Abses Skrotum
Kumpulan purulen pada ruang diantara
tunika vaginalis parietalis dan viseralis
yang berada mengelilingi Testis
Abses skrotum terjadi apabila terjadi
infeksi bakteri dalam skrotum. Bakteri
dapat menyebar dari kandung kemih atau
uretra atau dapat berasal dari penyakit
menular seksual (PMS). Apabila bila tidak
diobati, infeksi dapat mengakibatkan
terjadinya abses skrotum
Anatomi Skrotum
Struktur luar dari sistem reproduksi
pria terdiri dari penis dan
skrotum( kantung zakar).
Struktur dalamnya terdiri dari:
sepasang testis,epididimis,vas
deferens.
Kelenjar tambahan terdiri dari:
vesikula seminalis,kelenjar
prostat,dan bulbourethralis
Fisiologi
Skrotum merupakan kantong pembungkus organ
reproduksi pria yang berfungsi untuk membungkus
dan menopang testis dari luar tubuh, sehingga
pada suhu optimum testis dapat memproduksi
sperma.
Dalam skrotum terdapat testis yang berfungsi
untuk menghasilkan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon
testosterone, membentuk gamet-gamet baru yaitu
spermatozoa, yang terjadi di Tubulus seminiferus
dan menghasilkan hormon testosterone yang
dilakukan oleh sel interstinale yaitu sel Leydig.
Histologi
Merupakan kantong kulit berpigmen tipis dengan
tunika dartos sebagai dasarnya, fungsinya:
Tidak berlemak : untuk menjaga suhu testis
agar lebih rendah dari bagian tubuh yang
lainnya.
Menopang dan melindungi testis dan epididimis
Muskulus dartos dalam tunika dartos
menempel pada kulit yang berfungsi untuk
mengontrol kerutan kulit skrotum.
Etiologi
Pada umumnya abses skrotum
merupakan komplikasi dari suatu
penyakit,seperti:
appendisitis,epididimitis,orchitis,trau
ma,varikokeldan abses pelvis.
Abses skrotum yang
superficial,biasanya berasal dari
infeksi pada folokel rambut,ataupun
luka bekas operasi pada skrotum.
Patofisiologi
Abses skrotum terjadi karena adanya
infeksi yang menyebabkan terkumpulnya
cairan dalam tunika vaginalis.
Epididimitis dan orchitis mengakibatkan
terjadinya akumulasi abses yang
mengganggu suplai darah ke
testicular,terutama menimbulkan infeksi
dan infark testicular,sehingga terjadi
ruptur pada tunika albugenia.
Manifestasi Klinis
Pada pasien yang mengalami abses skrotum
mungkin memiliki gejala yang berkaitan
dengan etiologi abses seperti gejala infeksi
saluran kemih atau penyakit menular seksual,
seperti frekuensi, urgensi, disuria,dan ukuran
penis.
Diagnosis abses skrotum sering ditegakan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Skrotum sering eritema dan terjadi
peradangan selain itu dapat teraba fluktuasi
pada skrotum.
Anamnesis
Dari anamnesis dapat di temukan: pasien
yang baru menderita epididimitis atau orchitis
namun tidak menjalani pengobatan secara
teratur,komplikasi dari perforasi appendisitis,
Komplikasi dari operasi,sirkumsisi,vasektomi
dan Chrons disease. Pasien datang dengan
keluhan nyeri dan dapat pula disertai dengan
demam. Hal ini juga dapat terjadi pada pasien
yang telah di drainase atau pada pasien
dengan gejala massa pada testis.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini sangat membantu karena
ditemukan skrotum teraba lembut atau kenyal.
Pada pemeriksan fisik dapat ditemukan:
bengkak pada skrotum,tidak keras,dan merah
pada skrotum,dan dapat menjadi fluktuan.
Selain itu palpasi pada testis untuk
menentukan epididimo-orchitis dan gejala
karsinoma testis. Pada pemeriksaan skrotum
dapat juga menggambarkan
ukuran,karakteristik,dan massa yang terjadi
pada testis.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan
peningkatan sel darah putih(leukosit) yang diakibatkan
oleh terjadinnya inflamasi atau infeksi pada skrotum.
Selain itu dapat dilakukan Kultur urin dan pewarnaan
gram untuk mengetahui kuman penyebab infeksi.
Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau
tidak
Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.
Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik
pada penderita
Ultrasonografi
Pemeriksaan USG biasanya menunjukankan
akumulasi cairan ringan dengan gambaran
internal atau lesi hypoechoic yang diserai
dengan isi skrotum normal atau bengkak.
USG skrotum sangat membantu dalam
mendiagnosis abses intraskrotal terutama
jika ada massa inflamasi. USG skrotum
dapat menggambarkan perluasan abses ke
dinding skrotum, epididimis, dan atau testis.
DD
Apabila dilakukan tindakan explorasi maka biasanya
ditemukan cairan keruh. Jika cairan recollects yang
di temukan dan tidak didapatkan lokal
patologi,maka ini harus meningkatkan kecurigaan
dari penyebab intra-abdominal.
Abses skrotum yang disebabkan oleh epididimis
biasanya terjadi pada pria dewasa yang aktif seksual
dan telah berumur lebih dari 20 tahun.
Sedangkan torsio testis biasanya terjadi pada remaja
yang mengalami pubertas. Kontusio pada testis
menimbulkan nyeri dan massa pada skrotum,dimana
massa tidak menunjukan transluminasi positif.
Penanganan
Manajemen abses intrascrotal, terlepas
dari penyebabnya, memerlukan drainase
bedah dimana rongga abses harus dibuka
dan dikeringkan, termasuk testis jika
terlibat.
Rongga harus dibiarkan terbuka. Fournier
gangren (necrotizing fasciitis)
membutuhkan resusitasi cepat dan
eksplorasi bedah dan debridemen serta
antibiotik yang agresif.
Penanganan pasca-pembedahan:
Setelah eksplorasi bedah awal, luka
skrotum di jaga secara teratur untuk
mencegah akumulasi materi purulen
dan debridement jaringan devitalized.
Terapi antibiotik pascaoperasi harus
disesuaikan dengan kultur urin dan
sensitivitas luka dan harus dilanjutkan
sampai infeksi teratasi.
Komplikasi
Apabila abses skrotum tidak
ditangani dengan baik maka dapat
menyebabkan Fourniers
gangrene,yaitu: nekrosis pada kulit
skrotum,dan merupakan kasus
kegawatdaruratan.
Prognosis
Abses skrotum dapat kambuh
kembali apabila fokus infeksi
primernya tidak diatasi dengan baik.
Kegagalan untuk mengidentifikasi
sumber infeksi, seperti striktur uretra
yang mendasarinya, dapat
menyebabkan terjadinya
kekambuhan. Meskipun resusitasi
agresif, antibiotik spektrum luas, dan
intervensi bedah agresif, angka