Anda di halaman 1dari 10

Emosi adalah bagian dari hidup, bagian dari manusia yang hidup.

Orang bisa merasakan cinta, suka, sayang, jijik, sedih, senang,


marah, dan sebagainya. Sebagaimana emosi pada umumnya normal,
begitu juga kemarahan itu normal, tidak ada orang yang salah
karena mempunyai rasa marah. Selalu saja ada alasan mengapa kita
menjadi marah. Emosi marah merupakan salah satu jenis emosi
yang dianggap sebagai emosi dasar dan bersifat universal. Semua
orang
dari
semua
budaya
memiliki
emosi
marah.
Dalam pandangan masyarakat, marah selalu dihubungkan dengan
agresi dan melukai. Namun, tidak semua kemarahan diungkapkan
dalam agresi dan melukai. Semua orang boleh saja marah. Namun
yang perlu diingat adalah apa yang kita lakukan dengan kemarahan
kita dan bagaimana kita mengungkapkan kemarahan kita. Maka dari
itu kita harus bisa mengelola emosi kita sehingga emosi kita tidak
menimbulkan
agresi
bagi
orang
lain.
Pengendalian emosi (anger management) adalah suatu tindakan
untuk mengatur pikiran , perasaan, nafsu amarah dengan cara yang
tepat dan positif serta dapat diterima secara sosial, sehingga dapat
mencegah sesuatu yang buruk atau merugikan diri sendiri dan orang
lain.
Dalam paper ini, penulis hendak menyajikan pembahasan mengenai
kemarahan dan bagaimana bisa mengelola kemarahan (anger
mananagement) sehingga kemarahan bisa terungkap secara sehat
dan tidak merusak. Sistematika paper ini adalah sebagai berikut.
Pertama, sumber penelitian adalah dari film Anger Management.
Penulis akan memberikan sedikit review mengenai film itu. Kedua,
penulis menyajikan teori mengenai kemarahan dan juga pengelolaan
kemarahan. Ketiga, penulis membahas mengenai bagaiamana terapi
yang bisa digunakan untuk membantu mengelola kemarahan itu.
Pada akhir tulisan, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran
yang membantu.
II. SINOPSIS ANGER MANAGEMENT
Dave Buznik adalah seorang karyawan pada perusahaan yang
bergerak di bidang hewan peliharaan. Pria yang sedang berpacaran
dengan Linda ini mengalami pengalaman yang tidak terlupakan. Ia
dituduh berbuat tak senonoh pada pramugari padahal sesungguhnya
ia hanya ingin meminta sebuah headset. Insiden in membawa buznik
ke pengadilan dan ia diwajibkan mengikuti anger management
yang dipimpin oleh Dr. Reydell.
III. TEORI
A.
Marah
a)
Definisi
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang
dirasakan sebagai ancaman. Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III
Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah pengalaman emosi yang
kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai

terhambat.
Menurut Thomas 1995), kemarahan diartikan sebagai respon
emosional yang tidak nyaman dan kuat sebagai tanggapan atas
provokasi yang tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan nilai
seseorang, kepercayaan, atau hukum tertentu. pandangan umum
menyatakan marah berkaitan erat dengan agresi, melukai dan
merusak. Akan tetapi amarah tidak selalu diidentikkan dengan
permusuhan, sikap negative, atau agresi atau kecenderungan untuk
melukai orang lain. marah adalah respon emosional secara internal
dalam diri seseorang. Sebagai perbandingan, agresi dan kekerasan
yang merusak dapat dan terjadi tanpa adanya amarah (Thomas,
1998). Ekpresi amarah tidak harus terungkap dalam agresi.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Thomas (1993), menyatakan
bahwa kemarahan adalah sebuah situasi yang tidak nyaman, emosi
yang menyedihkan bagi sebagian besar orang, seringkali tercampur
dengan kecemasan dan rasa bersalah. Perasaan marah normal bagi
tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan
marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.
b)
Tipe
Marah
Ada dua model atau tipe marah yaitu marah kedalam atau implisit
(anger in) yaitu rasa marah yang diarahkan ke dalam diri sendiri
yang mengakibatkan depresi dan kebencian yang ditahan. Dan yang
kedua amarah keluar atau eksplisit (anger out) yaitu rasa marah
yang diarahkan kepada orang atau benda lain yang merupakan
pengekspresian dari perasaan benci dan permusuhan yang tertahan.
Pengekpresian amarah secara terbuka sering diikuti rasa bersalah
atau menyesal dan kemudian bisa menjadi alat mengontrol diri yang
mengakibatkan pemendaman amarah dan kemudian mengubah
amarahnya menjadi anger in yang sering mengakibatkan depresi
c)
Penyebab
Kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya
harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
Penyebabnya
antara
lain
:
1.
Frustasi
:
Sesorang
yang
mengalami
hambatan
dalam
mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2.
Hilangnya
harga
diri
:
Pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk
dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,
lekas
tersinggung,
lekas
marah,
dan
sebagainya.
3.
Kebutuhan
akan
status
dan
prestis
Manusia
pada
umumnya
mempunyai
keinginan
untuk
mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

Selain itu ada dua faktor yang menyebabkan marah, yaitu :


a)
Faktor
Predisposisi
1)
Faktor
Perkembangan
Hambatan perkembangan dan menganggu hubungan intrapersonal
yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir
dengan ganguan persepsi, klien mungkin menekan perasaan
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2)
Faktor
Budaya
Budaya tertutup dan membatas secara diam dan kontrol sosial yang
tidak pasti terhadap prilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
prilaku
kekerasan
diterima.
3)
Faktor
Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk, masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan,
yaitu
ditolak
atau
dihina
dan
dianiaya.
4)
Faktor
Biologis
Kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakkeseimbangan membran transmitter turut berespon terhadap
terjadinya prilaku kekerasan.
b)
Faktor
Presipitasi
Kemarahan bisa bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dari
orang lain, kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik)
keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang, dapat
menjadi penyebab prilaku kekerasan. Faktor yang berkaitan dengan
marah
antara
lain
:

Menyerang
atau
menghindar
(fight
of
flight)

Mengatakan
dengan
jelas
(assertivines)

Memberontak
(acting
out)
Kekerasan atau amuk (violence)
d)
Gejala
Kemarahan memiliki gejala atau symtomp yang bisa dilihat secara
inderawi. Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang
menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu
bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada
klien
dalam
keadaan
marah
diantaranya
adalah:
a)
Emosi
Secara emosi, ketika marah orang akan merasa tidak adekuat untuk
mengendalikan emosinya, merasa tidak aman, merasa terganggu
dan kadang-kadang terselip juga rasa dendam dan jengkel. Secara
umum, orang marah akan diidentikkan dengan Mudah tersinggung ,
tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk
kehilangan kontrol diri.
b)
Intelektual
Secara intelektual, perasaan marah memunculkan kehendak untuk
mendominasi, bawel, mengeluarkan kata-kata yang sarkastik
cenderung
untuk
memperdebatkan
dan
meremehkan.
c)
Fisik
Secara fisik, kemarahan seringkali ditunjukkan dengan muka yang
memerah, pandangan yang tajam, nafas pendek dan terengah-

engah dan seringkalimengeluarkan banyak keringat. Tanda dan


gejala yang lain adalah ada kesakitan secara fisik dan tekanan darah
yang meningkat. Secara umum dapat dilihat adalah Tekanan darah
meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi,
tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat,
kadang-kadang
konstipasi,
refleks
tendon
tinggi.
d)
Spiritual
Secara spiritual, ketika orang marah dia merasa sebagai orang yang
penuh dengan kekuasaan dan kebenaran diri. namun, dia juga
merasa ada keraguan. Secara moral, kemarahan adalah sesuatu
yang
tak
bermoral
sehingga
menghambat
kreativitas.
e)
Sosial
Emosi kemarahan selalu berhubungan secara interpersonal. Artinya,
kemarahan berimplikasi langsung dalam hubungan sosial seseorang.
umumnya, kemarahan membuat orang menarik diri, mengasingkan
diri dari orang lain, menolak kehadiran orang lain. yang lebih parah
adalah ketika kemarahan membawa kepada kekerasan dan
penyerangan (agresi) terhadap orang lain. selain itu, kemarahan juga
mengubah sikap dan perilaku seseorang menjadi Agresif pasif,
menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara
keras dan kasar.
e)
Cara
Mengekspresikan
Marah
Cara-cara yang biasa digunakan orang dalam mengekspresikan
marah
adalah
sebagai
berikut:
1) Repression: Mengalami perasaan marah tetapi segera melupakan
perasaan
marahnya.
2) Displacement: Memiliki perasaan marah terhadap seseorang atau
benda yang sebenarnya bukan orang atau benda tersebut target dari
amarahnya.
3) Controlling: Menahan dan mengendalikan secara emosional badai
amarah
yang
sedang
berlangsung
dalam
dirinya.
4) Suppression: Mengalami perasaan marah tetapi dipendam,
sehingga
tidak
ada
pengekspresian
marah
tersebut.
5) Quiet Crying: Penekanan perasaan marah dengan tanpa proses
verbal atau fisik. Cara ini dapat meredakan emosi amarah dan
mengubahnya menjadi kesedihan dan perasaan sakit dalam diri
orang
tersebut.
6) Assertive Confrontation: Suatu respon langsung yang tegas
terhadap seseorang atau benda yang membuat atau membangkit
amarah.
7) Overreaction: Merusak atau menyakiti secara fisik suatu benda
atau seseorang yang sebenarnya benda atau orang tersebut bukan
sasaran
amarah
yang
sesungguhnya.
Proses Terjadinya Marah
Rentang Respon Marah
Perbandingan Perilaku Pasif, Asertif, dan Agresif
B.
Anger
Management
1)
Definisi
dan
Aspek
Pengelolaan emosi khususnya emosi marah (anger management)

adalah suatu tindakan untuk mengatur pikiran, perasaan, nafsu


amarah dengan cara yang tepat dan positif serta dapat diterima
secara sosial, sehingga dapat mencegah sesuatu yang buruk atau
merugikan diri sendiri dan orang lain. Menurut Judi Groves Dkk
(2003), anger management is defined as the process of controlling
rage, frustration, confusion, and dissatisfaction. Anger management
dapat didefinisikan sebagai proses untuk mengendalikan kekasaran
perilaku,
frustrasi,
kebingungan,
serta
ketidakpuasan.
Program AM dilakukan dalam 3 hingga 8 session (Smith Et al, 1994).
jumlah sessi tergantung dari pasien yang hendak mengikuti program
AM, seperti pelajar atau mahasiswa, pekerja, atau yang lain dan juga
pendanaan yang ada. Program AM dilakukan dalam waktu 10-12
minggu. setiap sessi terjadi dalam waktu dua jam yang diikuti oleh 815
peserta.
Acara-acara yang ada di dalam sesi itu antara lain, ajaran didactic,
permainan peran, dan grup diskusi. para peserta juga mendapatkan
pekerjaan rumah. pekerjaan rumah mereka umumnya disuruh untuk
mencatat hasil partisipant dalam mengelola emosi ketika dalam
kehidupan
sehari-hari.
Anger management seringkali digambarkan sebagai sebuah cara
trendy dan unik untuk para kriminal (cloud, 2000). masyarakat
seringkali meragukan keefektifan dari cara mengelola marah ini.
Contoh orang-orang yang gagal dalam mengelola emosi adalah Mike
Tyson, dimana ia gagal sembuh menjadi orang yang tidak pemarah.
Menurut Thomas (2001), AM bukanlah sebuah terapi, tetapi sebuah
program yang dipimpin oleh seorang guru atau pelatih, bukan
seorang terapis. Para pelatih AM membentuk kelompok bagi para
pesertanya, karena kemarahan bisa dipicu dalam pergaulan
interpersonal (anderson Malico 1994). Beberapa program kelompok
antara lain adalah empty chair.
Ada beberapa aspek dari pengelolaan emosi marah, yaitu:
a)
Mengenali
emosi
marah
Menurut Goleman (1997) mengenali emosi marah merupakan
kemampuan untuk mengenali perasaan marah sewaktu perasaan
marah itu muncul, sehingga seseorang tidak dikuasai oleh amarah.
Seseorang yang memiliki kemampuan dalam mengenali emosi
marah dapat bereaksi secara tepat dan pada saat yang tepat
terhadap kemarahan yang muncul. Mengenali emosi marah dapat
dilakukan dengan mengenali tanda-tanda awal yang menyertai
kemarahan, seperti: denyut nadi terasa kencang, jantung berdetak
keras, rahang terasa kaku, otot menjadi tegang, sekujur tubuh terasa
panas, mengepalkan tinju, berjalan cepat-cepat, gelisah, tidak bisa
beristirahat atau duduk dengan tenang, berbicara dengan lebih
cepat atau keras, berpikir akan mengamuk atau balas dendam dan
lain-lain. Selain itu, seseorang juga dapat lebih peka mengenali
emosi marah dengan cara mengenali situasi-situasi atau hal-hal apa
saja yang menjadi pemicu munculnya kemarahan (Hershorn, 2005).
Kurangnya
kemampuan
mengenali
emosi
marah,
dapat
menyebabkan individu tidak mampu untuk mengendalikan emosinya

serta
bereaksi
secara
tidak
sesuai
dan
berlebihan.
Kekurangmampuan dalam mengenali emosi marah juga berdampak
pada kebingungan dalam mengenali secara pasti emosi yang sedang
dialaminya, sehingga seringkali bereaksi secara tidak tepat terhadap
situasi
emosional
(Goleman,
1997).
b)
Mengendalikan
amarah
Seseorang yang dapat mengendalikan amarah tidak membiarkan
dirinya dikuasai oleh amarah. Dia dapat mengatur emosinya dan
menjaga keseimbangan emosi, sehingga emosi marah tidak
berlebihan dan tidak terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi
(Goleman, 1997). Kemarahan yang tidak terkendali dapat
menimbulkan perilaku-perilaku yang agresif baik secara verbal
maupun non verbal. Hal ini tentunya dapat merusak relasi dengan
orang
lain
dan
merugikan
bagi
diri
sendiri.
c)
Meredakan
amarah
Merupakan suatu kemampuan untuk menenangkan diri sendiri
setelah individu marah. Menurut Tice (dalam Goleman, 1997) salah
satu strategi efektif yang dilakukan individu secara umum untuk
meredakan kemarahan adalah pergi menyendiri. Alternatif lain
adalah pergi berjalan-jalan cukup jauh dari rumah, berlatih olahraga
secara aktif, melakukan metode-metode relaksasi seperti menarik
nafas dalam-dalam dan pelemasan otot-otot. Relaksasi ini dapat
merubah fisiologis tubuh dan gejolak kemarahan yang tinggi menjadi
keadaan
yang
lebih
menyenangkan.
Seseorang akan mengalami kesulitan untuk meredakan amarahnya,
jika pikirannya masih dipenuhi oleh kemarahan. Pemikiran tentang
rasa marah sekecil apapun dapat mencetuskan kembali perasaan
marah yang lebih besar. Untuk menghentikan pikiran marah, dapat
ditempuh dengan cara mengalihkan perhatian dari apa yang memicu
amarah tersebut. Dalam surveinya mengenai strategi yang
digunakan orang untuk mengatasi amarah, Tice menemukan bahwa
selingan
dapat
menghambat
pikiran-pikiran
buruk
yang
menimbulkan amarah, yaitu dengan cara menonton film, membaca,
mendengarkan musik dan semacamnya. Tice juga menemukan
bahwa menghibur diri sendiri dengan berbelanja untuk diri sendiri
dan makan tanpa alasan rasa lapar adalah bukan cara-cara yang
efektif. Cara-cara ini terlalu mudah untuk melanjutkan kejengkelan
atau
kemarahan
yang
ada
di
dalam
pikiran.
d)
Mengungkapkan
amarah
secara
asertif
Orang yang asertif dapat mengungkapkan perasaan marahnya
secara jujur dan tepat tanpa melukai perasaan orang lain. Menurut
Galassi (dalam Hartanti & Nanik 2003), orang yang asertif dapat
membela hak-hak pribadinya, mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya,
menyatakan
ketidaksenangan,
mengungkapkan
pendapat pribadi, mengajukan permintaan dan tidak membiarkan
orang lain mengambil keuntungan dari dirinya. Pada saat yang
bersamaan, ia juga mempertimbangkan perasaan dan hak-hak orang
lain.
Perilaku asertif tentunya sangat menguntungkan bagi diri sendiri dan

juga tidak merugikan orang lain. Dengan berperilaku asertif,


seseorang dapat berkomunikasi dengan baik serta menjalin relasi
yang sehat dengan orang lain.
2)
Teknik
Pengelolaan
Emosi
Marah
Adapun teknik-teknik yang sering digunakan untuk mengelola emosi
marah adalah C.A.R.E. menjelaskan keempat langkah tersebut
sebagai
berikut:
a) Commitment to Change (komitmen untuk mengubah diri)
Langkah pertama dalam mengelola kemarahan adalah komitmen
untuk berubah. Individu yang bermasalah dalam hal mengelola
kemarahan haruslah mempunyai sebuah komitmen yang kuat untuk
mengubah dirinya. Dengan adanya komitmen yang kuat, individu
akan semakin termotivasi untuk belajar mengelola emosi marah dan
menerapkan
teknik-tekniknya
dalam
kehidupan
nyata.
b) Awareness of Your Early Warning Signs (kesadaran akan pertanda
kemarahan)
Setiap orang memegang kendali pada saat bertindak atas dasar
kemarahan. Tidak ada orang yang meledak atau membentak
begitu saja, setiap amarah pasti memiliki tanda-tanda peringatan
awal. Tanda-tanda itu bisa bersifat fisiologis, tingkah laku, dan
kognitif. Dengan belajar mengenali tanda-tanda peringatan awal
kemarahan, seseorang bisa lebih sungguh-sungguh memegang
kendali
atas
tindakan
kemarahannya.
Tanda-tanda peringatan awal kemarahan meliputi tiga macam
pertanda
yaitu:
Fisiologis: Pertanda fisiologis yang sering muncul antara lain:
merasa wajah menjadi panas memerah, aliran darah yang cepat di
urat nadi, jantung berdebar-debar, napas menjadi lebih cepat,
pendek atau tidak stabil, badan terasa panas atau dingin, leher
terasa nyeri, rahang menjadi kaku, otot mengeras dan tegang.
Tingkah laku : Pertanda tingkah laku meliputi: mengepalkan tinju,
gigi menggerutuk, berjalan mondar-mandir dalam ruangan, tidak
bisa tetap duduk atau berdiri, berbicara dengan lebih cepat.
Kognitif: Pertanda kognitif mencakup pikiran-pikiran seperti: dia
melakukan itu kepadaku karena dengki, dia melakukan itu dengan
sengaja, aku tidak bisa percaya dia melakukan hal itu, tidak ada
orang yang bicara kepadaku seperti itu, aku akan menunjukkan
kepada
dia,
hal
ini
tidak
bisa
diterima.
c)
Relaxation
(relaksasi)
Relaksasi dan kemarahan merupakan reaksi yang saling berlawanan.
Keduanya melibatkan gelombang otak dan reaksi tubuh yang
berbeda, sehingga tidak mungkin terjadi bersamaan. Relaksasi
merupakan alat bantu yang ampuh untuk mengurangi stres secara
umum, mengurangi kemarahan ketika tanda-tanda peringatan awal
kemarahan muncul, dan membantu mereka yang mengalami
kesulitan tidur. Dengan melakukan relaksasi setiap hari, setiap
individu dapat memperoleh manfaatnya. Ada beberapa bentuk
relaksasi, yaitu: relaksasi otot, indera, dan kognitif. Relaksasi otot
merupakan relaksasi yang disarankan untuk pemula karena relaksasi

ini
paling
mudah
untuk
dilakukan.
Emosi, pikiran, dan tingkah laku merupakan tiga hal yang saling
mempengaruhi. Siklus perasaan, pikiran dan tindakan saling
mendorong dan memperkuat dirinya sendiri. Semakin seseorang
memikirkan tentang kemarahannya semakin ia menjadi marah. Hal
ini membawanya bertindak atas dasar kemarahannya tersebut.
Konsep ini tampak seperti pada gambar berikut:
Setiap individu bisa memotong siklus di atas. Masing-masing individu
memiliki kendali atas pikiran dan tindakannya. Dengan mengubah
pikiran dan tindakan, seseorang bisa mengurangi kemarahannya.
Relaksasi merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk
memecahkan siklus kemarahan dengan mengintervensi pada tingkat
tingkah
laku.
d) Exercising Self Control with Time Outs (latihan kontrol diri dengan
waktu
jeda)
Ketika individu mulai menyadari akan tanda peringatan awal
kemarahan, sebaiknya individu tersebut segera mengambil waktu
jeda. Waktu jeda adalah waktu dimana individu menjauhi situasi atau
orang yang memprovokasi kemarahan. Waktu jeda berguna untuk
menenangkan diri sehingga individu dapat menangani kemarahan
dengan cara yang lebih konstruktif. Selama waktu jeda, sebaiknya
individu terlibat dalam suatu kegiatan yang bersifat berlawanan
dengan kemarahan, yaitu relaksasi. Ada banyak kegiatan yang
merelakskan, seperti berjalan kaki, berlari, olah raga, mendengarkan
musik, menelpon teman, mandi, bermain sepatu roda atau pergi ke
toko buku. Selama waktu jeda janganlah terlibat dengan hal-hal yang
agresif, seperti memukul bantalan latihan tinju atau mengendarai
mobil dengan cepat, karena hal itu dapat mempertahankan asosiasi
perasaan marah dengan bertindak atas marah itu. Jika individu
sudah merasa tenang, maka individu tersebut dapat kembali ke
situasi atau orang yang sebelumnya membawanya ke perasaan
marah dan membicarakannya dengan baik. Dengan cara ini, orang
tersebut tidak merasa dihindari atau diabaikan dengan teknik waktu
jeda. Jika individu merasakan adanya tandatanda peringatan marah
lagi, maka individu dapat mengambil waktu jeda lagi.
I. PROGNOSA DAN TINGKAT BAHAYA TERAPI DAN TERAPI YANG BISA
DILAKUKAN
Ada beberapa terapi yang dapat digunakan sebagai salah satu teknik
untuk
mengelola
emosi
seseorang,
yaitu:
a)
Cognitive
Therapy
Terapi kognitif adalah pendekatan pemberian bantuan yang
bertujuan mengubah suasana hati (mood) dan perilaku dengan
mempengaruhi pola berpikirnya. Bentuk dari terapi kognitif berupa
catatan harian pemikiran disfungsional. Pada dasarnya terapi kognitif
bertujuan
untuk:
Mengenali kejadian yang menyebabkan reaksi yang berupa
amarah.
Mengenali dan memonitor distorsi-distorsi kognitif yang muncul
dalam suatu peristiwa atau kejadian. Kemudian berusaha mencari

kebenarannya, yaitu dengan cara mencari hubungan antara kognisi


dan
afeksi.
Mengubah cara berpikir dalam menginterpretasi dan mengevaluasi
suatu
kejadian
dengan
cara-cara
yang
lebih
sehat.
Distorsi kognitif bersifat otomatis dan tidak disadari, maka dalam
terapi kognitif seseorang diajak untuk mengevaluasi kembali cara
berpikirnya dalam menginterpretasi dan mengevaluasi suatu
kejadian. Jadi seseorang dilatih untuk mengenali dan menguji apakah
cara berpikirnya terhadap suatu kejadian benar dan realistis. Ada
beberapa bentuk distorsi kognitif yang biasanya dialami oleh
individu,
yaitu:

Over
generalization
(terlalu
menggeneralisasi)
Mengambil kesimpulan umum dari satu atau sedikit kejadian.
Kesimpulan ini kemudian diterapkan secara luas pada kondisi yang
sama atau tidak sama. Contoh: seorang suami yang memanggil
istrinya untuk membawakan obat dari lantai bawah ke lantai atas
tetapi tidak dijawab. Lalu ia mengambil kesimpulan bahwa istrinya
tidak
mempedulikan
dia
lagi.

Pembesaran
(magnification)
Melebih-lebihkan arti atau pentingnya sesuatu hal. Biasanya terjadi
bila melihat kesalahan diri sendiri atau kesalahan orang lain. Contoh:
suatu kali ada seseorang yang melupakan janjinya, lalu temannya
menganggap bahwa ia telah melakukan suatu kesalahan besar yang
tidak
dapat
dimaafkan.

In
Exact
Labeling
(memberi
cap
secara
keliru)
Memberi cap pribadi atau menciptakan suatu gambaran diri yang
negatif dan didasarkan pada kesalahan diri sendiri. Ini merupakan
suatu
bentuk
ekstrem
dari
overgeneralisasi.

Pernyataan
Harus
Mencoba menggerakkan diri sendiri atau orang lain dengan
pernyataan harus serta seharusnya tidak, seolah-olah diri sendiri
atau orang lain harus bertindak sesuai daftar aturan yang tidak
fleksibel.
b)
Assertivity
Asertivitas adalah perilaku interpersonal yang mengandung
pengungkapan pikiran dan perasaan secara jujur dan relatif langsung
yang dilakukan dengan mempertimbangkan perasaan dan
kesejahteraan orang lain. Seseorang dapat dikatakan berperilaku
asertif jika ia mempertahankan dirinya sendiri, mengekspresikan
perasaan yang sebenarnya, dan tidak membiarkan orang lain
mengambil keuntungan dari dirinya. Pada saat yang bersamaan, ia
juga mempertimbangkan bagaimana perasaan orang lain.
Keuntungan berperilaku asertif, yaitu mendapatkan apa yang
diinginkan dan biasanya tanpa membuat orang lain marah.
Pustaka
Hershorn, Michael. 2002. 60 second Anger Management. Jakarta: PT:
Bhuana
Ilmu
Populer.
Goleman, Daniel. 1997. Social Intelligence: The New Science of
Human Relationship . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jerome R. Gardner. 2002. Anger Control. Cognitive Behavior


Management,
7-21.
Lench, Heather C. ANGER MANAGEMENT: DIAGNOSTIC DIFFERENCES
AND TREATMENT IMPLICATIONS. Journal of Social and Clinical
Psychology23.
4
(Aug
2004):
512-531.
Stith, Sandra M; Hamby, Sherry L. The Anger Management Scale:
Development and Preliminary Psychometric Properties. Violence and
Victims17.
4
(Aug
2002):
383-402.
Thomas, Sandra P. Teaching healthy anger management.
Perspectives in Psychiatric Care37. 2 (Apr-Jun 2001): 41-8.
Groves, Judi; Huber, Tonya. Art and anger management. The Clearing
House76.
4
(Mar/Apr
2003):
186-192.
Kemp, Simon; Strongman, K T. Anger theory and management: A
historical analysis. The American Journal of Psychology108. 3 (Fall
1995): 397.

Anda mungkin juga menyukai