Anda di halaman 1dari 14

*) Tulisan ini diambil dari Buku Perencanaan Strategis Sistem Teknologi Informasi untuk

Pemerintah Daerah_Pendekatan Praktisi, oleh Stanley Karouw, ST., MT.I. Tulisan dilindungi
oleh Hak Cipta.

BAB II *)
METODOLOGI PERENCANAAN STRATEGIS
SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI

2.1 Dasar Rumusan Metodologi


Rumusan metodologi Perencanaan Strategis Sistem Teknologi Informasi didasarkan atas
kelebihan-kelebihan

metodologi

perencanaan

strategis

yang

ada.

Wahyu

mengumpulkan keunggulan-keunggulan metode perencanaan strategis dari

Haris[51]

John Ward dan

Pepperd[21], Wetherbe[42], James Martin[43] dan A. W. Tozer[44], kemudian dikompilasi


menjadi metodologi, yang disebutnya metodologi berbasis manfaat bisnis disingkat, BVP.
Penjelasan mengenai kelebihan-kelebihan metodologi perencanaan strategis sistem informasi
tersebut adalah:
1. John Ward dan Pepperd[21]
a.

Adanya alur logis renstra TI yang mudah dan relatif lengkap, yakni identifikasi
lingkungan internal dan eksternal bisnis dan TI organisasi, mencari kesenjangan
informasi, membuat strategi TI yang mendukung bisnis, membuat strategi manajemen TI
dan pemetaan serta analisis strategi/aplikasi TI saat ini dibandingkan dengan
strategi/aplikasi TI usulan.

b.

Tersedianya alat pemrosesan renstra berupa diagram/kuadran, teori pendukung, batasan


dan grafik/tabel yang lengkap dan mendukung penciptaan strategi TI yang baik.

c.

Tools dan teori yang ada dapat memberikan gambaran mengenai keadaan lingkungan
eksternal bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh organisasi dalam meraih peluang dan
meningkatkan keunggulan kompetitif dari lingkungan eksternal tersebut.

d.

Adanya prosedur yang merekam kegiatan dan proses internal non teknis TI organisasi,
berupa budaya organisasi TI, pelatihan staf, pertimbangan penggunaan metode tertentu
dalam melaksanakan proyek dan pertimbangan investasi TI.

e.

Adanya prosedur dalam melakukan pemilihan teknologi dari perkembangan teknologi


yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan dan strategi organisasi SI organisasi.

2. Wetherbe[42]
a.

Pemetaan antara kebutuhan aplikasi/sistem SI dengan pemenuhannya di tingkat


infrastruktur TI.

b.

Pengaturan alokasi sumber daya TI dalam kegiatan implementasi hasil renstra TI,
misalnya membangun perangkat keras, lunak, komunikasi data, fasilitas lingkungan TI
dan pelatihan personil.

c.

Adanya mekanisme kontrol terhadap setiap kegiatan TI yang dilakukan dan selalu
dibandingkan dengan rencana kerja atau cetak biru TI yang dimiliki.

3. James Martin[43]
a.

Penjabaran visi, misi dan tugas pokok fungsional ke dalam bentuk matriks.

b.

Adanya pemetaan yang jelas antara tugas pokok fungsional dalam struktur organisasi
dengan kebutuhan data/informasi.

c.

Pendefinisian dan pengelompokan masalah beserta cara pemenuhan kebutuhan


data/informasi untuk mengatasi masalah, dalam bentuk matriks.

d.

Pembentukan ERD organisasi keseluruhan secara umum yang menjadi patokan dalam
pembuatan aplikasi dan basis data. ERD tersebut memuat keterkaitan antara satu aplikasi
dengan yang lain, file yang mungkin dibutuhkan dan distribusi prosesnya.

e.

Mempertimbangkan adanya solusi alternatif bagi setiap pembuatan aplikasi, infrastruktur


dan manajemen yang disesuaikan dengan resiko yang ditolerir dan kemampuan sumber
daya TI organisasi.

4. A.W. Tozer[44]
a.

Adanya masukan, proses, dan keluaran yang jelas, terstruktur dan berurutan.

b.

Pembuatan format tabel untuk masukan, yang akan membantu proses analisis dan
pengambilan keputusan.

c.

Pembuatan format tabel keluaran yang meringkas dan memperjelas hasil renstra.

d.

Tuntunan langkah per langkah dalam membuat renstra TI dari awal hingga akhir, yang
berurutan dan terkait.

e.

Pembuatan contoh dokumen keluaran per fase kegiatan.

f.

Pembuatan persiapan dan pelaksanaan jadual rencana implementasi hasil renstra TI,
misalnya rencana mengenai basis data, aplikasi, infrastruktur, pelatihan, perawatan sistem
dan manajemen TI organisasi.

g.

Adanya prosedur mengenai persiapan pendahuluan sebelum melakukan renstra TI. Hal
yang dicakup didalamnya meliputi batasan proyek, komitmen dari pihak manajemen,
pengumpulan dokumen yang terkait (rencana bisnis, harapan sistem, bisnis, tujuan bisnis
dan lain-lain), penyatuan visi dan pengertian bagi pelaksanaan proyek.

h.

Adanya prosedur pembuatan landasan kebijakan dan pengambilan keputusan melakukan


renstra TI. Landasan kebijakan tersebut yang memberikan parameter bagi suatu solusi
dan alternatifnya dan pemilihan teknologi yang digunakan.

i.

Adanya prosedur dalam melakukan pengelompokkan, prioritas dan pemilihan solusi.


Prosedur tersebut disesuaikan dengan parameter pilihan dan landasan kebijakan TI.

j.

Adanya prosedur mengenai strategi migrasi yang jelas.

Wahyu Haris[40] menjelaskan kesimpulan mengenai metodologi perencanaan strategis sistem


informasi, yakni:
1. Metodologi yang ada perlu disesuaikan dengan kebutuhan TI saat ini yakni menghitung
manfaat tangible dan intangible yang representatif dari suatu proyek/strategi hasil renstra SI,
resiko implementasi proyek TI dan pembuatan kerangka rencana implementasi yang jelas
berdasarkan keluaran renstra TI.
2. Belum ada metode renstra TI yang sifatnya one-stop method, yang menggabungkan renstra
TI, penilaian hasil renstra hingga pembuatan rencana jadual implementasi menjadi satu paket
dan mempermudah pekerjaan perencana bisnis dan TI dalam suatu organisasi.
Untuk itu pada metodologi BVP terdapat tambahan modul yang diperoleh dari modifikasi proses
dan perangkat dari kegiatan yang sudah ada ataupun mengadopsi langsung dari versi renstra TI
lainnya yang relevan dengan alur proses. Rincian tambahan modulnya adalah:
1.

Modul guna menganalisis/memprioritaskan hasil renstra TI. Modul ini terdiri dari dua
kegiatan, yakni identifikasi dan pengukuran manfaat tangible dan intangible proyek TI serta
resikonya.

2.

Modul guna menyatukan dua konsep analisis/prioritas hasil renstra TI. Modul ini bertujuan
untuk memperoleh rangkuman value sebuah proyek hasil renstra berdasarkan biaya dan
resiko mengadopsi Tabel Keuntungan REJ dari Microsoft.

3.

Modul pembuatan rencana implementasi disusun berdasarkan kegiatan dalam metode renstra
versi Tozer dan Ward. Modul ini diperlengkapi lagi dengan teori analisis jalur guna
perencanaan implementasi proyek-proyek TI menggunakan PERT atau Gantt Chart.

4.

Modul untuk menganalisis internal bisnis organisasi dalam BVP. Modul ini perlu
diperlengkapi dengan perangkat untuk menganalisis visi, misi, CSF dan KPI organisasi.
Modul tersebut diperlukan agar menjadi acuan dan landasan kegiatan dalam renstra TI,
pemilihan hasil dan pengambilan keputusan. Tambahan modul tersebut diadopsi dari renstra
TI versi PriceWaterHouse. Selain itu, modul untuk menganalisis internal bisnis organisasi
perlu juga tambahan modul untuk meringkas seluruh informasi bisnis yang digunakan untuk
mengetahui kebutuhan informasi dan pemenuhannya dari sumber daya TI yang tersedia.
Modul yang sifatnya meringkas, mengkompilasi dan menyimpulkan masukan, proses dan
keluaran proses bisnis yang terjadi pada internal organisasi ini diadopsi dari renstra TI versi
PriceWaterhouse.

5.

Modul guna mengambil keputusan tentang lanjutan pelaksanaan renstra SI. Kegiatan ini
dilakukan setelah dilakukannya studi kelayakan dan ruang lingkup di subfase Pre-Renstra.
Modul pengambilan keputusan tersebut berisi ringkasan seluruh informasi, pertimbangan
dalam melanjutkan kegiatan renstra SI dan pembuatan kesimpulan terhadap hasil kegiatan
Pre-Renstra yang sudah dilakukan. Modul ini juga diadopsi dari renstra SI versi
PriceWaterhouse.

Seluruh tambahan modul-modul renstra TI tersebut diatas, mengacu pada landasan dari UK
Government CCTA Guidelines on strategic planning for information systems.

2.2 Metodologi Perencanaan Strategis Sistem Teknologi Informasi berbasis Manfaat Bisnis
Metodologi perencanaan strategis system teknologi informasi berbasis manfaat bisnis
mendasarkan kegiatan penyusunan renstra pada beberapa hal:
1.

Berpedoman pada dokumen rencana bisnis organisasi. Setiap data yang dituangkan dalam
rencana bisnis organisasi tersebut diinterpretrasikan sebagai kebutuhan informasi yang harus
dipenuhi oleh bidang/divisi TI. Bidang/divisi TI itu kemudian melakukan analisis kondisi
internal dan eksternal guna mengetahui kemampuan sumber dayanya dan pemenuhan
kebutuhan akan informasi bisnis tersebut. Hasil analisis internal dan eksternal tersebut

berupa strategi sistem, manajemen, dan Sistem Teknologi Informasi yang kemudian
dibuatkan prioritas pelaksanaan proyek dan jadual implementasinya.
2.

Menggunakan CSF sebagai alat untuk menganalisis faktor penentu keberhasilan organisasi.
Penggunaan CSF tersebut disebabkan karena CSF sudah dikenal luas dan terbukti dapat
merepresentasikan faktor-faktor penting dalam proses bisnis organisasi.

3.

Menggunakan analisis manfaat dan resiko yang memperhitungkan manfaat tangible dan
manfaat

intangible.

Parameter

tangible

dan

intangible

tersebut

akan

semakin

mengungkapkan nilai potensi manfaat proyek TI sebenarnya.


4.

Memanfaatkan best practices dari beberapa konsultan terkenal. Misalnya penggunaan


modul tambahan seperti TCO dari Gartner Group dan REJ dari Microsoft.

Metodologi perencanaan strategis berbasis manfaat bisnis ini terdiri dari 4 fase seperti
dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2.8 Bagan Ringkasan Fase BVP


Sedangkan untuk desain metodologi dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Desain Metodologi PSSI
Tahapan
Menelaah Ruang
Lingkup dan strategi
(ruang lingkup dan
posisi/kondisi mutakhir
organisasi)

Nama Fase
1. Menelaah Kebutuhan
Organisasi

Nama Sub Fase


1.1 Pre Renstra
1.2 Indentifikasi Info Organisasi
1.3 Analisis Lingkungan Eksternal
Bisnis Organisasi
1.4 Analisis Lingkungan Eksternal TI
Organisasi
1.5 Analisis Lingkungan Internal
Bisnis Organisasi
1.6 Analisis Lingkungan Internal TI

Organisasi
Menelaah Strategi

2.

(posisi dan kondisi ke

Menentukan Target
bagi TI

depan yang ingin diraih

2.1 Identifikasi Masalah dan Solusi


Bisnis Internal
2.2 Identifikasi Peluang Bisnis dari

dan modal yang dimiliki)

Eksternal Organisasi
2.3 Identifikasi Pemanfaatan TI dari
Eksternal Organisasi
2.4 Analisis Kesenjangan Kebutuhan
Informasi
2.5 Membuat Landasan Kebijakan TI
2.6 Membuat Strategi SI dan TI
2.7 Membuat Landasan bagi
Operasional TI
2.8 Strategi Manajemen Informasi

Mendefinisikan strategi

3.

(posisi dan kondisi ke

Menentukan Strategi

3.1 Menggali Value Bisnis

TI

3.2 Prioritas dan Pemilihan Strategi

depan yang ingin diraih

3.3 Pendetilan Strategi TI

beserta cara
merealisasikannya)
Merencanakan

4.

Rencana Implementasi

4.1 Membuat Rencana Pendukung TI

implementasi

4.2 Pembuatan Jadual Waktu Kerja

(cara mereliasasikannya)

4.3 Pembuatan Rencana Implementasi


4.4 Pembuatan Rencana Implementasi

Mengkaji Ulang
(cara merealisasikannya)

Keunggulan metodologi BVP adalah dalam setiap sub-fase, yakni setiap prosedur yang
akan dijalankan, merupakan gabungan dari setiap keunggulan-keunggulan metode perencanaan
strategis sistem informasi. Meskipun masih bersifat umum dan lebih ditujukan pada perencanaan
strategis organisasi yang berorientasi profit, detail kerangka metodologi BVP ini sangat
komprehensif.

2.2.1 Detail Kerangka Fase I Menelaah Kebutuhan Bisnis dan Informasi

Fase ini menghasilkan dokumen akhir berupa informasi yang menggambarkan keadaan bisnis
dan TI terkini organisasi, kebutuhan bisnis mendatang dan peluang pemanfaatan TI dalam bisnis.
Masukan yang diperlukan dalam fase ini adalah rencana bisnis, rencana TI, keadaan persaingan
dalam industri dan perkembangan TI dalam industri.
Untuk memperoleh keluaran tersebut maka perlu beberapa proses yang dicerminkan ke dalam
beberapa sub fase berikut:
1. Pre-Renstra
Prosedur yang dilakukan:
a. Menentukan ruang lingkup dan latar belakang proyek renstra SI.
b. Menentukan rencana dan jangka waktu pelaksanaan proyek renstra SI.
c. Menentukan kontrol dan pengawasan renstra SI
d. menyusun definisi terminologi yang digunakan dalam proyek
e. menangkap harapan proyek renstra SI
f. memperoleh komitmen manajemen senior
g. pertimbangan pelaksanaan proyek
2. Identifikasi Info Organisasi
Rincian prosedur yang digunakan adalah:
a. memperoleh visi organisasi
b. memperoleh misi bisnis organisasi
c. memetakan visi terhadap misi organisasi
d. memperoleh tujuan bisnis organisasi
e. memperoleh CSF organisasi
f. memetakan CSF terhadap misi
g. memetakan CSF terhadap KPI
h. menganalisis CSF
i. memperoleh gambaran global/ringkasan struktur organisasi
j. menganalisis kinerja struktur organisasi.
3. Analisis lingkungan internal bisnis organisasi
Rincian prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. menelaah rencana bisnis organisasi
b. identifikasi kegiatan value chain

c. memperoleh harapan bisnis dari manajemen senior organisasi


d. mengetahui kebutuhan informasi dalam proses bisnis organisasi\
e. meringkas strategi dan target bisnis internal
4. Analisis lingkungan internal TI organisasi
Rincian prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. mengetahui budaya TI dalam organisasi
b. mengetahui keadaan pelatihan TI saat ini
c. mengetahui metodologi implementasi proyek TI saat ini
d. mengetahui kebijakan investasi TI saat ini
e. mengetahui posisi dan keadaan sumber daya TI saat ini
f. mengetahui portofolio aplikasi mutakhir
g. mengetahui masukan dan keluaran aplikasi SI yang tepat
h. mengetahui manajemen perencanaan dan kontrol
i. mengetahui SWOT TI
j. analisis SWOT TI
5. Analisis lingkungan eksternal bisnis organisasi
Rincian prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. menelaah keadaan poleksosbudkum
b. mengetahui keadaan persaingan industri
c. membuat diagram Porter Five Forces
6. Analisis lingkungan eksternal TI
Rincian prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. mengetahui perkembangan teknologi dalam industri
b. mengetahui peluang keunggulan kompetitif terhadap pesaing.
Rincian masukan, keluaran dan prosedur kegiatan tersebut menjadi ruang lingkup detail rencana
pada fase I ini.

2.2.2 Detail Kerangka Fase II Menentukan target bagi TI


Fase ini menghasilkan dokumen akhir berupa peluang pemanfaatan TI dalam memenuhi
kebutuhan strategi bisnis dan rincian detail kebutuhan TI yang harus dipersiapkan. Detail
kebutuhan TI tersebut berupa arsitektur aplikasi, infrastruktur, manajemen TI dan kebijakan TI

terhadap organisasi secara keseluruhan. Masukan yang diperlukan dalam fase ini adalah
identifikasi kebutuhan bisnis mendatang organisasi, identifikasi peluang pemanfaatan TI dan
pemenuhan kebutuhan TI saat ini.
Proses yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah dan solusi bisnis organisasi
Rincian prosedur yang harus dilakukan:
a. memperoleh permasalahan bisnis yang dihadapi organisasi dan dukungan solusi TI
2. Identifikasi peluang bisnis dari eksternal organisasi
Rincian prosedur yang harus dilakukan:
a. memperoleh peluang bisnis eksternal organisasi
3. Identifikasi pemanfaatan TI dari lingkungan eksternal organisasi
Rincian prosedur yang harus dilakukan:
a. memperoleh TI yang sesuai bagi kebutuhan bisnis organisasi
4. Analisis kesenjangan kebutuhan informasi
Rincian prosedur yang harus dilakukan:
a. mengetahui pemenuhan kebutuhan informasi dari aplikasi terkini.
b. membuat alternatif pemenuhan kebutuhan SI
5. Membuat landasan kebijakan TI
Rincian prosedur yang harus dilakukan:
a. menentukan peluang keunggulan kompetitif dari strategi TI
b. menentukan kebijakan/perangkat lunak untuk menyeleksi strategi TI
c. menentukan kebijakan investasi pada bidang TI
6. Membuat strategi TI
Rincian prosedur yang harus dilakukan:
a. menentukan kebijakan TI yang mendukung area dan strategi bisnis organisasi
b. mendefinisikan kebutuhan masukan, proses dan keluaran bagi strategi TI
c. mendefinisikan kebutuhan integrasi data, proses dan entitas bagi strategi TI
d. menentukan pengembangan aplikasi dan infrastruktur
e. menentukan arsitektur dan aplikasi perangkat lunak yang sesuai dengan masukan, proses
dan keluaran strategi TI
f. mendefinisikan kebutuhan arsitektur jaringan komunikasi dan infrastruktur TI

7. Membuat prinsip dasar/landasan bagi operasional strategi TI


Rincian prosedur yang digunakan adalah:
a. landasan kebijakan operasional investasi TI
b. landasan kebijakan operasional pemilihan vendor dan pengadaan sumber daya TI
c. landasan kebijakan operasional pelatihan TI SDM organisasi
8. Membuat strategi manajemen TI
Rincian prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. menyusun struktur organisasi yang mendukung strategi TI
b. menyusun tugas pokok dan fungsional organisasi yang mendukung strategi TI
c. identifikasi keluaran yang dihasilkan dari bagian struktur organisasi
d. menyusun alur kerja dalam struktur organisasi yang mendukung strategi TI
Rincian masukan, keluaran dan prosedur kegiatan tersebut menjadi ruang lingkup detail
kerangka pada Fase II ini.

2.2.3 Detail Kerangka Fase III Menentukan Strategi TI


Fase ini menghasilkan dokumen akhir berupa prioritas, pilihan strategi dan detail strategi TI.
Masukan yang diperlukan dalam fase ini adalah strategi TI dan manajemen TI.
Untuk menghasilkan keluaran tersebut diatas, diperlukan proses sebagai berikut:
1. menggali value bisnis
Rincian prosedur yang dilakukan:
a. mengetahui value strategi TI
2. prioritas dan pemilihan strategi TI, yang termasuk didalamnya menggali resiko strategi TI
yang dibuat
Rincian prosedur yang dilakukan:
a. memprioritaskan solusi strategis TI
b. mengelompokkan solusi strategis TI
c. memilih solusi strategis TI
d. mendaftar pilihan solusi strategis TI
3. Pendetilan strategi TI
Rincian prosedur yang digunakan adalah:
a. menentukan detil solusi strategis TI

b. menentukan detil tahapan solusi strategis TI


c. menentukan detil SDM
d. menentukan strategi migrasi
Rincian masukan, keluaran dan prosedur kegiatan tersebut menjadi ruang lingkup detil kerangka
pada Fase III ini.

2.2.4 Detil Kerangka Fase IV Rencana Implementasi


Fase ini menghasilkan dokumen akhir berupa rencana dan jadual implementasi strategi TI.
Masukan yang diperlukan adalah dokumen detil strategi TI.
Proses yang harus dilakukan adalah:
1. Membuat rencana pendukung strategi TI
Rincian prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. membuat rencana pelatihan TI
b. membuat rencana alokasi SDM
c. memperoleh dukungan manajemen senior dalam pelaksanaan solusi strategi TI
d. membuat rencana perawatan aplikasi dan infrastruktur
2. Pembuatan jadual waktu kerja
Rincian prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. Membuat jadual pelaksanaan proyek TI
3. Pembuatan rencana pelaksanaan
Rincian prosedur yang harus dilakukan adalah:
a. membuat program pelaksanaan proyek TI
b. membuat aturan pelaksanaan proyek TI.
Rincian masukan, keluaran dan prosedur kegiatan tersebut menjadi ruang lingkup detil kerangka
pada Fase IV ini.

2.3 Studi Perbandingan


Wahyu Haris[40] melakukan penelitian mengenai penyusunan Metodologi Be Vissta Planning
(BVP). Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk menyusun suatu metodologi renstra
sistem informasi berbasis manfaat bisnis yang menghasilkan cetak biru bagi sistem, teknologi
dan manajemen informasi. Wahyu melakukan penelitian ini dengan menganalisa literatur-

literatur yang berkaitan dengan metode perencanaan strategis sistem informasi. Berbagai metode
perencanaan strategis tersebut kemudian dikompilasi.
Berdasarkan penelitian Wahyu, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya adalah
metodologi BVP harus dilengkapi dengan daftar kuesioner guna membantu penajaman analisis
bagi kebutuhan bisnis dan TI organisasi. Wahyu memberikan beberapa daftar acuan kuesioner
yang diharapkan bisa membantu penemuan, penggalian, dan pengungkapan kondisi internal,
eksternal organisasi, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan dan persaingan bisnis,
termasuk pemanfaatan TI yang ada.
Hal lain yang menjadi kesimpulan Wahyu adalah mengenai identifikasi manfaat bisnis yang ada
pada

metodologi

BVP

bersifat

generik

dan

kurang

spesifik

terhadap

suatu

tipe

organisasi/industri. Hal ini dikarenakan belum adanya keseragaman metode standar guna
mengkuantifikasi parameter manfaat dan resiko tersebut. Kesimpulan Wahyu ini, memberikan
ruang untuk penelitian selanjutnya, bagi pengembangan metodologi BVP pada organisasi dengan
karakteristik tertentu, misalnya pada organisasi-organisasi yang bersifat nir laba, seperti Pemda
di tingkat provinsi atau kabupaten/kota dan organisasi yang bergerak di dunia pendidikan.

Ellensyah[41] menggunakan metodologi BVP ini untuk menyusun renstra TI yang berkaitan
dengan peningkatan PAD. Metodologi BVP yang digunakan Ellensyah telah disesuaikan dengan
obyek studi kasus, yakni organisasi yang berorientasi pada pelayanan, dalam hal ini Pemerintah
provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Ellensyah mencoba menyusun suatu renstra TI berbasis
manfaat bagi Pemprov DKI Jakarta, dimana renstra TI tersebut bisa menjadi acuan dalam
pembuatan eGov. Ellensyah juga menyebutkan bahwa dengan adanya renstra TI berbasis
manfaat ini, maka Pemprov DKI Jakarta dapat menggali sumber-sumber baru keuangan
khususnya yang berhubungan dengan peningkatan PAD.
Dalam penelitiannya, Ellensyah tidak menerapkan keseluruhan prosedur dari BVP. Ellensyah
menggunakan BVP untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal TI dari Pemda DKI
Jakarta. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dibuatlah suatu rincian potensi TI, yang kemudian
dipetakan pada setiap instansi terkait PAD. Setelah mengidentifikasi potensi TI dari setiap
instansi, maka Ellensyah membuat usulan rencana infrastruktur TI yang mendukung potensi TI
tersebut. Setelah melakukan kajian tersebut diatas, di bagian akhir, Ellensyah mencoba untuk
menganalisis nilai ekonomis dari setiap proyek TI yang diusulkan. Metode Information

Economics (IE) digunakan Ellensyah untuk melakukan kuantifikasi manfaat pada dua proyek TI
yang berkaitan dengan pajak parkir dan pajak radio (yang dianggap bisa memberikan kontribusi
bagi peningkatan PAD).
Pada penelitian ini, Ellensyah dapat menunjukkan portofolio TI dari setiap instansi pengelola
PAD Pemprov DKI Jakarta. Juga dapat menunjukkan secara spesifik bagian mana dari setiap
instansi yang terkait dengan PAD harus mengimplementasikan salah satu atau beberapa dari
potensi TI tersebut. Tak hanya itu, dengan metodologi BVP, dapat diidentifikasi proyek TI
tertentu yang dapat menciptakan jenis pendapatan baru. Keunggulan metodologi BVP
dibandingkan dengan metodologi renstra lainnya adalah metodologi ini sudah memasukkan
perhitungan finansial dan non-finansial, dimana pada obyek studi kasus Ellensyah, dimensi
manfaat non-finansial justru sangat dominan. Ellensyah berharap bahwa hasil akhir
penelitiannya, yang berupa renstra TI tersebut akan dapat dijadikan sebagai model renstra TI
Pemda tingkat provinsi.

2.4 Contoh Disain Metodologi Penyusunan Rencana Induk TIK


Metodologi yang akan digunakan untuk menyusun Rencana Induk Pengembangan TIK
(disingkat RIPTIK) Provinsi Sulawesi Utara, Kota Bitung, Kota Manado dan Kabupaten Sitaro
adalah berdasarkan metodologi berbasis manfaat bisnis yang digagas oleh Ranti dan
Ellensyah[42] yang telah disesuaikan dengan panduan penyusunan RIPTIK yang dikeluarkan
Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tahun 2015 [43].
Pada prinsipnya, ada 3 (tiga) fase dari metodologi tersebut. Ketiga fase tersebut adalah:
1.

Fase Menelaah kebutuhan organisasi.

2.

Fase Menentukan target TI.

3.

Fase Menentukan strategi bagi TI.

Untuk keperluan pengumpulan data, akan dilakukan dengan cara:


1. Menyebarkan kuesioner.
Kuesioner yang digunakan adalah instrumen kuesioner BVP dan kuesioner identifikasi
manfaat bisnis TI. Kuesioner BVP akan ditujukan untuk mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan pembuatan usulan strategi TI sedangkan kuesioner identifikasi manfaat

bisnis TI ditujukan untuk proses pembuatan diagram manfaat bisnis TI dan pemodelan
manfaat bisnis TI generik.
2. Melakukan wawancara.
Wawancara dilakukan dengan nara sumber yang dianggap kompeten pada bidang kerjanya.
Nara sumber dipilih dari setiap level manajemen organisasi yang ada.
3. Melakukan diskusi kelompok.
Diskusi kelompok dilakukan dengan mengumpulkan nara sumber dari berbagai level
manajemen organisasi. Hasil diskusi kelompok berkaitan dengan proses bisnis dan penajaman
data-data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara.
4. Melakukan studi pustaka.
Studi pustaka dilakukan pada dokumen yang berkaitan dengan penelitian, seperti dokumen
renstra, kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penelitian, jurnal ilmiah dan
dokumen lainnya.

Gbr 2.1 Tahapan Metodologi yang akan dilakukan

Anda mungkin juga menyukai