Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
Payudara itu tidak selalu sama besar, selalu ada perbedaan sedikit.
Adakalanya yang sebelah tidak berkembang sesempurna yang sebelahnya. Ini
tidak perlu dikhawatirkan sebagai suatu hal yang patologik.1
Payudara pada wanita menonjol mulai dari iga ke II / III sampai ke VI/VII
dan dari dekat pinggir sternum sampai garis axillaris anterior. Tetapi jaringan
payudara yang sebenarnya lebih luas lagi, ia bisa sampai klavikula sebagai suatu
lapisan jaringan tipis dan ke medial sampai garis median, ke lateral sampai
pinggir m. Latissimus dorsi. Sebagai tonjolan payudara itu terdiri dari jaringan
lemak.1
Keluhan utama penderita kelainan payudara sehingga datang berobat ke
dokter adalah berupa adanya benjolan (78 persen hingga 80 persen), rasa nyeri
atau sakit (10 persen hingga 12 persen), adanya cairan keluar dari puting susu (4
persen hingga 6 persen).
Ada beberapa anomali yang terjadi pada mamma, yaitu : Amastia, Jaringan
mamma aksesoris (Supernumerary breast) atau mamma aberrans dan bentuk
abnormal dari payudara.1
Mamma Aberrans merupakan hasil dari kegagalan regresi jaringan payudara
selama embriogenesis.1 Hal ini dapat hadir di mana saja sepanjang garis susu
(milk line), dari regio aksila ke inguinal.2-9 Insiden Mamma Abberans tidak pasti,
tetapi umumnya diyakini menjadi sekitar 1% dalam suatu populasi.2,10 Mamma
Abberans tanpa kehadiran puting terletak di luar pinggiran kelenjar didefinisikan
sebagai jaringan payudara menyimpang dan sering misdiagosed sebagai,
subkutan lesion.12,14,15 Sehingga sebagai dokter umum untuk membedakannya dari
penyakit lain yang berhubungan dengan payudara, dibutuhkan pengetahuan
tentang Mamma Aberrans itu sendiri dan kemampuan untuk mediagnosa serta
penatalaksanaan awal dengan baik penyakit tersebut.

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identifikasi
Nama

: Ny. F

Jenis kelamin

: Perempuan

Usia

: 27 tahun

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Status

: Sudah menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Jl. Dipo RT 11 RW 03

Tanggal masuk

: 01 Desember 2012

Tanggal pemeriksaan : 02 Desember 2012


2.2. Anamnesis
Keluhan Utama:
Terdapat benjolan yang menyerupai payudara di bawah ketiak kanan,
sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Sejak 1 tahun SMRS, penderita mengaku teraba benjolan di bawah
ketiak kanan sebesar telur puyuh, benjolan dapat digerakkan, nyeri (-),
merah (-),.
Sejak 8 bulan SMRS, penderita mengaku muncul benjolan kecil
yang menyerupai puting di atas benjolan yang sebelumnya, nyeri (-), merah
(-), mengeluarkan cairan (-).
Sejak 1 bulan SMRS penderita mengaku benjolan semakin
membesar, nyeri (+), merah (-), mengeluarkan cairan (-).
Penderita mengeluhkan benjolan terasa semakin kencang dan nyeri
menjelang mensturasi.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal oleh
penderita. Riwayat hipertensi dalam kehamilan ada.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga:
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga
disangkal oleh penderita.
2.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
- Keadaan umum : compos mentis
- Kesadaran

: E4M6V5

- Tekanan darah

: 160/100 mmHg

- Nadi

: 87 x/menit

- Pernapasan

: 21 x/menit

- Suhu

: 36,7 0C

- Kulit : ikterik (-), sianosis (-)


- Kepala :

Normocephali, rambut hitam dan tidak mudah rontok, sudut nasolabialis


simetris.
a. Mata

: edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera


ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+),

b. Hidung

: sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-)

c. Mulut dan Tenggorokkan : mukosa bibir anemis (-), sianosis (-), lidah

kotor (-), papil atrophi (-), tonsil T1/T1,


faring hipermis (-)
d. Telinga

: nyeri tekan tragus (-/-), gangguan pendengaran (-/-)

- Leher :

Inspeksi : simetris, massa (-)


Palpasi

: pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)

JVP

: 5-2 cmH2O

- Thorax :

Simetris, gerak napas tertinggal (-/-), pektus ekskavatum (-)


Pulmo :
a. Inspeksi

: sela iga melebar (-/-), otot bantuan napas (-/-)

b. Palpasi

: vokal fremitus hemitoraks dextra = sinistra

c. Perkusi

: sonor, batas paru-hepar ICS VI

d. Auskutasi : vesikuler (+/+) normal, ronki (-/-), wheezing (-/-)


Cor :
a. Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

b. Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS V linea mid clavicula sinistra

c. Perkusi

: batas atas

: ICS II

batas kanan : linea parasternalis dextra


batas kiri

: ICS V linea mid aksilaris anterior sinistra

d. Auskultasi : S1/S2 (+) reguler, murmur (-), gallop (-)

- Abdomen
Inspeksi

: datar, lemas, massa (-)

Palpasi

: nyeri tekan (-), teraba massa (-), hepar-lien tidak teraba

Perkusi

: timpani, nyeri ketok (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal


- Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, edema (-/-) sianosis (-/-), CRT < 2 detik
b. Inferior

: akral hangat, edema (-/-), pitting edema (-/-), sianosis (-/-),


CRT < 2 detik

Status Lokalis:
a. Regio Axillaris Dextra

Inspeksi : ukuran 9 x 8 cm, sewarna kulit, permukaan rata, terdapat


benjolan kecil seperti putting di atas benjolan dengan ukuran
sekitar 0,5 x 0,5 cm, retraksi (-), edema (-), discharge (-).

Palpasi

: konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-)

2.4. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 24 september 2012.
1. Hematologi
- Hb : 13,2 gr/dl
- Leukosit : 8.700 / ul

- Trombosit : 210.000 / ul
- Hematokrit : 39 %
- Golongan darah : B, Rh (+)
- BT : 3 menit
- CT : 9 menit
1.5. Diagnosis Kerja
Mamma Aberrans
1.6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/mnt
- Kaptopril 2 x 25 mg tab

- Diazepam 2 x 2 g
b. Tindakan operasi
Ekstirpasi jaringan mamma.
c. Rencana post operasi
- Biopsi Jaringan mamma
- Kontrol 3 hari pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadi

penyulit.
1.7. Prognosis
Quo ad vitam : bonam.

Quo ad functionam : dubia.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Embriologi dan Anatomi Mamma


a. Embriologi
Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua
ventral band dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada
mammalia, penebalan ini terbentang bilateral dari axila ke vulva.
Pada minggu kesembilan, milk lines ini menjadi atrofi, kecuali di
daerah pectoralis dan mulai tampak tunas putting susu (primordium
payudara). Pada minggu ke dua belas tunas putting susu diinvasi oleh epitel
skuamosa ektodermis.

Pada

bulan ke lima, jaringan ikat mesenkim

menginfiltrasi primordium payudara dan berdiferensiasi menjadi l5 sampai


20 filamen padat yang terdistribusi simetris dibawah kulit tunas puting susu.
Ductulus mamma berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam ventral dari
sisa embriologi ini, yang terbagi ke dalam duktus susu primer dan berakhir
dalam tunas lobulus. Tunas putting susu akan terbuka dan membentuk
mammary pit;yang selanjutnya akan terelevasi dan membentuk puting susu.1

Gambar 1 : milk lines

Gambar 2 : mammary bridges (1. mulai tampak primordium payudara, 2. invasi


oleh epitel skuamosa ektodermis, 3. jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi
primordium payudara dan berdiferensiasi menjadi l5 sampai 20 filamen padat, 4.
Ductulus mamma berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam ventral)

Gambar 3. Perkembangan Payudara


b. Anatomi

Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas


sebagai berikut :
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :
- superior : iga II atau III
- inferior : iga VI atau VII
- medial : pinggir sternum
- lateral

2.

: garis aksilaris anterior / linea mid axillae

Batas-batas payudara yang sesungguhnya :


- superior : hampir sampai ke klavikula
- medial : garis tengah
- lateral

: m. latissimus dorsi

Sekitar 2/3 bagian payudara terletak pada m. pektoralis mayor, dan 1/3 nya
pada m. latissimus dorsi. Pada sekitar 95% wanita, terdapat perpanjangan batas
kuadran lateral atas payudara sampai ke axilla, yaitu axillary tail of spence.
Pada daerah ini jaringan payudara memasuki suatu rongga pada fascia axillaris
yang disebut Foramen of Langer; sehingga payudara pada daerah ini terletak
dibawah fascia axillaris, dan bukan superfisial dari fascia axillaris.

Gambar 4. The axillary tail of Spence

Struktur Payudara
Payudara terdiri dari berbagai struktur :
- parenkim epitelial

- lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening


- otot dan fascia
Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15 20 lobus, yang masingmasing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan
bermuara pada putting susu. Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang
masing-masing terdiri dari 10 100 asini grup. Lobulus-lobulus ini merupakan
struktur dasar dari glandula mamma.
Payudara dibungkus oleh fasia pektoralis superfisialis dimana permukaan
anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper.

Ligamentum

suspensory Cooper ini bekerja sebagai jaringan penunjang yang kuat diantara
lobus dan parenkim, dan diantara dermis kulit dengan bagian dalam fascia
pektoralis superfisilais.
Pada invasi keganasan, bagian ligamen ini dapat terkontraksi, membentuk
fiksasi dan retraksi kulit.
Papilla mammae dan areola mammae
Epidermis pada puting susu dan areola adalah berpigmen; yang dilapisi
keratinisasi dari epitel stratified aquamous. Pada pubertas, puting semakin
berpigmen dan menonjol.
Terdapat kumpulan serabut otot polos yang radier dan sirkumferensial,
serta longitudinal pada daerah duktus laktiferus.
Pada daerah areola

terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan

kelenjar areola asesorius. Kelenjar asesori ini membentuk penonjolan-penonjolan


kecil pada permukaan areola yang disebut

glandula areola Montgomery

tubercles
Pada puncak puting terdapat banyak akhiran sel-sel saraf dan Meissners
Corpuscles pada dermis puting. Areola mengandung sedikit sitruktur ini.

Gambar 5. Parenkim mamma

Gambar 6 : Ligamentum Cooper

10

Pada keadaan normal, komponen glandular tampak renggang; mengandung


banyak elemen duktus. Pada awal siklus menstruasi, duktulus tampak
seperti tali dengan lumen yang sempit. Pada saat ovulasi, dengan stimulasi
estrogen, lumen membesar, dan terdapat penumpukan sekresi kelenjar;
sehingga cairan dan lemak tertimbun di jaringan penunjang. Jika proses
stimulasi ini berhenti, komponen glandular ini akan kembali regresi.
Vaskularisasi Payudara
1. Arteri
Payudara mendapat pendarahan terutama dari dua sumber utama, yaitu
cabang-cabang perforantes anterior arteri mamaria interna dan

arteri

thorakalis lateralis:
a. Cabang-cabang perforantes a. Mammaria interna. Cabang-cabang I, II,

III, dan IV dari a. Mammaria interna menembus dinding dada dekat


pinggir sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m. Pertoralis
mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula mamma.
b. Cabang-cabang dari a. Axillaris:

Rami pectoralis a. Thorako-akromialis


Arteri ini berjalan turun diantara m. Pektoralis minor dan m.
Pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m.
Pektoralis mayor. Setelah menembus m. Pektoralis mayor, arteri
ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
Arteri thorakalis lateralis (a. Mammaria eksterna)
Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. Pektoralis
mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara
Arteri thorako-dorsalis
Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. Subskapularis.
Arteri ini mendarahi m. Latissimus dorsi dan m. Serratus magnus.
Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula
mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan

11

radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri


ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan the bloody
angle.
2. Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
a. Cabang-cabang perforantes V. Mammaria interna

Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari


payudara. Vena ini bermuara pada v. Mammaria interna yang
kemudian bermuara pada v. Innominata.
b. Cabang-cabang v. Aksilaris yang terdiri dari v. Thorako-akromialis, v.

Thorakalis lateralis dan v. Thorako dorsalis


c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. Interkostalis.

Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara


pada v. Azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung
terjadi di paru).

12

Persarafan
Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen
dermatom T2 sampai T6. Sela iga pertama terutama dipersarafi oleh saraf ke
musculus subclavius. Segmen dermatom area ini bisa didenervasi total atau
sebagian setelah elevasi flap kulit untuk mastektomi radikal atau modifikasi.
Dengan pemotongan flap kulit dalam axilla, maka suatu cabang utama nervus
intercostobrachiales bisa dikenali dan dikorbankan. Saraf ini terutama terdiri
dari serabut dari cabang cutaneus lateralis nervi intercostales kedua dan ketiga
serta berjalan tegak lurus dan anterior terhadap musculus latissimus dorsi.
Nervus thoracodorsalis
Nervus thoracodorsalis terdapat pada m. Subscapularis, mempersarafi m.
Latissimus dorsi dan muncul dari fasciculus posterior plexus branchialis (C5, C6,
dan C7). Ia lewat di belakang fasciculus medialis dan pembuluh axillaries untuk
berjalan lateral terhadap nervus thoracicus longus dan memasuki batas anterior
musculus latissimus dorsi.
Bila terpotong, rotasi interna dan abduksi akan melemah, walaupun tidak
mengakibatkan deformitas. Gangguan fungsionalnya adalah oposisi kuat lengan

13

atas ke dinding dada lateral, terutama bila penderita perlu membawa sesuatu yang
dijepit diantara lengan atas dan dinding dadanya.
Nervus thoracalis longus
Nervus

thoracalis

longus

terdapat

pada

m.

Serratus

anterior

mempersarafinya. Cedera pada nervus ini menyebabkan morbiditas fungsional


yang jauh lebih besar akibat kelemahan bahu dan menimbulkan deformitas
winged scapula
Nervus pectoralis lateralis
Nervus pectoralis lateralis berasal dari fasciculus lateral plexus branchialis
untuk mempersarafi m. Pectoralis mayor dan minor. Saraf ini berjalan medial
terhadap m. Pectoralis minor dan harus dilindungi sewaktu melakukan modifikasi
mastektomi radikal untuk mencegah atrofi musculus pectoralis mayor.

Nervus pectoralis medialis


Dalam pembedahan, nervus pectoralis medialis yang berasal dari fasciculus
medialis plexus brachialis, berjalan lateral terhadap musculus pectoralis minor dan
mensarafi musculus pectoralis mayor dan minor. Saraf ini biasanya dikorbankan
sewaktu membuang musculus pectoralis minor sebagai bagian modifikasi
mastektomi radikal. Jika nervus pestoralis lateralis dilindungi, maka musculus
pectoralis major tidak akan atrofi dan setelah operasi bentuk dinding dada akan
sesuai dengan m. Pectoralis mayor dan tidak dengan sangkar iga.

14

Sistem Limfatik Payudara


Pengaliran pembuluh limfatik terutama bersifat unidireksional (searah),
kecuali di daerah subareolar dan daerah sentral payudara, atau pada keadaan
dimana terjadinya obstruksi limfatik menyebabkan terjadinya

aliran balik

bidireksional. Hal ini dapat terjadi karena pembuluh limfe tidak berkatup;
sehingga aliran balik ini memungkinkan terjadinya metastasis.
Pengaliran limfatik dibagi 3 bagian:
1. Drainase Kulit
Mengalirkan pembuluh limfe dari kulit sekitarnya, dan tidak termasuk areola
dan papilla. Terdapat komunikasi antara pembuluh dermis dengan pembuluh
dermis pada payudara kontralateral, sehingga memungkinkan terjadinya
penyebaran tumor ke KGB dan payudara kontralateral
2. Drainase Areolar
Yaitu pleksus subareolar dari Sappey; selanjutnya akan bergabung dengan
KGB aksilla.
3. Drainase Aksiler
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila :

15

1. KGB mammaria eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi

lateral m. Pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksila. Grup ini dibagi
dalam dua kelompok :
-

Kelompok superior. Kelompok KGB ini terletak setinggi


interkostal II-III

Kelompok imferior. Kelompok KGB ini terletak setinggi


interkostal IV-V-VI

2.

KGB Skapula
KGB terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-dorsalis, mulai
dari percabangan v. Aksilaris menjadi v. Subskapuralis, sampai ke tempat
masuknya v. Thorako-dorsalis ke dalam m. Latissimus dorsi.
3. KGB sentral (central nodes)

KGB ini terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang-kadang


beberapa diantaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia
pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan dan
belakang. KGB ini adalah kelenjar yang relatif paling mudah diraba. Dan
merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
4. KGB interpektoral (Rotters nodes)

KGB ini terletak diantara m. Pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami
pektoralis v. Thorako-akromialis. Jumlah satu sampai empat.
5. KGB v. Aksilaris

Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris bagian lateral, mulai


dari white tendon m. Latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari
percabangan v. Aksilaris v. Thorako-akromialis
6. KGB subklavikula
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris, mulai dari sedikit
medial percabangan v. Aksilaris v. Thorako-akromialis sampai di mana
v. Aksilaris menghilang di bawah tendo m. Subklavius. Kelenjar ini
merupakan kelenjar aksila yang tertinggi dan termedial letaknya. Semua
getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksila

16

masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh KGB aksila ini terletak di bawah
fasia kostokorakoid
Kelompok kelenjar ini kemudian dibagi lagi dalam 3 level atau tingkat,
berdasarkan hubungannya dengan m. Pectoralis minor.
Level I
Terletak lateral / dibawah batas bawah m. Pectoralis minor. Termasuk:
KGB mamaria eksterna
-

KGB vena aksilaris

KGB grup scapular

Level II
Terletak didalam (deep) atau dibelakang dari m. Pectoralis minor; yaitu grup
sentral.
b.

Level III
Terletak medial atau diatas dari batas atas m. Pectoralis mino; yaitu grup
subclavicular.

Gambar 7. Kelenjar getah bening mamma

17

3.2. Definisi Mamma Aberrans


Mamma aberrans adalah terdapatnya payudara atau papillae mamma
yang lebih dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal
tapi kebanyakan di axilla.

Gambar 8. Mamma Aberrans


3.3. Etiologi dan Epidemiologi Mamma Aberrans
Downer menemukan dari kepustakaan 430 kasus. Menurut
Haagensen insidensi anomali ini 1-2 % pada wanita kulit putih. Tetapi
penduduk Asia agaknya lebih banyak. Iwai menemukan 1,88 % pada pria
dan 5,19 % pada wanita. Taheya menemukan 3,8 % pada pria Tionghoa.
Menurut Haagensen mamma aberrans ditemukan 2 kali lebih banyak
pada wanita dari pada laki-laki, yang ditemukan di Bandung hampir selalu
wanita.
Anomalis

tersebut ada hubungannya dengan keturunan. Terdapat

pada keluarga - keluarga tertentu.

18

3.4. Patofisiologi Mamma Aberrans


Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua
ventral band dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada
mammalia, penebalan ini terbentang bilateral dari axila ke vulva.1
Pada minggu kesembilan, mammary ridges ini menjadi atrofi, kecuali
di daerah pectoralis. Disepanjang milk lines terdapat rudimen multipel untuk
perkembangan payudara dikemudian hari. Rudimen multiple tersebut akan
berkembang dikemudian hari jika terdapat pengaruh hormonal baik pada
masa pubertas ataupun kehamilan. Hasil kegagalan regresi mammary ridges
pada mamma aberrans memiliki berbagai tingkat ekspresi klinis termasuk
jaringan payudara dengan puting tanpa memiliki areola, jaringan kelenjar
dengan areola tapi tanpa puting, atau hanya dengan jaringan payudara bukan
merupakan areola atau nipple.1,5,8,15
Terjadinya jaringan payudara menyimpang yang paling sering terjadi
di kawasan aksila.16
3.5. Klasifikasi Mamma Aberrans
Mamma aberrans memiliki beberapa bentuk dan telah diklasifikasikan
oleh Kajava sebagai berikut :
a. payudara lengkap dengan puting, areola, dan jaringan kelenjar,
b. jaringan payudara tanpa areola tapi dengan puting dan jaringan kelenjar,
c. payudara tanpa puting tapi dengan jaringan areola dan kelenjar,
d. payudara tanpa puting atau areola,
e. pseudomamma dengan puting dan areola tapi tanpa kelenjar jaringan

(jaringan payudara digantikan oleh lemak),


f. polythelia (Adanya puting saja);
g. polythelia areolaris (keberadaan dari areola saja),
h. polythelia pilosa (kehadiran hanya sepetak rambut) 2,14,18.

19

3.7. Manifestasi Klinis Mamma Aberrans


Ectopic breast tissue mungkin muncul sebagai sesuatu dari jaringan
subkutan dan memiliki fungsi penuh.16 Secara histologi, supernumerary
breast mungkin memiliki sistem duktal yang terorganisir pada kulit
eksternal, sedangkan ectopic breast tissue sendiri tidak memiliki
perkembangan duktus tersebut dan tidak terhubung ke payudara ipsilateral.
Jaringan ini mengikuti kontrol hormon normal dan dapat menjadi klinis
yang jelas saat perempuan memasuki masa puber atau selama kehamilan.
Payudara ektopik dengan kompleks areolar lengkap akan berfungsi sebagai
payudara normal, termasuk menyusui. Gejala pada jaringan payudara aksila
dilaporkan memburuk dengan kehamilan berikutnya, menyebabkan rasa
sakit meningkat dan iritasi lokal. Namun, beberapa studi menunjukkan
bahwa jaringan mungkin tanpa gejala.17,18,19
Polythelia dihubungkan dengan kelainan pada saluran kemih.
Kelainan ginjal tersebut termasuk kegagalan pembentukan ginjal dan
karsinoma ginjal. Hubungan polythelia dan anomali ginjal tidak begitu kuat
tetapi sangat didukung oleh beberapa studi. Sebuah studi dari Israel
melaporkan 40% dari anak-anak dengan polythelia memiliki anomali ginjal

20

obstruktif atau duplikasi dari sistem ekskretoris. Kehadiran puting ekstra


pada anak-anak harus meningkatkan kecurigaan klinisi anomali ginjal.
Umumnya, mamma aberrans terjadi secara sporadis, tetapi kasuskasus familial dilaporkan. Dalam keluarga, mamma aberrans dapat dilihat
pada saudara kandung. Toumbis-Ioannou dan Cohen menggambarkan
seorang wanita dengan sisi kiri polythelia dan ginjal kanan ektopik.
Kakaknya memiliki sisi kiri polythelia, dan kakaknya memiliki payudara
supernumerary lengkap di sisi kirinya.
3.8. Diagnosis Klinis Mamma Aberrans
Untuk mendiagnosis suatu benjolan / massa, baik itu yang terdapat di
regio aksilaris ataupun regio mammaria, ada beberapa hal yang harus kita
pikirkan. Apakah benjolan merupakan suatu anomali, tumor jinak,
keganasan atau merupakan suatu infeksi baik itu spesifik maupun non
spesifik. Hal tersebut dapat kita bedakan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, maupun pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan.
Untuk suatu benjolan atau massa apapun, diagnosis jaringan
diperlukan. Diagnosis dini karsinoma pada mamma aberrans memerlukan
diagnosis jaringan awal karena diagnosis klinis tidak dapat diandalkan. Jika
ditemani oleh kompleks puting-areolar, massa mungkin tidak salah
didiagnosis sebagai lipoma, kelenjar getah bening, kista sebasea, atau
suppurativa hidradenitis. Mamma aberrans berisiko untuk menjadi jinak
ataupun ganas. Diagnosa dilaporkan termasuk penyakit fibrokistik, mastitis,
fibroadenoma, hiperplasia atipikal, dan karsinoma. Penyakit keganasan yang
paling sering dilaporkan adalah infiltrating ductal carcinoma (79%), diikuti
oleh meduler dan karsinoma lobular (9,5%).
Satu studi tentang mamma aberrans didiagnosis dengan aspirasi jarum
halus hanya ditemukan 2 kasus kemungkinan kanker dari 69 kasus, dan
sebuah studi terpisah dari jaringan payudara aksilaris menyimpang dihapus
untuk tujuan kosmetik menemukan kanker tidak ada dalam 28 kasus.

21

3.9. Penatalaksanaan Mamma Aberrans


Mamma aberrans untuk sebagian besar kasus hadir sebagai masalah
kosmetik dan mungkin pembedahan. Mereka juga dapat dibuang ketika
menyebabkan ketidaknyamanan karena terasa mengganjal , menseksresikan
cairan susu atau bahkan adanya kekuatiran bila terjadi karsinoma yang
tidak mudah diketahui . Dalam kasus mamma aberrans ektirpasi yang
direkomendasikan.
Operasi tersebut harus dilakukan dengan tenang dan sebaliknya
dengan narkose agar yang dianggap benar-benar jaringan kelenjar payudara
yang dimaksud, bukan jaringan lemak subkutan.
3.10. Komplikasi Mamma Aberrans
Seperti disebutkan, jaringan mamma aberrans dapat menjalani
perubahan patologis yang sama seperti payudara normal. Kasus mamma
aberrans dengan perubahan kistik jinak, tumor jinak (adenoma dan
fibroadenoma), dan karsinoma telah dilaporkan. Ketika massa terletak di
sepanjang milk lines, kemungkinan adanya jaringan payudara harus
dipertimbangkan. Massa tersebut, misalnya di ketiak, mungkin pada
pemeriksaan awal keliru untuk kelenjar getah bening yang membesar.
Sejumlah kasus kanker payudara yang timbul pada jaringan payudara
ektopik telah dilaporkan. Kasus tersebut dapat menyajikan sebuah tantangan
untuk kedua dokter dan ahli patologi dalam membuat diagnosis yang benar.

22

BAB IV
ANALISIS KASUS
Keluhan utama :
Sejak 1 bulan SMRS penderita mengaku teraba benjolan di bawah ketiak
kanan benjolan semakin membesar, terasa mengganjal, nyeri saat ditekan (+),
merah (-), mengeluarkan cairan (-). Penderita mengeluhkan benjolan terasa
semakin kencang dan nyeri menjelang mensturasi.
RPP :
Sejak 1 tahun SMRS, penderita mengaku teraba benjolan di bawah ketiak
kanan sebesar telur puyuh, benjolan dapat digerakkan, nyeri (-), merah (-),.
Sejak 8 bulan SMRS, penderita mengaku muncul benjolan kecil yang
menyerupai puting di atas benjolan yang sebelumnya, nyeri (-), merah (-),
mengeluarkan cairan (-).
Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan
beberapa diagnosis untuk keluhan seperti yang dirasakan oleh pasien ini dengan
usia muda 27 tahun, yaitu suatu anomali (mamma aberrans), neoplastik berupa
infeksi (mastitis atau limfadenitis) dan neoplastik jinak dapat berupa
fibroadenoma, lipoma, adenoma dan papiloma.
Untuk diagnosis anomali sendiri dapat dilihat dari anamnesis, pasien
mengeluh terdapat benjolan yang mnyerupai mamma pada ketiak bawah nya,
dimana pada benjolan juga terdapat benjolan kecil menyerupai putting sehingga
dapat menyingkirkan suatu FAM, lipoma adenoma dan papilloma, benjolan juga
tidak terasa nyeri, tidak ada tanda-tanda peradangan dan tidak mengeluarkan
cairan apapun yang dapat menyingkirkan adanya mastitis (tidak ada demam),
pertumbuhan benjolan juga tidak terlalu cepat sehingga bisa menyingkirkan suatu
keganasan, tidak ada benjolan lain di daerah aksilla, subklavikula, supraklavikula
sehingga dapat menyingkirkan limfadenitis. Diagnosis banding berupa keganasan
(Ca mamma) dapat disingkirkan dengan melihat usia pasien yang masih muda

23

(<35 tahun), gejala berupa pertumbuhan benjolan yang cepat membesar dan tidak
dipengaruhi oleh siklus mensturasi, tidak nyeri, perubahan permukaan benjolan
(peau de orange), kasar, berbenjol sampai tukak, keluar cairan berupa darah,
riwayat tumor jinak sebelumnya tidak ada, riwayat keluarga mendertia penyakit
yang sama tidak ada .
Riwayat benjolan dipengaruhi oleh siklus mensturasi juga semakin
menguatkan suatu anomali, dimana mamma aberrans tipe lengkap juga memiliki
keluhan yang sama dengan payudara pada umumnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik status generalis tekanan darah 160/100 mmHg,
termasuk Hipertensi grade II dan pasien memiliki riwayat hipertensi dalam
kehamilan, sehingga perlu diperhatikan apabila pasien akan dilakukan tindakan
operasi. Dapat diberikan obat antihipertensi, dan dapat dilakukan operasi apabila
tekanan darah normal kembali.
Dari hasil pemeriksaan status lokalis aksillaris didapatkan ukuran benjolan
9 x 8 cm, sewarna kulit, permukaan rata, terdapat benjolan kecil seperti putting di
atas benjolan dengan ukuran sekitar 0,5 x 0,5 cm, retraksi (-), edema (-), discharge
(-). Pada palpasi konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan (-), sudah
dapat menyingkirkan suatu infeksi dan neoplasia jinak.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah maupun kimia darah dalam batas
normal sehingga kemungkinan terjadi infeksi pada pasien ini dapat disingkirkan
Berdasarkan hasil temuan baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun
hasil pemeriksaan penunjang, maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami Mamma Aberrans. Penderita ini direncanakan akan dilakukan
ekstirpasi jaringan mamma. Namun, sebelum dilakukan tindakan ini, keadaan
umum pasien perlu distabilkan terutama pada tekanan darah karena kemungkinan
komplikasi perdarahan hebat dapat terjadi dengan pemasangan IVFD RL gtt
XX/menit, dan antihipertensi berupa captopril 1 x 25 mg tab, diazepam 2 x 2 gr
tab. Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, yaitu bonam, dan quo ad
functionam, yaitu bonam.

24

DAFTAR PUSTAKA
1.

Langman J: Medical embryology, 5th ed. Williams & Wilkins, Baltimore,


MD, 1985.

2.

Fracchioli S, Puopolo M, De La Longrais IA, Scozzafava M, Bogliatto F,


Arisio R, Micheletti L, Katsaros D: Primary breast-like cancer of the
vulva: a case report and critical reviewof the literature. Int J Gynecol
Cancer, 16: 423-428, 2006.

3.

Shin SJ, Sheikh FS, Allenby PA, Rosen PP: Invasive secretory (juvenile)
carcinoma arising in ectopic breast tissue of the axilla. Arch Pathol Lab
Med, 125: 1372-1374, 2001.

4.

Chung-ParkM, Zheng Liu C, Giampoli EJ, Emery JD, Shalodi A:Mucinous


adenocarcinoma of ectopic breast tissue of the vulva. Arch Pathol Lab Med,
126: 1216-1218, 2002.

5.

Burdick AE, Thomas KA,Welsh E: Axillary polymastia. J Am Acad


Dermatol, 49: 1154-1156, 2003.

6.

Yin C, Chapman J, Tawfik O: Invasive mucinous (colloid) adenocarcinoma


of ectopic breast tissue in the vulva: A case report. Breast J, 9: 113-115,
2003.

7.

Giron Gl, Friedman I, Feldman S: Lobular carcinoma in ectopic axillary


breast tissue. Am Surg, 70: 312-315, 2004.

8.

Alghamdi H: Accessory breasts: When to excise? Breast J, 11: 155-157,


2005.

9.

Paksoy N: Ectopic lesions as potential pitfalls in fine needle aspiration


cytology: a report of 3 cases derived from the thyroid, endometrium and
breast. Acta Cytol, 51: 222-226, 2007.

10.

Ganaraj A, Petrek JA: Diagnosis and treatment of cancer arising in ectopic


breast tissue. Clin Rev, 58: 566-570, 2002.

11.

Yerra L, Karunad AB, Votaw ML: Primary breast cancer in aberrant breast
tissue in the axilla. South Med J, 90: 661- 662, 1997.

25

12.

Rho JY, Juhng SK, Yoon KJ: Carcinoma originating from aberrant breast
tissue of the right upper anterior chest wall. J Korean Med Sci, 16: 519-521,
2001.

13.

Roorda AK, Hansen JP, Rider JA, Huang S, Rider DL: Ectopic breast
cancer: special treatment considerations in the postmenopausal patient.
Breast J, 8: 286-289, 2002.

14.

Gutermuth J, Audring H, Voit C, Haas N: Primary carcinoma of ectopic


axillary breast tissue. J Eur Acad Dermatol Venereol, 20: 217-221, 2006.

15.

Evans DM, Guyton DP: Carcinoma of the axillary breast. J Surg Oncol, 59:
190-195, 1995.

16.

Marshall M, Moynihan J, Frost A, Evans R. Ectopic breast cancer: case


report and literature review. Surg Oncol 1994;3:295304.

17.

Lesavoy M, Gomez-Garcia A, Nejdl R, Yospur G, Syiau T-J, Chang P.


Axillary breast tissue: clinical presentation and surgical breast treatment.
Ann Plast Surg 1995;35:356360.

18.

Nakao A, Saito S, Inoue F, Notohara K, Tanaka N. Ectopic breast cancer: a


case report and review of the literature. Anticancer Res 1998;18:37373740.

19.

Das D, Gupta S, Mathew S, Sheikh Z, Al-Rubah N. Fine needle aspiration


cytology diagnosis of axillary accessory breast tissue, including its
physiologic changes and pathologic lesions. Acta Cytol 1992;38:130135.

26

Anda mungkin juga menyukai