USAHA ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN
GALIAN GOLONGAN C JENIS LEPAS DI DARATAN

PERUNTUKAN
NO.

ASPEK/SIFAT FISIK
DAN HAYATI
LINGKUNGAN

TANAMAN
TAHUNAN

TANAMAN
PANGAN
LAHAN BASAH

TANAMAN
PANGAN LAHAN
KERING DAN
PETERNAKAN

Lebih dalam 1
meter diatas muka
air tanah pada
musim hujan
< 5 meter dari
batas SIPD

Melebihi muka
air tanah pada
musim hujan

Melebihi muka air


tanah pada musim
hujan

< 5 meter

Lebih dari 10 cm
di bawah muka air
tanah pada musim
hujan
< 5 meter

a. Perbedaan Relief

1 meter

1 meter

1 meter

1 meter

b. Kemiringan dasar

8%

8%

3%

8%

a. Tebing Teras

Tinggi 3 m

Tinggi 3 m

Tinggi 3 m

Tinggi 3 m

b. Dasar Teras

Lebar < 6 m

Lebar < 6 m

Lebar < 6 m

Lebar < 6 m

PEMUKIMAN
DAN DAERAH
INDUSTRI

1. TOPOGRAFI
1.1.

Lubang Galian

a. Kedalaman

b. Jarak
1.2.

< 5 meter

Dasar Galian
dasar galian

1.3.

galian
Dinding Galian

2. TANAH

Tanah
yang
dikembalikan
sebagai
Tanah
penutup
3. VEGETASI
3.1 Tutupan Tanaman budi
daya
3.2

Tutupan tanaman
tahunan

3.3

Tutupan tanaman lahan


basah

3.4

Tutupan tanaman lahan


kering/rumput

< 25 cm

< 20 % tanaman
tumbuh di seluruh
lahan penambangan

< 50 cm

< 50 %
tanaman
tumbuh di
seluruh lahan
penambangan

< 25 cm

< 50 % tanaman
tumbuh di
seluruh lahan
penambangan

< 25 cm

< 50 % tanaman
tumbuh di seluruh
lahan penambangan

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

LAMPIRAN XIX
KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG

KRITERIA BAKU KERUSAKAN KARANG


(dalam %)

PARAMETER

Prosentase luas tutupan terumbu


karang yang hidup

Rusak

Buruk 0 24,9
Sedang 25 49,9

Baik

Baik 50 74,9
Baik sekali 75 100

Keterangan :
Prosentase Luas Tutupan Terumbu Karang yang Hidup yang dapat ditenggang : 50 100%

GUBERNUR BALI ,

DEWA BERATHA

Anda mungkin juga menyukai