Anda di halaman 1dari 4

MENGENAL UPTD PONDOK SOSIAL KALIJUDAN SURABAYA

Oleh:
Menina Vilanova Syamsuri, dr.

Pembimbing:
Prof. Hanafi M., dr. SpKJ (K)

DIVISI PSIKIATRI KOMUNITAS DAN KULTURAL


PROGRAM STUDI PSIKIATRI FK UNAIR-RSUD dr. SOETOMO SURABAYA
2017

1
MENGENAL UPTD PONDOK SOSIAL KALIJUDAN SURABAYA
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat menentukan dalam tumbuh kembang
seorang individu. Kebutuhan akan nutrisi yang cukup dan seimbang, pendidikan dan kesehatan
merupakan modal untuk dapat mencapai taraf perkembangan yang optimal. Namun, tidak
semua anak terlahir beruntung. Beberapa anak, ada yang lahir dengan kelainan yang dibawa
sejak dari kandungan atau mendapat kelainan selama proses persalinan, dan ada juga yang
mendapatkan kelainan pada masa balita. Anak-anak seperti inilah yang disebut dengan anak
berkebutuhan khusus (Veranita A et al. 2012)
Anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu sumber daya manusia bangsa
Indonesia yang kualitasnya harus ditingkatkan agar dapat berperan, tidak hanya sebagai obyek
pembangunan tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Anak berkebutuhan khusus perlu
dikenali dan diidentifikasi dari kelompok anak pada umumnya karena mereka memerlukan
pelayanan yang bersifat khusus, seperti pelayanan medik, pendidikan khusus maupun latihan-
latihan tertentu yang bertujuan untuk mengurangi keterbatasan dan ketergantungan akibat
kelainan yang diderita, serta menumbuhkan kemandirian hidup dalam masyarakat (Veranita
A.et all. 2012).
Menurut WHO jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 7% dari
total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 pada tahun 2007. Menurut data Sensus
Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003 jumlah penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7%
dari jumlah penduduk sebesar 211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa dan meningkat pada
tahun 2012 mendapatkan penduduk Indonesia yang menyandang disabilitas sebesar 2,45%.
Dari jumlah tersebut 24,45% atau 361.860 diantaranya adalah anak-anak usia 0-18 tahun dan
21,42% atau 317.016 anak merupakan anak cacat usia sekolah (5-18 tahun). Sekitar 66.610
anak usia sekolah penyandang cacat (14,4% dari seluruh anak penyandang cacat) ini terdaftar
di Sekolah Luar Biasa (SLB). Ini berarti masih ada 295.250 anak penyandang cacat (85,6%)
ada di masyarakat dibawah pembinaan dan pengawasan orang tua dan keluarga dan pada
umumnya belum memperoleh akses pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya (Riskesdas,
2014)
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau
fisik.Anak berkebutuhan khusus ini memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan.

2
Oleh karena itu, mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar
dan hambatan perkembangan yang dialami oleh masing-masing anak (Veranita A.et all. 2012).
Kesejahteraan sosial merupakan salah satu tujuan negara yang harus diwujudkan
oleh pemerintah untuk seluruh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan material, spiritual,
dan sosial. Namun faktanya kesejahteraan sosial di Indonesia masih dikatakan rendah,
hal ini dilihat dari masih banyaknya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) di Indonesia. Di Jawa Timur sendiri misalnya, data Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Timur menyebutkan bahwa pada Tahun 2013 terdapat 1.872.862 Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS). Penyandang Tunagrahita merupakan salah satu PMKS yang
perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Tunagrahita merupakan istilah yang
digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual
dibawah rata-rata atau biasa juga disebut dengan retardasi mental, yang ditandai dengan
keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan berinteraksi sosial. Dengan adanya permasalahan
tersebut, Dinas Sosial Kota Surabaya mengatasi permasalahan tersebut dengan memberikan
pembinaan kepada anak penyandang tunagrahita melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Pondok Sosial Kalijudan Kota Surabaya. .

2. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat secara dekat serta mempelajari data
tentang tatalaksana, manajerial dan sebagainya pada UPTD Pondok Sosial Kalijudan.

3. KEGIATAN
3.1. KUNJUNGAN
Kegiatan kunjungan dilakukan untuk melihat secara dekat serta mempelajari data
tentang tatalaksana, manajerial dan sebagainya pada UPTD Pondok Sosial Kalijudan.

3.2. WAKTU, TEMPAT, DAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan kunjungan akan dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2017 – 7 April 2017
bertempat di UPTD Pondok Sosial Kalijudan, Surabaya, Jawa Timur. Dilaksananakan oleh
Peserta Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unair/RSUD Dr. Soetomo yang sedang
mendalami masalah-masalah sosial psikiatris yaitu dr. Menina Vilanova Syamsuri.

3.3. PELAKSANA KEGIATAN

3
Pelindung Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Penasehat Kepala Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNAIR–RSUD.dr.
Soetomo
Ketua Program Studi Psikiatri FK UNAIR
Pembimbing Prof. Hanafi M., dr. SpKJ (K)
Pelaksana dr. Menina Vilanova Syamsuri

Mengetahui,
Surabaya, 20 Maret 2017
Ketua Program Studi Psikiatri Pembimbing
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Nalini Muhdi, dr., SpKJ(K) Prof. Hanafi M., dr. SpKJ (K)
NIP.19580508 198510 2 001 NIP.

Anda mungkin juga menyukai