Anda di halaman 1dari 29

APLIKASI PLC OMRON CPM1A UNTUK TRAFFIC LIGHT LENGKAP

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Programmable Logic Control
yang dibina oleh Bapak Sujito

Oleh :
Ricke Dwana Servianti

(110534406814)

Rina Puji Lestari

(110534406811)

Roby Andria

(110534406845)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
APRIL 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan bimbingan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi S1 Pendidikan
Teknik Elektro.
Makalah ini membahas tentang APLIKASI PLC OMRON CPM1A UNTUK
TRAFFIC LIGHT LENGKAP. Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu dengan penuh rasa hormat
dan tulus kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Sujito yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan serta kesalahan, oleh karena itu kami mengharap
adanya saran dan kritikan yang dapat memperbaiki atau mengevaluasi sehingga
bermanfaat untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat, bagi penyusun dan bagi pembaca.

Malang, 22 April 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................4
1.Latar Belakang...................................................................................4
1.1 Maksud dan Tujuan.........................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................6
2. Pengertian PLC (Programmable Logic Kontroller).........................6
2.1 Bahasa Pemrograman PLC.............................................................7
2.2 Piranti Penyusun PLC.....................................................................7
2.3 Pengertian PLC OMRON CPM1A12.11
2.4 Jalur masukan dan keluaran PLC OMRON CPM1A.....................12
2.5 Struktur Memory PLC OMRON CPM1A......................................13
2.6 Instruksi-Instruksi Dasar PLC..16
2.7 Karakteristik PLC OMRON CPM1A 40 CDR16
2.8 Konfigurasi Internal I/O PLC OMRON CPM1A 40 CDR..17
2.9 Perancangan Sistem .18
BAB III. PENUTUP .......................................................................................22
3.1 Kesimpulan.....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
Lampiran..24

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan industri dewasa ini, khususnya dunia industri di negara
kita, berjalan amat pesat seiring dengan meluasnya jenis produk-produk industri,
mulai dari yang digolongkan sebagai industri hulu sampai dengan industri hilir.
Kompleksitas pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku, yang berproses baik
secara fisika maupun secara kimia, telah memacu manusia untuk selalu
meningkatkan dan memperbaiki unjuk kerja sistem yang mendukung proses
tersebut, agar semakin produktif dan efisien. Salah satu yang menjadi perhatian
utama dalam hal ini ialah penggunaan sistem pengendalian proses industri (sistem
kontrol industri).
Dalam era industri modern, sistem kontrol proses industri biasanya
merujuk pada otomatisasi sistem kontrol yang digunakan. Sistem kontrol industri
dimana peranan manusia masih amat dominan (misalnya dalam merespon
besaran-besaran proses yang diukur oleh sistem kontrol tersebut dengan
serangkaian langkah berupa pengaturan panel dan saklar-saklar yang relevan)
telah banyak digeser dan digantikan oleh sistem kontrol otomatis.
Sebabnya jelas mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas industri itu sendiri, misalnya faktor human error dan tingkat
keunggulan yang ditawarkan sistem kontrol tersebut. Salah satu sistem kontrol
yang amat luas pemakaiannya ialah Programmable Logic Controller (PLC).
Penerapannya meliputi berbagai jenis industri mulai dari industri rokok, otomotif,
petrokimia, kertas, bahkan sampai pada industri tambang, misalnya pada
pengendalian turbin gas dan unit industri lanjutan hasil pertambangan.
Kemudahan transisi dari sistem kontrol sebelumnya (misalnya dari sistem kontrol
berbasis relay mekanis) dan kemudahan trouble-shooting dalam konfigurasi
sistem merupakan dua faktor utama yang mendorong populernya PLC ini.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat sangat berpengaruh pada
kemajuan di bidang industri otomatisasi. Saat ini banyak industri-industri yang
beralih

pada

mesin-mesin

otomatis

daripada

menggunakan

cara-cara

konvensional. Dengan adanya alat-alat otomatis tersebut pekerjaan industri akan


semakin mudah presisi, efektif dan efisien, dan produksi akan semakin bertambah.
Dengan adanya sistem pengendalian traffic light secara otomatis dengan
menggunakan PLC Omron Sysmac CPM1A, diharapkan akan menghasilkan
pengaturan

lampu lalu lintas yang baik yang menggunakan peralatan yang

handal, cepat, efisien, dan dapat bekerja dalam waktu yang lama, serta mudah

dalam melakukan modifikasi jika terjadi perubahan deskripsi kerja pada lampu
lalu lintas tersebut. Selain itu mengurangi pengeluaran biaya untuk pembiayaan
SDM. Serta mengurangi permasalahan yang disebabkan kesalahan dari faktor
manusia (Human Error).
1.1 Maksud dan Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperkenalkan PLC
sebagai salah satu pendukung otomatisasi industri dasar pemrograman PLC dan
aplikasi PLC khususnya seri Omron Sysmac CPM1A untuk otomatisasi sistem
traffic light secara otomatis.

BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian PLC (Programmable Logic Kontroller)
Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang
mudah digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe
dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam.
Berdasarkan pada standar yang dikeluarkan oleh National Electrical
Manufacture Association (NEMA) ICS3-1978 Part ICS3-304, PLC didefinisikan
sebagai berikut: PLC adalah suatu peralatan elektronik yang bekerja secara
digital, memiliki memori yang dapat deprogram menyimpan perintah-perintah
untuk melakukan fungsi-fungsi

khusus seperti logic, sequening, timing,

counting, dan aritmatika untuk mengontrol berbagai jenis mesin atau proses
melalui analog atau digital input/output modules.

Gambar 1. Fungsi PLC


Definisi Programmable

Logic

Controller menurut

Capiel

(1982)

adalah:
sistem elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk
pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori
yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi
yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan,
perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau
proses melalui modul-modul I/O dijital maupun analog .
Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut:
1) Programmable
Menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan
program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau
kegunaannya.
2) Logic
Menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik
dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan,
mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
3) Controller
Menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses
sehingga menghasilkan output yang diinginkan.
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial
dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat
dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan
di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa
pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang
telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang
digunakan sudah dimasukkan.
Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari
keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau mengOFF kan output-output. 1 menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan
terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC

juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output


banyak.
Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam prakteknya PLC dapat
dibagi secara umum dan secara khusus.
Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut:
1. Sekuensial Control
PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan
untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC
menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung
dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya
temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang
diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah
melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator.
Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input
ke CNC (Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat
memberikan input ke CNC untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC
bila dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan
lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing,
membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.
Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses
yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap
sinyal masukan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam
memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator
atau peralatan lainnya.

2.1 Bahasa Pemrograman PLC


Terdapat lima tipe bahasa pemrograman yang bisa dipakai untuk
memprogram PLC, meski tidak semuanya di-support oleh suatu PLC, yaitu antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Bahasa pemrograman Ladder Diagram (LD)


Bahasa pemrograman Instruction List (IL)/Statement List (SL)
Bahasa pemrograman Sequential Function Chart (SFC)/Grafcet
Bahasa pemrograman Function Block Diagram (FBD)
Bahasa pemrograman tingkat tinggi (high-level), contohnya Visual

Basic
Dari berbagai contoh bahasa pemrograman diatas, bahasa pemrograman
PLC yang paling populer digunakan dan paling mudah dipahami, yaitu Ladder

Diagram, dengan menggunakan contoh rangkaian Interlock. Ladder Diagram


mudah dipahami karena menggunakan pendekatan grafis, yaitu menggunakan
simbol-simbol komponen elektromagnetik-mekanik relay (coil dan contact), blokblok fungsi (function block), seperti timer, counter, trigger, kondisional, serta blok
fungsi yang didefinisikan sendiri oleh programmer. Selain itu, karena Ladder
Diagram menggunakan pendekatan grafis, maka programmer menjadi lebih
mudah untuk melakukan troubleshooting pada program yang akan dijalankan pada
PLC.
2.2 Piranti Penyusun PLC
PLC yang diproduksi oleh berbagai perusahaan sistem kontrol terkemuka
saat ini biasanya mempunyai ciri-ciri sendiri yang menawarkan keunggulan
sistemnya, baik dari segi aplikasi (perangkat tambahan) maupun modul utama
sistemnya. Meskipun demikian pada umumnya setiap PLC (sebagaimana
komputer pribadi Anda yang cenderung mengalami standarisasi dan kompatibel
satu sama lain) mengandung empat bagian (piranti) berikut ini:
1.
2.
3.
4.

Modul Catu daya.


Modul CPU.
Modul Perangkat Lunak.
Modul I/O.
1. Modul Catu Daya (Power Supply: PS)
PS memberikan tegangan DC ke berbagai modul PLC lainnya selain
modul tambahan dengan kemampuan arus total sekitar 20A sampai 50A, yang
sama dengan battery lithium integral (yang digunakan sebagai memory backup).
Seandainya PS ini gagal atau tegangan bolak balik masukannya turun dari nilai
spesifiknya, isi memori akan tetap terjaga. PLC buatan Triconex, USA, yakni
Trisen TS3000 bahkan mempunyai double power supply yang berarti apabila satu
PS-nya gagal, PS kedua otomatis akan mengambil alih fungsi catu daya sistem.
2. Modul CPU
Modul CPU yang disebut juga modul kontroler atau prosesor terdiri dari
dua bagian:

1. Prosesor berfungsi:
o

mengoperasikan dan mengkomunikasikan modul-modul PLC melalui busbus serial atau paralel yang ada.

Mengeksekusi program kontrol.

2. Memori, yang berfungsi:

Menyimpan informasi digital yang bisa diubah dan berbentuk tabel data,
register citra, atau RLL (Relay Ladder Logic), yang merupakan program
pengendali proses.

Pada PLC tertentu kadang kita jumpai pula beberapa prosesor sekaligus dalam
satu modul, yang ditujukan untuk mendukung keandalan sistem. Beberapa
prosesor tersebut bekerja sama dengan suatu prosedur tertentu untuk
meningkatkan kinerja pengendalian. Contoh PLC jenis ini ialah Trisen TS3000
mempunyai tiga buah prosesor dengan sistem yang disebut Tripple Redundancy
Modular.
Kapasitas memori pada PLC juga bervariasi. Trisen TS3000, misalnya,
mempunyai memori 384 Kbyte (SRAM) untuk program pengguna dan 256 Kbyte
(EPROM) untuk sistem operasinya. Simatic S5 buatan Siemens mempunyai
memori EPROM 16Kbyte dan RAM 8 Kbyte. PLC FA-3S Series mempunyai
memori total sekitar 16 Kbyte. Kapasitas memori ini tergantung penggunaannya
dan seberapa jauh Anda sebagai mengoptimalisasikan ruang memori PLC yang
Anda miliki, yang berarti pula tergantung seberapa banyak lokasi yang diperlukan
program kontrol untuk mengendalikan plant tertentu. Program kontrol untuk
pengaliran bahan bakar dalam turbin gas tentu membutuhkan lokasi memori yang
lebih banyak dibandingkan dengan program kontrol untuk menggerakkan putaran
mekanik robot pemasang bodi mobil pada industri otomotif. Suatu modul memori
tambahan bisa juga diberikan ke sistem utama apabila kebutuhan memori
memang meningkat.
Modul Program Perangkat Lunak PLC mengenal berbagai macam
perangkat lunak, termasuk State Language, SFC, dan bahkan C. Yang paling
populer digunakan ialah RLL (Relay Ladder Logic). Semua bahasa pemrograman
tersebut dibuat berdasarkan proses sekuensial yang terjadi dalam plant (sistem
yang dikendalikan). Semua instruksi dalam program akan dieksekusi oleh modul
CPU, dan penulisan program itu bisa dilakukan pada keadan on line maupun off
line. Jadi PLC dapat bisa ditulisi program kontrol pada saat ia mengendalikan
proses tanpa mengganggu pengendalian yang sedang dilakukan. Eksekusi
perangkat lunak tidak akan mempengaruhi operasi I/O yang tengah berlangsung.
3. Modul I/O
Modul I/O merupakan modul masukan dan modul keluaran yang bertugas
mengatur hubungan PLC dengan piranti eksternal atau periferal yang bisa berupa

suatu komputer host, saklar-saklar, unit penggerak motor, dan berbagai macam
sumber sinyal yang terdapat dalam plant.
a. Modul masukan
Modul masukan berfungsi untuk menerima sinyal dari unit pengindera
periferal, dan memberikan pengaturan sinyal, terminasi, isolasi, maupun indikator
keadaan sinyal masukan. Sinyal-sinyal dari piranti periferal akan di-scan dan
keadaannya akan dikomunikasikan melalui modul antarmuka dalam PLC.
Beberapa jenis modul masukan di antaranya:
o

Tegangan masukan DC (110, 220, 14, 24, 48, 15-30V) atau arus C(420mA).

Tegangan AC ((110, 240, 24, 48V) atau arus AC (4-20mA).

Masukan TTL (3-15V).

Masukan analog (12 bit).

Masukan word (16-bit/paralel).

Masukan termokopel.

Detektor suhu resistansi (RTD).

Relay arus tinggi.

Relay arus rendah.

Masukan latching (24VDC/110VAC).

Masukan terisolasi (24VDC/85-132VAC).

Masukan cerdas (mengandung mikroprosesor).

Masukan pemosisian (positioning).

Masukan PID (proporsional, turunan, dan integral).

Pulsa kecepatan tinggi.

Dll.

b. Modul keluaran

Modul keluaran mengaktivasi berbagai macam piranti seperti aktuator


hidrolik, pneumatik, solenoid, starter motor, dan tampilan status titik-titik
periferal yang terhubung dalam sistem. Fungsi modul keluaran lainnya mencakup
conditioning, terminasi dan juga pengisolasian sinyal-sinyal yang ada. Proses
aktivasi itu tentu saja dilakukan dengan pengiriman sinyal-sinyal diskret dan
analog yang relevan, berdasarkan watak PLC sendiri yang merupakan piranti
digital. Beberapa modul keluaran yang lazim saat ini di antaranya:
o

Tegangan DC (24, 48, 110V) atau arus DC (4-20mA)

Tegangan AC (110, 240V) atau arus AC (4-20mA).

Keluaran analog (12-bit).

Keluaran word (16-bit/paralel)

Keluaran cerdas.

Keluaran ASCII.

Port komunikasi ganda.

2.3 Pengertian PLC OMRON CPM1A


PLC Omron CPM1A merupakan salah satu tipe PLC yang memiliki
kecepatan yang tinggi yang dirancang untuk operasi kontrol yang memerlukan
jumlah I/O dari 10 sampai 100 buah I/O. Selain itu, PLC ini memiliki kemudahan
dalam penginstalan, pengembangan, dan pemasangan sistem.

Gambar 2. PLC OMRON SYSMAC CPM1A


Setiap PLC yang digunakan memiliki spesifikasi khusus yang dijadikan
pedoman dalam pengaplikasiannya. Berikut ini adalah tabel spesifikasi khusus
PLC Omron CPM1A 40CDR:

Tabel 1. Spesifikasi Umum PLC Omron CPM1A 40CDR


SPESIFIKASI UMUM
Nama

Tipe

Power Supply

Spesifikasi
100 - 240 VAC ; 50/60 Hz

Operating Voltage Range

85 264 VAC

Inrush Current

30 A max.

Power Consumption

60 VA max.

External Power Supply


(Output Capacity)

Dimension

CPM1A CPU 40

24 VDC ;
(300mA)
150 x 90 x 85 mm
(Width x Heightx Depth)

Weight

700 gram max.

Communication connector

RS 232C

2.4 Jalur-jalur Masukan dan Keluaran PLC OMRON CPM1A


a. Jalur Masukan
Berbagai macam sensor, saklar dan komponen lain yang mengubah

status bit dari memori status masukan PLC dapat langsung dipasang
sebagai masukkan PLC. Untuk bisa mengubah memori status masukan
tersebut, diperlukan sumber tegangan sebagai pemicu masukan (pada PLC
Omron CPM1A telah tersedia sumber tegangan (24 VDC).

Gambar 3. Rangkaian pengawatan PLC OMRON CPM1A 40 CDR ke


beban
b. Jalur Keluaran
Jalur keluaran PLC jenis ini berupa relay, dengan relay koneksi
dengan piranti eksternal akan semakin mudah dilaksanakan.

Gambar 4. Rangkaian Keluaran PLC OMRON CPM1A

2.5 Struktur Memory PLC OMRON CPM1A


Beberapa bagian dalam memori PLC Omron CPM1A memiliki fungsi
khusus.

Masing-masing

lokasi

memori

memiliki

ukuran

16

bit

atau

1 word, beberapa word membentuk daerah atau region. Daerah tersebut terdiri
atas:
Daerah IR
Memori ini berfungsi sebagai tempat menyimpan status keluaran
dan masukan PLC. Beberapa bit berhubungan langsung dengan terminal
masukan dan keluaran PLC. Bit IR 000 berhubungan dengan terminal
masukan ke-I, sedangkan terminal ke-IV berhubungan dengan IR000.5.
daerah IR ini terdiri dari 3 macam area diantaranya, Area masukan,
keluaran, dan Area kerja.
Tabel 2. Tabel Pembagian Area IR
Area Memori

Word
Area masukan IR000-IR009
(10 word)

Bit

Fungsi

IR000.00IR009.15

Bit ini dapat


dialokasikan dalam
terminal I/O.

(16 bit)

Area IR

Area
keluaran

IR010-IR019
(10 word)

IR010.00IR019.15
(160 bit)

Area kerja

IR200-IR231
(32 word)

IR200.00IR231.15
(512 bit)

Bit ini bebas


dipakai dalam
program.

Daerah SR
Daerah ini merupakan bagian khusus digunakan sebagai bit kontrol
dan status, biasanya digunakan sebagai fungsi pencacah. Misal, SR250
memiliki bit nomor 00 hingga 15 yang digunakan sebagai pengatur kontrol
analog 0. sedangkan SR251 digunakan sebagai pengatur analog 1, SR
251,13 adalah Always ON Flag berarti kondisinya selalu aktif selama PLC
menyala. SR251.14 adalah Always OFF Flag berarti kondisinya tidak akan
pernah aktif selama PLC menyala.
Daerah TR

Merupakan daerah memori tang bertugas sebagai penyimpan data


hingga batasanreturn saat dipindahkan ke sub-program selama proses
eksekusi program.
Daerah HR
Bit pada daerah ini digunakan untuk menyimpan data dan tidak
akan hilang meski PLC telah dilepas dari catu daya atau PLC telah
dimatikan, karena menggunakan baterai.
Daerah AR
Daerah ini digunakan umtuk menyimpan bit-bit kontrol dan status
(flag) seperti status PLC, kesalahan, waktu sistem dll. Daerah ini
dilengkapi baterai pula, sehingga dat-data kontrol tetap tersimpan
walaupun PLC tetap dimatikan.
Daerah LR
Daerah ini digunakan senagai pertukaran data saat dilkakukan
konelsi atau hubungan dengan PLC yang lain. Daerah ini terdiri dari 16
word, LR000 hingga LR15 atau 256 bit, LR00.00 hingga LR15.15.
Daerah Pencacah dan Pewaktu
Daerah ini digunakan untuk menyimpan nilai pewaktu atau
pencacah. Lokasinya terdapat sebanyak 128 lokasi (mulai TC000 sampai
dengan TC127).
Daerah DM
Daerah ini berisikan tentang data-data yang terkait pada
pengaturan komunikasi dengan komputer dan data saat terdapat kesalahan.
Pembagian area dalam DM ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Tebel 3. Pembagian Area DM
Area Memori

Word

Fungsi

Area DM

DM000-DM009

Area DM dapat diakses dalam

Read/Write

DM1022-DM1023
(1002 Word)

satuan

Word.

Nilai

yang

tersimpan walau PLC mati

ada

Error Log

DM1000-DM1021 Untuk
(22 Word)

menyimpan

kode

kesalahan yang muncul. Word ini


digunakan DM untuk baca/tulis
jika fungsi pencatat kesalahan
tidak dipakai.

Read - Only DM6144-DM6599 Tidak dapat ditumpangi data lain


(456 Word)
PC Setup

untuk program.

DM6600-DM6655 Digunakan
(56 Word)

berbagai

untuk

menyimpan

parameter

yang

mengontrol operasi PLC.

2.6 Intruksi-intruksi Dasar PLC


Intruksi dibawah ini merupakan intruksi dasar yang digunakan oleh PLC
OMRON System C-Series dimana setiap akhir program harus diberi intruksi
dasar END yang menandakan data akhir program.
a. Intruksi LOAD (LD)
Intruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja pada suatu sistem kontrol
hanya membutuhkan satu kondisi logic saja dan sudah dituntut
untuk mengeluarkan satu output. Logikanya seperti kontak NO
relay.
b. Intruksi LOAD NOT (LDNOT)
Intruksi ini dibutuhkan apabila urutan kerja pada suatu sistem
kontrol hanya membutuhkan satu kondisi logic saja dan sudah
dituntut mengeluarkan output. Logikanya seperti kontak NC relay.
c.
2.7 Karakteristik PLC OMRON CPM1A 40 CDR
PLC Omron CPM1A 40 CDR merupakan salah satu seri dari PLC Omron
CPM1A. PLC ini memiliki 40 terminal yang terdiri dari 24 terminal input dan 16
terminal output. Power supply yang dipakai berupa tegangan DC sehingga
diperlukan sebuah trafo dalam penggunaannya.

Gambar 5. Terminal I/O PLC OMRON CPM1A 40 CDR


2.8 Konfigurasi Internal Input dan Output PLC OMRON CPM1A 40 CDR
Berikut adalah rangkaian internal pada PLC OMRON CPM 1A 40 CDR
a. Internal Input
PLC Omron CPM1A merupakan jenis PLC yang kontaktor
kontaktor input internalnya digerakkan oleh transistor.

Gambar 6. Rangkaian Internal Input


b. Internal Output
PLC Omron CPM1A-40CDR merupakan jenis PLC CPM1A yang
kontaktor-kontaktor output internalnya digerakkan oleh transistor.

Gambar 7. Rangkaian Internal Output

Gambar 8. Rangkaian Sourcing Internal Output


2.9 Perancangan Sistem
2.9.1 Perancangan Perangkat Keras
2.9.1.1 Sketsa Sistem Otomatisasi Traffic Light
Sketsa sistem traffic light dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 1.
2.9.1.2 Diagram Blok Rangkaian Input/Output PLC

Gambar 9. Diagram Blok Rangkaian Input


Output PLC
2.9.1.3 Penjelasan Tiap Blok
Berikut penjelasan tiap blok berdasarkan gambar 9:
Push Button Start berfungsi sebagai tombol utama untuk menghidupkan
sistem.
Push Button Stop berfungsi untuk menghentikan seluruh operasi jika
terdapat masalah.
Lampu O1 berfungsi sebagai indikator kondisi utara go, dengan warna
indikator hijau pada plant
Lampu O2 berfungsi sebagai indikator kondisi utara standby, dengan
warna indikator kuning pada plant.
Lampu O3 berfungsi sebagai indikator kondisi utara stop, dengan warna
indikator merah pada plant.
Lampu O4 berfungsi sebagai indikator kondisi Pejalan Kaki utara go,
dengan warna indikator hijau pada plant.
Lampu O5 berfungsi sebagai indikator kondisi Pejalan Kaki utara stop,
dengan warna indikator merah pada plant.
Lampu O6 berfungsi sebagai indikator kondisi barat go, dengan warna
indikator hijau pada plant.
Lampu O7 berfungsi sebagai indikator kondisi barat standby, dengan
warna indikator kuning pada plant.
Lampu O8 berfungsi sebagai indikator kondisi barat stop, dengan warna
indikator merah pada plant.
Lampu O9 berfungsi sebagai indikator kondisi Pejalan Kaki selatan go,
dengan warna indikator hijau pada plant.

Lampu O10 berfungsi sebagai indikator kondisi Pejalan Kaki selatan stop,
dengan warna indikator merah pada plant.
Lampu O11 berfungsi sebagai indikator kondisi selatan stop, dengan
warna indikator merah pada plant.
Lampu O12 berfungsi sebagai indikator kondisi selatan standby, dengan
warna indikator kuning pada plant.
Lampu O13 berfungsi sebagai indikator kondisi selatan go, dengan warna
indikator hijau pada plant.
Lampu O14 berfungsi sebagai indikator kondisi timur stop, dengan warna
indikator merah pada plant.
Lampu O15 berfungsi sebagai indicator kondisi timur standby, dengan
warna indicator kuning pada plant.
Lampu O16 berfungsi sebagai indikator kondisi timur go, dengan warna
indikator hijau pada plant.
2.9.2 Perancangan Perangkat Lunak
2.9.2.1 Desain Pemrograman Dengan PLC
Untuk desain Ladder diagram traffic light menggunakan pemrograman
software CX-Programmer 9.0. Dapat dilihat pada lampiran 2.
2.9.2.2 Kemungkinan Kondisi (State)
Untuk cara kerja dari traffic light dapat menggunakan pendekatan kondisi
(state) atau juga sering disebut metode Finitie State Machine (FSM). Hal ini
dimaksudkan agar lebih mudah dalam mendesain ladder diagram pada PLC
Kemungkinan kondisi (state) yang ada untuk aplikasi traffic light adalah
sebagai berikut.
Tabel 4. Kemungkinan State

Catatan: hidup bernilai 1 (satu), mati bernilai 0 (nol)


Keterangan:

S0

: Kondisi mati

S1

: Kondisi dimana arah utara-selatan stop, pejalan kaki arah utara-

selatan stop, dan arah barat-timur go.

S2

: Kondisi dimana arah utara-selatan stop, pejalan kak arah utara-

selatan stop, dan arah barat-timur standby

S3

: Kondisi dimana arah barat-timur stop, pejalan kaki arah utara-

selatan go, dan arah utara-selatan go.

S4

: Kondisi dimana arah barat-timur stop, pejalan kaki arah utara-

selatan go, dan arah utara-selatan standby


2.9.2.3 State Diagram
Setelah didapatkan kemungkinan kondisi (state), yang diperlukan untuk
memudahkan dalam pembuatan program adalah perancangan state diagram.
Dengan demikian, dapat dibuat state diagram sebagai berikut.

Gambar 10. State Diagram Program


State S0
State S0 merepresentasikan kondisi ketika sistem mati, dimana lampu
traffic light sebagai indicator belum ON. State ini jg merupakan kondisi dimana
ketika sistem sedang ON, dan kemudian tiba-tiba terjadi kondisi emergency pada
traffic light, maka

dapat digunakan PB Stop untuk membuat sistem menjadi

OFF.
State S1
Dari state S0 akan berpindah ke state S1 bila ditekan PB Start. State S1
merupakan kondisi dimana arah utara-selatan stop dan pejalan kaki arah utaraselatan stop ON selama 300 ms sedangkan arah barat-timur go ON selama 200
ms. Adapun untuk lampu indikator yang ON yaitu O3, O5, O6, O10, O11, dan
O16.
State S2
Dari state S1 akan berpindah ke state S2 ketika TIM0001 (timer arah
barat-timur go) selesai menghitung selama 200 ms yang kemudian beralih ke
TIM0002 (timer arah barat-timur standby) selama 100 ms. Sedangkan TIM0000
(timer arah utara-selatan stop dan timer pejalan kaki utara-selatan stop) tetap

menghitung selama 300 ms. Adapun untuk lampu indikator yang ON yaitu O3,
O5, O7, O10, O15.
State S2 ini merupakan kondisi dimana arah utara-selatan stop dan pejalan
kaki arah utara-selatan stop selama 300 ms. Sedangkan arah barat-timur standby
selama 100 ms.
State S3
Dari state S2 akan berpindah ke state S3 ketika TIM0000 (timer arah
utara selatan stop dan timer pejalan kaki utara-selatan stop) selesai menghitung
selama 300 ms yang kemudian beralih ke TIM0003 (timer arah barat-timur stop)
yang menghitung selama 300 ms. Sedangkan TIM0002 (timer arah barat-timur
standby) juga selesai menghitung selama 200 ms yang kemudian beralih ke
TIM0004 (timer arah utara-selatan go) yang menghitung selama 200 ms. Adapun
untuk lampu indikator yang ON yaitu O1, O4, O8, O9, O13, O14.
State S3 ini merupakan kondisi dimana arah barat-timur stop dan arah
pejalan kaki utara-selatan go selama 300 ms. Sedangkan arah utara-selatan go
selama 200 ms.
State S4
Dari state S3 akan berpindah ke state S4 ketika TIM0004 (timer arah
utara-selatan go) selesai menghitung selama 200 ms yang kemudian beralih ke
TIM0005 (timer arah utara-selatan standby) selama 100 ms. Sedangkan
TIM0003 (timer arah barat-timur stop) tetap menghitung selama 300 ms. Adapun
untuk lampu indikator yang ON yaitu O2, O4, O8, O9, O12, O14.
State S4 ini merupakan kondisi dimana arah barat-timur stop dan pejalan
kaki arah utara-selatan stop selama 300 ms. Sedangkan arah utara-selatan standby
selama 100 ms.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada perancangan aplikasi PLC OMRON SYSMAC CPM1A pada sistem
traffic light bertujuan untuk memudahkan proses dan untuk mengurangi
kesalahan akibat human error. Apabila dibandingkan dengan Mikrokontroller,
maka PLC memiliki tingkat kesulitan pemrograman yang lebih kecil karena pada
PLC cukup dengan membuat Ladder Diagram yang cenderung mudah dipahami
dan dianalisa tanpa harus membuat coding yang kompleks.
2. Saran
Diagram ladder program dalam makalah ini hanya sedikit mencerminkan
keseluruhan proses traffic light karena beragamnya algoritma dalam mengontrol
sistem

traffic

light

menggunakannya.

sesuai

kebutuhan,

maka

perlu

perhatian

dalam

DAFTAR PUSTAKA
CX-Programmer User Manual Version 3.1
CX-Programmer Introduction Guide R132-E1-04.pdf
CX-One Introduction Guide R145-E1-03.pdf
Muttaqin, Ilham. 2012. Perancangan Aplikasi PLC Omron Sysmac CP1L
pada Sistem Otomasi Ice Compactor untuk Pemadatan Ice Flag,
Semarang: Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
OMRON. 2005. CPM1A Operation Manual.pdf
OMRON. 1997. CPM1A Series Brochure.pdf
B3729-PLC TRAINER SYSTEM INSTRUCTIONS MANUAL.pdf
Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Control (PLC) dan Teknik
Perancangan Sistem Kontrol, Yogyakarta: ANDI.
Swamardika, Alit. 2005. Simulasi Kontrol Lampu Lalu Lintas Sistem Detektor
Dengan

Menggunakan

Sistem

PLC

Untuk

Persimpangan

Jalan

Waribang-WR. Supratman Denpasar, Teknologi Elektro Vol.4 No.2


Juli-Desember 2005.
-------, Buku Pedoman Teknik Elektro 2009, Semarang: Jurusan Teknik
Elektro Universitas Diponegoro, 2009.

LAMPIRAN 1
Sketsa Sistem Otomatisasi Traffic Light

Gambar 11. Sketsa Sistem Otomatisasi Traffic Light


Modul ini mensimulasikan sistem traffic light secara lengkap dimana
terdapat empat persimpangan yang masing-masing persimpangan memiliki traffic

light serta 2 pasang traffic light untuk pejalan kaki.


Berikut keterangan gambar dari sketsa sistem traffic light diatas:
O1

: Lampu arah utara go

O2

: Lampu arah utara standby

O3

: Lampu arah utara stop

O4

: Lampu pejalan kaki arah utara go

O5

: Lampu pejalan kaki arah utara stop

O6

: Lampu arah barat go

O7

: Lampu arah barat standby

O8

: Lampu arah barat stop

O9

: Lampu pejalan kaki arah selatan go

O10

: Lampu pejalan kaki arah selatan stop

O11

: Lampu arah selatan stop

O12

: Lampu arah selatan standby

O13

: Lampu arah selatan go

O14

: Lampu arah timur stop

O15

: Lampu arah timur standby

O16

: Lampu arah timur go

LAMPIRAN 2
Ladder Diagram Keseluruhan Sistem Traffict Light

Gambar 12. Ladder Diagram Aplikasi Traffic Light secara keseluruhan


Alamat masukan dan keluaran pada ladder diagram yang digunakan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Alamat masukan dan keluaran sistem traffic light
Masukan

Alamat

PB Start

00.06

PB Stop

00.07

Keluaran

Alamat

Lampu O1

010.00

Lampu O2

010.01

Lampu O3

010.02

Lampu O4

010.03

Lampu O5

010.04

Lampu O6

010.05

Lampu O7

010.06

Lampu O8

010.07

Lampu O9

011.00

Lampu O10

011.01

Lampu O11

011.02

Lampu O12

011.03

Lampu O13

011.04

Lampu O14

011.05

Lampu 15

011.06

Lampu 16

011.07

Anda mungkin juga menyukai